makalah hewan lab
TRANSCRIPT
Tugas Hewan Laboratorium
PEMANFAATAN HEWAN COBA, PROSEDUR PEMANFAATAN, DAN TEKNIK
PEMANFAATAN
ANJING (Canis familiaris)
Nama Kelompok :
1. Bekti Sri Utami (135130100111037 )
2. Veppy Yulanda S (135130100111038)
3. Jodi Faisal Muhammad (135130100111039)
4. S Efi Wulansari (135130101111041)
5. Dwiyana Marta Afrida (135130101111042)
6. Alida Vidya Puspita (135130101111045)
7. Ivana Aginta (135130101111046)
8. Damar Alam P (135130101111047)
9. Sari Mentari (135130101111048)
10. Nathanya Rizkiani (135130101111049)
Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hewan Laboratorium adalah hewan yang dipelihara khusus
sebagai hewan percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran,
dan penghasil bahan biomedik ataupun dikembangkan menjadi
hewan model untuk penyakit manusia (Sulaksono,1987). Hewan
Laboratorium dapat meliputi mencit, tikus, marmot, kelinci,
kucing, anjing, kera, unggas dan hewan yang relatif kecil yang
disiapkan untuk eksperimentasi (UFAW,1987).
Pemanfaatan hewan coba menurut pengertian secara umum adalah
untuk penelitian yang berdasar aktivitas biologis. Berdasarkan
pada bidang ilmu yang dibina dan lingkungan tempat bernaungnya
laboratorium, maka pemanfaatan hewan percobaan akan mengarah
pada suatu tujuan khusus.Penggunaan hewan laboratorium banyak
digunakan di bidang fisiologi, farmakologi, biokimia,
patologi,zoology dan ekologi. Dalam bidang kedokteran selain
untuk penelitian, hewan percobaa juga sering digunakan untuk
keperluan diagnostic. Sedangkan dalam bidang pendidikan dan
psikologi, hewan laboratorium digunakan untuk pengamatan
tingkah laku hewan.
Anjing sering digunakan sebagai hewan laboratorium dalam
berbagai bidang, seperti contoh dalam uji toksisitas, yaitu
1
uji suatu bahan apakah mengandung zat berbahaya bagi tubuh
atau tidak. Dalam memilih hewan laboratorium perlu
diperhatikan pedoman untuk menggunakan hewan laboratorium
yaitu 3R : Replacement, Refinement and Reduction. Replacement
adalah dalam penggunaan hewan laboratorium dianjurkan untuk
tidak menggunakan hewan berderajat tinggi (anjing, kucing,
kuda, kera,dll) selagi masih bisa menggunakan hewan dengan
derajat yg rendah seperti tikus,mencit dan hamster. Refinement
yaitu menggunakan metode dengan tingkat kesakitan yang rendah
pada hewan laboratorium ( hewan coba ). Sedangkan reduction
adalah penghematan dalam menggunakan hewan laboratorium atau
dengan kata lain menggunakan hewan laboratorium sesuai
kebutuhan saja.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan
hewan coba yaitu hewan kecil seperti anjing dan prosedur dan
teknik pemanfaatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemanfaatan
a) Aspirasi Darah
Salah satu pemanfaatan anjing sebagai hewan
laboratorium yaitu untuk diambil darahnya. Proses
pengambilan darah pada anjing sebagai hewan laboratorium
2
digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi tingkat
kadar suatu zat yang terkandung dalam darah anjing tersebut,
dimana nantinya mampu mendeteksi penyakit, menentukan
risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan
dan terapi, serta dapat mengetahui ada tidaknya
kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan memiliki
potensial membahayakan.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk
hidup tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
okigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah
merupakan cairan yang sangat penting bagi makhluk hidup
karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki
banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Darah
juga berperan memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh dan
memelihara keseimbangan asam basa (pH) (Colville, 2002).
