makalah pbl blok 5 osteoporosis

26
Kasus skenario 11 Berkurangnya Kepadatan Tulang yang Menyebabkan Osteoporosis di Usia Lanjut Aldo Muhammad Hamka 102013209 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana Jl.TerusanArjuna No.06 KebonJeruk-Jakarta Barat 11510 Telp:(021)56942061. Fax (021)5631731 Email : [email protected] Abstrak Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering dijumpai, dan sering menyerang tulang belakang (columna vertebralis). Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Osteoporosis ada hubungannya dengan estrogen dalam pembentukan matriks. Secara tidak langsung, kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan kalsium ke dalam tubuh karena dihambatnya sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca

Upload: ukrida

Post on 20-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kasus skenario 11

Berkurangnya Kepadatan Tulang yang Menyebabkan

Osteoporosis di Usia Lanjut

Aldo Muhammad Hamka 102013209

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen KridaWacana

Jl.TerusanArjuna No.06 KebonJeruk-Jakarta Barat 11510

Telp:(021)56942061. Fax (021)5631731

Email : [email protected]

Abstrak

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering

dijumpai, dan sering menyerang tulang belakang (columna

vertebralis). Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh,

dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas

superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul

meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Osteoporosis ada

hubungannya dengan estrogen dalam pembentukan matriks. Secara

tidak langsung, kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan

kalsium ke dalam tubuh karena dihambatnya sekresi PTH dan

menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca

menopause primer, jelas akibat tidak adanya hormon estrogen

menurunnya fungsi osteoblas dan meningkatnya aktivitas osteoklas

serta menurunnya kualitas hidup yang meningkatkan resiko

terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun

dengan cepat. Tulang juga akan menjadi rapuh dan mudah patah.

Kata Kunci: osteoporosis, vertebral, estrogen, menopause,

osteoklas, osteoblas

Abstract

Osteoporosis is a bone disease that have the most patient around the world, and often attacks

the spine (vertebral columna). Columna vertebral body is the main pillar, and serves to refute

skull, shoulder girdle, the superior extremities, and chest wall and through the pelvic girdle

forward weight to the lower extremities. Osteoporosis has something to do with estrogen in a

matrix formation. Indirectly, low estrogen levels affect the intake of calcium into the body

because of being such PTH secretion and inhibits the synthesis of calcitriol. So the primary

postmenopausal osteoporosis, obviously due to the absence of the hormone estrogen decline in

the function of osteoblasts and osteoclasts increased activity and decreased quality of life

increases the risk of osteoporosis leading to decreased bone mass rapidly. The bones will also

become brittle and easily broken

.Keyword : osteoporosis, vertebral, estrogen, menopause, osteoclasts, osteoblasts

Pendahuluan

Latar belakang

Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang paling sering

dijumpai.

Penyakit ini sering tanpa keluhan dimana densitas tulang berkurang

secara

progresif dengan kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang

menjadi

rapuh, mudah patah dan tidak terdeteksi sampai terjadi patah

tulang. Osteoporosis merupakan suatu problem kesehatan di seluruh

dunia. Sebenarnya tidak hanya gangguan homeostatis kalsium sebagai

salah satu faktor penyebab terjadinya osteoporosis, tetapi masih

banyak faktor-faktor lain yang mempunyai peran/kontribusi,

diantaranya adalah defisiensi/ insufisiensi vitamin D. Aktivitas

sel sel tulang yaitu resorpsi dan pembentukan dikendalikan oleh dua

faktor yaitu faktor sistemik ( hormon) dan faktor local ( generated

cytokines

dan growth factor ). Salah satu faktor sistemik tersebut adalah

1,25 dihydroksivitamin D. Selain vitamin D, factor sistemik lain

adalah hormone paratiroid (PTH ), kalsitonin, insulin,

estrogen/androgen, hormon pertumbuhan dan hormon tiroid.

mempengaruhi proses remodelling tersebut, yang pada akhirnya akan

menimbulkan kelainan pada Pada makalah ini akan dijelaskan

metabolisme vitamin D secara fisiologis mempunyai pengaruh

mekanisme remodelling tulang. Adanya defisiensi ataupun

insufisiensi vitamin D akan tulang ( Osteoporosis Primer ).Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menjawab skenario 11:

“Seorang ibu berumur sekitar 55 tahun ingin sekali menggedong anaknya yang baru berumur

3 tahun. namun ia tidak sanggup karena tulang punggung dan lututnya terasa lemah/ngilu.

