laporan oksidimetri
TRANSCRIPT
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
Oksidimetri / Permanganometri
Thayban (441413061)
Jurusan Kimia
Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo
2014
E-mail: [email protected]
1
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
A. Tujuan
Menentukan kadar Fe2+ dalam gram Fero Sulfat
dengan menggunakan larutan pengoksidasi KMnO4
B. Dasar Teori
Salah satu jenis reaksi kimia yang digunakan
analisis volumetri adalah reaksi oksidasi reduksi, yang
di kenal dengan istilah oksidimetri.jenis reaksi ini
melibatkan adanya transfer elektron antara oksidator dan
reduktor. Ada dua cara perhitungan reaksi oksidasi
reduksi ;
1. Berdasarkan atas mol pada persamaan stoikiometri.
2. Berdasarkan cacah elektron yang terlibat dalam
senyawa oksidator yang dikenal dengan berat
ekivalen.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan
kimia dimana terjadi kenaikan biloks, sedangkan reduksi
digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator
adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami
penurunan biloks. Sebaliknya pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan biloks.1
DAY, R.A., Jr; Underwood, A.L. (1986). Dalam
banyak prosedur analitik, analit ada dalam lebih dari
satu keadaan oksidasi dan harus dirubah menjadi keadaan
oksidasi tunggal sebelum dilakukan titrasi. Pereaksi
redoks yang digunakan harus mampu untuk mengubah analit
1 Khoper. konsep dasar kimia analitik. (Jakarta:UI-press, 1984)
3
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
secara lengkap dan cepat kedalam oksidasi yang
diinginkan.
Astin lukum, (2009 : 108) Indikator yang digunakan
dalam titrasi oksidasi reduksi ini biasanya berupa zat
organik yang dapat dioksidasi atau di reduksi bolak-
balik dan berubah warnanya pada perubahan tingkat
oksidasinya. Pada dasarnya indikator ini harus
teroksidasi atau tereduksi pada titik ekivalensi
titrasinya. Jika kita mentitrasi suatu larutan
reduktor, indikatornya harus reduktor, tapi yang lebih
lemah. Jadi lebih sukar dioksidasi dari pada zat yang
dititrasi. Indikatornya baru teroksidasi (berubah
warna) jika cuplikannya sudah atau hampir semua
teroksidasi.
Indikator yang digunakan untuk menandai titik
akhir titrasi oksidasi reduksi, yaitu : Auto
indikator, indikator sendiri yaitu indikator yang
berasal dari pereaksinnya sendiri. Contoh: KMnO4;
Indikator spesifik, contoh indikator kanji untuk
iodium; Indikator redoks, contoh indikator yang dapat
berbeda warna pada keadaan terduksi dan teroksidasinya.
Contoh asam difenil amin dan feroin.
Secara sederhana pasangan redoks dari indikator redoks
dilambangkan sebagai berikut :
In+ + e In
4
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
Warna A warna B
Jika [In]/[In+] ¿ 10, maka warna B yang tampak
Jika [In]/[In+] ¿ 0,1, maka warna A yang tampak
Jadi daerah perubahan warna ( ΔE indikator) = 2 x 0,059
= 0,12 V
Syarat pemilihan indikator bagi suatu titrasi
redoks adalah harus berubah warna pada atau di dekat
harga potensial sel titik ekivalensi. Beberapa contoh
titrasi redoks adalah permanganometri, dikromatometri,
bromatometri, iodometri, dan iodimetri.
Titrasi redoks itu melibatkan reaksi oksidasi dan
reduksi antara titrant dan analit.Titrasi redoks banyak
dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa
yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi
dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau
penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium
dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan
asam oksalat dengan menggunakan permanganate, penentuan
besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan
tentang penyetaraan reaksi redoks memegang peran
penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel
volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat
5
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai
semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks
menjadi jauh lebih mudah. Titik akhir titrasi dalam
titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva
titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant,
atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang
tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks
dengan indicator sering kali yang banyak dipilih.
Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant
sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan
permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium
dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai
indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan
iodine. Indikator yang lain yang bersifat
reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk
titrasi redoks jika kedua indicator diatas tidak dapat
diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan
nitroferoin. Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah
iodimetri, iodometri, permanganometri menggunakan
titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+ dan
oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran penentuan
Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai
titrant untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2
yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium(IV) yang
6
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan
ferosianida dan nitrit.2
Permanganometri adalah salah satu cara analisis
tipe reaksi oksidasi reduksi. Titrasi ini menggunakan
KMnO4 sebagai titran. Kalium permanganat adalah
oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan suatu
reduktor menghasilkan senyawa mangan yang mempunyai
bilangna oksidasi yang berbeda-beda tergantung pada pH
larutan. Permanganometri merupakan titrasi yang
dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat
(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara
langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+,
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya.3
Menurut Elvelyta (2013) Permanganometri adalah
titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4‾ bertindak sebagai oksidator. Ion
MnO4‾ akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Pada
2 Nischal. Titrasi Redoks. 2012 (Online) http://auroracahya.wordpress.com diakses 5/11/20143 Team Teaching. Penuntun praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. (UNG: Laboratorium Kimia. 2013)
7
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan
tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan
yang sangat encer serta telah digunakan secara luas
sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.
Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda
yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.
Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan
pereaksi.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk
menentukan kadar oksalat. Permanganometri juga bisa
digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit,
fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri
ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam
larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa
lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang
bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi
bolak-balik, sedangkan potensial elktroda sangat
bergantung pada pH. Pereaksi kalium permanganat bukan
merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu
dibakukan terlebih dahulu.
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara
tidak langsung dalam penetapan zat pengoksida, terutama
oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan
mangan, oksida semacam itu sukar dilarutkan dalam asam
8
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
atau basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan yang
lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi zat ini
secara langsung karena reaksi dari zat padat dengan zat
pereduksi berjalan lambat (Day, R. A dan Underwood,
1986).
Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya
yang berlebih diketahui sesuatu zat peruduksi dan
dipanasi agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat
pereduksi dititrasi dengan Permanganat standar.
Berbagai zat pereduksi dapat digunakan seperti AS2O3
dan N2C2O4. Analisis pirolusit, atau bijih yang
mengandung MnO2 merupakan latihan yang lazim bagi
mahasiswa. Reaksi MnO2 dengan HASO2 :
MnO2(s) + HASO2 + 2H+ → Mn2+ + H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar mudah
mengoksidasi ion-ion iodida, sionida, tiosianat, dan
beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium
permanganat menjadi oksalat, bukan menjadi
karbondioksida.
Menurut Bobone (2012) Metode untuk melakukan
standarisasi kalium permanganat, diantaranya adalah
dengan menggunakan natrium okasalat (Na2C2O4), asam
oksalat (N2C2O4) dan dengan Arsen (III) oksida. Tapi
dalam percobaan ini hanya menggunakan natrium oksalat
(Na2C2O2).
9
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
Natrium oksalat (Na2C2O2) merupakan standar primer
yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Larutan
natrium oksalat dititrasi dengan larutan kalium
permanganat samapai warna berubah dari bening menjadi
merah muda. Reaksi ini berjalan lambat pada temperatur
kamar dan sehingga diperlukan pemanasan hingga 60ºC.
Bahkan bila pada temperatur yang lebih tinggi reaksi
akan berjalan makin lambat dan bertambah cepat setelah
terbentuknya ion mangan (II). Pada penambahan tetesan
titrasi selanjutnya warna merah hilang semakin cepat
karena ion mangan (II) yang terjadi berfungsi sebagai
katalis, katalis untuk mempercepat reaksi dan reaksi
ini disebut dengan autokatalitik. Autokatalitik adalah
reaksi dimana katalisator dapat terbentuk dan
diproduksi dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat
memberikan efek katalitik dengan cara bereaksi dengan
cepat dengn katalitiknya untuk membentuk mangan
berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana pada
gilirannya secara tepat mengoksidasi ion oksalat
kembali ke kondisi divalensi.
Pada standarisasi larutan kalium permanganat
dengan natrium oksalat dilakukan pencampuran 0,1 gram
natrium oksalat yang telah diencerkan dengan akuades
dengan H2SO4. Reaksi yang terjadi pada proses
pencampuran antara natrium oksalat dengan H2SO4 adalah
10
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
sebagai berikut:
2Na+ + C2O42- + 2H+ + SO4
2- → H2C2O4 + 2Na+ + SO42-
Dari reaksi di atas terlihat bahwa fungsi
pengasaman larutan tidak lain adalah untuk memperoleh
hasil yang berupa produk asam oksalat dan sebagai
katalis. H2SO4 merupakan katalis yang bertujuan
memperkecil besarnya energi aktifasi. Serta berfungsi
untuk mempercepat jalannya suatu reaksi dalam keadaan
asam sampai H2SO4 ini tidak bereaksi menghasilkan
reaksi samping.
Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
perubahan warna dari bening menjadi merah muda pada
larutan yang permanen dan tidak hilang selama beberapa
menit. Perubahan warna ini terjadi karena Mn2+ (larutan
bening) dan MnO4- (KMnO4) tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi
Mn2+ (merah muda). Titik ekivalen terjadi karena mol
titrat sama dengan mol titran.
Senyawa AS2O3 merupakan standar primer yang bagus
sekali untuk larutan permanganat. Stabil, tidak
higroskopis dan mudah diperoleh dengan derajat kemudian
yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam natrium
hidroksida, larutan diasamkan dengan asam klorida dan
dititrasi dengan permanganat.
2 HAsO2 + 2 MnO4- + 6 H+ + 2 H2O → 2 Mn2+ + 3 H3AsO4
Reaksi perlahan pada temperatur kamar, kecuali
bila ditambah suatu katalis. Kalium iodida, KI, kalium
11
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
iodat, KIO3 dan iod monoklorida ICl, telah digunakan
sebagai katalis.4
Kalium permanganate adalah oksidator kuat. Reagen
ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indicator terkecuali untuk larutan
yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganate
memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari
larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi.
Warna ini digunakanuntuk mengindikasi kelebihan reagen
tersebut. Kelemahannya adalah dalam medium HCL. Cl-
dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, memiliki
kestabilan yang terbatas.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam
laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan-
larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar:
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O E° = +1,51 V
Permanganate bereaksi secara cepat dengan banyak
agen pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun beberapa
substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah
katalis untuk mempercepat reaksi. Sebagai contoh,
permanganate adalah agen unsure pengoksidasi yang cukup
kuat unuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 , titik
akhir permanganate tidak permanen dan warnanya dapat
hilang karena reaksi:
4 Anna. Analisa Permanganometri dalam Campuran. 2010. (Online) http://choalialmu89.blogspot.com diakses 5/11/2014
12
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 (s) + 4H+
Ungu
Tidak berwarna
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam,
tapi cepat dalam keadaan netral. Kelebihan sedikit dari
permanganate yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan
sejumlah MnO2. Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya
berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal
pada titik akhir titrasi-titrasi permanganate.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam
pembuatan larutan permanganate. Mangan oksida
mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-
jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganate,
atau berbentuk akibat reaksi antara permanganate dengan
jejak-jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air,
mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini
biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan
untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat
direduksi, dan penyaringan melalui asbestos atau gelas
yang disinter (filter-filter non pereduksi) untuk
menghilangkan MnO2. Biasanya sebelum disaring
dipanaskan terlebih dahulu selama 15-30 menit, jika
tidak dipanaskan, sebagai alternative larutan didiamkan
dalam suhu ruang selama 2-3 hari. Larutan tersebut
kemudian distandardisasi, dan jika disimpan dalam gelap
13
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan banyak
berubah selama beberapa bulan. Larutan kalium
permanganate harus disimpan dalam tempat yang bersih,
berbahan kaca dengan warna gelap yang sebelumnya telah
dibersihkan dengan larutan pembersih kemudian dibilas
dengan deionised water. Larutan-larutan permanganate
yang bersifat asam tidak stabil karena asam
permanganate terdekomposisi dan air teroksidasi dengan
persamaan: 4MnO4- + 4H+ → 5MnO2 (s) + 3O2 (g) + 2H2O
Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-
larutan encer pada suhu ruangan. Penguraiannya
dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan
MnO2. Namun demikian, jangan pernah menambahkan
permanganate berlebih ke dalam sebuah unsure reduksi
dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi,
karena reaksi yang nantinya muncul akan berlangsung
dengan laju yang rendah.5
5 Hamdani. Titrasi Permanganometri. 2013. (Online) http://catatankimia.com diakses 5/11/2014
14
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
C. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Gambar FungsiKategor
i
1.Pipet
tetes
Untuk
meneteskan
bahan.
1
2Gelas
Beaker
Digunakan
untuk
tempat
larutan
dan dapat
juga untuk
memanaskan
larutan
kimia.
