gender dalam pembangunan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Wanita merupakan topik yang menarik untuk tidak habis-
habisnya di telaah permasalahannya, baik dari segi peran,
status, hak maupun kewajibannya. Dengan ikutnya wanita di
pesisir dalam proses pembangunan bukanlah semata-mata hanya
sebagai tindakan pri kemanusiaan yang adil belaka. Tindakan
berupa mengajak, menyertakan wanita pesisir untuk
berpartisipasi dalam pembangunan merupakan tindakan yang
efesien. Bukanlah dengan ikutnya sertanya wanita pada umumnya
dalam pembangunan berarti pula memanfaatkan suatu sumberdaya
manusia dengan potensi yang tinggi.
Pembangunan dewasa ini ditandai oleh banyaknya
perubahan yang terjadi, termasuk didalamnya perubahan
aktivitas wanita, banyaknya wanita Indonesia turut aktif
mencari nafkah. Hal ini memang diharapkan wanita Indonesia
ikut serta dalam pembangunan nasional. Status dan peranan
wanita tidak dapat diabaikan dalam kehidupan masyarakat,
diantaranya sebagai penyokong kehidupan ekonomi rumah tangga.
Wanita merupakan satu komponen penting dalam
kegiatan berbasis perikanan dan kelautan sebagai pengecer,
pengumpul ikan, pedagang beras, buruh upah, maupun tenaga
pengolah hasil perikanan. Keterbatasan ekonomi keluarga yang
menuntut wanita pesisir termasuk anak-anak mereka bekerja.
1
Wanita yang sudah berumah tangga, apalagi yang sudah memiliki
anak, tidak jarang mengalami dilema dalam memenuhi tuntutan
pekerjaan di luar rumahnya. Dilema ini terjadi karena
kenyataannya dunia ini masih dikuasai oleh laki-laki, bukan
saja di Indonesia, tetapi juga negara dan di berbagai
kalangan pemerintahan.
Keadaan ini menyebabkan kalangan laki-laki merasa
diuntungkan, sehingga tidak mengherankan apabila mereka
mencoba mempertahankan status tersebut. Meskipun perempuan
telah menunjukkan tanggung jawab, jam kerja dan tingkat
pendidikan dalam jenis pekerjaan yang sama dengan laki-laki,
tetapi tidak sedikit contoh-contoh yang ada menunjukkan bahwa
pekerjaan wanita menerima upah dan penghargaan lebih rendah
dari pekerjaan laki-laki. Penyebab lain dari kodrat tersebut
adalah kodrat wanita itu sendiri yang memiliki kondisi
biologis, yaitu mengandung, melahirkan dan memiliki naluri
merawat yang lebih tinggi dari suaminya.
Perubahan di bidang sosial dan ekonomi yang di alami
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir ini dengan
sendirinya juga menyentuh peranan wanita dalam masyarakat.
Dalam struktur pemerintahan terlihat timbulnya lembaga
Menteri Pemberdayaan Wanita dan adanya wanita sebagai
menteri. Statistik juga memperlihatkan kemajuan wanita di
bidang pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.
Berlanjut ke penelitian yang kami lakukan terhadap
peran ganda wanita yang dilakukan didesa Sawarna. Desa ini
2
terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak. Bahwa
Berbatasan Langsung dengan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. Dari Jakarta menuju Sawarna dengan menggunakan
mobil membutuhkan 7-8 jam perjalanan dengan jarak tempuh
lebih dari 270 KM.
Akses menuju Pantai Sawarna lumayan memakan waktu
yang lama karena kondisi infrastruktur jalan yang kurang baik
bahkan bisa dibilang sangat memprihatinkan. Emuy (22). warga
setempat menuturkan, kerusakan yang terjadi disepanjang jalan
tersebut sudah sangat parah. Aspal jalan sudah tidak terlihat
lagi, yang terlihat kondisi jalan sudah berlubang, sehingga
pengguna jalan kesulitan saat menggunakan ruas jalan
tersebut. “Jalan ini sudah lama rusak. Namun belum juga
diperbaiki oleh pemerintah.
Desa Wisata Sawarna merupakan titik awal kita
menjelajah alam yang elok hingga pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat tradisionalnya yang bersahaja. Pantai
Sawarna terletak di wilayah Kampung Gendol, Desa Sawarna,
Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pantai
indah ini jaraknya sekitar 150 km dari pusat kota
Rangkasbitung. Berwisata di pantai ini sangat menyenangkan dan
berkesan karena alamnya masih asli juga memiliki air laut
yang jernih tidak tercemar.
Di sini menanti pantainya akan menawan mata dan hati.
