gender dalam pembangunan

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan topik yang menarik untuk tidak habis- habisnya di telaah permasalahannya, baik dari segi peran, status, hak maupun kewajibannya. Dengan ikutnya wanita di pesisir dalam proses pembangunan bukanlah semata-mata hanya sebagai tindakan pri kemanusiaan yang adil belaka. Tindakan berupa mengajak, menyertakan wanita pesisir untuk berpartisipasi dalam pembangunan merupakan tindakan yang efesien. Bukanlah dengan ikutnya sertanya wanita pada umumnya dalam pembangunan berarti pula memanfaatkan suatu sumberdaya manusia dengan potensi yang tinggi. Pembangunan dewasa ini ditandai oleh banyaknya perubahan yang terjadi, termasuk didalamnya perubahan aktivitas wanita, banyaknya wanita Indonesia turut aktif mencari nafkah. Hal ini memang diharapkan wanita Indonesia ikut serta dalam pembangunan nasional. Status dan peranan wanita tidak dapat diabaikan dalam kehidupan masyarakat, diantaranya sebagai penyokong kehidupan ekonomi rumah tangga. Wanita merupakan satu komponen penting dalam kegiatan berbasis perikanan dan kelautan sebagai pengecer, pengumpul ikan, pedagang beras, buruh upah, maupun tenaga pengolah hasil perikanan. Keterbatasan ekonomi keluarga yang menuntut wanita pesisir termasuk anak-anak mereka bekerja. 1

Upload: ppsunj

Post on 08-Apr-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wanita merupakan topik yang menarik untuk tidak habis-

habisnya di telaah permasalahannya, baik dari segi peran,

status, hak maupun kewajibannya. Dengan ikutnya wanita di

pesisir dalam proses pembangunan bukanlah semata-mata hanya

sebagai tindakan pri kemanusiaan yang adil belaka. Tindakan

berupa mengajak, menyertakan wanita pesisir untuk

berpartisipasi dalam pembangunan merupakan tindakan yang

efesien. Bukanlah dengan ikutnya sertanya wanita pada umumnya

dalam pembangunan berarti pula memanfaatkan suatu sumberdaya

manusia dengan potensi yang tinggi.

Pembangunan dewasa ini ditandai oleh banyaknya

perubahan yang terjadi, termasuk didalamnya perubahan

aktivitas wanita, banyaknya wanita Indonesia turut aktif

mencari nafkah. Hal ini memang diharapkan wanita Indonesia

ikut serta dalam pembangunan nasional. Status dan peranan

wanita tidak dapat diabaikan dalam kehidupan masyarakat,

diantaranya sebagai penyokong kehidupan ekonomi rumah tangga.

Wanita merupakan satu komponen penting dalam

kegiatan berbasis perikanan dan kelautan sebagai pengecer,

pengumpul ikan, pedagang beras, buruh upah, maupun tenaga

pengolah hasil perikanan. Keterbatasan ekonomi keluarga yang

menuntut wanita pesisir termasuk anak-anak mereka bekerja.

1

Wanita yang sudah berumah tangga, apalagi yang sudah memiliki

anak, tidak jarang mengalami dilema dalam memenuhi tuntutan

pekerjaan di luar rumahnya. Dilema ini terjadi karena

kenyataannya dunia ini masih dikuasai oleh laki-laki, bukan

saja di Indonesia, tetapi juga negara dan di berbagai

kalangan pemerintahan.

Keadaan ini menyebabkan kalangan laki-laki merasa

diuntungkan, sehingga tidak mengherankan apabila mereka

mencoba mempertahankan status tersebut. Meskipun perempuan

telah menunjukkan tanggung jawab, jam kerja dan tingkat

pendidikan dalam jenis pekerjaan yang sama dengan laki-laki,

tetapi tidak sedikit contoh-contoh yang ada menunjukkan bahwa

pekerjaan wanita menerima upah dan penghargaan lebih rendah

dari pekerjaan laki-laki. Penyebab lain dari kodrat tersebut

adalah kodrat wanita itu sendiri yang memiliki kondisi

biologis, yaitu mengandung, melahirkan dan memiliki naluri

merawat yang lebih tinggi dari suaminya.

Perubahan di bidang sosial dan ekonomi yang di alami

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir ini dengan

sendirinya juga menyentuh peranan wanita dalam masyarakat.

Dalam struktur pemerintahan terlihat timbulnya lembaga

Menteri Pemberdayaan Wanita dan adanya wanita sebagai

menteri. Statistik juga memperlihatkan kemajuan wanita di

bidang pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.

Berlanjut ke penelitian yang kami lakukan terhadap

peran ganda wanita yang dilakukan didesa Sawarna. Desa ini

2

terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak. Bahwa

Berbatasan Langsung dengan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi,

Jawa Barat. Dari Jakarta menuju Sawarna dengan menggunakan

mobil membutuhkan 7-8 jam perjalanan dengan jarak tempuh

lebih dari 270 KM.

