majalah edisi 09 - september 2015 - wordpress.com

40
AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 Majalah Edisi 09 - September 2015/ Th.22

Upload: khangminh22

Post on 18-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Majalah Edisi 09 - September 2015/ Th.22

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Pelindung: Rektor Universitas Islam Riau

Penasehat: Wakil Rektor III Univ. Islam Riau

Dewan Pertimbangan: Drs Supriyadi MPd, Zainul Ikhwan SP,

M Badri SP MSi, M Sabarudi ST, Wahyu Awaludin SH, Sobirin Zaini SPi, Hasbul-

lah Zaini SH, Husnu Abadi MHum, Dewan Redaksi:

Muhtarom S Sos, Julisman S.Pd, Edi Efendi S Sos, Desi Sommalia Gustina

SH MH

Pemimpin Umum :Wahid Irawan

Sekretaris Umum :Cut Intan Puspita Sari

Pemimpin Redaksi :Tahnia Dwi Sari

Redaktur Pelaksana Majalah :Raja Ulil AlbaabRedaktur Online

Rifal FauziRedaktur :

Dede Mutiara YastePerwajahan :

Dede Mutiara YasteFotografer:

Raja Ulil AlbaabReporter:

Seluruh Pengurus dan Kru MagangPemimpin Usaha :

Rifal FauziManajer Keuangan :Dede Mutiara YasteIklan dan Sirkulasi :

Seluruh Pengurus dan Kru Magang

Penerbit: Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau.Alamat: Jl Kaharuddin Nasution No 113 Kampus Darussalam Marpoyan Pekanba-ru-Riau 28284. HP: 082170056154Email: [email protected]: www.aklamasi.coFacebook: Media Mahasiswa Aklamasi UirTwitter: @aklamasiuirPercetakan: (Isi di luar tanggung jawab percetakan).

SURAT KEPUTUSAN(SK) REKTOR

No. 365/TAHUN 1993ISSN: 0853-8883

Sejuta AirDi Desa Tanjung Belit

Perjalanan 16-17

Cawan-5Laput-6

Profil Bintang- 9

Tamu-10Opini-12

Perjalanan-14Feature- 16

Pemuncak- 19Fotografi- 20

Profil Pengurus- 22Munawarrah- 24

English Flash- 25Laporan Khusus- 26

Resensi- 34 Sastra- 36

Kolom Alumni- 38Senggang- 39

DARI KONTRAKTORhingga “News Anchor”

Tamu 11-12

Laporan Utama 6-8

Kejar-kejaran Akreditasi

Dari landasan itu, pihak UIR gencar untuk lakukan perbaikan akreditasi.Saat ini sudah ada tiga prodi yang

mendapatkan akreditasi A, yaitu Fakultas Hukum dengan prodi Ilmu Hukum, Fakultas Pertanian dengan

prodi Agroteknologi, dan...

Kita harus bisa memotivasi diri kita sendiri. Kita harus berani mencoba

keluar dari kebiasaan dan mencoba hal-hal baru yang lebih kreatif dan

yang penting positif. Seperti saya dari

Letak kenikmatannya itu ketika kita dapat melihat keindahan hutan yang masih

asri, bermain serta berlayar di sungai Rimbang dan Sebayang...

Desain Sampul: Barry Eko Lesmana

Tata Letak isi: Dede Mutiara Yaste

Tapak Jejak Pejuang Pendidikan

Indonesia

Melalui taman siswa tersebut, Ki hajar Dewantara memulai gerakan

baru, yaitu mendidik angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya bangsa...

Laporan Khusus 23-25

BAHARA

2 AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Redaksi merima tulisan berupa surat pem-baca, opini, cerpen, puisi, esai, rilis berita, atau liputan juga kritikan dan saran untuk AKLaMASI dari pembaca.Kirimkan ke kantor redaksi atau lewat email: [email protected].

Redaksi berhak menyunting selama tidak mengubah maksud tulisan.Tulisan yang masuk jadi hak milik redaksi.

Ralat: Pada majalah edisi 8 halaman dalam tertulis Februari 2014 seharusnya Februari 2015. Redaksi mohon maaf.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

DARI REDAKSI

3

KARTUN

Assalamu’alaikumwr, wb..Salam Pers. Salam Kebenaran.Alhamdulillah, rasa syukur kita ke-

pada Allah Subhanallah WaTa’ala. Karena-Nya kita masih bisa menghirup udara pagi, walau tak segar lagi.

Yaa apalah daya, kembali, deadline demi deadline dilanggar. Akhirnya Majalah AKLaMASI edisi ke-09 dapat hadir di tangan pembaca. Bukannya pengurus berniat lalaikan tugas, na-mun banyak tunggul-tunggul tajam yang harus pengurus lewati. Seperti pergantian pemimpin redaksi. Di mana pada 18 April lalu, pengurus adakan

Musred (Musyawarah Redaksi) per-gantian pengurus periode 2015- 2016. Pergantian Pimred dari Wahid Irawan menjadi Tahnia Dwi Sari membuat pengurus harus proyeksi lagi, namun hanya untuk melanjutkan dan merom-bak beberapa liputan serta rubrik saja. Kemudian di bulan selanjutnya pengu-rus adakan Rapat Kerja (Raker) di kan-tor redaksi AKLaMASI. Dan kita selalu berharap semoga di setiap kepenguru-san baru, selalu di isi dengan semangat yang baru pula.

Pembaca, Maret lalu AKLaMASI institut–lembaga otonom AKLaMASI-

adakan Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) ke-XV, dan juga sekaligus gelar Seminar Jurnalistik Telivisi, dengan mengundang MNC Tv, langsung dari pusat. Pengurus mengundang news anchor MNC yaitu mas Agung Kurni-awan, dan ia menjadi tamu pada edisi kali ini.

AKLaMASI tak nampak, bukan be-rarti kami diam di tempat. Akhir Mei lalu, AKLaMASI lakukan “Ekspedisi Gadang Swarnadwipa”. Peningkatan sumber daya manusia di AKLaMASI tidak selalu harus teori di dalam kelas atau ruangan saja.

Menulis juga butuh praktek yang berkelanjutan agar mutu kualitas tu-lisan itu bertambah. Ada inisiatif dari redaksi AKLaMASI untuk melatih pe-nulisan kru yang langsung kelapangan. Yaitu melatih penulisan perjalanan dalam bentuk Feature. Ekspedisi yang dituju adalah Gunung Kerinci di Jambi. Jika nak tengok, bisa buka rubrik Foto-grafi.

Pembaca setia, di edisi kali ini, AK-LaMASI suguhkan beberapa liputan menarik seperti, mengenai komunitas- komunitas sosial pendidikan, kesibu-kan persiapan akreditasi kampus, pro-fil dosen muda UIR, dan lainnya.

Selamat membaca. Jangan lupa kirimkan kritik dan saran pembaca ke redaksi AKLaMASI.

Berpikir Merdeka. Bersuara Merdeka. Wassalam. Redaksi

Foto Bersama Pengurus dan Peserta DJTD XV di depan kantor redaksi AKLAMASI.

Foto

: Ded

e M

utia

ra Y

aste

Tak Nampak,Bukan Berarti Diam

“MERDEKA ITU...”Karya: Barry Eko LesmanaManual Sketching on HVS 2015

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

EDITORIAL

4

SURAT PEMBACA

Kepada Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi“Gedung kami begitu indah, gedung kami begitu tinggi,tapi berada di dalamnya begitu resahkarena segelintir orang di biroksrasi.”

Pak, Mohon tertibkan setiap karyawan yang mengambil alih semua pekerjaan yang bukan wewenangnya. Kepemimpi-nan saya di Dema fakultas pun ikut diuru-si. Saya diturunkan dengan alasan yang tidak jelas. Padahal se-tau saya dosen atau karyawan tidak boleh intervensi or-ganisasi kemahasiswaan. Kondisi ini sung-guh merisaukan.

Viencent Moerghasini YusufMantan Ketua Dema Fikom

Kirim

kan

kelu

han/

krit

ik d

an s

aran

and

a se

puta

r Ka

mpu

s U

IR k

e ak

lam

asiu

ir@gm

ail.c

om d

enga

n su

bjek

“Su

rat P

em-

baca

” un

tuk

dite

rbitk

an d

i edi

si 1

0

Mohon Tertibkan Karyawan yang Intervensi !

Pelayanan di UIR mohon diperbaiki dan ramah terhadap mahasiswa yang bertanya. Nah, bagi dosen pembimb-ing alangkah baiknya jangan hanya 1 atau 2 kali bimbingan langsung di ACC, karena kasihan mahasiswa jadi kena bantai disaat seminar proposal. Terus bagi dosen pembimbing yang jadwalnya sangat padat bagusnya tidak usah jadi pembimbing. kasian mahasiswa karena harus menunggu ketidakpastian untuk bimbingan. Teri-makasih.

Resti PertiwiFKIP Bahasa Inggris

Semester 8

Kurangnya Pelayanan UIR dan Dosen Pembimbing

Akhir-akhir ini mahasiswa Uni-versitas Islam Riau (UIR) tak asing mendengar kata “akredi-

tasi” di kampus. Tahun ini BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi melakukan re-akreditasi UIR. Semua dosen dan staf sibuk mem-

benah program studi (prodi) masing-masing. Berbagai rapat dan pertemuan dilakukan oleh tim akreditasi universi-tas dan prodi. Berbagai upaya dilakukan, agar

akreditasi prodi mereka naik. Bekerja siang-malam, siapkan semua berkas-berkas yang diperlukan saat pen-gakreditasian.Ada tiga prodi berakreditasi A, be-

lasan B, dan sisanya C sebelum pen-gakreditasian oleh BAN-PT tahun ini. Butuh waktu sekitar satu tahun un-tuk prodi Ilmu Hukum mendapatkan akreditasi A, pada 2013. Dan disusul tahun selanjutnya oleh prodi Agrote-knologi.ESA (English Student Association)

yang merupakan himpunan maha-siswa dari prodi Bahasa Inggris FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendid-

ikan), mulai gencar lakukan berbagai kegiatan dan dibantu oleh dosen. Seperti melakukan ERe (Educational Research), menerbitkan majalah E-times, satu eksemplar, hanya un-tuk menunjukkan jikalau tim akreditasi datang. Kemudian membuat teknolo-gi, melakukan pameran, mengadakan BBQ setiap hari sabtu, dan lainnya.

“Kami membantu dalam LPj (laporan pertanggungjawaban) untuk menaikkan program akreditasi” terang Rama Putra, ketua ESA.Mungkin ini salah satu cara mahasiswanya sendiri untuk bantu prodi.Begitu pentingnya akreditas. Ketika

SMA, sebelum siswa memilih sekolah, ia dan orang tuanya akan melihat akreditasi sekolah tersebut. Setelah tamat SMA, dan melanjutkan ke Per-guruan Tinggi, calon mahasiswa akan melihat akreditasi kampus dan prodi yang akan dipilihnya. Setelah menjadi mahasiswa, ada

bahkan yang mengulurkan jadwal ujian skripsi dan wisudanya untuk menunggu akreditasi prodinya naik. Sebenarnya apa arti dan tujuan dari akreditasi itu sendiri? Kenapa satu kata itu men-jadi penting di dunia pendidikan saat ini? Akreditas bukan penghalang yang sebenarnya, walaupun memang dibu-tuhkan sebagai syarat saat ini. Namun, dimanapun kita bernaung,

kalau diri kita bisa berkembang maju, kita bisa menjadi insan akademisi yang baik.

Satu kata pentingdi dunia Pendidikan

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

CAWAN

5

Meniruproduk luar. Sampai akhirnya sam-sung dapat berinovasi terus-menerus secara konsisten seperti saat ini, dan dapat bersaing dengan produk terna-ma lainnya.

Sampai saat ini, lihatlah di serial drama-drama, hampir semua gadget yang digunakan disetiap adegan ada-lah produk Samsung. Mereka mampu untuk membudayakan karya mereka. Drama baru, sekaligus promosi produk terbaru. Seterusnya Jepang dengan Sony nya.

Kebiasaan meniru di Indonesia sekarang membuat anak muda jarang berinovasi. Bukan juga berarti tidak boleh meniru. Karena datang inovasi awal mulanya terkadang dari meniru. Tapi kebanyakan mereka menelan mentah-mentah, dan meperagakan se-muanya.

Mungkin kita bisa mencontoh me-tode Kaizen, yang diterapkan oleh Jepang, yang berarti, ambil yang baik, buang yang buruk, dan ciptakan yang baru. Bagaimana mereka menciptakan produk mobil, yaitu, awal mulanya dari meniru Amerika. Yang tadi bobo-tnya berat, mereka ganti agar ringan, boros bahan bakarnya mejadi irit, ren-dah CC nya menjadi tinggi, dan yang menyebabkan banyak polusi, menjadi ramah lingkungan. Dan pada akhirnya terciptalah sesuatu yang baru.

Selain itu, ternyata bukan hanya benda mati seperti produk yang digu-nakan oleh sang Idola saja yang ditiru. Tetapi dari aktifitas atau kegiatan yang dilakukan sang idola pun juga disoroti. Melalui sebuah film “5 cm”, membuat para fans Raline Shah, Pevita Pearce, Herjunot ali, Fedi Nuril, Deni Sumargo, dan Ian yang diperankan Saykoji ingin melakukan hal-hal yang serupa. Gu-nung Semeru menjadi gunung terlaris

Imitation. Suatu tingkah meniru sesu atu ataupun seseorang. Bisa dalam bentuk benda ataupun aktivitas.

Dari kecil, kita belajar berbicara den-gan meniru ucapan yang kita dengar dari orang-orang di sekitar kita. Belajar menulis dengan meniru abjad-abjad yang digantung di dinding kelas. Se-mua proses meniru menjadikan kita berpengetahuan.

Kebiasaan imitate tersebut ternyata terbawa sampai anak beranjak besar. Karena merupakan sifat alamiah dari setiap manusia. Di usia remaja, anak sudah bisa menentukan kesukaan-nya maupun idolanya. Anak juga suka meniru semua pernak-pernik yang di-gunakan sang idola, ia juga berusaha keras untuk mendapakan hal serupa. Tapi sayangnya, sang idola suka pam-er kalau belanjanya di Paris, Singapura, bahkan Eropa.

Sang fans pun ikut-ikutan membeli produk luar, paling tidak mencari ba-rang replika, yang sekedar mirip. Kalau untuk penggunaan barang-barang im-port, selalu memiliki gengsi yang san-gat tinggi. Semua hal yang berbau im-port memiliki kebanggaan. Sedangkan karya bangsa sendiri tak dipandang.

Bukan hanya tak dipandang, melirik pun sudah enggan. Padahal produksi-produksi dalam negeri tak kalah he-batnya dengan barang luar. Mindset masyarakat terhadap produk import lebih bermutu, dari pada produk neg-eri semakin kuat.

Tak begitu dengan Korea. Bagaima-na mereka menghargai produk Sam-sung, yang awalnya bukan apa-apa, dengan fitur yang pas-pasan, karena masyarakatnya menghargai, mereka tetap konsumsi produk buatan mereka sendiri yang apa adanya selama berta-hun-tahun. Tanpa ikut-ikutan melirik

di Indonesia, terbukti dari Mei hingga Desember 2014 pengunjung mencapai 55 ribu, sedangkan sebelumnya hanya sekitar lima hingga tujuh ribu.

Lihatlah bagaimana pengaruhnya. Data ini di dapat dari Rizal, seorang tour guide di gunung Semeru. Ia ting-gal di Tumpang, Malang, tempat bi-asanya para pendaki semeru start gunakan mobil Jeep. Ia menceritakan perubahan yang signifikan, setelah film tersebut tayang di layar bioskop Indo-nesia.

Cara ini sepertinya sangat manjur digunakan untuk melestarikan hal apa-pun.

Dan mungkin kita bisa mencontoh negara yang saya jelaskan sebelumn-ya. Tapi, bagaimana caranya, agar masyarakat kita seperti itu? Nah, se-belumnya kita harus merubah mindset masyarakat Indonesia.

Kalau tak bisa masyarakat memulai, mungkin bisa mengandalkan sang to-koh atau idola untuk membudayakan. Salah satu contoh, di salah satu surat kabar yang saya baca, yaitu mengenai Nadine Chandrawinata, yang mengisi waktu selangnya dengan belajar mem-batik. Nadine ialah Putri Indonesia dan juga menjadi sorotan masyarakat Indo-nesia. Semua aktivitasnya diamati. Dan dengan kegiatannya membatik, bisa menularkan ke anak muda untuk dapat juga meniru dan melestarikan budaya membatik. Contoh kolom-kolom sim-ple seperti itu sangat bagus dipublish dan disoroti, agar masyarakat dapat meniru sang tokoh idola dalam mem-budayakan hal-hal positif. Tapi sayang, kolom space yang disediakan di surat kabar itu sangat singkat.

So, tiru hal positif agar dapat berino-vasi dengan Kaizen.

