makalah hewan lab

25
Tugas Hewan Laboratorium PEMANFAATAN HEWAN COBA, PROSEDUR PEMANFAATAN, DAN TEKNIK PEMANFAATAN ANJING (Canis familiaris) Nama Kelompok : 1. Bekti Sri Utami (135130100111037 ) 2. Veppy Yulanda S (135130100111038) 3. Jodi Faisal Muhammad (135130100111039) 4. S Efi Wulansari (135130101111041) 5. Dwiyana Marta Afrida (135130101111042) 6. Alida Vidya Puspita (135130101111045) 7. Ivana Aginta (135130101111046) 8. Damar Alam P (135130101111047) 9. Sari Mentari (135130101111048) 10. Nathanya Rizkiani (135130101111049) Program Kedokteran Hewan

Upload: ubrawijaya

Post on 25-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Hewan Laboratorium

PEMANFAATAN HEWAN COBA, PROSEDUR PEMANFAATAN, DAN TEKNIK

PEMANFAATAN

ANJING (Canis familiaris)

Nama Kelompok :

1. Bekti Sri Utami (135130100111037 )

2. Veppy Yulanda S (135130100111038)

3. Jodi Faisal Muhammad (135130100111039)

4. S Efi Wulansari (135130101111041)

5. Dwiyana Marta Afrida (135130101111042)

6. Alida Vidya Puspita (135130101111045)

7. Ivana Aginta (135130101111046)

8. Damar Alam P (135130101111047)

9. Sari Mentari (135130101111048)

10. Nathanya Rizkiani (135130101111049)

Program Kedokteran Hewan

Universitas Brawijaya

2014/2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hewan Laboratorium adalah hewan yang dipelihara khusus

sebagai hewan percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran,

dan penghasil bahan biomedik ataupun dikembangkan menjadi

hewan model untuk penyakit manusia (Sulaksono,1987). Hewan

Laboratorium dapat meliputi mencit, tikus, marmot, kelinci,

kucing, anjing, kera, unggas dan hewan yang relatif kecil yang

disiapkan untuk eksperimentasi (UFAW,1987).

Pemanfaatan hewan coba menurut pengertian secara umum adalah

untuk penelitian yang berdasar aktivitas biologis. Berdasarkan

pada bidang ilmu yang dibina dan lingkungan tempat bernaungnya

laboratorium, maka pemanfaatan hewan percobaan akan mengarah

pada suatu tujuan khusus.Penggunaan hewan laboratorium banyak

digunakan di bidang fisiologi, farmakologi, biokimia,

patologi,zoology dan ekologi. Dalam bidang kedokteran selain

untuk penelitian, hewan percobaa juga sering digunakan untuk

keperluan diagnostic. Sedangkan dalam bidang pendidikan dan

psikologi, hewan laboratorium digunakan untuk pengamatan

tingkah laku hewan.

Anjing sering digunakan sebagai hewan laboratorium dalam

berbagai bidang, seperti contoh dalam uji toksisitas, yaitu

1

uji suatu bahan apakah mengandung zat berbahaya bagi tubuh

atau tidak. Dalam memilih hewan laboratorium perlu

diperhatikan pedoman untuk menggunakan hewan laboratorium

yaitu 3R : Replacement, Refinement and Reduction. Replacement

adalah dalam penggunaan hewan laboratorium dianjurkan untuk

tidak menggunakan hewan berderajat tinggi (anjing, kucing,

kuda, kera,dll) selagi masih bisa menggunakan hewan dengan

derajat yg rendah seperti tikus,mencit dan hamster. Refinement

yaitu menggunakan metode dengan tingkat kesakitan yang rendah

pada hewan laboratorium ( hewan coba ). Sedangkan reduction

adalah penghematan dalam menggunakan hewan laboratorium atau

dengan kata lain menggunakan hewan laboratorium sesuai

kebutuhan saja.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan

hewan coba yaitu hewan kecil seperti anjing dan prosedur dan

teknik pemanfaatannya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemanfaatan

a) Aspirasi Darah

Salah satu pemanfaatan anjing sebagai hewan

laboratorium yaitu untuk diambil darahnya. Proses

pengambilan darah pada anjing sebagai hewan laboratorium

2

digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi tingkat

kadar suatu zat yang terkandung dalam darah anjing tersebut,

dimana nantinya mampu mendeteksi penyakit, menentukan

risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan

dan terapi, serta dapat mengetahui ada tidaknya

kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan memiliki

potensial membahayakan.

