kepemimpinan 2.docx

22
NAMA : Oliva Nofrika Sinaga NPM : 130910220 BAB : 8 PERAN PEMIMPIN DAN STAF DALAM MANEJEMEN Menurut sondang P.siagian, terdapat lima fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki, yaitu: o Pimpinan selaku penentu arah yang akan di tempuh dalam usaha pencapaian tujuan o Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi o Pimpinan selaku komunikator yang efektif o Mediator yang andal, kususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam mengatasi konflik o Pimpinan selaku integrator yang efektif,rasional,objektif dan netral. Sedangkan menurut Veithzal Rivai,oprasional dapat dibedakan secaraada lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu: o Fungsi instruksi o Fungsi konsultasi o Fungsi partisipasi o Fungsi delegasi o Fungsi pengendalian Peran pemimpin A. Pimpinan Sebagai Penentu Arah

Upload: independent

Post on 03-Dec-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NAMA : Oliva Nofrika Sinaga

NPM : 130910220

BAB : 8

PERAN PEMIMPIN DAN STAF DALAM MANEJEMEN

Menurut sondang P.siagian, terdapat lima fungsi-fungsi kepemimpinan yang

bersifat hakiki, yaitu:

o Pimpinan selaku penentu arah yang akan di tempuh dalam usaha pencapaian

tujuan

o Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar

organisasi

o Pimpinan selaku komunikator yang efektif

o Mediator yang andal, kususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam

mengatasi konflik

o Pimpinan selaku integrator yang efektif,rasional,objektif dan netral.

Sedangkan menurut Veithzal Rivai,oprasional dapat dibedakan secaraada lima

fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

o Fungsi instruksi

o Fungsi konsultasi

o Fungsi partisipasi

o Fungsi delegasi

o Fungsi pengendalian

Peran pemimpin

A. Pimpinan Sebagai Penentu Arah

Telah umum diketahui bahwa setiap organisasi,baik dibidang kenegaraan,

keniagaan, politik, social dan organisasi kemasyarakatan lainnya, diciptakan atau

dibentuk sebagai wahana untuk, mencapai tujuan tertentu, baik yang sifatnya jangka

panjang, jangka sedang maupun jangka pendek yang tidak mungkin tercapai apabila

diusahakan dicapai oleh parah anggotanya yang bertindak sendiri-sendiri.

Dengan perkataan lain, arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju

tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaanfaatan dari

segala sarana dan prasarana yang tersedia itu. Arah yang dimaksud tertuang dalam

strategi dan taktik yang disusu tersebut dan dijalankan oleh organisasi yang

bersangkutan. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan

alam organisasi tersebut.

Tergantung jenjang hierarki jabatan pimpinan yang diduduki oleh seseorang

dalam organisasi, kepututasan yang diambil dalam organisasi dapat digolongkan

sebagai berikut:

o Keputusan strategik

o Keputusan yang bersifat taktik

o Keputusan yang bersifat teknis

o Keputusan operasional

Jelas bahwa semakin tinggi kedudukan kepemimpinan ysng diduduoleh

seseorang dalam organisasi, nilai dan bobot dari keputusan yang diambilnya semakin

besar. Satu keputusan strategik mempunyai beberapa cirri pokok, seperti:

o Jangka waktunya jauh kedepan

o Dampaknya terhadap kehidupan globalisasi kuat

o Cakupnya bersifat menyeluruh karena menyentuh seluruh segi dan tingkat

dari organisasi

Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi,

keputusannya pun lebih mengarah kepada hal- hal yang teknis oprasional dengan

beberapa dengan beberapa cirri pokok sebagai berikut:

o Jangka waktunya yang semakin pendek

o Dampaknya hanya dirasakan kuat secara incremental

o Cakupannya terbatas dan hanya menyangkut segi-segi dan bagian-bagian

tertentu saja dari organisasi.

Perlu diketahui bahwa pada tinggkat kepemimpinan puncak sekali pun seseorang

tetap mengambil keputusan oprasional, meskipun dengan jumlha yang sangat kecil.

Sebaiknya seorang pimpinan tingkat rendah mengabil pula keputusan yang bersifat

strategi walaupun dengan jumlah yang sangat kecil. Terlepas dari kategori keputusan

yang diambil, apakah pada kategori stategik, taktis, teknis atau oprasional,

kesemuanya tergolong dalam penentuan arah dari perjalan yang hendak ditempuh

oleh organisasi.

Hanya dengan demikianlah diperoleh jaminan bahwa organisasi bergerak sebagai

suatu kesatuan yang bulat meskipun dalam organisasi terdapat satuan kerja,

pembagian tugas yang rumit, jumlah tenaga kerja yang mungkin besar, terjadi

pendelegasian wewenang atau desentralisasi dan spesialisasi yang sifatnya teknis.

Dengan demikian akan terjadi imteraksi antara berbagi satuan kerja dalam organisasi

secara serasi krena didasari oleh hubungan yang sifatnya symbiosis mutualis. Kiranya

menjadi jelas bahwa kemampuan para pejabat pimpinan sebagai penentu arah yang

hendak ditempuh dimasa depan merupakan saham yang teramat penting dalam

kehidupan organisasi.

