keanekaragaman jenis ikan di sungai digoel

14
Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14 1 KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI DIGOEL DISTRIK EDERA KABUPATEN MAPPI Robert S. Buhdy 1 , Norce Mote 2 & Edy H.P.Melmambessy 2 1 Pemda Kabupaten Mappi email: [email protected] 2 Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FAPERTA Universitas Musamus email: [email protected], [email protected] ABSTRACT Fisheries production in the mainland waters of Mappi Regency is larger (27.48%) compared to marine fisheries (8.53%). Edera District is one of the districts in Mappi District which contributes to the potential of fisheries specifically for mainland waters. This study aims to determine the diversity of fish species in the Digoel River, Edera District, Mappi Regency. The fishing gear used is gill nets, stocking nets, fixed lines, fishing rods and spoon nets (tanggo). The study was conducted in August - October 2017 using the survey method. The variables analyzed were the species diversity index, evenness index, dominance index and relative abundance index. The results of the study obtained 28 species of fish which were divided into 8 orders of 20 families and 28 species. The value of the diversity of fish species is moderate, the Evenness value is relatively stable and evenly distributed, the type of dominance in Di shows that there is no dominance of species and the relative abundance of Kr is medium. Keywords: Digoel River; Diversity; Evenness; Dominance and Relative Abundance. PENDAHULUAN Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, menjelaskan bahwa Kabupaten Mappi merupakan salah satu kabupaten yang baru berkembang sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke atau termasuk wilayah perbatasan yang terletak di kawasan timur Indonesia. Luas perairan laut Kabupaten Mappi ± 4.750 km 2 dan memiliki panjang pantai ± 218 km, dengan potensi lestarinya adalah udang 3.125 ton/tahun, ikan pelagis 2.701 ton/tahun, ikan demersal 6.622 ton/tahun. Sedangkan perairan umum luasnya ± 3.000 km 2 , dengan potensi lestarinya 3.317 ton/tahun data (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030). Produksi perikanan laut di Kabupaten Mappi lebih kecil (8,53%) dibandingkan dengan produksi perikanan darat (27,48%). Walaupun disatu sisi luas perairan laut lebih besar dibandingkan perairan umum daratan. Hasil produksi perikanan laut sebesar 19.499,22 ton pada tahun 2005 apabila dibandingkan dengan Kabupaten lain di Papua yaitu 209.216,30 ton. Potensi perikanan Kabupaten Mappi yang telah dilaporkan adalah jenis-jenis ikan (kakap putih, gulama, kuru, kerapu, arwana, bawel, gabus); kura-kura, udang dan cumi terbatas pada Distrik

Upload: khangminh22

Post on 09-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

1

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI DIGOELDISTRIK EDERA KABUPATEN MAPPI

Robert S. Buhdy1, Norce Mote2 & Edy H.P.Melmambessy2

1Pemda Kabupaten Mappiemail: [email protected]

2Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FAPERTA Universitas Musamusemail: [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Fisheries production in the mainland waters of Mappi Regency is larger (27.48%) compared to marine fisheries(8.53%). Edera District is one of the districts in Mappi District which contributes to the potential of fisheriesspecifically for mainland waters. This study aims to determine the diversity of fish species in the Digoel River,Edera District, Mappi Regency. The fishing gear used is gill nets, stocking nets, fixed lines, fishing rods and spoonnets (tanggo). The study was conducted in August - October 2017 using the survey method. The variables analyzedwere the species diversity index, evenness index, dominance index and relative abundance index. The results of thestudy obtained 28 species of fish which were divided into 8 orders of 20 families and 28 species. The value of thediversity of fish species is moderate, the Evenness value is relatively stable and evenly distributed, the type ofdominance in Di shows that there is no dominance of species and the relative abundance of Kr is medium.

Keywords: Digoel River; Diversity; Evenness; Dominance and Relative Abundance.

PENDAHULUAN

Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, menjelaskan bahwa

Kabupaten Mappi merupakan salah satu kabupaten yang baru berkembang sebagai daerah

pemekaran dari Kabupaten Merauke atau termasuk wilayah perbatasan yang terletak di kawasan

timur Indonesia. Luas perairan laut Kabupaten Mappi ± 4.750 km2 dan memiliki panjang pantai

± 218 km, dengan potensi lestarinya adalah udang 3.125 ton/tahun, ikan pelagis 2.701 ton/tahun,

ikan demersal 6.622 ton/tahun. Sedangkan perairan umum luasnya ± 3.000 km2, dengan potensi

lestarinya 3.317 ton/tahun data (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi,

2010-2030).