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk

hidup tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan

okigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut

bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai

pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah

merupakan cairan yang sangat penting bagi makhluk hidup

karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki

banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Darah

juga berperan memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh dan

memelihara keseimbangan asam basa (pH) (Colville, 2002).

Berdasarkan fungsi atau perannya, darah dapat digunakan

sebagai salah satu bentuk terapi cairan, yaitu dengan cara

dilakukannya transfusi pada hewan yang membutuhkan

(Battaglia, 2001).

b) Hewan Model

Pemanfaatan anjing sebagai hewan model dimaksudkan

untuk penggunaan bagian,organ atau sistem tertentu dari

hewan coba sebagai model yang sama dengan manusia. Karena

berbagai organ atau sistem pada manusia itu dapat dipelari

3

pada hewan dan kemudian diekstrapolasikan ke manusia.

Terutama pada anjing, yang makanannya hampir sama dengan

manusia. Cara ini telah memunculkan banyak penelitian-

penelitian yang telah menghasilkan banyak sekali penemuan

yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Cara ini telah

memunculkan banyak penelitian-penelitian yang telah

menghasilkan banyak sekali penemuan yang mendatangkan

manfaat bagi manusia. Oleh karena itu, anjing yang digunakan

dalam penelitian, pendidikan dan uji coba sesedikit mungkin

mengalami penderitaan dan atau kesakitan selama digunakan .

Penggunaan anjing sebagai model dalam penelitian

biomedik dapat menyediakan informasi pada masalah-masalah

biomedik pada manusia (“Penggunaan anjing sebagai hewan coba

telah dilakukan awal abad ke- 17. Adanyapersamaan sistem

organ dalam dan perototan menyebabkan anjing banyak dipakai

dalam penelitiarl sirkulasi dan kardiovaskular. Ukuran

anjing yang relatif sedang, masa kehidupan yang lama serta

angka kejadian kanker yang tinggi memungkinkan anjing

dipakai sebagai hewan coba untuk mengetahui penyebab

(etinlogi), patogenesis dan terapi kanker”). Tersedianya

data immunohepatologik menyebabkan anjing berguna sebagai

model untuk cangkok organ. Sebagai akibat adanya seleksi

yang intensif menyebabkan beragamnya bentuk, ukuran dan

perilaku. pada anjing. Sebagai konsekuensi peningkatan

pemurnian menyebabkan timbulnya kelainan genetik dan

kejadian kelainan genetik ini pola penurunannya seperti yang

4

diamati pada manusia. OIeh karena itu anjing sangat baik

dipakai sebagai model dalam mengetahui pola penurunan gen

yang bertanggung jawab pada penampakan fenotifik perilaku

dan patologik"'. Di Indonesia masih sedikit digunakan anjing

sebagai model penelitian biomedik meskipun banyak dijumpai

anjing, baik anjing lokal maupun anjing ras.

2.2 Prosedur Pemanfaatan

a) Prosedur untuk pengambilan darah

1. Pengambilan darah Vena Cephalica Antibrachii Anterior

Pembuluh darah ini terletak pada bagian distal anterior

kaki depan. Ini bisa dilakukan pada hewan anjing, kucing,

ruminansia kecil (domba dan kambing yang berukuran kecil,

jika ternak tersebut direbahkan).

Prosedur pengambilan darah adalah sebagai berikut :

Rambut di sekitar pembuluh darah dicukur bila perlu

pembuluh darah dibendung pada bagian siku setelah darah

terbendung

Daerah tersebut diusap dengan kapas yang dibasahi dengan

alcohol. Tujuannya untuk desinfeksi pembuluh darah

dengan lubang jarum menghadap ke atas.