Strategi, taktik, teknis dan keputusan oprasional yang tidak tepat akan

mengakibatkan organisasi bergerak kearah yang tidak benar dn apabilah terus

berlanjut bukan hanya akan merugikan organisasi yang bersangkutan, akan tetapi

bahkan akan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut.

B. Pimpinan Sebagai Wakil Dan Bicara Organisasi

Tidak aka nada mempersoalkan kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa

dalam usaha mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, tidak ada organisasi yang

bergerak dalam suasana terisolasi. Artinya, hubungan yang baik dengan berbagai

pihak diluar organisasi yang bersangkutan sendiri. Pada tinggka negara dan juga

merupakan suatu organisasi sekalipun,pemeliharaan hubungan itu dewasa ini sudah

diterima sebagai suatu kemutlakan, baik pada tinggkat regional maupun pada tingkat

global dan menyangkut berbagai segi kepentingan, seperti kepentingan ekonomi,

kepentingan pertahanan dan keamanan, dan kepentingan politik bahkan juga

kepentingan sosial budaya.

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pengaturan, misalnya, tidak ada satu pun

instansi pemerintahan yang berdiri sendiri karena selalu ada instansi lain yang

berkait. Kalau orang sering berbicara tentang koordinasi, integrasi dan sikronisasi

dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah, hal ini adalah karena terlibatnya

sebagai instansi dalam penyelenggaraan suatu tugas tertentu, meskiu ada satu

organisasi yang paling bertangung jawab karenannya berperan sebagai koordinator.

Pemeliharaan hubungan itu bukan hanya dalam penyelenggaraan tugas-tugas

pengaturan, akan tetapi juga dalam memberikan pelayanan. Bahkan pemeliharaan

hubungan dengan pihak yang diatur dan yang di layanipun perlu terpelihara dengan

baik. Hal yang senada dapat dikatakan tentang suatu organisasi niaga atau

perusahaan, baik yang menghasilkan barang maupun jasa. Banyak pihak yang diluar

organisasi dengan siapa hubungan yang baik mutlak perlu di pelihara, apakah itu

pelanggan atau konsumen yang sering dikenal dengan istilah “cliente groups” atau

pihak-pihak yang disebut “stakeholders” yang terdiri dari:

o Pemilik modal

o Pemasok bahan mentah atau bahan baku

o Para penyalur, yaitu distributor dan agen

o Lembaga-lembaga keuangan, seperti bank

o Instansi pemerintahan yang mempunyai kewenangan yang mengatur dan

memberikan pernyataan dalam bidang dimana perusahaan bergerak

Sasaran pemelihara hubungan telah dibahas dimuka adalah agar berbagai pihak

yang berkepentingan itu:

o Mempunyai persepsi yang tepat tentang citra organisasi yang bersangkutan.

o Memahami berbagai kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam

rangka pencapaian tujuannya.

o Mencegah timbulnya salah pengertian tentang arah yang hendak ditempuh

oleh organisasi.

o Pada akhirnya memberikan dukungan kepada organisasi.

Salah suatu konsekuensi logis dari fungsi demikian ialah bahwa seorang

pimpinan mutlak perlu mengetahui bukan saja bagaimana memutuskan kebijakan

strategik, akan tetapi juga berbagai keputusan lain yang telah diambil oleh para

pejabat pimpinan yang paling rendah. Bahkan lebih dari itu. Dituntut pula

pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan yang berlangsung dalam

organisasi sebagai pelaksanaan dari berbagai keputusan yang telah diambil.

Pengetahuan demikin akan memungkinnya memberikan penjelasan yang diperlukan

sedemikian rupa sehingga berbgai sasaran yang telah disinggung di muka tercapai.

C. Pimpinan Sebagai Komunikator Yang Efektif

Pemeliharaan huungan baik ke luar maupun ke dalam dilakukan melalui proses

komunkasi, baik secara lisan maupun secara tuisan. Brbagai kategori keputusan yang

telah diambil disampaikan kepada para pelaksanaan melalui jalur komunikasi yang

terdapat dalam organisasi. Bahkan sesungguhnya interaksi yang terjadi antra atasan

dengan bawahan, antara sesama pejabat pimpinan dan antara sesame petugas

pelaksana kegiatan operasional dimungkinkan terjadi dengan serasi berkat terjadinya

komunikasih yang efektif. Demikian pula halnya dengan hubungan ke luar.

Fungsi pimpinan bersifat hakiki adalah berkomunikasi secara efefektif.

Peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa

pengusahaan tekik-teknik komunikasih dengan baik merupakan condition sine qun

non bagi setiap pejabat pimpinan.