Apabila bagi yang hobi berselancar atau surfing akan
dimanjakan dengan ombaknya yang spektakuler bahkan telah
3
dicicipi peselancar dari Amerika, Australia, Jepang, dan
Korea. Disini juga kita dapat merasakan snorkeling untuk
menyapa beragam ikan hias dan terumbu karang. Temukan
keindahannya di Pantai Ciantir, Pantai Tanjung Layar, Pantai
Karang Bokor, Pantai Karang Seupang, Pantai Karang Taraje, dan
Pantai Teluk Legon Pari.
Selain objek keindahan pantainya di Sawarna ada pula
wisata gua. Beberapa gua yang berbeda ukuran dapat kita
kunjungi seperti Goa Lalay, Goa Sikadir, Goa Cimaul, Goa
Singalong, dan Bukit Pasir Tangkil. Goa di Sawarna merupakan
gua karst (batu gamping) yang terbentuk dari masa Miosen awal.
Selanjutnya, kita dapat berkeliling melanjutkan
perjalanan ke Pantai Bayah di Banten selatan. Pantai ini
memiliki ombak yang cukup besar dimana hempasan gelombangnya
terdengar menderu dari jarak cukup jauh. Hal itu dikarenakan
dasar laut Pantai Bayah adalah hamparan batu karang dan
kerikil hitam. Di sini juga dapat kita temukan kehidupam
tradisional masyarakat Banten selatan yang tinggal di
Panggarangan, Sawarna, Malingping, dan Bayah.
Sebelum mencapai Pantai Bayah, kita dapat menemukan
Tugu Romush a di pinggiran jalan poros Bayah-Sukabumi. Tugu
Romusha ini untuk menghormati pekerja paksa pembuat jalur
kereta Bayah-Labuan saat Pendudukan Jepang. Wilayah Bayah
dahulu merupakan penghasil tambang batu bara. Sayangnya Tugu
Romusha tersebut kurang terawat baik. Kunjungan sejumlah objek
wisata pantai ada di desa ini seperti Tanjung Layar, Pantai
4
Karang Bokor, Pantai Karang Seupang, Pantai Karang Taraje, dan
Pasir Putih.
Setelah kami lakukan penelitian, diketahui bahwa dahulu
wanita desa Sawarna bekerja sebagai petani. Tetapi baru-baru
sekarang ini terlihat beberapa masyarakat berpindah profesi
sebagai penyedia jasa. hal ini terjadi karena masyarakat
disekitar desa Sawarna melihat peluang baru untuk memenuhi
kebutuhan hidupnua. Menurut Hugo (1973) dan Breman (1980)
menggambarkan sebagian angkatan kerja pedesaan tertarik ke
kota dan banyak terkait dengan usaha-usaha sector informal.
Sektor usaha ini menurut Hidayat (1985) memiliki cirri khas
yaitu ia tumbuh di kota dan pedesaan atas dasar kehadiran
peluang-peluang ekonomi, terutama oleh dorongan mereka yang
terlibat dalam membentuk pekerjaan (usaha) bagi diri sendiri.
Dari pemaparan dinamika upaya pekerja yang bekerja
dari lapisan bawah masyarakat dalam memanfaatkan peluang
kerja sektor informal di pedesaan diduga bahwa hubungan
(interaksi sosial) antar mansia dalam keluarga, hubungan
antar tetangga, hubungan antar manusia di pedesaan, dan
hubungan manusia pedesaan dengan manusia antar desa akan
memengaruhi struktur pekerjaan masyarakat pedesaan. Secara
otomatis akhirnya akan terdapat perubahan terhadap struktur
sosial ekonomi masyarakat pedesaan tersebut.1
Dari pemaparan diatas terlihat wanita disekitar desa
Sawarna yang dulunya berprofesi sebagai petani berpindah
1 Dikutip dari Makalah Bambu Segara, S.Sos dengan judul : Lapisan Bawah Masyarakat dan Peluang Kerja Sektor Informal di Pedesaan
5
usaha ke sektor jasa dikarenakan adanya sebuah peluang baru
dengan memanfaatkan pantai sawarna yang kini sudah menjadi
tempat wisata menarik bagi orang luar untuk datang kesana.
Maka wanita disekitar desa Sawarna lebih memilih berpindah
usaha dari sektor agraria menjadi sektor service karena
mereka yakin akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar
dari pada menekuni pekerjaan mereka sebagai petani.
Banyak dari wanita-wanita di Sawarna menekuni sector
informal. Menurut Squire (1979) sector informal adalah usaha-
usaha dari mereka yang bekerja sendiri yang jika dibantu
pekerjaan lain, paling banyak mempekerjakan lima orang.
Pengertian yang sama diberikan Sethuraman (1981) yang
menyebutkan bahwa sector informal adalah unit-unit usaha
kecil dengan tujuan produksi dan distribusi barang dan jasa
untuk mmbentuk peluang kerja bagi pihak-pihak terlibat.2
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang timbul
yaitu:
a. Bagaimana kesempatan kerja wanita sektor informal didesa
sawarna?
b. Apa saja pekerjaan yang ditekuni wanita sektor informal
didesa sawarna?