Jarum suntik ditusukan dengan sudut 300 ke arah atas pada

pembuluh darah

Setelah jarum masuk, dilakukan aspirasi untuk mengambil

darah yang dibutuhkan, jika darah tidak terhisap artinya

jarum belum masuk ke dalam pembuluh darah

5

Untuk mengidentifikasi terhisap atau tidak adanya darah,

ada baiknya sebelum diberikan sedikit udara dengan

menarik sedikti spuit

    

2. Pengambilan Darah Vena Saphena Magna

Pembuluh darah ini terletak pada daerah lateral kaki

belakang dan menyilang dengan arah cranioventral pada

sekitar tendo achilles. Ini bisa dilakukan pada hewan

anjing dan kucing.

Prosedur pengambilan darah adalah sebagai berikut:

Rambut di sekitar pembuluh darah dicukur bila perlu.

Pembuluh darah dibendung pada bagian proksimal

Setelah darah terbendung, daerah tersebut diusap dengan

kapas yang dibasahi alkohol. Tujuannya adalah untuk

desinfeksi.

6

Jarum suntik steril ditusukkan dengan sudut 300 ke arah

atas pada pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap ke

atas.

Setelah jarum masuk, dilakukan aspirasi untuk mengambil

darah yang dibutuhkan. Jika darah tidak terhisap, artinya

jarum belum masuk ke dalam pembuluh darah maka spuit

ditarik sedikit dan dimasukkan dengan arah pembuluh darah,

untuk mengidentifikasi terisap atau tidaknya darah ada

baiknya sebelum diberikan sedikit udara (dengan menarik

sedikt spuit) sebelum menusuk.

b) Prosedur menjadi hewan model

Beberapa cara pengambilan sampel pada hewan anjing,yaitu

(Pilja, 2012):

1. Pengambilan sampel baik berupa kerokan kulit, feses, urin,

mukus, saliva, maupun darah diperlukan untuk tujuan

diagnosa atau peneguhan diagnosa penyakit.

2. Pengambilan darah pada anjing bisa dilakukan pada vena

femoralis kaki belakang atau vena saphena pada kaki depan

dengan menggunakan spuit yang steril.

3. Pengambilan feses pada anjing bisa dilakukan dengan

memakai alat yang dimasukkan ke dalam anus. Kemudian

dikeluarkan dan diambil feses yang menempel pada alat

tersebut. Pengambilan feses bisa juga dilakukan saat

pengukuran suhu tubuh anjing melalui anus, dengan cara

memasukkan termometer secara lebih dalam yang akan

7

menempelkan feses untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

dalam laboratorium.

4. Pengambilan urin anjing bisa dilakukan secara kateterisasi

pada anjing jantan dan betina. Untuk anjing betina,

caranya adalah meraba orificium uretra externum kemudian

memasukkan alat kateter kedalam lubangnya. Sedangkan pada

anjing jantan dilakukan dengan memasukkan kateter kedalam

lubang penis setelah dibuka preputiumnya.

2.3 Teknik Pemanfaatan

a) Teknik pengambilan darah

Pada dasarnya teknik pengambilan sampel darah pada

berbagai jenis hewan hampir sama. Perbedaan yang mendasar

hanya pada tempat pengambilan sampel darah dan ukuran jarum

yang digunakan. Namun pada prosedur dan tekniknya hampir

sama.

Posisi hewan yang akan diambil sampel darahnya harus

dalam posisi yang nyaman dan kondisi hewan tenang. Selain

akan mempermudah dalam pengambilan sampel darah, juga akan

lebih meminimalisir rasa sakit pada hewan dan hal tersebut

merupakan salah satu kaidah “animal welfare” atau yang biasa

di sebut kesejahteraan hewan. Untuk sebagian hewan yang

ukuran tubuhnya agak besar sehingga susah untuk diposisikan

dalam posisi yang tepat, maka bisa digunakan penjepit atau

kerangka. Namun untuk hewan yang ukuran tubuhnya kecil maka

cukup dipegang oleh praktikan pada bagian tertentu.

8

Pertama-tama cari titik pada tubuh hewan yang banyak

mempunyai pembuluh darah sehingga akan mempermudah dalam

pengambilan darah. Bagian tersebut sebelumnya perlu

dibersihkan dengan alkohol. Pembersihan tersebut berfungsi

untuk menghindarkan dari adanya bakteri (sterilisasi).

Selain untuk sterilisasi, pembersihan dengan alkohol dapat

meminimalisir terjadinya infeksi pada hewan setelah

dilakukan pengambilan sampel darah.