Untuk Budayakan Hal Positif

Oleh Tahnia Dwi SariPemimpin Redaksi AKLaMASI

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 20156

LAPORAN UTAMA

Kejar-kejaran

AkreditasiOleh Raja Ulil Albaab

Ruang rapat gedung rektorat di lantai empat siang itu dihadiri oleh Tim Akreditasi Universitas Islam Riau (UIR), Selasa (12/5). Kehadiran mereka guna memba-

has akreditasi dari beberapa program studi (prodi) hingga akreditasi institusi.

Banyaknya agenda tidak menyurutkan semangat tim, yang juga merupakan dosen, staff serta dari berbagai lem-baga seperti Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Kon-trol Mutu (LP2KM), Lembaga Dakwah dan Lembaga Peng-abdian Masyarakat.

Tim terdiri dari beberapa divisi, seperti divisi standar isi, standar proses, standar tata pamong, keuangan, kema-hasiswaan, dan kerjasama. Merekalah yang bekerja untuk mendongkrak akreditasi di beberapa prodi.

Akreditasi atau pentauliahan adalah suatu bentuk pen-gakuan pemerintah terhadap suatu lembaga pendidikan. Salah satu contoh akreditasi adalah akreditasi pada me-tode tes laboratorium dan sertifikasi spesialis yang diper-bolehkan mengeluarkan sertifikat resmi dengan memiliki standar.

Menurut wikipedia, Berdasarkan Undang-Undang no-mor 22 tahun 1961 Tentang Perguruan Tinggi, akreditasi diberikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah melalui BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) terus meningkatkan mutu pendidikan tinggi, memperkenalkan serta menyebarluaskan paradigma

baru dalam pengelolaan pendidikan tinggi, dan mening-katkan relevansi, atmosfer akademik, pengelolaan institusi, efisiensi, dan keberlanjutan pendidikan tinggi.

Tak seperti dulu, perguruan tinggi dinilai dari aspek pen-gelolanya atau siapa yang menaunginya. Kini yang menjadi pembeda perguruan tinggi negeri dan swasta adalah akred-itasi, yang merupakan pedoman apakah perguruan tinggi itu bagus atau tidak.

Dari landasan itu, pihak UIR gencar untuk lakukan per-baikan akreditasi. Saat ini sudah ada tiga prodi yang men-dapatkan akreditasi A, yaitu prodi Ilmu Hukum, Fakul-tas Hukum, prodi Ilmu Hukum, Pasca Sarjana dan prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian.

Prodi Ilmu Hukum merupakan prodi pertama yang men-dapatkan akreditasi A, tepatnya di tahun 2013, dan berlaku hingga 2017. “Kurang lebih satu tahun untuk mencapai akreditasi A,” terang Syafrinaldi, Dekan Fakultas Hukum (25/03).

Persiapan yang dilakukan dimulai dari pembenahan bangunan, fasilitas, dan sumberdaya manusia yang terus ditingkatkan.Tak hayal, penerimaan mahasiswa dan dosen menjadi perhatian. Untuk tahun ajaran 2014/2015 tercatat lebih dari 27 dosen aktif, terdiri dari dua Guru besar, 10 doktor dan 21 dosen dengan gelar magister. Beberapa dosen juga sedang melanjutkan gelar doktor.

Bagusnya akreditasi memberikan keuntungan. Maha-

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 7

siswa akan mendapatkan kemudahan, tentunya tawaran beasiswa akan lebih banyak dari pemerintah.Untuk lapan-gan pekerjaan juga akan lebih diperhatikan, mereka yang selesai dari prodi yang berakreditasi A akan lebih diutama-kan jika ingin bekerja dan melanjutkan pendidikan.

Ditahun 2014 prodi Agroteknologi mendapatkan akredi-tasi A. BAN-PT telah menilai, mereka memenuhi dan mengikuti standar. Fasilitas yang dimilikinya juga dinilai sudah memenuhi standar prosedur, antara lain, labor bi-

oteknologi, teknologi hidroponik, autogronom (pengairan otomatis dalam sistem pertanian). Sarana belajar maha-siswa juga dilengkapi dengan infokus, wifi, kursi, dan meja berlaci.

Jumlah mahasiswa perkelas pun tidak sebanyak fakultas lain. Prodi agroteknologi hanya menampung sekitar 30-35 mahasiswa perkelas. Ruang kelas yang cukup, sehingga tidak terjadi bentrok jadwal kelas.

Tingkatkan akreditasi universitas menjadi tujuan UIR saat ini, re-akreditasi dari beberapa fakultas sangat berpengaruh terhadap akreditasi universitas, tidak menutup kemung-

kinan di tahun 2017 saat re-akreditasi, UIR sudah mendapatkan akreditasi B. Proses akreditasi dimu-lai dengan pelaksanaan evaluasi diri dari program studi. Evaluasi diri men-gacu pada pedoman yang diterbitkan BAN-PT, se-lain itu jika dianggap per-lu, pihak pengelola prodi maupun institusi dapat menambahkan unsur-un-sur yang dianggap perlu dievaluasi demi kepent-ingan prodi dan institusi. Dari pelaksanaan evalu-asi diri tersebut, disusun secara sistematis menjadi sebuah rangkuman ekse-kutif (executif summary), dan selanjutnya dilampir-kan dalam surat permo-honan untuk re-akreditasi yang dikirim ke BAN-PT.

BAN-PT akan mengkaji ringkasan eksekutif dari program sudi tersebut, dan jika telah memenuhi semua komponen yang diminta dalam pedoman evaluasi diri sekretariat BAN-PT akan mengirim-kan instrumen akreditasi.

Perolehan akreditasi institusi harus melebihi syarat akreditasi institusi yang diberikan BAN-PT . Ada 24 indikator yang dikembangkan menjadi seratus lebih pertanyaan, diantaranya pendidikan pengajaran, proses, isi, kurikulum, kompetensi, jumlah sks, berapa prak-tek, teori kemudian bahan mengajar dosen serta ma-hasiswa.

Prodi saat ini menjadi perhatian, bagaimana tidak, naiknya akreditasi prodi berdampak lang-sung terhadap akreditasi universitas. Nurman ,

Tabel: Akreditasi Program Studi Universitas Islam Riau

http

://ba

n-pt

.kem

dikn

as.g

o.id

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 20158

LAPORAN UTAMAWakil Rektor bagian Akademis mengatakan, akreditasi uni-versitas saat ini C hingga 2017, tim sedang bekerja untuk melakukan re-akreditasi. Salah satu nilai baik universitas itu sangat bergantung pada program studi. Ada tiga prodi berakreditasi A, belasan B, dan sisanya C. Akreditasi C yang akan kita dongkrak seperti FKIP,Teknik, Komunikasi dan Pisikologi, harus secepatnya menyusun untuk akreditasi ke BAN-PT, karna kalau ini terangkat akreditasi institusi akan terangkat.

Seiring bekerjanya tim akreditasi universitas yang diben-tuk berdasarkan SK rektor. Dan diketuai oleh wakil rektor satu, tim akreditasi di tingkat fakultas juga terus berbedah, setiap fakultas telah membentuk tim akreditasi sendiri agar dapat meningkatkan akreditasi fakultas dan prodi, tim ini dibentuk oleh dekan melalui SK Dekan.

FKIP yang terdiri dari 7 prodi yaitu, Bahasa inggris, Ba-hasa Indonesia, Biologi, Penjas, Sendratasik, matimatika dan akuntansi. Sebelumnya sudah dua prodi yang menda-patkan akreditasi B, yaitu Bahasa Indonesia dan Sendrata-sik. untuk kelima prodi lainnya insyallah ditahun ini akan mendapat akreditasi B. Proses akreditasi ditingkat fakultas dimulai dari dikeluarkannya SK dari BAN-PT. Jadi setiap hari kita berbenah untuk akreditasi terang Muspita wakil dekan FKIP bidang kemahasiswaan dan alumni (14/8).

Dalam penilaian akreditasi banyak hal yang menjadi syarat, dan alhamdulillah syarat itu terpenuhi . Mulai dari pembelajaran, teknologi, pustaka, metode pembelajaran, mahasiswa, rasio dosen dengan jumlah mahasiswa, alumni,

sudah bekerja atau belum juga merupakan poin penila-ian. kendala yang dihadapi prodi saat re-akreditasi adalah, standar dosen, seperti di setiap prodi diwajibkan mempun-yai doktor dan prof.

Menghadapi kendala tersebut UIR terus melakukan pen-erimaan dosen, hal ini bertujuan selain re-generasi juga un-tuk memenuhi syarat yang ditetapkan BAN-PT terhadap rasio dosen serta dosen yang bergelar doktor, selain itu UIR juga memberikan beasiswa kepada dosen berprestasi untuk melanjutkan ke program doktor, semua ini dilakukan untuk menjawab tantangan UIR unggul di 2020.

Tepat di pertengahan bulan tujuh UIR telah mengirim borang atau portofolio program institusi ke BAN-PT, sete-lah beberapa lama penyusunan dan adanya revisi oleh tim akreditasi universitas.

Walaupun di tahun 2017 SK institusi baru akan bera-khir dan re-akreditasi, namun pihak UIR telah melakukan pengiriman borang institusi, dengan landasan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 28 Tahun 2005 ten-tang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, pasal 10 ayat 2 yang berbunyi Pelaksanaan akreditasi dapat dilaku-kan kurang dari lima tahun apabila perguruan tinggi yang bersangkutan mengajukan permohonan untuk diakreditasi ulang.

“Saat ini berkas untuk akreditasi institusi telah dikirim ke BAN-PT, sekarang tinggal menunggu penilaian di lapangan (visitasi) untuk validasi dan verifikasi hasil” tegas Syaiful ketua LP2KM (13/8).

Mau beriklan di Website dan Majalah Media Mahasiswa AKLaMASIhubungi kami di email : [email protected], Cp: 0822-8361-1719

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 9

“Karena Dosen

Oleh Wahid Irawan

Harus Menulis”

PROFIL BINTANG

sum

ber:

inte

rnet

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Wira Atma Hajri (Bangki-nang, 11 Maret 1990), lu-lusan terbaik dari Fakul-

tas Hukum UIR (Universitas Islam Riau) wisuda ke-57 pada 26 Mei 2012.

Sarjananya ditempuh selama 3 tahun tujuh bulan, strata 2 (S2) ia selesaikan setahun 1 bulan di pas-casarjana UII (Universitas Islam In-donesia) Jogjakarta.

Wira, biasa ia disapa, satu dosen muda dari Fakultas Hukum UIR. Se-bagai pengajar di fakultas hukum, ia memulai dengan jadi asisten Husnu Abadi.

Dari Husnu Abadi jugalah ia kera-jinan menulis, terutama di media. “Kamu harus menulis,” ujar Wira meniru ucapan Husnu Abadi. Hus-nu memang selalu menyuruhnya untuk terus menulis. Menulis Wir... menulis Wir...

Soal pengalaman menembus me-dia, ia bercerita pernah selama 4 bulan ditolak oleh media di Riau. Ditolak ngotot saja ia kirim terus-menerus.

Memang akhirnya tulisannya muncul, di Riau Pos maupun Ha-luan Riau. Tema-temanya tentu saja seputar kasus-kasus aktual tetapi tetap dibalut dengan sudut pandang hukum, yang memang studinya.

Wira menulis karena profesi dosen dituntut memang untuk menulis, “Karena kalau ngajar ban-yak yang bisa ngajar,” kata Wira. “karena dosen menulis membaca, membaca menulis.” Wira berpan-dangan bahwa menulis bukanlah bawaan (bakat) tapi bisa diasah, dengan cara sering-sering menulis. Ucapannya memang bisa kita buk-tikan dengan gigihnya dia untuk terus menulis menembus media.

Kenapa masih terus menulis?

“Biar eksis,” jawab Wira dengan kalem. “punya harapan mahasiswa jangan hanya membaca buku-buku Jimly, kadang buku pak Wira di-baca, harapannya suatu ketika pu-nya buku pribadi.”

Dia pernah berkata begini, kalau kita yang ada di dunia kampus jan-gan meninggalkan dunia baca dan tulis, karena orang kampus ya baca dan tulis. Tanpa baca tanpa menu-lis sesungguhnya kita bukan orang kampus.

Itu yang membedakan kita den-gan orang-orang di lapangan. Kita dekat dengan buku dan dekat den-gan pena, maka menulislah. Terke-san ekstrem memang, tapi kalau

kita pikir-pikir ada benarnya.Wira mengutip satu kalimat pe-

mikir Islam, Al Ghazali, jika kau bukan anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah.

Sindirannya pedas, dosen kalau tidak menulis jangan dipanggil dosen, karena dosen menulis. Kalau tidak menulis, berarti ia hanya menggunakan embel-embel dosen untuk sesuatu.

Ketika mengajar kepada maha-siswanya, karena sering menulis untuk media, ia sering menyuruh mereka mengumpulkan artikelnya dan dibahas di kelas.

Wira tidak mau bicara teori buku saja, tapi mengajak mahasiswanya mendiskusikan yang konstektual. Pernah belajar di Pesantren Darun-nahdo Bangkinang, ia melihat tema-tema tulisannya selalu berusaha menyitir pemikir-pemikir Islam, Al- Ghazali, misalnya.

Hajri anak pertama dari tiga ber-saudara. Motto hidupnya tidak aneh-aneh, ia tujukan untuk kedua orangtua. “Hidup ya untuk memba-hagiakan orangtua.

Tidak lebih tak kurang. ” ucapnya. Karena menurutnya ridho Tuhan tergantung ridho orangtua.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 9

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Waktu itu, minggu ketiga di bulan Maret, ia datang ber-sama rekannya Charles Ma-

nurung ke Aula Fakultas Ilmu Komu-nikasi (Fikom) Universitas Islam Riau (UIR). Kedatangannya adalah sebagai pemateri di Seminar Jurnalistik Tel-evisi yang diadakan oleh Media Maha-siswa AKLaMASI.

Semua peserta heboh, bahkan ter-pana. Lelaki berkulit putih dan ber-badan tegap tinggi itu bernama Agung Kurniawan, biasa dipanggil Akur oleh rekan kerjanya. Usai seminar, Dede Mutiara Yaste reporter AKLaMASI berkesempatan untuk menggali infor-masi lebih dalam mengenai karirnya.

Dari seorang kontraktor hingga kini menjadi news anchor. Begitu banyak proses yang harus ia lalui, mulai dari ikuti pelatihan, hingga sharing dengan wartawan lain. Ia juga katakan, bahwa banyak pengalaman yang tidak ter-lupakan. Semua yang ia jalani dalam berkarir adalah proses hidup. Berikut kutipan wawancaranya:

Dulu sewaktu kuliah mas jurusan apa?

Saya tamatan Teknik Sipil di Sema-rang. Karena, dulu kalo jadi seorang kontraktor itu keren ya.. Selain itu, menjadi kontraktor juga kemauan dari orang tua saya. Bagi mereka pekerjaan kontraktor sangat dipandang.

Trus, kenapa melirik karir di media?Pada tahun 2007/ 2008 itu, kesem-

patan bergabung dengan dunia pertel-evisian sangat terbuka lebar. Jujur, pada waktu itu saya ingin jadi present-er atau news anchor, karena siapa sih yang nggak ingin tampil di layar, baca-kan berita, dan disaksikan masyarakat luas. Dulu yang jadi presenter atau news anchor itu masih jarang banget ya, tidak seperti sekarang, rame. Dulu yang ada itu hanya Putra Nababan, Haris Santoso, dan beberapa lainnya. Mereka sangat mengispirasi saya agar bisa seperti mereka.

Selain itu juga, setelah dua tahun berkarir menjadi kontraktor dan mengerjakan dua proyek. Saya merasa bidang saya bukan di sana, jadi mulai manuver nih, melihat peluang lain di media. Karena saya tidak punya ba-sic apa-apa dibidang jurnalistik, jadi solusinya saya ikut pelatihan yang di-adakan TVRI.

Pada saat itu, ketika umur ke-22 ta-hun, kebetulan TVRI pertama kalinya adakan open recruitment. Karena biasanya yang di TVRI itu hanyalah turun- temurun. Misalnya anaknya, ponakannya yang masuk ke TVRI, ka-rena generasinya terkenal seperti itu dari awal.

Jadi pada open recruitment pertama itu, saya daftar dan dari seratus orang saya masuk jadi presenter di sana.

Oleh Dede Mutiara Yaste

AGUNG KURNIAWAN

DARI KONTRAKTORhingga “News Anchor”

Oleh: Dede Mutiara Yaste

Gra

fis: B

. E L

esm

ana

10

TAMU

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 11

Selama enam bulan saya merasa ada sesuatu yang harus saya cari di tem-pat lain, makanya saya bergabung di MNC Tv.

Apa ada hal yang menarik selama bergabung dalam media?

Ada dan banyak. Makanya saya bilang, di media manapun kita bisa mewujudkan ha-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan. Seperti bisa bertemu dengan semua lapisan masyarakat, banyak dapat wawasan baru, seperti liputan kriminal, bisa dekat dengan polisi, jumpa dengan menteri, dan presiden. Mungkin tidak itu saja, jika kita mau jalan-jalan dan mau makan apapun bisa. Semuanya bisa diwujud-kan di sini.

Pengalaman yang paling menarik menurut mas?