Produksi perikanan laut di Kabupaten Mappi lebih kecil (8,53%) dibandingkan dengan

produksi perikanan darat (27,48%). Walaupun disatu sisi luas perairan laut lebih besar

dibandingkan perairan umum daratan. Hasil produksi perikanan laut sebesar 19.499,22 ton pada

tahun 2005 apabila dibandingkan dengan Kabupaten lain di Papua yaitu 209.216,30 ton. Potensi

perikanan Kabupaten Mappi yang telah dilaporkan adalah jenis-jenis ikan (kakap putih, gulama,

kuru, kerapu, arwana, bawel, gabus); kura-kura, udang dan cumi terbatas pada Distrik

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

2

Nambioman Bapai (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030).

Distrik Edera di Kabupaten Mappi memiliki luas perairan daratan 18.667,27 Ha,

(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030). Kemudian Laporan

Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi, (2012) menyatakan bahwa diperkirakan panjang Sungai

Digoel 180 km, dan lebar mencapai 300-900 m, dengan kedalaman bervariasi antara 6-28 m,

data (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030) dijelaskan

bahwa wilayah Distrik Edera dilintasi Sungai besar yaitu Sungai Digoel dan dikelilingi oleh

daerah rawa dengan pola pemanfaatan lahan sebesar 2564.82 Ha sehingga daerah ini memiliki

potensi perikanan umum daratan yang cukup menjanjikan data (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi. ,2010-2030).

Belum banyak penelitian yang dilakukan di Kabupaten Mappi terutama penelitian dasar

tentang berbagai macam ikan perairan umum daratan. Beberapa yang telah dilaporkan yaitu ikan

kakap, gulama dan kuro merupakan potensi perikanan laut (Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030). Rarung, (2010) melaporkan terdapat 23 jenis ikan

diantaranya ikan duri (Arius leptasp), lele ekor cagak (A.carinatus), lele hitam (Clarias

batrachus), ikan sembilan (Porochillus meraukensis), gabus rawa (Oxyleotris herwardenii),

gabus toraja (Canna striata), nilem (Barbodes goniotatus), belanak (Mungil cephalus), arwana

(Scleropages jardinii), kakap putih (Lates calcarifer), kakap hitam (hephaestus roemeri), kakap

kembang (Glossamia sandei), ikan tawar (Nibea saldado), gourame (Osphronemus goramy),

mas (Cyprinus carpio), sumpit (Toxotes chatereus), koprasi (Paraambassis gulliver), betik

(Anabas tetudineus), tulang-tulang (Thryssa rastrosa), mata bulan (Megalop cyprionides), ikan

kaca (Kurtus gulliver), mujair (Oreochromis mossambicus), dan nila (Oreochromis niloticus).

Berbeda halnya di Kabupaten Merauke, berbagai penelitian tentang keragaman ikan di

kabupaten ini telah dilaporkan oleh Hendra (2007) dimana terdapat enam jenis ikan di sungai

Maro yaitu sembilan (Neosilurus sp.) dan tulang (Nematalosa flyensis), mata bulan (Megalops

cyprinoids), ikan kaca (Kurtus gulliveri), bulanak (Mugil sp) dan ikan pisang (Thryssa rastrosa).

Selanjutnya Wibowo et al., (2015) melaporkan terdapat 16 jenis ikan air tawar di Rawa Biru

Distrik Sota. Kemudian jenis ikan di daerah estuari (muara sungai Kumbe) dilaporkan terdapat

42 jenis dan jenis yang mendominasi adalah Eleutheronema tetradactylum, Polydactylus

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

3

plebeius, Kurtus gulliveri, Mugil dussumieri, Mugil cephalus, Mugil sp., Nibea saldado, Johnius

macropterus, Pennahia macrocephalus, dan Hilsa kelee (Mote, 2017).

