kepemimpinan 2.docx
TRANSCRIPT
NAMA : Oliva Nofrika Sinaga
NPM : 130910220
BAB : 8
PERAN PEMIMPIN DAN STAF DALAM MANEJEMEN
Menurut sondang P.siagian, terdapat lima fungsi-fungsi kepemimpinan yang
bersifat hakiki, yaitu:
o Pimpinan selaku penentu arah yang akan di tempuh dalam usaha pencapaian
tujuan
o Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar
organisasi
o Pimpinan selaku komunikator yang efektif
o Mediator yang andal, kususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam
mengatasi konflik
o Pimpinan selaku integrator yang efektif,rasional,objektif dan netral.
Sedangkan menurut Veithzal Rivai,oprasional dapat dibedakan secaraada lima
fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
o Fungsi instruksi
o Fungsi konsultasi
o Fungsi partisipasi
o Fungsi delegasi
o Fungsi pengendalian
Peran pemimpin
A. Pimpinan Sebagai Penentu Arah
Telah umum diketahui bahwa setiap organisasi,baik dibidang kenegaraan,
keniagaan, politik, social dan organisasi kemasyarakatan lainnya, diciptakan atau
dibentuk sebagai wahana untuk, mencapai tujuan tertentu, baik yang sifatnya jangka
panjang, jangka sedang maupun jangka pendek yang tidak mungkin tercapai apabila
diusahakan dicapai oleh parah anggotanya yang bertindak sendiri-sendiri.
Dengan perkataan lain, arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju
tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaanfaatan dari
segala sarana dan prasarana yang tersedia itu. Arah yang dimaksud tertuang dalam
strategi dan taktik yang disusu tersebut dan dijalankan oleh organisasi yang
bersangkutan. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan
alam organisasi tersebut.
Tergantung jenjang hierarki jabatan pimpinan yang diduduki oleh seseorang
dalam organisasi, kepututasan yang diambil dalam organisasi dapat digolongkan
sebagai berikut:
o Keputusan strategik
o Keputusan yang bersifat taktik
o Keputusan yang bersifat teknis
o Keputusan operasional
Jelas bahwa semakin tinggi kedudukan kepemimpinan ysng diduduoleh
seseorang dalam organisasi, nilai dan bobot dari keputusan yang diambilnya semakin
besar. Satu keputusan strategik mempunyai beberapa cirri pokok, seperti:
o Jangka waktunya jauh kedepan
o Dampaknya terhadap kehidupan globalisasi kuat
o Cakupnya bersifat menyeluruh karena menyentuh seluruh segi dan tingkat
dari organisasi
Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi,
keputusannya pun lebih mengarah kepada hal- hal yang teknis oprasional dengan
beberapa dengan beberapa cirri pokok sebagai berikut:
o Jangka waktunya yang semakin pendek
o Dampaknya hanya dirasakan kuat secara incremental
o Cakupannya terbatas dan hanya menyangkut segi-segi dan bagian-bagian
tertentu saja dari organisasi.
Perlu diketahui bahwa pada tinggkat kepemimpinan puncak sekali pun seseorang
tetap mengambil keputusan oprasional, meskipun dengan jumlha yang sangat kecil.
Sebaiknya seorang pimpinan tingkat rendah mengabil pula keputusan yang bersifat
strategi walaupun dengan jumlah yang sangat kecil. Terlepas dari kategori keputusan
yang diambil, apakah pada kategori stategik, taktis, teknis atau oprasional,
kesemuanya tergolong dalam penentuan arah dari perjalan yang hendak ditempuh
oleh organisasi.
Hanya dengan demikianlah diperoleh jaminan bahwa organisasi bergerak sebagai
suatu kesatuan yang bulat meskipun dalam organisasi terdapat satuan kerja,
pembagian tugas yang rumit, jumlah tenaga kerja yang mungkin besar, terjadi
pendelegasian wewenang atau desentralisasi dan spesialisasi yang sifatnya teknis.
Dengan demikian akan terjadi imteraksi antara berbagi satuan kerja dalam organisasi
secara serasi krena didasari oleh hubungan yang sifatnya symbiosis mutualis. Kiranya
menjadi jelas bahwa kemampuan para pejabat pimpinan sebagai penentu arah yang
hendak ditempuh dimasa depan merupakan saham yang teramat penting dalam
kehidupan organisasi.
Strategi, taktik, teknis dan keputusan oprasional yang tidak tepat akan
mengakibatkan organisasi bergerak kearah yang tidak benar dn apabilah terus
berlanjut bukan hanya akan merugikan organisasi yang bersangkutan, akan tetapi
bahkan akan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut.