Akses menuju Pantai Sawarna lumayan memakan waktu

yang lama karena kondisi infrastruktur jalan yang kurang baik

bahkan bisa dibilang sangat memprihatinkan. Emuy (22). warga

setempat menuturkan, kerusakan yang terjadi disepanjang jalan

tersebut sudah sangat parah. Aspal jalan sudah tidak terlihat

lagi, yang terlihat kondisi jalan sudah berlubang, sehingga

pengguna jalan kesulitan saat menggunakan ruas jalan

tersebut. “Jalan ini sudah lama rusak. Namun belum juga

diperbaiki oleh pemerintah.

Desa Wisata Sawarna merupakan titik awal kita

menjelajah alam yang elok hingga pengalaman berinteraksi

dengan masyarakat tradisionalnya yang bersahaja. Pantai

Sawarna terletak di wilayah Kampung Gendol, Desa Sawarna,

Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pantai

indah ini jaraknya sekitar 150 km dari pusat kota

Rangkasbitung. Berwisata di pantai ini sangat menyenangkan dan

berkesan karena alamnya masih asli juga memiliki air laut

yang jernih tidak tercemar.

Di sini menanti pantainya akan menawan mata dan hati.

Apabila bagi yang hobi berselancar atau surfing akan

dimanjakan dengan ombaknya yang spektakuler bahkan telah

3

dicicipi peselancar dari Amerika, Australia, Jepang, dan

Korea. Disini juga kita dapat merasakan snorkeling untuk

menyapa beragam ikan hias dan terumbu karang. Temukan

keindahannya di Pantai Ciantir, Pantai Tanjung Layar, Pantai

Karang Bokor, Pantai Karang Seupang, Pantai Karang Taraje, dan

Pantai Teluk Legon Pari.

Selain objek keindahan pantainya di Sawarna ada pula

wisata gua. Beberapa gua yang berbeda ukuran dapat kita

kunjungi seperti Goa Lalay, Goa Sikadir, Goa Cimaul, Goa

Singalong, dan Bukit Pasir Tangkil. Goa di Sawarna merupakan

gua karst (batu gamping) yang terbentuk dari masa Miosen awal.

Selanjutnya, kita dapat berkeliling melanjutkan

perjalanan ke Pantai Bayah di Banten selatan. Pantai ini

memiliki ombak yang cukup besar dimana hempasan gelombangnya

terdengar menderu dari jarak cukup jauh. Hal itu dikarenakan

dasar laut Pantai Bayah adalah hamparan batu karang dan

kerikil hitam. Di sini juga dapat kita temukan kehidupam

tradisional masyarakat Banten selatan yang tinggal di

Panggarangan, Sawarna, Malingping, dan Bayah.

Sebelum mencapai Pantai Bayah, kita dapat menemukan

Tugu Romush a di pinggiran jalan poros Bayah-Sukabumi. Tugu

Romusha ini untuk menghormati pekerja paksa pembuat jalur

kereta Bayah-Labuan saat Pendudukan Jepang. Wilayah Bayah

dahulu merupakan penghasil tambang batu bara. Sayangnya Tugu

Romusha tersebut kurang terawat baik. Kunjungan sejumlah objek

wisata pantai ada di desa ini seperti Tanjung Layar, Pantai

4

Karang Bokor, Pantai Karang Seupang, Pantai Karang Taraje, dan

Pasir Putih.

Setelah kami lakukan penelitian, diketahui bahwa dahulu

wanita desa Sawarna bekerja sebagai petani. Tetapi baru-baru

sekarang ini terlihat beberapa masyarakat berpindah profesi

sebagai penyedia jasa. hal ini terjadi karena masyarakat

disekitar desa Sawarna melihat peluang baru untuk memenuhi

kebutuhan hidupnua. Menurut Hugo (1973) dan Breman (1980)

menggambarkan sebagian angkatan kerja pedesaan tertarik ke

kota dan banyak terkait dengan usaha-usaha sector informal.

Sektor usaha ini menurut Hidayat (1985) memiliki cirri khas

yaitu ia tumbuh di kota dan pedesaan atas dasar kehadiran

peluang-peluang ekonomi, terutama oleh dorongan mereka yang

terlibat dalam membentuk pekerjaan (usaha) bagi diri sendiri.

Dari pemaparan dinamika upaya pekerja yang bekerja

dari lapisan bawah masyarakat dalam memanfaatkan peluang

kerja sektor informal di pedesaan diduga bahwa hubungan

(interaksi sosial) antar mansia dalam keluarga, hubungan

antar tetangga, hubungan antar manusia di pedesaan, dan

hubungan manusia pedesaan dengan manusia antar desa akan

memengaruhi struktur pekerjaan masyarakat pedesaan. Secara

otomatis akhirnya akan terdapat perubahan terhadap struktur

sosial ekonomi masyarakat pedesaan tersebut.1

Dari pemaparan diatas terlihat wanita disekitar desa

Sawarna yang dulunya berprofesi sebagai petani berpindah

1 Dikutip dari Makalah Bambu Segara, S.Sos dengan judul : Lapisan Bawah Masyarakat dan Peluang Kerja Sektor Informal di Pedesaan

5

usaha ke sektor jasa dikarenakan adanya sebuah peluang baru

dengan memanfaatkan pantai sawarna yang kini sudah menjadi

tempat wisata menarik bagi orang luar untuk datang kesana.