Informasi keragaman ikan sangat penting dikaji karena merupakan faktor kunci dari

ekologi yang berhubungan dengan aturan dan fungsi ekosistem perairan (Chalar, 2009). Selain

hal di atas, data keragaman ikan juga sangat dibutuhkan dalam menentukan status sumberdaya

dan pengelolaan sumberdaya ikan di daerah kajian. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan

dengan tujuan mengetahui keanekaragaman jenis ikan di sungai Digoel Distrik Edera Kabupaten

Mappi dengan mengkaji beberapa variabel diantaranya: Indeks keanekaragaman jenis, Indeks

kemerataan, Indeks dominasi dan Indeks Kelimpahan Relatif. Diharapkan data ini dapat menjadi

bahan acuan bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam mengelolah sumberdaya perikanan yang

bersifat.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Sungai Digoel Distrik Edera Kabupaten Mappi yang dibagi

menjadi 3 stasiun yaitu stasiun I (Kanggu) berada pada garis 7 0 13 –380 Lintang Selatan dan

garis 139 0 33 – 830 Bujur Timur dan stasiun II (Kisi) berada pada garis 7 0 12 – 64 Lintang

Selatan dan garis 139 0 33 – 480 Bujur Timur kemudian stasiun III (Hol cincin) berada pada garis

70 11- 490 Lintang Selatan dan 1390 35 – 520 Bujur Timur. Penelitian dilakukan selama 2 bulan

yaitu dari bulan Agustus - Oktober 2017.

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian Jaring insang (gill net), jala, serok,

Rawai tetap (bottom long line), pancing, Perahu, Botol plastik, talirafia, sensor pemberat (batu),

Stopwatch, Mistar, meter rol, timbangan digital, Gabus sterofom,milimeterblock,jarum pentul,

Kamera digital, Thermometer batang, pH meter, Refrakto meter, Secchidisck, Plastik sampel,

Kertas label, Coolbox. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Alkohol 70 %, Es batu, Cacing,

udang, Ikan sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Sugiyono (2013)

mengatakan bahwa metode survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari

tempat tertentu yang alamiah bukan buatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif

dengan pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi

dan wawancara terhadap penilaian.

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

4

Gambar 1. Peta Lokasi Tempat Penelitian

Untuk menganalisis data digunakan Indeks keanekaragaman jenis, Indeks kemerataan,

Indeks dominasi dan Indeks kelimpahan relatif.

Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan Perstasiun (H’)

Fachrul (2007) menyatakan bahwa indeks keanekaragaman (indeks of diversity) berguna

dalam mempelajari gangguan faktor-faktor lingkungan (abiotik) terhadap suatu komunitas, untuk

mengetahui suksesi dan stabilitas suatu komunitas. Tujuan utama teori informasi Shannon-

Wienner adalah untuk mengukur tingkat keteraturan dan ketidakteraturan dalam suatu sistem.

=Keterangan :

H’ : Indeks diversitasPi : ni/Nni : jumlah spesies ke-1

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

5

N : Jumlah total seluruh spesiesPenentuan kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman jenis:

H’ < 1 : keanekaragaman rendah1<H’<3: keanekaragaman sedangH’>3 : keanekaragaman tinggi

Indeks Kemerataan (E)

Kemerataan individu antar jenis dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan(Bagon et al, 1990). = ′Keterangan :

H’ : Indeks Shanon-WienerH’maks : ln SS : Jumlah spesisKriteria nilai indeks kemerataan (Fachrul, 2007) sebagai berikut: E = 0 : Kemerataan

antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangatjauh berbeda. E = 1 : Kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.

Indeks Dominasi (Di)

Penentuan jenis ikan yang dominan di dalam kawasan penelitian, ditentukan denganmenggunakan rumus Simson (Odum, 1971)= × %Keterangan :

Di = Indeks dominansi suatu jenis ikan

ni = jumlah individu suatu jenis

N = jumlah individu dari seluruh jenis

Dengan kriteria : jika dominan: Di > 50%; Sub dominan : Di 10-50 %; Tidak dominan : Di < 10% (Torgensen dan Baxter, 2006)

Indeks Kelimpahan Relatif Setiap Stasiun (Kr)

Untuk menghitung nilai kelimpahan relatif setiap spesies ikan dilakukan denganmengunakan perhitungan presentase rumus (Krebs, 1972) sebagai berikut :

Keterangan :Kr = Kelimpahan relatifni = Jumlah individu spesies ke-iN = Jumlah total individu semua spesies

