makalah analisis kebijakan peternakan swot

17
MAKALAH MATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. H.M. AFDAL, M. Phil, M. Sc POTENSI PENGEMBANGAN HIJAUAN PAKAN DAN TERNAK SAPI PASCA PENAMBANGAN BATU ALAM DI KECAMATAN MUARA SABAK BARAT OLEH: NURSHOLEH NIM. P2E115002 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PETERNAKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI 2015

Upload: independent

Post on 25-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

MATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN

DOSEN PENGAMPU :Dr. Ir. H.M. AFDAL, M. Phil, M. Sc

POTENSI PENGEMBANGAN HIJAUAN PAKAN DAN TERNAK SAPI PASCA PENAMBANGAN BATU ALAM

DI KECAMATAN MUARA SABAK BARAT

OLEH:

NURSHOLEHNIM. P2E115002

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PETERNAKAN

PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah–Nya

penulis dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Tanaman Pakan Potensi

Pengembangan Hijauan Pakan dan Ternak Sapi Pasca Penambangan Batu

Alam di Kecamatan Muara Sabak Barat. Penulis menyampaikan ucapan terima

kasih atas terselesainya makalah ini kepada Dr. Ir. HM. AFDAL, M. Phil, M. Sc

selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tanaman Pakan. Penulis menyadari

akan kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Harapan

kami ke depan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa dan

kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

perhatian  dan koreksi dari berbagai pihak semoga budi baik beliau dibalas oleh-

Nya.

Jambi, Desember 2015

                                                                                                            Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................1.1 Latar Belakang......................................................................................1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1.3 Tujuan ..................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................2.1 Gambaran Umum Wilayah Calon Lokasi............................................2.2 Usaha Pengembangan Ternak Sapi......................................................2.3 Sumber Daya Manusia.........................................................................2.4 Pengolahan Lahan.................................................................................

2.4.1 Topografi lahan...........................................................................2.4.2 Ketersediaan Air..........................................................................

2.5 Pengembangan Ternak Sapi pada lahan Bekas Tambang....................2.6 Pengembaangan Hijauan pada Lahan Bekas Tambang2.7 Strategi Pengembangan Peternakan Ternak sapi.................................

BAB III. KESIMPULAN.............................................................................3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 3.2 Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penduduk negara kita mayaroritas tinggal di pedesaan dan pertanian

menjadi mata pencaharian utama sebagai sumber pekerjaaan dan aktifitas

masyarakat. Sektor pertanian secara nasional masih merupakan faktor yang

signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas

penduduk masih memperoleh pendapatan utamanya disektor ini. Peternakan

merupakan salah satu sub sektor yang terkandung didalamnya, memiliki peranan

yang cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap

perekonomian masyarakat setempat khususnya dan perekonomian negara ini pada

umumnya.

Keberhasilan suatu peternakan tidak pernah lepas dari efisiensi kualitas dan

kuantitas pakan. Hijauan pakan ternak atau biasa disebut Hijauan Makanan

Ternak (HMT) merupakan bahan pakan yang sangat penting bagi ternak terutama

ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Hijauan pakan

ternak menjadi bahan pakan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia.

Pemerintah daerah menargetkan arah pembangunan yang akan dicapai dari

sasaran pengembangan sub sektor peternakan adalah meningkatkan populasi

ternak ruminansia besar khususnya sapi sebagai sumber produksi daging dalam

upaya perbaikan mutu gizi masyarakat serta mendorong penyediaan ternak yang

berkualitas untuk kebutuhan konsumsi daerah maupun peningkatan ekspor,

sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein hewani. Menurut Sugeng (2004),

bahwa usaha ternak sapi merupakan usaha yang menarik sehingga mudah

merangsang pertumbuhan usaha, sebaliknya hewan ternak yang mempunyai nilai

kemanfaatan dan ekonominya rendah pasti mudah terdesak mundur dengan

sendirinya, hal ini dapat dilihat dari manfaat sapi secara luas dan nilai ekonomi

tinggi yaitu : 1) Mutu dan harga daging; 2) Kulit menduduki peringkat atas; 3)

Sapi merupakan salah satu sumber daya masyarakat; 4) Sapi sebagai tabungan; 5)

Hasil ikutannya masih berguna; dan 6) Memberikan kesempatan kerja.