B. Pimpinan Sebagai Wakil Dan Bicara Organisasi
Tidak aka nada mempersoalkan kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa
dalam usaha mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, tidak ada organisasi yang
bergerak dalam suasana terisolasi. Artinya, hubungan yang baik dengan berbagai
pihak diluar organisasi yang bersangkutan sendiri. Pada tinggka negara dan juga
merupakan suatu organisasi sekalipun,pemeliharaan hubungan itu dewasa ini sudah
diterima sebagai suatu kemutlakan, baik pada tinggkat regional maupun pada tingkat
global dan menyangkut berbagai segi kepentingan, seperti kepentingan ekonomi,
kepentingan pertahanan dan keamanan, dan kepentingan politik bahkan juga
kepentingan sosial budaya.
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pengaturan, misalnya, tidak ada satu pun
instansi pemerintahan yang berdiri sendiri karena selalu ada instansi lain yang
berkait. Kalau orang sering berbicara tentang koordinasi, integrasi dan sikronisasi
dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah, hal ini adalah karena terlibatnya
sebagai instansi dalam penyelenggaraan suatu tugas tertentu, meskiu ada satu
organisasi yang paling bertangung jawab karenannya berperan sebagai koordinator.
Pemeliharaan hubungan itu bukan hanya dalam penyelenggaraan tugas-tugas
pengaturan, akan tetapi juga dalam memberikan pelayanan. Bahkan pemeliharaan
hubungan dengan pihak yang diatur dan yang di layanipun perlu terpelihara dengan
baik. Hal yang senada dapat dikatakan tentang suatu organisasi niaga atau
perusahaan, baik yang menghasilkan barang maupun jasa. Banyak pihak yang diluar
organisasi dengan siapa hubungan yang baik mutlak perlu di pelihara, apakah itu
pelanggan atau konsumen yang sering dikenal dengan istilah “cliente groups” atau
pihak-pihak yang disebut “stakeholders” yang terdiri dari:
o Pemilik modal
o Pemasok bahan mentah atau bahan baku
o Para penyalur, yaitu distributor dan agen
o Lembaga-lembaga keuangan, seperti bank
o Instansi pemerintahan yang mempunyai kewenangan yang mengatur dan
memberikan pernyataan dalam bidang dimana perusahaan bergerak
Sasaran pemelihara hubungan telah dibahas dimuka adalah agar berbagai pihak
yang berkepentingan itu:
o Mempunyai persepsi yang tepat tentang citra organisasi yang bersangkutan.
o Memahami berbagai kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam
rangka pencapaian tujuannya.
o Mencegah timbulnya salah pengertian tentang arah yang hendak ditempuh
oleh organisasi.
o Pada akhirnya memberikan dukungan kepada organisasi.
Salah suatu konsekuensi logis dari fungsi demikian ialah bahwa seorang
pimpinan mutlak perlu mengetahui bukan saja bagaimana memutuskan kebijakan
strategik, akan tetapi juga berbagai keputusan lain yang telah diambil oleh para
pejabat pimpinan yang paling rendah. Bahkan lebih dari itu. Dituntut pula
pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan yang berlangsung dalam
organisasi sebagai pelaksanaan dari berbagai keputusan yang telah diambil.
Pengetahuan demikin akan memungkinnya memberikan penjelasan yang diperlukan
sedemikian rupa sehingga berbgai sasaran yang telah disinggung di muka tercapai.
C. Pimpinan Sebagai Komunikator Yang Efektif
Pemeliharaan huungan baik ke luar maupun ke dalam dilakukan melalui proses
komunkasi, baik secara lisan maupun secara tuisan. Brbagai kategori keputusan yang
telah diambil disampaikan kepada para pelaksanaan melalui jalur komunikasi yang
terdapat dalam organisasi. Bahkan sesungguhnya interaksi yang terjadi antra atasan
dengan bawahan, antara sesama pejabat pimpinan dan antara sesame petugas
pelaksana kegiatan operasional dimungkinkan terjadi dengan serasi berkat terjadinya
komunikasih yang efektif. Demikian pula halnya dengan hubungan ke luar.
Fungsi pimpinan bersifat hakiki adalah berkomunikasi secara efefektif.
Peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa
pengusahaan tekik-teknik komunikasih dengan baik merupakan condition sine qun
non bagi setiap pejabat pimpinan.
Agar pesan yang ingin disampaikan itu diterima dalam bentuknya yang “murni”
yang tidak mengalami distorsi selama berlangsung proses komunikasi. Diperlukan
kegiatan yang disebut “kodenisasi” yang berarti menerjemakan pesan yang hendak
disampaikan secara lisan maupun tulisan, gambar, derakan, dan sebagainya. Apakah
bentuk sesuatu pesan dapat dipertahankan atau tidak sangat. Untuk itu komunikator
sebagai sumber pesan perlu memerhatikan 4 hal, yaitu:
o Keterampila dalam menyusun pesan sehingga jelas baginya sendiri, yang pda
gilirannya memudahkan kegiatan kodenisasi.
o Sikap yang tepat dalam penyampaian pesan tersebut berdasarkan ninai-nilai
yang berlak,terutama nilai-nilai sosial yang dianut oleh pihak penerima pesan
tersebut.
o Pengetahuan yang mendalam tentang latar belakang tingkat pendidikan dan
kedudukan penerima pesan, baik dalam organisasi maupun yang menyangkut
pihak-pihak diluar organisasi.
o Respon apa yang diharapkan dari penerima pesan.