Kr = ni/N x100%

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan yang diperoleh selama 2 bulan pengamatan adalah 28 jenis ikan yang

terbagi dalam 8 ordo dan 20 famili (Tabel 2). Famili yang memiliki jumlah individu terbanyak

adalah Ambassidae spesies Parambassis gulliveri; famili Kurtidae spesies Kurtus gulliveri dan

famili Ariidae spesies Cinetodus crassilabris (tabel 2). Selanjutnya dari 28 spesies ini, 24 spesies

merupakan ikan asli yaitu: Strongylura krefftii, Zenarchopterus caudovittatus, Barbonymus

gonionotus, Thryssa hamiltonii, Megalops cyprinoides, Scleropages jardinii, Parambassis

gulliveri, Anabas testudineus, Oreochromis mossambicus, Oxyeleotris spp., Oxyeleotris

lineolata, Philypnodon sp., Glossogobius spp., Stenogobius spp., Kurtus gulliveri, Lates

calcarifer, Liza subviridis, Scatophagus argus, Nibea squamosal, Toxotes chatareus, Achirus

poropterus, Cinetodus crassilabris, Hexanematichthys sagor, Neoarius midgleyi, Neoarius

leptaspis, Nedystoma novaeguineae, Neosiluris ater dan 4 spesies adalah ikan introduksi yaitu:

Barbonymus gonionotus, Anabas testudineus, Oreochromis mossambicus dan Channa striata.

Jumlah total ikan berhubungan dengan kehadiran jenis ikan disetiap stasiun pengamatan untuk

stasiun I (Kanggu) terdapat 20 spesies dan stasiun III (Hol cincin) terdapat 22 spesies data

individu spesies ikan pada kedua stasiun ini sangatlah rendah apabila dibandingkan dengan

jumlah individu spesies di stsiun II (Kisi) adalah 24 spesies. Data hasil tangkapan ini sedikit jika

dibandingkan dengaan penelitian Utomo et al (2007) yang menemukan sekitar 125 jenis ikan

yang tersebar dari hulu hingga hilir di sungai Musi sangatlah jauh berbeda dengan data yang

diperoleh pada tabel 2 yaitu 28 jenis ikan.

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

7

Tabel 2. Klasifikasi Jumlah Jenis Ikan Hasil Tangkapan

No.Klasifikasi Jenis Ikan

Ordo Famili Spesies Nama Indonesia

1 BeloniformesBelonidae Strongylura krefftii Ikan SakuZenarchopteridae Zenarchopterus caudovittatus Ikan Saku

2 Cypriniformes Cyprinidae Barbonymus gonionotus Ikan Tawes3 Clupeiformes Engraulidae Thryssa hamiltonii Ikan Matabulan4 Elopiformes Megalopidae Megalops cyprinoides Ikan Bulan - Bulan5 Osteoglossiformes Osteoglossidae Scleropages jardinii Ikan Arwana

6 Perciformes

AmbassidaeParambassis gulliveri Ikan KoprasiAnabas testudineus Ikan Pepuyu

Cichlidae Oreochromis mossambicus Ikan MujairChannidae Channa striata Ikan Aruan

EleotridaeOxyeleotris spp. Ikan GabusOxyeleotris lineolata Ikan GobiPhilypnodon sp. Ikan Gabus

GobiidaeGlossogobius spp. Ikan GobiStenogobius spp. Ikan Gabus

Kurtidae Kurtus gulliveri Ikan Cinta MaduLatidae Lates calcarifer Ikan BaramundiMugilidae Liza subviridis Ikan BulalaoScatophagidae Scatophagus argus Ikan Ketang-ketangSciaenidae Nibea squamosal Ikan GulamaToxotidae Toxotes chatareus Ikan Sumpit

7 Pleuronectiformes Achiridae Achirus poropterus Ikan Sebela

8 SiluriformesAriidae

Cephalocassis stormii Ikan Baung PutihHexanematichthys sagor Ikan BaungNeoarius midgleyi Ikan BaungNeoarius leptaspis Ikan DuriNedystoma novaeguineae Ikan Duri

Plotosidae Neosiluris ater Ikan Sembilang

Perbedaan hasil tangkapan ini dikarenakan seluruh jenis ikan tersebut mendiami

berbagai tipe habitat perairan umum di DAS Musi mulai dari rawa banjiran, anak sungai, danau,

estuaria dan sungai utama sementara jumlah spesies yang diperoleh pada ke 3 stasiun di sungai

Digoel hanya berasal dari 2 ekosistem perairan yakni perairan sungai Digoel dan ekosistem rawa

pada stasiun pengamatan saja. Selain adanya perbedaan tipe habitat, jumlah hasil tangkapan juga

di pengaruhi oleh aktifitas fenomena alam kepala arus yang mengakibatkan tingginya tingkat

kekeruhan sehingga mempengaruhi daya tembus cahaya matahari hal ini dikuatirkan menurut

(Reid dan Wood, 1976) bahwa tingkat kekeruhan tertentu dapat membunuh jenis-jenis ikan yang

peka terhadap perubahan kondisi lingkungan.

