laporan polimer
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Karakterisasi material merupakan suatu hal yang penting
dalam dunia maerial. untuk mengetahui secara kulitatif maupun
kuantitatif keadaaan dari suatu material perlu dilakukan
karakterisasi. Metode FTIR merupakan salah satu bentuk
karakterisasi material yang melibatkan sinar Inframerah dimana
prisma atau kisi digunakan untuk mendispersikan sinar
inframerah melalui metode fourier transform. Mahasiswa perlu
paham akan metode tersebut mulai dari prinsip kerja hingga
metodolgi pengujian.
Dalam suatu bahan polimer sangatlah perlu untuk diketahui
ikatan-ikatan apa saja yang terkandung di dalamnya agar
karakteristik dan kualitas dari polimer tersebut dapat
diketahui. Senyawa kimia tertentu (hasil sintesa atau alami)
mempunyai kemampuan menyerap radiasi elektromagnetik dalam
daerah spectrum inframerah. Absorpsi radiasi IR pada material
tertentu berkaitan dengan fenomena bergetarnya molekul atau
atom. Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui, karena
spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut.
Dalam pengujiannya metode FTIR memerlukan sampel yang
ukurannya relatif kecil serta mudah dipreparasi.
Dengan adanya hal-hal tersebut di atas, maka dilakukanlah
pengujian terhadap polimer menggunakan metode FTIR.
I.2 Tujuan
Tujuna praktikum FTIR adalah :
1. Memahami prinsip dasar spektrometri inframerah pada FTIR
2. Menentukan ikatan kimia yang ada di dalam sampel uji
FTIR dan menentukan nama sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 FTIR (Fourier Transform InfraRed)
Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra
Red (FTIR) adalah sama dengan Spektrofotometer Infra Red
dispersi, yang membedakannya adalah pengembangan pada sistim
optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh.
Dasar pemikiran dari Spektrofotometer Fourier Transform Infra
Red adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean
Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika
dari Perancis.
Pada proses instrumen analisis sampelnya meliputi:
1. The source: energi IR yang dipancarkan dari sebuah benda
hitam menyala. Balok ini melewati melalui logam yang
mengontrol jumlah energi yang diberikan kepada sampel.
2. Interoferometer : sinar memasuki interferometer „spectra
encoding‟ mengambil tempat, kemudian sinyal yang dihasilkan
keluar dari interferogram.
3. Sampel : sinar memasuki kompartemen sampel dimana
diteruskan melalui cermin dari permukaan sampel yang
tergantung pada jenis analisis.
4. Detector : sinar akhirnya lolos ke detector untuk
pengukuran akhir. Detector ini digunakan khusus dirancang
untuk mengukur sinar interfrogram khusus. Detektor yang
digunakan dalam Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
adalah Tetra Glycerine Sulphate (disingkat TGS) atau Mercury
Cadmium Telluride (disingkat MCT). Detektor MCT lebih banyak
digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada
frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak
dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi
vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
5. Computer : sinyal diukur secara digital dan dikirim
kekomputer untuk diolah oleh Fourier Transformation berada.
Spektrum disajikan untuk interpretasi lebih lanjut.
Skema cara kerja FTIR
II.2 Radiasi Inframerah
Radiasi gelombang elektromagnetik adalah energi
yang dipancarkan menembus ruang dalam bentuk gelombang-
gelombang atau paket-paket energi. Tiap tipe radiasi gelombang
elektromagnetik (mulai dari radiasi gelombang radio hingga
radiasi gamma) dicirikan oleh panjang gelombang (λ) atau
frekuensi (υ) dari gelombang tersebut. Radiasi Elektromagnetik
mempunyai panjang gelombang, frekuensi, kecepatan, dan
amplitudo. Panjang gelombang (dengan simbol ) adalah jarak
antara dua puncak atau dua lembah dari suatu gelombang seperti
terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Ketika suatu radiasi gelombang elektromagnetik mengenai suatu
materi, akan terjadi suatu interaksi yang berupa penyerapan
energi (absorbsi) oleh atom-atom atau molekul-molekul dari
materi tersebut. Spektroskopi inframerah merupakan suatu
metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75
– 1.000 μm atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang
meliputi teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission),
teknik fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik yang
banyak berperan dalam spektroskopi umumnya hanya komponen
medan listrik seperti dalam fenomena transmisi, pemantulan,
pembiasan, dan penyerapan. Penyerapan gelombang
elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya eksitasi tingkat-
tingkat energi dalam molekul. Dapat berupa eksitasi
elektronik, vibrasi, atau rotasi. Penemuan infra merah
ditemukan pertama kali oleh William Herschel pada tahun 1800.