Yang dimaksud dengan penerimaan adalah orang atau pihak kepada siapa pesan
ditunjukan. Yang sangat penting mendapat perhatian dalam hubungan ini ialah
bahwa sebelum pesan yang hendak disampaikan kepada penerima, “ kode “ atau
simbol-simbol yang digunakan perlu diterjemahkan terlebih dahulu kedalam suatu
bentuk yang dipahami oleh penerima, Inilah yang dengan kegiatan
dekodenisasi.Dalam memilih cara dekodenisasi yang paling tepat, baik penerima
pesan maupun sumber pesan sama-sama menyadari bahwa dalam memlih cara
dekodenisasi terdapat pembatasan-pembatasan tertentu yang bersumber dari:
o Keterbatasan pengetahuan.
o Keterbatasan keterampilan.
o Norma-norma sosial yang berlaku.
Keterbatasan pengetahuan pnerima adalah akibat tingkat pendidikan yang perna
ditempuhnya .Semakin rendah tingkat pendidikannya, semain rendah pula
kognitifnya yang cenderung mengakibatkannya melihat sesuatu secara simplistik.
Karena itu, simbol-simbol penerjemahannya yng digunakannya pun biasanya akan
bersifat sederhana pula. Norma-norma sosial yang dianut oleh penerima yang
memberikan petunjuk baginya tentang yang “ benar” dan “ salah”, yang “ baik” dan “
buruk” turut pula berperan sebagai pembatas terhadap apa yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan .
Kepekan komunikator pengaruh-pengaruh norma-norma sosial tersebut akan
mendukung keinginannya untuk menyampaikan pesan dengan baik. Mata rantai
terakhir dalam proses komuniksi adalah adanya system umpan balik yang handal.
Melalui umpan baliklah sumberpesan akan mengetahui apakah pesan yng
disampaikannya diterima secarah utuh atau tidak. Kriteria utama untuk menentukan
menentukan diterima tidaknya pesan secarah utuh terlihat dari respons yang diberikan
oleh penerima. Jika sasaran disampaikannya pesan adalah agar pihak-pihak tertentu di
luar organisasi memberikan dukungan terhadap kegiatan operasionlal dan dukungan
tersebut diterima, berarti telah terjadi proses komunikasi yang efektif.
D. Pimpinan Sebagai Mediator
Dalam kehidupan organisasional, selalu ada saja situasi konflik yang harus
diatasi, baik dalam hubungan ke luar maupun ke dalam organisasi.Pembahsan tentang
fungsi pimpinan sebagai mediator difokuskan pada penyelesaian situasi konflik yang
mungkin timlbul dalam suatu organisasi, tanpa mengurangi pentingnya situs konflik
yang mungkin timbul dalam hbngan keluar di hadapi dan diatsi.
Dalam suatu organisasi dapat timbul konflik dan factor-faktof penyebabnya pun
dapat beraneka ragam.Situasi konflik biasanya timbul karena tiga faktor utama, yaitu:
Persepsi subjektif tentang kemungkinan timbulnya tatangan dari pihak lain
dalam organisasi,
Kelangkaan sumber daya dan dana,
Adanya asumsi bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang
diperkirakan tidak dapat atau sulit diserasikan.
Mengenai persepsi subjektif sebagai salah satu sumber situasi konflik dapat
dikatakan bahwa para anggota organisasi yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan tertentu akan cederung memiliki persepsi
bahwa kegiatan organisasi yang menjadi tanggung jawab untuk rnenyelenggarakan
mrupakan kegiatan terpenting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sebagai
keseluruhan. Jika terdapat pandangan demikian, berarti bahwa:
Paradikma yang holistik tidak terdapat dalam organisasi
Tidak terdapat keyakinan dalam diri anggota organisasi bahwa tujuan-tujuan
mereka pribadi telah tercakup dalam tujuan-tujuan organisasional
Cara kerja dan cara befikir yang dominan masih dilandasi oleh sikap dan
perilaku yang “ self-cencentered”.
Pengkotak-kotakan dipandang sebagai hal yang normal dan oieh karenanya
dapat dibenarkan,
Terdapat ketidakjelasan pola pengambilan keputusan, pendelegasian wewenang,
mekanisme kerja dan pembagian tugas.
Secarah ilmiah terdapat tiga pandangan tentang konflik yaitu:
Pandangan tradisional yang mengatakan bahwa semua bentuk konflik yang
tidak baik
Pandangan keperilakuan yang mengatakan bahwa adanya konflik merupakan
hal yang almiah dan normal,
Pandangan interaksionis yang mengatakan bahwa timbulnya konflik
merpakan hal yang baik.