Hijauan yang merupakan sumber makanan ternak terutama ternak

ruminansia selain merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan sumber

tenaga, juga merupakan komponen yang sangat menunjang bagi produksi dan

reproduksi ternak.Jenis hijauan seperti rumput maupun kacang-kacangan

(leguminosa) dalam bentuk segar atau kering haruslah tersedia dalam jumlah yang

cukup sepanjang tahun karena jenis hijauan ini umum dikonsumsi oleh ternak.

Pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada ternak perlu memiliki sifat-sifatyaitu

disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu

yang pendek maupun tumbuh kembali. Hijauan pakan ternak dibagi kedalam dua

bagian yaitu bangsa rumput-rumputan dan leguminosa (semak dan pohon).

Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya

jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan

pakan untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. Pada

saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah,

sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau

bahkan dapat berkurang sama sekali (Sumarno, 1998).

Kabupaten Tanjung Jabung Timur sampai saat ini tingkat kemampuan

pasokan produksi daging dari ternak sapi tergolong sangat rendah sekali bila

dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan hasil ternak yang terus meningkat.

Hal ini menyebabkan Kabupaten Tanjung Jabung Timur menjadi salah satu

pangsa pasar yang sangat terbuka bagi wilayah lain dalam memasarkan hasil

peternakannya. Kondisi wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang

mempunyai sumber daya alam yang melimpah baik hijauan maupun limbah

pertanian dan perkebunan sawit, sangat memungkinkan untuk mengembangkan

usaha ternak sapi. Selain hijauan yang melimpah Kabupaten Tanjung Jabung

Timur juga memiliki wilayah pertambangan yang melimpah pula.

Kecamatan Muara Sabak Barat merupakan salah satu dari sebelas

kecamatan di Tanjung Jabung Timur yang memiliki kekayaan alam berupa hasil

tambang batu alam. Batu alam digunakan untuk pembuatan pondasi rumah

maupun untuk proyek pembuatan jalan lintas provinsi dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas penanganan lingkungan pasca penambangan

batu alam harus cepat diatasi untuk mengembalikan tekstur tanah bekas

penambangan dengan pupuk kandang atau kompos agar lahan tersebut dapat

dimanfaatkan. Untuk mendapatkan pupuk kandang, pemeliharaan ternak sapi

merupakan solusi yang terbaik sebagai sumber pendapatan juga bahan baku

reklamasi lahan bekas tambang.

1.2.  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 

1. Bagaiamana prospek di Kecamatan Muara Sabak Barat sebagai daerah

Pengembangan Hijauan Pakan dan Ternak Sapi?

2. Usaha Pengembangan Hijauan Pakan dan Ternak Sapi sebagai usaha

alternatif pasca tambang?

3. Bagaimana pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai bahan baku pupuk

kandang dalam reklamasi lahan tambang?

1.3.   Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui prospek di Kecamatan Muara Sabak Barat sebagai daerah

Pengembangan Hijauan Pakan dan Ternak Sapi?

2. Untuk mengetahui minat masyarakat untuk mengembangkan hijauan

pakan dan beternak pasca penambangan batu alam.

3. Pemanfaatan limbah/kotoran ternak sebagai pupuk kandang pada lahan

pasca penambangan batu alam.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum Lahan Calon Lokasi

Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur terletak di Provinsi Jambi

dengan luas lebih kurang 5.444 km2 atau 10,2% dari luas wilayah provinsi Jambi,

namun sejalan dengan berlakunya undang-undang No.27 Tahun 2007 tentang

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, luas wilayah Kabupaten

Tanjung Jabung Timur termasuk perairan dan 29 pulau kecil (11 diantaranya

belum bernama) menjadi 13.102,25 km2. Disamping itu memiliki pantai sekitar

191 km2 atau 90.5% dari panjang pantai provinsi Jambi. Kabupaten Tanjung

Jabung Timur terletak di pantai timur pulau Sumatera ini berbatasan langsung

dengan provinsi Kepulauan Riau dan merupakan hinterland segitiga pertumbuhan

ekonomi Singapura-Batam-Johor (SIBAJO).