Waktu itu, ketika saya diundang ke festival di salah satu kampus di Banjarmasin untuk berikan informasi-informasi seputar dunia jurnalistik. Ruangannya yang hanya dilengkapi kipas dengan peserta seribu orang, membuat ruangan menjadi panas. Walaupun begitu, saya tetap salut dengan mereka. Dari awal sampai akhir acara mereka tetap bertahan di

dalam ruangan.

Bagaimana dalam hal liputan?Di dalam pengalaman saya liputan,

saya pernah ditodong sama Hercules dengan ceruit saat meliput kasusnya. Juga saya pernah melihat korban mu-tilasi sampai nggak bisa tidur tiga hari karena terus kebayang. Dan semua itu harus saya nikmati, kalo nggak, ya su-sah dan pastinya tidak akan nyaman dalam berkarir.

Bagaimana karir anda selama di MNC Tv?

Saya di MNCTv sudah tujuh tahun berkarir, dan Alhamdulillah masih si-aran. Berawal dari reporter, kemudian satu hingga dua bulan baru masuk studio. Tahapannya panjang.

Awal dulu saya diberi tugas liputan untuk Breaking News atau berita lin-tas. Namun setelah enam bulan, saya dipercaya megang Program Berita Lintas Siang.

Karena sudah dua tahun meliput dan siaran makanya saya dipercaya megang Program Inspirasi Sore. Itu saya pegang dari awal. Merupakan bagian dari program lintas petang edisi weekend. Durasinya cuma lima menit.

Namun karena program ini diang-gap bagus, maka dibikin program sendiri dengan durasi 30 menit. Awalnya cuma Sabtu, lalu ditambah Minggu dan masih berjalan hingga sekarang. Di sini saya menjadi report-er, produser, dan juga host-nya. Jadi selama empat tahun program itu saya yang pegang.

Bagaimana cara agar bisa seperti anda?

Kita harus bisa memotivasi diri kita sendiri. Kita harus berani mencoba keluar dari kebiasaan dan mencoba hal-hal baru yang lebih kreatif dan yang penting positif. Seperti saya dari Semarang, Jawa Tengah, berani ke Jakarta untuk mencoba hal- hal dan pengalaman- pengalaman baru.

Apa saja yang telah mas lakukan un-tuk dapatkan ilmu jurnalistik?

Karena saya orang baru tidak me-miliki basic apa-apa, jadi harus ser-ing sharing dan banyak kenal dengan wartawan lain, sehingga dari situ saya membangun relasi dengan mereka. Selain itu, saya juga belajar dari inter-net, koran, dan sebagainya.

Kita harus tau banyak mengenai in-formasi- informasi yang ada di media. Itu semua saya lakukan untuk belajar dan menjadikan acuan dan juga keti-ka punya news anchor atau presenter favorit, maka kita harus bisa ambil karakteristiknya dalam bacakan atau bawakan berita.

Sepertinya anda sangat aktif, bagaimana sewaktu kuliah dulu?

Semasa kuliah saya tidak per-nah ikut organisasi, dan juga jarang ngumpul-ngumpul sama teman. Saya orang rumahan. Walaupun seperti itu, saya juga mencoba untuk bisa ber-interaksi dengan orang lain. Tidak ter-bayang sekarang, saya harus bertemu banyak orang, ngomong depan kam-era, dan dilihat masyarakat luas.

Saya nggak gaul, nggak neko-neko, nggak macem- macem dan itu yang harus saya jaga ketika menjamu se-orang narasumber.

Dan saya harus jadi diri saya sendi-ri. Jangan sampai ikut- ikutan seperti mereka, yang penting harus jadi jur-nalis yang bagus.

Maaf mas, ini pertanyaan sedikit privasi, sebelumnya mas sudah menikah ?

Hhhmm.. menurut kamu ?

Kalau dari tampangnya sih belum, tapi kalau dari umurnya kayaknya sih udah.

Saya menikah sudah sembilan ta-hun, saya punya anak sepasang. Yang pertama, sekarang kelas tiga SD, dan kedua umur dua tahun. Fo

to: T

ahni

a D

wi S

ari

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

OPINI

12

Kalau kita lihat sejarah Indone-sia adalah bangsa yang ber-latar belakang majemuk dan

memliki nilai budaya yang luhur. Maka seiring perkembangan za-man, nilai dan budaya itu pun mu-lai bergeser bahkan tergantikan oleh nilai budaya baru. Bangsa Indonesia punya beberapa kerajaan besar yang miliki nilai dan budaya berbeda. Seperti kita ketahui pada masa kerajaan, pada masa itu para raja senang di berikan hadiah-hadiah dari siapapun, terlihat dengan banyaknya peninggalan raja yang di-dapat dari berbagai masyarakat.

Sehingga kebiasaan ini bergeser sampai sekarang, kita bisa lihat ban-yaknya pejabat negara yang melaku-kan praktek-praktek KKN dan mer-ugikan banyak pihak. Bergersernya nilai dari zaman ke zaman juga meru-bah pola fikir dan kebiasaan manusia. Berangkat dari teori anomie, di mana situasi orang kehilangan nilai perilakunya dan saat itu orang men-ganggap penyimpangan adalah hal yang biasa. Dan Duckheim mengata-kan korupsi adalah fakta sosial yang tidak bisa dielakan kosekuensinya. Contoh ketika seorang ingin jadi pejabat dalam negeri menghabiskan banyak biaya untuk capai tujuan dengan mani politik, sehingga kosek-uensinya apabila menjabat, dia akan kembalikan berapa uangnya yang habis untuk jadi pejabat tersebut. Rumus korupsi oleh Robert Klick Bard, wewenang minus akuntabilitas sama dengan korupsi. Artinya jika seorang yang berwewenang tidak memiliki akuntabilitas, kemungkinan dia korupsi sangat besar. Praktek KKN di Indonesia sudah jadi penyakit yang bisa di kategorikan ca-pai komplikasi dan tidak bisa dicegah.

Oleh Henky Fernando

Foto: Istimew

a

masuk fasilitas lainnya. Pertanyaannya kenapa dia lakukan

korupsi, maka jawabnya power tent to corrupt (kekuasaan cenderung ber-sifat korupsi). Inilah yang dikatakan perilaku tamak, jadi hanya bisa di-ubah dengan hukuman mati. Ternyata masyarakat juga pandang korupsi sebagai hal biasa. Ketika se-orang residivis di kalangan masaya-karat lebih ditakuti dan diwaspadai, beda dengan residivis korupsi yang dapat diterima kembali bahkan diberi kepercayaan lagi. Tentu pemahaman masyarakat tentang korupsi nota-benenya adalah extraordinary crime dipandang biasa saja. Dilihat dari penegakan hukum, pemerintah tidak serius dalam masalah kewenangan, ligitimasi hu-kum, aturan dan regulasi, sehingga penanganan korupsi di kalangan elit tidak lagi objektif dan efektif.

Ketika para elit politik terbukti lakukan korupsi dan lembaga pe-masyarakatan juga tidak berperan dengan baik baik dalam berikan efek jera maupun pembinaannya. Karena korupsi di Indonesia dijadi-kan kebiasaan, maka pencegahannya harus dari dasar melalui pendidikan karakter, mulai dari keluarga, ling-kungan dan formal seperti sekolah.

Mahasiswa Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Islam Riau

Karna KKN juga libatkan banyak ele-men, termasuk masyarakat. Lemba-ga- lembaga formal seperti polisi dan penegak hukum lainnya jadi pember-antas, tapi malah jadi pelaku. Di Indonesia korupsi sudah jadi peluang bisnis, banyak terjadi kasus- kasus korupsi, mulai dari legislatif dan eksekutif jadi pelaku yang rugi-kan negara, tetapi hukuman tidak set-impal dengan perbuatannya. Mengapa saya katakan korupsi sudah jadi peluang bisnis? Karena mereka telah kalkulasikan dulu sebe-lum korupsi secara matematik, con-toh; “kalau saya korupsi lima miliyar (M), di penjara empat sampai lima ta-hun dan didenda setengah M.

Tapi jika korupsi 100 M, maka 50 M saya simpan di mana- mana, 50 M untuk liburan, 30 M suap hakim, jaksa dan penyidik, kemudian 20 M bayar pengacara. Jadi, Saya untung 50 M dan di penjara tiga atau empat tahun. Dalam penjara berkelakuan baik sehingga dapat remisi, palingan saya dihukum cuma dua tahun den-gan untung 50 M. Solusi hukuman bagi koruptor ada-lah mati atau tidak mati, misalnya orang korupsi di atas 10 M di hukum mati. Jika di bawah 10 M tidak dihu-kum mati, Tapi dengan pakaikan baju dengan tulisan “Saya Koruptor” dan bersihkan halaman kota.

Para koruptor dijadikan perkerja di kebun sawit atau karet, sepertiga gaji untuk dia dan sisanya bayar hutang pada Negara. Setelah selesai baru dilepaskan, proses itu akan ciptakan internalisasi dan perubahan sikap jera pada mereka. Korupsi banyak di lakukan orang berkecukupan, seperti mantan ketua SKK migas, Rudi Rubiandini. gajinya capai 150 juta per bulan, belum ter-

BAHAYA LATEN

KORUPSI

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 13

ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) saat ini dipahami muslim di Indo-nesia sebagai politik propaganda

dari negara-negara non-muslim yang dipelopori Amerika Serikat dan seku-tunya.

Dahulunya Al-qaidah (Mujahidin alias Teroris) di Negera Afganistan identik dengan Islam, setelah ter-bunuhnya Osama Bin Laden yang diprakarsai pemerintahan George W. Bush dan sekarang Barrack Oba-ma.

Sekarang kaum Muslim dihantui dengan politik propaganda Amerika Serikat dan sekutunya, di mana ISIS telah mencederai seluruh lapisan umat Islam di dunia. Itulah intervensi politik propaganda Amerika- sekutu terhadap umat Islam saat ini, misal-kan intervensi politik Amerika per-tama kali ke Palestina.

Intervensi Amerika ke Irak, yang di bawah pimpinan Saddam Hussein pada Maret 2003, yang lebih dahsyat lagi Sekretaris jendral PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) yang dinakhodai Ban Ki-Moon setuju, Perancis dan sekutu-nya menyerang Mali yang merupa-kan negara Islam di Afrika.

Oleh karena itu, konspirasi politik propaganda dalam intervensi Ameri-ka Serikat dan sekutu melalui “ISIS” ini artinya agar Islam semakin cepat memburuk dan runtuh (republika.co.id). Walaupun demikian Islam tetap kumandangkan adzan pada negara-negara sekutu dan Amerika. Ia merupakan kemenangan besar bagi umat Islam di akhir zaman dan ia merupakan penyatu umat Islam di belahan dunia, baik itu negara-negara yang terbelakang maupun modern. Adzan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan urat nadi Islam, pada umumnya di dunia yang fana ini.

Kebencian rezim zionis Ameri-ka- sekutu terhadap negara Is-lam.

Sekutu yang dimaksud penulis

merupakan negara-negara rezim Zion-is Israel, PBB (boneka Amerika Serikat sebagai Donatur Terbesar). Psikologi umat dunia sudah parah, sudah hi-lang kendali, sehingga propaganda politik tidak terkendali. Demokrasi bukan suatu solusi yang dapat men-gatasi kesenjangan umat di dunia ini. Hanya tinggal menunggu kehancuran (damage the world). Allah SWT men-gatakan sebagai kiamat besar sudah menghampiri dunia karena ulah tan-gan umat manusia itu sendiri.

AnalisisPertama, ketidakpastian lingkungan

alam, memperlihatkan keserakahan manusia yang hanya mementingkan sesaat saja. Kedua, seluruh negara-negara Islam diperangi dengan inter-vensi politik propaganda rezim zionis Amerika Serikat dan sekutunya. Umat Islam sekarang berkecamuk, perang saudara baku tembak sesama umat Islam dan lebih mengerikan lagi ban-yak yang tewas sesama mereka (ayah

Politik Propaganda Islam

Oleh H. Muhammad Iqbal. MA, Ph.D

membunuh anaknya, isteri, adik be-radik). Itulah kekejaman rezim zionis Amerika dan sekutu-nya. Ketiga, ada-lah Islam phobia.

Islam phobia adalah suatu keben-cian Amerika-sekutu dan zionis Is-rael pada kaum muslim di seluruh dunia. Kebencian ini sudah sejak lama dianut oleh negara-negara sekutu, misalnya, pelecehan ter-hadap Nabi SAW dalam bentuk

kartun di Denmark, pembuatan film “Fitna” yang melecehkan jihad di Belanda, penistaan Al-Quran di Penjara Guantanamo, dan kemudian yang menusuk penderitaan muslim dunia adalah War on Terorrism yang sasaranya adalah umat muslimin di berbagai Negara, khususnya di Irak, Libya dan Afganistan, dan terakhir adalah ISIS.

Islam adalah Islam. ISIS tetaplah ISIS. Begitu juga halnya Islam bukan ISIS. Selanjutnya PBB, harus tegak-kan keadilan dan tidak berpihak pada intervensi propaganda politik rezim zionis Isreal dan Amerika-sekutu. Lebih jauh, Amerika-sekutu zionis Is-rael dan PBB tidak akan berhenti me-musuhi Islam dan umatnya. Bentuk demokrasi yang dinakhodai Ameri-ka-sekutu, Hak Azasi Manusia, kebe-basaan, dialog antar umat beragama hanyalah omong kosong belaka.

Oleh karena itu dalam hal ini penu-lis bersolusi, pertama, agar menarik pasukan bersenjata Amerika-sekutu yang dinakhodai PBB di negara-ne-gara Islam dan Afrika. Kedua, henti-kan permusuhan-permusuhan Islam phobia. Ketiga, hentikan intervensi politik propaganda yang menghan-tui Islam terhadap kaum Muslimin di dunia.

Keempat, memerdekakan Palestina sebagai belenggu rezim zionis Israel. Kelima, pulihkan Irak dalam kepem-impinan Islam. Keenam, hindari Lib-ya dari perperangan saudara. Ketu-juh, hentikan film-film Hollywood Amerika anti kekerasaan terhadap kaum muslimin.

Dosen Luar BiasaFakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Islam RiauFoto: Ade Kurniawan Siregar

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

PERJALANAN

14

Sejuta AirDi Desa Tanjung BelitOleh Dede Mutiara Yaste

Foto

: Tah

nia

DS

“Di sini ?” tanya ku pada Yosa.“Tidak, lurus terus ke ujung,” perin-tah Yosa dari kejauhan.

Kami bergegas membawa ba-rang-barang untuk mendirikan tenda. Jalan. Berhenti. Jalan.

Berhenti. Hampir lima ratusan meter kami menelusuri pinggiran pulau, dan memutuskan untuk berhenti di hamparan rumput yang landai. Baru lima menit kami berada di atas pulau, adzan berkumandang. Semua mulai sibuk, Iwan pasang genset, yang laki-laki pasang tenda, ada yang cari kayu bakar, memasang tonggak untuk lampu, masak mie, sedangkan Cikal dan Iye seperti biasa masih asyik den-gan gadget-nya.

Satu jam berlalu, dua tenda kokoh berdiri berdampingan. Api unggun tampak menjalar ke langit. Makan malam mulai disajikan. Kegiatan di-lanjutkan dengan cerita bebas. Semua kru duduk melingkari api sambil ba-

kar jagung. Suasana ini terasa seperti rumah yang di dalamnya ada sebuah keluarga, kompak, dan saling penger-tian, buat saya betah untuk terus ber-sama mereka.

Pukul sembilan, jagung sudah habis. Tampak rombongan mulai tinggalkan lingkaran menuju tenda untuk tidur. Rifal adalah orang per-tama meniduri tenda di kemping ini, dua jam setelahnya, disusul oleh Ade. Kami yang tinggal tetap terus bercer-ita dan memutuskan untuk bermain voli hingga pagi.

Ini pengalaman pertamaku, tidur beralaskan bumi, beratapkan langit dan berhiaskan api unggun hangat. Bagaimana aku bisa sampai ke sini, mari mundur sejenak.

***

Sabtu, minggu pertama Maret. Aku dan Tahnia tiba di kantor redak-si AKLaMASI. Mobil innova putih parkir bebas di halaman redaksi,

kami tahu itu mobil Zainul Ikhwan, biasa dipanggil Iwan, siap membawa kami untuk berkemah. Iwan mantan Pemimpin Umum (Pemum) sekali-gus pendiri AKLaMASI 22 tahun si-lam.

Iwan tampak ready dengan kaos abu-abu lengan panjang, celana gan-tung coklat, dan tas pinggang yang menggantung di bawah perutnya yang berisi. Ia membawa dua anak laki-lakinya, Algifari atau Iye pang-gilan rumahnya serta Cikal, adiknya.

Sebanyak 15 orang bersedia ikut. Ada yang naik mobil, sisanya mo-toran. Selama perjalanan kami berbin-cang di dalam mobil, kecuali Iye dan Cikal duduk di bangku depan, asyik main game di gadget masing-masing. Sesekali kami berhenti, menunggu te-man bermotor di belakang.

Pukul lima kurang, kami tiba di jembatan lipat kain, tepatnya persim-pangan menuju desa Tanjung Belit. Sambil nikmati gorengan yang kami beli di pinggir jalan depan pasar Air Tiris, kami berhenti untuk menunggu kawan yang di motor.