Dokter menyatakan bahwa ibu tersebut menderita osteoporosis”.

Isi

Identifikasi istilah

Osteoporosis

Osteoporosis atau keropos tulang adalah suatu penyakit tulang

yang ditandai dengan

adanya penurunan masa tulang dan perubahan struktur pada jaringan

mikroarsitektur

tulang, yang menyebabkan kerentanan tulang meningkat disertai

kecenderungan

terjadinya fraktur, terutama pada proksimal femur, tulang

belakang dan pada tulang

radius. Baik pada laki-laki maupun wanita mempunyai kecenderungan

yang sama

terhadap ancaman fraktur tulang tersebut, walaupun demikian

penyakit ini dapat

dicegah maupun diobati. Terdapat beberapa faktor utama sebagai

faktor resiko yang berhubungan erat dan mempunyai kontribusi

utama terhadap proses perkembangan osteoporosis. Faktor

resiko tersebut sering ditemukan, tetapi pada beberapa individu

dengan osteoporosis

sulit ditentukan dengan jelas faktor resiko osteoporosis

tersebut. Hampir separuh masa kehidupan terjadi mekanisme

kerusakan tulang ( resorpsi ) dan

pembentukan tulang ( formasi). Selama masa anak-anak dan dewasa

muda,

pembentukan tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerusakan

tulang. Titik

puncak massa tulang ( Peak bone mass ) tercapai pada sekitar usia

30 tahun, dan

setelah itu mekanisme resopsi tulang menjadi jauh lebih cepat

dibandingkan dengan

pembentukan tulang. Penurunan massa tulang yang cepat akan

menyebabkan

kerusakan pada mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang

trabekular.

Osteoporosis dibagi dalam 2 bentuk, yaitu primer dan sekunder.

Dikatakan osteoporosis

primer apabila penyebabnya berhubungan dengan usia ( senile

osteoporosis) atau

penyebabnya tidak diketahui sama sekali ( idiopathic

osteoporosis). Pada laki-laki, istilah

idiopatik digunakan hanya pada usia lebih dari 70 tahun, dengan

asumsi penyebabnya

adalah berhubungan dengan usia. Progresifitas resorpsi tulang

merupakan kondisi

normal dalam penuaan ( aging process). Mekanisme ini diawali pada

antara usia dekade

3 sampai 5 kehidupan, perkembangan resopsi tulang lebih cepat

pada tulang trabelukar

dibanding pada tulang kortikal, dan pada wanita akan mengalami

percepatan

mekanisme ini menjelang menopause.

Pada Osteoporosis sekunder ; kebiasaan gaya hidup, obat-obatan

atau penyakit tertentu

merupakan penyebab utama terjadinya osteoporosis. Penyebab

tersering osteoporosis

sekunder adalah terapi dengan glukokortikoid ( sindroma

cushing ), tirotoksikosis,

alkoholisme, hiperparatiroid, diabetes melitus, hipogonadisme,

perokok, penyakit

gastrointestinal, gangguan nutrisi, hipercalsiuria dan

immobilisasi.

Rumusan masalah

Seorang perempuan umur 55 tahun yang menghidap osteoporosis tidak

dapat mengangkat anak nya

Hipotesis

Sang ibu dinyatakan terkena osteoporosis primer yang di sebabkan oleh

penambahan umur yang menyebabkan berkurang nya kepadatan tulang yang

menyebabkan sang ibu tidak bisa mengangkat anak nya

Sasaran pembelajaran

1, memahami mekanisme impuls mulai dari motorik otot.

2. memahami mekanisme kontraksi otot somatic

3. memahami mekanisme penyediaan energy pada jaringan sedang dan besar

4. menjelaskan fungsi ca2++ dan vit d pada pertumbuhan tulang

5. proses modding dan remodeling

Pembahasan

Mekanisme Kontraksi Otot

Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi otot

dikenal dengan nama “model pergeseran filamen” (sliding filament

mode), seperti terlihat pada gambar berikut.