Lahan calon lokasi pembangunan Hiajuan Makan Ternak terletak di

Kelurahan Parit Culum II Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung

Jabung Timur. Lahan calon lokasi merupakan lahan yang terletak Kelurahan Parit

Culum II.

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kota Baru.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Parit Culum I.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Transos.

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka Maju.

Lahan berjarak sekitar 3 km dari Jalan Raya Jambi - Muara Sabak dan

dapat dicapai sebagaian melalui jalan tanah.

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Lahan calon lokasi berjarak sekitar 2 km dari jalan lintas Jambi –

Sabak. Lokasi dapat dicapai melalui jalur darat selama ± 5 menit dari jalan

raya. Kecamatan Muara Sabak Barat memiliki posisi strategis karena terletak

antara Ibukota Kabupaten dan Ibukota Provinsi Jambi, sehingga secara

umum dari aspek aksesibilitas pelayanan publik dan tenaga pengelola relatif

mudah dijangkau. Posisi ini juga menunjukkan aksesibilitas pasar yang baik

terutama untuk pasar lokal (Kabupaten) maupun domestik (Provinsi Jambi).

Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai gerbang perekonomian

Provinsi Jambi dan dengan adanya rencana pembangunan pelabuhan Ujung

Jabung Muara Sabak pada masa akan datang akan meningkatkan aksesibilitas

terhadap pasar nasional dan internasional melalui jalur transportasi laut.

Berdasarkan jarak dari Ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Timur

diperkirakan untuk mencapai lahan calon lokasi dibutuhkan sekitar 30

menit, sedangkan dari Kota Jambi diperkirakan dibutuhkan waktu tidak lebih

dari 1 jam 30 menit. Aksesibilitas yang baik ini akan menjadi faktor

pendukung utama dalam meningkatkan daya saing baik ditinjau dari aspek

efisiensi pasar maupun efektifitas pembinaan VBC dan pelayanan publik.

2.2 Usaha Pengembangan Ternak Sapi

Sebelum memulai usaha peternakan ternak sapi sebaiknya kita mengetahui

terlebih dahulu prospek pengembangan usaha dengan melihat potensi sumber

daya alam, sumber daya manusia, ketersediaan ternak, dan pangsa pasar. Dari

penjelasan pendahuluan diatas dapat dilihat begitu besar potensi pasar kebutuhan

ternak sapi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan melihat ketersediaan

ternak sapi begitu kecil, tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut harus dipasok dari luar daerah. Usaha ternak sapi

merupakan usaha yang sangat menarik, sehingga sangat merangsang pertumbuhan

usaha karena ternak sapi mempunyai nilai manfaat dan ekonomi yang tinggi.

Usaha ternak sapi dapat dirumuskan sebagai suatu usaha yang dilakukan

secara teratur dan terus menerus dalam suatu tempat dan dalam jangka waktu

tertentu dengan tujuan komersial. Menurut Rahardi dan Hartono (2005), bahwa

usaha peternakan kegiatan yang diusahakan meliputi : (1) Penghasil ternak (ternak

bibit/potong, telur dan susu); (2) Penggemukan suatu jenis ternak; (3)

Pengumpulan, pengedaran dan pemasaran produk-produk peternakan. Manfaat

dari pengembangan ternak sapi secara luas dan ekonomi antara lain penyediaan

daging dengan mutu dan harga yang terjangkau, pemanfaatan kulit sebagai bahan

industri, sebagai sumberdaya masyarakat, sumber tabungan peternak, limbah

dapat dimanfaatkan, dan membuka kesempatan kerja.