Sering dikatakan bahwa ada empat faktor penyebab timbulnya situasi konflik
dalam organisasi,yaitu:
a. Karena informasi yang berlansung dalam organisasi bukanlah komukasi yang
efektif.
b. Ketidakterbukaan terhadap satu sama lain
c. Ketidaksalingpercayaan antara satu orang dengan orang lain dalam organisasi
d. Karena kelompok pimpinan tidak responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi
para bawahannya.
Sangat menarik untuk mencatatat bahwa menurut pandangan ini, apabila
konflikn dibiarkan berlanjut tanpa diatasi, ia dapat berkembang sehingga menjadi
bersifat disfungsional yang dapat menjadi ancamanbagi kelangsungan hidup
berorganisasi. Akan tetapi, demikian pandangan ini selanjutnya mengatakan, apabila
konflik dapat diselesaikan dengan baik dan tepat, timbulnya konflik jstru harus
didorong karena tanpa adanya konflik kehidupan organisasi diwarnai oleh berbagai
sikap berikut:
Apateik
Tidak responsif terhadap kebutuhan dan tuntunan perubahan
Tidak berkengnya daya piker yang inovatif dan kreatif,
Timbulnya rasa aman yang berlebihan
Tedapat rasa kepuasan kepuasan yang terlalu besar
Cara bertindak yang terlalu komfromistik
Gaya hidup organisasional yang memberikan nilai tinggi bagi
konformitas
E. Pimpinan Selaku Integrator
Timbulnya kecenderungan berfikir dan bertindak berkotak-kotak dikalangan para
anggota organisasi oleh sikap positif maupun sikap negatif. Yang bersifat positif
karena adanya tekat dan kemauan keras dilakukan para anggota organisasi yang
tergabung dalam satu kelompok untuk membuat seoptimal mungkin bagi organisasi.
Sifat demikian dapat mengakibatkan sifat negatif apa bila usaha berbuat sebaik
mungkin bagi organisasi.
Sikap mementingkan kelompok dan satan kerja sendiri mudah timbul apabila
dalam organisasi pembagian tugas menuntut spesialisasi yang berlebihan, system
alokasi dana dan daya tidak atau kurang rasional, dan kurangnya penekanan pada
kesisteman. Meskipun tidak dapat disangkal bahwa suatu organisasi modern akan
disusun dalam sistem yang menggambarkan fungsi, menghilangkan perlunya
interaksi, interrelasi dan interdensi yang didasarkan pada prinsip symbiosis mutualis.
Artinya dalam satu organisasi tidak ada tujuan atau sasaran kelompok yang bersifat
mutually excluvie.
Peranan Staf
Telah dikemukakan bahwa dalam organisasi bentuk lini dan staf ada dua
kelompok tenaga kerja. Kelompok pertama adalah mereka yang tugas utamanya
bersifat menterjemahkan tugas pokok menjadi aktivitas, sedang dipihak lain terdapat
mereka yang tugasnya melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya rida
organisasi dan mekanisme kerjasama yang harmonis baik secara kwantitatif maupun
kulitatif kedua kelompok ini mempunyai peranan penting dalam merealisasi tujuan
organisasi. Secara efektif dan efisien.
Pembahasan tentang pentinnya peran staf dalam proses manajemen berarti tidak
saja membahas pentingnya kegiatan-kegiatan pennjang terlaksana dengan efesien
dan ekonomis, akan juga membahas pentingnya peranan karyawan staf dalam
membantu manajemen members dalam mengambil keputusan.
Sering kurang disadari bahwa tugas dari seorang pemimpin adalah mengambil
keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya adalah karena
diputuskan demikian bukan karena secara kebetulan terjadi. Dengan pengambilan
keputusan yang tepat maka segala pendadakan-pendadakan dapat dihindarkan atau
dikurangi.
Setiap keputusan yang diambil baik ditingkat top middle maupun lower manager
seperti supervisor ada beberapa syarat yaitu sebagai berikut:
Keputusan yang diambil harus mempermudah dan mempercepat
pencapaian tujuan.
Keputusan harus tepat dalam arti mampu memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh organisasi.
Keputusan harus cepat karena keputusan tidak cepat dapat tidak
dimanfaatkanya kesempatan-kesempatan yang terbaik untuk organisasi.
Keputusan harus praktis dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan
kekuatan-kekuatan yang dimiliki organisasi.
Keputusan yang diambil harus rasional dalam pengertian dapat diterima
oleh akal sehat dari para pelaksana.
Tugas-tugas yang dapat diberikan kepada karyawan staf antara lain adalah
sebagai berikut:
Mengupulkan data{ fakta}
Mengintorarasikan data { fakta}
Mengusulkan alternatif tindakan
Mendiskusiksn rencana-rencana yang sedang dpikirkan dengan
berbagai hak dan memperoleh kesepakatan mereka atau memperoleh
alasan mengapa rencana tersebut ditolak.
Mempersiapkan intruksi-intruksi tertulis dan dokumen-dokumen
lainnya yang diperlukan untuk melasanakan kegiatan-kegiatan yang
merupakan realisasi dari pada rencana yang telah ditetapkan.
