pembangunan karakter dan penerapan ensemble characters dalam skenario film pendek sumpit
TRANSCRIPT
PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PENERAPAN
ENSEMBLE CHARACTERS DALAM SKENARIO
FILM PENDEK SUMPIT
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn)
Laporan Tugas Akhir
Nama : Rani Aryani Widjono
NIM : 09120210295
Fakultas : Seni & Desain
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
TANGERANG
2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah asli hasil dari
buah pikiran saya dan bukan hasil plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh
orang lain atau lembaga lain. Semua karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau
lembaga lain yang dijadikan acuan penulisan, sudah disebutkan sumbernya pada
Daftar Pustaka.
Tangerang, 15 Februari 2013
Rani Aryani Widjono
iii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PENERAPAN
ENSEMBLE CHARACTERS DALAM SKENARIO
FILM PENDEK SUMPIT
Oleh:
Nama : Rani Aryani Widjono
NIM : 09120210295
Fakultas : Seni & Desain
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Tangerang, 11 Februari 2013
Pembimbing
Ina Riyanto, S.Pd, M.A
Ketua Program Studi
Desain Komunikasi Visual
Desi Dwi Kristanto, M.Ds.
Penguji
Desi Dwi Kristanto, M.Ds.
Ketua Sidang
Yusup S. Martyastiadi, S.T., M.Inf.Tech
iv
KATA PENGANTAR
“Film is incredibly democratic and accessible, it’s probably the best option if you
actually want to change the world, not just re-decorate it.” – Banksy
Film menjadi bagian terpenting dari perkembangan sejarah manusia.
Dengan film, manusia dapat berbicara dengan indah. Dengan film, manusia bisa
menduplikasi cerita hidupnya dan merubahnya sesuai dengan kehendaknya.
Dengan film manusia dapat mempengaruhi dan merubah dunia. Skenario
membantu manusia untuk menuliskan apa yang ingin ia sampaikan di layar.
Sebuah tantangan bagi penulis karena telah diberikan kesempatan untuk
menulis sebuah skenario film pendek dengan cara yang profesional untuk pertama
kalinya. Dan ketika skenario ini jadi dan diproduksi, tidak membuat penulis yakin
bahwa penulis adalah seorang story teller yang baik. Tugas Akhir ini berupa karya
skenario film pendek bergenre drama, berjudul SUMPIT dan laporan tugas akhir
yang judul “Pembangunan Karakter dan Penerapan Ensemble Characters dalam
Skenario Film Pendek SUMPIT”.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penulis baik secara moril dan atau materil dalam pembuatan dan
penyusunan tugas akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
v
1. Ina Riyanto selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah Digital
Cinematography I & II, yang selalu mendukung dan mengusahakan yang
terbaik demi anak didiknya, dengan cinta dan kasih yang aka terus penulis
ingat.
2. Lucky Kuswandi sebagai dosen mata kuliah Directing dan Digital
Cinematograpgy III, sekaligus teman yang selalu memberikan masukan
dan membuka pikiran penulis ketika menemui jalan buntu.
3. Yoseph Anggi Noen selaku dosen mata kuliah Script Writter II, yang
memberikan banyak masukan dan saran dalam penceritaan SUMPIT, juga
dukungan dan keantusiasannya yang membuat penulis yakin akan potensi
dari cerita SUMPIT.
4. Budi Sasono selaku dosen mata kuliah Producing Distributing yang selalu
membagi ilmu mengenai proses produksi film dan tata pencahayaan pada
film pendek.
5. Keluarga, yang selalu khawatir sekaligus mendukung tanpa pamrih dalam
bentuk apapun.
6. Koosandriani R.P, Christina Maureen, Kissi Apriescha, Rangga Elmyra,
Bagoes T.A, Thomas Aquinas Resi, Pisi Respati, Idham Lazuardi, dan
seluruh crew SUMPIT yang dengan semangat, ikhlas, dan kerja keras,
terus betekad untuk memproduksi film SUMPIT hingga selesai.
vi
7. Hengky Soaliman, Edo Moeis, Maya Syafira, Vidya Gita, Oscar J. Syaf,
Aqessa Aninda, dan Emil Kusumo, yang tanpa mereka SUMPIT hanyalah
sebuah skenario.
8. B.W. Purba Negara, selaku dosen yang memberikan banyak masukan
mengenai ensemble yang mampu melengkapi laporan ini.
9. Annita, selaku dosen yang memberikan banyak masukan dalam teknis-
teknis penulisan, serta struktur kebahasaan pada laporan ini.
10. Teman-teman WEDE dan PopsicleUMN yang selalu membagi
pengetahuan tentang film dan juga bersama-sama mengapresiasi film.
11. Ignasius Tommy yang selalu ada dalam memberikan dukungan dan energi
postifnya dalam proses penulisan baik skenario ataupun laporan tugas
akhir.
Penulis sangat menyadari kekurangan-kekurangan dalam hasil tugas akhir
ini baik karya skenario film pendek SUMPIT maupun laporan tugas akhir ini.
Namun, penulis berharap bahwa apa yang sudah penulis buat ini dapat menjadi
salah satu karya yang dapat dibanggakan untuk pihak-pihak yang telah menjadi
bagian dari film pendek Sumpit. Selain itu, penulis juga berharap laporan tugas
akhir ini dapat memberikan pelajaran bagi kita semua.
Tangerang, Februari 2013
Penulis,
Rani Aryani Widjono
vii
ABSTRAK
Laporan tugas akhir adalah laporan dari karya tugas akhir yang berbentuk
skenario film pendek SUMPIT. Laporan tugas akhir yang berjudul “Pembangunan
Karakter dan Penerapan Ensemble Characters dalam Skenario Film Pendek
SUMPIT” ini, menjabarkan proses dalam pembangunan karakter dan penerapan
ensemble characters pada skenario film pendek SUMPIT. Film ini menggunakan
tujuh karakter yang memiliki kekuatan dan porsi screen time yang sama, dan
dengan penggunaan banyak plot. Plot-plot ini kemudian diikat kedalam satu tema
cerita.
Pada laporan ini juga akan dijabarkan kelebihan dan kekurangan yang terdapat
dalam skenario seperti pendalaman-pendalaman karakter, adegan-adegan yang
luput, proses-proses penulisan skenario, termasuk bagaimana cerita dengan
ensemble characters diaplikasikan dalam skenario untuk film pendek dan
bagaimana pentingnya skenario sebagai dasar dari pembuatan film.
SUMPIT mengisahkan tentang karakter-karakter yang dengan caranya masing-
masing menghadapi kebutuhannya akan pasangan. Seperti sumpit, manusia
ditakdirkan untuk saling berpasangan kecuali mereka memilih untuk tetap sendiri.
Kata kunci: ensemble characters, karakter, script writer, plot, protagonis, tema,
skenario.
viii
ABSTRACT
This final report is based on a screenplay of a short film entitled SUMPIT
(Chopstick). The report explains the process of developing and applying ensemble
characters into a screenplay. The story consists of seven characters that have
equal strength and screen time, and which was told using multiple plots. These
plots are entangled into one coherent story, which reflects different aspects of the
same theme.
Furthermore, this report also explains the advantages and disadvantages of
omitted scenes, the processes of applying ensemble characters in the screenplay,
and the importance of a script as the backbone of a film.
SUMPIT is a story about seven characters that are going through many different
roads in searching for love. Like a chopstick, every human being is destined to
have their own partner, except for those who are insist on being alone.
Key words: ensemble characters, characters, script writer, plot, protagonist,
theme, screenplay.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR .................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
BAB I .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 3
1.4 Definisi Istilah ................................................................................. 4
1.5 Tujuan Tugas Akhir ......................................................................... 4
1.6 Manfaat Tugas Akhir ....................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................. 6
2.1 Film................................................................................................. 6
2.2 Skenario .......................................................................................... 7
x
2.2.1 Format Skenario ............................................................................ 13
2.2.2 Jenis Skenario ............................................................................... 19
2.3 Penulis Skenario ............................................................................ 20
2.3.1 Premise ......................................................................................... 21
2.3.2 Sinopsis ......................................................................................... 21
2.4 Struktur Drama .............................................................................. 22
2.4.1 Act I: Set-Up/ Situation/ Establishment .......................................... 23
2.4.2 Act II: Confrontation ..................................................................... 23
2.4.3 Act III: Resolution ......................................................................... 24
2.4.4 Plot Point ...................................................................................... 24
2.5 Plot dan Subplot ............................................................................ 25
2.6 Karakter ........................................................................................ 25
2.6.1 Jenis Karakter ................................................................................ 25
2.6.2 Pengembangan Karakter ................................................................ 27
2.6.3 Ensemble Characters..................................................................... 30
2.7 Tema ............................................................................................. 32
BAB III.............................................................................................................. 33
3.1 Gambaran Umum .......................................................................... 33
3.1.1 Sinopsis ......................................................................................... 33
3.1.2 Peralatan ....................................................................................... 35
3.1.3 Timeline ........................................................................................ 35
3.2 Tahapan Kerja ............................................................................... 36
xi
3.2.1 Menemukan Ide Cerita .................................................................. 37
3.2.2 Penulisan Premise ......................................................................... 37
3.2.3 Penulisan Sinopsis ......................................................................... 38
3.2.4 Pitch the Story ............................................................................... 38
3.2.5 Penulisan Draft.............................................................................. 40
3.3 Referensi ....................................................................................... 41
3.4 Temuan Data ................................................................................. 44
BAB IV ............................................................................................................. 46
4.1 Pendahuluan .................................................................................. 46
4.2 Pembahasan................................................................................... 47
3.2.1 Three Dimensional Character pada Karakter Sisy, Bayu dan Mega
di Skenario Film Pendek SUMPIT................................................. 47
3.2.2 Tema Sebagai Penghubung antar Plot ............................................ 65
3.2.3 Struktur Plot dalam film dengan Ensemble Characters .................. 69
BAB V ............................................................................................................... 78
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 78
5.2 Saran ............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81
LAMPIRAN A .................................................................................................. 86
LAMPIRAN B ................................................................................................... 88
LAMPIRAN C ................................................................................................... 90
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Persistence of vision ......................................................................... 6
Gambar 2.2 Contoh skenario Trip To the Moon .................................................... 9
Gambar 2.2 Contoh skenario The Great Train Robbery ...................................... 13
Gambar 2.2.1.2 Contoh Skenario dengan Action ................................................ 15
Gambar 2.2.1.3 Contoh skenario dengan Character Name ................................. 15
Gambar 2.2.1.4 Contoh skenario dengan dialogue.............................................. 16
Gambar 2.2.1.1.5 Contoh skenario dengan parenthetical .................................... 17
Gambar 2.2.1.1.6 Contoh skenario dengan extension .......................................... 18
Gambar 2.2.1.7 Contoh skenario dengan trasition. ............................................. 19
Gambar 2.4 Sistem Tiga Babak. ......................................................................... 22
Gambar 3.2.4 Sketsa hubungan antar karakter .................................................... 39
Gambar 3.3 Film Watchmen (2009) ................................................................... 42
Gambar 3.3 Film Magnolia (1999) ..................................................................... 42
Gambar 3.3 Film Amelie (2001) ........................................................................ 43
xiii
Gambar 3.3 Film 500days of Summer (2009) ..................................................... 44
Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Sisy ............................................................................ 48
Gambar 4.2.1.1 Joseph Gordon - Levit dan Donnie Yen .................................... 49
Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Bayu ........................................................................... 50
Gambar 4.2.1.1 Perbandingan Fisiologi Sisy dan Bayu ...................................... 51
Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Mega .......................................................................... 54
Gambar 4.2.3.1 Struktur plot pada babak I ......................................................... 70
Gambar 4.3.2.2 Struktur plot pada babak II ........................................................ 73
Gambar 1 Catatan dalam Proses Development .................................................... 86
Gambar 2 Sketsa Hubungan antar Karakter SUMPIT ......................................... 86
Gambar 3 Catatan dalam Proses Penulisan Laporan ........................................... 87
Gambar 4 Illustrasi Penulis pada Kedai Bakmi ................................................... 87
Gambar 5 Persiapan Syuting Hari Pertama ......................................................... 88
Gambar 6 Proses breakdown .............................................................................. 88
Gambar 7 Foto Penulis Bersama Tim Script Supervisor ..................................... 89
Gambar 8 Bagian Akhir Skenario SUMPIT ....................................................... 89
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Bayu ........................................................................ 61
Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Mega ....................................................................... 62
Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Sisy ......................................................................... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film dapat memengaruhi emosi dan perilaku manusia karena adanya cerita atau
pesan yang disampaikan dengan bahasa visual yang mengena pada orang yang
menontonnya hingga akhirnya sampai kepada pengalaman katarsis. Kata
‘katarsis’ atau chatarsis berasal dari bahasa Yunani yang berarti cleansing
(menjernihkan) atau purging (pemurnian). Katarsis mengacu kepada pemurnian
emosi yang dapat merubah perilaku manusia. Perubahan emosi ini adalah hasil
pengalaman adanya perasaan yang sangat kuat (ketakutan, sedih, atau tertawa)
ketika menikmati karya seni. Pada sebuah film yang mampu membuat
penontonnya berkatarsis ada sebuah skenario yang mendesain film itu.
Beberapa contoh film dengan penulisan skenario yang diakui oleh Academy
Awards dengan masuk kedalam nominasi Writing (Original Screenplay) adalah
Magnolia oleh Paul Thomas Anderson, nominasi pada tahun 1999. Film ini juga
merupakan film yang menggunakan ensemble characters. Amelie oleh Jean-Pierre
Jeunet (story) dan Guillaume Laurant (screenplay) nominasi pada tahun 2001,
Lost in Translation oleh Sofia Coppola sebagai pemenang pada tahun 2003, dan
Eternal Sunshine of the Spotless Mind oleh Pierre Bismuth (story), Michel Gondry
(story) dan Charlie Kaufman (screenplay) sebagai pemenang pada tahun 2004,
dan Midnight in Paris oleh Woody Ellen sebagai pemenang pada tahun 2011 lalu.
2
Dengan adanya apresiasi khusus mengenai penulisan skenario film pada
Academy Awards, nominasi Writing (Original Screenplay) ini menjadi salah satu
bukti bahwa skenario dan cerita merupakan salah satu hal terpenting dalam
sebuah film. Film membicarakan pesan yang ingin disampaikan dengan
penceritaan visual.
Scriptwriter adalah penulis yang menginterpretasikan sebuah cerita kedalam
sebuah skenario film. Ia bekerja pada proses development, masa sebelum
terjadinya Pra-produksi. Ketika naskah selesai, barulah crew & cast masuk
kedalam masa pra-produksi.
Terinspirasi dari kehidupan sosial manusia, film SUMPIT muncul dengan
ide awal yang mengangkat tentang sudut pandang seorang pedagang bakmi yang
sering memperhatikan seorang pelanggannya yang selalu melakukan pengulangan
yang sama tiap harinya. Namun, ide awal ini berkembang kepada penggunaan
tujuh protagonis, yang enam diantaranya terlibat di dalam sebuah lingkaran
perselingkuhan. Sang pedagang bakmi menjadi seorang out sider yang melihat
hubungan ini dari balik dapurnya.
Dari garis besar cerita film SUMPIT di atas terlihat bahwa film ini
menggunakan ensemble characters. Ensemble characters berarti menggabungkan
banyak protagonis dengan masalahnya masing-masing kedalam satu garis yang
menghubungkan mereka.
Penulis skenario adalah penerjemah ide yang ditulis dengan struktur
penulisan yang dapat dimengerti oleh orang-orang yang bekerja untuk
3
memvisualkannya. Skenario merupakan guide line sebuah film. Karena itulah,
penulis memutuskan untuk membuat skenario film pendek SUMPIT.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam proses penulisan skenario film pendek SUMPIT
ini adalah:
1.) Bagaimana pembangunan karakter dalam skenario film pendek SUMPIT?
2.) Bagaimana penstrukturan plot pada skenario film pendek SUMPIT yang
menggunakan ensemble characters?
3.) Bagaimana plot-plot cerita pada skenario film pendek SUMPIT akan
dihubungkan?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, masalah pada laporan ini hanya akan
dibatasi pada:
1.) Pembangunan karakter pada skenario film pendek SUMPIT akan
dibatasi pada karakter Sisy, Mega dan Bayu dengan pendekatan:
a.) Fisiologi,
b.) Sosiologi,
c.) Psikologi.