2 Kamanto sunarto. Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 114.
6
c. Apa alasan yang membuat wanita didesa sawarna berpindah
pekerjaan?
d. Benarkah tejadi pergeseran pekerjaan dari sektor A
(agriculture) ke S (service) ?
e. Mengapa bisa terjadi disparitas pendapatan dari kedua
sektor tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yaitu sebagai berikut:
a. Menganalisis peran ganda wanita sektor informal didaerah
sawarna dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga
b. Menganalisis wanita pekerja sektor informal didaerah
sawarna
c. Menganalisis terjadinya pergeseran pekerja dari sektor
Agraria ke sektor Service
d. Menganalisis terjadinya disparitas pendapatan dari kedua
sektor tersebut
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk memberikan wawasan
terhadap pembaca
7
agar mampu mengetahui kondisi sosial dan ekonomi di daerah
Pantai Sawarna dan peran
ganda wanita didesa sawarna.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
2.1 Konsep Gender
Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan
biologis antara perempuan dan laki-laki seperti pada
perbedaan pada tubuh laki-laki dan perempuan. Sebagai mana
8
dikemukakan Moore dan Sinclair (1995;117) “ sex refers to the
biological differences between men and women, the result of differences in the
choromosomes of the embrio”. Definisi konsep seks tersebut
menekankan pada perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan
kromosom pada janin. Dengan demikian, manakala kita berbicara
mengenai perbedaan jenis kelamin maka kita akan membahas
perbedaan biologis yang umunya dijumpai antara kaum laki-laki
dengan perempuan, seperti perbedaan pada bentuk, tinggi serta
berat badan, pada struktur organ reproduksi dan fungsinya,
pada suara, pada bulu badan dan sebagainya. Sebagaimana
dikemukakan oleh Kerstan (1995) jenis kelamin bersifat
biologis dan dibawa sejak lahir sehinga tidak dapat diubah.
Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial
untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki–laki yang
bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan mana yang merupakan
tuntutan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan
disosialisasikan. Pembedaan itu sangat penting, karena
selama ini kita sering kali mencampuradukkan ciri manusia
yang bersifat kodrati dan tidak berubah dengan ciri manusia
yang bersifat non kodrat (gender) yang sebenarnya bisa
berubah–ubah atau diubah.
Konsep gender menyangkut “the psychological, social and cultural
differences between males and females”. Perbedaan psikologis, social
dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Macionis
(1996:240) mendefinisikan gender sebagai “ the significant a society
attaches to biological categories of female and male”. Arti penting yang
9
diberikan masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan
perempuan. Sedangkan Laswell dan Laswell (1987 : 51)
mendefinisikan gender sebagai “the knowledge and awareness, whether
conscious or unconscious, that one belongs to one sex and not to the other”. –
pada pengetahuan dan kesadaran, baik secara sadar ataupun
tidak, bahwa diri seseorang tergolong dalam suatu jenis
kelamin tertetu dan bukan dalam jenis kelamin lain.
Kalau Giddens menekankan pada perbedaan psikologis,
sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan, maka ahli
lain menekankan pada perbedaan yang dikonstruksikan secara
sosial (Moore dan Sinclair, 1995), perbedaan budaya perilaku,
kegiatan, sikap (Macionis, 1996), perbedaan perilaku (Horton
dan Hunt, 1984 : 152) atau pada perbedaan pengetahuan dan
kesadaran seseorang (Laswell dan Laswell). Dari berbagai
rumusan tersebut kita dapat melihat bahwa konsep gender tidak
mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-
laki, melainkan pada perbedaan psikologis, social dan budaya
yang dikaitkan masyarakat antara laki-laki dan perempuan3.
Pembedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk
memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini
dianggap telah melekat pada perempuan dan laki- laki.
Perbedaan gender dikenal sebagai sesuatu yang tidak tetap,
tidak permanen, memudahkan kita untuk membangun gambaran
tentang realitas relasi perempuan dan laki – laki yang
3 Ibid.,hlm. 110
10
dinamis yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada
dalam masyarakat.
Di lain pihak, alat analisis sosial yang telah ada
seperti analisis kelas, analisis diskursus (discourse analysis) dan
analisis kebudayaan yang selama ini digunakan untuk memahami
realitas sosial tidak dapat menangkap realitas adanya relasi
kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat
berpotensi menumbuhkan penindasan. Dengan begitu analisis
gender sebenarnya menggenapi sekaligus mengkoreksi alat
analisis sosial yang ada yang dapat digunakan untuk
meneropong realitas relasi sosial lelaki dan perempuan serta
akibat yang ditimbulkannya.
Jadi jelaslah mengapa gender perlu dipersoalkan.
Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan
perbedaan peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat.
Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran,
tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia
beraktifitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender itu melekat
pada cara pandang masyarakat, sehingga masyarakat sering lupa
seakan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi
sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki
oleh perempuan dan laki – laki.