Megamati kegiatan-kegiatan oporasional dan kondisi-kondisi yang
dihadapi untuk mengadakan apakah instruksi-instruksi telah
dijalankan dengan baik dan apakah instruksi tersebut menghambat
atau memperlancar proses pencapaian tujuan.
Mengusahakan pertukaran informasi antara para petugas-petugas
operasionl mengenai pelaksanaan untuk meningkatkan kegiatan-
kegiatan koordinat.
Memberikan informasi dan nasehat keada petugas-petugas operasional
mengenai peleksanaan tugas-tugas yang telah didelegasikan kepada
mereka.
BAB1
RISET PEMASARAN.
A.Pengertian ristet pemasan.
Aktivitas pemasaran merupakan salah satu aktivitas pokok dalam melakukan
bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak bago sebuah perusahaan untuk menjual
produk yang di hasilkan. Semakin banyak produk di terjual kepasar akan memberikan
kontribusi pada peningkatan penerimaan perusahaan, dan pada akhirnya dapat
berpengaruh langsung pada pencapaian target keuntngan yang semakin meningkat
pula.
Manajemen senantiasa harus mengkaji program pemasaran mereka dan
memangkas habis bagian-bagian yang kurang efesien serta tidak mendatangkan
keuntngan. Dalam iklim ekonomi seperti apa pun, pertimbangan-pertimbangan
pemasaran tetap erupakan faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan di sebuah perusahaan.
Sudah bukan zamannya lagi jika sebuah pebuah perusahaan hanya
memperkirakan beberapa banyaknya produk yang bisa diproduksi dan kemudiaan
melaksanakannya.Seorang manejer tidak dapat membuat rencana, majer produksi
tidak dapat mengelolah, agen pembelian tidak dapat membeli produk, kepala
keuangan tidak dapat merencanakan anggaran tanpa adanya ketepatan dari pasar
yang telah ditentukan sebelumnya (Stanton,1991).
Jadi di sini betapa besarnya andil sebuah penetapan pasar berdasarkan riset-riset
pemasaran yang tepat. Menurut beberapa ahli pemasaran memberikan definisi riset
pemasaran sebagai berikut:
1. Menurut Thomas C. Kinnear dan James R.Taylor
Menurut kedua ahli di atas bahwa pengertian riset penawaran merupakan ancngan yang sistematis dan objektif terhadap peengembangan penyediaan informasi untuk proses pengambilan keputusan dalam manajemen pemasaran. Jadi menurut
pengertian riset pemasaran di atas palng tidak ada empat istilah, yaitu sistematis, objektif, informasi, dan pengambilan keputusan.Penjelasan mengenai sistematis menunjukkan bahwa proyek riset harus benar-benar direncanakan dan diorganisasikan dengan rapi, aspek-aspek taktis dan strategis dari desain riset harus di rinci terlebih dahulu dan hakikt data yang akan dikumpulkan serta model analisis yang akan diterapkan perlu juga diantisipasikan.Mengenai objektif mengimplikasikan bahwa riset pemasaran harus diusahakan jauh dari faktor bias dan tidak emosional dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Kadang-kadang ada ilmuan yang melanggar objektivitas, tetapi pelanggaran seperti ini adalah jarang dan akan dikenakan sangsi oleh kalangan ilmiah.
2. Menurut American Marketing Assosiation
Riset pemasaran memainkan da peran kunci dalam sistem pemasaran. Ia menyediakan data-data tentng evektivitas bauran pemasaran saat ini dan memberikan wawasan untuk perubahan yang diperlukan kepada pengambil keputusan. Riset pemasaran juga merupakan alat utama dalam menjelajahi peluang baru di pasaran.Riset segmentasi dari riset produk baru membantu mengidentifikasi peluang yang paling menguntungkan bagi manejemen pemasaran (McDaniel & Gates, 2001 ).
Jadi menurut American Marketing Assosiation (AMA), riset pemasaran adalah fungsi yang menghubungkan konsumen, pelanggan, dan public dengan pemasaran melalui informasi-informasi digunakan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan peluang dan masalah pemasaran; menghasilkan, menghaluskan, dan mengevaluasi upaya pemasaran; memantau kinerja pemasaran; dan memperbaiki pengertian pemasaran sebagai suatu proses.Secara singkt bahwa riset pemasaran adalah perencanaan, pengumpulan, dan analisis data yang relevan dengan pengambilan keputusan pemasaran dan mengomunikasikan hasil analisis ini kepada manajemen.
3. Meurut Husein Umar
Riset pemasaran mempnyai peran yang besar dalam hal kemampuannya untuk
menyediakan informasi yang diperlukan manajemen dalam pengambilan keputusan
pemasaran perusahaan.Menurut Husei Umar (2002), pengertian riset pemasaran
merupakan suatu kegiatan yang sistematik dan mempunyai tujuan dalam hal
pengidentifikasian masalah dan peluang, pengumpulan data, pengolahan dan
penganalisisan data, penyebaran informasi yang bermanfaat untk membantu
manajemen dalam rangka pengambilan keputusan identifikasi dalam solusi yang
efektif dan efisien di bidang pemasaran perusahaan.