Maka wanita disekitar desa Sawarna lebih memilih berpindah

usaha dari sektor agraria menjadi sektor service karena

mereka yakin akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar

dari pada menekuni pekerjaan mereka sebagai petani.

Banyak dari wanita-wanita di Sawarna menekuni sector

informal. Menurut Squire (1979) sector informal adalah usaha-

usaha dari mereka yang bekerja sendiri yang jika dibantu

pekerjaan lain, paling banyak mempekerjakan lima orang.

Pengertian yang sama diberikan Sethuraman (1981) yang

menyebutkan bahwa sector informal adalah unit-unit usaha

kecil dengan tujuan produksi dan distribusi barang dan jasa

untuk mmbentuk peluang kerja bagi pihak-pihak terlibat.2

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang timbul

yaitu:

a. Bagaimana kesempatan kerja wanita sektor informal didesa

sawarna?

b. Apa saja pekerjaan yang ditekuni wanita sektor informal

didesa sawarna?

2 Kamanto sunarto. Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 114.

6

c. Apa alasan yang membuat wanita didesa sawarna berpindah

pekerjaan?

d. Benarkah tejadi pergeseran pekerjaan dari sektor A

(agriculture) ke S (service) ?

e. Mengapa bisa terjadi disparitas pendapatan dari kedua

sektor tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yaitu sebagai berikut:

a. Menganalisis peran ganda wanita sektor informal didaerah

sawarna dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga

b. Menganalisis wanita pekerja sektor informal didaerah

sawarna

c. Menganalisis terjadinya pergeseran pekerja dari sektor

Agraria ke sektor Service

d. Menganalisis terjadinya disparitas pendapatan dari kedua

sektor tersebut

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk memberikan wawasan

terhadap pembaca

7

agar mampu mengetahui kondisi sosial dan ekonomi di daerah

Pantai Sawarna dan peran

ganda wanita didesa sawarna.

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

2.1 Konsep Gender

Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan

biologis antara perempuan dan laki-laki seperti pada

perbedaan pada tubuh laki-laki dan perempuan. Sebagai mana

8

dikemukakan Moore dan Sinclair (1995;117) “ sex refers to the

biological differences between men and women, the result of differences in the

choromosomes of the embrio”. Definisi konsep seks tersebut

menekankan pada perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan

kromosom pada janin. Dengan demikian, manakala kita berbicara

mengenai perbedaan jenis kelamin maka kita akan membahas

perbedaan biologis yang umunya dijumpai antara kaum laki-laki

dengan perempuan, seperti perbedaan pada bentuk, tinggi serta

berat badan, pada struktur organ reproduksi dan fungsinya,

pada suara, pada bulu badan dan sebagainya. Sebagaimana

dikemukakan oleh Kerstan (1995) jenis kelamin bersifat

biologis dan dibawa sejak lahir sehinga tidak dapat diubah.

Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial

untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki–laki yang

bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan mana yang merupakan

tuntutan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan

disosialisasikan. Pembedaan itu sangat penting, karena

selama ini kita sering kali mencampuradukkan ciri manusia

yang bersifat kodrati dan tidak berubah dengan ciri manusia

yang bersifat non kodrat (gender) yang sebenarnya bisa

berubah–ubah atau diubah.

Konsep gender menyangkut “the psychological, social and cultural

differences between males and females”. Perbedaan psikologis, social

dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Macionis

(1996:240) mendefinisikan gender sebagai “ the significant a society

attaches to biological categories of female and male”. Arti penting yang

9

diberikan masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan

perempuan. Sedangkan Laswell dan Laswell (1987 : 51)

mendefinisikan gender sebagai “the knowledge and awareness, whether

conscious or unconscious, that one belongs to one sex and not to the other”. –

pada pengetahuan dan kesadaran, baik secara sadar ataupun

tidak, bahwa diri seseorang tergolong dalam suatu jenis

kelamin tertetu dan bukan dalam jenis kelamin lain.

Kalau Giddens menekankan pada perbedaan psikologis,

sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan, maka ahli

lain menekankan pada perbedaan yang dikonstruksikan secara

sosial (Moore dan Sinclair, 1995), perbedaan budaya perilaku,

kegiatan, sikap (Macionis, 1996), perbedaan perilaku (Horton

dan Hunt, 1984 : 152) atau pada perbedaan pengetahuan dan

kesadaran seseorang (Laswell dan Laswell). Dari berbagai

rumusan tersebut kita dapat melihat bahwa konsep gender tidak

mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-

laki, melainkan pada perbedaan psikologis, social dan budaya

yang dikaitkan masyarakat antara laki-laki dan perempuan3.

Pembedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk

memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini

dianggap telah melekat pada perempuan dan laki- laki.

Perbedaan gender dikenal sebagai sesuatu yang tidak tetap,

tidak permanen, memudahkan kita untuk membangun gambaran

tentang realitas relasi perempuan dan laki – laki yang

3 Ibid.,hlm. 110

10

dinamis yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada

dalam masyarakat.