Penelitian selanjutnya diteruskan oleh Young, Beer, Lambert
dan Julius melakukan berbagai penelitian dengan menggunakan
spektroskopi inframerah. Pada tahun 1892 Julius menemukan dan
membuktikan adanya hubungan antara struktur molekul dengan
inframerah dengan ditemukannya gugus metil dalam suatu molekul
akan memberikan serapan karakteristik yang tidak dipengaruhi
oleh susunan molekulnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang
diserap oleh ikatan pada gugus fungsi adalah:
E = h.ν = h.C /λ = h.C / v
Keterangan :
E = energi yang diserap
h = tetapan Planck = 6,626 x 10-34 Joule.det
v = frekuensi
C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det
λ = panjang gelombang
ν = bilangan gelombang
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang (Tabel 1),
sinar inframerah dibagi atas tiga daerah yaitu:
1. Daerah infra merah dekat
2. Daerah infra merah pertengahan
3. Daerah infra merah jauh
Tabel 1. daerah spektrum infra merah
Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut
di atas, daerah panjang gelombang yang sering digunakan pada
alat spektroskopi inframerah adalah pada daerah inframerah
pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5 – 50 μm atau
pada bilangan gelombang 4.000 – 200 cm-1 . Daerah tersebut
adalah cocok untuk perubahan energi vibrasi dalam molekul.
Daerah inframerah yang jauh (400-10cm-1, berguna untuk molekul
yang mengandung atom berat, seperti senyawa anorganik tetapi
lebih memerlukan teknik khusus percobaan.Senyawa kimia
tertentu (hasil sintesa atau alami) mempunyai kemampuan
menyerap radiasi elektromagnetik dalam daerah spectrum
inframerah. Absorpsi radiasi IR pada material tertentu
berkaitan dengan fenomena bergetarnya molekul atau atom.
Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui, karena
spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut.
II.3 Polipropilena
Polipropilena atau polipropena (PP) adalah sebuah polimer
termo-plastik yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan
dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, tekstil
(contohnya tali, pakaian dalam termal, dan karpet), alat
tulis, berbagai tipe wadah terpakaikan ulang serta bagian
plastik, perlengkapan labolatorium, pengeras suara, komponen
otomotif, dan uang kertas polimer. Polimer adisi yang terbuat
dari propilena monomer, permukaannya tidak rata serta memiliki
sifat resistan yang tidak biasa terhadap kebanyakan pelarut
kimia, basa dan asam.
Kebanyakan polipropilena komersial merupakan isotaktik
dan memiliki kristalinitas tingkat menengah di antara
polietilena berdensitas rendah dengan polietilena berdensitas
tinggi; modulus Youngnya juga menengah. Melalui penggabungan
partikel karet, PP bisa dibuat menjadi liat serta fleksibel,
bahkan di suhu yang rendah. Hal ini membolehkan polipropilena
digunakan sebagai pengganti berbagai plastik teknik, seperti
ABS. Polipropilena memiliki permukaan yang tak rata,
seringkali lebih kaku daripada beberapa plastik yang lain,
lumayan ekonomis, dan bisa dibuat translusen (bening) saat tak
berwarna tapi tidak setransparan polistirena, akrilik maupun
plastik tertentu lainnya. Bisa bula dibuat buram dan/atau
berwarna-warni melalui penggunaan pigmen, Polipropilena
memiliki resistensi yang sangat bagus terhadap kelelahan
(bahan).Polipropilena memiliki titik lebur ~160 °C (320 °F),
sebagaimana yang ditentukan Differential Scanning Calorimetry
(DSC).