Kami harus berhenti, bertanya pada penduduk setempat untuk me-mastikan arah jalan. Setelah pasti, be-lok kiri, belok kanan, terus sampai di Desa Ludai. Iwan menelepon Kepala desa (Kades), ternyata kami harus le-wati tiga desa lagi untuk sampai di tempat berkemah.

Mobil terus berjalan santai, kein-dahan hutan yang lebat disepanjang jalan dan hamparan sungai turut ser-

BERJALAN. Rombongan AKLaMASI menuju Air Terjun Batu Dinding.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 15

Foto: Dede M

utiara YasteFo

to: T

ahni

a D

S

ta menyapa kami. Jalanan menanjak dan menurun, Kades sarankan untuk pakai gigi satu. Hingga sampailah kami di plang papan yang bertuliskan “Selamat Datang di Desa Tanjung Be-lit, Desa Wisata Batu Dinding.” Pukul enam, lagi-lagi rombongan motor tertinggal jauh di belakang.

Tak lama berselang, datanglah seorang lelaki bermotor berhenti di seberang jalan. Ternyata Kades yang menunjukkan arah jalan via telepon.

Rombongan sepeda motor tak juga muncul, akhirnya Kades ajak kami untuk menunggu di rumahnya. Air mineral dan kue bawang asli Desa Tanjung Belit disuguhkan wanita bersongkok, tak lain orangtua dari Kades. Sepuluh menit menikmati rasa kue bawang, rombongan motor berdatangan.

Perjalanan dilanjutkan ke arah pinggir sungai, yang letaknya di ujung jalan dari rumah Kades. Terli-hat seperti pulau di tengah sungai, hi-jau, dan bertepikan batu-batu kerikil besar. Untuk sampai ke sana kami harus menyeberang sedikit melewati arus sungai. “Berjalan kaki saja, airn-ya sedang surut, hanya selutut orang dewasa,” kata Kades.

***

Pagi di Tanjung Belit tampak beda dengan pagi di rumah saya, Pekan-baru. Suasana begitu asri dikelilingi pepohonan, suhu yang agak dingin membuat saya sedikit menggigil.

Tampak semua sudah beraktivitas. lagi- lagi Ipur dan Tiara memasak un-tuk sarapan, ada yang mandi di sun-gai, dan berbincang-bincang sambil menikmati udara pagi.

Pukul sepuluh, Iwan menyuruh kami beres-beres, berangkat ke Air Terjun Batu Dinding. Semua barang dimasukan ke mobil. Perjalanan ke sana menggunakan kapal motor or-angtua Kades. Kami harus berjalan ke arah muara sungai sekitar enam ratusan meter, tempat kapal itu ber-sandar. Pengalaman baru saya bisa duduk di atas kapal. Kapal melaju menelusuri Sungai Sebayang.

Di tengah perjalanan menuju air terjun, kami disuguhkan den-gan pemandangan batu dinding dan pohon-pohon asri di pinggiran bukit. Lima menit berlalu, kami sampai, tapi tak terlihat tanda-tan-da keberadaan air terjun. Ternyata kami harus tracking kurang lebih 15 menit. Tapi saya agak sedikit ta-kut dan khawatir, karena berjalan di medan yang lumayan curam, mendaki, serta menurun, dan juga melewati anak-anak sugai. Bagi yang hobi mendaki, mungkin su-

dah biasa dengan jalur ini.Hari itu yang mengunjungi Air Ter-

jun Batu Dinding begitu ramai. Tak sabar ingin lekas berenang, saya dan beberapa kawan langsung melepas sepatu dan nyebur. Dingin air mem-buat badan saya terasa segar. Melom-pat dari tebing batu ke dalam air. Se-dangkan, Iwan asyik merekam dengan kamera bipro. Seru sekali. Semua ia re-kam. Semua terlihat senang, dan ingin berlama-lama.

Perjalanan pulang, kami diajak un-tuk melihat lubuk larangan yang ber-bataskan tali yang melintang dari po-hon ke pohon oleh ayahnya pak kades.

Dengan pakaian basah, kami jalan menuju rumah Kades menumpang mandi. Untuk kemudian pulang ke Pekanbaru. Tanpa tangan kosong, saya membawa bulu burung Kuau sebagai cenderamata, yang diperoleh ayahnya Kades beberapa hari silam di hutan. “Kalau di hutan, ia mengeluarkan su-ara Kuau...Kuauu...Kuauu,” ujarnya.

BERLAYAR. Rombongan AKLaMASI ten-gah menikmati pesona Sungai Sebayang menuju Air Terjun Batu Dinding.

BONGKAR TENDA. Beres-beres setelah berkemah satu malam.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

FEATURE

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

KARENA HOBI,BUKAN BISNIS

RAWAT KUCING

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 201516

Foto

: Ded

e M

utia

ra Y

aste

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 17

Memasuki rumah yang dijadi-kan tempat menampung kucing, indra penciuman

langsung tersengat. Masuk kesana bakal buat napas sedikit sesak. Bau kencing kucing membuat udara jadi pengap menyeruak. Heran, wanita itu tampak biasa saja dengan keadaan seperti itu.

Dia sibuk memberi makan kucing-kucing di rumahnya. Jumlahnya 30-an. Di dapur tempat kucing sakit, kemudian ia pisahkan dengan kuc-ing yang sehat di ruang tengah dan depan. Hari itu sekitar 6 kucing me-mang sakit, seperti kanker.

Saya bertanya apa yang ia berikan pada kucing di ruang depan rumahn-ya. “Pakan kucing dicampur ikan rebus,” ucapnya. Namanya Yuliana, ia pendiri Rumah Kucing Rescue dis-ingkat RKR yang berlokasi di Jalan utama, Kulim.

RKR baru berdiri Februari 2015. Ada 56 anggota yang terdaftar mau-pun tidak, “Sekarang lagi proses un-tuk berbadan hukum (yayasan),” ka-

tanya. Apa yang dilakukan oleh Ayu,

panggilannya, adalah merawat kuc-ing-kucing kampung dalam keadaan kurang terawat. “Kami lebih men-gutamakan yang sakit-sakit. Kucing telantar dalam kondisi sakit,” kata Yuliana menegaskan.

Selain mencari kucing yang telan-tar, RKR juga menerima tumpangan kucing-kucing dari pemilik yang malas merawat. Tapi Ayu tegaskan, setiap menitipkan mereka harus membayar uang makan kucing itu.

Semua berawal dari FacebookYuliana bercerita memang sering

membagi informasi soal dunia kucing di media sosial.

“Saya bilang kalau ada kucing telantar, nggak bisa ngerawat, antar ke tempat saya, nah ada teman saya Eldra Hataway di Facebook, nama aslinya Lesli, mbak gimana kalau kita bentuk komunitas, untuk semen-tara pakai tempat mbak,’ saya bilang boleh, saya mau-mau saja,” kata Yuli-

Foto: Dokum

entasi RKR

Oleh Wahid Irawan

“”Ada yang memfokus-

kan pada kucing telan-tar dan penyakitan. Dan salah kaprah mengenai kucing, melupakan ma-nusia yang bisa jadi pe-nyebabnya.

MAKAN. Yuliana tengah beri makan kucing yang dirawatnya.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

FEAUTURE

18

ana. Merawat kucing harus siap secara

materi dan diri. Termasuk soal ma-kanan mereka, “Satu juta itu lebih, dalam satu bulan. Mungkin uang kas itu hanya cukup untuk makan kuc-ing.” Itu belum lagi kalau kucing mem-butuhkan perawatan, untuk merawat kucing-kucing itu RKR bekerjasama dengan beberapa dokter hewan.

Ayu bukan tak ada pekerjaan. Kuc-ing merupakan hobinya sejak kecil. Ia bekerja pada agen Travel Umroh, karena kucing yang harus dipelihara semakin banyak, ia memilih bekerja secara freelance.

Rencana dia bakal lanjutkan kuli-ahnya di jenjang master (S2) di Malay-sia. Sarjananya ia selesaikan di Hukum UIR (Universitas Islam Riau). Ia punya strategi untuk tetap bersama kucing, dan tetap menjalankan kuliahnya.

Foto

: Dok

umen

tasi

RKR

“Aku sengaja ambil kuliah Sabtu-Min-ggu. Tapi, nggak bakal bisa ninggalin kucing, karena lima hari aja diting-galin sebagian sudah ada yang mati.” ujarnya.

Ketika ditanya lebih memilih ke-hilangan pacar atau kucing, ”Wah berat tu, saya selama ini sih hampir rata-rata putus karena masalah kuc-ing. Tapi alhamdulilah pasangan kali ini mengerti,” ucapnya.

Memelihara itu mahalBanyak yang mengira bahwa me-

melihara hewan seperti kucing memi-liki resiko. Terutama bulu dan kotoran kucing bisa memberi penyakit. Menu-rutdrh. Agus Shafiq Ryadi (42), Kamis, 9 Juli, di ruang praktiknya Jalan Kan-dis, menjelaskan ketika kita memeli-hara kucing tergantung dari mana kita melihatnya. Memelihara kucing seba-

gai sebuah kesenangan tentu berbeda dengan bisnis.

“Intinya kucing itu untuk meny-enangkan, bukan untuk di konsumsi. Bulu itu tidak menyebabkan ke-mandulan, tapi asma, sebenarnya bu-kan bulu tapi kutu dari bulu tersebut,” kata dokter hewan lulusan Universitas Syiah Kuala itu.

drh. Agus panggilannya, mencon-tohkan bahwa kucing berbulu pendek lebih berpengaruh terhadap asma dari kucing berbulu panjang. Maksudnya apabila kucing memiliki bulu panjang tentu lebih mudah dilihat mata, tapi bulu pendek sulit bisa dilihat.

Dia menjelaskan bahwa ketika kita memelihara kucing didasari kesenan-gan, tentunya dalam merawat kucing baik segi kebersihan, makan dan min-umnya juga akan dengan sungguh-sungguh.

Hal-hal yang selama ini jadi ketaku-kan orang-orang untuk memelihara kucing tentu tidak berdasar, jika me-mandangnya sebagai hewan penyebab penyakit. Menurutnya manusia juga bisa memberi penyakit pada si kucing.

Selama praktik, yang paling berbahaya dari penyakit kucing apa?

Jawabannya virus. Ia menjelaskan bahwa ada peraturan yang mengatur bahwa penyakit rabies tidak boleh di-tangani dokter praktik, ini sesuai den-gan peraturan negara, jadi langsung ke dinas pertanian untuk penanganan-nya.

Dia memberi saran, tempat seperti rumah kucing maupun yang menam-pung kucing-kucing harus punya pri-oritas dalam merawat.

Kucing yang setelah dirawat hen-daklah dikembalikan kepada pemi-liknya. Ini tentu saja supaya kucing terjaga kesehatannya maupun gizinya. Semakin banyak kucing, otomatis bakal sulit mengatur.

Selain rumah, juga harus memper-hatikan udara, kelembapan, dan ca-haya sangat penting sekali. Sediakan tempat kucing mengeluarkan kotoran, biasanya dengan memberi pasir.

Jadwalkan secara rutin vaksin, dan jangan lupa untuk mengecek kutu pada kucing. Dan jangan dilupakan untuk memberi makan dan minum kualitas baik.

“Kuncinya adalah memelihara kuc-ing sesuai kemampuan, baik dari segi materi maupun diri. Memelihara kuc-ing itu ternyata mahal... jadi jangan banyak-banyak.”

OBATI salah satu kucing yang sakit dirawat Yuliana.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 19

PEMUNCAK

“Saya tidak patah semangat, kare-na setiap usaha yang salah adalah satu langkah maju,” kata Fitria.

Pemuncak wisuda Universitas Islam Riau dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,00 program studi Kriminologi, Fisipol.

Tia panggilannya, mengambil inspi-rasi dari ilmuwan Thomas Alva Edi-son. Kita tahu Thomas Alva Edison salah satu jenius yang pernah dilahir-kan di dunia.

Ketika itu Thomas keluar dari se-kolah dan hanya belajar dengan ibu-nya, berkat kengototannya akhirnya ia berhasil dengan penemuannya, lampu. Setelah melalui kegagalan ribuan kali.

Ia jadi pemuncak wisuda ke-65 den-gan jumlah 1505 wisudawan pada 30 Mei 2015.

“Sangat bersyukur, apalagi jurusan Kriminologi hanya ada di UIR dan UI,” kata Tia.

Pengoleksi buku ini bercerita bahwa sejak gagal seleksi masuk PTN dan beasiswa, ia mengalami stres berat. Melihat keadaan lesu termenung, pa-mannya memberikan sebuah buku in-spirasi.

Setelah itu ia berfikir bahwa di mana

pun kuliah ia harus menjadi yang terbaik. Semua itu juga

tidak jauh dari peran orang tua yang selalu mendukung serta senyum bahagia mereka yang banyak mem-beri energi positif.

Baginya inspirasi kesuk-sesan tidak hanya dengan tontonan atau pun cerita singkat tetapi juga melalui bacaan.

Fitria kelahiran Bagan sia-pi-api pada 26 Maret 1993 adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Dulu ia bersekolah di SMAN 1 Bangko. Semenjak kuliah ia merasakan perubahan “Saya merasa lebih bisa

bersikap dan aktif di salah satu organ-isasi,” ungkapnya.

Tia memiliki pandangan aktivitas kuliah dan organisasi saling berkaitan. Baginya perkuliahan itu hanya dapat merasakan teori sementara organisasi kita dapat merasakan praktiknya “ya, keduanya penting dan berkaitan, san-gat disayangkan jika hanya kuliah-pulang.” katanya.

Dengan mengambil penelitian soal Analisis Kriminoligi Terhadap Pem-bakaran Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat (studi kasus kecamatan tanah putih kabupaten Rokan Hilir).

Tia sedikit bercerita bahwa pemili-han judul tersebut dikarenakan ket-erkaitan masalah lingkungan salah satunya pembakaran lahan yang tiap tahunnya terjadi di Riau.

Pada studinya itu ia ingin meng-gambarkan bagaimana masyarakat bisa terlibat dalam pembakaran lahan tersebut dan apa faktor yang melatar belakangi masyarakat untuk melaku-kannya, juga paparan mengenai hu-kuman akan hal tersebut serta solusi untuk penertibannya.

Faktor utama mereka melakukan pembakaran lahan adalah dikarena-

Foto: Istimew

a

kan faktor ekonomi. Membuka lahan dengan cara membakar lebih murah dan cepat dibandingkan dengan pem-bukaan lahan tanpa di bakar.

Setengah dari masyarakat di lokasi penelitian bermata pencaharian den-gan berkebun dan mereka merupakan masyarakat yang kurang mampu.

Mereka harus mempertahankan hidup sehingga mereka tetap mel-akukan pembakaran karena ekonomi tersebut. Salah satu solusinya adalah pemerintah memberikan bantuan berupa fasilitas pengolahan lahan dan bimtek kepada masyarakat agar masyarakat tidak membakar lagi.

Controlling dari pemerintah sangat diperlukan agar masyarakat dapat menerapkan bagaimana pembukaan lahan dengan benar tanpa pemba-karan.

Anak dari bapak Bahtiar dan ibu Lindawati kembali mengatakan bah-wa dalam proses belajarnya hanya berfokus saat mata kuliah berlang-sung kemudian sedikit menggulang diwaktu luang.

Terkadang ia menyiapkan bahan untuk pertemuan berikutnya agar da-pat bertanya hal yang sulit dimenger-ti dan menjawab atas apa yang di pahami.“Ya, karena rencana saya mau melanjutkan S2, jadi saya harus persiapkan ilmu agar terus melekat,” paparnya.

Selain dalam hal proses belajar ia juga pernah meraih juara I LKTI ting-kat mahasiswa se-Riau dalam rangka Milad UIR, juara III LKTI Bulan Ba-hasa di FKIP UIR dan dua puluh besar LKTI Al-Qur’an tingkat Nasional yang diadakan oleh ITS (Institut Teknologi Semarang. Semua itu diraih dengan suka duka serta semangat untuk da-pat bangun kembali.

Menurut salah seorang temannya Oka Sari Utami, ia adalah seorang gadis yang sedikit bicara dan banyak berbuat, ia juga sangat kritis dalam segala hal.

Oleh Cut Intan Puspitasari

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

FOTOGRAFI

20

Gadang adalah nama lain dari Gunung Kerinci, yang terletak di Swarnadwipa yang berarti Pulau Sumat-era. Gunung berapi ini terkenal dengan puncak tertinggi di Indonesia selain Papua. Terletak di antara dua provinsi, Sumatera Barat dan Jambi. Miliki ketinggian 3.805 mdpl dan kawah seluas 400 x 120 meter.

Gunung bertipe stratovolcano ini masih aktif dan terakhir kali meletus pada 2009. Keindahan panoramanya yang natural sangat cocok bagi pecinta alam dan fotografer. Suhu paling dingin mencapai empat derajat celcius.