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

8

Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Digoel Distrik Edera Kabupaten Mappi

Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan pada 3 stasiun pengamatan dapat dilihat pada

gambar 2. Berdasarkan gambar grafik 41 di atas dapat dilihat bahwa pada ke tiga stasiun

pengamatan di sungai Digoel Distrik Edera untuk stasiun I (Kanggu) nilai indeks

keanekaragaman jenis H” = 2, 23; stasiun II (Kisi) H” = 2,72 dan stasiun III (Hol cincin) H”

adalah 2,69 berdasarkan kriteria keanekaragaman (Shannon-Wiener) apabila dibandingkan

dengan data hasil penelitian pada tiga stasiun pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa nilai

keanekaragaman jenis ikan pada ketiga stasiun pengamatan menunjukan nilai sedang.

Gambar 2. Grafik keanekaragaman jenis ikan pada 3 stasiun pengamatan.

Berbeda halnya dengan hasil yang dilaporkan oleh Gunawan dkk (2016) yang

melakukan penelitian di kawasan konservasi Rawa Danau Banten menemukan nilai indeks

keanekaragaman jenis di ketiga Stasiun adalah 1,53. Nilai Indeks keanekaragaman jenis ikan

yang tertinggi terdapat di stasiun muara sebesar 1,73 diikuti dengan stasiun Cibungur sebesar

1,22 dan stasiun Jamungkal 1,12. Perbandingan nilai indek keanekaragaman pada kedua data

tersebut di atas diduga karena adanya jumlah hasil tangkapan. Menurut Odum (1996)

keanekaragaman jenis tinggi bila banyak jenis yang mendominasi ekosistem tersebut dan

keanekaragaman jenis rendah bila hanya satu atau beberapa jenis saja yang mendominasi

komunitas tersebut. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Mote (2017)

dimana keanekaragaman ikan yang ditemukan di Muara sungai Kumbe berbeda setiap

stasiunnya, dimana di Stasiun I ditemukan keanekaragaman sedang dan Stasiun II dan III tinggi.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

ST I ST II ST III

H'

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

9

Nilai keanekaragaman sedang diakibatkan karena ikan yang mendominansi jumlahnya sedikit

dibandingkan ke dua stasiun tersebut. Sulistiyarto et al. (2007) mengatakan bahwa pergantian

musim dapat mempengaruhi komposisi dan kemelimpahan ikan, kemudian lebih jauh dijelaskan

dalam Magurran (1988) bahwa kehadiran jenis berpengaruh terhadap jumlah jenis, individu,

famili dan mempengaruhi pula dengan nilai keanekaragaman, kemerataan serta dominansi pada

setiap stasiun.

Indeks Kemerataan dan Dominansi

Berdasarkan gambar grafik 3 nilai indeks kemerataan jenis ikan pada tiga stasiun

penelitian adalah stasiun I (Kanggu) E = 0,74; satasiun II (Kisi) E= 0,86 dan sataiun III (Hol

cincin) E = 0,87 dan tergolong tinggi, yang artinya penyebaran spesies merata di ketiga stasiun

penelitian. Hal yang sama juga ditemukan di perairan Sungai Belumai (Sagala et al.,2014);

komunitas ikan muara (Mote, 2017; Samitra dan Rozi, 2018).

Gambar 3. Grafik indeks Kemerataan jenis ikan pada tiga stasiun pengamatan

Kemerataan berhubungan erat dengan keanekaragaman jenis dan dominansi. Sehingga

berdasarkan hasil ini komunitas berada dalam kondisi yang stabil atau merata mengakibatkan

tidak ada spesies yang mendominansi.

Berdasardasarkan data hasil perhitungan nilai indek dominansi terdapat tiga spesies ikan

yakni Parambassis gulliveri, Kurtus gulliveri dan Cinetodus crassilabris dengan nilai jumlah

dominansi individu spesies perstasiun yaitu Parambassis gulliveri pada stasiun I (Kanggu) Di =

13,47%, stasiun II (Kisi) Di = 2,74%, dan stasiun III (Hol cincin) Di = 0,52%, kemudian untuk

0.65

0.70

0.75

0.80

0.85

0.90

ST I ST II ST III

0.74

0.86 0.87

Kem

erat

aan

(E)