Berdasarkan fungsi atau perannya, darah dapat digunakan
sebagai salah satu bentuk terapi cairan, yaitu dengan cara
dilakukannya transfusi pada hewan yang membutuhkan
(Battaglia, 2001).
b) Hewan Model
Pemanfaatan anjing sebagai hewan model dimaksudkan
untuk penggunaan bagian,organ atau sistem tertentu dari
hewan coba sebagai model yang sama dengan manusia. Karena
berbagai organ atau sistem pada manusia itu dapat dipelari
3
pada hewan dan kemudian diekstrapolasikan ke manusia.
Terutama pada anjing, yang makanannya hampir sama dengan
manusia. Cara ini telah memunculkan banyak penelitian-
penelitian yang telah menghasilkan banyak sekali penemuan
yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Cara ini telah
memunculkan banyak penelitian-penelitian yang telah
menghasilkan banyak sekali penemuan yang mendatangkan
manfaat bagi manusia. Oleh karena itu, anjing yang digunakan
dalam penelitian, pendidikan dan uji coba sesedikit mungkin
mengalami penderitaan dan atau kesakitan selama digunakan .
Penggunaan anjing sebagai model dalam penelitian
biomedik dapat menyediakan informasi pada masalah-masalah
biomedik pada manusia (“Penggunaan anjing sebagai hewan coba
telah dilakukan awal abad ke- 17. Adanyapersamaan sistem
organ dalam dan perototan menyebabkan anjing banyak dipakai
dalam penelitiarl sirkulasi dan kardiovaskular. Ukuran
anjing yang relatif sedang, masa kehidupan yang lama serta
angka kejadian kanker yang tinggi memungkinkan anjing
dipakai sebagai hewan coba untuk mengetahui penyebab
(etinlogi), patogenesis dan terapi kanker”). Tersedianya
data immunohepatologik menyebabkan anjing berguna sebagai
model untuk cangkok organ. Sebagai akibat adanya seleksi
yang intensif menyebabkan beragamnya bentuk, ukuran dan
perilaku. pada anjing. Sebagai konsekuensi peningkatan
pemurnian menyebabkan timbulnya kelainan genetik dan
kejadian kelainan genetik ini pola penurunannya seperti yang
4
diamati pada manusia. OIeh karena itu anjing sangat baik
dipakai sebagai model dalam mengetahui pola penurunan gen
yang bertanggung jawab pada penampakan fenotifik perilaku
dan patologik"'. Di Indonesia masih sedikit digunakan anjing
sebagai model penelitian biomedik meskipun banyak dijumpai
anjing, baik anjing lokal maupun anjing ras.
2.2 Prosedur Pemanfaatan
a) Prosedur untuk pengambilan darah
1. Pengambilan darah Vena Cephalica Antibrachii Anterior
Pembuluh darah ini terletak pada bagian distal anterior
kaki depan. Ini bisa dilakukan pada hewan anjing, kucing,
ruminansia kecil (domba dan kambing yang berukuran kecil,
jika ternak tersebut direbahkan).
Prosedur pengambilan darah adalah sebagai berikut :
Rambut di sekitar pembuluh darah dicukur bila perlu
pembuluh darah dibendung pada bagian siku setelah darah
terbendung
Daerah tersebut diusap dengan kapas yang dibasahi dengan
alcohol. Tujuannya untuk desinfeksi pembuluh darah
dengan lubang jarum menghadap ke atas.
Jarum suntik ditusukan dengan sudut 300 ke arah atas pada
pembuluh darah
Setelah jarum masuk, dilakukan aspirasi untuk mengambil
darah yang dibutuhkan, jika darah tidak terhisap artinya
jarum belum masuk ke dalam pembuluh darah
5
Untuk mengidentifikasi terhisap atau tidak adanya darah,
ada baiknya sebelum diberikan sedikit udara dengan
menarik sedikti spuit
2. Pengambilan Darah Vena Saphena Magna
Pembuluh darah ini terletak pada daerah lateral kaki
belakang dan menyilang dengan arah cranioventral pada
sekitar tendo achilles. Ini bisa dilakukan pada hewan
anjing dan kucing.
Prosedur pengambilan darah adalah sebagai berikut:
Rambut di sekitar pembuluh darah dicukur bila perlu.