2.) Penstrukturan pada skenario film pendek SUMPIT, dibatasi pada
struktur tiga babak.
4
3.) Penghubungan plot-plot pada skenario film pendek SUMPIT,
dihubungkan melalui tema cerita pada tiap plot.
1.4 Definisi Istilah
Dalam laporan ini, penulis menggunakan istilah-istilah yang sering digunakan.
Istilah-istilah itu antara lain:
1.) Ensemble character, karakter-karakter yang diberikan kesamaan status
pada sebuah film. Karakter-karakter ini memiliki peran yang sama penting
(Smith, 2003).
2.) Plot adalah alur cerita yang didesain untuk direkayasa untuk mencapai
tujuan tertentu (Misbach, 2010, hal.1).
3.) Tema merupakan identitas pada cerita (Walter, 2010, hal.37).
4.) Protagonis adalah karakter yang memegang kendali dalam cerita (Egri,
1960, hal.106).
1.5 Tujuan Tugas Akhir
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menulis skenario film pendek
SUMPIT dengan menggunakan ensemble characters.
1.6 Manfaat Tugas Akhir
Manfaat penulisan laporan tugas akhir ini untuk pembaca adalah sebagai literatur
yang teori di dalamnya dapat digunakan sebagai acuan penulisan skenario film,
5
khususnya film dengan ensemble characters. Laporan tugas akhir ini diharapkan
dapat menjadi sumber informasi dan ilmu bagi para penulis pemula yang ingin
memulai menulis skenario film pendek.
Laporan tugas ini banyak memberikan manfaat secara personal bagi penulis
karena secara sederhana laporan ini mencatat sejauh mana penulis dapat
menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama menyelesaikan pendidikan di
Universitas Multimedia Nusantara, serta mendorong penulis menjadi aktif dalam
mencari pengetahuan dalam bidang film, khususnya penulisan skenario film
pendek dari berbagai macam sumber.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film
Penemuan alat bernama Obscura berperan besar dalam berkembangnya motion-
picture. Motion-picture secara sederhana dapat diartikan sebagai gambar yang
bergerak. Gerakan pada gambar terjadi akibat adanya perbedaan gambar satu
dengan yang lainnya ketika gambar di gerakan secara bergantian. Fenomena
tersebut adalah fenomena ilusi pada mata yang lebih dikenal dengan istilah
presistence of vision.
Persistence of vision adalah sebuah fenomena ketika mata menangkap
gambar yang baru saja menghilang dan merekamnya hingga gambar yang baru
muncul. Hal ini terjadi akibat kecepatan pergerakan gambar dari satu gambar ke
gambar yang lain.
Gambar 2.1 Persistence of vision
(Sumber: VanCleave, 2010)
7
Film kini bukan hanya sekedar kumpulan gambar yang bergerak, namun
film menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan-pesan yang biasanya
tidak dapat disampaikan secara langsung. Pesan-pesan ini dikemas kedalam
sebuah cerita yang disusun di dalam sebuah skenario film.
2.2 Skenario
Menurut Misbach (2010, hal.6) dalam bukunya yang berjudul Teknik Menulis
Skenario Film Cerita, Skenario adalah desain penyampaian cerita atau gagasan
dengan media film. Dapat dikatakan bahwa skenario merupakan rancangan
konseptual sebuah cerita melalui format penulisan skenario pada umumnya yang
berisi dialog, deskripsi, dan peletakan konteks unsur dramatis, perisis seperti yang
dikatakan oleh Field (2005, hal.2) dalam bukunya.
Sejarah film yang panjang lebih mencatat mengenai teknis film itu sendiri.
Walaupun film dan skenario merupakan satu kesatuan, tidak lantas skenario hadir
berbarengan dengan munculnya film. Sejarah skenario sendiri sangat sulit untuk
dijejaki. Ini dikarenakan istilah screenplay sendiri baru digunakan pada tahun
1940-an.
Raynauld (2005) mengatakan skenario pada awalnya ditulis dengan format
penulisan sinopsis yang ditulis tidak lebih panjang dari satu paragraf dan disertai
dengan judul dan deskripsi dari adegan yang akan terlihat. Penulisan skenario
dengan format seperti ini ada pada tahun 1896 sampai 1901 (hal.834-838).
Setelah 1901, durasi film tumbuh menjadi lebih panjang dan penceritaan
naratif menjadi sangat diperhatikan, pentingnya skenario sebagai alat konseptual
8
meningkat. Kebutuhan akan kesinambungan pada cerita yang cukup panjang,
melahirkan format penulisan skenario yang tepat (Balázs, 1970, hal.247).
Boon (2008, hal.4), pada bukunya yang berjudul Script Culture and the
American Screenplay, memberikan beberapa contoh skenario terdahulu, seperti
film milik Georges Melies, A Trip to the Moon, dan The Great Train Robbery
karya Edwin S. Porter, untuk menunjukan sebarapa pesat perkembangan praktik
penulisan skenario pada abad itu.
Film milik Georges Melies merupakan film yang rumit yang membutuhkan
persiapan yang serius. Dibawah ini merupakan contoh skenario milik George
Melies (Boon, 2008, hal.4).
1. The Scientific Congress at the Astronomic Club.
2. Planning the Trip. Appointing the Explorers and Servants. Farewell.
3. The Workshops. Constructing the Projectile.
4. The Foundries. The Chimney-stack. The Casting of the Monster Gun/Cannon.
5. The Astronomers-Scientists Enter the Shell.
6. Loading the Gun.
7. The Monster Gun. March Past the Gunners. Fire!!! Saluting the Flag.
8. The Flight Through Space. Approaching the Moon.
9. Landing Right in the Moon’s Eye!!!
10. Flight of the Rocket Shell into the Moon. Appearance of the Earth From the Moon.
11. The Plain of Craters. Volcanic Eruption.
12. The Dream of ‘Stars’ (the Bolies, the Great Bear, Phoebus, the Twin Stars, Saturn).
13. The Snowstorm.
14. 40 Degrees Below Zero. Descent Into a Lunar Crater.
15. In the Interior of the Moon. The Giant Mushroom Grotto.
16. Encounter and Fight with the Selenites.
17. Taken Prisoners!!
9
18. The Kingdom of the Moon. The Selenite Army.
19. The Flight or Escape.
20. Wild Pursuit.
21. The Astronomers Find the Shell Again. Departure from the Moon in the Rocket.
22. The Rocket’s Vertical Drop into Space.
23. Splashing into the Open Sea.
24. Submerged At the Bottom of the Ocean.
25. The Rescue. Return to Port and Land.
26. Great Fetes and Celebrations.
27. Crowning and Decorating the Heroes of the Trip.
28. Procession of Marines and Fire Brigade. Triumphal March Past.
29. Erection of the Commemorative Statue by the Mayor and Council.
30. Public Rejoicings.
Gambar 2.2 Contoh skenario Trip To the Moon
(Sumber: “History of Scripting and The Screenplay,” n.d.)
Skenario diatas, nyatanya hanya sekedar bantuan teknis yang berupa urutan
scene dan shot untuk kenyamanan sang sutradara. Skenario sederhana milik
Georges Melies ini menuliskan apa yang yang akan muncul pada gambar dan
urutannya, namun tidak menjelaskan bagaimana hal ini akan ditampilkan, namun
skenario ini sukses menceritakan secara naratif pada film ini (Béla, 1970,
hal.248).
Berbeda dengan Georges Melies, skenario milik Scott Marble untuk film
yang disutradarai oleh Edwin S. Porter, The Great Train Robbery, sudah
mencantumkan elemen-elemen apa yang akan ditampilkan, yang kini dikenal
sebagai Master Scene Format, hanya saja tanpa dialog (Boon, 2008, hal.5-6).
1 INTERIOR OF RAILROAD TELEGRAPH OFFICE.
10
Two masked robbers enter and compel the operator to get the
"signal block" to stop the approaching train, and make him
write a fictitious order to the engineer to take water at
this station, instead of "Red Lodge," the regular watering
stop. The train comes to a standstill (seen through window
of office); the conductor comes to the window, and the
frightened operator delivers the order while the bandits
crouch out of sight, at the same time keeping him covered
with their revolvers. As soon as the conductor leaves, they
fall upon the operator, bind and gag him, and hastily depart
to catch the moving train.
2 RAILROAD WATER TOWER.
The bandits are hiding behind the tank as the train, under
the false order, stops to take water. Just before she pulls
out they stealthily board the train between the express car
and the tender.
3 INTERIOR OF EXPRESS CAR.
Messenger is busily engaged. An unusual sound alarms him. He
goes to the door, peeps through the keyhole and discovers
two men trying to break in. He starts back bewildered, but,
quickly recovering, he hastily locks the strong box containing
the valuables and throws the key through the open side door.
Drawing his revolver, he crouches behind a desk. In the
meantime, the two robbers have succeeded in breaking in the
door and enter cautiously. The messenger opens fire, and a
desperate pistol duel takes place in which the messenger is
killed. One of the robbers stands watch while the other tries
to open the treasure box. Finding it locked, he vainly
searches the messenger for the key, and blows the safe open
with dynamite. Securing the valuables and mail bags they
leave the car.
4 THE TENDER AND INTERIOR OF THE LOCOMOTIVE CAB
This thrilling scene shows THE TENDER AND INTERIOR OF THE
LOCOMOTIVE CAB, while the the train is running forty miles
an hour. While two of the bandits have been robbing the mail
car, two others climb over the tender. One of them holds up
the engineer while the other covers the fireman, who seizes
a coal shovel and climbs up on the tender, where a desperate
fight takes place. They struggle fiercely all over the tank
11
and narrowly escape being hurled over the side of the tender.
Finally they fall, with the robber on top. He seizes a lump
of coal, and strikes the fireman on the head until he becomes
senseless. He then hurls the body from the swiftly moving
train. The bandits then compel the engineer to bring the
train to a stop.
5 SHOWS THE TRAIN COMING TO A STOP
Shows THE TRAIN coming to a stop. The engineer leaves the
locomotive, uncouples it from the train, and pulls ahead
about 100 feet while the robbers hold their pistols to his
face.
6 EXTERIOR SCENE SHOWING TRAIN.
The bandits compel the passengers to leave the coaches, "hands
up," and line up along the tracks. One of the robbers covers
them with a revolver in each hand, while the others relieve
the passengers of their valuables. A passenger attempts to
escape, and is instantly shot down. Securing everything of
value, the band terrorize the passengers by firing their
revolvers in the air, while they make their escape to the
locomotive.
7 LOCOMOTIVE.
The desperadoes board the locomotive with this booty, compel
the engineer to start, and disappear in the distance.
8 THE ROBBERS
Bring the engine to a stop several miles from
the scene of the "hold up," and take to the mountains.
9 VALLEY
A beautiful scene in A VALLEY. The bandits come down the
side of a hill, across a narrow stream, mounting their horses,
and make for the wilderness.
10 INTERIOR OF TELEGRAPH OFFICE.
The operator lies bound and gagged on the floor. After
struggling to his feet, he leans on the table, and telegraphs
12
for assistance by manipulating the key with his chin, and
then faints from exhaustion. His little daughter enters with
his dinner pail. She cuts the rope, throws a glass of water
in his face, restores him to consciousness, and, recalling
his thrilling experience, he rushes out to give the alarm.
11 INTERIOR OF A TYPICAL WESTERN DANCE HALL.
Shows a number of men and women in a lively quadrille. A
"tenderfoot" is quickly spotted and pushed to the center of
the hall, and compelled to do a jig, while bystanders amuse
themselves by shooting dangerously close to his feet. Suddenly
the door opens and the half-dead telegraph operator staggers
in. The dance breaks up in confusion. The men secure their
rifles and hastily leave the room.
12 RUGGED HILL
Shows the mounted robbers dashing down A RUGGED HILL at a
terrific pace, followed closely by a large posse, both parties
firing as they ride. One of the desperadoes is shot and
plunges headlong from his horse. Staggering to his feet, he
fires at the nearest pursuer, only to be shot dead a moment
later.
13 THE THREE REMAINING BANDITS
Thinking they have eluded the pursuers, have dismounted from
their horses, and after carefully surveying their surroundings,
they start to examine the contents of the mail pouches. They
are so grossly engaged in their work that they do not realize
the approaching danger until too late. The pursuers, having
left their horses, steal noiselessly down upon them until they
are completely surrounded. A desperate battle then takes place,
and after a brave stand all the robbers and some of the posse
bite the dust.
14 BARNES
A life-size [close-up] picture of Barnes, leader of the outlaw
band, taking aim and firing point-blank at the audience. The
resulting excitement is great. This scene can be used to
begin or end the picture.
13
Gambar 2.2 Contoh skenario The Great Train Robbery
(Sumber: “History of Scripting and The Screenplay,” n.d.)
2.2.1 Format Skenario
Format penulisan film The Great Train Robbery memang sudah mendekati format
penulisan skenario yang dikenal saat ini. Walaupun format skenario terbukti
memenuhi syarat untuk koherensi cerita, perkembangan film era baru dalam
penggunaan pemotongan multiple shot di dalam satu scene, memancing timbulnya
kompleksitas yaitu koherensi secara visual. Hal ini mendorong adanya sedikit
perubahan dalam penulisan pada scene heading.
Sejarah skenario dimulai pada tahun 1910-an, ketika Thomas Harper Ince
mulai membuat film. Di bawah arahan Ince, menulis untuk film menjadi sangat
efisien untuk pertama kalinya dan dikembangkan ke dalam inti yang memang
sangat dibutuhkan pada sistem pembuatan film. Skenario untuk produksi film
menjadi bagian dari bentuk penulisan sastra (Boon, 2008, hal.3).
Keunikan dari skenario ialah memiliki sekitar 90-120 halaman, dalam
format skenario film dengan panjang durasi sekitar 90 menit hingga 120 menit.
Beberapa film ada yang memilliki durasi lebih pendek atau lebih panjang, namun
patokan diatas adalah standar yang biasa dipakai dalam industri (Dyas, 1993,
hal.41).
Skenario memiliki ciri khas dilihat dari segi format penulisan yang
membuat skenario film memiliki konsistensi. Konsistensi penulisan skenario
terlihat pada elemen-elemen skenario yang digunakan. Elemen ini akan selalu
14
sama dan inilah yang membuat skenario dapat dimengerti oleh pembaca di
industri perfilman. Elemen-elemen dalam skenario itu adalah:
2.2.1.1 Slugline
Slugline dikenal juga sebagai Scene Heading. Slugline memberikan informasi
kepada pembaca mengenai dimana adegan itu berlatar. Interior (INT) atau
Exterior (EXT), lalu keterangan nama tempat, dan terakhir diikuti oleh
keterangan waktu, DAY or NIGHT. Contoh penulisan dari Slugline adalah
sebagai berikut:
Tetaplah kepada konsistensi Slugline sehingga memudahkan pembaca
untuk mengenali tempat atau lokasi dan tidak mengira bahwa ini adalah set
baru (“Scene Heading,” 2010).
2.2.1.2 Action
Action atau Description, mendeskripsikan set pada scene, dan membolehkan
penulis untuk memperkenalkan karakter dan set lokasi untuk adegan ini.
Action ditulis dalam keterangan waktu saat ini (present) (“Action,” 2010).
15
Gambar 2.2.1.22 Contoh Skenario dengan Action
(Sumber: Black Swan Screenplay)
2.2.1.3 Character Name
Sebelum karakter berdialog, penulis skenario mencantumkan Character
Name, agar pembaca tahu karakter yang mana yang sedang berdialog.
Karakter dapat berupa nama asli atau berbentuk deskripsi atau
pekerjaan. Terkadang penulis skenario menggunakan nomor pada karakter
(“Character Name,” 2010).
Gambar 2.2.1.3.3 Contoh skenario dengan Character Name
(Sumber: Black Swan Screenplay)
16
2.2.1.4 Dialogue
Dialogue ditulis ketika ada seseorang yang berbicara. Baik percakapan antar
karakter, karakter berbicara dengan dirinya sendiri, atau ketika karakter off-
screen dan hanya suara yang terdengar (“Dialogue,” 2010).