Agar pesan yang ingin disampaikan itu diterima dalam bentuknya yang “murni”

yang tidak mengalami distorsi selama berlangsung proses komunikasi. Diperlukan

kegiatan yang disebut “kodenisasi” yang berarti menerjemakan pesan yang hendak

disampaikan secara lisan maupun tulisan, gambar, derakan, dan sebagainya. Apakah

bentuk sesuatu pesan dapat dipertahankan atau tidak sangat. Untuk itu komunikator

sebagai sumber pesan perlu memerhatikan 4 hal, yaitu:

o Keterampila dalam menyusun pesan sehingga jelas baginya sendiri, yang pda

gilirannya memudahkan kegiatan kodenisasi.

o Sikap yang tepat dalam penyampaian pesan tersebut berdasarkan ninai-nilai

yang berlak,terutama nilai-nilai sosial yang dianut oleh pihak penerima pesan

tersebut.

o Pengetahuan yang mendalam tentang latar belakang tingkat pendidikan dan

kedudukan penerima pesan, baik dalam organisasi maupun yang menyangkut

pihak-pihak diluar organisasi.

o Respon apa yang diharapkan dari penerima pesan.

Yang dimaksud dengan penerimaan adalah orang atau pihak kepada siapa pesan

ditunjukan. Yang sangat penting mendapat perhatian dalam hubungan ini ialah

bahwa sebelum pesan yang hendak disampaikan kepada penerima, “ kode “ atau

simbol-simbol yang digunakan perlu diterjemahkan terlebih dahulu kedalam suatu

bentuk yang dipahami oleh penerima, Inilah yang dengan kegiatan

dekodenisasi.Dalam memilih cara dekodenisasi yang paling tepat, baik penerima

pesan maupun sumber pesan sama-sama menyadari bahwa dalam memlih cara

dekodenisasi terdapat pembatasan-pembatasan tertentu yang bersumber dari:

o Keterbatasan pengetahuan.

o Keterbatasan keterampilan.

o Norma-norma sosial yang berlaku.

Keterbatasan pengetahuan pnerima adalah akibat tingkat pendidikan yang perna

ditempuhnya .Semakin rendah tingkat pendidikannya, semain rendah pula

kognitifnya yang cenderung mengakibatkannya melihat sesuatu secara simplistik.

Karena itu, simbol-simbol penerjemahannya yng digunakannya pun biasanya akan

bersifat sederhana pula. Norma-norma sosial yang dianut oleh penerima yang

memberikan petunjuk baginya tentang yang “ benar” dan “ salah”, yang “ baik” dan “

buruk” turut pula berperan sebagai pembatas terhadap apa yang boleh dilakukan dan

yang tidak boleh dilakukan .

Kepekan komunikator pengaruh-pengaruh norma-norma sosial tersebut akan

mendukung keinginannya untuk menyampaikan pesan dengan baik. Mata rantai

terakhir dalam proses komuniksi adalah adanya system umpan balik yang handal.

Melalui umpan baliklah sumberpesan akan mengetahui apakah pesan yng

disampaikannya diterima secarah utuh atau tidak. Kriteria utama untuk menentukan

menentukan diterima tidaknya pesan secarah utuh terlihat dari respons yang diberikan

oleh penerima. Jika sasaran disampaikannya pesan adalah agar pihak-pihak tertentu di

luar organisasi memberikan dukungan terhadap kegiatan operasionlal dan dukungan

tersebut diterima, berarti telah terjadi proses komunikasi yang efektif.

D. Pimpinan Sebagai Mediator

Dalam kehidupan organisasional, selalu ada saja situasi konflik yang harus

diatasi, baik dalam hubungan ke luar maupun ke dalam organisasi.Pembahsan tentang

fungsi pimpinan sebagai mediator difokuskan pada penyelesaian situasi konflik yang

mungkin timlbul dalam suatu organisasi, tanpa mengurangi pentingnya situs konflik

yang mungkin timbul dalam hbngan keluar di hadapi dan diatsi.

Dalam suatu organisasi dapat timbul konflik dan factor-faktof penyebabnya pun

dapat beraneka ragam.Situasi konflik biasanya timbul karena tiga faktor utama, yaitu:

Persepsi subjektif tentang kemungkinan timbulnya tatangan dari pihak lain

dalam organisasi,

Kelangkaan sumber daya dan dana,

Adanya asumsi bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang

diperkirakan tidak dapat atau sulit diserasikan.

Mengenai persepsi subjektif sebagai salah satu sumber situasi konflik dapat

dikatakan bahwa para anggota organisasi yang bertanggung jawab untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan tertentu akan cederung memiliki persepsi

bahwa kegiatan organisasi yang menjadi tanggung jawab untuk rnenyelenggarakan

mrupakan kegiatan terpenting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sebagai

keseluruhan. Jika terdapat pandangan demikian, berarti bahwa:

Paradikma yang holistik tidak terdapat dalam organisasi

Tidak terdapat keyakinan dalam diri anggota organisasi bahwa tujuan-tujuan

mereka pribadi telah tercakup dalam tujuan-tujuan organisasional

Cara kerja dan cara befikir yang dominan masih dilandasi oleh sikap dan

perilaku yang “ self-cencentered”.

Pengkotak-kotakan dipandang sebagai hal yang normal dan oieh karenanya

dapat dibenarkan,

Terdapat ketidakjelasan pola pengambilan keputusan, pendelegasian wewenang,

mekanisme kerja dan pembagian tugas.

