makalah pendekatan kontekstual

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Peran dunia pendidikan senantiasa harus dinamis dan tanggap dalam menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi pada Bangsa Indonesia. Saat ini bangsa Indonesia sedang berusaha meningkatkan kualitas pendidikan. Persyaratan penting untuk terwujudnya pendidikan bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang profesional, handal dalam layanan dan handal dalam keahliannya. Guru dituntut untuk membantu perkembangan siswa dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor serta bukan semata mata memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, tetapi juga harus menciptakan kondisi yang kondusif, agar siswa dapat belajar secara terus menerus atau berkelanjutan. Unsur – unsur tersebut menjadi terpadu dalam jalinan hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung. Dengan proses pengajaran yang lebih hidup dan terjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang 1

Upload: independent

Post on 06-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peran dunia pendidikan senantiasa harus dinamis dan

tanggap dalam menghadapi dan mengantisipasi setiap

perubahan yang terjadi pada Bangsa Indonesia. Saat ini

bangsa Indonesia sedang berusaha meningkatkan kualitas

pendidikan. Persyaratan penting untuk terwujudnya

pendidikan bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran

oleh guru yang profesional, handal dalam layanan dan

handal dalam keahliannya. Guru dituntut untuk membantu

perkembangan siswa dalam segi kognitif, afektif dan

psikomotor serta bukan semata mata memberikan sejumlah

ilmu pengetahuan, tetapi juga harus menciptakan kondisi

yang kondusif, agar siswa dapat belajar secara terus

menerus atau berkelanjutan. Unsur – unsur tersebut

menjadi terpadu dalam jalinan hubungan timbal balik

antara guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung.

Dengan proses pengajaran yang lebih hidup dan terjalin

kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan

paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang

1

dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah

pembelajaran tidak hanya satu arah. Proses belajar

mengajar yang dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa

dengan guru dan siswa dengan siswa, akan menghasilkan

proses pembelajaran lebih hidup dengan hasil yang lebih

baik. Pernyataan ini berdasarkan pendapat Johnson dan

Smith (dalam Anita Lie, h. 5) bahwa, “Kegiatan pendidikan

adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa

interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses

pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika

masing masing orang berhubungan dengan yang lain dan

membangun pengertian dan pengetahuan bersama”.

Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang

muncul adalah “Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan

hasil balajar siswa dengan pendekatan yang tepat ?”.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat

meningkatkan kreativitas siswa adalah pendekatan

kontektual. Dengan pendekatan kontekstual, siswa

diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari – hari dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

2

dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Melihat hal tersebut, maka perlu

dilakukan suatu solusi untuk menemukan sebuah alternatif

pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dengan metode yang tepat di SMA Negeri 8 Kediri?

2. Apa saja metode pendekatan konstektual yang dapat

diterapkan pada siswa dalam upaya meningkatkan hasil

belajar siswa di SMA Negeri 8 Kediri?

3. Apa respon siswa SMA Negeri 8 Kediri terhadap

pembelajaran kontekstual?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari

makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa saja upaya guru untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dengan metode yang tepat di SMA Negeri 8

Kediri.

2. Mengetahui metode pendekatan konstektual yang

diterapkan pada siswa dalam upaya meningkatkan hasil

belajar di SMA Negeri 8 Kediri.

3

3. Mengetahui respon siswa SMA Negeri 8 Kediri terhadap

pembelajaran kontekstual.