Pembuluh darah dibendung pada bagian proksimal
Setelah darah terbendung, daerah tersebut diusap dengan
kapas yang dibasahi alkohol. Tujuannya adalah untuk
desinfeksi.
6
Jarum suntik steril ditusukkan dengan sudut 300 ke arah
atas pada pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap ke
atas.
Setelah jarum masuk, dilakukan aspirasi untuk mengambil
darah yang dibutuhkan. Jika darah tidak terhisap, artinya
jarum belum masuk ke dalam pembuluh darah maka spuit
ditarik sedikit dan dimasukkan dengan arah pembuluh darah,
untuk mengidentifikasi terisap atau tidaknya darah ada
baiknya sebelum diberikan sedikit udara (dengan menarik
sedikt spuit) sebelum menusuk.
b) Prosedur menjadi hewan model
Beberapa cara pengambilan sampel pada hewan anjing,yaitu
(Pilja, 2012):
1. Pengambilan sampel baik berupa kerokan kulit, feses, urin,
mukus, saliva, maupun darah diperlukan untuk tujuan
diagnosa atau peneguhan diagnosa penyakit.
2. Pengambilan darah pada anjing bisa dilakukan pada vena
femoralis kaki belakang atau vena saphena pada kaki depan
dengan menggunakan spuit yang steril.
3. Pengambilan feses pada anjing bisa dilakukan dengan
memakai alat yang dimasukkan ke dalam anus. Kemudian
dikeluarkan dan diambil feses yang menempel pada alat
tersebut. Pengambilan feses bisa juga dilakukan saat
pengukuran suhu tubuh anjing melalui anus, dengan cara
memasukkan termometer secara lebih dalam yang akan
7
menempelkan feses untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
dalam laboratorium.
4. Pengambilan urin anjing bisa dilakukan secara kateterisasi
pada anjing jantan dan betina. Untuk anjing betina,
caranya adalah meraba orificium uretra externum kemudian
memasukkan alat kateter kedalam lubangnya. Sedangkan pada
anjing jantan dilakukan dengan memasukkan kateter kedalam
lubang penis setelah dibuka preputiumnya.
2.3 Teknik Pemanfaatan
a) Teknik pengambilan darah
Pada dasarnya teknik pengambilan sampel darah pada
berbagai jenis hewan hampir sama. Perbedaan yang mendasar
hanya pada tempat pengambilan sampel darah dan ukuran jarum
yang digunakan. Namun pada prosedur dan tekniknya hampir
sama.
Posisi hewan yang akan diambil sampel darahnya harus
dalam posisi yang nyaman dan kondisi hewan tenang. Selain
akan mempermudah dalam pengambilan sampel darah, juga akan
lebih meminimalisir rasa sakit pada hewan dan hal tersebut
merupakan salah satu kaidah “animal welfare” atau yang biasa
di sebut kesejahteraan hewan. Untuk sebagian hewan yang
ukuran tubuhnya agak besar sehingga susah untuk diposisikan
dalam posisi yang tepat, maka bisa digunakan penjepit atau
kerangka. Namun untuk hewan yang ukuran tubuhnya kecil maka
cukup dipegang oleh praktikan pada bagian tertentu.
8
Pertama-tama cari titik pada tubuh hewan yang banyak
mempunyai pembuluh darah sehingga akan mempermudah dalam
pengambilan darah. Bagian tersebut sebelumnya perlu
dibersihkan dengan alkohol. Pembersihan tersebut berfungsi
untuk menghindarkan dari adanya bakteri (sterilisasi).
Selain untuk sterilisasi, pembersihan dengan alkohol dapat
meminimalisir terjadinya infeksi pada hewan setelah
dilakukan pengambilan sampel darah.
Jarum yang merupakan alat suntik yang digunakan dalam
pengambilan sampel darah ini memepunyai bermacam-macam
ukuran. Ukuran tersebut telah disesuaikan dengan tempat
pengambilan sampel darah supaya jarum tersebut tepat sasaran
dan tidak melukai bagian yang lain. Apabila jarum tersebut
tidak sesuai dengan ukuran tempat pengambilan sampel darah,
maka pengambilan sampel darah akan sulit dilakukan.