MFR (Melt Flow Rate) maupun MFI (Melt Flow Index)
merupakan suatu indikasi berat molekulnya PP serta menentukan
seberapa mudahnya bahan mentah yang meleleh akan mengalir saat
pengolahan berlangsung. MFR PP yang lebih tinggi akan mengisi
cetakan plastik dengan lebih mudah selama berlangsungnya
proses produksi pencetakan suntik maupun tiup. Tapi ketika
arus leleh (melt flow) meningkat, maka beberapa sifat fisik,
seperti kuat dampak, akan menurun. Ada tiga tipe umumnya PP:
homopolimer, random copolymer dan impact copolymer atau
kopolimer blok. Comonomer yang digunakan adalah etena. Karet
etena-propilena yang ditambahkan ke homopolimer PP
meningkatkan kuat dampak suhu rendahnya. Monomer etena
berpolimer acak yang ditambahkan ke homopolimer PP menurunkan
kristalinitas polimer dan membuat polimer lebih tembus
pandang.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Start
menyiapkan sampel ukuran
Menyalakan mesin FTIR
Meletakkan sampelpada holder
Mengamati grafik FTIRyang muncul di layar
Mencetak hasil FTIR
End
BAB IV
ANALISIS DATA
Material : Aqua Gelas
Hasil FTIR
Grafik di atas merupakan grafik yang didapat setelah
melakukan pengujian FTIR terhadap sampel gelas Aqua berukuran
4x1 cm. dapat dibaca bahwa pada grafik ada gambar yang diplot
dalam koordinat cartesian dengan sumbu x menunjukkan wave
length dan sumbu ya berupa transmitance. gambar tersebut yang
selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis hasil uji. Data-
data pendukung yang ada dibawahnya merupakan data pendukung
dari komputer yang muncul saat uji FTIR telah dilakukan dan
berisi tentang hasil yang didapat setelah pengamatan pada
sampel uji. Berikut akan dibahas lebih rinci lagi.
Berikut adalah analisis terhadap hasil uji FTIRdengan materialAqua gelas :
Dari grafik hasil uji FTIR di atas, dapat dianalisis ikatan-
ikatan kimia yang terkandung dalam material aqua gelas. Dengan
melihat tabel standar FTIR yang berisi interval panjang
gelombang dan jenis ikatan kimianya.
Berikut adalah tabel FTIR standar yang digunakan untuk
mencocokkan hasil uji :
CHARACTERISTIC INFRARED ABSORPTION FREQUENCIES
Bond Compound Type Frequency range, cm-1
C-H
Alkanes
2960-2850(s) stretch
1470-1350(v) scissoring and bending
CH3 Umbrella Deformation1380(m-w) - Doublet - isopropyl, t-butyl
C-H Alkenes3080-3020(m) stretch
1000-675(s) bend
C-H
Aromatic Rings 3100-3000(m) stretch
Phenyl Ring Substitution Bands 870-675(s) bend
Phenyl Ring Substitution Overtones
2000-1600(w) - fingerprint region
C-H Alkynes3333-3267(s) stretch
700-610(b) bend
C=C Alkenes 1680-1640(m,w)) stretch
CC Alkynes 2260-2100(w,sh) stretch
C=C Aromatic Rings 1600, 1500(w) stretch
C-O Alcohols, Ethers, Carboxylic acids, Esters 1260-1000(s) stretch
C=O Aldehyde s , Ketones, Carboxylic acids, Esters 1760-1670(s) stretch
O-H Monomeric -- Alcohols, Phenols 3640-3160(s,br) stretch
Hydrogen-bonded -- Alcohols, Phenols 3600-3200(b) stretch
Carboxylic acids 3000-2500(b) stretch
N-H Amines 3500-3300(m) stretch
1650-1580 (m) bend
C-N Amines 1340-1020(m) stretch
CN Nitriles 2260-2220(v) stretch
NO2 Nitro Compounds
1660-1500(s) asymmetrical stretch
1390-1260(s) symmetrical stretch
Dengan mencocokkan wavelength yang muncul pada hasil uji FTIR
dengan tabel spektra IR, maka didapatkanlah hasil sebagai
berikut yang tertera dalam tabel di bawah ini.