11
2.2 Pergeseran Sektor Agraria ke Sektor Service
Bagi masyarakat sawarna sebelum dikenalnya tempat
wisata pantai disana, penguasaan atas tanah masih penting.
Mereka melangsungkan hidup dengan bercocok tanam agar mampu
menghidupi keluarganya. Dahulu tanah disekitar sawarna hanya
ada sawah dan tanah kosong yang dipenuhi pohon-pohon besar.
Tapi sekarang semua itu berubah karena mereka melihat peluang
kerja yang lebih menjanjikan di sektor informal.
Menurut Squire (1979), sektor informal adalah usaha-
usaha dari mereka yang bekerja sendiri, yang jika dibantu
pekerjaan lain, paling banyak mempekerjakan lima orang.
Pengertian senada diberikan Sethuraman (1981) yang
menyebutkan bahwa sektor informal adalah unit-unit usaha
kecil dengan tujuan produksi dan distribusi barang dan jasa
untuk membentuk peluang kerja bagi pihak-pihak terlibat.
Berdasarkan pengalaman penelitian di Indonesia, Hidayat
(1983) merumuskan bahwa sector informal sebagai unit-unit
usaha yang tidak atau bahkan sedikit sekali menerima
pengaturan ekonomi secara resmi dari pemerintah. Selain itu
di sebutkan, bahwa menurut konsepsi itu sector informal hadir
di wilayah kota maupun pedesaan.
Jenis pekerjaan sector informal di pedesaan mencakup
berbagai bidang nafkah, dari yang “sah” sampai yang yang
“tidak sah” dalam pekerjaan di sector A (pertanian), sector S
(perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa).
Menurut Kusumosuwidho (1983) menguraikan contoh-contoh
jenis pekerjaan “sah” dalam sector informal yang tumbuh
di pedesaan. Jenis pekerjaan tersebut di sector A mencakup,
misalnya kegiatan bidang nafkah pertanian yang di lakukan
keluarga-keluarga tidak bertanah, di sector M pekerjaan
buruh galian, pengrajin, pandai besi dan buruh bangunan,
sedangkan di sector S misalnya adalah pedagang kelontong dan
perantara, jasa guide, pengendara ojek, peminjaman uang non-
bank, montir hingga pembantu rumah tangga. Dari contoh yang
di ajukan terlihat sector informal memegang peranan penting
dalam perekonomian rakyat.
Sektor informal adalah pembagian sektor usaha yang
biasanya dengan skala usaha kecil. Istilah sektor informal
pertama kali dikemukakan oleh Hart (1971) seorang antropolog
Inggris, dalam rangka memecahkan masalah ketenagakerjaan di
Kenya, dengan menggambaran sektor informal sebagai bagian
dari angkatan kerja di kota yang ada di luar pasar kerja yang
teroganisir. Mulai saat ini, sektor informal telah disebut
sebagai suatu konsep yang memberikan harapan dan
disempurnakan lagi oleh ILO (International Labour
Organization) yang mempelajari kesempatan kerja di Kenya
dalam rangka program kesempatan kerja dunia.
Pembangunan telah membawa pergeseran dalam berbagai
segi kehidupan, antara lain dalam perolehan pendapatan dan
kesempatan kerja. Tampak ada kecenderungan pergeseran dari
bidang pekerjaan yang berorientasi pertanian ke industri dan
pasar. Hal ini dipengauhi berbegai faktor, seperti semakin
terbatasnya lahan pertanian. Sistem pengolahan tanah dan
hasil pertanian yang memanfaatkan teknologi baru membawa
akibat semakin menciutnya tenaga kerja yang terserap di
sektor ini.
Sementara itu, industri di pinggiran kota kian
berkembang yang merupakan daya tarik terendiri bagi pencari
kerja. Namun demikian, sektor indutri dan sektor formal
lainnya belum dapat diandalkan guna menampung tenaga kerja
yang ada.
Berlanjut ke penelitian yang kami lakukan di objek
wisata Pantai Sawarna beberapa bulan yang lalu, kami temukan
bahwa telah terjadi pergeseran dari sektor Agraris ke sektor
Service. Wanita yang dulunya bekerja sebagai petani sekarang
beralih profesi menjadi penyedia jasa seperti penyedia
penginapan, pedagang, pemandu jalan, dan lain sebagainya. Hal
ini disebabkan karena masyarakat desa sawarna melihat kondisi
pantai sawarna sebagai objek wisata yang ramai dikunjungi
orang. Faktor itulah yang menjadi penyebab perubahan yang
tadinya bekerja di sektor pertanian beralih ke sektor jasa.
2.3 Disparitas Pendapatan
Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah
terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa
terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh
setiap individu dimana satu individu/kelompok mempunyai
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
individu/kelompok lain, sehingga ketimpangan distribusi
pendapatan tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga
terjadi di beberapa negara di dunia. Tidak meratanya
distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan
pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut
akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang
menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosisal dan
politik.
Ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan
merupakan sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat
dunia ini baik di negara maju maupun negara berkembang,
Perbedaannya terletak pada proporsi tingkat ketimpangan dan
angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan
mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah
penduduk suatu negara.4
Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata,
tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara
umum. Sistem distribusi yang tidak pro poor hanya akan
menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja, sehingga
ini menjadi isu sangat penting dalam menyikapi angka
kemiskinan hingga saat ini.4 http://alfiyamaharani.wordpress.com/2012/07/10/pengaruh-ketimpangan-
distribusi-pendapatan- terhadap-tingkat-kemiskinan/ (diakses pada :
21.13)
Disparitas pendapatan adalah menggambarkan distribusi
pendapatan masyarakat di suatu daerah/wilayah pada
waktu/kurun waktu tertentu. Beberapa ahli ekonomi mengatakan
bahwa kesenjangan pendapatan antar daerah timbul karena
adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor
produksi. Daerah yang memiliki sumber daya dan faktor
produksi, terutama yang memiliki barang modal (capital stock)
akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan
dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.
Menurut Kuznets disparitas dalam pembagian pendapatan
cenderung bertambah besar selama tahap-tahap awal
pembangunan, baru kemudian selama tahap-tahap lebih lanjut
dari pembangunan berbalik manjadi lebih kecil, atau dengan
kata lain bahwa proses pembangunan ekonomi pada tahap awal
mengalami kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian
pendapatan, yang baru berbalik menuju suatu pemerataan yang
lebih besar dalam pembagian pendapatan pada tahap pembangunan
lebih lanjut.
Berlanjut Kuznets mengasumsikan bahwa kelompok
pendapatan tinggi memberikan kontribusi modal dan tabungan
yang besar sementara modal dari kelompok lainnya sangat
kecil. Dengan kondisi-kondisi lain yang sama, perbedaan dalam
kemampuan menabung akan mempengaruhi konsentrasi peningkatan
proporsi pemasukan dalam kelompok pendapatan tinggi. Proses
ini akan menimbulkan dampak akumulatif, yang lebih jauh akan
meningkatkan kemampuan dalam kelompok pendapatan tinggi,
kemudian akan memperbesar kesenjangan pendapatan dalam suatu
negara.
Menurut Todaro (2000), Pengaruh antara ketimpangan
distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh
adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah
penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk
miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian
besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kondisi perekonomian mereka berada di garis
kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya
ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.
(Gambar Rute Desa Sawarna)
Berikut adalah lokasi dan Waktu Penelitian yang kami lakukan
selama 3 hari di daerah
sekitar pantai sawarna :
Informan 1
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Risma
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Informan 2
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Dait
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Informan 3
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Euis
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Informan 4
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Imah
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Informan 5
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Ulisa
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Informan 6
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Yayat
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Informan 7
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Sundari
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Informan 8
Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2013
Waktu : 09:30 – 12:00
Tempat : Pantai Pasir Putih Desa Sawarna
Nama : Ibu Ratna
Pekerjaan : Pemilik Warung Makanan
Asal : Kampung Gempol
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang kami gunakan pada saat melakukan penelitian
disekitar pantai sawarna adalah sebagai berikut:
- Alat tulis
- Kuisioner
- Alat rekam
- Kamera
3.3 Pendekatan yang dilakukan
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Mix
Method sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi
filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara
pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase
proses penelitian. Dalam penelitian metode gabungan peneliti
menggunakan strategi kualitatif pada satu tahapan dan strategi
kuantatif pada tahapan lain, atau sebaliknya. Dimana seorang
peneliti melakukan eksperimen (kuantitatif) dan setelah itu
melakukan wawancara terhadap partisipan mengenai pandangan
mereka terhadap eksperimen tersebut dan mencari tahu apakah
mereka setuju dengan hasilnya. Dalam penelitian model gabungan
peneliti memadukan strategi kuantitatif dan kualitatif dalam
satu atau dua tahapan yang sama. Dimana seorang peneliti dapat
melakukan sebuah survei dan menggunakan sebuah kuesioner yang
terdiri dari beberapa pertanyaan tertutup dengan jawaban
berganda (kuantitatif) dan beberapa pertanyaan terbuka
(kualitatif).
3.4 Data Informasi yang diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil
langsung dari sumber-sumber data yaitu wanita pekerja sektor
informal disekitar pantai sawarna.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data meliputi:
1. Teknik Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.
2. Teknik Wawancara
Data dikumpulkan dengan melakukan tanya jawab dengankuisoner secara langsung terhadap narasumber.
3. Teknik Pencatatan
Mencatat dan mengumpulkan data yang diperoleh dari pengamatan terkait obyek yang diteliti.