BAB II

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan

bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. Disamping itu pula ilmu kimia merupakan

ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,

mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang

berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,

transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh sebab

itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala

sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan

4

sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang

melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia

merupakan produk atau temuan saintis (berupa fakta,

teori, prinsip, hukum) melalui proses (kerja ilmiah),

sehingga dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus

memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan

proses. Adapun pengajaran sebagai suatu proses merupakan

suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen, antara

lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa),

materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan

lain sebagainya. Komponen-komponen tersebut saling

berinteraksi antar sesama komponen. Keberhasilan

pengajaran sangat ditentukan manakala pengajaran tersebut

mampu mengubah diri peserta didik. Perubahan tersebut

dalam arti dapat menumbuhkembangkan potensi-potensi yang

dimiliki peserta didik, sehingga peserta didik dapat

memperoleh manfaatnya baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam perkembangan pribadinya. Tanggung jawab

keberhasilan pengajaran tersebut berada di tangan seorang

pendidik. Artinya, seorang guru harus berupaya semaksimal

mungkin untuk mengatur proses pembelajaran sedemikian

5

rupa, sehingga komponen-komponen yang diperlukan dalam

pengajaran tersebut dapat berinteraksi antar sesama

komponen.

2.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Beberapa pendapat tentang konstektual dikemukakan

oleh :

a. Nurhadi (2002, h. 5) mengemukakan, “Pembelajaran

konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,

yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat

belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya”.

b. Erman Suherman (2003, h. 3) mengemukakan, “Pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Leaning, CTL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan

mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog,

atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan

sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke

dalam konsep yang dibahas”. Dari uraian ini dapat

6

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

konstektual memberikan penekanan pada penggunaan

berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan,

permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber.

Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan

konstektual lebih menekankan pada authentik assesmen

yang diperoleh dari berbagai kegiatan. Pendekatan

kontekstual dalam buku Pendekatan Kontekstual yang

diterbitkan oleh Depdiknas tahun 2002, Pembelajaran

Kontekstual (contextual Teching and Leaning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

c. Joshua (2003, h. 2) mengemukakan : “Pembelajaran

konstektual adalah suatu konsep tentang pembelajaran

yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan

ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat

7

aktif dalam kegiatan belajar yang dituntut dalam

pelajaran”. Pendekatan kontekstual ini merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong

siwa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Tugas guru dalam kelas kontekstual ini adalah membantu

siswa mencapai tujuannya, yang berarti guru lebih

banyak berurusan dengan strategi daripada memberi

informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah

tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru

bagi anggota kelas (siswa). Pendekatan kontekstual ini

perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini pendidikan

masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan

sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Dalam

hal ini fungsi fungsi dan peranan guru masih dominan,

sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui

pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar

denga cara mengalami sendiri bukan menghapal.

2.2 Permasalahan

8

Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan

dari pada secara aktif mencari tahu untuk membangun

pemahaman mereka sendiri terhadap konsep ilmu kimia

tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian besar konsep

konsep kimia menjadi konsep yang abstrak bagi siswa dan

bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep – konsep kunci

atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami

konsep tersebut. Akibatnya, siswa tidak dapat membangun

pemahaman konsep – konsep kimia yang fundamental pada

awal mereka mempelajari ilmu kimia. Berdasarkan kenyataan

tersebut, perlu dikembangkan pembelajaran kimia di SMA

Negeri 8 Kediri yang lebih bermutu, agar dapat

mengaktifkan siswa sekaligus memantapkan konsep dan teori

yang diberikan serta meningkatkan hasil belajar siswa

dengan memberikan suatu perlakuan atau tindakan dalam

proses belajar mengajarnya. Untuk menciptakan

pembelajaran kimia sebagaimana tersebut, maka diperlukan

sarana dan media pembelajaran yang mendukung terciptanya

perbelajaran kimia yang kreatif dan inovative. Menurut

pendapat Gagne dan Briggs (1975) secara implisit

mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang

9

secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaran. Dengan kata lain, media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang

siswa untuk belajar. Media pembelajaran seperti yang

dimaksudkan oleh Gagne dan Briggs tersebut sangat kurang

dimiliki oleh sekolah terutama didalam proses belajar

mengajar mata pelajaran kimia. Hal ini terbukti dari:

1. Pengakuan guru yang menyatakan kurangnya media

pembelajan kimia.

2. Guru banyak menggunakan metode ceramah dalam proses

belajar mengajar.

3. Guru mengakui sulitnya mendapatkan dan membuat media

pembelajaran kimia.