Di lain pihak, alat analisis sosial yang telah ada

seperti analisis kelas, analisis diskursus (discourse analysis) dan

analisis kebudayaan yang selama ini digunakan untuk memahami

realitas sosial tidak dapat menangkap realitas adanya relasi

kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat

berpotensi menumbuhkan penindasan. Dengan begitu analisis

gender sebenarnya menggenapi sekaligus mengkoreksi alat

analisis sosial yang ada yang dapat digunakan untuk

meneropong realitas relasi sosial lelaki dan perempuan serta

akibat yang ditimbulkannya.

Jadi jelaslah mengapa gender perlu dipersoalkan.

Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan

perbedaan peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat.

Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran,

tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia

beraktifitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender itu melekat

pada cara pandang masyarakat, sehingga masyarakat sering lupa

seakan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi

sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki

oleh perempuan dan laki – laki.

11

2.2 Pergeseran Sektor Agraria ke Sektor Service

Bagi masyarakat sawarna sebelum dikenalnya tempat

wisata pantai disana, penguasaan atas tanah masih penting.

Mereka melangsungkan hidup dengan bercocok tanam agar mampu

menghidupi keluarganya. Dahulu tanah disekitar sawarna hanya

ada sawah dan tanah kosong yang dipenuhi pohon-pohon besar.

Tapi sekarang semua itu berubah karena mereka melihat peluang

kerja yang lebih menjanjikan di sektor informal.

Menurut Squire (1979), sektor informal adalah usaha-

usaha dari mereka yang bekerja sendiri, yang jika dibantu

pekerjaan lain, paling banyak mempekerjakan lima orang.

Pengertian senada diberikan Sethuraman (1981) yang

menyebutkan bahwa sektor informal adalah unit-unit usaha

kecil dengan tujuan produksi dan distribusi barang dan jasa

untuk membentuk peluang kerja bagi pihak-pihak terlibat.

Berdasarkan pengalaman penelitian di Indonesia, Hidayat

(1983) merumuskan bahwa sector informal sebagai unit-unit

usaha yang tidak atau bahkan sedikit sekali menerima

pengaturan ekonomi secara resmi dari pemerintah. Selain itu

di sebutkan, bahwa menurut konsepsi itu sector informal hadir

di wilayah kota maupun pedesaan.

Jenis pekerjaan sector informal di pedesaan mencakup

berbagai bidang nafkah, dari yang “sah” sampai yang yang

“tidak sah” dalam pekerjaan di sector A (pertanian), sector S

(perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa).

Menurut Kusumosuwidho (1983) menguraikan contoh-contoh

jenis pekerjaan “sah” dalam sector informal yang tumbuh

di pedesaan. Jenis pekerjaan tersebut di sector A mencakup,

misalnya kegiatan bidang nafkah pertanian yang di lakukan

keluarga-keluarga tidak bertanah, di sector M pekerjaan

buruh galian, pengrajin, pandai besi dan buruh bangunan,

sedangkan di sector S misalnya adalah pedagang kelontong dan

perantara, jasa guide, pengendara ojek, peminjaman uang non-

bank, montir hingga pembantu rumah tangga. Dari contoh yang

di ajukan terlihat sector informal memegang peranan penting

dalam perekonomian rakyat.

Sektor informal adalah pembagian sektor usaha yang

biasanya dengan skala usaha kecil. Istilah sektor informal

pertama kali dikemukakan oleh Hart (1971) seorang antropolog

Inggris, dalam rangka memecahkan masalah ketenagakerjaan di

Kenya, dengan menggambaran sektor informal sebagai bagian

dari angkatan kerja di kota yang ada di luar pasar kerja yang

teroganisir. Mulai saat ini, sektor informal telah disebut

sebagai suatu konsep yang memberikan harapan dan

disempurnakan lagi oleh ILO (International Labour

Organization) yang mempelajari kesempatan kerja di Kenya

dalam rangka program kesempatan kerja dunia.

Pembangunan telah membawa pergeseran dalam berbagai

segi kehidupan, antara lain dalam perolehan pendapatan dan

kesempatan kerja. Tampak ada kecenderungan pergeseran dari

bidang pekerjaan yang berorientasi pertanian ke industri dan

pasar. Hal ini dipengauhi berbegai faktor, seperti semakin

terbatasnya lahan pertanian. Sistem pengolahan tanah dan

hasil pertanian yang memanfaatkan teknologi baru membawa

akibat semakin menciutnya tenaga kerja yang terserap di

sektor ini.

Sementara itu, industri di pinggiran kota kian

berkembang yang merupakan daya tarik terendiri bagi pencari

kerja. Namun demikian, sektor indutri dan sektor formal

lainnya belum dapat diandalkan guna menampung tenaga kerja

yang ada.