Gambar 2.2.1.44 Contoh skenario dengan dialogue
(Sumber: Black Swan Screenplay)
2.2.1.5 Parenthetical
Parenthetical mendeskripsikan sikap, cara atau arah bicara untuk aktor yang
sedang berbicara. Parenthetical ditulis dengan singkat, to the point,
deskriptif, dan hanya digunakan pada situasi yang penting.
Parenthetical juga digunakan sebagai catatan sambungan dialog
(“Parenthetical,” 2010).
17
Gambar 2.2.1.5.5 Contoh skenario dengan parenthetical
(Sumber: Black Swan Screenplay)
2.2.1.6 Extensions
Extension secara teknis ditulis di sebelah kanan dari character name yang
menunjukan bagaimana suara karakter akan terdengar oleh pendengar. Suara
off-screen (O.S) akan didengar dari karakter yang tidak muncul di layar.
Beberapa penulis menggunakan O.C (off camera). Selain itu, extension yang
dapat digunakan adalah V.O (Voice Over). V.O merupakan narasi atau
karakter berbicara namun disaat ia tidak berada dalam scene itu. Atau, bisa
saja karakter berada dalam scene itu, namun sedang bertindak sebagai narator
(“Extension,” 2010).
18
Gambar 2.2.1.6.6 Contoh skenario dengan extension
(Sumber: Black Swan Screenplay)
2.2.1.7 Transition
Transisi digunakan untuk menjembatani perpindahan antar scene. Beberapa
transisi yang biasanya digunakan:
1.) Cut to
2.) Dissolve to
3.) Smash cut
4.) Fade to
5.) Fade out
(“Transition,” 2010).
19
Gambar 2.2.1.77 Contoh skenario dengan trasition.
(Sumber: Black Swan Screenplay)
2.2.2 Jenis Skenario
Adapun jenis skenario terbagi kedalam beberapa kategori berdasarkan sumber
penulisannya dan tujuan penulisannya
2.2.2.1 Original
Skenario jenis original ditulis tanpa berdasarkan sumber cerita apapun selain
imajinasi dari sang penulis.
2.2.2.2 Adapted
Skenario adaptasi sebenarnya lebih umum dibanding skenario original.
Skenario ini merupakan interpretasi dari sumber lain, seperti novel, cerita
pendek, puisi, atau bahkan film lain. Banyak penulis naskah yang
mendapatkan inspirasi dari berbagai macam sumber. Membuat skenario
adaptasi merupakan proses yang penuh tantangan, karena penulisnya harus
memiliki rasa yang kuat dan tepat atas interpretasinya terhadap cerita yang
akan di adaptasi (Ellis, 2003).
20
2.2.2.3 Spec and Commissioned
Spec atau Speculative skenario adalah skenario yang ditulis dengan harapan
akan terjual pada pasar terbuka dengan tidak adanya pembayaran di muka
atau janji pembayaran sebelumnya. Muatan skenario di dalamnya biasanya
diciptakan dan dikarang oleh penulis, meskipun Spec skenario juga dapat
diangkat dari orang atau kejadian nyata. Skenario jenis ini ditulis tanpa
dipekerjakan (“Spec script,” 2010).
Commissioned skenario ditulis oleh penulis yang dipekerjakan.
Konsepnya biasanya dikembangkan jauh sebelum penulis skenario dilibatkan,
dan seringnya beberapa penulis skenario bekerja untuk ini sebelum skenario
distujui (“Script,” 2007).
2.3 Penulis Skenario
Skenario ditulis oleh seorang penulis skenario yang bertanggung jawab atas
penemuan cerita, pengembangan cerita secara naratif, penulisan skenario, dan
mengirimkannya, dalam format penulisan yang benar kepada Development
Executives.
Penulis skenario memiliki pengaruh yang kuat dalam arahan yang kreatif
dan dampak emosional pada keseluruhan hasil akhir film karena penulisan
skenario menuntut emosional dan intelektual, dan membutuhkan kedalaman
pemahaman penyampaian cerita secara visual, dan dalam berbagai cara film
mempengaruhi para penontonnya. Ia menyediakan blueprint untuk produser,
21
sutradara, production designer, composer, dan editor, para pemain dan crew agar
dapat menggali ide kreatif yang sudah ditulis (“Screenwriter,” 2007).
2.3.1 Premise
Segala sesuatu memiliki tujuan atau premise. Setiap pertunjukan yang bagus,
pasti telah meracik premis dengan baik. Tidak adanya premise pada cerita
menyebabkan tidak adanya tujuan akhir kemana cerita itu dibawa, walaupun
penulis skenario memodifikasi, mengembangkan, merubah ide atau situasi
original, atau bahkan membawa jiwa sang penulis skenario kedalam situasi yang
berbeda (Egri, 1960, hal.6)
2.3.2 Sinopsis
Sinopsis merupakan ringkasan cerita, tanpa mengurangi pesan, atau nilai yang
ingin disampaikan. Sinopsis berperan sebagai ’penjual’ cerita kepada calon
penonton, pendengar, atau pembaca.
Sinopsis adalah cerita dengan satu halaman yang secara akurat
menggambarkan isi dari cerita. Sinopsis sangat berguna ketika menjelaskan cerita
kepada agen, produser, dan editor.
Banyak penulis yang berjuang keras menulis satu halaman sinopsis, karena
mereka harus menyusun runtutan kejadian dari karakter-karakter yang mereka
punya. Untuk menjelaksan cerita, pada paragraf pertama di mulai dengan
permsalahan apa yang hadapi sepanjang cerita.
22
Sinopsis harus menjelaskan secara jernih mengenai permasalahan pada
cerita, sebelum memperkenalkan karakter-karakter pada cerita (Johnson, 1998).
2.4 Struktur Drama
Gambar 2.4 Sistem Tiga Babak.
(Sumber: Field, 2005)
Framework mendukung CHNS (Classic Hollywood Narrative System) yaitu
sistem tiga babak. Permulaan, tengah, dan akhir. Bagian tengah cerita biasanya
memiliki panjang durasi dua kali lebih panjang dari babak permulaan dan babak
akhir. Prinsip yang sering digunakan adalah bahwa satu halaman naskah dengan
format penulisan naskah yang benar sama dengan satu setengah menit dalam
tampilan layar (Costello, 2004, hal.89).
23
2.4.1 Act I: Set-Up/ Situation/ Establishment
Pada bagian ini, penulis mulai membangun cerita, memperkenalkan karakter,
meluncurkan premise cerita, menggambarkan situasi cerita, dan menciptakan
hubungan antar karakter. Penulis skenario hanya membutuhkan sepuluh menit
untuk memperkenalkan cerita (untuk skenario dengan format featured film),
karena penonton dengan sadar atau tidak sadar akan menentukan apakah mereka
suka atau tidak dengan film ini dari penenalan cerita. Jika penonton tidak
mengerti apa yang terjadi dan pada pembukaan cerita karena pembukaaan cerita
yang mengambang dan membosankan, fokus dan konsentrasi mereka akan
melayang dan mulai berpeltualang (Field, 2005, hal.23).
2.4.2 Act II: Confrontation
Babak kedua dikenal dengan confrontation. Pada babak ini protagonis menjumpai
rintangan-rintangan dalam mendapatkan apa yang ia butuhkan, yang didefinisikan
sebagai apa yang karakter ingin menangkan dan dapatkan selama cerita
berlangsung. Rintangan diciptakan karena adanya tujuan yang dituju oleh karakter
yaitu, mendapatkan apa yang ia inginkan, walaupun pada akhirnya karakter bisa
saja tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, melainkan apa yang ia butuhkan,
atau bahkan tidak mendapatkan apa-apa.
Semua drama adalah konflik. Tanpa konflik, tidak ada tindakan. Tidak
adanya tindakan berarti tidak ada karakter. Tanpa karakter, tidak akan ada cerita.
Tidak ada cerita, berarti tidak ada skenario (Field, 2005, hal.25).
24
2.4.3 Act III: Resolution
Babak ketiga adalah babak terakhir dalam cerita, yaitu resolution. Resolusi bukan
berarti ending, resolusi berati solusi. Babak ketiga berisi tindakan yang
menyelesaikan cerita. Ini bukanlah ending. Ending mengarah kepada yang lebih
spesifik yaitu scene atau shot atau sequence yang mengakhiri skenario (Field,
2005, hal.27).
2.4.4 Plot Point
Awal, tengah, dan akhir; Babak kesatu, babak kedua, dan babak ketiga. Set- up,
Confrontation, Resolution – Bagian-bagian ini dalah satu kesatuan. Ini adalah
hubungan antara bagian-bagian yang menentukan keseluruhan cerita. Namun,
setiap babak ini harus memiliki pengait agar dapat terhubung dari babak kesatu
dan babak kedua, babak kedua dan babak ketiga. Penulis harus menciptakan Plot
Point, pada akhir babak ketau dan babak kedua.
Plot point didefinisikan sebagai peristiwa, episode, atau kejadian yang
menjadi pengait atas action yang membawa cerita ke babak selanjutnya. Plot
point I berjalan maju ke Babak kedua, plot poin II berjalan maju ke babak ketiga.
Plot poin I terjadi pada bagian akhir babak kesatu.
Plot point melayani tujuan penting di skenario. Plot point adalah kemajuan
utama dalam cerita dan membuat cerita tetap pada garisnya. Peristiwa pada plot
point tidak harus peristiwa besar, bisa saja berupa scene yang sangat tenang yang
di dalamnya ada keputusan penting yang diambil (Field, 2005, hal.27).
25
2.5 Plot dan Subplot
Plot adalah cara sebuah cerita dieksekusi. Plot merupakan segala sesuatu yang
terjadi kepada karakter yang dibawa dari awal, lalu ke tengah, dan ke akhir cerita
(Dyas, 1993, hal.23).
Subplot merupakan kejadian-kejadian yang memperluas lingkup cerita atau
plot utama dalam bentuk detil-detil yang menyingkap karakter-karakter dalam
cerita. Subplot seperti adanya cerita didalam cerita. Dengan subplot, cerita utama
menjadi memiliki kedalaman, karena subplot memang digunakan untuk
memperjelas motivasi dari karakter pendukung baik yang melawan protagonis
atau yang bekerja untuk protagonis. Pentingnya subplot sebagai rantai pendukung
plot utama, membuat subplot juga harus memiliki awal, klimaks, dan akhir
(Hawk, n.d.).
2.6 Karakter
Dalam sebuah cerita karakter merupakan hal paling mendasar. Secara umum,
karakter terbagi menjadi protagonis dan antagonis.
2.6.1 Jenis Karakter
2.6.1.1 Protagonis
Protagonis disebut juga sebagai the pivotal character karena protagonis
merupakan karakter terpenting dalam sebuah cerita. Protagonis ini merupakan
karakter utama dalam cerita yang akan memimpin jalannya cerita. Protagonis
26
yang menciptakan konflik dan membuat cerita mengalir. Protagonis harus
tahu apa yang ia mau (want). Tanpa protagonis, cerita akan terasa janggal,
nyatanya tidak akan ada cerita.
Dalam menginginkan sesuatu, protagonis harus memiliki hasrat yang
kuat dalam mengabulkan keinginnya sehingga dalam perjalanan untuk
mendapatkan apa yang ia inginkan, ia akan menyerang atau diserang (Egri,
1960, hal.106).
Contohnya, Tom Hansen adalah protagonis dalam film 500days of
Summer yang jatuh cinta kepada Summer Fin, wanita yang percaya bahwa
cinta sejati itu tidak pernah ada.
2.6.1.2 Antagonis
Karakter yang menentang atau melawan karakter utama akan menjadi
penentang atau antagonis. Antagonis adalah karakter yang akan merusak
usaha protagonis dan akan menekan keadaan protagonist dengan segala
kekuatan yang ia punya.
Protagonis dan antagonis menjadi lawan yang memiliki kekuatan yang
sama, agar terjadi perlawanan yang seimbang (Egri, 1960, hal.113).
Karena fungsinya yang penting dalam cerita, penulis skenario terlebih
dahulu harus mengenal karakter-karakter yang akan ditulis dengan
sepenuhnya. Karakter-karakter inilah yang nanti akan mengendalikan cerita.
27
2.6.2 Pengembangan Karakter
Setiap objek memiliki tiga dimensi: tinggi (y), panjang (x), dan lebar (z). Manusia
pun memiliki unsur tambahan tiga dimensi: fisiologi, psikologi, dan sosiologi.
Tanpa pengetahuan atas tiga dimensi ini, penulis skenario tidak dapat menilai
karakter manusia pada umumnya (Egri, 1960, hal.33).
2.6.2.1 Fisiologi
Dimensi yang pertama adalah fisiologi. Aspek fisiologi dapat dilihat
berdasarkan keadaan fisik karakter. Keadaan fisik setiap orang dapat
mempengaruhi cara pandang seseorang. Si buta, si tulis, si cantik, si tinggi, si
pendek, memandang segala hal berbeda dari yang lainnya. Seseorang yang
sedang sakit, akan melihat kesehatan adalah kebutuhan yang paling penting,
sedangkan orang tanpa gangguan kesehatan akan meremehkan kesehatan,
itupun jika ia memikirkannya.
Penampilan fisik seseorang dianggap dapat menggambarkan warna
dari hidup seseorang. Penampilan fisik mempengaruhi manusia tanpa henti
dalam pengembangan mental yang berfungsi sebagai dasar kepribadian
inferiority dan superiority. Inilah hal yang paling jelas dari set pertama
dimensi seseorang.
Berikut adalah aspek-aspek yang termasuk kedalam fisiologi:
1.) Jenis kelamin
2.) Umur
28
3.) Tinggi badan dan berat badan
4.) Warna mata, kulit, rambut
5.) Postur tubuh
6.) Appearance: berpenampilan menarik, kelebihan atau
kekurangan berat badan, bersih. Bentuk kepala, wajah dan
limbs.
7.) Defects: Abnormal, tanda lahir, penyakit.
8.) Heredity.
2.6.2.2 Sosiologi
Sosiologi hal ke kedua dari tiga dimensi karakter yang harus dipelajari.
Orang-orang yang terlahir di lingkungan pinggiran kota yang kotor, akan
memiliki pola pikir dan reaksi yang berbeda dibanding orang-orang yang
terlahir dari lingkungan yang serba bersih dan teratur.
Secara sederhana, sosiologi menganalisa karakter seseorang melalui
lingkungan tempat ia lahir dan dibesarkan, juga bagaimana orang-orang
disekitarnya memperlakukannya.
Unsur yang termasuk kedalam dimensi sosiologi adalah:
1.) Kelas sosial: Bawah, menengah, atas.
2.) Pekerjaan: Jenis pekerjaan, jam kerja, penghasilan, kondisi
pekerjaan, serikat atau tidak berserikat, perilaku di organisasi,
kecocokan dengan pekerjan.
29
3.) Pendidikan: jumlah biaya pendidikan, jenis sekolah, nilai, pelajaran
favorit, pelajaran yang dibenci, bakat.
4.) Kehidupan di rumah: orang tua yang masih hidup, kekuasaan,
yatim piatu, orang tua berpisah atau bercerai, kebiasaan orang tua,
pengembangan mental orang tua, kejahatan orang tua, pengabaian,
status perkawinan.
5.) Agama
6.) Ras, kebangsaan
7.) Posisi di komunitas: Pemimpin diantara teman, berkelompok,
berolahraga
8.) Anggota politik
9.) Kesenangan, hobi: buku, koran, majalah.
2.6.2.3 Psikologi
Psikologi adalah hasil dari gabungan dua dimensi yang lain, fisiologi dan
sosiologi. Kombinasi ini melahirkan ambisi dalam hidup, rasa frustasi, watak,
tingkah laku, dan kepribadian.
Yang termasuk kedalam aspek psikologi adalah:
1.) Kehidupan seksual, standar moral.
2.) Alasan personal, ambisi.
3.) Frustrasi, kekecewaan.
4.) Watak: koleris, easygoing, pesimistis, optimistis.
30
5.) Perilaku terhadap hidup: pengunduran diri, militan, pengalah.
6.) Complexes: Obesesi, kekangan, takhyul, fobia.
7.) Extrovert, introvert, ambivert.