Tidak hanya asal Indonesia, namun juga banyak pendaki dari luar negeri yang tertarik untuk berekspedisi ke atap Sumatera ini. Track yang terjal dan licin sangat sulit untuk dilalui, menjadi kendala utama terutama bagi pemula. Kendala lain untuk mencapai puncak seperti adanya tiupan angin disertai debu dan hujan gerimis yang tak terduga datangnya.

Gerbang awal pendakian yang berada dalam batas antara ladang dan hutan heterogen disebut dengan Pintu

Foto: Dok Aklamasi Foto: Tahnia Dwi Sari

Foto: Raja Ulil Albaab

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 21

Rimba. Tidak terlalu banyak area datar untuk beris-tirahat, hanya ada enam kawasan seperti : Pos 1 Bang-ku Panjang, Pos II, Pos III Batu Lumut, Shelter I, II, dan III.

Satu jam menjelang summit kita akan menemukan tugu Yudha seperti prasasti yang diapit cadas. Di-namakan demikian karena di tempat inilah hilangnya seorang pendaki asal Jakarta. Selain tugu Yudha, juga ada sebuah prasasti lain yaitu tugu untuk mengenang kematian Adi Permana Adji, pendaki asal Camp Stick

Jakarta yang hilang pada Desember 1983. Mulai dari tugu pertama hingga ke puncak Gu-

nung Kerinci, kabut yang bercampur asap balerang terasa pekat. Tidak jarang, banyak yang mengalami gangguan pernafasan, batuk dan mata memerah. Lebih dianjurkan untuk tidak beristirahat terlalu lama di sana dan langsung summit .

Turun gunung, seperti biasa, pasti lebih mudah dibanding mendaki. Hal ini juga berlaku untuk pen-dakian Gunung Kerinci. Turun dari puncak hingga ke gerbang memakan waktu sekitar lima jam. Kalau berjalan lebih cepat lagi, bisa empat jam. Harus ek-stra hati-hati memang. Menuruni gugusan cadas tetap menjadi adegan paling mencekam, terutama bagi pemula.

Narasi: Dede Mutiara Yaste

Foto: Dok Aklamasi

Foto: Tahnia Dwi Sari

Foto: Dede Mutiara Yaste

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 201522

PROFIL PENGURUS

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 23AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

MUNAWARRAH

24

ISIS dan Gerakannya

ISIS (the Islamic State of Iraq and Syria) sebenarnya adalah kelom-pok atau organisasi militan, yang

kita kenal beberapa tahun belakangan ini, yang untuk pertama kali dideklar-asikan di Irak dan Suriah. Mereka ada-lah kelompok yang mayoritas pem-impin dan anggotanya adalah kaum muda, yang punya semangat berko-bar untuk tegakkan dan perjuangkan Agama Islam, dengan katakan Negara Islam atau istilah kerennya Daulah Is-lamiyah.

Dengan propaganda tegakkan Daulah Islamiyah, dan membela umat Islam yang tertindas, ditekan, diintim-idasi, maka ini sangat mengena dihati para pemuda dan pemudi Islam untuk ikut serta dalam kelompok tersebut. Mereka teriakkan kata jihad, alias ikut terjun ke medan pertempuran dalam usaha tegakkan Daulah Islamiyah.

Sebaiknya kita jangan hanya berdi-am diri saja, atau hanya berkoar-koar di mimbar. Atau hanya sibukkan diri dengan penulisan buku-buku, pen-gajaran dan penela’ahan ilmiah di sekolah dan kampus, namun kosong dalam tindakan.Sehingga, banyak pe-muda di seluruh penjuru dunia yang tergoda dan akhirnya bergabung, ter-masuk dari Indonesia.

Semangat dan cita-cita tersebut di-satu sisi sangat kita apresiasi karena menunjukkan rasa keimananuntuk ikut serta tegakkan dan perjuangkan Agama Islam. Apalagi dalam Al-Qur’an disebutkan adanya ganjaran surga bagi orang yang meninggal dalam ber-jihad. Seperti halnya para syuhada’ dalam Perang Badar, Perang Uhud dan peperangan lainnya dalam sejarah Islam.

Namun sayangnya, semangat dan cita-cita mulia tersebut tidak ditopang oleh landasan keilmuan Islam yang kokoh (aqidah, syari’ah dan akhlak), sehingga kemudian banyak menim-bulkan berbagai masalah bagi umat dan Agama Islam itu sendiri. Justru bisa mencederai dan mencemari umat dan Agama Islam itu sendiri. Umat Is-lam akhirnya dituding sebagai teroris, pemberontak, tidak beradab, kasar,

bengis, dan label-label negatif lainnya.Ketahuilah, bahwa jihad adalah

perkara penting dan mulia dalam Agama Islam. Karena mulia dan ting-gi, harus dilakukan dengan hati-hati dan syarat-syarat tertentu seperti yang telah dijelaskan oleh para ulama terda-hulu dan dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.

Kapan jihad dapat dilakukan? Apa syarat-syaratnya? Mengapa umat Islam mesti ber-jihad? Apa perkara-perkara yang bersangkutan dengan jihad? Yang kesemuanya terangkum dalam hukum jihad yang telah dibahas dan dijelaskan oleh para ulama semenjak berjaman.

Pertanyaannya, pendapat ulama mana yang dirujuk oleh para pentolan ISIS tersebut? Ijtihad ulama mana yang mereka gunakan? Mereka hanya gu-nakan pendapat dan ijtihad pemimpin mereka saja yang tidak dilandasi oleh landasan Ilmu Islam yang kokoh. Tidak dipungkiri, mayoritas pengikut ISIS tidak memiliki dasar-dasar ilmu Islam yang memadai.

Memang dalam Al-Qur’an dan Had-ist terdapat dalil yang tegas tentang ke-wajiban jihad. Tapi tidak bisa difahami sepotong-potong dan parsial. Untuk itu perlu penjelasan dari orang yang kompeten, yaitu para ulama mu’tabar yang diakui, sejak jaman dahulu seper-ti Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Ah-mad, Imam Abu Hanifah hingga ulama kontemporer masa kini.

Ketahuilah, memperjuangkan dan menegakkan Islam tidak hanya cukup dengan modal semangat tinggi dan ji-had saja. Syarat terpenting adalah dasar keilmuan semua praktek ibadah terse-but. Contoh sederhana, apakah jika kita mau sholat, haji cukup hanya dengan semangat saja? Hasilnya bisa sia-sia, bahkan tidak diterima, jika tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetap-kan dalam syari’ah. Intinya perlu dasar keilmuan terlebih dahulu. Apalagi halnya perkara besar seumpama jihad atau pendirian daulah islamiyah.

Syi’ahSebenarnya, sejarah Syi’ah sudah

lama. Namun, keberadaan dan pen-garuhnya kembali mendapatkan per-

hatian beberapa tahun belakangan ini di Tanah Air.

Berdasarkan buku-buku tersebut akan dapat diketahui secara gamblang mengenai aqidah Syi’ah, seperti yang telah banyak diterangkan oleh para ulama. Silahkan bandingkan dengan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah.

Satu contoh aqidah Syi’ah, mereka mengkafirkan sahabat yang mulia Abu Bakar Ashiddiq, Umar bin Khat-tab dan Usman bin Affan radhiallhu ‘alahim ajmain. Mereka hanya men-gakui Ali radhiallahu anhu. Padahal Ali tidak pernah mengkafirkan, bah-kan sebaliknya.

Implikasinya, mereka tidak men-erima hadist yang diriwiyatkan dari ketiga khalifah diatas. Sehingga, be-rapa banyak syari’ah dan perkara penting lainnya yang akan tertolak di dalam Agama Islam? Karena mereka hanya menerima hadist dari jalur Ali radhiallhu anhu saja. Berapa banyak hadist shahih Bukhari dan Muslim yang akan dibatalkan ?

Aqidah lainnya adalah bahwa para Imam Syi’ah (pemimpin agama Syiah) adalah ma’shum (terpelihara dari dosa), dan mengetahui perkara-perkara yang gaib. Bedasarkan aqidah ahlusssunah wal jama’ah, bahwasan-ya yang ma’shum adalah para Nabi. Bahkan Imam mereka mengetahui perkara gaib, Nabi sekalipun tidak mengetahuinya kecuali yang telah diberitkan oleh Allah. Jadi, Imam aga-ma Syi’ah lebih tinggi kedudukannya dibandingkan Nabi ?

Teman saya yang beberapa kali berkunjung ke Iran mengatakan bahwa masjid-masjid di Irak banyak yang kosong melompong ketika sha-lat berjama’ah lima waktu. Wallahu a’lam.

SIKAP TERHADAPISIS DAN SYI’AH

Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Universitas Islam Riau

Oleh Dr. Apriyan D Rakhmat

foto: istimew

a

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

25

The cases about missing bike caused by robbery always hap-pened in Islamic University

of Riau (UIR) it seems shrink even there are nomore cases after apply-ing STNK checking in the third way out door. This system began to ap-ply in 23 of February 2015 ago after the last missing in parking lot of

Technical Faculty (20/2).Aldison SH, The Chief of UIR Secu-

rity told that this system had been ap-plied before, but it was not routine.”it will be applied until the leader gives us a new command , the plan is the leader will reuse bolt system to come out and in UIR,” said Aldison

Aldison also told that if the college

students couldn’t be able to show their STNK or if it was left they will be proceesed by taking their identity. Start from their name, faculty, ad-dress, brand and bike plat. In collect-ing the data, Aldison also emphasized to the employees of parking lot must be careful and thorough. ”Because it is so dangerous if they do mistake in taking data.” He said.

David Yulianis, The Chief of Park-ing employee UIR, he said that there are lots of college students reported their STNK missing. When they do patrol to the parking lot, David find many keys hanging in handlebar and seat. “Besides doing patrol in the parking lot, I have a duty as well to take data missing cases and leaving STNK and key. After this new system has been applied, missing cases of key always happen,” said David.

David added, based on collected data in book archives that miss-ing cases of key in February gets 68, March 100 and April till now 100 keys. Besides that David always find handphone and wallets left in bike dashboard.

“I tell to the college students to be more careful with key and STNK, dont let them left in bike. And for friends that go home more than 6 p.m dont forget to lock the bike,” ask Da-vid. (Dede, Rifal)

Applying Certificate of Vehicle Numbers (STNK) checking, UIR starts fine.

CHEK: A student showing his STNK to parking attendants. (Doc: Mei 2015)

Phot

o by

Ded

e Ya

ste

ENGLISH FLASH

SIKAD gate system (http://si-kad.uir.ac.id) make students of Islamic University of Riau do

not bother to queue to paid stamp in Finance Bereu and not to queue in a particular commercial bank used to pay tuiton. SIKAD gate system ( Academic Information System) is a online based system that it is useful to support academic activity in UIR, this system is only valid to college student in year 2008 till 2014.

Online based Academic Informa-tion System and host to host payment is an intergrated bank system. Pay-ment System host to host is a way of

college student duty payment through the bank using College Student Identi-fication Number as payment number. This is why the students not bother to get paid stamp. After the college stu-dents do the payment through the bank, all the payment history information or the detail about it can be seen in SIKAD, so if the students Study Plan Card gone or lost it can be reprint through the stu-dent’s SIKAD portal gate.

The facilities in this academic infor-mation system is to fill Study Plan Card ( KRS), print Study Result Card (KHS) print mark transcripts know payment transaction or finance bill and the up-

dates about the latest updates infor-mation around the campus to UIR college students.

It is Henragunawan that controls SIKAD gate in Islamic University of Riau. Hendra says that this gate is the increase or the improvement from the old gate system, registrasi-uir.ac.id, if we have to fill the yellow Study Plan Card and we give the tick the subject that we take in Technol-ogy Information Administration Agency (BAIT) and now we can do it whenever we want.

Although it looks perfect but SI-KAD also has some deficiency, one of it is this system has not been able to be accessed by 23 thousand of college student Islamic University of Riau at all, “we have not had the perfect system to do it yet, sometimes the habit of each college students is if we say the last day of tuition is 23rd of March they do in 23rd of March,” said Hendra. This is sometimes the problem that the college students al-ways meet. The point is each college students who comes to the SIKAD office ia a problem college student. Hendra’s hope is this system is pro-gressing so it can help many college students in Islamic University of Riau. (Rifal Fauzi)

From Manual to Online System

Source: screen picutre SOP_KRS_UIR.pdf/ sikad.uir.ac.id

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 201526

LAPORAN KHUSUS

Pada 20 Mei 1908, ada gagasan dari mahasiswa STOVIA (sekolah un-tuk pendidikan dokter pribumi) di

Batavia untuk membuat sebuah organ-isasi, yaitu Budi Utomo, dimana pada saat itu Sutomo sebagai ketuanya. Gagasan ini di usung oleh dr. Wahidin, yang awalnya untuk membentuk Studiefonds. Yang ber-tujuan menghimpun dana beasiswa bagi pelajar yang berprestasi. Tapi tak terlak-sana, namun terwujud sebuah organisasi Budi Utomo. Dimana tujuannya adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Organisasi ini adalah organisasi pela-jar, dengan pelajar STOVIA sebagai intinya. Hingga menjelang kongres pertama di Yogyakarta, telah berdiri tujuh cabang Budi Utomo, yakni di Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Ponorogo.

Kongres tersebut diadakan pada tiga sampai lima Oktober 1908, me-mutuskan bahwa Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik. Kegiatan Budi Utomo teruta-ma diajukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan, ruang gerak Budi utomo terbatas pada daerah Jawa dan Madura.

Gerakan Budi Utomo mempunyai andil dalam pergerakan nasional, yakni telah mempelopori gerakan kebangsaan Indo-nesia. Sebab itu 20 Mei dijadikan sebagai hari Kebangkitan Nasional.

Gerakan di bidang pendidikan itu, membuat semangat berserikat, berkumpul dan berorganisasi sehingga menjadi motor penggerak pertama berdirinya organisasi lainnya, seperti Serikat Islam dan Indische Partij. Kemudian pada 18 November 1912, seorang kiayai bernama K.H Amad Dahl-an membuat sebuah pergerakan di bidang pendidikan berdasarkan keislaman. Inilah awal mulanya Muhammadiyah berdiri, di Jogjakarta.

Muhammadiyah didirikan untuk bergerak di bidang keagamaan, pendidi-kan dan sosial. Serta tujuannya adalah memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam, mengembang-kan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut agama Islam.

Saat itu ia telah mendirikan sekolahse-

Tapak Jejak Pejuang Pendidikan Indonesia

temen Pendidikan Nasional.Penggerak Komunitas Sosial Bidang Pen-didikan

Pada masa sekarang, banyak yang mengi-kuti jejak-jejak pendiri dan tokoh pendidi-kan di masa lalu. Seperti Anies Baswedan, yang membuat organisasi Indonesia Men-gajar. Dimana organisasi ini merekrut para sarjana muda yang dianggap memiliki kom-petensi dan berniat tinggi di bidang pendid-ikan, untuk ditempatkan diplosok-plosok Indonesia, menjadi guru bagi sekolah-sekolah yang belum memiliki pendidikan layak.

Gerakan Indoensia Mengajar diinisiasi pada 2009. Anies Baswedan yang saat ini juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Budaya Indonesia, mendapatkan ide ini dari seorang mantan Rektor UGM (Uni-versitas Gajah Mada) periode 1986-1990, Koesnadi Hardjasoemantri.

Indonesia Mengajar mengajak sarjana-sarjana menjadi pengajar muda, mereka juga dipilih setelah mengikuti seleksi yang ketat. Uniknya para calon pengajar di In-

donesia Mengajar ini tidak mendapat ba-yaran, pergerakan pendidikan ini bersifat sosial.

Dan hari ini gerakan-gerakan sosial tersebut juga telah beredar di berbagai wilayah di Indonesia. Seperti Melebung Membaca, I-YES Pekanbaru, UIN SUSKA Mengajar, Riau Mengajar, 1000 Guru Riau dan lainnya. Komunitas atau kelompok sosial ini hadir untuk memberikan pen-didikan bagi anak-anak yang ada di Riau.

Sigit sebagai Dekan Psikologi UIR be-ranggapan adanya motivasi dan motif seseorang bagaimana ia mau bergerak di bidang sosial, motif yang mendasari se-

seorang melakukan sesuatu, seperti karena mendapatkan sesuatu dari sana. Yang dida-patkan bisa seperti harga diri, karena di sana ia dihargai orang. Kemudian mendapatkan teman, mendapatkan perasaan cinta, ada rasa aman dari orang-orang di sekitarnya, dan kemudian karena ingin mengaktual-isasikan diri, bahwa seseorang itu bisa mel-akukan sesuatu tanpa harus mendapatkan apapun.“Tidak mesti bahwa semata-mata orang itu bekerja atau beraktivitas karena ingin mendapatkan materi, atau juga bisa berdasarkan minat,” tegasnya.

Manusia diciptakan sebagai makhluk so-sial, yang saling membutuhkan orang lain. “Manusia dianggap manusia ketika ia mam-pu berinteraksi berhubungan dengan orang lain secara tepat,” sambungnya.

Menurutnya ketertarikan orang terha-dap wilayah sosial seperti itu, berarti masih menunjukkan adanya kepedulian (awar-ness), ada sensitivitas. Orang-orang seperti ini memiliki empati, social intelligent, dan emotional intelligent.