Berlanjut ke penelitian yang kami lakukan di objek

wisata Pantai Sawarna beberapa bulan yang lalu, kami temukan

bahwa telah terjadi pergeseran dari sektor Agraris ke sektor

Service. Wanita yang dulunya bekerja sebagai petani sekarang

beralih profesi menjadi penyedia jasa seperti penyedia

penginapan, pedagang, pemandu jalan, dan lain sebagainya. Hal

ini disebabkan karena masyarakat desa sawarna melihat kondisi

pantai sawarna sebagai objek wisata yang ramai dikunjungi

orang. Faktor itulah yang menjadi penyebab perubahan yang

tadinya bekerja di sektor pertanian beralih ke sektor jasa.

2.3 Disparitas Pendapatan

Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah

terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa

terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh

setiap individu dimana satu individu/kelompok mempunyai

produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan

individu/kelompok lain, sehingga ketimpangan distribusi

pendapatan tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga

terjadi di beberapa negara di dunia. Tidak meratanya

distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan

pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah

kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut

akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang

menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosisal dan

politik.

Ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan

merupakan sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat

dunia ini baik di negara maju maupun negara berkembang,

Perbedaannya terletak pada proporsi tingkat ketimpangan dan

angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan

mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah

penduduk suatu negara.4

Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata,

tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara

umum. Sistem distribusi yang tidak pro poor hanya akan

menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja, sehingga

ini menjadi isu sangat penting dalam menyikapi angka

kemiskinan hingga saat ini.4 http://alfiyamaharani.wordpress.com/2012/07/10/pengaruh-ketimpangan-

distribusi-pendapatan- terhadap-tingkat-kemiskinan/ (diakses pada :

21.13)

Disparitas pendapatan adalah menggambarkan distribusi

pendapatan masyarakat di suatu daerah/wilayah pada

waktu/kurun waktu tertentu. Beberapa ahli ekonomi mengatakan

bahwa kesenjangan pendapatan antar daerah timbul karena

adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor

produksi. Daerah yang memiliki sumber daya dan faktor

produksi, terutama yang memiliki barang modal (capital stock)

akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan

dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.

Menurut Kuznets disparitas dalam pembagian pendapatan

cenderung bertambah besar selama tahap-tahap awal

pembangunan, baru kemudian selama tahap-tahap lebih lanjut

dari pembangunan berbalik manjadi lebih kecil, atau dengan

kata lain bahwa proses pembangunan ekonomi pada tahap awal

mengalami kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian

pendapatan, yang baru berbalik menuju suatu pemerataan yang

lebih besar dalam pembagian pendapatan pada tahap pembangunan

lebih lanjut.

Berlanjut Kuznets mengasumsikan bahwa kelompok

pendapatan tinggi memberikan kontribusi modal dan tabungan

yang besar sementara modal dari kelompok lainnya sangat

kecil. Dengan kondisi-kondisi lain yang sama, perbedaan dalam

kemampuan menabung akan mempengaruhi konsentrasi peningkatan

proporsi pemasukan dalam kelompok pendapatan tinggi. Proses

ini akan menimbulkan dampak akumulatif, yang lebih jauh akan

meningkatkan kemampuan dalam kelompok pendapatan tinggi,

kemudian akan memperbesar kesenjangan pendapatan dalam suatu

negara.  

Menurut Todaro (2000), Pengaruh antara ketimpangan

distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh

adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah

penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk

miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian

besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang

banyak sehingga kondisi perekonomian mereka berada di garis

kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya

ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

(Gambar Rute Desa Sawarna)

Berikut adalah lokasi dan Waktu Penelitian yang kami lakukan

selama 3 hari di daerah

sekitar pantai sawarna :

Informan 1

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Risma

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informan 2

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Dait

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informan 3

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Euis

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informan 4

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Imah

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informan 5

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Ulisa

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informan 6

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Yayat

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informan 7

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Sundari

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informan 8

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013

Waktu : 09:30 – 12:00

Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna

Nama : Ibu Ratna

Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan

Asal : Kampung Gempol

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang kami gunakan pada saat melakukan penelitian

disekitar pantai sawarna adalah sebagai berikut:

- Alat tulis

- Kuisioner

- Alat rekam

- Kamera

3.3 Pendekatan yang dilakukan

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Mix

Method sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi

filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara

pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase

proses penelitian. Dalam penelitian metode gabungan peneliti

menggunakan strategi kualitatif pada satu tahapan dan strategi

kuantatif pada tahapan lain, atau sebaliknya. Dimana seorang

peneliti melakukan eksperimen (kuantitatif) dan setelah itu

melakukan wawancara terhadap partisipan mengenai pandangan

mereka terhadap eksperimen tersebut dan mencari tahu apakah

mereka setuju dengan hasilnya. Dalam penelitian model gabungan

peneliti memadukan strategi kuantitatif dan kualitatif dalam

satu atau dua tahapan yang sama. Dimana seorang peneliti dapat

melakukan sebuah survei dan menggunakan sebuah kuesioner yang

terdiri dari beberapa pertanyaan tertutup dengan jawaban

berganda (kuantitatif) dan beberapa pertanyaan terbuka

(kualitatif).