Hasil Analisis Data :
BOND TYPE WAVE NUMBER (/cm)C-H stretch 2948,97C-H stretch 2865,84C-H Overlap 2837,41Si-H silane 2360,43CH3 twist 1452,02CH3 wag 1375,05
SO2 assymetrical stretch 1358,50SO2 assymetrical stretch 1303,63
C-O-C assymetrical stretch 1255,06C-N stretch 1166,49C-N amine 1102,18C-H alkana 997,15C-H alkana 972,07C-H alkana 898,91
Aromatic C-H bending 840,12Aromatic C-H bending 808,62
Dengan melihat tabel standar FTIR, didapatkan hasil
seperti yang tertera di tabel di atas. Dari hasil tersebut ada
lima peak yang menonjol dibanding peak yang lain. Kelima peak
yang dimaksud adalah peak dengan wave number 2948,97/cm ,
2865,84/cm, 2837,41/cm, 1452,02/cm, dan 1375,05/cm dan untuk
wave number tersebut teridentifikasi sebagai ikatan C-H
stretch, C-H stretch, C-H overlap, CH3 twist, dan CH3 wag.
Sterch, twist, overlap, dan wag merupakan keterangan
jenis vibrasi yang ada pada ikatan tersebut. Jenis-jenis
vibrasi adalah sebagai berikut :
1. Vibrasi regangan (stretching)
Pada vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan
yang menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak
antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah.Terdapat
dua macam vibrasi regangan, yaitu:
a. Regangan simetri
b. Regangan asimetri
2. Vibrasi bending
Vibrasi bending adalah pergerakan atom yang menyebabkan
perubahan sudut ikatan antara dua ikatan atau pergerakan dari
sekolompok atom terhadap atom lainnya. Vibrasi bengkokan ini
terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Vibrasi rocking, bergerak mengayun asimetri tetapi masih
dalam bidang datar
b. Vibrasi scissorin, dimana atom-atom yang terikat pada
atom pusat bergerak saling mendekat dan menjauh satu sama
lain sehingga sudutnya berubah-ubah.
c. Vibrasi wagging, atom-atom bergerak keluar molekul,
bolak-balik.
d. Vibrasi twisting, atom-atom yang terikat pada molekul
yang diam berotasi disekitar ikatannya.
Dari hasil FTIR juga didapatkan hasil gambar seperti dibawah ini
Gambar di atas menujukkan kecocokan hasil. Data menunjukkan :
90,25 % menyatakan polimer adalah Polipropilena isotactic
88,42% menyatakan polimer adalah polipropilena
80,88 % menyatakan polimer adalah polipropilena
79,04% polipropilena syndiotactic
Tacticity merupakan sususan ikatan kimia dari polipropilene. Berikut adalah struktur Polipropilena yang ataktic, sindiotaktik, dan isotaktik.
Dengan membandingkan dengan analisis yang menggunakan
tabel dan hasil yang otomatis tertera maka didapatkanalah
kesimpulan bahwa material uji merupakan polipropilene yang
tersususun dari monomer propilena yang pada dasarnya adalah
ikatanC-H.
Berikut struktur kimia propilena dan polipropilena
Peak-peak yang tidak menonjol yang teridentifikasi sebagai
ikatan Si-H ; SO2 diduga adalah material tambahan yang
ditambahkan pada polipropilena untuk menambah nilai
komersilnya dan bbisa jadi digunakan sebagai filler atau
pewarna
Pada umunmnya SO2 digunakan untuk : fungisida (anti jamur),
fumigant (anti serangga), pengawet makanan (jumlah sangat
kecil)
propylene
Polypropylene
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat dismpulkan bahwa :
1. FTIR pada prinsipnya merupakan gelombang inframerah yang
bekerja menggunakan prinsip Fourier Transform
2. Ikatan kimia yang terkandung dalam material uji secara
garis besar adalah ikatan C-H yang kemudian membentuk
polimer yang bernama Propilena. Dan Material uji yang
diguanakan adalah polipropilena dengan monomer propilena.