Pengembangaan usaha peternakan akan berdampak pada faktor sosial dan

faktor ekonomi yang merupakan potensi dari usaha tersebut, yang termasuk

potensi dari faktor sosial adalah : meningkatnya jumlah penduduk, tingkat

pendidikan, dan kesehatan/ kesadaran kebutuhan gizi sedangkan dari faktor

ekonomi adalah : perbaikan ekonomi keluarga/masyarakat akibat adanya

peningkatan pendapatan perkapita dan kesempatan kerja serta kecenderungan

naiknya harga daging di pasaran.

2.3 Sumber Daya Manusia

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai pelaksana

pembangunan pada dasarnya dapat dilakukan mulai dari pembinaan lingkungan

keluarga, perbaikan gizi dan kesehatan, latihan kerja, lingkungan masyarakat.

Dalam pemeliharaan ternak selain kita harus memperhatikan bibit dan pakan

yang baik, tenaga kerja juga harus dipertimbangkan, karena sebagai pelaksana

dilapangan harus dapat melaksanakan tugasnya secara benar. Ketersediaan tenaga

kerja dalam usaha tani selain dari luar, juga ada tenaga kerja keluarga petani yang

terdiri dari ayah, isteri, dan anak-anak petani. Keberhasilan dalam usaha ternak

sapi potong ditentukan oleh ternak itu sendiri sebagai subjek dalam usaha

peternakan dan kemampuan peternak dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu

pengembangan sumber daya manusia menjadi sangat penting bagi usaha

peternakan untuk dapat bersaing dengan usaha lain. Menurut Latief (1993),

bahwa dalam usaha peternakan peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus

diperhatikan, karena keberhasilan dalam berusaha merupakan tujuan sehingga

peningkatan kualiats sumberdaya manusia harus ditingkatkan.

2.4.    Pengolahan Lahan

2.4.1 Topografi Lahan

Berdasarkan topograsi secara umum lahan calon lokasi layak untuk

pengembangan pusat pembibitan sapi potong dan pengembangan Hijauan sebagai

sumber utama makanan ternak sapi. Lahan yang akan digunakan sebagai loksasi

pembibitan relatif datar dengan tingkat kemiringan kurang dari 5° . Pada beberapa

tempat terdapat lahan-lahan rawa yang selalu tergenang air. Kondisi topografi calon

lokasi pembibitan ini sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai kebun

rumput, sesuai dengan petunjuk teknis pembuatan Areal Kebun Hijauan Makanan

Ternak (HMT) yang dikeluarkan oleh Direktorat Perluasan Areal Direktorat Jenderal

Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian (2008). Lokasi untuk pusat

pengendali pembibitan (farmstead) dan kandang penanganan (cattle yard),

disarankan juga dibangun pada areal yang relatif datar. Sementara untuk lokasi

pastura disarankan dibangun pada areal dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari

15°.

Gambar 2. Lahan Penambangan Batu Alam

2.4.2 Ketersediaan Air

Ketersediaan sumberdaya air untuk kebutuhan ternak dan areal budidaya

hijauan dapat berasal dari sumber air permukaan maupun sumber air tanah.

Sumber air permukaan cukup tersedia yang berasal dari genangan galian lahan

yang sudah diambil batu alamnya, sedangkan untuk air tanah akan dikembangkan

dari sumur dangkal dengan dilengkapi dengan tower penampung dan genset.

(A) (B) (C)

Keterangan :

(A)Sumber air yang berasal dari bekas galian tanah yang sudah diambil batu

Alamnya

(B) Sumber air yang berasal dari sumur dangkal galian

(C) Penampungan air dari drum

Beberapa hal yang menyebabkan berkurangnya tingkat kelayakan lahan

karena akan mempengaruhi proses produksi ternak dan hijauan adalah:

a. Belum adanya jaringan listrik yang sudah mendekati areal lahan calon

lokasi produksi ternak dan hijauan.

b. Lokasi lahan cukup jauh dari pusat pemukiman sehingga rekruitmen

tenaga kerja lokal terutama tenaga harian lepas dari desa sekitar calon

lokasi tetap membutuhkan sarana dan sarana pemukiman khusus.

2.5 Pengembangan Ternak Sapi pada Lahan Bekas Tambang

Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting

bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam.

Oleh sebab itu, sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk

kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang.