Kontraksi otot dipicu oleh impuls saraf

Struktur miosin dan aktin pada saat

kontraksi dan relaksasi otot

Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat

datang impuls, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan

serabut otot dipenuhi oleh asetil kolin. Asetil-kolin ini akan

merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion kalsium

akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan tropomiosin yang

menyebabkan adanya sisi aktif pada filamen tipis (aktin). Kepala

miosin (filamen tebal), segera bergabung dengan filamen tipis

tepat pada sisi aktif. Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin

disebut jembatan penyeberangan (cross bridges).

Segera setelah terbentuk, jembatan penyeberangan tersebut

membebaskan sejumlah energi dan menyampaikan energi tersebut ke

arah filamen tipis. Proses ini menyebabkan filamen tipis

mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang

mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala miosin akan lepas dari

filamen tipis.

Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan

peristiwa ini, maka filamen tipis akan lepas dari filamen tebal.

Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali. Proses ini

berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Jadi,

kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan. Apabila

tidak ada rangsangan maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada

saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak memiliki sisi aktif

lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.

Energi untuk Kontraksi Otot

ATP (adenosin trifosfat) merupakan sumber energi bagi otot. Akan

tetapi, jumlah yang tersedia hanya dapat digunakan untuk

kontraksi dalam waktu beberapa detik saja. Otot vertebrata

mengandung lebih banyak cadangan energi fosfat yang tinggi berupa

kreatin fosfat sehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang

segera dipakai untuk membentuk ATP dari ADP.

Persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini

harus segera dipenuhi lagi dengan cara oksidasi karbohidrat.

Cadangan karbohidrat di dalam otot adalah glikogen. Glikogen

dapat diubah dengan segera menjadi glukosa-6-fospat. Perubahan

tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel yang

berlangsung dalam mitokondria yang menghasilkan ATP.

Apabila kontraksi otot tidak terlalu intensif atau tidak

terusmenerus, glukosa dapat dioksidasi sempurna menghasilkan CO2

dan H2O dengan respirasi aerob. Apabila kontraksi otot cukup

intensif dan terus-menerus maka suplai oksigen oleh darah ke

dalam otot tersebut tidak cepat dan banyak untuk mengoksidasikan

glukosa. Oleh karena itu, penyediaan energi bagi kontraksi otot

didapatkan dari proses respirasi anaerob, suatu proses yang tidak

memerlukan oksigen. Keuntungan proses ini dapat menyediakan

energi bagi kontraksi otot dengan segera, walaupun jumlah energi

yang diberikan relatif sedikit dibandingkan proses aerob.

Pada respirasi anaerob, glukosa diubah menjadi asam laktat dengan

sejumlah energi. Energi ini digunakan untuk membentuk kembali

kreatin fosfat, yang nantinya dapat menghasilkan energi untuk

membentuk ATP dari ADP.

Asam laktat yang tertimbun di dalam otot akan segera berdifusi

pada sistem peredaran darah. Apabila penggunaan otot terus-

menerus, pembentukan asam laktat yang banyak akan menghambat

kerja enzim dan menyebabkan kelelahan (fatigue).

Metabolisme otot

Kontraksi otot bergantung pada produksi ATP dari salah satu dari

tiga sumber, yaitu :

(1)   Kreatinin fosfat (creatinine phosphate, CP) yang disimpan di

otot

(2)   Fosforilasi oksidatif bahan makanan yang disimpan di atau

dikirimkan ke otot

(3)   Glikolisis anaerob

CP + ADP = C +

ATPKeletihan otot terjadi apabila penggunaan ATP di otot menjadi

berlebihan. Ketika otot pertama kali mulai berkontraksi, otot

mulai mengguakan simpanan CP-nya untuk mendorong kontraksi. CP

mengandung molekul fosfat energi tinggi yang dipindahkan ke ADP

untuk menghasilkan ATP:

Sumber ATP ini cepat diakses, tetapi dibatasi oleh jumlah CP yang

terdapat di sel pada permulaan kontraksi. Setelah beberapa detik,

otot mulai mengandalkan sebagian besar fosforilasi oksidatif.

Sumber energi untuk fosforilasi oksidatif adalah glikogen yang

disimpan di otot dalam suplai darah. Sumber energi ini tersedia

selama 30 menit lebih, bergantung pada intensitas kontraksi.