Secarah ilmiah terdapat tiga pandangan tentang konflik yaitu:

Pandangan tradisional yang mengatakan bahwa semua bentuk konflik yang

tidak baik

Pandangan keperilakuan yang mengatakan bahwa adanya konflik merupakan

hal yang almiah dan normal,

Pandangan interaksionis yang mengatakan bahwa timbulnya konflik

merpakan hal yang baik.

Sering dikatakan bahwa ada empat faktor penyebab timbulnya situasi konflik

dalam organisasi,yaitu:

a. Karena informasi yang berlansung dalam organisasi bukanlah komukasi yang

efektif.

b. Ketidakterbukaan terhadap satu sama lain

c. Ketidaksalingpercayaan antara satu orang dengan orang lain dalam organisasi

d. Karena kelompok pimpinan tidak responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi

para bawahannya.

Sangat menarik untuk mencatatat bahwa menurut pandangan ini, apabila

konflikn dibiarkan berlanjut tanpa diatasi, ia dapat berkembang sehingga menjadi

bersifat disfungsional yang dapat menjadi ancamanbagi kelangsungan hidup

berorganisasi. Akan tetapi, demikian pandangan ini selanjutnya mengatakan, apabila

konflik dapat diselesaikan dengan baik dan tepat, timbulnya konflik jstru harus

didorong karena tanpa adanya konflik kehidupan organisasi diwarnai oleh berbagai

sikap berikut:

Apateik

Tidak responsif terhadap kebutuhan dan tuntunan perubahan

Tidak berkengnya daya piker yang inovatif dan kreatif,

Timbulnya rasa aman yang berlebihan

Tedapat rasa kepuasan kepuasan yang terlalu besar

Cara bertindak yang terlalu komfromistik

Gaya hidup organisasional yang memberikan nilai tinggi bagi

konformitas

E. Pimpinan Selaku Integrator

Timbulnya kecenderungan berfikir dan bertindak berkotak-kotak dikalangan para

anggota organisasi oleh sikap positif maupun sikap negatif. Yang bersifat positif

karena adanya tekat dan kemauan keras dilakukan para anggota organisasi yang

tergabung dalam satu kelompok untuk membuat seoptimal mungkin bagi organisasi.

Sifat demikian dapat mengakibatkan sifat negatif apa bila usaha berbuat sebaik

mungkin bagi organisasi.

Sikap mementingkan kelompok dan satan kerja sendiri mudah timbul apabila

dalam organisasi pembagian tugas menuntut spesialisasi yang berlebihan, system

alokasi dana dan daya tidak atau kurang rasional, dan kurangnya penekanan pada

kesisteman. Meskipun tidak dapat disangkal bahwa suatu organisasi modern akan

disusun dalam sistem yang menggambarkan fungsi, menghilangkan perlunya

interaksi, interrelasi dan interdensi yang didasarkan pada prinsip symbiosis mutualis.

Artinya dalam satu organisasi tidak ada tujuan atau sasaran kelompok yang bersifat

mutually excluvie.

Peranan Staf

Telah dikemukakan bahwa dalam organisasi bentuk lini dan staf ada dua

kelompok tenaga kerja. Kelompok pertama adalah mereka yang tugas utamanya

bersifat menterjemahkan tugas pokok menjadi aktivitas, sedang dipihak lain terdapat

mereka yang tugasnya melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya rida

organisasi dan mekanisme kerjasama yang harmonis baik secara kwantitatif maupun

kulitatif kedua kelompok ini mempunyai peranan penting dalam merealisasi tujuan

organisasi. Secara efektif dan efisien.

Pembahasan tentang pentinnya peran staf dalam proses manajemen berarti tidak

saja membahas pentingnya kegiatan-kegiatan pennjang terlaksana dengan efesien

dan ekonomis, akan juga membahas pentingnya peranan karyawan staf dalam

membantu manajemen members dalam mengambil keputusan.

Sering kurang disadari bahwa tugas dari seorang pemimpin adalah mengambil

keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya adalah karena

diputuskan demikian bukan karena secara kebetulan terjadi. Dengan pengambilan

keputusan yang tepat maka segala pendadakan-pendadakan dapat dihindarkan atau

dikurangi.

Setiap keputusan yang diambil baik ditingkat top middle maupun lower manager

seperti supervisor ada beberapa syarat yaitu sebagai berikut:

Keputusan yang diambil harus mempermudah dan mempercepat

pencapaian tujuan.

Keputusan harus tepat dalam arti mampu memecahkan persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh organisasi.

Keputusan harus cepat karena keputusan tidak cepat dapat tidak

dimanfaatkanya kesempatan-kesempatan yang terbaik untuk organisasi.

Keputusan harus praktis dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan

kekuatan-kekuatan yang dimiliki organisasi.

Keputusan yang diambil harus rasional dalam pengertian dapat diterima

oleh akal sehat dari para pelaksana.