Manusia merupakan posisi kunci penyebab utama terjadinya kerusakan

lingkungan (ekosistem). Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi manusia,

kebutuhan hidupnya pun meningkat, akibatnya terjadi peningkatan permintaan

akan lahan seperti pertanian dan pertambangan. Sejalan dengan hal tersebut dan

dengan semakin hebatnya kemampuan teknologi untuk memodifikasi alam, maka

manusia lah yang merupakan faktor yang paling penting dan dominan dalam

merestorasi ekosistem rusak.

Pengembangan ternak di suatu daerah memerlukan pengukuran potensi

sumberdaya yang ada. Sumberdaya tersebut mencakup ketersediaan lahan dan

pakan, tenaga kerja dan potensi ternaak yang akan dikembangkan. Potensi ini

ditentukan oleh tersedia tanah pertanian, kesuburan tanah, iklim, topografi,

ketersediaan air dan pola pertanian. Jenis penggunaan lahan yang berpotensi

sebagai pengembangan ternak sapi potong adalah lahan-lahan usaha tani pada

umumnya seperti sawah, kebun campuran, semak belukar, kebun kelapa sawit,

perkebunan rakyat dan belukar rawa.

Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdapat lahan yang secara umum

sudah tidak potensial lagi sebagai lahan pertanian maupun perkebunan yaitu pada

lahan bekas tambang. Lahan-lahan ini jumlahnya sangat luas dan hanya sebagian

kecil yang sudah masuk dalam program pemerintah dan perguruan tinggi sebagai

lahan reklamasi dan revitalisasi lahan tambang. Pemanfaatan lahan bekas tambang

sangat cocok untuk pengembangan kawasan peternakan ternak sapi. Lahan bekas

tambang miskin akan unsur hara sehingga tanamanpun sulit untuk tumbuh.

Lahan-lahan tersebut biasanya dibiarkan begitu saja tanpa ada perlakuan khusus.

Dengan usaha peternakan sapi sebagai salah satu solusi reklamasi lahan, dimana

ternak akan menyediakan kotorannya sebagai pupuk kandang bahan baku unsur

hara yang dibutuhkan tanaman.

2.5 Pengembangan Lahan Hijauan pada Lahan Bekas Tambang

Kegiatan pembangunan pada tahap awal menggunakan sumber bibit dari

luar tetapi perluasan areal sumber HMT menggunakan sumber bibit sendiri yaitu

bibit HMT kebun koleksi. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan padang

penggembalaan (pastura) dalam kawasan lahan bekas tambang meliputi kegiatan :

1. Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah: Pengolahan tanah

bertujuan mempersiapkan media tumbuh yang optimum bagi suatu

tanaman, dengan cakupan a) membersihkan tanah dari tumbuhan-

tumbuhan pengganggu (weed), b) menjamin perkembangan sistem

perakaran dan c) memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan

persediaan air

2. Pemupukan: Pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat

bermanfaat bagi kondisi fisik tanah tersebut, karena akan memperbaiki

struktur tanah. Disamping itu dapat pula diberikan pupuk anorganik seperti

KCl, SP-36 dan urea, disesuaikan dengan jenis tanah setempat.

3. Penanaman: Penanaman dapat dimulai setelah jatuh hujan pertama, hal

yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah jenis hijauan yang akan

ditanam. Penanaman dapat dilakukan dengan stek ataupun sobekan rumput

(pools), untuk jenis yang membentuk stolon ataupun rhizome penanaman

dapat dilakukan dengan potongan–potongan stolon dan rhizoma.

Keputusan menanam suatu jenis hijauan makanan ternak yang unggul,

perlu pertimbangan jenis yang sesuai dengan alam setempat dan

sistimpenyajian yang akan dilakukan. Faktor penentu dalam usaha

penggembangan hijauan makanan ternak dan faktor yang perlu

diperhatikan adalah: curah hujan, jenis tanah dan ketinggian diatas

permukaan laut.