Jarum yang merupakan alat suntik yang digunakan dalam

pengambilan sampel darah ini memepunyai bermacam-macam

ukuran. Ukuran tersebut telah disesuaikan dengan tempat

pengambilan sampel darah supaya jarum tersebut tepat sasaran

dan tidak melukai bagian yang lain. Apabila jarum tersebut

tidak sesuai dengan ukuran tempat pengambilan sampel darah,

maka pengambilan sampel darah akan sulit dilakukan.

Alat suntik diposisikan secara tepat ketika pengambilan

sampel darah. Bagian jarum yang runcing berada di bawah

(posisi jarum menengadah ke atas) sehingga fungsinya

berjalan dengan baik yaitu untuk menngambil darah supaya

terhisap oleh tabung hisap. Selain itu, ujung jarum usahakan

masuk atau tertutupi sehingga darah akan mudah masuk pada

jarum tersebut. Alat suntik tersebut di suntikkan berlawanan

arah dengan pembuluh darah dan di masukkan dengan lurus

tidak keluar dari pembuluh darah.

Pada saat jarum suntik telah masuk ke dalam pembuluh

darah hewan, di usahakan jangan menggerakan alat suntik

9

karena bisa merobek pembuluh darah pada hewan dan dapat

mengakibatkan pembengkakan pada bagian tersebut akibat

pembuluh darahnya pecah. Apabila itu terjadi, maka dapat

membahayakan hewan dan kesehatan hewan akan terganggu akibat

rasa sakit yang ditimbulkan dari daerah yang membengkak

tersebut.

Terdapat dua metode untuk mengambil sampel darah pada

hewan yaitu dengan menggunakan vacuum tube dan dengan

menggunakan suntikan.

b) Teknik penggunaan hewan model

Hewan model adalah hewan yang secara biologi dan

perilakunya atau pada kondisi patologis dapat dipelajari

yang menggambarkan keaadaan pada manusia dan beberapa

spesies. Hewan model dapat diartikan juga sebagai model dari

manusia. (Hau, Jann. 2011)

Anjing local (Canis familiaris) adalah spesies dengan jumlah

kelahiran yang tinggi maka ada baiknya anjing local maka

anjing local sangat cocok untuk dijadikan hewan model.

Anjing sebagai hewan model sudah banyak digunakan sebagai

model manusia dalam penelitian di bidang cardiovascular,

diabetes mellitus, ulcerative colitis, pembedahan hati,

transplantasi organ, pharmacology dan toxicology.

Dalam pemilihan anjing sebagai hewan coba peneliti harus

memastikan hewan kesesuaian dengan situasi

eksperimental. Pemilihan ini harus mempertimbangkan

10

temperamen anjing, status kesehatan, dan karakteristik

fisik. Contoh, sangat bersemangat keturunan (misalnya setter

merah, Dalmations dan Jerman berambut pendek pointer),

mungkin tidak cocok untuk penelitian jangka

panjang . Demikian juga, keturunan berambut panjang

(misalnya afghan, Saluki) mungkin tidak cocok untuk

penelitian kardiovaskular. (Bate, Mary. 2007)

2.4 Persiapan Pemanfaatan

Sebelum melakukan pemanfaatan pada hewan coba seperti

pengambilan darah, diperlukan adanya persiapan salah satunya

dengan pemeriksaan fisik yang terdiri dari:

1)  Pemeriksaan Umum

a) Temperatur

Temperatur dapat diukur melalui rongga mulut dan

melalui lubang anus. Sebelumnya olesi ujung thermometer

dengan bahan pelicin (misal vaselin). Masukkan ujung

thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya terhenti

(± 3 menit) dan hitung skalanya. Jika dilakukan pada rongga

mulut (rongga pipi) maka hasil ditambah 0,5oC karena adanya

evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing adalah

37,8oC – 39,5oC.

b) Pulsus

Pulsus pada hewan kecil dapat diraba pada arteri

femoralis (sebelah medial femur) dan lakukan penghitungan

selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan dapat dilakukan

11

selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus

normal pada anjing adalah 76-148 kali/menit.

c) Nafas

Frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan

gerak toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan

tenang atau juga dapat dengan memperhatikan udara yang

keluar masuk melalui lubang hidung . Untuk normalnya pada

anjing adalah 24-42 kali/menit. 

d) Selaput Lendir

Pemeriksaan selaput lendir meliputi conjunctiva,

hidung, mulut, dan vulva. Pada conjunctiva, geser ke atas

kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan

telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva

palpebrarum. Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari maka

conjunctiva palpebrarum bawah akan tampak pula. Normal pada

anjing berwarna pink.