Alat suntik diposisikan secara tepat ketika pengambilan
sampel darah. Bagian jarum yang runcing berada di bawah
(posisi jarum menengadah ke atas) sehingga fungsinya
berjalan dengan baik yaitu untuk menngambil darah supaya
terhisap oleh tabung hisap. Selain itu, ujung jarum usahakan
masuk atau tertutupi sehingga darah akan mudah masuk pada
jarum tersebut. Alat suntik tersebut di suntikkan berlawanan
arah dengan pembuluh darah dan di masukkan dengan lurus
tidak keluar dari pembuluh darah.
Pada saat jarum suntik telah masuk ke dalam pembuluh
darah hewan, di usahakan jangan menggerakan alat suntik
9
karena bisa merobek pembuluh darah pada hewan dan dapat
mengakibatkan pembengkakan pada bagian tersebut akibat
pembuluh darahnya pecah. Apabila itu terjadi, maka dapat
membahayakan hewan dan kesehatan hewan akan terganggu akibat
rasa sakit yang ditimbulkan dari daerah yang membengkak
tersebut.
Terdapat dua metode untuk mengambil sampel darah pada
hewan yaitu dengan menggunakan vacuum tube dan dengan
menggunakan suntikan.
b) Teknik penggunaan hewan model
Hewan model adalah hewan yang secara biologi dan
perilakunya atau pada kondisi patologis dapat dipelajari
yang menggambarkan keaadaan pada manusia dan beberapa
spesies. Hewan model dapat diartikan juga sebagai model dari
manusia. (Hau, Jann. 2011)
Anjing local (Canis familiaris) adalah spesies dengan jumlah
kelahiran yang tinggi maka ada baiknya anjing local maka
anjing local sangat cocok untuk dijadikan hewan model.
Anjing sebagai hewan model sudah banyak digunakan sebagai
model manusia dalam penelitian di bidang cardiovascular,
diabetes mellitus, ulcerative colitis, pembedahan hati,
transplantasi organ, pharmacology dan toxicology.
Dalam pemilihan anjing sebagai hewan coba peneliti harus
memastikan hewan kesesuaian dengan situasi
eksperimental. Pemilihan ini harus mempertimbangkan
10
temperamen anjing, status kesehatan, dan karakteristik
fisik. Contoh, sangat bersemangat keturunan (misalnya setter
merah, Dalmations dan Jerman berambut pendek pointer),
mungkin tidak cocok untuk penelitian jangka
panjang . Demikian juga, keturunan berambut panjang
(misalnya afghan, Saluki) mungkin tidak cocok untuk
penelitian kardiovaskular. (Bate, Mary. 2007)
2.4 Persiapan Pemanfaatan
Sebelum melakukan pemanfaatan pada hewan coba seperti
pengambilan darah, diperlukan adanya persiapan salah satunya
dengan pemeriksaan fisik yang terdiri dari:
1) Pemeriksaan Umum
a) Temperatur
Temperatur dapat diukur melalui rongga mulut dan
melalui lubang anus. Sebelumnya olesi ujung thermometer
dengan bahan pelicin (misal vaselin). Masukkan ujung
thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya terhenti
(± 3 menit) dan hitung skalanya. Jika dilakukan pada rongga
mulut (rongga pipi) maka hasil ditambah 0,5oC karena adanya
evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing adalah
37,8oC – 39,5oC.
b) Pulsus
Pulsus pada hewan kecil dapat diraba pada arteri
femoralis (sebelah medial femur) dan lakukan penghitungan
selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan dapat dilakukan
11
selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus
normal pada anjing adalah 76-148 kali/menit.
c) Nafas
Frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan
gerak toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan
tenang atau juga dapat dengan memperhatikan udara yang
keluar masuk melalui lubang hidung . Untuk normalnya pada
anjing adalah 24-42 kali/menit.
d) Selaput Lendir
Pemeriksaan selaput lendir meliputi conjunctiva,
hidung, mulut, dan vulva. Pada conjunctiva, geser ke atas
kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan
telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva
palpebrarum. Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari maka
conjunctiva palpebrarum bawah akan tampak pula. Normal pada
anjing berwarna pink.