Apabila intensitas olahraga sangat tinggi, atau durasinya sangat

lama, otot mulai semakin mengandalkan glikolisis anaerob.

Glikolisis anaerob menghasilkan ATP dalam jumlah terbatas dari

metabolisme glikogen otot dan glukosa darah yang bersirkulasi.

Otot yang menggunakan glikolisis anaerob sebagian besar produksi

ATP-ya dengan cepat mengalami keletihan. Keletihan otot dapat

diperkirakan secara eksperimental akibat deplesi glikogen yang

disimpan di otot. Asam laktat adalah produk sampingan glikolisis

anaerob dan dapat ditimbun otot

Fisiologis TulangTulang rangka tubuh manusia terdiri tulang kortikal 70-80% dan

tulang trabekular 20-30%. Pada keadaan normal tulang rangka,

sebanyak 25% volume tulang anatomi yang spesifik sebagai

jaringan tulang. Dan 75 % merupakan sumsum tulang (bone marrow)

dan lemak, tetapi ini sangat bervariasi tergantung sebagaimana

besar tulang skeletonnya. Pada jaring tulang yang spesifik,

hanya 60% berupa mineral tulang dan 40% merupakan jaringan

organik, berupa kolagen. Sumsum tulang mengandung stroma,

jaringan mieloid, sel lemak, pembuluh darah, sinusoid, dn

beberapa jaringan limfe. Jaringan tulang sangat kompleks,

aktifitas metabolisme aktif pada tulang pada proses mineralisasiyang terdiri dari komposisi esensial, yaitu garam kalsium dan

fosfat. Garam tersebut merupakan 2/3 bagian dari berat tulang

kering dan merupakan unsur yang paling banyak kalsium dan fosfat

dari seluruh tubuh. Integritas tulang dipertahankan oleh

kompartement ekstraselular Kalsium. Tubuh mengandung 1000 gram (

2500 mmol) Kalsium, terdiri dari 9 gram ( 225 mmol ) berada di

jaringan lunak, 1 gram ( 25 mmol) berada di cairan ekstraseluler

dan sisanya berada pada jaringan tulang. Seperti dikemukakan

dalam pendahuluan bahwa aktivitas sel sel tulang yaitu resorpsi

dan pembentukan dikendalikan oleh faktor sistemik, salah satu

faktor sistemik tersebut adalah 1,25 dihydroksivitamin D. Selain

vitamin D, faktor sistemik lain adalah hormon paratiroid (PTH ),

kalsitonin, insulin, estrogen/androgen, hormon pertumbuhan dan

hormon tiroid. Semua faktor tersebut saling terkait dalam proses

metabolisme tulang.

Columna Vertebralis

Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan

berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas superior,

dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat

badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medula

spinalis, radix nervi spinals, dan lapisan penutup meningen, yang

dilindungi oleh columna vertebralis.

Komposisi Columna Vertebralis

Columna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7

vertebra cervicales, 12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis,

5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan 4

vertebra coccygis. Struktur columna tersebut fleksibel, karena

columna bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-

sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus

intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna.

Ciri-Ciri Umum Vertebra

Semua vertebra mempunyai pola yang sama. Vertebra tipikal,

terdiri atas corpus yang bulat di interior dan arcus vertebrae di

posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut foramen

vertebralis, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-

bungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang

berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi arcus, dan sepasang

lamina gepeng yang melengkapi arcus dari posterior. Arcus

vertebrae mempunyai 7 processus yaitu 1 processus spinosus, 2

processus transversus, dan 4 processus articularis.

Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari

pertemuan kedua laminae. Processus transversus menonjol ke

lateral dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus spinosus

dan processus ransversus berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi

tempat melekatnya otot dan ligamentum.

Processus articularis superior terletak vertical dan terdiri

atas 2 processus articularis superior dan 2 processus articularis

inferior. Processus ini menonjol dari pertemuan antara lamina dan

pediculus, dan facies articularisnya diliputi oleh cartilago

hyaline. Kedua processus articularis superior dari sebuah arcus

vertebrae bersendi dengan kedua processus articularis, inferior

dari arcus yang ada di atasnya membentuk sendi sinoval.

Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya,

membentuk incisura vertebralis superior dan inferior. Pada

masing-masing sisi, incisura vertebralis superior sebuah vertebra

dan incisura vertebralis inferior dari vertebra di atasnya

membentuk foramen intervertebrale. Foramina ini pada kerangka

yang berartikulasi berfungsi sebagai tempat lewatnya nervi

spinals dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervus

spinalis bergabung di dalam foramina ini, bersama dengan

pembungkusnya membentuk saraf spinalis segmentalis.

Vitamin D

Vitamin D mempunyai kontribusi penting dalam proses remodelling

tulang.Dalam mempertahankan fungsi mekanik dan biologi tulang

tersebut,vitamin D yang lebih tepat disebut hormon, berinteraksi

dengan organ ginjal dan gastrointestinal, sehingga terjadi homestatis

calsium dan fosfat. Dengan terjadinya gangguan baik insufisiensi

maupun defisiensi vitamin D

maka akan terjadi gangguan remodelling tulang, sehingga terjadi

progresivitas kehilangan masssa tulang, yang akan menjadi ancaman

fraktur. Insufisiensi/ defisiensi vitamin D merupakan indikasi untuk

pemberian suplement vitamin D, minimal 400 Iu dalam sehari. Walaupun

demikian baik terapi suplementasi maupun ajuvantivus vitamin D, tidak

menjadi

pilihan pengobatan tunggal, tetapi sebaiknya terapi kombinasi dengan

preparate obat lain yang mempengaruhi remodelling tulang

Pembentukan tulangTulang adalah jaringan ikat yang mengalami mineralisasi.

Tulang mengandung materi organik dan anorganik. Materi organiknya

sebagian besar berupa protein. Tulang adalah suatu struktur

dinamik yang mengalami siklus remodeling terus menerus, berupa

resorpsi yang diikuti oleh pengendapan jaringan tulang baru.

Remodeling ini memungkinkan tulang beradaptasi terhadap sinyal

fisik (seperti peningkatan beban yang harus disangga) dan hormon.

Jenis sel utama yang berperan dalam penyerapan dan

pengendapan tulang adalah osteoklas dan osteoblas. Osteoklas

berkaitan dengan resorpsi dan osteoblas dengan pengendapan

tulang. Osteosit berasal dari osteoblas; sel ini juga tampaknya

ikut serta dalam pemeliharaan matriks tulang. Osteoklas adalah

sel multinukleus yang berasal dari sel tunas hematopoietic

pluripoten. Osteoklas memiliki domain membran apikal, dan

memperlihatkan tepi bergelombang yang berperan utama dalam

penyerapan tulang.

Suatu ATPase pemindah proton mengeluarkan proton melalui

tepi bergelombang ke dalam area resorpsi, yang merupakan

lingkungan mikro ber-pH rendah. Hal ini menurunkan pH local

menjadi 4,0 atau kurang sehingga hidroksiapatit lebih mudah larut

dan memungkinkan terjadinya demineralisasi. Osteoblas, sel

mononukleus yang berasal dari prekursor mesenkim pluripoten yang

menyintesis sebagian besar protein yang ditemukan di tulang serta

berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin. Sel ini bertanggung

jawab bagi pengendapan matriks tulang baru (osteoid) dan

mineralisasi selanjutnya. Osteoblas mengontrol mineralisasi

dengan mengatur lewatnya ion kalsium dan fosfat melalui membran

permukaannya. Fosfat tersebut mengandung fosfatase alkali, yang

digunakan untuk menghasilkan ion fosfat dari fosfat organik.

Banyak faktor yang berperan dalam regulasi metabolisme tulang.

Sebagian faktor merangsang osteoblas (misalnya hormone paratiroid

dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol) dan yang lain menghambatnya

(misalnya kortikosteroid). Hormone paratiroid dan 1,25-

dihidroksikolekalsiferol juga merangsang osteoklas, sementara

kalsitonin dan estrogen menghambatnya. Estrogen tampaknya

berkaitan erat dengan timbulnya osteoporosis.

Proses terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu

melalui osifikasi intra membran dan osifikasi endokondral :

1. Osifikasi intra membran

Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi

jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang pipih.