8.) Kemampuan: bahasa, talenta
9.) Kualitas: imajinasi, penilaian, selera,
10.) IQ
2.6.3 Ensemble Characters
Ensemble characters atau ensemble cast adalah beberapa karakter yang diberikan
kesamaan status pada sebuah cerita. Pada ensemble cast, karakter-karakter ini
memiliki peranan yang penting bagi pembuat cerita, karena karakter-karakter ini
dapat menghasilkan banyak cerita dan menjadikan cerita bervariasi.
Ensemble cast umumnya diterapkan dalam produksi industri pertelevisian.
Penggunaan ensemble cast sebagai lata untuk menciptakan lapisan cerita yang
kompleks (Smith, n.d.).
Selain digunakan pada produksi industri pertelevisian, ensemble cast juga
berhasil diterapkan dalam film. Beberapa contoh film dengan ensemble cast
adalah Pulp Fiction, The Royal Tenenbaums, Best in Show, Ocean’s Eleven,
Boogie Nights, dan masih banyak lagi (Marder, 2011).
Kata ensemble sendiri berasal dari perbendaharaan kata Latin, insimul. Kata
ensemble memiliki arti setiap komponen dari suatu benda yang dikumpulkan,
hingga setiap komponen itu menjadi bagian dari keseluruhan benda tersebut dan
31
menghasilkan harmoni. Istilah ensemble tidak hanya digunakan untuk istilah pada
seni peran, namun juga sering digunakan untuk seni musik, seni tari, dan juga
pakaian (Ensemble, n.d.).
Ensemble atau cerita dengan banyak plot adalah film yang mengikuti
banyak protagonis yang berbeda dalam meraih tujuan dan memecahkan masalah
mereka masing-masing. Banyak pembuat film yang mencoba jenis film ini dan
banyak dari mereka yang gagal. Namun, ketika film dengan ensemble characters
ini berhasil, ini dapat sangat memuaskan penontonnya (Cowgill, n.d, para.1).
Film ensemble pada dasarnya adalah gabungan subplot-subplot, yang
terhubung dengan plot utama yang mengikat mereka menjadi satu. “Mini-plots”
ini memiliki tokoh protagonis dengan konflik dan resolusi mereka masing-masing,
tapi tidak cukup kuat untuk membawa momentum ini untuk keseluruhan film;
plot-plot ini memiliki alur cerita yang sederhana. Namun, bagaimanapun juga
pokok dari cerita harus diciptakan untuk merajut plot utama dengan sub plot
kedalam satu wadah yang berisi seluruh hubungan (Cowgill, n.d, para.3).
Kesulitan dalam menulis dan menbuat film dengan ensemble characters
adalah seperti, bagaimana penulis fokus pada cerita dan tetap menjaga perhatian
para penonton, bagaimana penulis berpindah dari plot satu ke plot lainnya,
bagaimana penulis menciptakan sintesis yang mengikat seluruh plot bersama-
sama. Tidak ada aturan baku yang mengatur konstruksi film dengan ensemble
characters. Namun, kunci dari setiap film ensemble characters yang berhasil
adalah kesatuan dramatis – kesinambungan ide dan pergerakan plot – yang
32
memungkinkan penulisnya memadukan lines of action dengan format struktur
drama (Cowgill, n.d, para.4).
2.7 Tema
Setiap skenario untuk film memiliki tema. Tema dapat berupa pernyataan dan
pertanyaan. Pada cerita hanya akan ada satu tema. Tema berfungsi sebagai
identitas film.Untuk memadukan tema pada skenario, penulis skenario
membutuhkan lebih dari sekedar mengetahui tema dari skenarionya, penulis
skenario harus memilikinya. Untuk memenuhi itu, penulis harus mampu menarik
hubungan antara tema, ide, dan cerita, karena ide dan cerita yang akan
menghasilkan tema.
Beberapa penulis skenario mulai dengan tema untuk mengembangkan
cerita yang baru berupa ide atau pesan yang ingin penulis dalami. Tema
memberikan cerita sebuah jalan, akan kemana cerita akan dibawa karena tema
mengontrol tindakan tokoh, dan plot (Calvis, 2012, hal.73-75).
33
BAB III
METODOLOGI
3.1 Gambaran Umum
Tugas Akhir yang dibuat adalah berupa sebuah skenario film pendek yang
berjudul SUMPIT. Film bergenre drama dengan durasi 16 menit ini
menggambarkan kompleksitas manusia dan kebutuhannya akan pasangan di
tengah masalah yang mereka hadapi. Kekompleksitasan cerita ini tergambar
dengan digunakannya tujuh karakter, lima protagonis, lima subplot, dan satu main
plot.
3.1.1 Sinopsis
Babeh ( Tionghoa, 60 tahun), seseorang pedagang dan pemilik kedai bakmi yang
menjadi saksi perselingkuhan antar pelanggannya di kedainya. Sebagai outsider
dari lingkaran perselingkuhan keenam orang pelanggannya ini, Babeh hanya dapat
mengamati dan menarik kesimpulan bahwa manusia memang ditakdirkan untuk
berpasangan, namun manusia tetap dapat memilih untuk tetap sendiri.
Seorang bapak dengan dua anak, Jarwo (45 tahun) telah ditinggal oleh
istrinya karena sakit. Sebagai seorang bapak, ia berusaha untuk menjaga Lintang
(18 tahun) yang masih SMA agar tidak masuk kedalam pergaulan yang salah.
Anak pertamanya, Mega (26 tahun) telah menikah dengan seorang laki-laki
34
bernama Bayu (30 tahun). Ia merasa sudah saatnya untuk mengenalkan pacarnya,
Sisy (30 tahun), sebagai calon istri dan juga mama bagi kedua anaknya.
Keputusan Jarwo akan mengenalkan Sisy sebagai calon mama untuk anak-
anaknya, membuat Sisy lepas dan semakin yakin atas keputusannya menceraikan
Bayu. Hubungan mereka berjalan sangat tidak harmonis karena Sisy terlalu
dominan, ditambah lagi dengan perkawinan mereka belum juga memiliki
keturunan. Sisy selalu menyalahkan Bayu sebagai penyebab mereka tidak
memiliki anak.
Kehidupannya bersama Sisy membuat Bayu tertekan, lemah, dan selalu
mengalah. Tidak ada lagi motivasi yang dapat menyelamatkan hubungan mereka.
Berbeda dengan perkawinannya dengan Sisy, Bayu menjadi kepribadian yang
sangat berbeda ketika sedang menjadi suami Mega. Hubungan perkawinan
mereka sangat harmonis, namun Bayu yang telah dituduh tidak dapat memiliki
anak oleh Sisy menciptakan kekhawatiran sendiri. Kondisi tubuh Mega yang
berbadan besar juga menjadi kekhawatiran Mega. Mega berusaha keras untuk
menurunkan berat badannya, sedangkan Bayu tidak pernah tega untuk melihat
Mega begitu tertekan. Kesabaran mereka, akhirnya membuahkan hasil, Mega
positif hamil. Tuduhan Sisy terhadap Bayu, ternyata salah.
Sebagai anak perempuan satu-satunya yang masih menjadi tanggung jawab
Jarwo, Lintang merasa kesepian. Kakak perempuannya yang sudah menikah dan
berbadan besar membuat hubungan mereka jauh. Lintang tidak ingin seperti
kakaknya yang berbadan besar, ia menjadi sangat anti terhadap makanan.
35
Kalaupun ia makan, diam-diam ia akan memuntahkanya lagi. Kesepian Lintang,
membuat ia merasa perlu untuk menantang hidupnya sendiri. Hubungan Lintang
dengan Adit (22 tahun) tidak diketahui oleh Jarwo. Diam-diam Lintang
melepaskan keperawannya dengan Adit. Masalah mulai serius ketika Lintang
ternyata hamil dan Adit menjadi panik, ketika mengetahui bahwa pacar gay-nya,
Jarwo, adalah ayah dari perempuan yang ia hamili.
3.1.2 Peralatan
Dalam penulisan skenario film pendek SUMPIT, penulis menggunakan sebuah
laptop dan komputer dengan software khusus penulisan skenario yaitu Celtx.
Adapun penulis menggunakan sebuah buku saku yang penulis gunakan untuk
mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan skenario film pendek SUMPIT
seperti ide, atau kejadian-kejadian unik yang dapat diadopsi kedalam skenario.
3.1.3 Timeline
Hampir setiap minggunya lahir draft baru yang lahir dari revisi-revisi draft
sebelumnya.
Kira-kira seperti inilah, progres penulisan yang penulis lakukan dalam
menyelesaikan tugas akhir yang berupa karya skenario dan tugas akhir berupa
laporan.
36
Tabel 3.1.3 Timeline
3.2 Tahapan Kerja
Penulisan skenario adalah proses yang penting dalam menentukan hasil akhir
film. Untuk pertama kalinya penulis mendapat kesempatan untuk menulis
skenario sebagai tugas akhir. Akhirnya, skenario ini bukan hanya menentukan
hasil akhir film SUMPIT, namun juga menentukan hasil akhir dari tugas akhir
penulis.
Tahapan yang penulis lewati sebelum akhirnya menghasilkan skenario film
pendek SUMPIT adalah seperti berikut:
37
3.2.1 Menemukan Ide Cerita
Pencarian ide adalah langkah pertama dari lahirnya skenario. Untuk memulai
langkah pertama akan selalu terasa sulit. Ide terkadang datang tanpa diminta, dan
hilang ketika diminta. Namun, ide akan selalu bisa muncul ketika berusaha untuk
dicari.
Menurut Yoseph Anggi Noen, seorang dosen dan sutradara, agar seorang
penulis skenario dapat menguasai setiap unsur cerita yang ia buat, ambillah ide
dari hal-hal sederhana yang dapat ditemukan di kehidupan sekitar kita
(komunikasi personal, 4 Maret, 2012).
Cara menemukan ide adalah dengan terus berpikir dan berimajinasi. Ide
pertama SUMPIT lahir dari pengamatan penulis atas kesederhanaan mengenai
pengulangan-pengulangan pelanggan di kedai bakmi di daerah Gading Serpong.
Dalam kejadian nyata, penulis adalah pelanggan kedai itu yang terus melakukan
pengulangan yang sama dalam hal pemilihan tempat duduk serta makanan yang
penulis pesan. Dengan tambahan sedikit imajinasi, sudut pandang diubah.
3.2.2 Penulisan Premise
Premise adalah sebuah kalimat yang menjabarkan isi dari keseluruhan cerita.
Premise skenario film pendek SUMPIT adalah seorang pemilik kedai bakmi yang
menjadi saksi perselingkuhan antar keenam pelanggannya.
Setelah mengetahui apa yang akan penulis ceritakan, penulis mulai untuk
mengembangkan premise ini ketahap selanjutnya.
38
3.2.3 Penulisan Sinopsis
Ide cerita SUMPIT terus berkembang, dan pada akhirnya harus dibatasi
mengingat skenario ini akan direalisasi dalam bentuk film pendek berdurasi 16
menit.
Dari premise, penulis mengembangkannya kedalam cerita sepanjang satu
halaman, yang disebut sebagai sinopsis. Inti dari sinopsis yang penulis buat adalah
menjelaskan bahwa Babeh mengetahui perselingkuhan yang terjadi di kedainya,
dan permasalahan yang setiap pasangan ini hadapi.
Dalam tahapan pembuatan skenario SUMPIT, sinopsis ini dijadikan media
penilaian apakah cerita-cerita yang sudah terkumpul layak untuk direalisasikan
kedalam film pendek dan layak dijadikan sebagai proyek tugas akhir.
Sinopsis-sinopsis yang terpilih, memasuki langkah selanjutnya, yaitu
mempresentasikan ide cerita kepada para dosen pembimbing.
3.2.4 Pitch the Story
Premise dan sinopsis yang sudah dibuat, digunakan untuk menjual cerita kepada
keempat dosen pembimbing dalam waktu singkat ketika pitching.
Pitching secara sederhana dapat diartikan sebagai penyampaian dan
presentasi gagasan kreatif dan kemudian cerita dipilih untuk di produksi. Pitching
berlaku untuk memilih cerita atau penulis, sutradara, dan produser.
Selain premise dan sinopsis, untuk picthing penulis mempersiapkan struktur
konflik yang menjadi kunci film SUMPIT dengan cara membuat skema
39
berdasarkan karakter, lalu ditarik garis-garis yang menghubungkan masalah
mereka. Dengan begitu penulis dapat dengan mudah menerangkan skema
hubungan yang terjadi dalam film pendek SUMPIT.
Walaupun struktur konflik ini tidak dapat langsung dimengerti oleh orang
yang baru mendengarnya. Kebingungan akan struktur konflik ini, terlihat dari raut
ekspresi teman-teman yang juga menyaksikan pitching ini.
Gambar 3.2.4 Sketsa hubungan antar karakter
40
3.2.5 Penulisan Draft
Dalam penulisan skenario film pendek SUMPIT, dimulai saat ide cerita SUMPIT
terpilih untuk diproduksi dan terus berlanjut hingga skenario film pendek
SUMPIT di film-kan.
Penulisan draft ini terus mengalami perubahan besar dan kecil, dari teknis
penulisan, sudut pandang, sampai perubahan kronologi waktu. Saat proses
produksi pun, penulis masih harus memutar logika, karena adanya
ketidaksesuaian karakter dalam skenario dan pada film.
Perubahan yang terus terjadi pada setiap draft yang baru rampung dan
akhirnya menghasilkan draft baru hingga berjumlah 12 draft, sempat membuat
penulis kehilangan arah dalam menulis skenario film pendek SUMPIT. Tema
pada film inilah yang menjadi penunjuk, akan dibawa kemana skenario ini
berjalan. Lahirnya draft ke-12 untuk skenario film SUMPIT ini pada akhirnya
membawa dampak ketidakpercayaan diri penulis akan cerita SUMPIT.
Tantangan lain pada penulisan skenario ini adalah bagaimana cerita dengan
banyak karakter yang berarti melahirkan banyak konflik ini tetap hadir sebagai
film pendek yang memiliki panjang skenario yang tidak lebih dari 20 halaman. Ini
menjadi tantangan tersendiri karena banyak sekali hal yang penulis ingin
ungkapkan namun harus dibatasi sehingga cerita menjadi lebih padat tanpa
mengurangi tema utama yang ingin penulis sampaikan.
Observasi di kedai bakmi juga penulis lakukan untuk mendapatkan
kemiripan aktivitas dan kebiasaan-kebiasaan para pelanggan sebuah kedai bakmi
41
yang sedang menunggu pesanannya datang. Kebiasaan-kebiasaan yang muncul
secara natural pada orang-orang yang ada di kedai bakmi ini, penulis jadikan
sebagai bahan untuk dijadikan kebiasaan para karakter pada SUMPIT yang
menjadi gambaran kepribadiannya.
Selain observasi dalam bentuk langsung, penulis juga observasi melalui
media internet dan diskusi bersama teman-teman berdarah Tionghoa, yang masih
percaya terhadap mitos. Observasi melalui internet lebih mengarah kepada mitos
tentang sumpit di berbagai negara Asia. Sedangkan diskusi merupakan bentuk
pembuktian, mitos seperti apa yang lebih dikenal di Indonesia. Dan hasilnya,
mitos yang ada di Asia, tidak berbeda jauh dengan Indonesia.
Mitos yang paling kuat mengenai sumpit adalah larangan menancapkan
sumpit diatas mangkok berisi nasi atau makanan pokok. Alasannya karena
tindakan itu seperti upacara sembayang untuk orang yang sudah meninggal.
3.3 Referensi
Film dengan ensemble characters tentu bukan hal yang baru dalam dunia film.
Robert Altman dikenal sebagai sutradara dan penulis spesialis film dengan
penggunaan banyak protagonis. Selain Robert Altman, ada juga sutradara dan
penulis Paul Thomas Anderson yang gaya filmnya terinspirasi dari Robert
Altman. Di Hollywood jenis film seperti ini sudah cukup banyak, namun di
Indonesia yang terkenal adalah Arisan.
42
Gambar 3.3 Film Watchmen (2009)
(Sumber: Robinson, 2011)
Contoh film dengan ensemble character adalah seperti Watchmen (2009),
Pulp Fiction (1994), Boogie Nights (1997), Elephant (2003), The Breakfast Club
(1985), Reservoir Dogs (1992), Traffic (2000), Requiem for a Dream (2000),
Glengarry Glen Ross (1992), dan Magnolia (1999).