Contoh riset pemasaran 1: mainan anak-anak tonka dan Hasbro
Setiap tahun 3.000 sampai 4.000 produk mainan anak-anak baru diperkenalkan ke
pasar. Untuk menghadapi tantangan menjadi “pemenang” dalam pasar mainan anak-
anak yang tidak menentu, semakin banyak produsen mainan anak-anak yang mulai
menerapkan orientasi pasar, “perusahaan-perusahaan menjadi semakin disiplin dalam
ancangan mereka, “ kata Raymond E.McDonald, Direktur pemasaran Tonka Toys di
Spring Park, Minnesota. Hasbro Bradley dan Tonka merupakan perusahaan-
perusahaan pertama yang menciptakan watak bagi produk yang dalam indusri
dinamakan “boneka laki-laki”. “Boneka perempuan selalu memiliki watak
kepribadian yang berkaitan dengan kewanitaan,” McDonald. “Tidak cukup hanya
memikirkan lini perawatan saja, Anda harus memastikan bahwa perawatan yang anda
pilih akan menarik minat khalayak sasaran. Untuk anak usia antara 5 sampai 9 tahun
sering kali merupakan suatu yang tidak menyenangkan, McDonald menganggapnya
sangat penting. Mereka pandai mengeluarkan buah pikirannya dan jika Anda
mendengarkan dengan baik, Anda dapat memperoleh informasi yang berharga”.
Menurut Stephen A. Schwart, direktur senior pemasaran Hasbro Bradly,” Anda
benar-benar tidak dapat melakukan pelncuran produk besar-besaran tanpa
mengembangkan suara watak kepribadian tertentu, anak-anak tidak akan
menerimanya.
B. Jenis Riset Pemasaran
Riset pemasaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis riset, yaitu:
1.Riset Eksplorstif
Riset ini cocok untuk tahapan awal dari proses pengambilan keputusan.
Ancangan yang diterapkan bersifat luas dan serba guna, misalnya sumber data
skunder, observasi, wawancara dengan para ahli, wawancara kelompok dengan
narasumber, dan sejarah kasus. Kalau masalah tersebut telah di selidiki secara
memadai dan situasi keputusan telah didefinisikan secarah menyeluruh, maka riset
eksploratif dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai rangkaian tindakan
alternatif.
2. siset Konklusif
Riset konklusif atau deskriptif ini menyediakan informasi yang bantu menejer
mengevalusiasi dan menyeleksi rangkaian tindakan. Tekni yang di sering di terapkan
adalah kuesioner terinci dan penarikan sampel formal.
3.Riset Pemantaua dan Kausal
Riset pemantauan prestasi dibutukan untuk menjawab pertanyakan, “Apakah yang
sering terjadi?”. Pemantauan prestasi merupakan unsur penting yang dibutuhkan
untuk mengendalikan program pemasaran sesuai dengan rencana. Karena itu
pemantau prestasi yang efesian mencangkup juga memantau variabel bauran
pemasaran maupun variable situasi, disamping pengukuran prestasi tradisional seperti
pengukuran penjualan, pangsa pasar, laba operasional dan laba investasi.
C. KESALAHAN RISET PEMASARAN
Kesalahan dalam proses riset pemasaran ditimbulkan karena kesalahan dari
informasi yang dikomunikasikan kepada para manejer. Ada dua kesalahan
penarikan sampel, dan kesalahan non penarikan sampel (kinner dan taylor,
1992).
1. Sampel yang dimanfaatkan dari orang, produk atau tokoh. Contoh
pemakaian konsumen sepeda motor Honda di indonesia bisa diwakili
3.000 responden. Konsumen laptop merek Acer diprovinsi Daera
istemewah diyoyakarta cukup diwakili 100 pemakaian merek tersebut.
2. Kesalahan non penarikan sampel
Kesalahan ini adalah kesalahan yang terjadi dalam proses riset pemasaran
terkecuali kesalahan sampel. Sayangnya kesalahan dan kecurangan justru
banyak terjadi pada riset pemasaran.
Kesalahan non penarikan sampel mempunyai dua karakteristik yangb
bermanfat bagi peneliti yaitu 1) kesalahan ini dapat dikur dan 2) kesalahan
semakin menurun seiring dengan besarnya sampel.