Tugas-tugas yang dapat diberikan kepada karyawan staf antara lain adalah

sebagai berikut:

Mengupulkan data{ fakta}

Mengintorarasikan data { fakta}

Mengusulkan alternatif tindakan

Mendiskusiksn rencana-rencana yang sedang dpikirkan dengan

berbagai hak dan memperoleh kesepakatan mereka atau memperoleh

alasan mengapa rencana tersebut ditolak.

Mempersiapkan intruksi-intruksi tertulis dan dokumen-dokumen

lainnya yang diperlukan untuk melasanakan kegiatan-kegiatan yang

merupakan realisasi dari pada rencana yang telah ditetapkan.

Megamati kegiatan-kegiatan oporasional dan kondisi-kondisi yang

dihadapi untuk mengadakan apakah instruksi-instruksi telah

dijalankan dengan baik dan apakah instruksi tersebut menghambat

atau memperlancar proses pencapaian tujuan.

Mengusahakan pertukaran informasi antara para petugas-petugas

operasionl mengenai pelaksanaan untuk meningkatkan kegiatan-

kegiatan koordinat.

Memberikan informasi dan nasehat keada petugas-petugas operasional

mengenai peleksanaan tugas-tugas yang telah didelegasikan kepada

mereka.

BAB1

RISET PEMASARAN.

A.Pengertian ristet pemasan.

Aktivitas pemasaran merupakan salah satu aktivitas pokok dalam melakukan

bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak bago sebuah perusahaan untuk menjual

produk yang di hasilkan. Semakin banyak produk di terjual kepasar akan memberikan

kontribusi pada peningkatan penerimaan perusahaan, dan pada akhirnya dapat

berpengaruh langsung pada pencapaian target keuntngan yang semakin meningkat

pula.

Manajemen senantiasa harus mengkaji program pemasaran mereka dan

memangkas habis bagian-bagian yang kurang efesien serta tidak mendatangkan

keuntngan. Dalam iklim ekonomi seperti apa pun, pertimbangan-pertimbangan

pemasaran tetap erupakan faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan dan

pengambilan keputusan di sebuah perusahaan.

Sudah bukan zamannya lagi jika sebuah pebuah perusahaan hanya

memperkirakan beberapa banyaknya produk yang bisa diproduksi dan kemudiaan

melaksanakannya.Seorang manejer tidak dapat membuat rencana, majer produksi

tidak dapat mengelolah, agen pembelian tidak dapat membeli produk, kepala

keuangan tidak dapat merencanakan anggaran tanpa adanya ketepatan dari pasar

yang telah ditentukan sebelumnya (Stanton,1991).

Jadi di sini betapa besarnya andil sebuah penetapan pasar berdasarkan riset-riset

pemasaran yang tepat. Menurut beberapa ahli pemasaran memberikan definisi riset

pemasaran sebagai berikut:

1. Menurut Thomas C. Kinnear dan James R.Taylor

Menurut kedua ahli di atas bahwa pengertian riset penawaran merupakan ancngan yang sistematis dan objektif terhadap peengembangan penyediaan informasi untuk proses pengambilan keputusan dalam manajemen pemasaran. Jadi menurut

pengertian riset pemasaran di atas palng tidak ada empat istilah, yaitu sistematis, objektif, informasi, dan pengambilan keputusan.Penjelasan mengenai sistematis menunjukkan bahwa proyek riset harus benar-benar direncanakan dan diorganisasikan dengan rapi, aspek-aspek taktis dan strategis dari desain riset harus di rinci terlebih dahulu dan hakikt data yang akan dikumpulkan serta model analisis yang akan diterapkan perlu juga diantisipasikan.Mengenai objektif mengimplikasikan bahwa riset pemasaran harus diusahakan jauh dari faktor bias dan tidak emosional dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Kadang-kadang ada ilmuan yang melanggar objektivitas, tetapi pelanggaran seperti ini adalah jarang dan akan dikenakan sangsi oleh kalangan ilmiah.

2. Menurut American Marketing Assosiation

Riset pemasaran memainkan da peran kunci dalam sistem pemasaran. Ia menyediakan data-data tentng evektivitas bauran pemasaran saat ini dan memberikan wawasan untuk perubahan yang diperlukan kepada pengambil keputusan. Riset pemasaran juga merupakan alat utama dalam menjelajahi peluang baru di pasaran.Riset segmentasi dari riset produk baru membantu mengidentifikasi peluang yang paling menguntungkan bagi manejemen pemasaran (McDaniel & Gates, 2001 ).

Jadi menurut American Marketing Assosiation (AMA), riset pemasaran adalah fungsi yang menghubungkan konsumen, pelanggan, dan public dengan pemasaran melalui informasi-informasi digunakan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan peluang dan masalah pemasaran; menghasilkan, menghaluskan, dan mengevaluasi upaya pemasaran; memantau kinerja pemasaran; dan memperbaiki pengertian pemasaran sebagai suatu proses.Secara singkt bahwa riset pemasaran adalah perencanaan, pengumpulan, dan analisis data yang relevan dengan pengambilan keputusan pemasaran dan mengomunikasikan hasil analisis ini kepada manajemen.