Gambar 3.3 Film Magnolia (1999)
(Sumber: New Line Cinema, 1999)
43
Sebagai penulis skenario, adalah penting untuk memiliki visual atas cerita
yang ditulis. Visual ini penulis dapatkan dari berbagai macam film. Film yang
penulis jadikan refrensi untuk gaya penceritaan adalah 500days of Summer,
Amelie, Jakarta Maghrib dan Magnolia.
Gambar 3.3 Film Amelie (2001)
(Sumber: Cinemafanatic, 2010)
Terinspirasi dari film 500days of Summer dan Amelie, penulis menjadikan
gaya narrator pada film itu sebagai gaya orang ketiga pada film pendek SUMPIT
bercerita. Orang ketiga dalam film pendek SUMPIT adalah Babeh.
44
Gambar 3.3 Film (500) Days of Summer (2009)
(Sumber: Byington, 2010)
Dari film Jakarta Maghrib, penulis lebih mempelajari setiap sisi masyarakat
urban Jakarta yang terlihat natural dan dapat dijadikan refrensi untuk film pendek
SUMPIT. Magnolia salah satu karya dari sutradara dan penulis Paul Thomas
Anderson, penulis jadikan refrensi utama dalam film pendek SUMPIT. Penulis
mempelajari beberapa hal yang lalu penulis terapkan pada film pendek SUMPIT
seperti narasi, pemilihan main plot, dan konflik drama di dalamnya, dan pesan-
pesan tersirat pada cerita.
3.4 Temuan Data
Penulis berperan seperti Tuhan dalam film pendek SUMPIT karena penulis
skenariolah yang menuliskan takdir dari film pendek SUMPIT, namun pada
akhirnya banyak pula hal-hal yang ditemukan tidak sesuai dan terpaksa harus
berubah. Saat penulisan skenario SUMPIT berlangsung, penulis menemukan hal-
hal yang berbeda dari ekspektasi awal. Penemuan-penemuan itu antara lain:
45
1.) Penulisan skenario yang kurang detil dalam menyampaikan
karakteristik setiap karakter.
2.) Skenario SUMPIT tidak sepenuhnya mengikuti teori tiga babak yang
dikemukakan oleh Syd Field.
3.) Luputnya penulis dari detil status pernikanan yang terjadi antara Sisy,
Bayu, dan Mega.
4.) Film dengan ensemble characters tidak aplikatif dalam film pendek.
5.) Tidak adanya adegan-adegan penting yang dapat membangun
kedalaman pada cerita.
6.) Perbedaan karakter Mega yang ditulis pada skenario SUMPIT dengan
pemeran Mega pada film.
46
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pada Bab Analisis dan Pembahasan ini akan dijabarkan lebih lanjut mengenai
temuan-temuan yang sudah penulis paparkan pada Bab Metodologi. Temuan-
temuan ini menjadi bahan yang akan mendukung pembahasan batasan masalah
yang sudah penulis sebutkan pada Bab Pendahuluan.
Pembahasan ini berupa perbandingan antara teori yang sudah penulis
rangkum pada Bab Telaah Literatur dengan apa yang sudah penulis kerjakan
dalam proses penulisan skenario film pendek SUMPIT. Perbandingan dan analisa
akan fokus pada pengembangan karakter bedasarkan three dimensional character,
penerapan ensamble character melalui tema, stuktur drama, dan karakter.
Pembahasan akan fokus kepada tiga karakter yaitu Sisy, Mega, dan Bayu.
Tiga karakter yang saling berkaitan, karena dua wanita ini memiliki kehidupan
perkawinan yang berbeda di waktu yang bersamaan dengan seorang laki-laki yang
sama.
47
4.2 Pembahasan
4.2.1 Three Dimensional Character pada Karakter Sisy, Bayu dan Mega di
Skenario Film Pendek SUMPIT
Menurut teori yang dikemukakan oleh Egri (1993, hal.33), karakter pada cerita
harus memiliki tiga sisi dimensi, agar karakter tersebut menjadi sangat nyata dan
dipercaya. Tiga sisi dimensi pada karakter dilihat dari tiga unsur yang mampu
mempengaruhi tindakan dan pola pikir, yaitu:
4.2.1.1 Fisiologi
Secara fisik, Sisy adalah karakter yang memiliki tampilan yang sangat
menarik diantara karakter-karakter yang lain. Keadaan fisiknya yang dapat
dikatakan sempurna, membuat Sisy menjadi wanita yang percaya diri dan
mampu menguasai lingkungannya.
Berikut adalah foto wanita yang paling mendekati ekspektasi penulis
atas fisiologi Sisy.
48
Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Sisy
(Sumber: “fashion model,” n.d.)
Tentu saja fisiologi pada wanita di dalam gambar, tidak 100% sesuai
dengan espektasi penulis. Ketidaksesuaian yang paling terasa adalah warna
rambut dan warna kulit. Wanita Indonesia pada umumnya memiliki warna
rambut hitam kecoklatan dan warna kulit yang lebih gelap. Perbedaan warna
kulit dan rambut karena adanya pengaruh dari letak geografis Indonesia yang
memiliki iklim tropis dan bersuhu lebih panas.
Kepribadian Sisy yang berani dan superior tergambar dari sepatu
berhak tinggi yang selalu ia gunakan. Dari beberapa sumber yang penulis
baca, bahwa wanita yang memakai sepatu berhak tinggi adalah wanita yang
ambisius, menarik, dan berani.
49
Dengan bentuk tubuh yang terlihat sempurna, apa yang ia gunakan akan
selalu membuatnya percaya diri. Kepercayaan dirinya yang tinggi membuat ia
dapat mengendalikan dan memimpin keadaan.
Penampilan Sisy yang begitu percaya diri berbeda jauh dengan Bayu.
Secara fisik, fisiologi Bayu dapat digambarkan dengan foto-foto dibawah.
Gambar 4.2.1.1 Joseph Gordon - Levit dan Donnie Yen
(Sumber: Kelly, n.d.; Sina, 2009)
Pada foto disebelah kiri yaitu Joseph Gordon – Levit dengan postur tubuh
dan cara berpakaian yang menurut penulis sesuai dengan karakteristik Bayu.
Disebelah kanan adalah Donnie Yen dengan potongan rambut, bentuk mata
yang sesuai dengan gambaran penulis terhadap Bayu. Jika kedua kriteria ini
digabungkan, menghasilkan karakter baru yang sangat sesuai sebagai Bayu.
50
Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Bayu
Dari daftar fisiologi yang dipaparkan oleh Egri (1960, hal.33), penulis
mengambil hanya pada bagian-bagian yang menurut penulis dapat berpengaruh
kepada karakteristik Bayu dengan orang-orang disekitarnya. Fisiologi yang
penulis pilih untuk Bayu seperti bentuk mata, bahu yang turun, tinggi badan,
potongan rambut, warna pakaian yang ia gunakan, dan bagaimana ia
berpenampilan. Fisik Bayu berpengaruh kepada isu-isu yang penulis angkat
dalam hubungannya dengan Sisy.
Hubungan Bayu dan Sisy adalah hubungan yang tidak seimbang. Sisy
yang superior dan mendominasi tidak sebanding dengan Bayu yang inferior.
51
Ketidakseimbangan ini jelas terlihat dari tampilan fisik masing-masing
karakter.
Gambar 4.2.1.1 Perbandingan Fisiologi Sisy dan Bayu
Ciri khas dari Bayu yang paling penting dalam mendukung cerita adalah
bentuk mata yang sipit, bahu yang turun, tinggi badan, pakaian yang tidak rapi
dan warna yang monochrome.
Untuk tinggi badan, Bayu termasuk yang tinggi badannya tidak setinggi
laki-laki biasanya. Untuk ukuran tinggi badan laki-laki, Bayu termasuk laki-
laki yang pendek. Apalagi jika dibandingkan dengan Sisy yang normalnya
memiliki tinggi badan sedikit lebih tinggi dengan Bayu. Sehingga jika Sisy
menggunakan sepatu berhak tinggi, Bayu terkesan sangat pendek sebagai laki-
laki. Tinggi badan ini mempengaruhi kepercayaan diri Bayu sebagai laki-laki,
52
dan terkesan tidak dapat memimpin Sisy yang dari dasarnya sudah
mendominasi Bayu.
Bukan hanya masalah tinggi badan yang menjadikan Bayu terkesan
lemah. Pundak Bayu yang turun juga penulis identifikasikan sebagai
kepribadian yang pesimistis terhadap apapun. Dalam hal ini, penulis
menjadikan Bayu sebagai kepribadian yang pesimis dengan hubungannya
bersama Sisy dan juga kebahagiannya yang terenggut oleh kehidupan kantor
yang monotone, serta kemacetan Jakarta yang sangat mempengaruhi kualitas
hidup masyarakatnya. Hidupnya yang membosankan, kaku dan datar
tergambar dari warna-warna pakaian yang Bayu sering gunakan.
Dari sisi penampilan, Sisy adalah perempuan yang ‘fashionable’. Segala
sesuatu yang ia kenakan harus mencuri perhatian orang-orang disekitarnya.
Kepercayaan diri Sisy sangat tinggi, sehingga Sisy dapat dengan mudah
memimpin keadaan jika berada didalam lingkungan dengan orang-orang yang
tidak memiliki energi sekuat dirinya.
Dalam breakdown character, penulis mendefinisikan penampilan Sisy
dengan sangat mendetil. Namun, ternyata detil-detil yang penulis jabarkan itu
tidak semuanya penting dalam mendukung cerita.
Salah satu detil yang ternyata tidak penting dalam jalannya cerita adalah
Sisy harus menggunakan kontak lens. Awalnya penulis bermaksud untuk
menunjukan bagaimana Sisy selalu tampil percaya diri dan gaya. Namun,
53
ternyata menggunakan kontak lens atau tidak, sama sekali tidak menambah
karakteristik Sisy sebagai wanita yang berpenampilan menarik.
Detil ini ternyata malah menjadi masalah saat syuting, karena tiba-tiba
pemeran Sisy bersama tim make up dan wardrobe pergi dari lokasi untuk
membeli softlense, sehingga menghambat jalannya syuting.
Kriteria fisik Sisy yang paling penting adalah tinggi badan dan postur
tubuhnya. Ini berhubungan dengan bagaimana dia memperlakukan dan
merawat tubuhnya agar dapat menjadi pusat perhatian.
Yang penulis baru sadari adalah detil-detil pada skenario yang
menerangkan bahwa Sisy sangat menjaga badannya, tidak penulis cantumkan
dalam skenario. Detil adegan yang seharusnya terdapat pada skenario adalah
seperti bagaimana Sisy satu per satu mengamati bentuk bagian-bagian dari
tubuhnya di depan kaca, adegan Sisy sedang di gym atau detil yang dapat
tergambar dari dialog.
Saat penulisan skenario berlangsung, penulis terlalu fokus kepada
bagaimana konflik ini berjalan secara berkesinambungan dari satu karakter ke
karakter lain. Setelah penulis menganalisa kembali skenario SUMPIT barulah
satu persatu penulis menemukan hal-hal yang terlewat.
Secara fisik, Sisy adalah wanita yang terlihat sempurna, bentuk tubuhnya
menjadi harapan setiap wanita. Namun, bentuk tubuh yang indah itu, tidak
menjamin Sisy memiliki hubungan percintaan yang baik. Perlakuan Sisy
terhadap Bayu dan sebaliknya yang membuat keduanya tidak memiliki
54
hubungan yang baik. Bayu malah menjadi begitu stress dengannya. Bentuk
tubuh Sisy tidaklah menjadi suatu hal yang lagi penting bagi Bayu. Bayu
ternyata lebih membutuhkan wanita seperti Mega.
Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Mega
(Sumber: Aliex, 2011)
Berbadan besar, berpenampilan santai dan kasual, rambut selalu diikat,
menjadi karakteristik seorang Mega. Ketika penulis ditanya oleh tim casting,
wardrobe, dan make up, seperti apa Mega itu, penulis langsung
menggambarkan wujud Mega dengan dua kata; oversize dan candy. Tapi
ternyata, dua kata ini tidak cukup mendeskripsikan Mega dengan baik karena
ternayata tim casting membawa pemain yang tidak cukup besar untuk menjadi
Mega dan saat syuting dimulai penampilan Mega pun meleset.
55
Penulis mencoba menganalisa penyebab kesalahan dari casting dan
wardrobe ini.
1.) Penulis kurang detil dalam memberikan ukuran dan gambaran, seperti
apa oversize yang penulis maksud.
2.) Pendalaman skenario dan karakter kurang dilakukan, sehingga terjadi
perbedaan visi ditambah dengan penulis tidak menyantumkan secara
jelas fisilogi Sisy pada skenario.
3.) Tim casting terlalu cepat memutuskan dan terlalu cepat untuk puas.
4.) Tim terpaku kepada looks dari pada kebutuhan skenario.
Mega berumur 25 tahun dengan penampilan yang sangat berwarna.
Warna-warna yang ia kenakan adalah warna-warna muda yang
menggambarkan bahwa Mega sangat energik dan menggemaskan. Warna-
warna yang dikenakan Mega, bukan hanya berdampak kepada dirinya sendiri,
tapi berdampak kepada orang yang melihatnya. Bayu, menjadi ikut berenergi
ketika bersama Mega.
Tubuhnya yang besar, mengindikasikan bahwa Mega, sangat menyukai
makanan. Makanan inilah yang menjadi musuhnya dalam mendapatkan
keturunan. Yang paling penting dari fisiologi Mega, memang berat badannya.
Tapi tinggi badan juga menentukan relasinya bersama Bayu. Mega sengaja
penulis deskripsikan memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari Bayu di
maksudkan agar Mega menjadi opposite dari Sisy. Seperti yang sudah penulis
sampaikan sebelumnya mengenai tinggi badan Sisy dan Bayu yang
56
menyebabkan atmosfer tidak seimbang, tinggi badan Mega juga menjadi
penting.
Kebiasaan Mega mengikat rambutnya, baik dikepang maupun di ikat
ekor kuda, menggambarkan bahwa Mega memiliki kepribadian yang tidak
kompleks dan lebih natural. Berbeda dengan Sisy yang memiliki rambut
panjang dan selalu ditata sedemikian rupa.
Saat produksi berlangsung penulis menemukan bahwa bukan hanya
karakter Mega yang gagal ditemukan, namun juga Bayu yang ternyata diluar
ekspektasi penulis.
Ketidaksesuaian karakteristik pemain untuk karakter Mega membuat
penulis merasa sangat tidak puas karena artinya apa yang ingin penulis
sampaikan tidak bisa tersampaikan. Pesan bahwa Mega tidak memiliki anak
dikarenakan tubuhnya yang besar. Ternyata, ketidakpuasan ini bukan hanya
dirasakan oleh penulis namun juga disadari oleh aktor lain yang memerankan
Bayu.
Emil Kusumo, menanyakan bagaimana logika jalannya cerita ketika
karakter Mega yang seharusnya berbadan besar, ternyata dipernakan oleh
perempuan yang ‘hanya’ berukuran L(arge). Ini adalah pertanyaan yang sangat
masuk akal. Namun, pertanyaan ini membuat penulis malu, karena
ketidaksesuaian ini malah disadari oleh orang lain yang baru bergabung di
produksi film ini. Kenapa malah aktor yang mempertanyakan ini, bukan crew
SUMPIT itu sendiri.
57
4.2.1.2 Sosiologi
Lingkungan memiliki pengaruh kuat dalam membentuk watak seseorang.
Bagaimana lingkungan memperlakukan orang tersebut, dan seperti apa
pandangan orang itu terhadap lingkungannya, menghasilkan sikap dan tindakan
seseorang dalam lingkungannya.
Yang memiliki darah Tionghoa bukan hanya Babeh, Bayu pun begitu.
Darah Tionghoa Bayu, mempengaruhi bagaimana lingkungannya
memperlakukannya. Ia dianggap sebagai orang lemah oleh Sisy.
Ras, bukan satu-satunya yang mempengaruhi watak Bayu. Walaupun
darah Tionghoa Bayu, menjadi pendukung cerita yang penting, tapi ada banyak
unsur yang mempengaruhi kepribadian Bayu. Dalam pendekatan sosiologi
penulis membangun karakter Bayu berdasarkan kesukuan, jenis pekerjaan,
kehidupan dirumah, dan posisi di komunitas.