BAB IVANALISIS PENELITIAN
4.1 Hasil Penghitungan Angket Penelitian
Dalam 53 kuisioner yang kami sebar terdapat 3 aspek untuk memperoleh data yang lengkap yaitu : Aspek Latar Belakang Kehidupan
TABEL 1No Pendidikan Terakhir f %1 Tidak Tamat SD 5 92 SD 30 573 SMP 17 324 SMA 1 25 Diploma - -
6 Sarjana - -Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, pendidikan terakhir yangditamatkan wanita pekerja sektor informal di pantai sawarnasebesar 57% tamat SD, 32% tamat SMP, 9% tidak tamat SD, dan2% tamat SMA. Dari tabel ini dapat diberi kesimpulan bahwawanita pekerja sektor informal didaerah sawarna masihkurang dalam hal pendidikan. Penyebab mereka kekuranganpendidikan dikarenakan pembangunan yang kurang daripemerintah terhadap daerah disana.
TABEL 2No Status Perkawinan f %
1 Belum Kawin - -
2 Kawin 40 75
3 Duda/Janda 13 25
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerjasektor informal dipantai sawarna 75% berstatus kawin dan25% berstatus janda. Hal ini terjadi karena pendapatanmereka untuk memenuhi anaknya kurang mencukupi akibatnyaterjadilah perkawinan-perkawinan agar tidak lagi menjadibeban orang tuanya.
TABEL 3No Jumlah Anak f %
1 Tidak punya anak 2 3
2 Antara 1 - 2 anak 27 51
3 Antara 3 - 4 anak 22 41
4 Lebih dari 4 anak 3 5
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, anak yang menjadi tanggunganwanita pekerja sektor informal 51% antara 1 – 2 anak, 41%antara 3 - 4 anak, 5% lebih dari 4 anak, dan 3% tidak punyaanak. Disini terlihat bahwa ternyata wanita pekerja sektorinformal paling banyak mempunyai keturunan sekitar 1-2anak.
TABEL 4No Lama Bertempat Tinggal f %
1 1 – 5 tahun 21 40
2 6 – 10 tahun 4 7
3 11 – 15 tahun 3 6
4 Lebih dari 15 tahun 25 47
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerjasektor informal dipantai sawarna 47% lebih dari 15 tahun,40% 1-5 tahun, 7% 6-10 tahun, dan 6% 11-15 tahun bertempattinggal didaerah pantai sawarna. Dari sini diketahui bahwawanita pekerja informal sudah lama bertempat tinggal didaerah pantai sawarna. Mereka enggan berpindah karena alamsudah menyediakan yang mereka harapkan untuk kelangsunganhidup.
TABEL 5No Daerah Asal f %
1 Asal kelahiran desa ini 44 83
2 Dari desa lain dalam satu kecamatan 6 11
3 Dari desa lain dan kecamatan lain 1 2
4 Dari daerah lain 2 4
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, asal wanita pekerja sektor informal83% asal kelahiran desa ini, 11% dari desa lain dan kecamatanlain, 4% dari daerah lain, dan 2% dari desa lain dan kecamatanlain. Pekerjaan yang mereka tekuni yaitu sebagai pedagangminuman dan makanan. Suami dari wanita pekerja sektor informaldi pantai sawarna kebanyakan berprofesi sebagai petani, tukangojek, dan PNS.
TABEL 6No Kepemilikan Lahan f %
1 Sawah 25 47
2 Ladang/Tegalan - -
3 Pekarangan 11 21
4 Tidak memiliki lahan 17 32
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui diantara wanita pekerjasektor informal didaerah sawarna sebesar 47% memiliki sawah, 32%tidak memiliki lahan dan 21% memiliki pekarangan. Terlihat bahwamasih banyak wanita pekerja sektor informal yang memiliki sawah.
ASPEK MOBILITAS KERJA DAN ALOKASI WAKTU
TABEL 7No Pekerjaan Lain f %
1 Pernah menekuni pekerjaan lain 30 57
2 Tidak pernah menekuni pekerjaan lain 23 43
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebelum menekuni pekerjaansekarang, 57% dari mereka pernah menekuni pekerjaan lain dan 43%dari mereka tidak pernah menekuni pekerjaan lain. Jenispekerjaan lain yang mereka tekuni yaitu sebagai petani, kreditbaju,tukang baso, kuliner dibandung, dan lain sebagainya.
TABEL 8No Lama Menekuni Pekerjaan Lain f %
1 Kurang dari 1 tahun 7 23
2 Antara 1 - 3 tahun 5 17
3 Antara 3 – 5 tahun 12 40
4 Lebih dari 5 tahun 6 20
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel diatas, sebesar 40% antara 3-5 tahun, 23%kurang dari 1 tahun tahun, 20% lebih dari 5 tahun, dan 17%antara 1-3 mereka menekuni pekerjaan yang lain. Rata-rata
penghasilan mereka dari pekerjaan yang dulu sekitarRp.350.000/bulan.