4. Tidak ada media pembelajaran kimia yang tersedia.

5. Kurangnya alat-alat laboratorium sebagai sarana

praktikum.

Dengan adanya masalah-masalah tersebut di atas, maka

berdasarkan hasil pengamatan sementara, terlihat dalam

proses belajar mengajar di SMA Negeri 8 Kediri hal-hal

sebagai berikut:

10

1. Kurangnya minat siswa terhadap pengajaran kimia.

2. Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar.

3. Tidak terjadinya pembelajaran yang menyenangkan.

4. Tidak terdapat pembelajaran yang kreatif.

2.3 Pembahasan

Untuk mengatasi masalah yang ditemukan di atas, maka

usaha yang ditempuh sejalan tugas dan fungsi LPMP

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 7

tahun 2007 yang salah satunya adalah memfasilitasi

sumberdaya pendidikan, maka untuk memfasilitasi proses

belajar mengajar di sekolah dilakukan penelitian sarana

belajar berupa pemanfatan salah satunya laboratorium

secara virtual yang selanjutnya disebut laboratorium

kimia virtual. Dengan demikian diharapkan akan terjadi

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

(PAKEM) salah satunya dengan metode dengan pendekatan

konstektual. Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme

(constractivism), menemukan (inquiri), bertanya

(questioning), masyarakat belajar (leaning community),

pemodelan (modeling), refleksi (reflekction), dan

11

penilaian yang sebenarnya (autentic assesment). Sebuah

kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran

kontekstual apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut

dalam proses pembelajarannya. Berikut ini adalah uraian

mengenai ketujuh komponen utama dalam pembelajaran

kontekstual yang terdapat pada Contextuan Teaching And

Leaning (Depdiknas, 2002, h. 10) sebagai berikut :

1. Kontrukstivisme (Constractivism)

Kontrukstivisme merupakan landasan berpikir

(filosofi) pendekatan kontekstual. Maksud konstruktivisme

disini adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks

yang terbatas (sempit) dan tidak secara mendadak. Dalam

hal ini, manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata.

2. Menemukan (Inquiri)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses

pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu

12

merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,

apapun materi yang diajarkannya.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam proses

pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru

untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan

berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan

bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang

berbasis penemuan (inquiri), yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diteliti dan mengarahkan

perhatian pada aspek yang belum diketahui.

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community)

Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.

Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman,

antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang tidak

tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses

komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam

masyarakat belajar akan memberi informasi yang diperlukan

oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi

13

yang diperlukan dari teman belajarnya. Oleh karena itu,

dalam kelas kontekstual guru disarankan selalu

melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok

belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah

pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus

ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih

mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi.

Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasnya

akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide

baru. Salah satu contohnya pemodelan dalam pembelajaran

misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan

alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu baca,

atau dalam membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak

selalu oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang

lainnya.

6. Refleksi (Feflection)

Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang

14

sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan

yang baru diterima. Refleksi adalah berpikir kembali

tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi

aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali

bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna

untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau

peningkatan diri. Membuat rangkuman, meneliti, dan

memperbaiki kegagalan, mencari alternatif lain cara

belajar (leaning how to learn) dan membuat jurnal

pembelajaran adalah contoh refleksi.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Autentic Assesmen)

Assesmen otentik adalah penilaian yang dilakukan

secara konperhensif berkenaan dengan seluruh aktifitas

pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar

sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan

mendapat penghargaan. Penilaian otentik seharusnya

dilakukan dari berbagi aspek dan metode sehingga menjadi

obyektif. Misalnya membuat catatan harian melalui

observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara

atau angket untuk menilai aspek afektif dan tes untuk

15

menilai tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan

ajar.