Seperti yang penulis sudah sebutkan bahwa ciri terpenting dari seorang
Bayu adalah bentuk mata yang sipit, pundak yang turun, dan ukuran penis yang
dibawah rata-rata ukuran pria Indonesia. Ciri ini penting karena berhubungan
dengan aspek sosiologi Bayu yang berdarah Tionghoa dan jenis pekerjaannya.
Rasis masih terjadi di Indonesia bahkan kota besar seperti Jakarta. Menurut
penulis, ada beberapa alasan pelecehan ras terjadi.
1.) Tionghoa dianggap sebagai ras pendatang sehingga bagi masyarakat
yang masih pelakukan pelecehan ras merasa tidak memiliki hubungan
persaudaraan.
58
2.) Isu komunis yang sempat terjadi di Indonesia pada 1965. Sehingga,
beberapa oknum masih terbawa oleh ideologi mengerikan pada jaman
itu yang ternyata ideologi itu tidak dapat hilang dalam tujuh dekade,
sehingga dapaknya masih bisa dirasakan hingga sekarang.
3.) Isu mengenai ukuran penis orang Tionghoa yang lebih pendek
dibanding suku lain. Penelitian yang dilakukan oleh perusahaan
kondom Durex, penis terkecil dimiliki oleh Asia, tetapi bukan negara
Cina, melainkan Korea Selatan dan Indonesia berada enam tingkat di
atas Cina. Ukuran penis menjadi gengsi tersendiri bagi masyarakat
yang memegang darah keturunan patrilineal. (“Hasil Survey Ukuran
Penis Pria Menurut Ras,” n.d.; Babesajabu, 2011).
Dari ketiga isu diatas, penulis menjadikan isu ketiga sebagai salah satu
latar belakang masalah Sisy yang merasa tidak pernah mendapatkan kepuasan
seksual dari Bayu. Masalah ini diperparah dengan sikap Bayu yang mudah
tertekan.
Bukan hanya situasi rumah yang membuatnya tertekan, tetapi
pekerjaannya yang dibelakang meja dengan rutinitas yang sama membuatnya
semakin stress. Penulis tidak begitu spesifik tentang jabatan dan pekerjaan
Bayu di kantor. Namun jenis pekerjaan Bayu penulis identifikasikan sebagai
pekerjaan dibelakang meja, yang selalu berkutat dengan kertas-kertas, dan tiap
harinya aktivitas yang dilakukan di Bayu selalu sama. Di kantorpun, Bayu
59
tidak begitu diperhitungkan, dari segi pertemanan Bayu tidak begitu memiliki
banyak waktu karena hidupnya harus terbagi untuk Sisy dan Mega.
Sisy termasuk kedalam karakter yang berhasil membagi hidupnya dengan
seimbang. 80% harinya, Sisy habiskan di luar rumah untuk bekerja, berbelanja
atau sekedar mengopi di cafe.
Kesibukannya diluar rumah membuat Sisy tidak begitu merasa harus
untuk memiliki anak. Kesibukannya berhubungan erat dengan kehidupannya di
rumah bersama Bayu. Sisy bisa melakukan aktivitasnya sendiri tanpa Bayu.
Sisy merasa, dengan ia memiliki anak dari Bayu, semakin ia terikat dengan
pernikahannya bersama Bayu.
Jauh berbeda dengan Sisy, Mega lebih sering menghabiskan waktu di
rumah dan di taman kanak-kanak. Mega menjadi guru TK di dekat rumahnya.
Kedua tempat ini menjadi tempat yang nyaman bagi Mega. Rumah membuat
Mega merasa sebagai kunci dari kasih sayang sebuah keluarga, dan TK
membuat ia menyadari bahwa hidupnya benar-benar belum sempurna sebagai
seorang ibu jika belum melahirkan seorang anak. Mega sangat menyukai anak-
anak dengan segala dunianya.
Penulis tidak menuliskan adegan karakter-karakter ini di tempat kerjanya
dikarenakan masalah panjanganya durasi pada film. Jika penulis bisa
menghiraukan ketentuan tersebut atau menulis kembali skenario SUMPIT
dalam format feature film, penulis akan menambahkan adegan-adegan karakter
ini dengan kehidupan di kantornya. Seperti ketika Mega sedang di TK bersama
60
anak-anak disekelilingnya, Sisy dengan kariernya sebagai fashion stylist, dan
Bayu yang terlihat sangat bosan dengan tumpukan kertas-kertas di kantornya.
Adegan ini jelas akan memperkuat identitas dan kedalaman pada cerita.
4.2.1.3 Psikologi
Masih berlandaskan teori milik Egri (1960, hal.33-37), psikologi seseorang
merupakan hasil gabungan dari dua dimensi yaitu Fisiologi dan Sosiologi
orang tersebut. Kombinasi dua dimensi ini menghasilkan ambisi dalam hidup,
rasa frustasi, watak, tingkah laku, dan kepribadian. Teori ini berlaku untuk
karakter Bayu, Sisy dan Mega, serta keempat karakter lainnya di cerita
SUMPIT.
Pada Bayu misalnya. Bayu memiliki fisiologi yang dipengaruhi atau
terpengaruh dari dimensi sosiologinya, yang kemudian menghasilkan watak
dan kepribadian yang menjadi karakteristiknya di cerita SUMPIT.
Bagaimana Bayu berpakaian yang selalu selalu memakai kemeja dengan
sweater menggambarkan status sosialnya dan jenis pekerjaan yang ia kerjakan.
Baju yang kurang rapi juga menggambarkan dampak dari orang-orang
disekitarnya memperlakukannya, sehingga memunculkan rasa frustasi. Bentuk
matanya yang sipit karena menunjukan kesukuannya yaitu Tionghoa yang
merupakan bagian dari pendekatan sosiologi.
Penulis mencantumkan warna dominan yang sering Bayu gunakan
dengan maksud menunjukan bahwa hidupnya begitu datar dan tidak berwarna.
61
Warna ini juga menggambarkan bagaimana Bayu memandang hidupnya
dengan pesimis.
Selain hal-hal diatas, tinggi badan Bayu juga menciptakan dampak
psikologis Bayu. Tinggi badan yang tidak tinggi dari Sisy membuat Bayu pun
merasa tidak dapat mengendalikan, memimpin hubungannya bersama Sisy dan
akhirnya berdampak kepada kehidupan pernikahannya.
Karena begitu tertekannya Bayu dengan pernikahannya bersama Sisy,
Bayu menjadi merasa harus mencari kebahagiaan dari orang lain yang bisa
sama-sama saling menghargai dan mengasihi. Bayu mendapatkan itu semua
dari Mega.
Jika diurutkan kedalam sebuah tabel, akan terlihat seperti dibawah ini.
Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Bayu
Fisiologi Sosiologi Psikologi
Bahu Turun. Pegawai yang dibawah tekanan. Pesimistis
Mata Sipit. Berdarah Tionghoa. Inferiority.
Sweater rajut. Pakaian Semi Kehidupan seksual yang buruk Introvert.
formal. Tidak rapi. bersama Sisy. frustasi.
TB: Lebih pendek dari Sisy. Kehidupan yang penuh kasih Pengalah.
Warna Dominan: Abu-abu bersama Mega.
Merasa harus mencari
kebahagian dari orang lain.
Small Penis.
Tidak percaya Diri.
Mega menyadari bahwa tubuhnya yang besar tidak sesempurna tubuh
wanita pada umumnya tetapi bukan itu yang membuat Mega merasa tidak
sempurna. Dengan memiliki Bayu, Mega sudah merasa cukup bahagia, dan
sejenak dapat melupakan kekurangan fisiknya. Semakin ia mencurahkan kasih
sayangnya terhadap Bayu, semakin Mega menyadari ada sesuatu yang belum
62
lengkap. Mega merasa ia akan menjadi wanita yang sempurna ketika rahimnya
dapat mengandung dan melahirkan seorang anak.
Lingkungannya tempat kerjanya Mega membuat Mega memiliki banyak
waktu untuk membagi perhatian ke anak kecil. Pada skenario, tempat kerja
Mega tidak menjadi salah satu scene, lingkungan tempat kerjanya sekolah TK
menjadi background karakter yang penting, karena ini menjadi alasan mengapa
Mega dapat begitu menginginkan seorang anak dan keinginannya terlihat dari
penampilan, Mega sangat kasual dan santai, dengan warna dominan yang ceria
dan pastel. Selain lingkungan kerjanya, rumah juga menjadi pendorong Mega
merasa kesepian sehingga semakin memperkuat ambisinya.
Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Mega
Fisiologi Sosiologi Psikologi
Over Weight. Guru TK. Ingin memiliki anak.
Rambut selalu diikat rapi.
Rumah adalah tempat
ternyaman nya. Ceria dan kasual.
Warna dominan: Pastel Hubungan pernikahan yang Penyayang.
bahagia bersama Bayu. Merasa kebahagiaannya ber-
sama Bayu belum sepenuhnya
sempurna.
Dampak dari fisiologi dan Sosiologi dari Sisy adalah rasa percaya diri
yang tinggi. Rasa percaya diri mendukung pekerjaannya yang menuntut untuk
bertemu dengan orang banyak. Penulis tidak begitu spesifik dengan jenis
pekerjaan Sisy, namun pekerjaan yang mewajibkan Sisy untuk bertemu dengan
orang banyak dengan penampilan yang menarik akan mendukung karakter Sisy
yang optimis, percaya diri, superior dan berambisi tinggi.
63
Dalam hubungan pernikahannya bersama Bayu, Sisy sudah tidak
mempunyai keinginan apapun bersama Bayu. Apa yang ia butuhkan dari
seorang suami tidak bisa ia dapatkan dari Bayu. Bayu terlalu lemah untuk Sisy.
Hubungannya bersama Jarwo pun masih belum terlalu jelas. Sisy
menginginkan kepastian hubungan yang lebih serius dari Jarwo, laki-laki yang
menurutnya dapat menyelamatkan hidupnya dari Bayu.
Kekurangan pada pendalaman karakter yang paling fatal oleh penulis
adalah ketika ternyata hubungan antara Sisy dan Bayu, Bayu dan Mega, secara
logika hampir tidak mungkin terjadi.
Penulis membuat hubungan Sisy dengan Bayu sebagai suami istri yang
diujung perceraian, namun Sisy masih ragu karena Jarwo pacarnya belum
memberikan kepastian kelanjutan hubungan yang lebih serius. Sama dengan
Sisy, Mega juga berstatus istri dari Bayu. Hubungan mereka bahagia.
Pernikahan mereka diketahui oleh ayah dari Mega yaitu Jarwo. Berati dalam
hal ini hubungan pernikahan Mega dan Bayu adalah legal secara hukum.
Ketidakmungkinan ini karena dalam hukum Indonesia, tidak
dimungkinkan terjadi dua pernikahan secara sah atas satu nama laki-laki,
namun bukan masuk kedalam kategori poligami. Jika pernikahan tetap terjadi,
salah satu pernikahan harus berstatus dibawah tangan atau Siri. Sedangkan,
kedua pernikahan baik pernikahan milih Sisy dan Bayu, atau Bayu dan Mega,
tidak bisa jika salah satunya berstatus Siri.
64
Jika pernikahan Bayu dan Sisy adalah Siri, Sisy tidak akan merasa terikat
dengan pernikahan tersebut. Kalaupun mereka cerai, sejak awal memang
hukum tidak mengakui pernikahan mereka, sehingga Sisy tanpa beban akan
segera meninggalkan Bayu ketika ia merasa sudah muak bersama Bayu. Dan
hal ini bertentangan dengan plot Bayu dan Sisy pada SUMPIT.
Jika pernikahan Bayu dan Mega yang berstatus Siri, itu lebih tidak
mungkin terjadi, dikarenakan Jarwo mengetahui pernikahan ini dan bertindak
sebagai wali dari perempuan. Dengan adanya wali perempuan, pernikahan
Bayu dan Mega adalah sah di hadapan hukum. Selain itu, jika memah
pernikahan mereka siri, tentu status pernikahan ini terasa tidak adil untuk Mega
yang sangat menginginkan pernikahan yang bahagia dengan memiliki anak.
Lalu, jika penulis mengetahui status pernikahan ini tidak mungkin terjadi,
mengapa hubungan mereka tetap ada pada cerita? Telah penulis bahas
sebelumnya, bahwa ketika skenario ini ditulis dengan format film pendek,
penulis harus fokus kepada konflik keenam karakter ini. Hasilnya, ketika
penulis kembali menganalisa kedalaman cerita pada SUMPIT, barulah penulis
sadari, bahwa penulis telah luput dari status pernikahan mereka.
Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Sisy
Fisiologi Sosiologi Psikologi
Tinggi semampai. Berhubungan dengan banyak Optimis / Percaya diri
Fashionable. orang. Superior.
Menggunakan sepatu
berhak. Cafe untuk relax. Ambivert.
Hubungan pernikahan yang Ambisi: Mendapatkan
mengambang. kepastian hubungan.
65
Dalam mengembangkan masing-masing karakter, seringnya penulis
memulai dari masalah utama dari masing-masing karakter. Dari masalah itu
barulah penulis mengembangkan latar belakang karakter itu dan membuat
rumusan apa yang ia inginkan dan apa yang ia butuhkan, lalu berangkat kepada
cara bagaimana ia mendapatkan apa yang ia inginkan dan ia butuhkan.
Dari analisa-analisa penulis diatas, penulis menyadari bahwa ada adegan-
adegan penting yang dapat memperdalam karakteristik tiap karakter, luput dari
skenario SUMPIT. Namun, ternyata detil-detil adegan yang seharusnya tertulis
dalam skenario tidak semuanya dapat dimasukan karena alasan durasi film dan
juga kurangnya pendalaman pada karakter-karakter di SUMPIT.
Skenario Sumpit menjadi lebih efektif ketika penulis dapat memasukan
adegan-adegan yang tertinggal dan luput kedalam skenario SUMPIT, di
bandingkan dengan skenario pada draft terakhir. Pengalaman ini sendiri membuat
penulis menyadari pentingnya pendalaman setiap karakter dengan sangat detil.
4.2.2 Tema Sebagai Penghubung antar Plot
Tema dalam skenario film pendek SUMPIT adalah berupa pilihan. Tema
SUMPIT adalah mana yang lebih baik, bersikeras untuk mencari pasangan yang
tepat, walaupun harus saling menyakiti, atau hidup sendiri dan tidak ada
seorangpun yang dikorbankan . Tema cerita SUMPIT dalam bentuk pilihan,
karena pada akhir cerita penulis tidak memberikan jawaban atas pilihan tema
66
SUMPIT tersebut. Penulis ingin membebaskan penonton untuk memilih dengan
jujur.
Babeh, sejak awal memang memilih untuk hidup sendiri tanpa pasangan. Ia
merasa sudah cukup bahagia dengan kesendiriannya. Namun ketika Jarwo mulai
menghampirinya ke wilayah nyamannya Babeh, yaitu dapur, Babeh mulai
kehilangan rasa percaya dirinya dalam memilih kesendiriannya. Babeh mulai
mempertanyakan kembali apakah lebih baik sendiri atau berpasangan.
Bagi penulis tema berperan penting karena skenario film pendek SUMPIT,
penulis menggunakan lima plot ditambah dengan cerita yang diceritakan secara
tidak berurutan, tema menjadi hal yang sangat penting.
Pada plot milik Mega dan Bayu tema dijawab dengan lebih baik memiliki
pasangan dengan begitu manusia dapat saling menopang ketika salah satu terjatuh,
dan sama-sama berjalan menuju tujuan utama. Hal ini tergambar dari bagaimana
pasangan ini bersama-sama saling mendukung dan sabar. Tema ini terlihat di
hampir semua adegan Bayu bersama Mega.
Adegan ketika Sisy ingin untuk berhubungan seks namun lebih memilih
untuk merokok menjadi kunci tema pada plot ini. Ketika Sisy merokok, Bayu
yang berbaring membelakangi Sisy tergangu dengan asap rokoknya. Bayu
meminta untuk mematikan rokoknya, Sisy kesal dan menyatakan bahwa rokoknya
lebih memuaskan dari pada penis Bayu. Bayu memilih untuk tidur di luar kamar.