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

10

spesies Kurtus gulliveri pada stasiun I (Kanggu) Di = 2,85 %, stasiun II (Kisi) Di = 2,74% dan

stasiun III (Hol cincin) Di =0,52 %., kemudian spesies Cinetodus crassilabris pada stasiun I

(Kanggu) Di = 0,75%, stasiun II (Kisi) Di = 1,46 % dan stasiun III (Hol cincin) Di adalah 5,24

%, data jumlah dominansi individu jenis pada tiga stasiun pengamatan ini apabila dibandingkan

dengan pendapat (Torgensen dan Baxter, 2006) jika dominan Di > 50%., sub dominan Di 10-50

% dan apabila tidak dominan maka Di < 10 % dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa

jumlah dominansi jenis ikan pada ketiga stasiun pengamatan di Sungai Digoel tidak terjadi

dominansi spesies. Dominansi jenis sering terjadi karena kompetisi pakan alami oleh jenis

tertentu yang disertai perubahan kualitas lingkungan, tidak seimbangnya antara predator

dan mangsa sehingga terjadi kompetisi antar jenis Legendre (1983).

Indeks Kelimpahan Relatif (Kr) Setiap Stasiun

Nilai indeks kelimpahan relatif jenis di 3 stasiun penelitian dapat dilihat pada gambar 4.

Berdasarkan data grafik kelimpahan relatif (Kr) jumlah tertinggi pada ketiga stasiun yakni ikan

pogo (Parambassis gulliveri) = 0,21 %; ikan kaca (Kurtus gulliveri) = 0,15 %; ikan mulut tikus

(Cinetodus crassilabris) = 0,14 %. Sedangkan terendah adalah ikan nona (Nedystoma

novaeguineae), ikan saku (Strongylura krefftii) dan koloso (Scleropages jardinii) adalah 0,01%.

Magurran (1988) menyatakan bahwa semakin tinggi H’ mengindikasikan semakin tinggi jumlah

spesies dan kelimpahan relatifnya, dengan demikian makan dapat disimpulkan bahwa jumlah

kelimpahan relatif ikan pada tiga satasiun pengamatan di Sungai Digoel menunjukkan nilai

sedang.

Gambar 4. Grafik indeks kelimpahan relatif jenis ikan pada 3 stasiun pengamatan.

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

Kr (%

)

Jenis Ikan

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

11

KESIMPULAN

Hasil tangkapan yang diperoleh selama 2 bulan pengamatan adalah 28 jenis ikan yang

terbagi dalam 8 ordo dan 20 famili. Famili yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah

Ambassidae spesies Parambassis gulliveri; famili Kurtidae spesies Kurtus gulliveri dan famili

Ariidae spesies Cinetodus crassilabris.

Nilai indeks keanekaragaman menunjukkan nilai sedang, nilai kemerataan relatif stabil

dan merata kemudian untuk nilai dominansi jenis ikan tidak terjadi dominansi spesies dan jumlah

kelimpahan relatif Kr menunjukkan nilai sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. Febrian. Nurudin. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Sekonyer TamanNasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Skripsi. Jurusan Biologi FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Ardiyana. 2010. Pengaturan Suhu dan Salinitas Terhadap Keberadaan Ikan. Online at http//:A.Ardyana Blog.com [akses tanggal 12 Mei 2017 jam 23:54 WIB].

Allen, G.R. 1991. Freshwater Fishes of New Guinea. Cristensen Research Institute, MadangPapua New Guinea. 268 hal.

Allen,G.R., Hortle, K.G., dan Renyaan, S.J. 2000. Fresh Water Fishes Of The Timika RegionNew Guinea. PT Freeport Indonesia Company Timikia Environmental Laboratory.Timika. Indonesia.

Astuti. R. C. 2015. Keanekaragaman Spesies Dan Distribusi Longitudinal Ikan Di Sungai KreoSemarang Sehubungan Dengan Air Lindi Tpa Jatibarang Semarang. Skripsi. JFurusanBiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas NegeriSemarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan (Fishing Methods). Yayasan Dewi Sri. CVGaya Teknik, Bogor.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mappi, 2010-2030Bappenas. 1993. Biodversity; Action Plan For Indonesia. Bappenas, Jakarta. 141 hal.Bartley, D., Naeve, H. & R. Subasinghe 2004. Impacts of aquaculture: biodiversity and alien

spesies. http://www.oceanatlas.com/world fisheries_and_ aquaculture/htmll issues/ecosys/envimpactfilbiodiversity, 6/28/2004.

Brandt, A. V. 1984. Fish Catching Methods of the world. Fishing news Books. Ltd. Farnham,Survey, England.