Pada hidung, mulut dan vulva pada keadaan normalnya
selalu basah dan berwarna pink, selain itu lakukan juga
pemeriksaan CRT (Capilary Refiil Time/ waktu terisinya
kembali kapiler) dengan cara membuka bibir hewan kemudian
menekan gusi dan melepaskan kembali. Waktu normal maximal 2
detik.
e) Pemeriksaan Kulit dan Rambut
Pemeriksaan rambut dapat dilakukan dengan mengamati
keteraturan susunan rambut, tingkat kerontokan, dan
kilauan. Sedangkan pada rambut dapat diinspeksi lesi-lesi
12
atau abnormalitas yang nampak. Tingkat elastisitas dapat
diidentifikasi melalui pemeriksaan turgor dengan mengangkat
kulit bagian tengkuk dan mengukur waktu kembali. Anjing
normal mempunyai waktu turgor kurang dari 2 detik.Lama
waktu turgor menunjukkan status dehidrasi anjing (Boddie,
1956).
2) Pemeriksaan Khusus
a) Sistem Pencernaan
Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan
minum. Perhatikan juga keadaan abdomen dan bandingkan
sebelah kanan dan kiri. Amati mulut, dubur, kulit sekitar
dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan
amati tinjanya.
b) Sistem Pernafasan
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti
batuk dan bersin, perhatikan frekuensi dan amati tipe
nafasnya.
c) Sistem Sirkulasi
Perhatikan adanya kelainan darah dan sirkulasi seperti
anemia, sianosis, edema atau ascites, pulsus venosus,
kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah hewan.
Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi,
kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri). Perhatikan
adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa
pada 1/3 bawah leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus.
13
Periksalah keadaan pembuluh darah perifer dengan
pemeriksaan selaput lendir dan mukosa (Boddie, 1956).
d) Sistem Limphatica
Lakukan inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan
limfoglandula. Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada
anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl. parotidea, lgl.
retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl.
cervicalis medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl.
prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki
diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada
betina disebut lgl. supramammaria), lgl. poplitea, lgl.
mesenterialis. Lakukan palpasi di daerah lgl, perhatikan
reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya
kanan dan kiri (Boddie, 1956).
e) Sistem Lokomotor
Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan.
Periksalah musculi dengan membandingkan ekstremitas kanan
dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan suhu, kontur,
adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang
seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan.
Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada
krepitasi (fraktur). Pemeriksaan radiologi bila perlu.
Persendian diperiksa dengan inspeksi cara berjalan dan
keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan,
cairan (pada kantong synovial atau pada vagina tendinea).
14
Gerak-gerakkan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan
persendian (Boddie, 1956).
f) Organ Uropoetica
Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati urine yang
keluar, perhatikan warnanya, baunya dan adanya anomali
(darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).
g) Sistem Syaraf Pusat
N. olfactorius (pembau). Dengan cara mendekatkan ikan,
daging dan lain sebagainya yang merangsang syaraf
pembau tanpa mendengar atau melihat.
N. opticus (penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di
muka matanya, perhatikan apakah hewan mengikuti gerakan
telunjuk, dan perhatikan reaksi pupil.
N. oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens.
Perhatikan pergerakan palpebrae atas, dan gerakan bola
mata serta pupil. Untuk pemeriksaan pupil tutup salah
satu mata, buka cepat dan perhatikan reaksinya terhadap
sinar.
N. trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik.
Lakukan rangsangan dan perhatikan reaksinya pada otot-
otot daerah kepala dan mata, perhatikan saliva dan
lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi, paralisa
dan adanya sekresi yang berlebihan atau berkurang,
perhatikan cara mastikasi juga.
15
N. facialis (wajah). Perhatikan kontur m. facialis,
apakah lumpuh bilateral atau muka/bibir menggantung
sebelah pada kelumpuhan unilateral.
N. auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan
apakah hewan miring sebelah, sempoyongan, dan panggil
namanya. Pada telinga pakai lampu (penlight) atau
otoscope, periksa adanya radang, cairan, kotoran, dan
pertumbuhan abnormal.