Dalam adegan ini terlihat bahwa Bayu lebih memilih untuk keluar dari
kamar dan mengalah, sedangkan Sisy sejak awal memilih untuk melawan demi
67
kenyamanan dirinya. Penulis ingin menggambarkan bahwa hubungan yang tidak
dilandasi dengan rasa nyaman dan keseimbangan hanya akan membuat individu
dalam hubungan itu tertekan dan tidak bebas.
Penulis tidak menuliskan adegan Bayu dan Sisy yang akhirnya
mempertanyakan sedang apa mereka selama ini di dalam hubungan yang
mengambang. Jika adegan ini ditulis, mungkin terasa akhir plot milik mereka
memiliki resolution. Pembahasan mengenai plot, akan penulis bahas lebih janjut
pada subbab berikutnya.
Pada akhirnya pada subplot ini, kedua karakter lebih memilih untuk mencari
kebahagiaan dengan orang yang lain karena mereka tetap percaya bahwa manusia
memang membutuhkan pasangan.
Plot Sisy dan Jarwo. Penulis membicarakan mengenai pengakuan dan
kepastian adalah sesuatu yang penting. Sisy belum berani menceraikan Bayu
karena ia belum memiliki kepastian hubungan bersama Jarwo. Ketika Jarwo
akhirnya berjanji akan memperkenalkan Sisy sebagai calon istrinya, Sisy merasa
siap untuk melangkah untuk meninggalkan cinta yang lama.
Kegundahan Sisy, mengenai hubungannya bersama Jarwo, membuatnya
bertanya bertanya, ‘kapan?’ pada Jarwo. Dan ternyata Jarwo pun tidak kunjung
memperkenalkannya karena Sisy masih dalam status istri Bayu.
Kesiapan Sisy untuk melangkah ada pada adegan ketika Sisy melihat pesan
dari Jarwo yang mengajaknya untuk memperkenalkannya sebagai calon istrinya,
68
dan Sisy membuang cincin pernikahannya bersama Bayu kedalam kloset. Yang
tidak diketahui Sisy adalah bahwa Jarwo memiliki hubungan dengan Adit
Hubungan Jarwo dan Adit tidak menjadi fokus untuk penulis. Hubungan ini
penulis jadikan sebagai penguat karakter dari Jarwo yang memang adventurous,
dan karakter Adit yang bisexual.
Karakter Jarwo yang senang ‘berpetualang’ menjadikan karakter yang
belum ingin berkomitmen. Keputusan Jarwo untuk memperkenalkan Sisy, muncul
karena Jarwo melihat foto Sisy bersama Bayu, suami dari Mega, anaknya. Yang ia
tidak tahu adalah hubungan Adit dan Lintang.
Plot Adit dan Lintang muncul dengan konflik Lintang yang takut gendut dan
Adit yang ingin menjadi laki-laki pada umumnya. Lintang yang ingin mencoba
berbagai macam hal yang baru dengan mudahnya menyetujui keinginan Adit
untuk berhubungan seksual. Keputusan Lintang ini berdampak kepada kehamilan.
Kehamilan ini sangat menakutkannya, karena artinya ia akan berbadan besar.
Yang membuat Adit bimbang adalah apa yang ia harus lakukan ketika
perempuan yang ia hamili adalah anak dari pacarnya. Namun, ketika Lintang
memutuskan untuk menggugurkannya, keingan Adit untuk bersama Lintang lebih
besar, walaupun Adit tetap kegundah dengan hubungannya bersama Jarwo.
Dari analisa penulis diatas, penulis menyadari bahwa penulis kurang
mendalam dalam menulis skenario karena adegan-adegan yang sebenarnya akan
lebih baik jika dimasukan kedalam skenario. Cerita SUMPIT dengan ensemble
character dengan lima subplot memang kurang tepat jika diaplikasikan dalam film
69
pendek. Masalah durasi membatasi perkembangan masing-masing plot dan
perkembangan karakternya. Jika adegan-adegan yang saat ini tidak terdapat pada
skenario dapat penulis masukan, film SUMPIT akan berformat feature film.
4.2.3 Struktur Plot dalam film dengan Ensemble Characters
Pada teori paradigm Field (2005, hal.23), dijabarkan bahwa cerita terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Berlandaskan teori itu, penulis
memodifikasi teori tersebut yang penulis sesuaikan dengan struktur skenario film
pendek SUMPIT, yang menggunakan banyak karakter dengan banyak plot.
Pada saat penulisan skenario SUMPIT, penulis tidak menjadikan teori ini
sebagai patokan yang harus diikuti, sehingga struktur dalam skenario SUMPIT
adalah seperti di bawah ini.
4.2.3.1 Babak I: Awal
Pemodifikasian itu terjadi seluruh babak. Setiap babak, penulis bagi lagi
menjadi 5 plot. Pada babak I, karakter-karakter diperkenalkan secara
bergantian dan berhubungan. Karakter memiliki ceritanya sendiri dan menjadi
bagian cerita dari karakter lain.
Jika dilihat, struktur screen time babak set- up adalah sebagai berikut.
70
Gambar 4.2.3.1 Struktur plot pada babak I
Perkenalan pada babak I, dimulai dari Babeh. Perkenalan Babeh, tidak
penulis jadikan fokus, namun Babeh memiliki peranan penting dalam
perkenalan keenam tokoh ini. Babeh sebagai outsider dari keenam tokoh ini
yang akan memperkenalkan mereka kepada penonton.
Perkenalan pertama adalah Lintang. Lintang diperkenalkan sebagai
peremuan yang beremosi labil dan berapi-api. Perkenalan Lintang dibuka
dengan adegan Lintang yang sedang menuangkan banyak sambal pada
bakminya. Dari kedai bakmi, perkenalan berpindah ke rumah Lintang ketika,
Jarwo berbicara ingin mengenalkan mama barunya. Dari rumah, scene
berpindah ke dalam mobil, Lintang masuk mobil Adit. Dari adegan ini, Babeh
diantar untuk memperkenalkan Adit.
Adit dikenalkan sebagai laki-laki yang sangat mementingkan penampilan
dan kebersihan. Penampilannya membuat Adit terlihat cerdas. Scene
berpindah dari kedai bakmi ke parkiran mobil. Di scene ini, Adit diperkenalkan
71
sebagai laki-laki penyuka sesama jenis yang lebih tua. Hal bahwa Adit seorang
yang mementingkan penampilannya ditunjukan dengan adegan Adit yang
mengaca mengecek penampilannya, tapi adanya sedikit kotoran kecil di jendela
mobil tempatnya ia mengaca, membuatnya risih, dan akhirnya
membersihkannya. Setelah adegan ini, Adit yang bertemu dengan seorang laki-
laki dan merangkulnya, mengantarkan Babeh, kepada perkenalan laki-laki yang
bernama Jarwo.
Dari parkiran mobil, scene kembali kedalam kedai bakmi Babeh. Jarwo
yang sedang menancapkan sumpitnya kedalam bakminya sambil
menambahkan daun bawang. Hal ini menggambarkan Jarwo sebagai orang
yang slengean dan melakukan apa yang ia ingin lakukan, terutama bersenang-
senang. Scene berpindah ke dalam kamar, Jarwo sedang memakai celananya,
lalu mengambil tiga hal dari meja, dompet, handphone, dan kondom. Adegan
itu menjadi adegan yang membawa Babeh, memperkenalkan Sisy.
Sisy diperkenalkan sebagai wanita yang mandiri dan arogan.
Kearoganannya tergambar dari sikapnya terhadap suaminya. Sisy dengan
santai merokok di dalam kamar tidur mereka, tanpa menghiraukan Bayu.
Adegan ini mengantarkan Babeh memperkenalkan dua karakter terakhir.
Pada bagian set-up terakhir, Babeh memperkenalkan dua karakter
sekaligus. Adegan Bayu di kamar Sisy sebagai awal perkenalan. Adegan
berpinadah ke kedai bakmi milik Babeh untuk memperkemalkan Bayu dan
Mega, sekaligus. Yang ingin penulis perkenalkan dari pasangan ini adalah
72
bagaimana pasangan ini begitu harmonis dan saling menyayangi. Dari
perkenalan ini, penulis langsung memasukan Plot point I.
Plot point I merupakan kejadian yang membawa seluruh karakter
kedalam babak konfrontasi, yaitu ketika Jarwo mengumumkan bahwa akan ada
makan malam bersama pada tanggal satu nanti. Plot point ini dimulai ketika
Mega berada di kedai bakmi dan memberitahukan kepada Babeh bahwa ia
bersama keluarganya akan makan malam di kedai itu. Adegan itu berbarengan
dengan adegan ketika Babeh mengira Mega sudah Hamil.
4.2.3.2 Babak II: Tengah
Setelah semua karakter diperkenalkan satu persatu, penulis baru bisa berjalan
maju ke babak II yaitu Confrontation. Struktur drama pada setiap pasangan
tetap seperti apa yang dikemukakan oleh Syd Field. Namun, dalam struktur
plot, tampilannya akan berbeda.
Jika semua plot di gabungkan kedalam satu garis babak, akan terlihat
seperti ini.
73
Gambar 4.3.2.2 Struktur plot pada babak II
Pada babak ini, penulis mulai fokus dengan masalah-masalah pada
setiap pasangan.
Penulis mulai babak ini dengan Lintang dan Adit yang akan
berhubungan seksual. Lintang yang sebenarnya penasaran dengan seks, ada
sedikit keraguan jika ternyata ia hamil. Adit yang sudah sangat mengerti hal
seperti ini dengan tenang menunjukan alat pengaman dan meminta Lintang
untuk memastikan rumahnya kosong. Masalah pertama muncul ketika Adit
terkaget mengetahui Jarwo adalah ayah dari Lintang dari panggilan pada
handphone milik Lintang, di pagi hari setelah mereka berhubungan seksual.
Masalah yang terjadi antara Bayu dan Mega adalah ketika Mega
memiliki keinginan yang sangat kuat untuk memiliki anak, Bayu yang sangat
sayang kepada Mega tidak tega melihat Melihat diet ketat yang dilakukan
74
Mega. Alasan sayang Bayu yang membuat Bayu membawa Mega ke kedai
Bakmi dan menggagalkan diet Mega tanpa disadari Bayu.
Pada plot milik Bayu dan Sisy, penulis memulainya dari kelanjutan
adegan pada babak perkenalan, ketika Bayu tidur membelakangi Sisy.
Adegan itu dilanjutkan dengan Bayu menegur Sisy karena Bayu sudah sangat
terganggu dengan asapnya. Sisy menutup foto pernikahannya bersama Bayu,
lalu mengutarakan kekesalannya. Bayu memilih untuk keluar kamar dan tidur
di depan TV.
Pada babak ini, penulis menyisipkan adegan ketika Jarwo mengobrol
bersama Babeh. Pada obrolan ini, Jarwo menanyakan kabar babeh yang
masih saja sendiri. Babeh menjawab dengan santai bahwa buat apa berdua
jika dijadikan orang ketiga. Jarwo yang mengerti bahwa Babeh
menyindirnya, Jarwo mengatakan bahwa ini adalah proses pencarian atas
pasangan yang tepat.
Pada adegan itu, penulis ingin menunjukan bahwa Babeh adalah
sebagai karakter yang memiliki pendepatnya sendiri tentang berpasangan.
Babeh merasa lebih nyaman jika ia sendiri. Jarwo yang mewakili karakter
yang lain memiliki pendapat yang berbeda.
Sisy yang menanyakan kapan ia akan diperkenalkan sebagai calon
istri Jarwo, membuat Jarwo juga bertanya, kapan Sisy akan menceraikan
Bayu. Adegan ini adalah adegan sebelum semua adegan yang membicarakan
bahwa Jarwo akan memperkenalkan Sisy, seperti adegan pada babak set-up
75
ketika Jarwo memanggil Lintang untuk mengajaknya makan malam, begitu
juga adegan Mega yang berbicara dengan Babeh akan mengadakan makan
malam di kedainya.
Adegan selanjutnya adalah adegan ketika Jarwo meninggalkan catatan
sebelum meninggalkan kamar Sisy yang sedang tertidur, setelah melihat foto
pernikahan Sisy dengan Bayu.
Yang penjadi plot point kedua adalah saat-saat menjelang makan
malam. Adegan seperti Lintang yang ingin menggugurkan kandungannya dan
Adit yang merasa bisa untuk menjadi ayah dari anak yang dikandung Lintang,
Mega dan Bayu yang akhirnya dikaruniai seorang anak, Sisy yang membaca
catatan dari Jarwo dan siap meninggalkan kehidupannya bersama bayu
dengan membuang cincin pernikahannya didalam kloset.
Menurut teori, struktur cerita SUMPIT berhenti pada plot point II,
karena plot point ini sudah mengungkap resolusi tiap plot. Namun, resolusi
utama pada cerita SUMPIT bukanlah resolusi yang ada pada tiap plot.
4.2.3.3 Babak III: Akhir
Pada babak ini lah penulis membuka resolusi atas konflik yang terjadi selama
rentang waktu menuju makan malam. Babak akhir dimulai, ketika Jarwo
mengundang keluarganya untuk makan malam bersama. Babak ini
seharusnya menjadi resolusi atas semua hubungan yang terjalin diatas.
76
Penulis menjadikan pertemuan keenam pasang mata ini sebagai resolusi
cerita SUMPIT. Mereka akhirnya bertemu dalam satu meja, dan mereka tahu
apa yang sebenarnya sedang terjadi. Setiap karakter ini tahu jika orang-orang
yang bersama mereka tahu apa yang sedang terjadi, tapi pada akhirnya
mereka semua terlalu takut, malu, marah dan gengsi untuk mengakui apa
yang sebenarnya terjadi. Akhir cerita terputus sampai pada makan malam
yang tidak menyenangkan itu. Penulis tidak mengungkapkan dampak yang
terjadi dengan hubungan ini.
Menurut Misbach (2005, hal.69) dalam cerita dikenal istilah antisipasi.
Antisipasi yang dimaksud adalah ketika penonton tidak sadar telah
melakukan prediksi terhadap ending atau akhir cerita. Dalam ending skenario
SUMPIT, penulis membiarkan penonton untuk bebas berekspektasi terhadap
reaksi dan perasaan tiap karakter pada akhir cerita.
Walaupun penulis menyadari struktur ini tidak sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Syd Field, namun penulis cukup merasa babak akhir yang
penulis tulis adalah yang terbaik. Penulis merasa bahwa biarkan pada
akhrinya penonton yang akan merangkum emosi yang keenam karakter ini
rasakan.
Jika penulis mengikuti struktur tiga babak, maka pada babak ini,
penulis akan mengungkap apa yang terjadi setelah Jarwo mengetahui
pacarnya, Adit menghamili anaknya, apa yang akan Mega lakukan jika
mengetahui Bayu masih dalam status suami Sisy yang notabene adalah calon
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penulisan laporan tugas akhir ini penulis menganalisa karya tugas akhir
penulis yang berbentuk skenario film pendek berjudul SUMPIT, dan penulis
menemukan masih banyak ketidaksempurnaan dalam skenario SUMPIT. Dibawah
ini adalah kesimpulan-kesimpulan yang dapat penulis rangkum.
Cerita dengan penggunaan banyak karakter yang artinya melibatkan banyak
plot dan objektif cerita tidaklah cocok untuk diaplikasikan pada film pendek yang
hanya berdurasi 15 menit. Ide cerita yang awalnya sederhana sekali menjadi
begitu kompleks dan out of control ketika penulis melibatkan tujuh karakter
dalam satu cerita.
Pada sebuah buku yang penulis baca secara singkat dan disayangkan penulis
tidak dapat menemukan detil tentang buku itu, mengatakan bahwa untuk cerita
dengan format film pendek, lebih baik penulis fokus hanya kepada satu karakter.
Hal ini mengartikan bahwa film pendek menuntut penyederhanaan cerita.
Setelah penulis menyelesaikan laporan ini, teori itu memang benar.
Banyaknya karakter membuat penulis tidak dapat begitu mendalam pada
pengembangan setiap karakter. Setiap detil yang dapat membangun kedalaman
pada cerita dan karakter, dan juga harus ditulis dengan jernih dan jelas agar dapat
menjadi resep yang dapat di terjemahkan dengan visi yang sama oleh seluruh tim.