Contoh riset pemasaran 2: Hertz Lawan Avis dan Persahan Riset dan Pemasaran Avis“Avis yang terkenal dengan kampanyenya” mungkin tidak cukup keras usahanya dalam memperoleh dan menguji hasil riset pemasarannya, tuduh Thomas Werbe, Direktur riset dan perencanaan pemasaran Hertz Corporastion, perusahan persewaan mobil terbesar Amerika serikat, sedakan Avis nomor dua. Avis mengatakan bahwa peningkatan pangsa ini tercermin dalam angket yang baru saja diselengakannya. Menurut Werbe, Survei Avis telah diatur waktunya agar meri informasi optimal. Angketa tersebut di selenggarakan untuk Avia dan Garth mariorana Connelly, anak perusaan suatu perusahan mengelolah kampanye politik, Garth Organization, Ltd.Ia menyebut produsersampling Garth “begitu lemah, begitu buruknya, sampai-sampai mereka bahwa telah menwawancarai manejer-manejer Hertz,.” Werbe selanjutnya mengungkapkan manejer Herthz dibandar O’Hare Chicago telah didekati dan diwawancarai dalam salah satu survey itu. “semauanya persis sama yang anda lakukan dalam kampanye politik, “katannya “ Anda ingin mengenali si calon (Avis), anda ingin mengenal si calon (Hertz) pendukungnya, “ mariorana mitra pada Garth mariorana monnelly menamakan tuduhan Werbe, histeris, penuh prasaka dan tidak tepat”,
D. Klasifikasi Riset Pemasaran
Riset pemasalahan dibuat terutama untuk melaksanakan dua macam tugas
pokok yaitu 1) meidentifikasi masalah, 2) mengatasi masalah. (husein umar,
2002).
1. Riset mengentifikasi pemasaran
Riset mengeditifikasi masalah merupakan riset yg hasilnya tidak
dimaksudkan untuk mengidetifikasikan masalah yang dikemudian hari
akan diteliti lebih lanjut untuk dicarikan solusi.
2. Riset mengatasi masalah
Riset yang mengatasi masalah merupakan riset yang dimaksudkan hasil
risetnya untuk dijadikan bahan atau rangka pengambilan keputusan
manajemen.
E. PRODUSER RISET PERMASALAHAN
Secara umum produser dan sistematika penyajian hasil penyajian dan
penelitian meliputi perumusan masalah, perumusan hip0tesis, menentukan
metode riset, menentukan variable penelitian, menentukan data penelitian,
pengumpulan data, pengolahan data, analisi data, kesimpulan saran, penyajian
laporan penelitian.
1. Menentukan topik riset
Langka awal sebelom melakukan riset adalah mentukan topic riset itu
sendiri. Maka menjadi penting menentukan topi riset sebelum melangkah
jauh kedepan berkaitan dengan riset tersebut.
Contoh topic riset pemasaran antara lain:
Mengukur loyalitas kosumen terhadap merek
Perilaku pembelian barang dimasa inflasi
Mengukur persepsi masyarakat terhadap satu daerah pembelanjaan
Menilai kegiatan perencanaan pemasaran
Mengukur kecendrungan konsumen mengekplorasikan produk dan
infomasi
Menilai kemampuan manejer dan menjalankan kegiatan pemasaran
Persepsi konsumen terhadap rumah makan dari luar negeri
Dan masih banyak lagi topic-topik riset permasalahan yang dapat
dilakukan peneliti.
2. Perumusan masalah
Langka berikutnya menguraikan latar belakang mengapa memiliki topik
riset pemasaran tersebut?
Semakin banya argumentasi yang dikemukakan akan dapat memberikan
kontribusi pada penguatan topik riset permasaran yang sudah dipilihnya.
Menentukan rumus masalah peneliti. Misalkan kita meutip beberapa topic
riset penelitian diatas, maka dapat dibuat rumusan permasalahan sebagai
berikut:
Topik : Mengukur loyalitas konsumen terhadap
Merek
Rumus masalah : Bagaimanakah loyalitas konsumen terhadap
Merek
Topik : Perilaku pembelian barang dimasa inflasi
Rumus masalah : Bagaimana prilaku konsumen pembelian
Barang dimasa inflasi?
Apakah perilaku konsumen berpengaruh
dalam pembelian barang dimasa inflasi?
Topik : Mengkur persepsi masyarakat terhadap
suatu daerah pembelanjaan
Rumus masalah : Apakah terdapat pengaruh persepsi
masyarakat terhadap suatu daerah
pembelanjaan?
Apakah terdapat hubungan antara perepsi
masyarakat suatu daerah pembelanjaan?
Topik : Menilai kegiatan perencanaan pemasaran
Rumus masalah : Apakah kegiatan perencana pemasaran telah
disusun dengan baik?
Bagaimana kegiatan perencanaan pemasaran
dijalankan?
Topik : Mengukur kecenderungan konsumen
mengeksplorasi produk dan informasi
rumus masalah : Apakah konsumen telah mengekspolarasi
produk dan informasi dengan baik?
Apakah konsumen dalam mengeksporasi
produk informasi telah mencapai optimum?
3. Perumusan hipotetis
Pokok permasalahan dirumuskXDan suatu topik riset pemasaran, adalah
perumusan hipotesis riset.
Banyak hipotesis yang diajukan disesuaikan dengan banyak rumus
masalah.