3. Meurut Husein Umar

Riset pemasaran mempnyai peran yang besar dalam hal kemampuannya untuk

menyediakan informasi yang diperlukan manajemen dalam pengambilan keputusan

pemasaran perusahaan.Menurut Husei Umar (2002), pengertian riset pemasaran

merupakan suatu kegiatan yang sistematik dan mempunyai tujuan dalam hal

pengidentifikasian masalah dan peluang, pengumpulan data, pengolahan dan

penganalisisan data, penyebaran informasi yang bermanfaat untk membantu

manajemen dalam rangka pengambilan keputusan identifikasi dalam solusi yang

efektif dan efisien di bidang pemasaran perusahaan.

Contoh riset pemasaran 1: mainan anak-anak tonka dan Hasbro

Setiap tahun 3.000 sampai 4.000 produk mainan anak-anak baru diperkenalkan ke

pasar. Untuk menghadapi tantangan menjadi “pemenang” dalam pasar mainan anak-

anak yang tidak menentu, semakin banyak produsen mainan anak-anak yang mulai

menerapkan orientasi pasar, “perusahaan-perusahaan menjadi semakin disiplin dalam

ancangan mereka, “ kata Raymond E.McDonald, Direktur pemasaran Tonka Toys di

Spring Park, Minnesota. Hasbro Bradley dan Tonka merupakan perusahaan-

perusahaan pertama yang menciptakan watak bagi produk yang dalam indusri

dinamakan “boneka laki-laki”. “Boneka perempuan selalu memiliki watak

kepribadian yang berkaitan dengan kewanitaan,” McDonald. “Tidak cukup hanya

memikirkan lini perawatan saja, Anda harus memastikan bahwa perawatan yang anda

pilih akan menarik minat khalayak sasaran. Untuk anak usia antara 5 sampai 9 tahun

sering kali merupakan suatu yang tidak menyenangkan, McDonald menganggapnya

sangat penting. Mereka pandai mengeluarkan buah pikirannya dan jika Anda

mendengarkan dengan baik, Anda dapat memperoleh informasi yang berharga”.

Menurut Stephen A. Schwart, direktur senior pemasaran Hasbro Bradly,” Anda

benar-benar tidak dapat melakukan pelncuran produk besar-besaran tanpa

mengembangkan suara watak kepribadian tertentu, anak-anak tidak akan

menerimanya.

B. Jenis Riset Pemasaran

Riset pemasaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis riset, yaitu:

1.Riset Eksplorstif

Riset ini cocok untuk tahapan awal dari proses pengambilan keputusan.

Ancangan yang diterapkan bersifat luas dan serba guna, misalnya sumber data

skunder, observasi, wawancara dengan para ahli, wawancara kelompok dengan

narasumber, dan sejarah kasus. Kalau masalah tersebut telah di selidiki secara

memadai dan situasi keputusan telah didefinisikan secarah menyeluruh, maka riset

eksploratif dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai rangkaian tindakan

alternatif.

2. siset Konklusif

Riset konklusif atau deskriptif ini menyediakan informasi yang bantu menejer

mengevalusiasi dan menyeleksi rangkaian tindakan. Tekni yang di sering di terapkan

adalah kuesioner terinci dan penarikan sampel formal.

3.Riset Pemantaua dan Kausal

Riset pemantauan prestasi dibutukan untuk menjawab pertanyakan, “Apakah yang

sering terjadi?”. Pemantauan prestasi merupakan unsur penting yang dibutuhkan

untuk mengendalikan program pemasaran sesuai dengan rencana. Karena itu

pemantau prestasi yang efesian mencangkup juga memantau variabel bauran

pemasaran maupun variable situasi, disamping pengukuran prestasi tradisional seperti

pengukuran penjualan, pangsa pasar, laba operasional dan laba investasi.

C. KESALAHAN RISET PEMASARAN

Kesalahan dalam proses riset pemasaran ditimbulkan karena kesalahan dari

informasi yang dikomunikasikan kepada para manejer. Ada dua kesalahan

penarikan sampel, dan kesalahan non penarikan sampel (kinner dan taylor,

1992).

1. Sampel yang dimanfaatkan dari orang, produk atau tokoh. Contoh

pemakaian konsumen sepeda motor Honda di indonesia bisa diwakili

3.000 responden. Konsumen laptop merek Acer diprovinsi Daera

istemewah diyoyakarta cukup diwakili 100 pemakaian merek tersebut.

2. Kesalahan non penarikan sampel

Kesalahan ini adalah kesalahan yang terjadi dalam proses riset pemasaran

terkecuali kesalahan sampel. Sayangnya kesalahan dan kecurangan justru

banyak terjadi pada riset pemasaran.

Kesalahan non penarikan sampel mempunyai dua karakteristik yangb

bermanfat bagi peneliti yaitu 1) kesalahan ini dapat dikur dan 2) kesalahan

semakin menurun seiring dengan besarnya sampel.