TABEL 9No Alasan Pindah Pekerjaan f %
1 Hasilnya tidak mencukupi 25 47
2 Jauh dari rumah 7 14
3 Tidak sesuai dengan pendidikan/keahlian
4 7
4 Tidak cocok 17 32
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, alasan mereka pindah dari pekerjaanyang dulu adalah karena 47% hasilnya tidak mencukupi, 32% tidakcocok, 14% jauh dari rumah, dan 7% tidak sesuai denganpendidikan/keahlian. Disini terlihat bahwa faktor-faktor yangmenyebabkan terjadinya perubahan dalam pada wanita sektorinformal dipantai sawarna, yang dengan sendirinya mencakupsubsitem sosial budayanya, mungkin berasal dari dalam masyarakatitu sendiri atau berasal dari luar. Disini terlihat bahwatingkat pendidikan yang mereka terima masih rendah sehinggaberdampak pada pekerjaan yang mereka tekuni sekarang ini.Menurut Todaro (2000), Pengaruh antara ketimpangandistribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi olehadanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan jumlahpenduduk cenderung berdampak negatif terhadap pendudukmiskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagianbesar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yangbanyak sehingga kondisi perekonomian mereka berada di gariskemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknyaketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.
TABEL 10
No Alasan Menekuni Pekerjaan Sekarang f %1 Sesuai dengan pendidikan/keahlian 7 13
2 Pendapatan yag diterima cukup tinggi 15 283 Merasa cocok/betah 16 30
4 Tidak ada pekerjaan lain yang sesuai 5 105 Alasan lain 10 19
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, alasan mereka menekuni pekerjaansekarang adalah 30% karena merasa cocok/betah, 28% karenapendapatan yang diterima cukup tinggi, 19% karena alasan lain,13% karena sesuai dengan pendidikan/keahlian, dan 10% karenatidak ada pekerjaan lain yang sesuai. Rata-rata penghasilanmereka dari pekerjaan yang sekarang ditekuni kurang lebihsebesar Rp. 750.000/bulan. Disini terlihat adanya pergeserandari sektor pertanian ke sektor jasa. wanita yang dulunyabekerja sebaai petani sekarang beralih fungsi karena merasacocok dan penghasilan yang diterima lebih besar dibandingkanberprofesi sebagai petani.
TABEL 11No Pekerjaan Sampingan f %
1 Mempunyai pekerjaan sampingan 15 28
2 Tidak mempunyai pekerjaan sampingan 38 72
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, wanita pekerja sektor informal 28%tidak mempunyai pekerjaan sampingan dan 72% memiliki pekerjaansampingan yaitu sebagai petani. Disini terlihat adanya peranganda wanita yaitu selain bekerja disektor Service mereka jugamasih menekuni pekerjaan di sektor Agraria.
TABEL 12No Daerah Pekerjaan Pokok f %1 Di desa sendiri 42 792 Di desa lain dalam satu kecamatan 6 113 Di desa lain dan diluar kecamatan 4 84 Di kota 1 2
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, pekerjaan pokok yang dilakukan wanitapekerja sektor informal 79% di desa sendiri, 11% di desa laindalam satu kecamatan, 8% didesa lain dan diluar kecamatan, dan2% dikota. Disini terlihat ternyata peluang usaha bukan hanyadilihat oleh masyarakat didekat pantai sawarna saja, tetapipeluang itu dilihat juga oleh masyarakat sekitar desa sawarna.
TABEL 13No Jarak Tempuh f %1 Dibawah 1 km 23 432 Antara 1-2 km 18 343 Antara 2-5 km 9 174 Lebih dari 5 km 3 6
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui jarak tempat kerja darirumah yaitu 43% dibawah 1 km, 34% antara 1-2 km, ,dan 17% antara2-5 km, dan 6% lebih dari 5 km. Jarak yang ditempuh bukanlah halyang menjadi hambatan bagi wanita pekerja sektor informaldipantai sawarna. Terbukti masih ada wanita pekerja sektorinformal yang rela melakukan perjalanan lebih dari 5 km untukmenekuni pekerjaanya.
TABEL 14No Uraian f %1 Nglaju (pulang-balik) 42 792 Tidak Nglaju 11 21
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa untuk mereka ketempatkerja 79% dari mereka nglaju (pulang-balik) dan 21% tidakNglaju.
TABEL 15No Tempat Tinggal f %1 Sewa kamar (kost) 2 42 Dirumah sendiri 45 853 Ditempat family/saudara 1 24 Lainya 5 9
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa mereka tinggal 45%dirumah sendiri, 9% ditempat yang lain seperti warung, 4% sewakamar (kost), dan 2% ditempat family/saudara.