3.4 Data Informasi yang diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil

langsung dari sumber-sumber data yaitu wanita pekerja sektor

informal disekitar pantai sawarna.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data meliputi:

1. Teknik Observasi

Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.

2. Teknik Wawancara

Data dikumpulkan dengan melakukan tanya jawab dengankuisoner secara langsung terhadap narasumber.

3. Teknik Pencatatan

Mencatat dan mengumpulkan data yang diperoleh dari pengamatan terkait obyek yang diteliti.

BAB IVANALISIS PENELITIAN

4.1 Hasil Penghitungan Angket Penelitian

Dalam 53 kuisioner yang kami sebar terdapat 3 aspek untuk memperoleh data yang lengkap yaitu : Aspek Latar Belakang Kehidupan

TABEL 1No Pendidikan Terakhir f %1 Tidak Tamat SD 5 92 SD 30 573 SMP 17 324 SMA 1 25 Diploma - -

6 Sarjana - -Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, pendidikan terakhir yangditamatkan wanita pekerja sektor informal di pantai sawarnasebesar 57% tamat SD, 32% tamat SMP, 9% tidak tamat SD, dan2% tamat SMA. Dari tabel ini dapat diberi kesimpulan bahwawanita pekerja sektor informal didaerah sawarna masihkurang dalam hal pendidikan. Penyebab mereka kekuranganpendidikan dikarenakan pembangunan yang kurang daripemerintah terhadap daerah disana.

TABEL 2No Status Perkawinan f %

1 Belum Kawin - -

2 Kawin 40 75

3 Duda/Janda 13 25

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerjasektor informal dipantai sawarna 75% berstatus kawin dan25% berstatus janda. Hal ini terjadi karena pendapatanmereka untuk memenuhi anaknya kurang mencukupi akibatnyaterjadilah perkawinan-perkawinan agar tidak lagi menjadibeban orang tuanya.

TABEL 3No Jumlah Anak f %

1 Tidak punya anak 2 3

2 Antara 1 - 2 anak 27 51

3 Antara 3 - 4 anak 22 41

4 Lebih dari 4 anak 3 5

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, anak yang menjadi tanggunganwanita pekerja sektor informal 51% antara 1 – 2 anak, 41%antara 3 - 4 anak, 5% lebih dari 4 anak, dan 3% tidak punyaanak. Disini terlihat bahwa ternyata wanita pekerja sektorinformal paling banyak mempunyai keturunan sekitar 1-2anak.

TABEL 4No Lama Bertempat Tinggal f %

1 1 – 5 tahun 21 40

2 6 – 10 tahun 4 7

3 11 – 15 tahun 3 6

4 Lebih dari 15 tahun 25 47

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerjasektor informal dipantai sawarna 47% lebih dari 15 tahun,40% 1-5 tahun, 7% 6-10 tahun, dan 6% 11-15 tahun bertempattinggal didaerah pantai sawarna. Dari sini diketahui bahwawanita pekerja informal sudah lama bertempat tinggal didaerah pantai sawarna. Mereka enggan berpindah karena alamsudah menyediakan yang mereka harapkan untuk kelangsunganhidup.

TABEL 5No Daerah Asal f %

1 Asal kelahiran desa ini 44 83

2 Dari desa lain dalam satu kecamatan 6 11

3 Dari desa lain dan kecamatan lain 1 2

4 Dari daerah lain 2 4

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, asal wanita pekerja sektor informal83% asal kelahiran desa ini, 11% dari desa lain dan kecamatanlain, 4% dari daerah lain, dan 2% dari desa lain dan kecamatanlain. Pekerjaan yang mereka tekuni yaitu sebagai pedagangminuman dan makanan. Suami dari wanita pekerja sektor informaldi pantai sawarna kebanyakan berprofesi sebagai petani, tukangojek, dan PNS.

TABEL 6No Kepemilikan Lahan f %

1 Sawah 25 47

2 Ladang/Tegalan - -

3 Pekarangan 11 21

4 Tidak memiliki lahan 17 32

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui diantara wanita pekerjasektor informal didaerah sawarna sebesar 47% memiliki sawah, 32%tidak memiliki lahan dan 21% memiliki pekarangan. Terlihat bahwamasih banyak wanita pekerja sektor informal yang memiliki sawah.

ASPEK MOBILITAS KERJA DAN ALOKASI WAKTU

TABEL 7No Pekerjaan Lain f %

1 Pernah menekuni pekerjaan lain 30 57

2 Tidak pernah menekuni pekerjaan lain 23 43

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebelum menekuni pekerjaansekarang, 57% dari mereka pernah menekuni pekerjaan lain dan 43%dari mereka tidak pernah menekuni pekerjaan lain. Jenispekerjaan lain yang mereka tekuni yaitu sebagai petani, kreditbaju,tukang baso, kuliner dibandung, dan lain sebagainya.