1
3 Gelas Ukur Digunakan
untuk
mengukur
volume zat
kimia
dalam
bentuk
cair. Alat
ini
1
15
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
mempunyai
skala,
tersedia
bermacam-
macam
ukuran
4Batang
Pengaduk
Di gunakan
untuk
mengocok
larutan
1
5 Erlenmeyer
Digunakan
untuk
tempat zat
yang akan
dititrasi.
Kadang-
kadang
boleh juga
digunakan
1
6 Labu takar
digunakan
dalam
pengencera
n sample
1
16
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
7Neraca
analitik
Untuk
mengukur
bahan
(sampel),
atau zat
kimia
2
8Tatif dan
Klem
Untuk
menahan
buret pada
saat
proses
titrasi
sedang
berlangsun
g
1
9 Buret Digunakan
untuk
meneteskan
sejumlah
larutan
yang
sangat
teliti,
tepat
terukur,
volume
1
17
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
variable
dan biasa
digunakan
pada
metode
titrasi
atau
volumetri.
2. Bahan
No
Nama
Bahan Sifat Fisik Sifat Kimia
Kategor
i Bahan1. FeSO4 1. Berwarna
hijau
2. Larut dalam
pelarut
polar
1. Jika pada
larutan
suatu garam
fero
ditambahkan
KCN maka
mula-mula
terbentuk
endapan
kuning
cokelat dari
Fe(CN)2
Baha
n
Khus
us
18
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
2. KMnO4 1. Berat
molekul:
197,12
gr/mol
2. Titikdidih:
32,35 0C
3. Titikbeku:
2,83 0C
4. Bentuk
Kristal
berwarna
ungu
kehitaman
5. Densitas:
2,7 kg/L
pada 20 0C
1. Larut dalam
methanol
KMnO4 + CH3OH →
CH3MnO4 + KOH
2. Mudah
terurai oleh
sinar
3. Dalam
suasana
netral dan
basa akan
tereduksi
menjadi MnO2
4. Kelarutan
dalam basa
alkali
berkurang
jka volume
logam alkali
berlebih
5. Merupakan
zat
pengoksidasi
kuat
6. Bereaksi
dengan
Baha
n
Khus
us
19
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
materi yang
tereduksi
dan mudah
terbakar
menimbulkan
bahaya api
dan ledakan3. H2SO4 1. Cairan
bening
2. Titik leleh
10 0C
3. Titik didih
330 0C
1. Merupakan
asam kuat
2. Bersifat
korosif
3. Memiliki
afinitas
yang sangat
besar
terhadap air
4. Bersifat
sangat
reaktif
5. Merupakan
asam
bervalensi
dua
6. Diperoleh
dari reaksi
SO3 dengan
Baha
n
Khus
us
20
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
air
4. H2O 1. cairan
bening tak
berwarna
2. titik didih
1000 C
3. titik lebur
00 C
(273,15 K)
1. pelarut
polar
2. merupakan
ion H+ ,
yang
berasosiasi
dengan OH-
Baha
n
Umum
21
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
D. Prosedur Kerja
Permanganometri : Menentukan Kadar Fe2+ dalam
Ferosulfat dengan pengoksidasi KMnO4
E. Hasil Pengamatan
Permanganometri : Menentukan Kadar Fe2+ dalam
Ferosulfat dengan pengoksidasi KMnO4
22
125 mlFeSO4 + H2SO4
- Memasukan ke dalam labu - Membubuhi dengan 25
- Melakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna
- Mencatat volume yang telah dipakai untuk mentitrasi 125 ml - Mengulangi proses titrasi secara duplo
Warna larutan berubahdari bening menjadi
FeSO4
- Menimbang dengan teliti
- Melarutkan dengan 100 ml
KMnO4 0,1
- Memasukan
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
No Perlakuan Hasil Pengamatan1. Menimbang dengan teliti ±
600 mg FeSO4
Penimbangan : 600 mg
2. Melarutkan FeSO4 dengan 100
ml air suling dalam
Erlenmeyer
Warna larutan bening
kekuningan
3. Membubuhi dengan 25 ml
H2SO4 4 N
Warna larutan jadi
bening
4. Menitrasi dengan KMnO4 0,1
N
Warna larutan menjadi
ungu. Volume KMnO4
yang didapat pada
titrasi 4,6 ml
5. Mengulang secara duplo Warna larutan dari
bening menjadi merah
jambu.. Volume KMnO4
yang didapat pada
titrasi 3,8 ml
Perhitungan
Menentukan Kadar Fe2+ dalam Ferosulfat dengan
pengoksidasi KMnO4
Dik : V1 KMnO4 = 4,6 mL V2 KMnO4 = 3,8 mL
Mg FeSO4 = 600 mg Mg FeSO4 = 600 mg
N KMnO4 = 0,1 N mr Fe = 56
23
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
Dit : Kadar Fe2+ =......... ?
Penye :
Kadar Fe pada V1 KMnO4
Kadar Fe2+ = V1 x N x mr Femg Contoh
x 100 %
= 4,6 x 0,1 x 56600
x 100 %
= 4,2 %
Kadar Fe pada V2 KMnO4 Duplo
Kadar Fe2+ = V2 x N x mr Femg Contoh
x 100 %
= 3,8 x 0,1 x 56600
x 100 %
= 3,5 %
Rata-rata kadar Fe = kadar1+kadar22
= 4,2+3,52
= 3,85 %
24
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
F. Pembahasan
Permanganometri adalah salah satu cara anlisis
tipe reaksi oksidasi reduksi. Titrasi ini menggunakan
KMnO4 sebagai titran. Kalium permanganat adalah
oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan suatu
reduktor menghasilkan senyawa mangan yang mempunyai
bilangan oksidasi yang berbeda-beda tergantung pada pH
larutan.
Dalam percobaan ini menggunakan Kalium Permanganat
sebagai titran untuk melakukakn proses titrasi. Kalium
Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang
sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa
25
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai
indikator. Kemampuan suatu larutan untuk dapat menjadi
suatu indikator dalam suatu reaksi titrasi tanpa
penambahan disebut dengan auto indikator. Larutan KMnO4
merupakan salah satu larutan auto indikator. Untuk
titrasi larutan berwarna atau sedikit saja berwarna,
pemakaian indikator tidaklah perlu karena kalium
permanganat 0,1 N dan yang hanya serendah 0,1 cm sudah
memberikan warna merah jambu pucat kepada air.
Metode analisis permanganometri kali ini digunakan
untuk menentukan kadar Fe3+ dalam gram Ferosulfat.
Ferosulfat padatan ditimbang ± sampai 600 mg.
pengukuran pertama yaitu 600 mg dan pengukuran kedua
untuk duplo yaitu 600 mg. Sampel ini dilarukan dengan
100 ml air suling ke dalam erlenmeyer sehingga
didapatkan larutan encer Ferosulfat. Warna larutan ini
bening namun kekuningan atau sedikit kental karena
adanya unsur besi yang dilarutkan.
Gambar. FeSO4 + 100 ml air
Larutan encer ini dibubuhi dengan larutan H2SO4 4
N sebanyak 25 ml. Saat melarutkan sampel Fe2+ tersebut
harus ditambahkan asam terlebih dahulu untuk
26
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
menghindari Hidrolisis, yaitu reaki logam dengan air
menghasilkan sesuatu yang lemah yang dapat mengendap
dengan reaksi :
Fe2+ + H2O → Fe(OH)2
Fungsi penambahan asam sulfat pada saat sebelum
titrasi adalah agar suasana menjadi asam karena kalium
permanganat memiliki daya oksidasi yang kuat hanya
dalam suasana asam. Penambahan H2SO4 agar reaksi cepat
dan kuantatif dan luntur dengan pembentukan kompleks
tak berwarna. Dalam titrasi permanganometri titrasi
harus dilakukan dalam suasana asam. Oleh karena itu,
digunakan asam kuat yang dapat mengionisasi sempurna
dan dapat berfungsi untuk menciptakan suasuana asam
yang stabil bukan sebagai indikator karena KMnO4
bersifat autoindikator. Dalam hal ini dipilih asam
sulfat (H2SO4) sebagai pencipta suasana asam yang
paling baik dan juga berfungsi mengikat air. Kalium
permanganat hanya bersifat oksidator dalam suasana
asam, namun pada suasana basa kalium permanganat ini
tidak memiliki daya oksidasi, melainkan malah mengendap
menjadi Mn(OH)2 yang nantinya akan membentuk MnO2 yang
mengendap juga. Oleh karena itu pada saat titrasi
penentuan konsentrasi kalium permanganat harus
ditambahkan asam sulfat. Penambahan asam sulfat di
maksudkan supaya besi larut sempurna dan dapat bereaksi
dengan baik. Selain untuk melarutkan besi, penambahan
27
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
asam sulfat juga bertujuan agar KMnO4 tereduksi menjadi
Mn2+. Asam sulfat juga dimaksudkan untuk menghindari
oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ karena Fe2+ kurang stabil
diudara terbuka. Setelah penambahan H2SO4, Warna
larutan berubah menjadi bening.