Dari ketujuh komponen tersebut, pembelajaran

kontekstual merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada

dunia kehidupan nyata (real word), berpikir tingkat

tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis masalah

nyata, penilaian komprehensif dan pembentukan manusia

yang memiliki akal sehat. Untuk melaksanakan pembelajaran

kimia dengan pendekatan kontekstual ada berbagai model

pembelajaran yang bisa diterapkan. Menurut Erman Suherman

(2003, h. 10) model pembelajaran yang bisa diterapkan

dalam pembelajaran konstektual diantaranya adalah :

1. Pembelajaran langsung ( Direct Instraction, DI ).

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Instruksional, PBI)

4. Pembelajaran Problem Terbuka (Open Ended).

5. Model SAVI (Somatic, Auditory, Visuality,

Intellectuality)

2.4 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kontekstual

16

Hamalik (1999) menyatakan, “Sambutan (responding)

adalah suatu sikap terbuka ke arah sambutan”. Berdasarkan

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa respon adalah

perilaku yang lahir berupa sambutan atau sikap terbuka

dari hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang.

Winataputra dan Rosita (1995) mengatakan bahwa respon

adalah perilaku yang lahir dan merupakan hasil masuknya

stimulus ke dalam pikiran seseorang. Stimulus bisa datang

dari objek misalnya peta, lingkungan, peristiwa, suasana

orang lain atau dari aktifitas subjek lain misalnya orang

lain bertanya kepada kita dan kita memberikan jawaban.

Menurut Winataputra dan Rosita (1995) penggolongan

perilaku terdiri kawasan-kawasan yang secara garis besar

dijabarkan sebagai berikut :

1. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan atau

penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar

unsur pembentukan konsep, penemuan masalah, dan

keterampilan pemecahan masalah yang selanjutnya

membentuk perilaku guru. Berpikir, menalar, menilai,

berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan

dengan proses belajar kognitif.

17

2. Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana

ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.

Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat

dan sikap.

3. Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana

ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar

psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.

Dari konsep yang diterapkan ke siswa SMA Negeri 8

Kediri dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap

pembelajaran adalah perilaku siswa yang lahir setelah

mereka mengikuti pembelajaran yang berupa hasil kognitif,

afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini respon yang

didapat dari daftar isian siswa hanya pada aspek afektif

yaitu nilai emosi untuk mengungkapkan perasaan dan

pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan konstektual.

BAB III

P E N U T U P

3.1 Kesimpulan

18

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dengan metode yang tepat di SMA Negeri 8 Kediri dengan

menggunakan pembelajaran konstektual adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran efektif.

2. Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme

(constractivism), menemukan (inquiri), bertanya

(questioning), masyarakat belajar (leaning community),

pemodelan (modeling), refleksi (reflekction), dan

penilaian yang sebenarnya (autentic assesment).

3. Dari konsep yang diterapkan ke siswa SMA Negeri 8

Kediri dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap

pembelajaran adalah perilaku siswa yang lahir setelah

mereka mengikuti pembelajaran yang berupa hasil

kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini

19

respon yang didapat dari daftar isian siswa hanya pada

aspek afektif yaitu nilai emosi untuk mengungkapkan

perasaan dan pendapat siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan konstektual.

3.2 Saran

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa di SMA

Negeri 8 Kediri, guru kimia dituntut dapat menerapkan

metode pengajaran pendekatan konstektual yang bervariasi

dan sesuai materi pembelajaran, tidak monoton dengan

metode ceramah.

DAFTAR PUSTAKA

Amidjaja, Tisna, D,A. 1981. Pedoman Pelaksanaan Pola

Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia.

Malang: BAAK IKIP Malang.

Hasibuan, J.J. et,al. 1988. Proses Belajar Mengajar : Keterampilan

Dasar Pengajaran Mikro. Jakarta: Remaja Karya.

Paterson, Kathy, 2006. 55 Dilema dalam Pengajaran. Jakarta.

Gramedia.

Asmani, Jamal Ma’mur, 2013. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jakarta.

Diva Press.

20

Seifert, Kelvin, 2012. Pedoman Pembelajaran dan Instruksi

Pendidikan. Jakarta. IRCiSoD.