Pada hidung, mulut dan vulva pada keadaan normalnya

selalu basah dan berwarna pink, selain itu lakukan juga

pemeriksaan CRT (Capilary Refiil Time/ waktu terisinya

kembali kapiler) dengan cara membuka bibir hewan kemudian

menekan gusi dan melepaskan kembali. Waktu normal maximal 2

detik.

e) Pemeriksaan Kulit dan Rambut

Pemeriksaan rambut dapat dilakukan dengan mengamati

keteraturan susunan rambut, tingkat kerontokan, dan

kilauan. Sedangkan pada rambut dapat diinspeksi lesi-lesi

12

atau abnormalitas yang nampak. Tingkat elastisitas dapat

diidentifikasi melalui pemeriksaan turgor dengan mengangkat

kulit bagian tengkuk dan mengukur waktu kembali. Anjing

normal mempunyai waktu turgor kurang dari 2 detik.Lama

waktu turgor menunjukkan status dehidrasi anjing (Boddie,

1956).

2)  Pemeriksaan Khusus

a) Sistem Pencernaan

Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan

minum. Perhatikan juga keadaan abdomen dan bandingkan

sebelah kanan dan kiri. Amati mulut, dubur, kulit sekitar

dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan

amati tinjanya.

b) Sistem Pernafasan

Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti

batuk dan bersin, perhatikan frekuensi dan amati tipe

nafasnya.

c) Sistem Sirkulasi

Perhatikan adanya kelainan darah dan sirkulasi seperti

anemia, sianosis, edema atau ascites, pulsus venosus,

kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah hewan.

Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi,

kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi,

dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri). Perhatikan

adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa

pada 1/3 bawah leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus.

13

Periksalah keadaan pembuluh darah perifer dengan

pemeriksaan selaput lendir dan mukosa (Boddie, 1956).

d) Sistem Limphatica

Lakukan inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan

limfoglandula. Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada

anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl. parotidea, lgl.

retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl.

cervicalis medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl.

prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki

diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada

betina disebut lgl. supramammaria), lgl. poplitea, lgl.

mesenterialis. Lakukan palpasi di daerah lgl, perhatikan

reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya

kanan dan kiri (Boddie, 1956).

e) Sistem Lokomotor

Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan.

Periksalah musculi dengan membandingkan ekstremitas kanan

dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan suhu, kontur,

adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang

seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan.

Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada

krepitasi (fraktur). Pemeriksaan radiologi bila perlu.

Persendian diperiksa dengan inspeksi cara berjalan dan

keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan,

cairan (pada kantong synovial atau pada vagina tendinea).

14

Gerak-gerakkan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan

persendian (Boddie, 1956).

f) Organ Uropoetica

Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati urine yang

keluar, perhatikan warnanya, baunya dan adanya anomali

(darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).

g) Sistem Syaraf Pusat

N. olfactorius (pembau). Dengan cara mendekatkan ikan,

daging dan lain sebagainya yang merangsang syaraf

pembau tanpa mendengar atau melihat.

N. opticus (penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di

muka matanya, perhatikan apakah hewan mengikuti gerakan

telunjuk, dan perhatikan reaksi pupil.

N. oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens.

Perhatikan pergerakan palpebrae atas, dan gerakan bola

mata serta pupil. Untuk pemeriksaan pupil tutup salah

satu mata, buka cepat dan perhatikan reaksinya terhadap

sinar.

N. trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik.

Lakukan rangsangan dan perhatikan reaksinya pada otot-

otot daerah kepala dan mata, perhatikan saliva dan

lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi, paralisa

dan adanya sekresi yang berlebihan atau berkurang,

perhatikan cara mastikasi juga.

15

N. facialis (wajah). Perhatikan kontur m. facialis,

apakah lumpuh bilateral atau muka/bibir menggantung

sebelah pada kelumpuhan unilateral.

N. auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan

apakah hewan miring sebelah, sempoyongan, dan panggil

namanya. Pada telinga pakai lampu (penlight) atau

otoscope, periksa adanya radang, cairan, kotoran, dan

pertumbuhan abnormal.

N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang

bagian belakang faring. Pada hewan besar perhatikan

cara menelan.

N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada

jantung kerjanya inhibitor.

N. spinal accessories. Perhatikan scapula, pada

paralisa unilateral salah satu scapula menggantung

(kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m.

sternocephalicus).

N. hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar

(paralisa bilateral) atau menjulur ke salah satu mulut

(paralisa unilateral) (Boddie,1956).

h) Syaraf Perifer

Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba,

memijit, menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem

atau pinset chirurgis.

2.5 Handling dan Restrain

16

Handling merupakan cara menangani hewan dengan tangan kosong

agar hewan tenang dan tidak stress sehingga mempermudah

perlakuan. Restrain adalah cara menguasai hewan dengan bantuan

alat agar hewan dapat lebih mudah diberi perlakuan dengan cara

aman baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri(McCurnin,

1985). Berikut cara handling anjing :

a)      Handling anjing dalam posisi rebah lateral

Dengan anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki

anjing dan peganglah kaki depan dan belakang dan dekatkan

dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing dari

meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-

lahan .Gunakan lengan untuk menekan di sisi kepala, sehingga

mengurangi pergerakan kepala serta sedikit tekan panggul

anjing dengan siku.

b)      Handling anjing dalam posisi rebah sterna

Pada posisi rebah sternal biasanya berguna untuk

membantu beberapa macam pemeriksaan seperti pemeriksaan mata

dan telinga. Handling pada possisi ini dapat dilakukan

dengan cara menempatkan satu tangan di bawah leher dan

tangan lainnya di punggung dengan tangan sepanjang sisi

anjing. Kemudian tangan yang lain dicondongkan ke arah

anjing untuk menarik kepala anjing ke arah bahu handler bila

dibutuhkan kontrol pada keadaan tertentu. Hewan yang

ditempatkan pada posisi ini dapat digunakan untuk

pengambilan darah melalui vena jugularis.

c)       Handling anjing dengan posisi duduk

17

Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan

cara menempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga

lengan memegang kepala anjing aman terhadap restrainer

tubuh. Menempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang

untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama

prosedur. Menarik anjing dekat dengan dada lebih

memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk

bergerak.

d)     Handling anjing dengan posisi berdiri

Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan

cara menempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga

memegang lengan kepala anjing aman. Kepala harus sedemikian

rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing menggigit salah

satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan

lengan di bawah perut untuk mencegah anjing dari duduk atau

berbaring selama. prosedur. Menarik anjing dekat tubuh untuk

memungkinkan kontrol lebih jika binatang itu mencoba untuk

bergerak (Lane, 2003).

18

Pastikan ukuran moncong yang akan dibrangus sudah tepat

dan tali pengikatnya juga sudah pas. Dekati anjing dari

samping atau dari belakang. Pegang tengkuk di belakang

telinga dengan erat (bisa dengan bantuan asisten). Ikatkan

tali melalui moncong anjing dan buat simpul dibawah moncong.

Kemudian lanjut dengan simpul ikatan di belakang kepala

dengan kuat dan kencang(Crow, 2009).

Berikut cara restrain anjing:

a) Restrain anjing dengan posisi duduk

Tempatkan satu tangan di

bawah leher anjing sehingga

lengan memegang kepala anjing aman terhadap restrainer

tubuh. Tempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang

untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring

selama prosedur. Menarik anjing dekat dengan dada lebih

19

memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk

bergerak (Crow, 2009).

b) Restraint anjing dengan posisi berdiri

Tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga

memegang lengan kepala anjing aman. Kepala harus

sedemikian rupa sehingga tidak

mungkin untuk anjing menggigit

salah satu pemegang atau orang

melakukan prosedur. Tempatkan

lengan di bawah perut untuk

mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama

prosedur. Menarik anjing dekat tubuh untuk memungkinkan

kontrol lebih jika binatang itu mencoba untuk bergerak

(Crow, 2009).

c) Restrain anjing dalam posisi rebah lateral

Dengan anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki

anjing dan peganglah kaki depan dan belakang dan dekatkan

dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing dari

meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-

lahan.Gunakan lengan untuk menekan

di sisi kepala, sehingga

mengurangi pergerakan kepala serta

sedikit tekan panggul anjing dengan

siku(Crow, 2009).