Tim Penulis: Tahnia Dwi Sari & Yosa Satrama

kolah Islam (Dari taman kanak-kanak hing-ga perguruan tinggi). Mendirikan polik-linik, rumah sakit, rumah yatim dan masjid.

Muhammadiyah berusaha mengemba-likan nilai-nilai Islam ke lingkungannya, yang sesuai dengan Al-Quran dan Had-ist. KH Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Agama Islam secara modern, serta memperteguh keyaki-nan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarnya. Muhammadiyah juga perhati-kan pendidikan bagi kaum perempuan pada saat itu dan membuat sekolah untuk kaum perempuan yang dinamakan Aisyiah.

Setelah bermunculannya organisasi yang terfokus pada pendidikan pada saat itu, membuat Suwardi Suryadiningrat atau yang dikenal juga dengan Ki Hajar Dewantara, memfokuskan diri perjuangannya di bidang pendidikan dengan membuat taman siswa di Jogjakarta, pada 3 Juli 1922.

Melalui taman siswa tersebut, Ki hajar Dewantara memulai gerakan baru, yaitu mendidik angkatan muda dengan jiwa ke-bangsaan Indonesia berdasarkan akar bu-daya bangsa.

Memperkenalkan ideologi nasionalisme kebudayaan, pekembangan politik dan juga mendidik calon-calon pemimpin bangsa di masa depan adalah upaya yang dilakukan Ki Hajar membuat taman siswa tersebut.

Berkat jasa Ki hajar Dewantara mendiri-kan taman siswa dan mendidik anak-anak Indonesia untuk menuju kemerdekaan maka, hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, 2 Mei dijadikan hari pendidikan nasional dan “Tut Wuri Handayani” sebagai sem-boyan yang terpatri dalam lambang Depar-

Ilustrasi: Rifal Fauzi

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 27

sumber: Liandam

arta.com

MELEBUNG MELAMBUNG

Liandamarta.com merupakan si-tus blog pribadi seorang wanita kelahiran 25 tahun lalu. Di sana

ia banyak menulis tentang makanan, pariwisata, perjalanan, tips dan lain-nya. Salah satu objek penulisannya adalah di Riau.

Dalam blog tersisip Melebung Membaca. Sebuah program yang ia buat bersama teman-temannya untuk mengajar anak-anak Desa Melebung agar gemar membaca.

“Kebetulan tugasku sebagai tim publikasi, dan aku juga kebetulan sen-ang menulis,” katanya saat perjump-aan kami, Rabu sore 20 Mei, di sebuah cafe, Pekanbaru.

Lianda Marta,”Biasa dipanggil Lia,” lanjutnya. Lia lahir di Pekan-baru, namun saat kuliah dia habiskan di Kota Bandung Universitas Padjaja-

ran, mengambil Ilmu Psikologi Anak. Lia pakai kacamata waktu itu, dengan sweeter warna pink dan berhijab.

Dia terlambat datang, katanya ada urusan mendadak. Ia langsung berbi-cara, padahal ia baru saja datang dan duduk. Ia bercerita mengenai mel-ebung membaca. Lia sangat semangat waktu itu, padahal kami baru melon-tarkan satu pertanyaan tapi dia jawab dengan panjang lebar dan detail. Kami mendengarkan dia dengan seksama sambil menaruh Hp di meja untuk merekam keterangannya.

Mungkin banyak yang tidak tahu Desa Melebung yang terletak di Kota Pekanbaru, karena letakny a di Daerah Kulim, apalagi daerah ini bermukim di dalam kebun kelapa sawit.

“Kalau cari pake GPS ga akan jumpa Desa Melebung di Google Maps,” kata

Lia. Untuk sampai ke Desa Melebung kira-kira dibutuhkan waktu satu setengah jam, dengan mobil. Rata-rata masyarakat Melebung adalah orang perantauan dan transmigrasi, seperti suku Medan, Nias dan Jawa.

Akses jalan di sana belum diaspal atau disemenisasi sama sekali. Pernah waktu pertama kali Lia dan teman-te-mannya ke sana dengan mobil, warga di sana banyak melototi mereka, sebab jarang ada mobil pribadi yang lewat, kebanyakan mobil truck pengangkut sawit. ”Ngeri-ngeri sedaplah awal ke-sana,” terangnya.

Selain tempatnya juga lumayan ter-pencil, fasilitas seperti listrik tidak ada, warga masih gunakan Generator Set (Genset).

Yang mulai dihidupkan dari pukul enam sore hingga sepuluh malam.

MEMBACA: Murid-murid melebung pamerkan buku bacaannya.

ingin

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 201528

LAPORAN KHUSUS

Fasilitas umum lainnya pun tidak me-madai, seperti pelayanan kesehatan. Ada satu puskesmas, tapi jarang ada dokter atau perawat yang selalu be-rada di sana.

“Kalau ada yang sakit biasanya di-larikan ke Pekanbaru langsung,” kata Lia.

Begitupun untuk pendidikan, di Me-lebung cuma ada satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) 135. Tidak ada lagi se-kolah lanjutan seperti SMP dan SMA sederajat. Kalau mau lanjut biasanya anak-anak mereka harus sekolah di Pekanbaru.

Semenjak awal Februari 2015 Lia dan teman-temannya sering datang ke Desa Melebung, Lia datang setiap Sabtu, mereka mengajar siswa-siswi SDN 135 Melebung, tujuannya untuk mengajar anak-anak tersebut dalam hal membaca. Mereka membentuk se-buah program namannya Melebung

Membaca, di mana mereka menjadi guru sehari dan tenaga volunteer un-tuk anak-anak Melebung di bidang pendidikan.

Karena Melebung berada di perten-gahan kebun sawit, membuat anak-anak di Melebung tertinggal untuk hal pendidikan.

Bahkan anak-anak di sana tidak tahu bahwa mereka tinggal di kota Pekan-baru. Lia juga kaget ketika mendengar pernyataan anak-anak itu. Padahal ja-rak mereka dengan kota hanya satu setengah jam.

Setelah tahu anak-anak Melebung tidak tahu mereka tinggal di dekat Kota, Lia melihatkan peta Provinsi Riau dan menunjukan di mana lokasi mereka dan di mana Pekanbaru itu.

Akhirnya tim buat study tour ke Pekanbaru. Waktu itu tujuan mereka adalah Pustaka Wilayah dan Masjid An-nur, saat itu ada sekitar 60 anak

yang ikut bersama orang tuanya.Bekerjasama dengan pemerintah

Kota Pekanbaru, Lia dan yang lain-nya mengajak anak-anak itu menge-nal kota Pekanbaru dan mengenalkan buku-buku yang lebih banyak.

Ketika anak-anak itu tahu akan dia-jak ke Kota Pekanbaru, mereka seman-gat sekali. Pagi-pagi sekali mereka da-tang ke sekolah dan sudah di tempat titik kumpul.

”Kita janjianya jam 8 pagi, tapi su-dah ada yang datang jam 6 pagi, bah-kan kata ibu-ibu mereka ada yang tidak bisa tidur karena ingin sekali pergi ke Pekanbaru,” kata Lia.

Saat ini mereka juga sudah mem-bangun sebuah perpusatakaan. Buku-bukunya mereka dapatkan dari sum-bangan dan juga bantuan. Tempat perpustakaan yang mereka bangun dari bekas ruang kelas yang sudah tidak terpakai lagi.

PILIH BUKU: Siswa- siswi Melebung tengah sibuk memilah-milah buku bacaannya.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 29

Lia melihatkan foto-foto kondisi perpustakaan yang belum dibangun dan setelah dibangun melalui Handphone nya. Sejak perpustakaan itu ada, anak-anak sering mem-baca di sana. Apalagi perpus-takaan ini hanya terletak di se-kolah pusat saja, di SDN 135.

Karena hanya ada satu se-kolah, dan banyak siswa yang tinggal jauh dari sekolah, Kepala Sekolah SD Melebung buat kelompok belajar atau Pokjar, seperti sekolah kecil, tapi masih pecahan dari SDN 135.

Bentuk Pokjar ini hanya sep-erti pondok kecil dari kayu. Kalau ada kegiatan besar di SDN 135 sebagai pusat, se-mua siswa itu datang. Apalagi setiap hari Sabtu, saat kehad-

iran tim Melebung Membaca.Sekolah ini tidak memiliki banyak

siswa pada umumnya. Lia cerita, un-tuk kelas satu hanya lima sampai dan enam siswa saja, bahkan untuk kelas tiga dan empat digabung menjadi satu kelas.

Sekolah ini hanya dibantu sepuluh orang guru, termasuk di dalamnya se-orang kepala sekolah dan hanya tiga orang PNS (Pegawai Negeri Sipil), sisanya honor. Soalnya sedikit yang mau jadi guru di sana, rata-rata guru yang mengajar tinggalnya di Pekan-baru.

Awal Melebung Membaca dari kegiatan Kelas Inspirasi, pada tahun 2014. Lia dan yang lainnya mengajar satu hari di Melebung. Lepas itu, ada namanya evaluasi. Saat evaluasi itu juga Lia dan teman-temannya sepakat terus membantu pendidikan di Mel-ebung.

Ditunjuklah Fajarwati sebagai koor-dinator kegiatan. Namun waktu itu Fajar, panggilannya, masih tinggal di Jogjakarta, ke Pekanbaru melakukan penelitian dan karena ikut Kelas In-spirasi.

Tapi Fajar pindah dan menetap di Pekanbaru. “Karena kesukaan dia ter-hadap anak-anak dan peduli dengan anak-anak Melebung dia pilih men-etap disini,” kata Lia.

Di bulan Oktober 2014 mereka mer-ancang program untuk Melebung membaca, dan awal 2015 mereka mu-lai bergerak kembali.

Melihat kondisi anak-anak Mel-ebung yang tertinggal dari keramaian kota dan kurangnya minat baca anak-anak di situlah muncul ide fokus ke membaca. ”Rata-rata untuk murid kelas lima sampai enam saja masih terbata-bata membaca,” katanya.

Awalnya mereka malas diajak un-tuk membaca, karena setelah pulang sekolah mereka harus membantu di kebun, seperti bantu ambil brondol sawit dan ada juga membantu dodos.

Mereka dampingi anak-anak itu membaca, awalnya dengan buku yang bergambar. Mereka pilih sendiri buku yang disenangi. Selain membaca mereka diajarkan cara mengarsipkan buku, cara memberi nomor buku.

Memberikan impian kepada anak-anak Melebung yang jauh dari hiruk pikuk kota, merupakan keinginan dari Melebung Membaca. Dengan membaca, Lia berharap anak-anak punya mimpi dan cita-cita.

Dengan membaca itu Lia berharap anak-anak Melebung mendapat infor-

masi yang seluas-luasnya. Dengan membaca juga muncul ke-

mauan yang tinggi. “Kami ingin men-umbuhkan minat baca yang tinggi untuk mereka. Ketika mereka sudah minat, baru kita masuk ke yang lain-nya.”

Mereka Sebagai PenyemangatJumlah relawan melebung membaca

10 orang, mereka bergantian untuk mengajar di Melebung. Ada yang bek-erja sebagai dosen, pegawai kantor, freelance dan lainnya.

Mereka selalu meeting jika ingin be-rangkat bahas kerjaan, ataupun mau bikin program apa saja. Mereka tidak punya kantor atau sekretariat khusus, bisa berkumpul dimana saja untuk meeting.

“Yang pergi itu ga semuanya, ka-dang tiga sampai empat orang setiap minggunya. Jarang sendirian. Apalagi cewek ga ada yang berani pergi ke sana,” ucap Lia.

Menjadi tenaga pengajar secara so-sial menjadi kesenangan tersendiri bagi Lia. Dia yang juga sibuk dalam aktifitas menjadikan anak-anak Mel-ebung sebagai obat lelah Lia.

Bahkan ada seorang anak bernama Anggi, duduk di kelas tiga. Anggi san-gat dekat dengan Lia, kalau jadwal pu-lang dari Melebung Anggi selalu nem-pel dengan Lia, sambil bilang “Jangan pulang dulu bu.”

Menjadi volunteer itu adalah komit-men. Mereka bekerja tidak dibayar, tapi murni adalah kesenangan pribadi mereka. “Kami kebetulan memang suka dengan anak-anak. Kalau pas-sion-nya memang suka dengan sosial maka komitmen itu bisa dipertahan-kan,” kata Lia.

Lia dan yang lain sebenarnya selalu menunggu hari Sabtu, karena mereka juga ingin sekali bertemu terus dengan anak-anak Melebung. Senyum mereka, kemudian kedekatan mereka adalah rasa yang nyaman bagi volunteer Mel-ebung Membaca.

“Yang lebih terasa itu saat mereka katakan, kapan lagi kesininya? kadang ekspresi mereka, kesenangan mereka dan keinginan mereka itu membuat penyemangat kita untuk datang lagi.Kalau aku ga datang, itu karena lagi sibuk.

Kita tidak bisa merubah kondisi mereka, yang kita ingin kan, mereka tidak boleh ketinggalan dengan anak-anak kota yang sebenarnya dekat den-gan mereka kan,” kata Lia mengakhiri pembicaraan.

PILIH BUKU: Siswa- siswi Melebung tengah sibuk memilah-milah buku bacaannya.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Orang-orang Panggilan Hati

LAPORAN KHUSUS

Selain Melebung, ada sebuah ko-munitas mengajar lainnya di Pekanbaru, yaitu berasal dari se-

buah Universitas Islam Negeri. Siang itu pertemuan kami di jalan Pahlawan Kerja, Marpoyan. Endah Ary Utama sudah tampak menunggu kedatangan kami. Dengan pakaian yang cukup santai, celana training hijau, dan baju kaus blaster, ia persilahkan kami duduk.

Ia adalah koordinator USM (Uin Suska Mengajar) 3, yang merupakan tahun ketiga USM berdiri. Terbentuk pada 2012. Awalnya dibentuk oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)

UIN SUSKA (Universitas Islam Neg-eri Sultan Syarif Kasim), tetapi lama-kelamaan tidak terurus, maka, bebera-pa anggota yang masih berkomitmen ingin tetap melanjutkannya, tetapi di-luar dari program kerja BEM. Mereka bentuk sendiri, tetapi masih gunakan nama yang sama.

Kegiatan USM lebih ke sosial pen-didikan, seperti melakukan pembi-naan, penggalangan, seperti galang buku untuk disumbangkan ke Sekolah Dasar (SD), dan kegiatan besarnya adalah mengajar ke daerah pedala-man. Biasanya setiap bulan dua, keti-ka libur semester genap mereka turun

mengajar ke daerah pelosok, sehingga tidak mengganggu perkuliahan.

Sebelum kepedalaman, mereka dilatih terlebih dahulu, seperti ke sekolah-sekolah di daerah pinggiran Kampar atau di panti asuhan. Kegia-tan ini sangat disupport oleh beberapa dosen, karena kegiatan mereka tam-pak aktif. Maka dosen juga ikut bantu membina mereka.

Awal perekrutan ada sekitar 150 orang anggota yang terdaftar. Tetapi sampai saat ini yang aktif sekitar 20 sampai 30-an.

Selain menjadi mahasiswa di Fakul-tas Ekonomi, jurusan Managemen, Ary sangat mencintai aktivitasnya ini. “Karena ada satu nilai yang saya yakini. Saya ingin mencari ridho Al-lah, yaitu ada di anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,” tutur ary. Oleh karena itu ia rela sampai kepedala-man, berangkat sore, menempuh per-jalanan malam hari, bahkan pernah terjadi hal-hal yang tak diduga, sep-

30

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Foto: Dokumentasi UIN Suska Mengajar

ongkos untuk menyebrang saja satu orang sekitar 75 ribu,” sambung

Ary. Kemudian ketika diperjala-

nan daerah lintas timur, kiri dan kanan hutan, gelap, dan Hp Reza hilang, pada-hal semua kontak nomor orang-orang penting untuk

dihubungi ada di sana. Di tengah jalan mereka berhenti

kebingungan. Akhirnya Reza ambil keputusan,

untuk singgah kerumah bupati Inhu. Mereka sempat kenal baik, karena se-belumnya USM pernah adakan kegia-tan di Inhu.

Sampai di depan rumah bupati, mereka ditolak oleh penjaga rumahn-ya, karena bupatinya sedang tidak ada di rumah. Tak lama kemudian bupati datang. Kemudian mereka perkenal-kan diri dan disuruh masuk. Ditanya tujuan, mereka bilang ingin numpang menginap satu malam, karena kondisi

saat itu sudah malam hari, dan juga membawa perempuan, takut berba-haya.Kemudian pak bupati mengata-kan bahwa dirumahnya tidak ada tem-pat penginapan. Kemudian mereka dipesankan hotel saat itu juga.

Sebelum diantar ke hotel mereka di kasih amplop. Setelah masuk ke hotel dan mereka buka amplop, ternyata ada uang 1,5 juta. “Itu luar biasa, me-mang asli merinding”, ujar Ary meng-ingat kenangannya. “Ha, saya merind-ing nih,” ujar ary sambil menunjuk tangannya.