Aqib, Zainal, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. YRAMA

WIDYA.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D.

Bandung. Alfabeta.

LEMBAR PENGESAHAN

21

1. Judul Makalah : “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dengan

Penerapan Metode Pembelajaran Pendekatan

Kontektual yang Tepat bagi Siswa di SMA

Negeri 8 Kediri tahun pelajaran 2014 /

2015”.

2. Identitas Peneliti

Nama : MANSUR HIDAYAT, S.Pd.

NIP. : 19710110 199401 1 001

Pangkat/Gol. : Pembina / IV.A

Jabatan : Guru Mata Pelajaran Kimia

Unit Kerja : SMA Negeri 8 Kediri

3. Lokasi Penelitian : SMA Negeri 8 Kediri

Jl. P.K. Bangsa 77 Kediri Telp. 0354-

687151

4. Tujuan Penelitian :

Makalah ini disusun sebagai tugas bagi peserta kegiatan

“Pelatihan Guru Menulis Karya Tulis Ilmiah”, tanggal 13

– 15 Pebruari 2015 Penyelenggara Radar Kediri

Kediri, Pebruari 2015

Yang Mengesahkan, Peneliti

Kepala SMA Negeri 8 Kediri

WIDAYAT , S .Pd. MM . MANSUR HIDAYAT, S.Pd.Pembina NIP. 19710110 199401 1001NIP. 19520110 197302 1 001

22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.

atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah dengan judul :

”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dengan

Penerapan Metode Pembelajaran Pendekatan

Kontektual yang Tepat bagi Siswa di SMA

Negeri 8 Kediri tahun pelajaran 2014 /

2015”Pada kesempatan ini atas segala bantuan yang

diberikan kami tak lupa menyampaikan terima kasih yang

tulus kepada :

1. Bapak Widayat, S.Pd. MM. sebagai Kepala SMA Negeri

8 Kediri

2. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

Menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak

kekurangan , maka saran yang membangun sangat kami

harapkan.

23

Akhirnya dengan karya yang sederhana ini besar

harapan kami, semoga dapat bermanfaat bagi pembelajaran

Kimia pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Kediri, Pebruari 2015

Penulis

ABSTRAKSI

Pelajaran kimia pada hakekatnya adalah pelajaran

yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan yang

terjadi disekitar kita. Untuk dapat menarik minat

siswa terhadap pelajaran kimia guru kimia dituntut

dapat menerapkan metode pengajaran yang bervariasi,

tidak monoton dengan metode ceramah. Salah satu

24

pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

kreativitas siswa adalah pendekatan kontektual.

Dengan pendekatan kontekstual, siswa diarahkan untuk

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi nyata dalam kehidupan sehari – hari dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat.

Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu

solusi untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan

masalah dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar

siswa. Pada metode ini siswa dituntut untuk menemukan

konsep secara mandiri dari apa yang mereka baca, dan

diskusikan dengan teman-temannya. Pada awalnya mereka

akan kebingungan, tetapi setalah dua atau tiga kali

proses mereka akan paham dan akan membekas lebih lama

dalam daya ingat siswa.

25

DAFTAR ISI

Judul ...................................................

.........................................................

.......... i

Kata

Pengantar ...............................................

.......................................................

ii

Abstraksi ...............................................

.........................................................

........iii

Daftar

Isi .....................................................

.........................................................

..iv

Bab I

Pendahuluan .............................................

26

................................................... 1

A. Latar

belakang ................................................

................................................. 1

B. Rumusan

masalah .................................................

........................................... 2

C.

Tujuan ..................................................

.........................................................

... 2

Bab II Permasalahan dan

Pembahasan ..............................................

................... 3

2.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ………………………………………...

4

2.2 Permasalahan ………………………………………………………… .…… 5

2.3 Pembahasan …………………………………………………………………. 7

Bab III Penutup ………………………………………………………………….12

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….12

27

3.2 Saran ……………………………………………............……………………12

Daftar Pustaka ………………………………………………………………...…13

28