Berdasarkan perumusan masalah dengan topik dapat kita lihat rumuskan
hipotesisnya, yaitu:
Topik : Mengukur loyalitas konsumen terhadap
Merek
Rumusan masalah : Bagaimanakah loyalitas konsumen terhadap
Merek?
Hipotesis : Loyalitas konsumen terhadap konsumen
sangat baik.
Topik :Perilaku pembeli barang dimasa inflasi
Rumusan masalah :Bagaimanakah pembelian barang dimasa
Inflasi?
Apakah perilaku konsumen berpengaruh
dalam pembelian barang dimasa inflasi
Hipotesis :Perilaku pembeli barang dimasa inflasi
menerapkan prinsip efisiensi
Perilaku konsumen berpengaruh signifikan
dalam pembelian barang dimasa inflasi.
Topik : Mengukukur kecendrungan konsumen
mengekspolasi produk dan informasi.
Rumusan masalah : Apakah konsumen telah mengekspolarasi
produk dan informasi dengan baik?
Apakah konsumen dapat mengekpolarasi
produk dan informasi telah mencapai
optimum?
Hipotesis : Konsumen telah mengekspolarasi produ dan
informasi dengan baik.
Konsumen dalam mengekspolarasi produk
informasi telah mencapai optimum.
4. Menentukan Metode Riset
Metode riset diperlikan untuk membantu memecahkan permasalahan
dalam topik.Namun disamping alat dan uji statistik, dapat pula dilakukan
secara kualitatif, berupa analisis karakteristik data tanpa melalui pengujian
data.Semakin valid dan detail, semakin memberikan kontribusi pada kualitas
hasil riset, sebaliknya data yang diperoleh dari hasil observasi kurang atau
tidak valid serta tidak didukung oleh argumentasi yang kuat, akan
menyebabkan berkurangnya kualitas sebuah riset kualitatif.
5. Menentukan variabel riset
Dalam menentukan variabel riset, disesuaikan dengan topic yang
diteliti, karena variabel rise tang diperlukan terkandung dalam topic
tersebut. Misalnya kita ambil topic-topik riset yang telah dibahas di atas
sebagai berikut:
Mengukur loyalitas konsumen terhadap merek
Variabelnya adalah loyalitas konsumen dan merek.
Pelaku pembelian barang di masa inflasi
Variabelnya adalah perilaku pembelian dan inflasi.
Mengukur persepsi masyarakat terhadap suatu daerah perbelanjaan
Variabelnya adalah persepsi dan daerah perbelanjaan.
Menilai kegiatan perencanaan pemasaran
Variabelnya adalah perencanaan pemasaran.6. Menentukan data riset
Berdasarkan varibel riset diatas berarti kita dapat menentukan dari
risetnya. Banyak sedikitnya data riset tergantung pada kebutuhan
responden dalam hal ini masyarakat yang menjadi sampel riset. Misalnya
topic riset pemasarannya pengaruh iklan televise yang dipersepsikan
terhadap pembelian jenis produk oleh konsumen, maka variabel risetnya
adalah iklan televise dan pembelian jenis produk, begitu seterusnya.
7. Metode pengumpulan data
Untuk pen gumpulan data riset ada dua metode yaitu:
Metode pengumpulan data kulitatif
Metode yang digunakan untuk mengumpulan data kualitatif antara
lain wawancara, focus group dan teknik proyeksi. Dalam
wawancara, seseorang responden diajukan pertanyaan oleh
pewawancara untuk mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap,
atau keyakinannya terhadap suatu topik pemasaran. Fokus group
suatu bentuk pengumpulan data melalui diskusi kelompok dalam
pemasaran. Orang-orang yang terlibat dalam diskusi grup terfokus
diharapkan memiliki pengetahuan atau kecakapan di bidangnya
sehingga pandangannya benar-benar mampu memberikan masukan
yang mendalam bagi manajer. Teknis proksi merupakan metode
yang digunakan untuk memperoleh data dengan mendorong
responden mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap atau
keyakinannya terhadap suatu topik pemasaran dengan pertanyaan
tidak langsung dan tidak struktur (Dikutip oleh istijanto, 2005).
Metode pengumpulan data kuantitatif
Pengumpulan data kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaiti survey, observasi dan eksperimen (istijanto,2005).
Survei merupakan metode yang digunakan secara luas, khususnya
dalam dalam riset pemasaran.
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
mengamati dan mencatat pola perilaku orang, oblek tu kejdian-
kejadian melalui cara sistematik.
Eksperimen merupakan riset yang berusaha memanipulasi satu
atau lebih variabel kausal, kemudian mengukur efek dari
manipulasi tersebut terhadap satu atau lebih variabel dependen.
8. Pengelolahan data
Pada tahap ini, semua dan riset yang telah diperoleh, kemudian dilakukan
sortir data yang memilih data yang memenuhi peryaratan riset. Misalnya
dibutuhkan 100 data, berarti kita harus mencari lebih dari 100 data.
9. Analisis data