Gambar FeSO4 + 100 ml air + 25 ml H2SO4
Titrasi dimulai dengan meneteskan larutan KMnO4
pada erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna pada
titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi saat
penambahan KMnO4 adalah :
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+
Perubahan warna larutan setelah dititrasi yaitu
terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu.
Gambar perubahan warna penambahan KMnO4
Tetapi setelah dilakukan duplo juga terjadi perubahan
warna dari bening menjadi warna merah muda.
28
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
Gambar duplo Perubahan Warna penambahan KMnO4
Warna pada Titik akhir tiirasi ini tidak tetap
bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat
reaksi antara kelebihan MnO4- tadi dengan ion Mn2+ hasil
reaksi penetapan :
2H2O + 2MnO4- + 3Mn2+ ↔ 5MnO2 ↓ + 4H+
Dengan konstan kesetimbangan besar, Namun karena
reaksi sangat lambat warna tidak segera hilang dan
tidak perlu menimbulkan keraguan apakah sudah benar
mencapai Titik akhir titrasi. Kelebihan sedikit dari
permanganat pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.
Akan tetapi, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2
tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi
permanganat. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan
dalam pembuatan larutan permanganat. Jejak-jejak dari
MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atau terbentuk
akibat dari reaksi antara permanganat dengan jejak-
jejak dari agen-agen pereduksi didalam air, mengarah
pada dekomposisi. Dengan kata lain dalam penambahan ini
belum bisa terdapat endapan pada hasil akhir titrasi
29
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
karena alasan di atas. Namun pada titik akhir titrasi
dapat jelas diamati bahwa warna larutan dapat berubah
menjadi ungu pada volume titran 4,6 ml dan pada duplo
3,8 ml. sehingga setelah dilakukan perhitungan kadar
Fe2+ dalam gram Ferosulfat terdapat sekitar 3,85 %
besi.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan hasil pengamatan serta
perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kadar
besi dalam ferosulfat dapat diketahui melalui
oksidimetri-permanganometri yang menggunakan KMnO4
sebagai titran sekaligus sebagai indikator dan dalam
suasana asam. Dapat diketahui bahwa kadar besi(II) yang
terdapat dalam senyawa ferosulfat yang diperoleh pada
praktikum ini adalah sebesar 3,85%.
H. Kemungkinan Kesalahan
1. Kesalahan praktikan dalam menitrasi KMnO4
2. Kesalahan praktikan dalam penimbangan
30
Praktikum Dasar-Dasar Kimia AnalitikTahun 2014, Tanggal 6 November, Modul 5
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Muh. (2013). Analisa Permanganometri. (online)
http://kimia-analisi.blogspot.com diakses 5/11/2014
pukul 13.21 wita
Anna. (2010). Analisa Permanganometri dalam Campuran.
(Online) http://choalialmu89.blogspot.com diakses
5/11/2014 pukul 13.32 wita
Bobone. (2012). Permanganometri. Peneapan Kadar Nitrit.
(Online) http://pharmacist-bobone.blogspot.com
diakses 5/11/2014 pukul 13.24 wita
DAY, R.A., Jr; Underwood, A.L. (1986). Analisa Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Evelyta. (2013). Permanganometri. (online)
http://evelyta-appe.blogspot.com diakses 5/11/2014
pukul 13.02 wita
Hamdani. (2013). Titrasi Permanganometri. (Online)
http://catatankimia.com diakses 5/11/2014 pukul
13.38 wita
Khoper. (1984). konsep dasar kimia analitik. Jakarta:UI-press
Lukum, Astin. (2009). Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik.
UNG : Jurusan Pendidikan Kimia
Nischal. (2012). Titrasi Redoks. (Online)
http://auroracahya.wordpress.com diakses 5/11/2014
pukul 13.14 wita
31