Cahyono, B. 2010. Budidaya Ikan Air Tawar; Ikan Gurame, Ikan Nila, Ikan Mas. Cet Ke-9.Yogyakarta: Kanisius.

Chorley, R. J., 1984. Geomorphology, Menthunsen & Co. Ltd; London.Cole in Waryono Tarsoen. 2008. Bentuk Struktur Dan Lingkungan Bio-Fisik Sungai (Kumpulan

Makalah Periode 1987-2008).

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

12

Effendi. In. Achmad. Febrian. Nurudin. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai SekonyerTaman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Skripsi. Jurusan Biologi FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Forman; Richard and Michel Gordon. 1983. Lansdcape Ecology. John Wiley & Son; New York.Gunarso, W. 1985. Tingkah laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik

Penangkapan. Diktat Matakuliah (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 149 hlm.

Gu D.E,MA. G.M, Zhu Y.J, Xu M, Luo Du, Li Y.Y, Wei H, Mu Zi. D, Luo J.R, Hu Y.C. 2015.The Impacts Of invasive Nile Tilapia ( Orecromis nilocitus) on the fisheries in the mainriver of guando Province, Cina. Elsevier: Biocemicate systemmatics and Ekology 59: 1-7.

Gonawi G R. 2009. Habitat Struktur Komunitas Nekton Di Sungai Cihideung- Bogor Jawa Barat(Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hadiaty, K. R. Allen, R. G & Erdmann, V. M. 2016. Keanekaragaman jenis ikan di TelukArguni, Kaimana, Papua Barat Zoo Indonesia 21 (2), 35-42.

Harteman, E. 1998. Afinitas Komunitas Ikan dengan Habitat di Sungai Kapuas, KabupatenKapuas, Kalimantan Tengah. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor (tidak dipublikasikan).

Hendra Satria, 2007. Jenis ikan di sungai Maro. Jurnal Biologi Reproduksi ikan di Sungai Maro,Merauke, Propinsi Papua.

Hj. Teti Resmiati, Ir. Skalalis Diana, MSi Sr i Astuty, MSc. 2002. Laporan Penelitian. KomposisiJenis Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Teluk Banten, Serang. LembagaPenelitian Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian.

Kottelat M , Anthony J. W, Sri Nurani K & Soetikno W. 1993. Freshwater Fishes of WesternIndonesia and Sulawesi. Jakarta : Periplus Editios (HK).

Kordi, K.M.G.H. 2008. Budidaya Perairan (Buku Kesatu). Penertbit : PT Citra Aditya Bakti.Bandung.

Krebs. C. J. 1989. Ecology Methodology. Hal.293-368. Harper Collins Publishers New York 694h.

Lablink. 2001. (www. Lablink. Or. id/hidro/sungai/air-sungai. htm).Lestari W. 1945. Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.Ludwig., A dan James, F.R. 1988. Statistical Ecology a Primer on Methods and Computing. A.

Wiley-interscience publication, California.Legendre, L dan P. Legendre, 1983. Numerical Ecology. Elsevier Scientific Publish

Company. Amsterdam. Netherland. 419h.Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey : Pricenton

University Press.Melmambessy. HP. Maturbongs.M.R, Lantang B. 2017. Komposisi Jenis Ikan Yang Tertangkap

Dengan Jaring Insang Di Perairan Sungai Kumbe Distrik Malind Kabupaten Merauke.Prosiding Semnas. Pertanian Terpadu. Fakultas Pertanian, Unmus. (In Press).

Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Jurusan Pemanfaatan SumberdayaPerikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Mote N. 2017. Biodiversitas iktiofauna di Muara Sungai Kumbe Kabupaten Merauke. Al-Kauniyah: Journal of Biology 10 (1), 26-34.

Næsje, T.F; C. J. Hay; N. Nickanor; J. H. Koekemoer; R. Strand and E.B. Thorsta. 2004. Fishpopulations, gill net catches and gill net selectivity in the Kwando River, Namibia.

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

13

Norwegian Institute for Nature Research Tungasletta 2, NO-7485 Trondheim, Norway.65 P.

Nomura M, dan Yamazaki T.1977. Fishing Techniques (1). Tokyo. Japan InternaionalCooperation Agency. P.

Odum, E P. 1996 . Dasar – Dasar Ekologi : edisi ketiga. Yogyakarta : Gadja Mada UniversityPrees.