2.6 Strategi Pengembangan Peternakan Ternak Sapi

Dalam mencapai tujuan yang maksimal perlu pemikiran yang terfokus

untuk menentukan langkah-langkah yang harus dikerjakan. Langkah-langkah ini

dikenal dengan kata strategi. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan

dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, dan

prioritas alokasi sumberdaya. Menurut Nickols (2000), bahwa strategi dapat

diartikan dalam beberapa hal seperti rencana, pola, posisi, serta pandangan.

Sebagai rencana, strategi berhubungan dengan bagaimana memfokuskan perhatian

dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Strategi merupakan respon yang

secara terus menerus atau adaftif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta

kekuatan dan kelemahan internal. Sedangkan menurut Tawaf dkk (1993), bahwa

untuk menetapkan strategi pengembangan ternak sapi dapat dilakukan analisis

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Berdasarkan anlisis

tersebut dapat diidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

terhadap pengembangan usaha peternakan. Proses penggunaan analisis SWOT

menghendaki adanya suatu survey internal tentang Strengths (kekuatan) dan

Weaknesses (Kelemahan), serta survey eksternal atas Opportunity

(Peluang/kesempatan) dan Threat (ancaman)

2.7 Konsep Pembangunan Lahan Peternakan

Kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun konsep pengembangan

wilayah adalah adat istiadat setempat, tata pemerintahan, pendidikan dan

ketrampilan, aktifitas pertanian pendukung, industri, jasa permodalan, dan

pemasaran/permintaan. Dalam melakukan usaha peternakan, lokasi merupakan hal

utama yang harus dipertimbangkan agar usaha tersebut bisa berjalan secara efektif

dan efisien. Secara umum pemilihan lokasi usaha peternakan harus

mempertimbangkan aspek kelancaran bisnis dan alur operasional peternakan.

Konsep pengembangan wilayah peternakan yang utama diperhatikan

adalah potensi alam suatu daerah, karena ini akan menentukan jenis-jenis dan

jumlah ternak yang dapat dikembangkan di daerah tersebut. Potensi alam dapat

ditentukan oleh tersedianya tanah/lokasi pertanian dan peternakan, kesuburan

tanah, iklim, topografi, tersedianya air sepanjang tahun dari pola pertanian yang

ada. Menurut Irfan (1992), bahwa peternakan yang baik biasanya terdapat di

daerah yang dapat menghasilkan makanan bagi ternak dan mempunyai lokasi

yang tidak bersaing dengan manusia.

Strategi pengembangan peternakan adalah pengembangan wilayah

berdasarkan komoditas ternak unggulan, kebutuhan pasar, pengembangan

kelembagaan petani peternak, peningkatan usaha dan industri peternakan,

optimalisasi pemanfaatan dan pengamanan serta perlindungan sumber daya lokal,

dan pengembangan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan (Pambudy dan

Sudrajat, 2000).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Pengembangan usaha ternak sapi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

mempunyai prospek yang cukup baik, didukung dengan potensi lahan yang masih

cukup luas, lahan pertanian, lahan perkebunan, serta limbah pertanian, perkebunan

dan tanaman lainnya. Usaha ternak sapi sebagai salah satu alternatif dalam

penanganan lingkungan pada lahan-lahan bekas tambang dalam pengelolaan

restorasi/reklamasi lahan yang tandus agar didapatkan kembali kesuburan

tanahnya.

3.2. Saran.

Untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan ini peran dari pemerintah

daerah, pihak perusahaan tambang maupun perkebunan, pihak sawata dan

masyarakat untuk saling mendukung program pengembangan usaha peternakan

ternak sapi pada lahan bekas tambang sebagai solusi atau alternatif penanganan

lingkungan dan pengembangan ternak pasca penambangan timah demi masa

depan daerah kita.

DAFTAR PUSTAKA

Irfan, M. 1992. Perencanan Tata Ruang Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Latief, Abdul. 1993. Membangun SDM yang Mandiri dan Profesional. Depnaker RI Jakarta

Rahardi, F dan Rudi Hartono. 2005. Agribisbis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah Ekologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Prasetyo, B. H. Dan Suriadikarta, D. A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Balai Penelitian Tanah. Bogor.