TABEL 8No Lama Menekuni Pekerjaan Lain f %

1 Kurang dari 1 tahun 7 23

2 Antara 1 - 3 tahun 5 17

3 Antara 3 – 5 tahun 12 40

4 Lebih dari 5 tahun 6 20

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel diatas, sebesar 40% antara 3-5 tahun, 23%kurang dari 1 tahun tahun, 20% lebih dari 5 tahun, dan 17%antara 1-3 mereka menekuni pekerjaan yang lain. Rata-rata

penghasilan mereka dari pekerjaan yang dulu sekitarRp.350.000/bulan.

TABEL 9No Alasan Pindah Pekerjaan f %

1 Hasilnya tidak mencukupi 25 47

2 Jauh dari rumah 7 14

3 Tidak sesuai dengan pendidikan/keahlian

4 7

4 Tidak cocok 17 32

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, alasan mereka pindah dari pekerjaanyang dulu adalah karena 47% hasilnya tidak mencukupi, 32% tidakcocok, 14% jauh dari rumah, dan 7% tidak sesuai denganpendidikan/keahlian. Disini terlihat bahwa faktor-faktor yangmenyebabkan terjadinya perubahan dalam pada wanita sektorinformal dipantai sawarna, yang dengan sendirinya mencakupsubsitem sosial budayanya, mungkin berasal dari dalam masyarakatitu sendiri atau berasal dari luar. Disini terlihat bahwatingkat pendidikan yang mereka terima masih rendah sehinggaberdampak pada pekerjaan yang mereka tekuni sekarang ini.Menurut Todaro (2000), Pengaruh antara ketimpangandistribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi olehadanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan jumlahpenduduk cenderung berdampak negatif terhadap pendudukmiskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagianbesar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yangbanyak sehingga kondisi perekonomian mereka berada di gariskemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknyaketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.

TABEL 10

No Alasan Menekuni Pekerjaan Sekarang f %1 Sesuai dengan pendidikan/keahlian 7 13

2 Pendapatan yag diterima cukup tinggi 15 283 Merasa cocok/betah 16 30

4 Tidak ada pekerjaan lain yang sesuai 5 105 Alasan lain 10 19

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, alasan mereka menekuni pekerjaansekarang adalah 30% karena merasa cocok/betah, 28% karenapendapatan yang diterima cukup tinggi, 19% karena alasan lain,13% karena sesuai dengan pendidikan/keahlian, dan 10% karenatidak ada pekerjaan lain yang sesuai. Rata-rata penghasilanmereka dari pekerjaan yang sekarang ditekuni kurang lebihsebesar Rp. 750.000/bulan. Disini terlihat adanya pergeserandari sektor pertanian ke sektor jasa. wanita yang dulunyabekerja sebaai petani sekarang beralih fungsi karena merasacocok dan penghasilan yang diterima lebih besar dibandingkanberprofesi sebagai petani.

TABEL 11No Pekerjaan Sampingan f %

1 Mempunyai pekerjaan sampingan 15 28

2 Tidak mempunyai pekerjaan sampingan 38 72

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, wanita pekerja sektor informal 28%tidak mempunyai pekerjaan sampingan dan 72% memiliki pekerjaansampingan yaitu sebagai petani. Disini terlihat adanya peranganda wanita yaitu selain bekerja disektor Service mereka jugamasih menekuni pekerjaan di sektor Agraria.

TABEL 12No Daerah Pekerjaan Pokok f %1 Di desa sendiri 42 792 Di desa lain dalam satu kecamatan 6 113 Di desa lain dan diluar kecamatan 4 84 Di kota 1 2

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, pekerjaan pokok yang dilakukan wanitapekerja sektor informal 79% di desa sendiri, 11% di desa laindalam satu kecamatan, 8% didesa lain dan diluar kecamatan, dan2% dikota. Disini terlihat ternyata peluang usaha bukan hanyadilihat oleh masyarakat didekat pantai sawarna saja, tetapipeluang itu dilihat juga oleh masyarakat sekitar desa sawarna.

TABEL 13No Jarak Tempuh f %1 Dibawah 1 km 23 432 Antara 1-2 km 18 343 Antara 2-5 km 9 174 Lebih dari 5 km 3 6

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui jarak tempat kerja darirumah yaitu 43% dibawah 1 km, 34% antara 1-2 km, ,dan 17% antara2-5 km, dan 6% lebih dari 5 km. Jarak yang ditempuh bukanlah halyang menjadi hambatan bagi wanita pekerja sektor informaldipantai sawarna. Terbukti masih ada wanita pekerja sektorinformal yang rela melakukan perjalanan lebih dari 5 km untukmenekuni pekerjaanya.

TABEL 14No Uraian f %1 Nglaju (pulang-balik) 42 792 Tidak Nglaju 11 21

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa untuk mereka ketempatkerja 79% dari mereka nglaju (pulang-balik) dan 21% tidakNglaju.

TABEL 15No Tempat Tinggal f %1 Sewa kamar (kost) 2 42 Dirumah sendiri 45 853 Ditempat family/saudara 1 24 Lainya 5 9

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa mereka tinggal 45%dirumah sendiri, 9% ditempat yang lain seperti warung, 4% sewakamar (kost), dan 2% ditempat family/saudara.