Pada proses perkembangan hewan vertebrata terdapat tiga lapisan

lembaga yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Mesenkim

merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang

menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal

langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi

intramembran.

2. Osifikasi endokondral

Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim

berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan)

lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan

tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses

osifikasi ini bertanggung jawab pada pembentukkan sebagian besar

tulang manusia. Pada proses ini sel-sel tulang (osteoblas) aktif

membelah dan muncul dibagian tengah dari tulang rawan yang

disebut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi

osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada

matriks tulang.

Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk

tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus

perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang

sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini

akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium

berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada

bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga

pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian

pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat

kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua

sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang

rawan ini.

Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan

fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat

kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini,

sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap

selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga

terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa.

Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise

yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang

rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram

epifise. Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram

epifise terus- menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan

diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal

cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada

pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga

sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum

membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum

membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.

Tulang Secara MikroTulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi

antarsel berkapur, yaitu matriks tulang, dan 3 jenis sel seperti:

osteosit, yang terdapat di rongga-rongga di dalam matriks;

osteoblas, yang Man sintesis unsur organic matriks, dan osteoklas

yang merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam

resorpsi dan remodeling jaringan tulang. Karena metabolit tidak

dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur,

pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada

komunikasi melalui kanalikuli, yang merupakan celah-celah

silindris halus, yang menerobos matriks.

Osteoblas

Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik

matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein).

Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung pada

adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan

tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila

osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk

kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila

aktivitas sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan

sifat basofilik pada sitoplasmanya akan berkurang. Beberapa

osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru

terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk

rongga yang disebut lakuna. Lakuna dihuni osteosit beserta

juluran-julurannya, bersama sedikit matriks ekstrasel yang tidak

mengapur.

Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki

struktur ultra sel yang secara aktif mensintesis protein untuk

dikeluarkan. Osteoblas merupkan sel yang terpolarisasi. Komponen

matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan

matriks tulang yang lebih “tua”, dan menghasilkan lapisan matriks

baru (belum berkapur) yang disebut osteoid, diantara lapisan

osteoblas dan tulang yang baru dibentuk. Proses ini, yaitu

aposisi tulang, dituntaskan dengan pengendapan garam-garam

kalsium ke dalam matriks yang baru terbentuk.

Osteosit

Osteosit berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang

terletak di antara lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit

dalam satu lakuna. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit

yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit

retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti

yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk

mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya diikuti oleh

resorpsi matriks tersebut.

Osteoklas

Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian

badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih).

Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di

dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks,

yang dikenal sebagai lakuna Howship. Osteoklas berasal dari

penggabungan sel-sel sumsung tulang. Pada osteoklas yang aktif,

matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara tak

teratur, seringkali berupa tonjolan yang terbagi lagi, dan

membentuk batas “bergelombang”. Batas bergelombang ini

dikelilingi oleh zona sitoplasma (zona terang) yang tidak

mengandung organel, namun kaya akan filament aktin. Zona ini

adalah tempat adhesi osteoklas pada matriks tulang dan

menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang.

Matriks Tulang

Berat kering matriks tulang 50% terdiri dari bahan

anorganik. Bahan-bahan yang ditemukan pada matriks tulang adalah

berupa kalsium, fosfor, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium,

dan natrium.

Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan

substansi dasar, yang mengandung agregat proteoglikan dan

beberapa glikoprotein structural spesifik. Glikoprotein tulang

bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang.

Jaringan lain yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak

mengapur dan tidak mengandung glikoprotein tersebut. Karena

kandungan kolagennya tinggi, matriks tulang yang terdekalsifikasi

terikat kuat dengan pewarna serat kolagen. Gabungan mineral

dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada

jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi,

bentuknya tetap terjaga, namun menjadi fleksibel mirip tendon.

Jenis–Jenis Penyakit Tulang

Ada beberapa macam gangguan atau kerusakan yang menyebabkan

terjadinya penyakit pada tulang, seperti :

1. Osteolisis

Hancurnya tulang yang mungkin disebabkan oleh trauma atau

kecelakaan berat dan juga mungkin disebabkan adanya kanker

yang mengenai tulang.