Payne, A. I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and River. John Wiley & Sons, Ghighester,Great Britain

Pemerintah Kabupaten Mappi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jalan Irian Km. 2 –Kepi, Kabupaten Mappi. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mappi TahunPerencanaan 2010-2030.

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai. Presiden Republik Indonesia.Nomor : 35 TAHUN 1991 (35/1991). LN 1991/44; TLN NO. 3445. (Tanggal : 14 JUNI1991. JAKARTA).

Profil Kesehatan Kabupaten Mappi Tahun, 2012.Rarung, L.K. and S.B. Pratasik. 2010. Potential Types of Freshwater Fish Public Consumption

in Digoel Watershed Society, Digoel District, Papua, and Some Steps TheirManagement.

Rahmawati. D. 2011. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sungai Diwak DiBergas Kabupaten Semarang Dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai.( Tesis).Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas DiponegoroSemarang.

Rachman, A. 2009. Studi Alat Tangkap Rawai (Long Line) Di Waduk Riam KananKecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. (Abstr.)http://www.faperikanunlam.org/Abstrak-PDF/ Andi _Rachman.pdf.

Ridho. S. T. Hartoko. A. Subiyanto. 2015. Diversity and Fish Community Structure in SancangCoastal of Garut District. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, ProdiPendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. 21 Maret 2015.

Sandy, IM, 1985. DAS-Ekosistem Penggunaan Tanah. Publikasi Direktorat Taguna TanahDepartemen Dalam Negeri (Publikasi 437).

Subani W dan H R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. JumalPerikanan Laut Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut,Departemen Pertanian. Hal 40-56.

Sudirman dan Achmar M. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.Sudirman, dan Mallawa, Achmar. 2004 Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.Sulistriyarto B, Soeharma D, Rahardjo MF, Sumardjo. 2007. Pengaruh musim terhadap

komposisi jenis dan kemelimpahan ikan di Rawa Lebak, Sungai Rungan, Palangkaraya,Kalimantan Tengah. Biodiversitas 8 (4): 270-273.

Sunarya Wargasasmita. Departemen Biologi dan Pusat Studi Biodiversitas dan KonservasiFMIPA-UI, KampusUI Depok, 16424.

Schiemer F & M. Zalewski. 1992. The Importance of Riparian Ecotone For Diversity &Productivity or Riverine Fish Comunities. Netherland Journal of Zoology 42 (2-3) :323-335.

Sparre, P., S.C. Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis (Terjemahan, Buku 1).Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Jakarta.

Musamus Fisheries and Marine Journal: Vol 1 (1), Oktober 2018,1-14

14

Stewart, P.A.M. and Ferro, R.S.T. 1985. Measurements on Gill Nets in a Flume Tank, Fish. Res,3: 29-46.

Septiano, E. 2006. Keanekaragaman dan Pola Adaptasi Ikan di Daerah Hulu sungai Ciliwung,Jawa Barat. Skripsi. Bogor : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK.IPB. Bogor (Tidak dipublikasikan).

Setiawan. Hafid Skripsi. Dampak Pertanian Terhadap Keanekaragaman Plankton di Sungai DesaJabung. (search http://www. docs-engine. com/pdf/1/Hafid-kenaikan-suhu. html #).

Thornbury, William, D; 1973. Principle of Geomorphologi. New York: Grw Hill.Tambulon P.A.R.P Rahardjo M. F, Krismono. 2014. Potensi Ancaman Invasi Ikan Oska

(Amphilophus citrinellus) di Waduk IR. H. Djunada, Jawa Barat. Widyariset. Vol 17(2): 311-322.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994. Tentang Pengesahan United NationsConvention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa MengenaiKeanekaragaman Hayati).

Utomo, A. D. S. Makmur, N. Muflikhah, M.F. Rahardjo dan S. Nurdawaty. 2007. IchtyofaunaSungai Musi Sumatera Selatan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 182 hal.

Wibowo DN, Widyastuti E, Rukayah S, Mote N. 2015. Biodiversitas Sumberdaya Ikan di DanauRawa Biru Kabupaten Merauke Papua. Prosiding Seminar Nasional Biologi PBI keXXIII, Jayapura, 8-10 September 2015. 121-130.

Welliken, M.A.K. 2013. Jenis Dan Komposisi Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Insang(Gill Net) Di Sungai Maro Kawasan Gudang Arang Kelurahan Maro KabupatenMerauke. Skripsi Sarjana, Fakultas Pertanian, Universitas Musamus, Merauke. (tidakdipublikasikan).