TABEL 16No Kendaraan f %1 Jalan kaki 16 302 Sepeda ontel 13 243 Sepeda motor 23 434 Mobil pribadi 1 1.55 Angkutan umum 1 1.5

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa untuk ketempat kerjawanita pekerja informal 43% menggunakan sepeda motor, 30%berjalan kaki, 24% menggunakan sepeda ontel, 1.5% menggunakanangkutan umum, dan 1.5% menggunakan mobil pribadi.

TABEL 17No Waktu Bekerja f %1 Kurang dari 6 jam 8 15

2 Antara 6-8 jam 11 213 Antara 8-10 jam 18 34

4 Lebih dari 8 jam 16 30Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerja sektor informal bekerja dalam sehari 34% antara 8-10 jam, 30% lebih dari 8 jam, 21% antara 6-8 jam , dan 15% kurang dari 6 jam.

ASPEK JAMINAN MASA DEPAN

Riwayat singkat mereka menjadi pekerja disektor informalsebagian besar karena diajak teman/sodara. Selain itu ada faktorlain juga yaitu melihat peluang karena daerah pantai sawarnasudah bayak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kotasebagai objek wisata. Walaupun dalam kenyataanya dalam pekerjaanpokok yang mereka jalani belum memenuhi kebutuhan

TABEL 18No Biaya Tanggungan f %1 Untuk pendidikan 33 622 Untuk kesehatan 10 193 Untuk modal kerja/investasi 5 9.54 Untuk tabungan 5 9.5

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, selain untuk kebutuhan rumah tangga(keluarga), pengeluaran yang memerlukan biaya yaitu 62% untukpendidikan, 19% untuk kesehatan, 9.5% untuk modalkerja/investasi, dan 9.5% untuk tabungan. Disini terlihat biayayang dikeluarkan lebih cenderung kependidikan. Terlihat jugadisini kesadaran untuk pendidikan yang tinggi. Mereka ingin men-sekolahkan anaknya agar bisa hidup yang lebih layak.

TABEL 19 No Usaha/Investasi f %1 Mempunyai usaha/investasi lain 17 322 Tidak mempunyai usaha/investasi lain 36 68

Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerjasektor informal 32% tidak mempunyai usaha/investasi laindan 68% mempunyai usaha/investasi lain. Terlihat bahwawanita pekerja informal sudah berfikir maju. Yaitu denganmempunyai investasi lain.

TABEL 20No Uraian f %

1 Berkaitan 10 59

2 Tidak berkaitan 7 41

Jumlah 17 100

Berdasarkan tabel diatas, investasi yang dikelola 59%berkaitan dengan pekerjaan yang sekarang ditekuni dan 41%tidak berkaitan dengan pekerjaan yang sekarang ditekuni.Alasan mereka melakukan investasi adalah karena ingin men-sekolah kan anaknya agar bisa berpendidikan yang lebihtinggi.

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pembangunan dewasa ini ditandai oleh banyaknya perubahan yang

terjadi, termasuk didalamnya perubahan aktivitas wanita,

banyaknya wanita Indonesia turut aktif mencari nafkah. Hal ini

memang diharapkan wanita Indonesia ikut serta dalam

pembangunan nasional. Status dan peranan wanita tidak dapat

diabaikan dalam kehidupan masyarakat, diantaranya sebagai

penyokong kehidupan ekonomi rumah tangga. Desa Wisata Sawarna

merupakan titik awal kita menjelajah alam yang elok hingga

pengalaman berinteraksi dengan masyarakat tradisionalnya yang

bersahaja. Pantai Sawarna terletak di wilayah Kampung Gendol,

Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi

Banten. Pantai indah ini jaraknya sekitar 150 km dari pusat

kota Rangkasbitung. Berwisata di pantai ini sangat

menyenangkan dan berkesan karena alamnya masih asli juga

memiliki air laut yang jernih tidak tercemar. Disana terdapat

warung-warung yang dihuni oleh perempuan-perempuan yang

dulunya berprofesi sebagai petani. Disana telah terjadi

pergeseran dari sektor Agraria ke sektor Service. Yaitu yang

dulunya berprofesi sebagai petani sekarang berprofesi sebagai

penyedia jasa. Keadaan ekonomi masyarakat yang kurang sekarang

sudah tercukupi akibat dijadikannya tempat pariwisata disana.

5.2 Saran

Pantai Sawarna merupakan pantai yang indah dengan panorama

alam yang memukai dan deburan ombak yang menenangkan hati.

Bila dimalam hari, gugusan bintang terlihat elok bagaikan

sekuntum bunga yang baru mekar. Tapi kenapa akses jalan disana

terlalu sulit dijangkau. Hal itulah yang seharusnya menjadi

peran pemerintah dalam pembangunan sektor pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

http://alfiyamaharani.wordpress.com/2012/07/10/pengaruh-ketimpangan-distribusi-pendapatan- terhadap-tingkat-kemiskinan/

Segara, Bambu.1994. Lapisan Bawah Masyarakat dan Peluang Kerja Sektor Informal diPedesaan

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi Jakarta . Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada

Wikipedia.com

Lampiran