Contoh riset pemasaran 2: Hertz Lawan Avis dan Persahan Riset dan Pemasaran Avis“Avis yang terkenal dengan kampanyenya” mungkin tidak cukup keras usahanya dalam memperoleh dan menguji hasil riset pemasarannya, tuduh Thomas Werbe, Direktur riset dan perencanaan pemasaran Hertz Corporastion, perusahan persewaan mobil terbesar Amerika serikat, sedakan Avis nomor dua. Avis mengatakan bahwa peningkatan pangsa ini tercermin dalam angket yang baru saja diselengakannya. Menurut Werbe, Survei Avis telah diatur waktunya agar meri informasi optimal. Angketa tersebut di selenggarakan untuk Avia dan Garth mariorana Connelly, anak perusaan suatu perusahan mengelolah kampanye politik, Garth Organization, Ltd.Ia menyebut produsersampling Garth “begitu lemah, begitu buruknya, sampai-sampai mereka bahwa telah menwawancarai manejer-manejer Hertz,.” Werbe selanjutnya mengungkapkan manejer Herthz dibandar O’Hare Chicago telah didekati dan diwawancarai dalam salah satu survey itu. “semauanya persis sama yang anda lakukan dalam kampanye politik, “katannya “ Anda ingin mengenali si calon (Avis), anda ingin mengenal si calon (Hertz) pendukungnya, “ mariorana mitra pada Garth mariorana monnelly menamakan tuduhan Werbe, histeris, penuh prasaka dan tidak tepat”,

D. Klasifikasi Riset Pemasaran

Riset pemasalahan dibuat terutama untuk melaksanakan dua macam tugas

pokok yaitu 1) meidentifikasi masalah, 2) mengatasi masalah. (husein umar,

2002).

1. Riset mengentifikasi pemasaran

Riset mengeditifikasi masalah merupakan riset yg hasilnya tidak

dimaksudkan untuk mengidetifikasikan masalah yang dikemudian hari

akan diteliti lebih lanjut untuk dicarikan solusi.

2. Riset mengatasi masalah

Riset yang mengatasi masalah merupakan riset yang dimaksudkan hasil

risetnya untuk dijadikan bahan atau rangka pengambilan keputusan

manajemen.

E. PRODUSER RISET PERMASALAHAN

Secara umum produser dan sistematika penyajian hasil penyajian dan

penelitian meliputi perumusan masalah, perumusan hip0tesis, menentukan

metode riset, menentukan variable penelitian, menentukan data penelitian,

pengumpulan data, pengolahan data, analisi data, kesimpulan saran, penyajian

laporan penelitian.

1. Menentukan topik riset

Langka awal sebelom melakukan riset adalah mentukan topic riset itu

sendiri. Maka menjadi penting menentukan topi riset sebelum melangkah

jauh kedepan berkaitan dengan riset tersebut.

Contoh topic riset pemasaran antara lain:

Mengukur loyalitas kosumen terhadap merek

Perilaku pembelian barang dimasa inflasi

Mengukur persepsi masyarakat terhadap satu daerah pembelanjaan

Menilai kegiatan perencanaan pemasaran

Mengukur kecendrungan konsumen mengekplorasikan produk dan

infomasi

Menilai kemampuan manejer dan menjalankan kegiatan pemasaran

Persepsi konsumen terhadap rumah makan dari luar negeri

Dan masih banyak lagi topic-topik riset permasalahan yang dapat

dilakukan peneliti.

2. Perumusan masalah

Langka berikutnya menguraikan latar belakang mengapa memiliki topik

riset pemasaran tersebut?

Semakin banya argumentasi yang dikemukakan akan dapat memberikan

kontribusi pada penguatan topik riset permasaran yang sudah dipilihnya.

Menentukan rumus masalah peneliti. Misalkan kita meutip beberapa topic

riset penelitian diatas, maka dapat dibuat rumusan permasalahan sebagai

berikut:

Topik : Mengukur loyalitas konsumen terhadap

Merek

Rumus masalah : Bagaimanakah loyalitas konsumen terhadap

Merek

Topik : Perilaku pembelian barang dimasa inflasi

Rumus masalah : Bagaimana prilaku konsumen pembelian

Barang dimasa inflasi?

Apakah perilaku konsumen berpengaruh

dalam pembelian barang dimasa inflasi?

Topik : Mengkur persepsi masyarakat terhadap

suatu daerah pembelanjaan

Rumus masalah : Apakah terdapat pengaruh persepsi

masyarakat terhadap suatu daerah

pembelanjaan?

Apakah terdapat hubungan antara perepsi

masyarakat suatu daerah pembelanjaan?

Topik : Menilai kegiatan perencanaan pemasaran

Rumus masalah : Apakah kegiatan perencana pemasaran telah

disusun dengan baik?

Bagaimana kegiatan perencanaan pemasaran

dijalankan?

Topik : Mengukur kecenderungan konsumen

mengeksplorasi produk dan informasi

rumus masalah : Apakah konsumen telah mengekspolarasi

produk dan informasi dengan baik?

Apakah konsumen dalam mengeksporasi

produk informasi telah mencapai optimum?

3. Perumusan hipotetis

Pokok permasalahan dirumuskXDan suatu topik riset pemasaran, adalah

perumusan hipotesis riset.