Lelaki kelahiran Pematang Siantar ini jelaskan sebuah filosofi di USM, yaitu kalau tidak bisa mengajar, maka belajarlah. Karena perubahan paling besar itu, adalah perubahan dalam diri sendiri.

Karena belajar adalah tanda cinta pada diri sendiri, dan mengajar adalah tanda cinta terhadap sesama. Dan UIN Suska Mengajar adalah tanda cinta ter-hadap negara dan bangsa.

erti motor rusak dipertengahan jalan. Tetapi ia tetap tekun jalani. “Jadi, orang-orang yang tergabung di USM ini adalah orang-orang panggilan hati,” jelasnya.

Ada satu pengala-man yang sangat luar biasa bagi dirinya. Yaitu ketika ia masih menjadi anggota, sewaktu kegiatan USM 2, kepemimpinan Reza Pahlevi. Saat itu mereka lakukan survey lokasi di Indragiri Hulu (Inhu) yaitu ke Suku Guanu, suku orang laut. Berangkat berlima, tiga laki-laki dan dua perempuan, dengan gunakan se-peda motor.

Sebelum pergi mereka tidak komu-nikasikan masalah biaya yang harus dibawa. Ia hanya membawa 50 ribu, temennya, Gito 15 ribu, Reza 0, dan yang dua perempuan membawa seki-tar 500 ribu.

“Satu juta aja ga cukup untuk pergi,

BIMBING: Salah satu relawan UIN Suska Mengajar beri motivasi pada anak-anak sekolah di pedalaman.

31

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 201532

LAPORAN KHUSUS

Dengan adanya gerakan yang berbau sosial pendidikan, ber-harap dapat menginspirasi dan

meningkatkan semangat anak agar memiliki mimpi atau cita-cita.

Seperti Desy, waktu itu ia kenakan kemeja gelap, dibalut dengan jilbab hi-jau terang yang hanya dikenakan sead-

anya saja. Dia sedang ikut bermain ‘raja

berkata’ bersama teman-teman lain-nya di panti asuhan Al-Ilham. Desy yang baru saja naik di kelas tiga SMP Muhamammdiyah Pekanbaru ingin bercita-cita jadi guru.

Dia sampaikan cita-citanya terse-

but dengan malu dan suara agak ke-cil. Agaknya dia masih malu untuk berbicara di depan orang ramai, atau mungkin malu dengan orang yang baru dia kenal.

Tapi karena Desy bersuara dan mau mengatakan cita-citanya, yang lain pun semangat untuk member-

Berbagai Impian di kelas I-Yes mengajar

Foto

: Dok

umen

tasi

I-Ye

s men

gaja

r Pek

anba

ru (F

aceb

ook)

BELAJAR: Anak-anak panti asuhan tengah asik menjawab pertanyaan soal berbahasa inggris yang disebarkan I-Yes.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 33

itahu cita-cita mereka. Ada yang ingin jadi pilot, pembalap, pemain takraw, dokter dan lainnya.

Hari itu Desy dan yang lainnya ikut kelas impian, di program I-Yes (Indonesia Youth Educate and Social) Mengajar. Ini adalah pertemuan kedua I-Yes Pekanbaru berkunjung ke panti

asuhan yang terletak di Jalan Angsa, Simpang Tiga, Pekanbaru.

Sebelumnya, dua minggu lalu I-Yes sudah datang ke sini. ”Kita berkun-jung ke sini dua minggu sekali,” kata seorang anggota I-Yes.

Program I-Yes mengajar terbagi dari tiga kelas. Kelas bahasa Inggris, impian dan inspirasi. Kurang lebih ada 60 anak, dan dibagi rata secara acak perkelas . Kelas-kelas ini di isi oleh anggota I-Yes dan volunteer yang sudah direkrut secara terbuka oleh I-Yes.

Belajar di kelas-kelas ini sederhana saja dan materinya juga sederhana. Misalnya saja kelas inspirasi, kakak-kakak pengajar memberikan motivasi dalam bentuk cerita yang juga dis-elingi permainan ringan.

Jika kelas impian, anak-anak coba digiring apa impian atau keinginan mereka. Kakak pengajar ini menyu-ruh mereka untuk menuliskan di kertas. Dan kertas itu nantinya harus mereka letakan di dinding tempat tidur mereka, dan setiap hari harus dibaca.

Awalnya mereka kurang mengerti dengan pengarahan kakak pengajar, namun dengan sabar mereka diberi tahu.

Dan mereka tulis impian mereka. Ada yang menulis ingin bertemu dengan keluarga, punya Handphone, punya Mobil Avanza, Motor Cross dan lainnya.

“Kita beri mereka kepercayaan un-tuk terus bermimpi, mereka harus tuliskan impian itu, setiap hari dibaca agar memotivasi mereka agar itu terwujud,” begitu kata Harry Novar sebagai founder I-Yes memberikan pengarahan kepada volunteer, Min-ggu 14 Juni.

Untuk kelas impian, I-Yes mengun-dang Vivien Anjadi, yaitu pemenang juara tiga putri pariwisata Indonesia perwakilan Riau.

Namun karena ada salah komuni-kasi dengan pihak pengelola panti, jadwal Vivin dibatalkan. ”Padahal kita berharap Vivien bisa menginspi-rasi anak-anak ini,” kata Harry.

Selain mengajar, I-Yes juga beri-kan bantuan kepada pengelola panti asuhan. Dan anak-anak juga diberi makanan ringan serta susu yang dibagikan saat ada kelas.

Anak-anak ini sangat menikmati sekali hari bersama kakak pengajar. Bahkan ada anak yang sudah nem-pel dengan kakak pengajar.

I-Yes mengajar memang fokus mengajar untuk anak-anak panti as-uhan, di mana panti ini yang mereka anggap belum tersentuh oleh pemer-intah dan organisasi lainnya.

“Gol-nya kita itu ingin anak-anak panti asuhan ini mendapat pendidi-kan bukan dalam kelas saja, tapi juga di luar kelas. Pengetahuan mereka bagaimana menggapai mimpi mere-ka,” kata Harry.

Untuk saat ini panti asuhan Al-Ihsan merupakan tempat perdana untuk program I-Yes Mengajar.

Program ini baru dan akan lan-jut ke panti asuhan lain. “Next-nya, akan jalan di dua panti asuhan lang-sung. Seperti panti asuhan di Pan-am,” katanya.

Untuk pengajarnya sendiri terdiri dari anggota I-Yes dan volunteer. Para relawan direkrut khusus untuk program I-Yes mengajar. Mereka di-rekrut secara terbuka.

Dari berbagai latar. Banyak yang bergabung untuk jadi volunteer, sep-erti Romi, mahasiswa UIR (Universi-tas Islam Riau) semester delapan.

“Saat ini saya udah ga ada kuliah lagi, makanya mau cari kegiatan un-tuk mengisi waktu,” kata Romi saat mengajar di kelas impian.

I-Yes sendiri adalah sebuah organ-isasi NGO (Non-Governmental Or-ganization) yang bergerak khusus di bidang, pendidikan, sosial dan anak.

Harry Novar yang juga sebagai founder, mengenalkan I-Yes kepada pemuda yang berminat di bidang so-sial pada tahun 2014.

I-Yes juga sudah punya beberapa regional antaranya, I-Yes Pekanbaru, Sumatera Barat, Bandung dan Jabo-detabek. Mereka saling terhubung dan mempunyai tujuan yang sama.

Berbagai Impian di kelas I-Yes mengajar

BELAJAR: Anak-anak panti asuhan tengah asik menjawab pertanyaan soal berbahasa inggris yang disebarkan I-Yes.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 201534

Semua untuk Hindia terdiri dari 13 cerita pendek: Selamat Tinggal Hin-dia, Stambul Dua Pedang, Keringat

dan Susu, Racun untuk Tuan, Gudang No-mor 012B, Semua untuk Hindia, Tangan Ratu Adil, Pollux, Di Ujung Belati, Bintang Jatuh, Penunjuk Jalan, Mawar di Kanal Ma-can, Penabur Benih. Tiga belas cerpen ini hadir dalam sejumlah babak sejarah mulai dari pra-kemerdekaan mulai kedatangan Cornelis de Houtman ke Kepulauan Nusan-tara 1596 sampai NICA setelah Indonesia Merdeka.

Penulis menghadirkan berbagai latar bela-kang sejarah Hindia Timur seperti pelayaran Cornelis De Houtman; Pemberontakan Untung Suropati pada awal 1980-an; Pem-bantaian Orang Cina di Batavia pada 1740; Jatuhnya Batavia dari Belanda ke Inggris pada 1811; Pemberangkatan Pangeran Dipo-negoro ke Manado pada 1830; Gerakan Ratu Adil di Banten 1880; Perang Puputan di Bali Selatan pada 1906, Perkebunan Tembakau di Deli dan Perkebunan Teh di Jawa Barat, keduanya pada awal abad XX: masa vakum kekuasaan pasca-penjajahan Jepang pada 1945 (Nirwan Dewanto, Hindia Timur untuk Kita Hari Ini)

Cerpen-cerpen ini menampilkan latar dari berbagai babak sejarah. Iksaka Banu menghadirkan latar-latar itu bersamaan dengan nama-nama tokoh besar dalam se-jarah panjang kolonial di Indonesia. Sebagai penggandeng tokoh-tokoh besar yang sen-gaja dihadirkan, Penulis juga menghadirkan tokoh-tokoh kecil yang tidak dikenal dalam sejarah. Tokoh-tokoh kecil ini mungkin per-nah ada dalam sejarah dan mungkin juga tidak pernah ada dalam sejarah. Selanjutnya saya menyebutkan tokoh kecil sebagai tokoh fiktif. Tokoh fiktif ini yang berperan penting dalam cerpen-cerpen ini. Dia membuat cer-pen ini menjadi berbeda dengan sejarah. To-koh-tokoh besar hanya hadir sebagai kilasan sejarah. Sementara tokoh-tokoh fiktif hadir sebagai narator, tokoh utama dalam cerpen-cerpen Iksaka Banu.

Analisis saya dari setiap cerpen, nara-tor memang hadir dengan dirinya sendiri. Narator hadir tidak sebagai “Tuhan”, dia yang baik, dia yang benar, dia yang hebat, dia yang suci, dia yang alim. Narator hadir sebagai tokoh yang memang bisa berada dalam kondisi apa pun. Iksaka Banu cukup lihai menempatkan Narator dalam setiap ce-rita. Kepiawaian Iksaka Banu dalam menem-patkan posisi Narator menjadi keunggulan sendiri dalam setiap cerpen ini.

Dalam cerpen “Selamat Tinggal Hindia” Narator hadir sebagai Martinus Witkerk, re-porter radio De Telegraaf yang melaporkan berbagai peristiwa di tengah kisruh Jepang yang melarikan diri dan masuknya kem-bali Belanda yang diboncengi NICA. Martin mengkhawatirkan nasib Geertje perempuan keturunan Belanda yang ingin pulang ke Gunung Sahari. Geertje ternyata perempuan

Hindia” hadir sebagai Tuan De Wit yang berkenalan baik dengan Anak Agung Istri Suandini. De Wit seorang reporter De Lo-comotif. Dia harus menyaksikan kematian Suandini dalam perang Puputan. Dia had-ir sebagai narator yang tidak mempunyai kekuatan untuk menentang kekejaman kolonial.

Catatan saya terhadap keunggulan cerpen ini. Pertama, orang Belanda yang sudah merasa pribumi. Iksaka Banu mem-posisikan dirinya dalam cerita ini sebagai orang Belanda yang sudah merasa sebagai pribumi. Hal yang menyatakan dia seba-gai orang Belanda hanyalah warna kulit dan bahasanya. Sedangkan Jiwanya ada-lah pribumi. Saat membaca Selamat Ting-gal Hindia, saya secara pribadi merinding ketika membaca ending dari ceritanya.

Di sinilah keunggulan Iksaka Banu Ke-piawaian dia untuk memposisikan diri sebagai narator. Kedua, narator-narator yang hadir dalam cerpen ini adalah nara-tor-narator kecil yang sebenarnya tidak dikenal dalam sejarah. Bahkan mungkin tidak ada. Tetapi keberadaan dia penting untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi pada babak tertentu. Narator-nara-tor itu hadir sebagai narator yang kemu-dian membuat cerpen ini berbeda dengan kisah-kisah sejarah.

Ketiga, dari tiga belas cerpen hanya satu cerpen yang naratotnya orang melayu. Satu cerpen lagi Naratornya orang Belgia. Sebelas cerpen naratornya orang Belanda. Narator yang memposiskan diri sebagai orang Belanda tentunya mengungkapkan cerita dari perspektif orang Belanda dalam posisi tertentu. Sehingga terbongkarlah berbagai psikologi Narator. Hal ini men-jadi keunggulan sendiri bagi buku Iksaka Banu.

Keempat, cerpen-cerpen yang masuk dalam buku hadir sebagai cerita, bukan menceritakan sehingga tidak terkesan menggurui. Bahkan cerita-cerita yang hadir, mengalir dengan tenang. Konflik-konflik yang dihadirkan tetap dikontrol dengan tenang oleh si penulisnya.

Akhirnya sampai juga diakhir pem-bacaan saya. Saya membaca cerita-cerita yang terhimpun dalam buku-buku ini cerita-cerita yang sifatnya selesai satu kali baca. Ernest Hemingway yang memang pernah melontarkan adakala suatu masa cerita dibaca satu kali duduk, kemudian selesai. Iksaka Banu menggunakan teknik ini untuk menyampaikan cerita kepada para pembaca. Sehingga ketika membaca cerita-cerita ini dalam sekali duduk, cerita sudah langsung selesai sampai ending. Ik-saka Banu menuliskan cerpen-cerpen ini dengan sangat tenang, dia tahu bagaima-na mengontrol prilaku para tokohnya.

*Sebelumnya naskah ini didiskusikan di AKLaMASI, dimuat ulang untuk tujuan pendidikan.

RESENSI

DARI HINDIA UNTUK HINDIA

keturunan Belanda yang jiwanya merasa pribumi. Geertje melakukan pemberonta-kan terhadap pemerintahan Belanda; Nara-tor dalam “Stambul Dua Pedang” hadir sebagai Sarni yang berganti nama menjadi Nyonya Cornelia van Rijk, setelah menikah dengan Matthijs Adelaar van Rijk. Sarni ber-selingkuh dengan Adang Raden Kartawiria. Matthijs tampil sebagai sosok Belanda yang setia terhadap cinta. Di sini yang lebih menonjol persoalan cinta.

Narator dalam cerpen “Keringat dan Susu” hadir sebagai Letnan Pieter Vedra-gen. Letnan Pieter dibesarkan sebagai orang Belanda yang diteteki oleh perempuan pribumi. Kulitnya belanda, di dalamnya di-rinya mengalir darah pribumi. Sang Letnan tidak bisa mengabaikan naluri sebagai anak susuan di masa kecilnya.

Narator dalam cerpen “Racun untuk Tuan” hadir sebagai Fred seorang laki-laki setia yang menikah dengan imah wanita yang bernama Belanda Maria Gore-tti Aschenbach. Dia lebih suka memanggil nama pribumi Imah. Kemudian menikah dengan Helena perempuan Belanda. Fred tetap memasak masakan Imah di hari per-pisahan mereka meski Tuan Van Zaandam untuk berhati-hati dengan wanita pribumi yang tersakiti hatinya, dia bisa saja mem-berikan racun dalam makanan. Fred meng-abaikan nasihat itu demi cinta hatinya un-tuk Imah.

Narator dalam cerpen “Gundang Nomor 012B” hadir sebagai Hans Peter Verblekkan seorang inspektur polisi. Dia melakukan pengintaian terhadap hantu perempuan yang ternyata adalah seorang penyandang lepra parah yang mencuri beras karena su-ruhan orang tertentu.

Narator dalam cerpen “Semua untuk

Oleh Alizar Tanjung(Penulis berdomisli di Padang)

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Melihat lika-liku kemanusiaanOleh Wahid Irawan

Judul:Seekor burung kecil biru di Naha

Penulis: Linda Christanty

Halaman: 134

Cetakan : Pertama, Februari 2015

Penerbit : KPG

Apa yang bisa kita dapatkan dari sebuah esai, yang ditulis seorang wartawan dibanding

dengan seorang akademisi? Pertan-yaan ini, saya ajukan setelah selesai membaca buku seekor burung kecil biru di Naha karya Linda Christan-ty, terbit 2015.

Kita tahu, Linda Christanty ser-ing menulis reportase jurnalistik dan esai, beberapa esainya bahkan memenangi penghargaan. Warta-wan sekaligus sastrawan yang da-hulu bekerja di Pantau. Majalah media dan jurnalisme dengan naskah-naskah panjang sebagai tu-lang punggungnya.

Menulis esai adalah menulis den-gan gaya. Unsur-unsur subjektif penulis tidak bisa ikut membentuk. Tapi, esai juga memberikan kelong-garan dibanding karya akademik. Di situlah terletak kedalaman esai dalam memandang suatu per-masalahan, tanpa bergenit dengan

taburan teori ini- itu.Latar belakang Linda yang warta-

wan, menjadikan esai-esainya enak dinikmati. Ia melakukan reportase, wawancara untuk jadikan tulisan-nya berasa bernas. Ibaratnya, ia me-mulai setiap tulisannya dengan real situation atau situasi yang nyata, yang bisa kita bayangkan, bukan sesuatu yang mengawang- awang (abstrak).

Yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat. Tanpa bermaksud men-jadikannya sebagai sebuah karya yang hanya dipahami pihak- pihak tertentu, seperti karya akademik.

Kita lihat satu esainya, Rumah bagi Mereka yang Tua : “Dia men-girim pesan pendek ke telepon se-luler saya, mengabarkan bahwa neneknya tengah merayakan ulang tahun ke 91. Pada perayaan tahun lalu, tepat di musim panas...” tulisan ini bercerita soal bagaimana hubun-gan ikatan orangtua dengan anak. Di Eropa atau Amerika ketika anak sejak sekolah menengah meninggal-kan rumah, biasanya mereka jarang untuk kembali ke rumah. Anggapan itu terjawab ketika dia juga pulang untuk menemui keluarga dikarena-kan rasa rindu.

Di Amerika, orangtua mulai resah ketika anak- anak mereka tidak mau meninggalkan rumah. Bahkan keti-ka usia mereka beranjak dewasa. Ini berbeda dengan Indonesia, ketika anak pergi merantau lalu kembali untuk tinggal bersama orangtua.

Membaca buku ini, adalah mem-baca soal kemanusiaan. Yang me-mang selalu menjadi tema-tema tulisan Linda. Ia merentang jauh melewati sekat geografis mulai dari Asia, Eropa, dan Amerika. Hubun-gan antar manusia memang selalu relevan dibicarakan, ada dinamika, tragedi, konflik, dan lain-lain.

Di Aceh, Linda pernah beberapa lama tinggal di sana, memimpin

sebuah media feature, saya kira ia mengenal soal- soal manusia dan masyarakatnya.

Dalam tulisan pembuka “Ber-damai dari Bawah” , bercerita soal bagaimana perempuan-perempuan Aceh menjalani hidup setelah damai perang. Indonesia dan GAM menan-datangani perjanjian damai pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlan-dia. Banyak perempuan mendapat intimidasi dari pihak militer, dan pelecehan.

Tapi, banyak warga Aceh mer-agukan perjanjian damai itu. Damai adalah kata lain dari untuk meredam sementara ribut- ribut, kecuali Aceh merdeka barulah benar- benar damai. Konflik di Aceh tidak hanya antara TNI dan GAM, tapi, sulit un-tuk dibedakan. Karena konflik juga terjadi karena sentimen terhadap suku Jawa, pendatang di Aceh.

Untuk meredam konflik tidak bisa melalui pihak ketiga sebagai fasilita-tor, damai harusnya dibuat warga sendiri.

Dalam karya berjudul “Nama Saya Wanda” Linda menulis kisah seorang transgender bernama Wan-da. Bagaimana Wanda berkelamin laki- laki ini, merasa bahwa ia sepe-nuhnya adalah perempuan. Ada ce-rita, sejak kehamilan ibunya, sudah membeli perlengkapan bayi perem-puan.

Persoalan manusia adalah persoa-lan yang pelik. Ia bisa terjalin dengan politik, ekonomi, agama, dan lain-lain. Kita lihat hari ini di Indonesia, banyak saling bunuh hanya karena perbedaan agama, perbedaan me-nafsirkan. Sehingga, Indonesia yang beragam ini jadi tidak aman bagi pihak-pihak untuk tinggal di rumah sendiri. Padahal Gus Dur pernah berujar “semakin berbeda kita, se-makin jelas di mana letak persatuan kita” kira-kira begitulah ungkapan pejuang kemanusiaan kita.

sum

ber:

inte

rnet

35

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Derita

Si Pemecah Batu

36

SASTRA

Rumah tinggi berdinding papan, beratap daun itu tampak suram dari seberang jalan. Rumah itu

tidak luas kira-kira dua meter seten-gah, panjang lima setengah meter, tanpa ada sekat kamar, hanya lurus memanjang kebelakang. Tak banyak terlihat perabot rumah

tangga, hanya kasur busa koyak, ban-tal bersarungkan kain sepanduk tam-pak hitam berserakan di ruang depan. Di depan rumah, Mawi terlihat giat memecahkan batu besar, badannya kurus kering mengenakan kaos sin-glet bolong. Kulitnya kelihatan hitam berkerut, karena tiap hari tersengat panas matahari. Mukanya tampak lu-suh menanggung beban hidup yang sangat berat. Sambil merebahkan badannya ke batu, sesekali dia mengisap rokok dan hembuskan ke udara untuk meng-hilangkan sedikit beban hidupnya. Perlahan tangannya menjangkau cerek yang berisi air putih lalu menu-angkannya di cangkir plastik untuk di teguknya. Beristirahat sejenak, sete-lah beberapa batu yang di pecahkan-nya hancur berkeping-keping. Pekerjaan sebagai pemecah batu tetap dilakoninya setiap hari, tanpa ada kata libur. Mulai pukul 07.00 hingga 11.00 Ia lanjutkan Petangnya, hingga menjelang malam. Kayu untuk membakar batu, seka-rang sudah sulit dijumpai, hutan sudah banyak yang ‘gundul’ oleh pembalak liar dan pembisnis. Harga kayu bakar bisa mencapai 800 ribu dalam dua setengah kubik. Sehingga kini Mawi tak lagi membeli kayu untuk pembakar batu. Baginya, Jangankan beli kayu, makan saja su-sah. Apalagi dia memiliki tanggungan satu orang anak yang cacat. Romiah nama anaknya yang kini berumur 32 tahun. Sehari-hari anak Mawi suka ngemil. Tiba sakit datang dia selalu kejang-kejang, lengah sedikit dia lari ke jalan. “Tak ada kayu akar pun jadi,” be-

gitu kata bidalan orang Melayu. Be-gitu juga dengannya, baginya “tak ada kayu, pelepah kelapa pun jadi.”

Tak bisa membeli kayu Mawi pergi ke tepi pantai untuk men-gumpulkan pelepah-pelepah kelapa yang jatuh. Maklum saja Mawi tak pu-nya modal besar. Cahaya pagi itu mulai terang menyinari celah-celah pelepah pohon kelapa di tepi pantai dan memantul menyinari kilauan pasir. Langkah kaki menginjak ranting daun dan pelepah kelapa terdengar di telinga. Mawi membungkuk sambil mengutip satu persatu pelepah yang yang tergeletak dan dipotong satu-persatu. Setelah terkumpul setinggi munggu barulah dia membawa pulang sebagai pen-ganti kayu untuk bahan bakar batu. Hasil pembakaran batu dari bahan pelepah kelapa memang kurang me-muaskan, dari pada kayu. Dalam dua bulan dapatlah dua setengah kubik batu. Pecahan batu besar dijual Mawi dua setengah kubiknya 220 ribu, se-

dangkan batu pecahan kecil berukuran sama

seharga 500 ribu, itu pun s u - lit lakunya. Ini adalah akibat dari tidak lagi bisa membeli kayu bakar dengan harga tinggi. Supir truk sering mengeluh, kayu yang dikeluarkan dari dalam hutan lewat sungai Setuek sering dicegat. Tak habis akal supir truk lewat pintas jalan Pengadah juga dicegat, rupanya oknum-oknum polisi tersebut sudah menunggu dari segala penjuru jalan. Oknum-oknum polisi ini sering meminta uang 200 sampai 300 ribu pada supir truk. Banyak supir truk yang berhenti memuat kayu bakar. Dan para supir tidak tega menjual kayu bakar dengan harga tinggi kepada si pemecah batu. Dari harga 800 ribu kini mencapai satu juta dalam dua seten-gah kubik. Inilah akibat dari polisi yang korup,

Cerpen Karya: Budi H. Ediruslan Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi UIR

Ilustrasi: Wahid Irawan

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Derita

Si Pemecah Batu

Ilustrasi: Wahid Irawan

Kesusahan yang diderita kelu-arga Mawi sebagai pemecah batu membuat istrinya banting kemudi mencari penghasilan tambahan. Anyaman dari bahan baku rotan dan bambu yang dijualnya ke pasar tradisional dari pagi hari sampai Nursiha menjual laku dagangan-nya, baru dia pulang dengan ber-jalan kaki sampai ke rumah. Itu pun, hasil anyaman dibagi dengan yang punya bambu. Mis-alnya si pembuat dapat tiga any-aman, yang punya bambu dapat bagian satu anyaman. Mem-beli beras raskin sepertinya tidak cukup, paling banter. Mawi hanya mampu membeli satu atau dua kilo saja. Empasan ombak dan badai, untuk bertahan hidup Keluarga Mawi terus diarunginya walaupun ada terselip di hatinya harapan agar keluarganya kelak bahagia. Andai perekonomian Na-sional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 (3) bumi dan air dan ke-kayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dapatlah dirasakan seujung kuku oleh keluarga Mawi, tapi kemak-muran itu mengalir entah kemana.

***

* Buku kumpulan puisinya tel-ah terbit dengan judul “Lukah Gilo” 2015. Saat ini mengajar di Fakultas Ilmu Komuinikasi Uni-versitas Islam Riau

37

rakyat harus membayar mahal untuk pelayanan publik yang buruk dan lepas dari kendali

sosial, serta masyarakat harus menyediakan uang pelicin. Padahal polisi itu seharusnya “memeliha-ra keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi per-lindungan dan perto-longan. Undang-un-dang Nomor 13 tentang ketentuan-ketentuan pokok kepolisian itu”.Kemiskinan keluarga

Mawi penuh dengan em-pasan ombak dan badai, san-gat memilukan, anak dan is-trinya.dalam satu bulan mereka mengalami kelaparan dua hari dua malam tidak makan. Mau mengadu sama siapa, kalaupun ada tempat mengadu. Meng-harapkan belas kasihan orang, tidak memiliki rasa hormat dan tak punya harga diri, seperti kata tetua-tetua melayu dulu “apa-bila suka meminta-minta aibnya hilang malu tak ada, nama ru-sak hidup-pun hina, sampai mati menanggung nista”. Hatinya luluh bercampur malu, maklumlah dia orang tak punya, apa lagi zaman sekarang “orang miskin banyak yang kasihan pada orang kaya,” “asal berharta, orang bebal pun jadi raja,” terkecuali ada jaminan motor, atau sepeda, mungkin orang mau memberikan pinja-man uang sebagai jaminan.

“Keegoisan Dunia”

Ketika dunia berputar dalam se-buah nada yang menyulitkanApakah ada seseorang yang akan mencariku?

Jika sebuah salju diakhir musim dingin terinjak dan menghilangApa ada yang merasa kehilangan?Apa kau terlalu egois?Atau dunia yang terlalu egois atas diriku?Bukankah ini amat kejam?Semua yang engkau miliki akan menghilang tanpa kau sadari,Namun kau enggan mencarinyaAtau bahkan kau tidak mau men-carinya?Lalu kenapa kau melahirkannya kedunia?Bukankah itu adalah tindakan kriminal?Menyiksa dengan perlahan sampai ia menghilangBukankah itu terlalu kejam un-tuknya?

Lalu apa yang akan kau lakukan jika cinta mu berada di tepi jurang?Atau mungkin di tengah kegelapan yang teramat gelapApa ada yang dating untuk me-nyelamatkannya?Apa ada yang dating untuk meme-luknya dan melindunginya?Atau mungkin . . . Itu hanya sebuah harapan kosong belaka?Atau mungkin . . .Bukan sebuah harapan, tapi mimpi. Kenapa ia hanya sesuatu yang menjadi objekObjek dari keegoisan dunia dan takdir yang bersekongkol

Puisi Karya:

Nazhrotul AkmaliahJurusan Pendidikan Kimia

FakultasTarbiyah dan KeguruanUIN Suska Riau

Kirimkan karyamu berupa Opini, Risalah, Cerpen, Puisi dan Kartun untuk diterbitkan dalam majalah AKLaMASIke e-mail: [email protected].

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

KOLOM ALUMNI

Belajar dengan Gaya SendiriOleh Julisman

“Yang saya dengar, maka saya lupa.Yang saya li-hat, maka saya sedikit ingat. Yang saya lakukan, maka saya mengerti atau memahami.”

Foto: Istimew

a

38

Pemimpin Umum AKLaMASI 2007–2008Alumnus FKIP Universitas Islam Riau

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

mencoret-coret tanpa arti saat menel-pon dan rapat, lupa sampaikan pesan verbal pada orang lain, sering jawab pertanyaan dengan singkat, lebih suka demonstrasi daripada pidato, lebih suka seni daripada musik, mengetahui apa yang harus dikatakan namun bingung memilih kata-kata, dan kadang kehilan-gan konsentrasi ketika ingin memperha-tikan.

Ciri orang auditorial yaitu; bicara pada diri sendiri saat kerja, mudah terganggu dengan keributan, gerakkan bibir ketika membaca, senang membaca keras dan mendengar, dapat ulangi dan tirukan kembali nada, irama dan warna suara, merasa sulit menulis tapi hebat bercer-ita, bicara dalam irama terpola, pembic-ara yang fasih, lebih suka musik dari-pada seni.

Selanjutnya ciri orang yang cender-ung kinestesik, yaitu; berbicara perla-han, menanggapi perhatian fisik, meny-entuh orang untuk dapatkan perhatian, berdiri dekat ketika bicara dengan orang lain, selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak, belajar dengan mema-nipulasi dan praktik.

Orang kinestetik menghafal dengan cara berjalan dan melihat, gunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, ban-yak gunakan isyarat tubuh, tidak bisa duduk diam dalam waktu lama, tidak dapat mengingat geografi, kecuali per-nah berada di tempat itu, gunakan kata-kata yang mengandung aksi, menyukai buku yang berorientasi plot atau alur, cerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, kemungkinan tulisan-nya jelek, ingin lakukan segala sesuatu, dan menyukai permainan yang meny-

Itulah ungkapan Khong Fu Tse se-orang filsuf sosial Tiongkok yang saya kutip dari buku Active Learn-

ing, 101 Cara Belajar Siswa Aktif edisi revisi halaman 23. Ungkapan tersebut bisa dikatakan masih relevan hingga sekarang, khususnya berkaitan den-gan bidang pendidikan. Ungkapan ini berhubungan dengan gaya belajar se-seorang dalam pelajari segala sesuatu untuk peroleh dan serap suatu informasi de ngan cara mendengar (auditorial), melihat (visual), dan melakukan sendiri (kinestetik).

Apabila ia mendapat informasi den-gan mendengar, ia akan mudah lupa. Jika dengan melihat, ia akan sedikit in-gat. Dan jika diperoleh melalui perbua-tan sendiri, disengaja atau tidak, ia akan tahu dan lebih paham.

Pada http://health.detik.com, “Men-urut Psikolog PAUD, Novita Tandry M. Psi, porsi terbesar ingatan anak-anak dari perbuatan sebanyak 60 persen, mendengar 30 persen, sedangkan meli-hat 40 persen.”

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki sebutkan ciri-ciri orang visual, audito-rial, dan kinestik dalam bukunya Quan-tum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Ciri vis-ual seperti; berpenampilan rapi, teratur dalam presentasi, bicara cepat, per-encana, pengatur jangka panjang dan pengeja yang baik, teliti terhadap detail, lebih mengingat apa yang dilihat,dan tidak terganggu oleh keributan.

Namun, orang visual bermasalah mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering minta diulangi. Lebih suka membaca daripada dibacakan,

ibukkan.Menurut saya, cara menyerap infor-

masi atau gaya belajar tersebut dapat dilihat saat duduk di bangku pendidikan dasar dan menengah. Setelah duduk di perguruan tinggi, gaya belajar tersebut bisa berganti karena perubahan pada materi yang dipelajari, jadwal belajar dan metode yang digunakan oleh dosen yang cenderung beri penjelasan berupa ceramah. Sehingga mahasiswa harus mampu memanajemen waktu maupun pola penyerapan informasi agar sang-gup jalani perkuliahan.

Menyadari perbedaan dalam meny-erap informasi tentang segala sesuatu, seseorang akan lebih mudah belajar dengan gaya sendiri. Cara sederhana temukan atau ketahui gaya seseorang dalam menyerap informasi dari orang lain yaitu dengan perhatikan petunjuk-petunjuk ketika sedang berkomunikasi.

Maksud informasi di sini adalah sesuatu yang bisa diserap dan dicerna oleh pikiran manusia. Seperti dari non-ton televisi, baca buku, diskusi sama teman, dan bahkan dengan jelaskan sesuatu pada orang lain. Sebagai se-orang individu, kita dapat serap informa-si dengan mengetahui isu yang berkem-bang melalui mendengar, melihat dan memahaminya.

Informasi-informasi yang diterima dan terkumpul akan jadi suatu pengeta-huan baru bagi individu, dan pengeta-huan itulah yang digunakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, seseorang harus terus belajar dan ber-pikiran terbuka terhadap segala hal, se-hingga pola pikir, sikap, dan tingkah laku termanajemen dengan baik.

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015 39

SENGGANG

AKLaMASI - EDISI 09 - SEPTEMBER 2015

Grafis: A

rdian Pratama