20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hewan Laboratorium adalah hewan yang dipelihara khusus

sebagai hewan percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran,

dan penghasil bahan biomedik ataupun dikembangkan menjadi

hewan model untuk penyakit manusia. Anjing sering digunakan

sebagai hewan laboratorium dalam berbagai bidang, seperti

21

contoh dalam uji toksisitas, yaitu uji suatu bahan apakah

mengandung zat berbahaya bagi tubuh atau tidak.

Salah satu pemanfaatan anjing sebagai hewan laboratorium

yaitu untuk diambil darahnya. Proses pengambilan darah pada

anjing sebagai hewan laboratorium digunakan untuk mengetahui

dan mengidentifikasi tingkat kadar suatu zat yang terkandung

dalam darah anjing tersebut, dimana nantinya mampu mendeteksi

penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit,

memantau pengobatan dan terapi, serta dapat mengetahui ada

tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan memiliki

potensial membahayakan. Penggunaan anjing sebagai model dalam

penelitian biomedik dapat menyediakan informasi pada masalah-

masalah biomedik pada manusia.

Prosedur pemanfaatan dapat berupa pengambilan darah Vena

Cephalica Antibrachii Anterior, pengambilan Darah Vena Saphena

Magna, dan pengambilan sampel baik berupa kerokan kulit,

feses, urin, mukus, saliva. Pengambilan feses pada anjing bisa

dilakukan dengan memakai alat yang dimasukkan ke dalam anus.

Pengambilan urin anjing bisa dilakukan secara kateterisasi

pada anjing jantan dan betina.

Teknik pemanfaatan pada teknik pengambilan darah pada

dasarnya teknik pengambilan sampel darah pada berbagai jenis

hewan hampir sama. Perbedaan yang mendasar hanya pada tempat

pengambilan sampel darah dan ukuran jarum yang digunakan.

Namun pada prosedur dan tekniknya hampir sama. Dalam pemilihan

anjing sebagai hewan coba peneliti harus memastikan hewan

22

kesesuaian dengan situasi eksperimental. Pemilihan ini harus

mempertimbangkan temperamen anjing, status kesehatan, dan

karakteristik fisik

3.2 Saran

Pemanfaatan anjing sebagai hewan coba harus selalu

memperhatikan 5 (five) freedoms dan 3R (Refinement,

Reducement, and Replacement).

DAFTAR PUSTAKA

Bate, Mary. 2007. The Dog as an Experimental Animal. ANZCCART News Vol 10

No 1 March 2007. University of Newcastle NSW: Australia

Battaglia, A. M. 2001. Small Animal Transfusion Medicine. In: AM Battaglia.

Small Animal Emergency and Critical Care : A Manual For Veterinary Technicians.

W. B. Saunders Company. Amerika Serikat.

Boddie, G. 1956. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. London: Oliver

and Boyd.

Colville, J. 2002. Blood, Lymph, and Immunity. In: T Colville and JM

Bassert. Clinical Anatomy and Physiology For Veterinary Technicians. Mosby,

Inc. Missouri.

Crow.Steven.E.2009.Manual of Clinical Procedures In Dogs, Cats, Rabbits, and

Rodents.Wiley Blackwell.

Hau, Jann. 2011. Handbook of Laboratory Animal Science, Volume II. CRC

Press. USA

Lane, C. B. 2003. Veterinary Nursing (Formerly Jones Animal Nursing 5th). USA:

Pergamon.

23

McCurnin D.M. 1985. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. London :

W. B. Saunders

Pilja, I Ketut. 2012. Profil Anjing Kintamani Sebagai Model Pada Penelitian

Biomedik. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Sulaksono, M.E. 1987. Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk Pemeriksaan Produk

Biologis. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan RI

UFAW. 1987. The UFAW Handbook on the Care & Management of Laboratory

Animal.UK: Bath Press, Avon

24