2. Osteomalacia

Gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan

melunak. Orang yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri

kaki bengkok, tulang punggung memendek dan tulang pinggul

pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium

dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari.

3. Osteoarthritis

Gangguan yang ditandai dengan menipisnya tulang rawan yang

ada di persendian, sehingga menggangu gerak persendian.

4. Rhematoid Arthritis

Penyakit rematik yang juga bisa menyerang tulang dan

persendian.

5. Osteopenia

Suatu keadaan dimana terjadi penurunan massa tulang, suatu

keadaan atau gejala awal terjadinya osteoporosis.

6. Osteoporosis

Suatu penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan

menurunnya massa tulang, kerusakan tubuh atau arsitektur

tulang sehingga tulang mudah patah.

Estrogen dan OsteoporosisSelama perkembangannya tulang membutuhkan kalsium yang

tinggi, dan setelah mencapai massa pubertas kematangan hormon

reproduksi estrogen pada wanita dan testosteron pada laki-laki,

karena pengaruh anabolik dan prekusor estrogen terjadilah proses

remodeling tulang. Peranan sel tulang osteoblas dalam membentuk

formasi tulang dan osteoklas meresorpsi tulang menyebabkan

terjadinya remodeling tulang tampaknya sederhana, tetapi di

belakang proses remodeling ini terjadi proses yang rumit.

Secara tidak langsung, kadar estrogen yang rendah

mempengaruhi asupan kalsium ke dalam tubuh karena dihambatnya

sekresi PTH dan menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada

osteoporosis pasca menopause primer, jelas akibat tidak adanya

hormon estrogen menurunnya fungsi osteoblas dan meningkatnya

aktivitas osteoklas serta menurunnya kualitas hidup yang

meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan

massa tulang menurun dengan cepat.

KesimpulanOsteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering

dijumpai, dan sering menyerang tulang belakang (columna

vertebralis). Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh,

dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas

superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul

meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Osteoporosis ada

hubungannya dengan estrogen dalam pembentukan matriks. Secara

tidak langsung, kadar estrogen yang rendah mempengaruhi asupan

kalsium ke dalam tubuh karena dihambatnya sekresi PTH dan

menghambat sintesis kalsitriol. Jadi pada osteoporosis pasca

menopause primer, jelas akibat tidak adanya hormon estrogen

menurunnya fungsi osteoblas dan meningkatnya aktivitas osteoklas

serta menurunnya kualitas hidup yang meningkatkan resiko

terjadinya osteoporosis sehingga menyebabkan massa tulang menurun

dengan cepat. Tulang juga akan menjadi rapuh dan mudah patah.Hal

ini lah yang menyebabkan sang ibu tidak bisa mengangkat anak nya.

Daftar pustaka.

1. Unpad. Patofisiologi primary osteoporosis. Post at 2006.

Diunduh dari

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/patof

isiologi_primary_osteoporosis_metabolisme_vitamin_d.pdf, 25

Maret 2011.

2. Snell Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran.

Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.h.881-4.

3. Srapper. Columna vertebralis. Post at 2008. Diunduh dari

http://kr.blog.yahoo.com/sysrapper /yblog.html, 25 Maret

2011.

4. Suherman Suharti K, Tobing Dohar A.L. Osteoporosis. Edisi

ke-1. Jakarta: Perosi; 2006.h.3-6.

5. Murray Robert K, Granner Daryl K, Rodwell Victor W.

Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2009.h.575-7.

6. Universitas Jember. Mekanisme pembentukan tulang. Post at

2010. Diunduh dari

http://www.scribd.com/doc/29426430/MEKANISME-PEMBENTUKAN-

TULANG, 25 Maret 2011.

7. Tambayong Jan. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi ke-

10. Jakarta: EGC; 2007.h.134-7.

8. Vanderbilt. Komposisi tulang. Post at 2008. Diunduh dari

http://mc.vanderbilt.edu, 25 Maret 2011.

9. Alovell. Struktur dan penyakit tulang. Post at 2009.

Diunduh dari http://medicastore.com/alovell/isi.php?

isi=tulang, 25 Maret 2011.

10. O Sahota. Osteoporosis and the role of vitamin D and

Calsium-vitamin D

deficiency, vitamin D insufficiency and vitamin D

sufficiency. Age ang

Aging, 2000. 301 – 304.