N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang
bagian belakang faring. Pada hewan besar perhatikan
cara menelan.
N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada
jantung kerjanya inhibitor.
N. spinal accessories. Perhatikan scapula, pada
paralisa unilateral salah satu scapula menggantung
(kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m.
sternocephalicus).
N. hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar
(paralisa bilateral) atau menjulur ke salah satu mulut
(paralisa unilateral) (Boddie,1956).
h) Syaraf Perifer
Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba,
memijit, menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem
atau pinset chirurgis.
2.5 Handling dan Restrain
16
Handling merupakan cara menangani hewan dengan tangan kosong
agar hewan tenang dan tidak stress sehingga mempermudah
perlakuan. Restrain adalah cara menguasai hewan dengan bantuan
alat agar hewan dapat lebih mudah diberi perlakuan dengan cara
aman baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri(McCurnin,
1985). Berikut cara handling anjing :
a) Handling anjing dalam posisi rebah lateral
Dengan anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki
anjing dan peganglah kaki depan dan belakang dan dekatkan
dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing dari
meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-
lahan .Gunakan lengan untuk menekan di sisi kepala, sehingga
mengurangi pergerakan kepala serta sedikit tekan panggul
anjing dengan siku.
b) Handling anjing dalam posisi rebah sterna
Pada posisi rebah sternal biasanya berguna untuk
membantu beberapa macam pemeriksaan seperti pemeriksaan mata
dan telinga. Handling pada possisi ini dapat dilakukan
dengan cara menempatkan satu tangan di bawah leher dan
tangan lainnya di punggung dengan tangan sepanjang sisi
anjing. Kemudian tangan yang lain dicondongkan ke arah
anjing untuk menarik kepala anjing ke arah bahu handler bila
dibutuhkan kontrol pada keadaan tertentu. Hewan yang
ditempatkan pada posisi ini dapat digunakan untuk
pengambilan darah melalui vena jugularis.
c) Handling anjing dengan posisi duduk
17
Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan
cara menempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga
lengan memegang kepala anjing aman terhadap restrainer
tubuh. Menempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang
untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama
prosedur. Menarik anjing dekat dengan dada lebih
memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk
bergerak.
d) Handling anjing dengan posisi berdiri
Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan
cara menempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga
memegang lengan kepala anjing aman. Kepala harus sedemikian
rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing menggigit salah
satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan
lengan di bawah perut untuk mencegah anjing dari duduk atau
berbaring selama. prosedur. Menarik anjing dekat tubuh untuk
memungkinkan kontrol lebih jika binatang itu mencoba untuk
bergerak (Lane, 2003).
18
Pastikan ukuran moncong yang akan dibrangus sudah tepat
dan tali pengikatnya juga sudah pas. Dekati anjing dari
samping atau dari belakang. Pegang tengkuk di belakang
telinga dengan erat (bisa dengan bantuan asisten). Ikatkan
tali melalui moncong anjing dan buat simpul dibawah moncong.
Kemudian lanjut dengan simpul ikatan di belakang kepala
dengan kuat dan kencang(Crow, 2009).
Berikut cara restrain anjing:
a) Restrain anjing dengan posisi duduk
Tempatkan satu tangan di
bawah leher anjing sehingga
lengan memegang kepala anjing aman terhadap restrainer
tubuh. Tempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang
untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring
selama prosedur. Menarik anjing dekat dengan dada lebih
19
memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk
bergerak (Crow, 2009).
b) Restraint anjing dengan posisi berdiri
Tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga
memegang lengan kepala anjing aman. Kepala harus
sedemikian rupa sehingga tidak
mungkin untuk anjing menggigit
salah satu pemegang atau orang
melakukan prosedur. Tempatkan
lengan di bawah perut untuk
mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama
prosedur. Menarik anjing dekat tubuh untuk memungkinkan
kontrol lebih jika binatang itu mencoba untuk bergerak
(Crow, 2009).
c) Restrain anjing dalam posisi rebah lateral
Dengan anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki
anjing dan peganglah kaki depan dan belakang dan dekatkan
dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing dari
meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-
lahan.Gunakan lengan untuk menekan
di sisi kepala, sehingga
mengurangi pergerakan kepala serta
sedikit tekan panggul anjing dengan
siku(Crow, 2009).
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hewan Laboratorium adalah hewan yang dipelihara khusus
sebagai hewan percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran,
dan penghasil bahan biomedik ataupun dikembangkan menjadi
hewan model untuk penyakit manusia. Anjing sering digunakan
sebagai hewan laboratorium dalam berbagai bidang, seperti
21
contoh dalam uji toksisitas, yaitu uji suatu bahan apakah
mengandung zat berbahaya bagi tubuh atau tidak.
Salah satu pemanfaatan anjing sebagai hewan laboratorium
yaitu untuk diambil darahnya. Proses pengambilan darah pada
anjing sebagai hewan laboratorium digunakan untuk mengetahui
dan mengidentifikasi tingkat kadar suatu zat yang terkandung
dalam darah anjing tersebut, dimana nantinya mampu mendeteksi
penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit,
memantau pengobatan dan terapi, serta dapat mengetahui ada
tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan memiliki
potensial membahayakan. Penggunaan anjing sebagai model dalam
penelitian biomedik dapat menyediakan informasi pada masalah-
masalah biomedik pada manusia.
Prosedur pemanfaatan dapat berupa pengambilan darah Vena
Cephalica Antibrachii Anterior, pengambilan Darah Vena Saphena
Magna, dan pengambilan sampel baik berupa kerokan kulit,
feses, urin, mukus, saliva. Pengambilan feses pada anjing bisa
dilakukan dengan memakai alat yang dimasukkan ke dalam anus.
Pengambilan urin anjing bisa dilakukan secara kateterisasi
pada anjing jantan dan betina.
Teknik pemanfaatan pada teknik pengambilan darah pada
dasarnya teknik pengambilan sampel darah pada berbagai jenis
hewan hampir sama. Perbedaan yang mendasar hanya pada tempat
pengambilan sampel darah dan ukuran jarum yang digunakan.
Namun pada prosedur dan tekniknya hampir sama. Dalam pemilihan
anjing sebagai hewan coba peneliti harus memastikan hewan
22
kesesuaian dengan situasi eksperimental. Pemilihan ini harus
mempertimbangkan temperamen anjing, status kesehatan, dan
karakteristik fisik
3.2 Saran
Pemanfaatan anjing sebagai hewan coba harus selalu
memperhatikan 5 (five) freedoms dan 3R (Refinement,
Reducement, and Replacement).
DAFTAR PUSTAKA
Bate, Mary. 2007. The Dog as an Experimental Animal. ANZCCART News Vol 10
No 1 March 2007. University of Newcastle NSW: Australia
Battaglia, A. M. 2001. Small Animal Transfusion Medicine. In: AM Battaglia.
Small Animal Emergency and Critical Care : A Manual For Veterinary Technicians.
W. B. Saunders Company. Amerika Serikat.
Boddie, G. 1956. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. London: Oliver
and Boyd.
Colville, J. 2002. Blood, Lymph, and Immunity. In: T Colville and JM
Bassert. Clinical Anatomy and Physiology For Veterinary Technicians. Mosby,
Inc. Missouri.
Crow.Steven.E.2009.Manual of Clinical Procedures In Dogs, Cats, Rabbits, and
Rodents.Wiley Blackwell.
Hau, Jann. 2011. Handbook of Laboratory Animal Science, Volume II. CRC
Press. USA
Lane, C. B. 2003. Veterinary Nursing (Formerly Jones Animal Nursing 5th). USA:
Pergamon.
23
McCurnin D.M. 1985. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. London :
W. B. Saunders
Pilja, I Ketut. 2012. Profil Anjing Kintamani Sebagai Model Pada Penelitian
Biomedik. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Sulaksono, M.E. 1987. Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk Pemeriksaan Produk
Biologis. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI
UFAW. 1987. The UFAW Handbook on the Care & Management of Laboratory
Animal.UK: Bath Press, Avon
24