TABEL 16No Kendaraan f %1 Jalan kaki 16 302 Sepeda ontel 13 243 Sepeda motor 23 434 Mobil pribadi 1 1.55 Angkutan umum 1 1.5
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa untuk ketempat kerjawanita pekerja informal 43% menggunakan sepeda motor, 30%berjalan kaki, 24% menggunakan sepeda ontel, 1.5% menggunakanangkutan umum, dan 1.5% menggunakan mobil pribadi.
TABEL 17No Waktu Bekerja f %1 Kurang dari 6 jam 8 15
2 Antara 6-8 jam 11 213 Antara 8-10 jam 18 34
4 Lebih dari 8 jam 16 30Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerja sektor informal bekerja dalam sehari 34% antara 8-10 jam, 30% lebih dari 8 jam, 21% antara 6-8 jam , dan 15% kurang dari 6 jam.
ASPEK JAMINAN MASA DEPAN
Riwayat singkat mereka menjadi pekerja disektor informalsebagian besar karena diajak teman/sodara. Selain itu ada faktorlain juga yaitu melihat peluang karena daerah pantai sawarnasudah bayak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kotasebagai objek wisata. Walaupun dalam kenyataanya dalam pekerjaanpokok yang mereka jalani belum memenuhi kebutuhan
TABEL 18No Biaya Tanggungan f %1 Untuk pendidikan 33 622 Untuk kesehatan 10 193 Untuk modal kerja/investasi 5 9.54 Untuk tabungan 5 9.5
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, selain untuk kebutuhan rumah tangga(keluarga), pengeluaran yang memerlukan biaya yaitu 62% untukpendidikan, 19% untuk kesehatan, 9.5% untuk modalkerja/investasi, dan 9.5% untuk tabungan. Disini terlihat biayayang dikeluarkan lebih cenderung kependidikan. Terlihat jugadisini kesadaran untuk pendidikan yang tinggi. Mereka ingin men-sekolahkan anaknya agar bisa hidup yang lebih layak.
TABEL 19 No Usaha/Investasi f %1 Mempunyai usaha/investasi lain 17 322 Tidak mempunyai usaha/investasi lain 36 68
Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wanita pekerjasektor informal 32% tidak mempunyai usaha/investasi laindan 68% mempunyai usaha/investasi lain. Terlihat bahwawanita pekerja informal sudah berfikir maju. Yaitu denganmempunyai investasi lain.
TABEL 20No Uraian f %
1 Berkaitan 10 59
2 Tidak berkaitan 7 41
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel diatas, investasi yang dikelola 59%berkaitan dengan pekerjaan yang sekarang ditekuni dan 41%tidak berkaitan dengan pekerjaan yang sekarang ditekuni.Alasan mereka melakukan investasi adalah karena ingin men-sekolah kan anaknya agar bisa berpendidikan yang lebihtinggi.
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembangunan dewasa ini ditandai oleh banyaknya perubahan yang
terjadi, termasuk didalamnya perubahan aktivitas wanita,
banyaknya wanita Indonesia turut aktif mencari nafkah. Hal ini
memang diharapkan wanita Indonesia ikut serta dalam
pembangunan nasional. Status dan peranan wanita tidak dapat
diabaikan dalam kehidupan masyarakat, diantaranya sebagai
penyokong kehidupan ekonomi rumah tangga. Desa Wisata Sawarna
merupakan titik awal kita menjelajah alam yang elok hingga
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat tradisionalnya yang
bersahaja. Pantai Sawarna terletak di wilayah Kampung Gendol,
Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten. Pantai indah ini jaraknya sekitar 150 km dari pusat
kota Rangkasbitung. Berwisata di pantai ini sangat
menyenangkan dan berkesan karena alamnya masih asli juga
memiliki air laut yang jernih tidak tercemar. Disana terdapat
warung-warung yang dihuni oleh perempuan-perempuan yang
dulunya berprofesi sebagai petani. Disana telah terjadi
pergeseran dari sektor Agraria ke sektor Service. Yaitu yang
dulunya berprofesi sebagai petani sekarang berprofesi sebagai
penyedia jasa. Keadaan ekonomi masyarakat yang kurang sekarang
sudah tercukupi akibat dijadikannya tempat pariwisata disana.
5.2 Saran
Pantai Sawarna merupakan pantai yang indah dengan panorama
alam yang memukai dan deburan ombak yang menenangkan hati.
Bila dimalam hari, gugusan bintang terlihat elok bagaikan
sekuntum bunga yang baru mekar. Tapi kenapa akses jalan disana
terlalu sulit dijangkau. Hal itulah yang seharusnya menjadi
peran pemerintah dalam pembangunan sektor pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
http://alfiyamaharani.wordpress.com/2012/07/10/pengaruh-ketimpangan-distribusi-pendapatan- terhadap-tingkat-kemiskinan/
Segara, Bambu.1994. Lapisan Bawah Masyarakat dan Peluang Kerja Sektor Informal diPedesaan
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi Jakarta . Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada