keanekaragaman jenis ikan di sungai digoel
TRANSCRIPT
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
1
KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI DIGOELDISTRIK EDERA KABUPATEN MAPPI
Robert S. Buhdy1, Norce Mote2 & Edy H.P.Melmambessy2
1Pemda Kabupaten Mappiemail: [email protected]
2Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FAPERTA Universitas Musamusemail: [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Fisheries production in the mainland waters of Mappi Regency is larger (27.48%) compared to marine fisheries(8.53%). Edera District is one of the districts in Mappi District which contributes to the potential of fisheriesspecifically for mainland waters. This study aims to determine the diversity of fish species in the Digoel River,Edera District, Mappi Regency. The fishing gear used is gill nets, stocking nets, fixed lines, fishing rods and spoonnets (tanggo). The study was conducted in August - October 2017 using the survey method. The variables analyzedwere the species diversity index, evenness index, dominance index and relative abundance index. The results of thestudy obtained 28 species of fish which were divided into 8 orders of 20 families and 28 species. The value of thediversity of fish species is moderate, the Evenness value is relatively stable and evenly distributed, the type ofdominance in Di shows that there is no dominance of species and the relative abundance of Kr is medium.
Keywords: Digoel River; Diversity; Evenness; Dominance and Relative Abundance.
PENDAHULUAN
Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, menjelaskan bahwa
Kabupaten Mappi merupakan salah satu kabupaten yang baru berkembang sebagai daerah
pemekaran dari Kabupaten Merauke atau termasuk wilayah perbatasan yang terletak di kawasan
timur Indonesia. Luas perairan laut Kabupaten Mappi ± 4.750 km2 dan memiliki panjang pantai
± 218 km, dengan potensi lestarinya adalah udang 3.125 ton/tahun, ikan pelagis 2.701 ton/tahun,
ikan demersal 6.622 ton/tahun. Sedangkan perairan umum luasnya ± 3.000 km2, dengan potensi
lestarinya 3.317 ton/tahun data (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi,
2010-2030).
Produksi perikanan laut di Kabupaten Mappi lebih kecil (8,53%) dibandingkan dengan
produksi perikanan darat (27,48%). Walaupun disatu sisi luas perairan laut lebih besar
dibandingkan perairan umum daratan. Hasil produksi perikanan laut sebesar 19.499,22 ton pada
tahun 2005 apabila dibandingkan dengan Kabupaten lain di Papua yaitu 209.216,30 ton. Potensi
perikanan Kabupaten Mappi yang telah dilaporkan adalah jenis-jenis ikan (kakap putih, gulama,
kuru, kerapu, arwana, bawel, gabus); kura-kura, udang dan cumi terbatas pada Distrik
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
2
Nambioman Bapai (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030).
Distrik Edera di Kabupaten Mappi memiliki luas perairan daratan 18.667,27 Ha,
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030). Kemudian Laporan
Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi, (2012) menyatakan bahwa diperkirakan panjang Sungai
Digoel 180 km, dan lebar mencapai 300-900 m, dengan kedalaman bervariasi antara 6-28 m,
data (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030) dijelaskan
bahwa wilayah Distrik Edera dilintasi Sungai besar yaitu Sungai Digoel dan dikelilingi oleh
daerah rawa dengan pola pemanfaatan lahan sebesar 2564.82 Ha sehingga daerah ini memiliki
potensi perikanan umum daratan yang cukup menjanjikan data (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi. ,2010-2030).
Belum banyak penelitian yang dilakukan di Kabupaten Mappi terutama penelitian dasar
tentang berbagai macam ikan perairan umum daratan. Beberapa yang telah dilaporkan yaitu ikan
kakap, gulama dan kuro merupakan potensi perikanan laut (Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030). Rarung, (2010) melaporkan terdapat 23 jenis ikan
diantaranya ikan duri (Arius leptasp), lele ekor cagak (A.carinatus), lele hitam (Clarias
batrachus), ikan sembilan (Porochillus meraukensis), gabus rawa (Oxyleotris herwardenii),
gabus toraja (Canna striata), nilem (Barbodes goniotatus), belanak (Mungil cephalus), arwana
(Scleropages jardinii), kakap putih (Lates calcarifer), kakap hitam (hephaestus roemeri), kakap
kembang (Glossamia sandei), ikan tawar (Nibea saldado), gourame (Osphronemus goramy),
mas (Cyprinus carpio), sumpit (Toxotes chatereus), koprasi (Paraambassis gulliver), betik
(Anabas tetudineus), tulang-tulang (Thryssa rastrosa), mata bulan (Megalop cyprionides), ikan
kaca (Kurtus gulliver), mujair (Oreochromis mossambicus), dan nila (Oreochromis niloticus).
Berbeda halnya di Kabupaten Merauke, berbagai penelitian tentang keragaman ikan di
kabupaten ini telah dilaporkan oleh Hendra (2007) dimana terdapat enam jenis ikan di sungai
Maro yaitu sembilan (Neosilurus sp.) dan tulang (Nematalosa flyensis), mata bulan (Megalops
cyprinoids), ikan kaca (Kurtus gulliveri), bulanak (Mugil sp) dan ikan pisang (Thryssa rastrosa).
Selanjutnya Wibowo et al., (2015) melaporkan terdapat 16 jenis ikan air tawar di Rawa Biru
Distrik Sota. Kemudian jenis ikan di daerah estuari (muara sungai Kumbe) dilaporkan terdapat
42 jenis dan jenis yang mendominasi adalah Eleutheronema tetradactylum, Polydactylus
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
3
plebeius, Kurtus gulliveri, Mugil dussumieri, Mugil cephalus, Mugil sp., Nibea saldado, Johnius
macropterus, Pennahia macrocephalus, dan Hilsa kelee (Mote, 2017).
Informasi keragaman ikan sangat penting dikaji karena merupakan faktor kunci dari
ekologi yang berhubungan dengan aturan dan fungsi ekosistem perairan (Chalar, 2009). Selain
hal di atas, data keragaman ikan juga sangat dibutuhkan dalam menentukan status sumberdaya
dan pengelolaan sumberdaya ikan di daerah kajian. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan
dengan tujuan mengetahui keanekaragaman jenis ikan di sungai Digoel Distrik Edera Kabupaten
Mappi dengan mengkaji beberapa variabel diantaranya: Indeks keanekaragaman jenis, Indeks
kemerataan, Indeks dominasi dan Indeks Kelimpahan Relatif. Diharapkan data ini dapat menjadi
bahan acuan bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam mengelolah sumberdaya perikanan yang
bersifat.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Sungai Digoel Distrik Edera Kabupaten Mappi yang dibagi
menjadi 3 stasiun yaitu stasiun I (Kanggu) berada pada garis 7 0 13 –380 Lintang Selatan dan
garis 139 0 33 – 830 Bujur Timur dan stasiun II (Kisi) berada pada garis 7 0 12 – 64 Lintang
Selatan dan garis 139 0 33 – 480 Bujur Timur kemudian stasiun III (Hol cincin) berada pada garis
70 11- 490 Lintang Selatan dan 1390 35 – 520 Bujur Timur. Penelitian dilakukan selama 2 bulan
yaitu dari bulan Agustus - Oktober 2017.
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian Jaring insang (gill net), jala, serok,
Rawai tetap (bottom long line), pancing, Perahu, Botol plastik, talirafia, sensor pemberat (batu),
Stopwatch, Mistar, meter rol, timbangan digital, Gabus sterofom,milimeterblock,jarum pentul,
Kamera digital, Thermometer batang, pH meter, Refrakto meter, Secchidisck, Plastik sampel,
Kertas label, Coolbox. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Alkohol 70 %, Es batu, Cacing,
udang, Ikan sampel.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Sugiyono (2013)
mengatakan bahwa metode survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah bukan buatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif
dengan pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi
dan wawancara terhadap penilaian.
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
4
Gambar 1. Peta Lokasi Tempat Penelitian
Untuk menganalisis data digunakan Indeks keanekaragaman jenis, Indeks kemerataan,
Indeks dominasi dan Indeks kelimpahan relatif.
Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan Perstasiun (H’)
Fachrul (2007) menyatakan bahwa indeks keanekaragaman (indeks of diversity) berguna
dalam mempelajari gangguan faktor-faktor lingkungan (abiotik) terhadap suatu komunitas, untuk
mengetahui suksesi dan stabilitas suatu komunitas. Tujuan utama teori informasi Shannon-
Wienner adalah untuk mengukur tingkat keteraturan dan ketidakteraturan dalam suatu sistem.
=Keterangan :
H’ : Indeks diversitasPi : ni/Nni : jumlah spesies ke-1
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
5
N : Jumlah total seluruh spesiesPenentuan kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman jenis:
H’ < 1 : keanekaragaman rendah1<H’<3: keanekaragaman sedangH’>3 : keanekaragaman tinggi
Indeks Kemerataan (E)
Kemerataan individu antar jenis dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan(Bagon et al, 1990). = ′Keterangan :
H’ : Indeks Shanon-WienerH’maks : ln SS : Jumlah spesisKriteria nilai indeks kemerataan (Fachrul, 2007) sebagai berikut: E = 0 : Kemerataan
antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangatjauh berbeda. E = 1 : Kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.
Indeks Dominasi (Di)
Penentuan jenis ikan yang dominan di dalam kawasan penelitian, ditentukan denganmenggunakan rumus Simson (Odum, 1971)= × %Keterangan :
Di = Indeks dominansi suatu jenis ikan
ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu dari seluruh jenis
Dengan kriteria : jika dominan: Di > 50%; Sub dominan : Di 10-50 %; Tidak dominan : Di < 10% (Torgensen dan Baxter, 2006)
Indeks Kelimpahan Relatif Setiap Stasiun (Kr)
Untuk menghitung nilai kelimpahan relatif setiap spesies ikan dilakukan denganmengunakan perhitungan presentase rumus (Krebs, 1972) sebagai berikut :
Keterangan :Kr = Kelimpahan relatifni = Jumlah individu spesies ke-iN = Jumlah total individu semua spesies
Kr = ni/N x100%
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan yang diperoleh selama 2 bulan pengamatan adalah 28 jenis ikan yang
terbagi dalam 8 ordo dan 20 famili (Tabel 2). Famili yang memiliki jumlah individu terbanyak
adalah Ambassidae spesies Parambassis gulliveri; famili Kurtidae spesies Kurtus gulliveri dan
famili Ariidae spesies Cinetodus crassilabris (tabel 2). Selanjutnya dari 28 spesies ini, 24 spesies
merupakan ikan asli yaitu: Strongylura krefftii, Zenarchopterus caudovittatus, Barbonymus
gonionotus, Thryssa hamiltonii, Megalops cyprinoides, Scleropages jardinii, Parambassis
gulliveri, Anabas testudineus, Oreochromis mossambicus, Oxyeleotris spp., Oxyeleotris
lineolata, Philypnodon sp., Glossogobius spp., Stenogobius spp., Kurtus gulliveri, Lates
calcarifer, Liza subviridis, Scatophagus argus, Nibea squamosal, Toxotes chatareus, Achirus
poropterus, Cinetodus crassilabris, Hexanematichthys sagor, Neoarius midgleyi, Neoarius
leptaspis, Nedystoma novaeguineae, Neosiluris ater dan 4 spesies adalah ikan introduksi yaitu:
Barbonymus gonionotus, Anabas testudineus, Oreochromis mossambicus dan Channa striata.
Jumlah total ikan berhubungan dengan kehadiran jenis ikan disetiap stasiun pengamatan untuk
stasiun I (Kanggu) terdapat 20 spesies dan stasiun III (Hol cincin) terdapat 22 spesies data
individu spesies ikan pada kedua stasiun ini sangatlah rendah apabila dibandingkan dengan
jumlah individu spesies di stsiun II (Kisi) adalah 24 spesies. Data hasil tangkapan ini sedikit jika
dibandingkan dengaan penelitian Utomo et al (2007) yang menemukan sekitar 125 jenis ikan
yang tersebar dari hulu hingga hilir di sungai Musi sangatlah jauh berbeda dengan data yang
diperoleh pada tabel 2 yaitu 28 jenis ikan.
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
7
Tabel 2. Klasifikasi Jumlah Jenis Ikan Hasil Tangkapan
No.Klasifikasi Jenis Ikan
Ordo Famili Spesies Nama Indonesia
1 BeloniformesBelonidae Strongylura krefftii Ikan SakuZenarchopteridae Zenarchopterus caudovittatus Ikan Saku
2 Cypriniformes Cyprinidae Barbonymus gonionotus Ikan Tawes3 Clupeiformes Engraulidae Thryssa hamiltonii Ikan Matabulan4 Elopiformes Megalopidae Megalops cyprinoides Ikan Bulan - Bulan5 Osteoglossiformes Osteoglossidae Scleropages jardinii Ikan Arwana
6 Perciformes
AmbassidaeParambassis gulliveri Ikan KoprasiAnabas testudineus Ikan Pepuyu
Cichlidae Oreochromis mossambicus Ikan MujairChannidae Channa striata Ikan Aruan
EleotridaeOxyeleotris spp. Ikan GabusOxyeleotris lineolata Ikan GobiPhilypnodon sp. Ikan Gabus
GobiidaeGlossogobius spp. Ikan GobiStenogobius spp. Ikan Gabus
Kurtidae Kurtus gulliveri Ikan Cinta MaduLatidae Lates calcarifer Ikan BaramundiMugilidae Liza subviridis Ikan BulalaoScatophagidae Scatophagus argus Ikan Ketang-ketangSciaenidae Nibea squamosal Ikan GulamaToxotidae Toxotes chatareus Ikan Sumpit
7 Pleuronectiformes Achiridae Achirus poropterus Ikan Sebela
8 SiluriformesAriidae
Cephalocassis stormii Ikan Baung PutihHexanematichthys sagor Ikan BaungNeoarius midgleyi Ikan BaungNeoarius leptaspis Ikan DuriNedystoma novaeguineae Ikan Duri
Plotosidae Neosiluris ater Ikan Sembilang
Perbedaan hasil tangkapan ini dikarenakan seluruh jenis ikan tersebut mendiami
berbagai tipe habitat perairan umum di DAS Musi mulai dari rawa banjiran, anak sungai, danau,
estuaria dan sungai utama sementara jumlah spesies yang diperoleh pada ke 3 stasiun di sungai
Digoel hanya berasal dari 2 ekosistem perairan yakni perairan sungai Digoel dan ekosistem rawa
pada stasiun pengamatan saja. Selain adanya perbedaan tipe habitat, jumlah hasil tangkapan juga
di pengaruhi oleh aktifitas fenomena alam kepala arus yang mengakibatkan tingginya tingkat
kekeruhan sehingga mempengaruhi daya tembus cahaya matahari hal ini dikuatirkan menurut
(Reid dan Wood, 1976) bahwa tingkat kekeruhan tertentu dapat membunuh jenis-jenis ikan yang
peka terhadap perubahan kondisi lingkungan.
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
8
Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Digoel Distrik Edera Kabupaten Mappi
Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan pada 3 stasiun pengamatan dapat dilihat pada
gambar 2. Berdasarkan gambar grafik 41 di atas dapat dilihat bahwa pada ke tiga stasiun
pengamatan di sungai Digoel Distrik Edera untuk stasiun I (Kanggu) nilai indeks
keanekaragaman jenis H” = 2, 23; stasiun II (Kisi) H” = 2,72 dan stasiun III (Hol cincin) H”
adalah 2,69 berdasarkan kriteria keanekaragaman (Shannon-Wiener) apabila dibandingkan
dengan data hasil penelitian pada tiga stasiun pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa nilai
keanekaragaman jenis ikan pada ketiga stasiun pengamatan menunjukan nilai sedang.
Gambar 2. Grafik keanekaragaman jenis ikan pada 3 stasiun pengamatan.
Berbeda halnya dengan hasil yang dilaporkan oleh Gunawan dkk (2016) yang
melakukan penelitian di kawasan konservasi Rawa Danau Banten menemukan nilai indeks
keanekaragaman jenis di ketiga Stasiun adalah 1,53. Nilai Indeks keanekaragaman jenis ikan
yang tertinggi terdapat di stasiun muara sebesar 1,73 diikuti dengan stasiun Cibungur sebesar
1,22 dan stasiun Jamungkal 1,12. Perbandingan nilai indek keanekaragaman pada kedua data
tersebut di atas diduga karena adanya jumlah hasil tangkapan. Menurut Odum (1996)
keanekaragaman jenis tinggi bila banyak jenis yang mendominasi ekosistem tersebut dan
keanekaragaman jenis rendah bila hanya satu atau beberapa jenis saja yang mendominasi
komunitas tersebut. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Mote (2017)
dimana keanekaragaman ikan yang ditemukan di Muara sungai Kumbe berbeda setiap
stasiunnya, dimana di Stasiun I ditemukan keanekaragaman sedang dan Stasiun II dan III tinggi.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
ST I ST II ST III
H'
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
9
Nilai keanekaragaman sedang diakibatkan karena ikan yang mendominansi jumlahnya sedikit
dibandingkan ke dua stasiun tersebut. Sulistiyarto et al. (2007) mengatakan bahwa pergantian
musim dapat mempengaruhi komposisi dan kemelimpahan ikan, kemudian lebih jauh dijelaskan
dalam Magurran (1988) bahwa kehadiran jenis berpengaruh terhadap jumlah jenis, individu,
famili dan mempengaruhi pula dengan nilai keanekaragaman, kemerataan serta dominansi pada
setiap stasiun.
Indeks Kemerataan dan Dominansi
Berdasarkan gambar grafik 3 nilai indeks kemerataan jenis ikan pada tiga stasiun
penelitian adalah stasiun I (Kanggu) E = 0,74; satasiun II (Kisi) E= 0,86 dan sataiun III (Hol
cincin) E = 0,87 dan tergolong tinggi, yang artinya penyebaran spesies merata di ketiga stasiun
penelitian. Hal yang sama juga ditemukan di perairan Sungai Belumai (Sagala et al.,2014);
komunitas ikan muara (Mote, 2017; Samitra dan Rozi, 2018).
Gambar 3. Grafik indeks Kemerataan jenis ikan pada tiga stasiun pengamatan
Kemerataan berhubungan erat dengan keanekaragaman jenis dan dominansi. Sehingga
berdasarkan hasil ini komunitas berada dalam kondisi yang stabil atau merata mengakibatkan
tidak ada spesies yang mendominansi.
Berdasardasarkan data hasil perhitungan nilai indek dominansi terdapat tiga spesies ikan
yakni Parambassis gulliveri, Kurtus gulliveri dan Cinetodus crassilabris dengan nilai jumlah
dominansi individu spesies perstasiun yaitu Parambassis gulliveri pada stasiun I (Kanggu) Di =
13,47%, stasiun II (Kisi) Di = 2,74%, dan stasiun III (Hol cincin) Di = 0,52%, kemudian untuk
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
ST I ST II ST III
0.74
0.86 0.87
Kem
erat
aan
(E)
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
10
spesies Kurtus gulliveri pada stasiun I (Kanggu) Di = 2,85 %, stasiun II (Kisi) Di = 2,74% dan
stasiun III (Hol cincin) Di =0,52 %., kemudian spesies Cinetodus crassilabris pada stasiun I
(Kanggu) Di = 0,75%, stasiun II (Kisi) Di = 1,46 % dan stasiun III (Hol cincin) Di adalah 5,24
%, data jumlah dominansi individu jenis pada tiga stasiun pengamatan ini apabila dibandingkan
dengan pendapat (Torgensen dan Baxter, 2006) jika dominan Di > 50%., sub dominan Di 10-50
% dan apabila tidak dominan maka Di < 10 % dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah dominansi jenis ikan pada ketiga stasiun pengamatan di Sungai Digoel tidak terjadi
dominansi spesies. Dominansi jenis sering terjadi karena kompetisi pakan alami oleh jenis
tertentu yang disertai perubahan kualitas lingkungan, tidak seimbangnya antara predator
dan mangsa sehingga terjadi kompetisi antar jenis Legendre (1983).
Indeks Kelimpahan Relatif (Kr) Setiap Stasiun
Nilai indeks kelimpahan relatif jenis di 3 stasiun penelitian dapat dilihat pada gambar 4.
Berdasarkan data grafik kelimpahan relatif (Kr) jumlah tertinggi pada ketiga stasiun yakni ikan
pogo (Parambassis gulliveri) = 0,21 %; ikan kaca (Kurtus gulliveri) = 0,15 %; ikan mulut tikus
(Cinetodus crassilabris) = 0,14 %. Sedangkan terendah adalah ikan nona (Nedystoma
novaeguineae), ikan saku (Strongylura krefftii) dan koloso (Scleropages jardinii) adalah 0,01%.
Magurran (1988) menyatakan bahwa semakin tinggi H’ mengindikasikan semakin tinggi jumlah
spesies dan kelimpahan relatifnya, dengan demikian makan dapat disimpulkan bahwa jumlah
kelimpahan relatif ikan pada tiga satasiun pengamatan di Sungai Digoel menunjukkan nilai
sedang.
Gambar 4. Grafik indeks kelimpahan relatif jenis ikan pada 3 stasiun pengamatan.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
Kr (%
)
Jenis Ikan
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
11
KESIMPULAN
Hasil tangkapan yang diperoleh selama 2 bulan pengamatan adalah 28 jenis ikan yang
terbagi dalam 8 ordo dan 20 famili. Famili yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah
Ambassidae spesies Parambassis gulliveri; famili Kurtidae spesies Kurtus gulliveri dan famili
Ariidae spesies Cinetodus crassilabris.
Nilai indeks keanekaragaman menunjukkan nilai sedang, nilai kemerataan relatif stabil
dan merata kemudian untuk nilai dominansi jenis ikan tidak terjadi dominansi spesies dan jumlah
kelimpahan relatif Kr menunjukkan nilai sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. Febrian. Nurudin. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Sekonyer TamanNasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Skripsi. Jurusan Biologi FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Ardiyana. 2010. Pengaturan Suhu dan Salinitas Terhadap Keberadaan Ikan. Online at http//:A.Ardyana Blog.com [akses tanggal 12 Mei 2017 jam 23:54 WIB].
Allen, G.R. 1991. Freshwater Fishes of New Guinea. Cristensen Research Institute, MadangPapua New Guinea. 268 hal.
Allen,G.R., Hortle, K.G., dan Renyaan, S.J. 2000. Fresh Water Fishes Of The Timika RegionNew Guinea. PT Freeport Indonesia Company Timikia Environmental Laboratory.Timika. Indonesia.
Astuti. R. C. 2015. Keanekaragaman Spesies Dan Distribusi Longitudinal Ikan Di Sungai KreoSemarang Sehubungan Dengan Air Lindi Tpa Jatibarang Semarang. Skripsi. JFurusanBiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas NegeriSemarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan (Fishing Methods). Yayasan Dewi Sri. CVGaya Teknik, Bogor.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030Bappenas. 1993. Biodversity; Action Plan For Indonesia. Bappenas, Jakarta. 141 hal.Bartley, D., Naeve, H. & R. Subasinghe 2004. Impacts of aquaculture: biodiversity and alien
spesies. http://www.oceanatlas.com/world fisheries_and_ aquaculture/htmll issues/ecosys/envimpactfilbiodiversity, 6/28/2004.
Brandt, A. V. 1984. Fish Catching Methods of the world. Fishing news Books. Ltd. Farnham,Survey, England.
Cahyono, B. 2010. Budidaya Ikan Air Tawar; Ikan Gurame, Ikan Nila, Ikan Mas. Cet Ke-9.Yogyakarta: Kanisius.
Chorley, R. J., 1984. Geomorphology, Menthunsen & Co. Ltd; London.Cole in Waryono Tarsoen. 2008. Bentuk Struktur Dan Lingkungan Bio-Fisik Sungai (Kumpulan
Makalah Periode 1987-2008).
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
12
Effendi. In. Achmad. Febrian. Nurudin. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai SekonyerTaman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Skripsi. Jurusan Biologi FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Forman; Richard and Michel Gordon. 1983. Lansdcape Ecology. John Wiley & Son; New York.Gunarso, W. 1985. Tingkah laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik
Penangkapan. Diktat Matakuliah (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 149 hlm.
Gu D.E,MA. G.M, Zhu Y.J, Xu M, Luo Du, Li Y.Y, Wei H, Mu Zi. D, Luo J.R, Hu Y.C. 2015.The Impacts Of invasive Nile Tilapia ( Orecromis nilocitus) on the fisheries in the mainriver of guando Province, Cina. Elsevier: Biocemicate systemmatics and Ekology 59: 1-7.
Gonawi G R. 2009. Habitat Struktur Komunitas Nekton Di Sungai Cihideung- Bogor Jawa Barat(Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Hadiaty, K. R. Allen, R. G & Erdmann, V. M. 2016. Keanekaragaman jenis ikan di TelukArguni, Kaimana, Papua Barat Zoo Indonesia 21 (2), 35-42.
Harteman, E. 1998. Afinitas Komunitas Ikan dengan Habitat di Sungai Kapuas, KabupatenKapuas, Kalimantan Tengah. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor (tidak dipublikasikan).
Hendra Satria, 2007. Jenis ikan di sungai Maro. Jurnal Biologi Reproduksi ikan di Sungai Maro,Merauke, Propinsi Papua.
Hj. Teti Resmiati, Ir. Skalalis Diana, MSi Sr i Astuty, MSc. 2002. Laporan Penelitian. KomposisiJenis Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Teluk Banten, Serang. LembagaPenelitian Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian.
Kottelat M , Anthony J. W, Sri Nurani K & Soetikno W. 1993. Freshwater Fishes of WesternIndonesia and Sulawesi. Jakarta : Periplus Editios (HK).
Kordi, K.M.G.H. 2008. Budidaya Perairan (Buku Kesatu). Penertbit : PT Citra Aditya Bakti.Bandung.
Krebs. C. J. 1989. Ecology Methodology. Hal.293-368. Harper Collins Publishers New York 694h.
Lablink. 2001. (www. Lablink. Or. id/hidro/sungai/air-sungai. htm).Lestari W. 1945. Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.Ludwig., A dan James, F.R. 1988. Statistical Ecology a Primer on Methods and Computing. A.
Wiley-interscience publication, California.Legendre, L dan P. Legendre, 1983. Numerical Ecology. Elsevier Scientific Publish
Company. Amsterdam. Netherland. 419h.Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey : Pricenton
University Press.Melmambessy. HP. Maturbongs.M.R, Lantang B. 2017. Komposisi Jenis Ikan Yang Tertangkap
Dengan Jaring Insang Di Perairan Sungai Kumbe Distrik Malind Kabupaten Merauke.Prosiding Semnas. Pertanian Terpadu. Fakultas Pertanian, Unmus. (In Press).
Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Jurusan Pemanfaatan SumberdayaPerikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Mote N. 2017. Biodiversitas iktiofauna di Muara Sungai Kumbe Kabupaten Merauke. Al-Kauniyah: Journal of Biology 10 (1), 26-34.
Næsje, T.F; C. J. Hay; N. Nickanor; J. H. Koekemoer; R. Strand and E.B. Thorsta. 2004. Fishpopulations, gill net catches and gill net selectivity in the Kwando River, Namibia.
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
13
Norwegian Institute for Nature Research Tungasletta 2, NO-7485 Trondheim, Norway.65 P.
Nomura M, dan Yamazaki T.1977. Fishing Techniques (1). Tokyo. Japan InternaionalCooperation Agency. P.
Odum, E P. 1996 . Dasar – Dasar Ekologi : edisi ketiga. Yogyakarta : Gadja Mada UniversityPrees.
Payne, A. I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and River. John Wiley & Sons, Ghighester,Great Britain
Pemerintah Kabupaten Mappi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jalan Irian Km. 2 –Kepi, Kabupaten Mappi. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mappi TahunPerencanaan 2010-2030.
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai. Presiden Republik Indonesia.Nomor : 35 TAHUN 1991 (35/1991). LN 1991/44; TLN NO. 3445. (Tanggal : 14 JUNI1991. JAKARTA).
Profil Kesehatan Kabupaten Mappi Tahun, 2012.Rarung, L.K. and S.B. Pratasik. 2010. Potential Types of Freshwater Fish Public Consumption
in Digoel Watershed Society, Digoel District, Papua, and Some Steps TheirManagement.
Rahmawati. D. 2011. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sungai Diwak DiBergas Kabupaten Semarang Dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai.( Tesis).Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas DiponegoroSemarang.
Rachman, A. 2009. Studi Alat Tangkap Rawai (Long Line) Di Waduk Riam KananKecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. (Abstr.)http://www.faperikanunlam.org/Abstrak-PDF/ Andi _Rachman.pdf.
Ridho. S. T. Hartoko. A. Subiyanto. 2015. Diversity and Fish Community Structure in SancangCoastal of Garut District. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, ProdiPendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. 21 Maret 2015.
Sandy, IM, 1985. DAS-Ekosistem Penggunaan Tanah. Publikasi Direktorat Taguna TanahDepartemen Dalam Negeri (Publikasi 437).
Subani W dan H R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. JumalPerikanan Laut Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut,Departemen Pertanian. Hal 40-56.
Sudirman dan Achmar M. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.Sudirman, dan Mallawa, Achmar. 2004 Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.Sulistriyarto B, Soeharma D, Rahardjo MF, Sumardjo. 2007. Pengaruh musim terhadap
komposisi jenis dan kemelimpahan ikan di Rawa Lebak, Sungai Rungan, Palangkaraya,Kalimantan Tengah. Biodiversitas 8 (4): 270-273.
Sunarya Wargasasmita. Departemen Biologi dan Pusat Studi Biodiversitas dan KonservasiFMIPA-UI, KampusUI Depok, 16424.
Schiemer F & M. Zalewski. 1992. The Importance of Riparian Ecotone For Diversity &Productivity or Riverine Fish Comunities. Netherland Journal of Zoology 42 (2-3) :323-335.
Sparre, P., S.C. Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis (Terjemahan, Buku 1).Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Jakarta.
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14
14
Stewart, P.A.M. and Ferro, R.S.T. 1985. Measurements on Gill Nets in a Flume Tank, Fish. Res,3: 29-46.
Septiano, E. 2006. Keanekaragaman dan Pola Adaptasi Ikan di Daerah Hulu sungai Ciliwung,Jawa Barat. Skripsi. Bogor : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK.IPB. Bogor (Tidak dipublikasikan).
Setiawan. Hafid Skripsi. Dampak Pertanian Terhadap Keanekaragaman Plankton di Sungai DesaJabung. (search http://www. docs-engine. com/pdf/1/Hafid-kenaikan-suhu. html #).
Thornbury, William, D; 1973. Principle of Geomorphologi. New York: Grw Hill.Tambulon P.A.R.P Rahardjo M. F, Krismono. 2014. Potensi Ancaman Invasi Ikan Oska
(Amphilophus citrinellus) di Waduk IR. H. Djunada, Jawa Barat. Widyariset. Vol 17(2): 311-322.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994. Tentang Pengesahan United NationsConvention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa MengenaiKeanekaragaman Hayati).
Utomo, A. D. S. Makmur, N. Muflikhah, M.F. Rahardjo dan S. Nurdawaty. 2007. IchtyofaunaSungai Musi Sumatera Selatan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 182 hal.
Wibowo DN, Widyastuti E, Rukayah S, Mote N. 2015. Biodiversitas Sumberdaya Ikan di DanauRawa Biru Kabupaten Merauke Papua. Prosiding Seminar Nasional Biologi PBI keXXIII, Jayapura, 8-10 September 2015. 121-130.
Welliken, M.A.K. 2013. Jenis Dan Komposisi Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Insang(Gill Net) Di Sungai Maro Kawasan Gudang Arang Kelurahan Maro KabupatenMerauke. Skripsi Sarjana, Fakultas Pertanian, Universitas Musamus, Merauke. (tidakdipublikasikan).