Banyak hipotesis yang diajukan disesuaikan dengan banyak rumus

masalah.

Berdasarkan perumusan masalah dengan topik dapat kita lihat rumuskan

hipotesisnya, yaitu:

Topik : Mengukur loyalitas konsumen terhadap

Merek

Rumusan masalah : Bagaimanakah loyalitas konsumen terhadap

Merek?

Hipotesis : Loyalitas konsumen terhadap konsumen

sangat baik.

Topik :Perilaku pembeli barang dimasa inflasi

Rumusan masalah :Bagaimanakah pembelian barang dimasa

Inflasi?

Apakah perilaku konsumen berpengaruh

dalam pembelian barang dimasa inflasi

Hipotesis :Perilaku pembeli barang dimasa inflasi

menerapkan prinsip efisiensi

Perilaku konsumen berpengaruh signifikan

dalam pembelian barang dimasa inflasi.

Topik : Mengukukur kecendrungan konsumen

mengekspolasi produk dan informasi.

Rumusan masalah : Apakah konsumen telah mengekspolarasi

produk dan informasi dengan baik?

Apakah konsumen dapat mengekpolarasi

produk dan informasi telah mencapai

optimum?

Hipotesis : Konsumen telah mengekspolarasi produ dan

informasi dengan baik.

Konsumen dalam mengekspolarasi produk

informasi telah mencapai optimum.

4. Menentukan Metode Riset

Metode riset diperlikan untuk membantu memecahkan permasalahan

dalam topik.Namun disamping alat dan uji statistik, dapat pula dilakukan

secara kualitatif, berupa analisis karakteristik data tanpa melalui pengujian

data.Semakin valid dan detail, semakin memberikan kontribusi pada kualitas

hasil riset, sebaliknya data yang diperoleh dari hasil observasi kurang atau

tidak valid serta tidak didukung oleh argumentasi yang kuat, akan

menyebabkan berkurangnya kualitas sebuah riset kualitatif.

5. Menentukan variabel riset

Dalam menentukan variabel riset, disesuaikan dengan topic yang

diteliti, karena variabel rise tang diperlukan terkandung dalam topic

tersebut. Misalnya kita ambil topic-topik riset yang telah dibahas di atas

sebagai berikut:

Mengukur loyalitas konsumen terhadap merek

Variabelnya adalah loyalitas konsumen dan merek.

Pelaku pembelian barang di masa inflasi

Variabelnya adalah perilaku pembelian dan inflasi.

Mengukur persepsi masyarakat terhadap suatu daerah perbelanjaan

Variabelnya adalah persepsi dan daerah perbelanjaan.

Menilai kegiatan perencanaan pemasaran

Variabelnya adalah perencanaan pemasaran.6. Menentukan data riset

Berdasarkan varibel riset diatas berarti kita dapat menentukan dari

risetnya. Banyak sedikitnya data riset tergantung pada kebutuhan

responden dalam hal ini masyarakat yang menjadi sampel riset. Misalnya

topic riset pemasarannya pengaruh iklan televise yang dipersepsikan

terhadap pembelian jenis produk oleh konsumen, maka variabel risetnya

adalah iklan televise dan pembelian jenis produk, begitu seterusnya.

7. Metode pengumpulan data

Untuk pen gumpulan data riset ada dua metode yaitu:

Metode pengumpulan data kulitatif

Metode yang digunakan untuk mengumpulan data kualitatif antara

lain wawancara, focus group dan teknik proyeksi. Dalam

wawancara, seseorang responden diajukan pertanyaan oleh

pewawancara untuk mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap,

atau keyakinannya terhadap suatu topik pemasaran. Fokus group

suatu bentuk pengumpulan data melalui diskusi kelompok dalam

pemasaran. Orang-orang yang terlibat dalam diskusi grup terfokus

diharapkan memiliki pengetahuan atau kecakapan di bidangnya

sehingga pandangannya benar-benar mampu memberikan masukan

yang mendalam bagi manajer. Teknis proksi merupakan metode

yang digunakan untuk memperoleh data dengan mendorong

responden mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap atau

keyakinannya terhadap suatu topik pemasaran dengan pertanyaan

tidak langsung dan tidak struktur (Dikutip oleh istijanto, 2005).

Metode pengumpulan data kuantitatif

Pengumpulan data kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa

metode, yaiti survey, observasi dan eksperimen (istijanto,2005).

Survei merupakan metode yang digunakan secara luas, khususnya

dalam dalam riset pemasaran.

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

mengamati dan mencatat pola perilaku orang, oblek tu kejdian-

kejadian melalui cara sistematik.

Eksperimen merupakan riset yang berusaha memanipulasi satu

atau lebih variabel kausal, kemudian mengukur efek dari

manipulasi tersebut terhadap satu atau lebih variabel dependen.

8. Pengelolahan data

Pada tahap ini, semua dan riset yang telah diperoleh, kemudian dilakukan

sortir data yang memilih data yang memenuhi peryaratan riset. Misalnya

dibutuhkan 100 data, berarti kita harus mencari lebih dari 100 data.

9. Analisis data