Kekecewaan yang penulis rasakan pada film SUMPIT adalah banyak sekali
79
adegan-adegan yang tidak terpenuhi, pemilihan cast yang tidak sesuai, dan
pastinya perubahan cerita sesuai kehendak sutradara.
Kekecewaan itu tidak lepas dari kurangnya penulis melakukan development
bersama produser dan sutradara. Komunikasi dengan tim, membuat relasi yang
baik dengan mereka, development sesering mungkin, memastikan bahwa tim
memiliki visi yang sama adalah yang dasar yang harus dibangun sejak awal.
Dalam karya pertama penulis, Skenario SUMPIT masih jauh dari sempurna.
Penulis harus banyak melakukan research, membaca buku, traveling, dan
menonton film. Pengalaman-pengalaman dengan duni luar membuat imajinasi dan
pengetahuan bertambah.
Pepatah mengatakan bahwa pelajaran terbaik adalah belajar dari
pengalaman orang lain. Skenario yang sempurna akan menjadi sumber inspirasi
yang tepat untuk para penulis baru. Namun, skenario yang memiliki banyak
kekurangan dan kemudian kekurangan-kekurangan itu dapat dianalisa, membuat
kekurangan-kekurangan itu diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang
sempurna bagi kita semua.
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman penulis dalam menulis skenario film pendek SUMPIT,
penulis merasa perlu untuk membagi saran kepada teman-teman yang ingin
membuat skenario film pendek.
1.) Pilihlah cerita yang sederhana. Dari cerita yang sederhana, buatlah
skenarionya dengan luar biasa.
80
2.) Hubungan segitiga antara penulis, produser, dan sutradara harus terus
dijaga. Kembangkan cerita bersama-sama, pastikan ketiga orang ini
memiliki visi yang sama.
3.) Jika sandal jepit berwana biru dengan tali yang putus terdapat di ujung
ruangan adalah detil yang harus ada pada layar, tulislah dalam skenario.
Penulis juga ingin membagikan saran untuk teman-teman yang akan
mengambil Tugas Akhir.
1.) Apa yang di dapat dari kampus mungkin berguna, hanya 10 persen
yang dapat diaplikasikan, sisanya ada di sumber lain seperti buku yang
mungkin juga tidak ada di perpustakaan UMN.
2.) Konsultasi bimbingan baik karya Tugas Akhir maupun laporan, sangat
penting. Dosen pembimbing akan selalu bersedia membimbing ketika
penulisan berada pada kemacetan.
3.) Tugas akhir akan menyita banyak waktu dan tenaga. Tidak adanya
beban SKS lain selain tugas akhir akan sangat meringankan dalam
penulisan laporan tugas akhir.
81
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, R. (2010). Top Ten Ensemble Film. Retrieved November 1, 2012, from
Thefilmstage.com website: http://thefilmstage.com/features/top-ten-
ensemble-films/
Balázs, B. (1970). Theory of the Film: Character and Growth of a New Art. NY:
Dover
Bebesajabu. (2011). Peringkat Negara ‘Terbaik’ Berdasakan Ukuran Penis.
Retrieved December 18, 2012, from bebesajabu.wordpress.com website:
http://babesajabu.wordpress.com/2011/10/28/peringkat-negara-terbaik-
berdasarkan-ukuran-penis/
Misbach, Y.B. (2010). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: FFTV
Institut Kesenian Jakarta.
Byington, D. (2010). (500) Days of Summer – Blu-ray Disc Review. Retrieved
September 20, 2012, from http://www.highdefdiscnews.com/?p=32783
Caldarescit, C. (Producer). (2011). A Brief History of Film-Animated
Documentary. Project Happening. Podcast retrieved September 20, 2012,
from youtube.com website: http://www.youtube.com/watch?v=BKJqeJ48CPs
Calivis, D. (2012). Story Maps: How to Write a Great Screenplay. CA: Act Four
Screenplays.
Catharsis. (n.d.). Collins English Dictionary - Complete & Unabridged 10th
Edition. Retrieved January 06, 2013, from Dictionary.com website:
http://dictionary.reference.com/browse/catharsis
Christensen, T.E. (2009). What is an Adapted Screenplay?. Retrieved October 18,
2012, from wisegeek.com website: http://www.wisegeek.com/what-is-an-
adapted-screenplay.htm
82
Cinemafanatic. (2010). The American Society of Cinematographers Names Amelie
Best – Shot Film From 1998-2008. Retrieved September 20, 2012, from
http://cinema-fanatic.com/2010/06/29/the-american-society-of-
cinematographers-names-amelie-best-shot-film-from-1998-2008/
Costello, J. (2004). Writing A Screenplay. Vermont: Trafalgar Square Publishing.
Cowgill, L.J. (2008). The Art of Plotting: Add Emotion, Suspense, and Depth to
Your Screenplay. New York, NY: Lone Eagle.
Cowgill, L.J. (n.d).Ensemble Films: The Gang’s All Here. Retrieved February 4,
2013, from http://www.plotsinc.com/sitenew/column_art_10.html.
Debjyoti. (2010). Watchmen (2009). Retrieved September 20, 2012, from
http://debmoviereviews.blogspot.com/2010/07/watchmen-2009.html
Dyas, D.R. (1993).Screen Writing For Television and Film. United States of
America, USA: Brown & Benchmark.
Egri, L. (1960). The Art of Dramatic Writing. New York,NY: A Touchstone
Book.
Ensemble. (n.d.). Dictionary.com Unabridged. Retrieved February 01, 2013, from
Dictionary.com website: http://dictionary.reference.com/browse/ensemble
Fashion-Model. (2012). Archieve: Novembre,2012. Retrieved December 20,
2012, from http://fashion--model.tumblr.com
Field, S. (2005). Screenplay. NewYork, NY: Bantam Dell.
Film. (2002). The Free Dictionary. Retrieved October 16, 2012, from
thefreedictionary.com website: http://www.thefreedictionary.com/film
83
Freeze Frame Eadweard Muybridge’s Photography of Motion. (n.d). American
History. Retrieved October 18, 2012, from americanhistory.si.edu website:
http://americanhistory.si.edu/muybridge/
Hawk, R. (2003). What is a Subplot?. Retrieved January 4, 2013, from
Wisegeek.com website: http://www.wisegeek.com/what-is-a-subplot.htm
Kelly. (n.d). Hot Nerdy Men. Retrieved December 19, 2012, from weheartit.com
website: http://weheartit.com/entry/14700843#
Mckee, R.(1997).Story: Substance, Stucture, Style, and The Principles of
Screenwriting. New York, NY: Regan Books
McMain, J. (2011). Magnolia (1999). Retrived September 20, 2012, from
http://www.2guys1movie.com/2011/12/magnolia-1999.html
Mudjiyanto, Bambang, & Kenda, N. (n.d). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Komunikalogi. Jurnal PenelitianKomunikasi dan Opini Publik. 55-56
Terselubung. (n.d). Hasil Survey Ukuran Penis Pria Menurut Ras. Retrieved
December 18, 2012 from terselubung.blogspot.com website:
http://terselubung.blogspot.com/2010/10/hasil-survey-ukuran-penis-pria-
menurut.html
Nominees and Winners for the 84th Academy Awards. (n.d) The Academy of
Motion Picture Arts and Sciences. Retrieved October 16, 2012, from
oscar.org website:
http://www.oscars.org/awards/academyawards/84/nominees.html
Polish, M. (2010). One: Screenwriting. Movie Maker, 18. Retrieved September
20, 2012 from Moviemakerdigital.com website:
http://www.moviemakerdigital.com/moviemaker/iss95_vol18/iid=20334#pg1
6
84
Raynauld, I. (2005). “Screenwriting” in The Encyclopedia of Early Cinema.
Edited by Abel, Richard. NY: Routledge.
Screen Writing Info.(n.d).Chapter 4: Script Elements. Retrieved November 4,
2012, from screenwriting.info website: http://www.screenwriting.info/04.php
Screenwriter.(n.d). Screenwriter. Retrieved November 14, 2012, from
Creativeskillset.org website:
http://www.creativeskillset.org/film/jobs/script/article_4057_1.asp
Seger, L. (1990). Creating Unforgettable Character. New York, NY: Henry Holt
and Company, LLC.
Smith, S.E. (2003). What are Ensemble casts. Retrieved October 28, 2012, from
wisegeek.com website: http://www.wisegeek.com/what-are-ensemble-
casts.htm
Spec Script. (2010). Act Four Screenplay. Retrieved October 8, 2012, from
actfourscreenplays.com website:
http://actfourscreenplays.com/glossary/spec-script/
Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
The Script Departement.(n.d).The Script. Retrieved November 14, 2012, from
crativeskillset.org website: http://www.creativeskillset.org/film/jobs/script/
VanCleave, J. (2010). Presistence of Vision: Coins. Retrieved September 20,
2012, from scienceprojectideasforkids.com website:
http://scienceprojectideasforkids.com/2010/persistance-of-vision-coins/
Screenplayology. (n.d). History of Scripting and The Screenplay. Retrievced
December 18, 2012, from http://www.screenplayology.com/content-
sections/screenplay-style-use/1-1/
86
LAMPIRAN A
CATATAN DEVELOPMENT
Gambar 1 Catatan dalam Proses Development
Gambar 2 Sketsa Hubungan antar Karakter SUMPIT
1 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BABEH, laki-laki berumur 60 tahunan memakai kaos putih
tipis yang mulai kusam, rambutnya di dominasi warna putih
karena uban, berwajah oriental. Mie yang sudah jadi di
angkat dari panci berisi air mendidih. Mie dimasukan ke
masing-masing mangkok.
(TITLE)
2 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BABEH (VO)
Ini cerita mengenai manusia yang
tidak pernah bisa sendiri. Hanya
ada dua jenis manusia di dunia,
Laki-laki dan Perempuan. Dan,
seperti sumpit, mereka tercipta
untuk saling berpasangan.
BABEH mengambil sepasang sumpit berwarna merah.
Masing-masing di tangan kiri dan kanannya. Mengaduk mie di
dalam mangkok. Meletakan semangkok mie ayam di atas
nampan. BABEH membawa nampan untuk diantarkan. Mangkok
diletakan di meja. Sumpit diletakan terakhir.
BABEH sedang merobek selembar kertas kalender berbentuk
kotak tertanggal 29 February, menjadi tanggal 1 Maret.
Melihat kamera, tersenyum.
3 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BABEH dengan sumpitnya mengaduk mie dengan bumbu di dalam
sebuah mangkok. Dari balik kedainya, babeh mengamati
kebiasaan aneh pelanggannya.
LINTANG menambahkan sambal ke dalam bakminya, dengan cukup
banyak.
MEGA menambahkan cuka sangat banyak.
SISY yang selalu mengusap bibirnya dengan tissue setelah
menyuap mie ayam.
ADIT mengelap bibir gelas, dan melap embun di dinding
gelas yang dingin.
BAYU mengaduk-aduk es jeruknya yang berwarna kuning cerah
dan terlihat menyegarkan. BAYU hanya mengaduknya.
JARWO seseorang menancapkan sumpit di atas makanan.
2.
4 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BABEH (VO)
Yang itu dek Lintang, umurnya
mungkin masih 18 tahun, keliatan
dari emosinya yang masih
berapi-api.
LINTANG meletakan mangkok sambal, lalu menoleh ke kamera,
sambil menggeskan telapak tangannya bersemangat.
5 INT. RUMAH LINTANG - PAGI
LINTANG dengan baju seragam yang di keluarkan sebagian.
JARWO
Papa mau ngenalin calon mama
baru.
LINTANG menengok ke arah JARWO.
LINTANG
Kapan? Ka Mega udah tau?
JARWO
(Membalik halamn koran yang
ia baca.)
Nanti, tanggal 1. Kak Mega yang
ngurusin tempatnya di Babeh.
LINTANG membuka kulkas, mengambil apel. Menyalami tangan
JARWO yang duduk di meja makan. LINTANG keluar. JARWO
menatap LINTANG curiga, hingga Lintang hilang dari
pandangannya.Di belakang JARWO ada lukisan yang didominasi
warna hitam.
6 EXT. KOMPLEKS RUMAH - PAGI
LINTANG Naik mobil, mobil jalan tidak cukup jauh, lalu
berhenti.
7 INT. MOBIL ADIT - PAGI
LINTANG menoleh kebelakang, (wajah ADIT terpotong di
spion) ADIT mengawasi kebelakang dengan spion.
8 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
ADIT melap gelasnya dengan tissue hingga bersih.
BABEH (VO)
Kalau ini dek Adit.
3.
9 EXT. PARTY HOUSE - SORE
BABEH (VO)
Penampilannya selalu menarik, dan
terlihat cerdas.
ADIT turun dari mobil, mengaca pada kaca mobilnya.
Tangannya mengusap kotoran pada pipinya. Ia melihat lebih
dekat ke kaca mobil, ternyata ada sedikit kotoran di
jendelanya. Ia segera membersihkannya dengan tissue lalu
Ia memasukkannya kedalam tong sampah di dekatnya.
BABEH (VO)
o-oh, yang ini-
Ia bertemu dengan JARWO, mencium pipi lalu menggandengnya.
10 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BABEH (VO)
Ini dek Jarwo.
JARWO menancapkan sumpitnya di atas bakminya, sambil
menambahkan daun bawang.
11 INT. KAMAR SISY - MALAM
BABEH (VO)
Ia selalu menghabiskan harinya
dengan bersenang-senang.
JARWO memakai celananya. SISY di atas ranjang, tertidur.
Mengambil benda-benda yang ia akan bawa pergi. Dompet,
kondom, dan Handphone. Menengok ke arah SISY. Pergi.
12 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
SISY mengambil tissue untuk melap bibirnya sehabis menyuap
sesendok bakmi. Lalu membuangnya. Tissue sudah banyak yang
terbuang percuma.
BABEH (VO)
ini non SISY. Tipe wanita yang
mandiri.
13 INT. KAMAR SISY - MALAM
SISY duduk di pinggir ranjangnya, menyalakan rokok.
Mengambil foto SISY dan BAYU berdua yang ada di meja,
tertutup. BAYU tidur membelakangi SISY. Asap rokoknya
mengganggu BAYU.
4.
14 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BAYU mengambil es batu dengan sedotannya, lalu ia makan.
Suara es batu yang ia gigit terdengar.
BABEH (VO)
Yang ini Mas Bayu, alias Mas
Cwiti.
BAYU menatap MEGA. MEGA menatap BAYU. MEGA menatap kamera.
BABEH (VO)
Dan ini Mbak MEGA alias mbak
Cwiti.
Keduanya menatap kamera.
15 EXT. HALAMAN RUMAH BAYU - SORE
BABEH(VO)
Mereka selalu terlihat mesra,
walaupun berat badan Mega menjadi
alasan utama kenapa mereka tidak
memiliki anak. Salah satu jalan
keluarnya adalah Mbak Cwitiku
harus diet. Tapi..
MEGA memakan apel dengan lemas. Di ayunan sudah ada sisa
buah apel sebanyak 6 buah. MEGA kemudian menaruh apelnya
pelan-pelan sambil cemberut di atas keranjang buah di
sampingnya. BAYU datang dan melihat MEGA sedang
membaca-baca majalah bayi yang ada di pangkuannya namun
wajahnya terlihat sedih.
BAYU
(mengelus kepala Mega dan
tersenyum)
Cwitiku?
BABEH (VO)
Mas Cwiti tidak pernah tega
melihat MEGA lemas.
16 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BABEH
Alhasil...
BABEH menggoyangkan kepala memberikan tanda kedatangan
BAYU dan MEGA.
BAYU dan MEGA duduk di kedai BABEH.
BABEH (VO)
Program diet MEGA gagal lagi.
5.
17 INT. PARTY HOUSE - MALAM
Rumah yang ramai dengan orang-orang. Ada meja khusus yang
terdapat botol-botol minuman, dan gelas-gelas wine. Di
dekat meja ada kamar yang sedikit terbuka. ADIT mengambil
minuman. JARWO menghampirinya. JARWO berbisik ke ADIT.
Mereka masuk kamar, JARWO menutup pintu kamar. JARWO
menatap kamera. Pintu kamar.
18 INT. RUANG KAMAR - MALAM
ADIT duduk di kasur, meneguk minumannya, sekaligus. JARWO
berjalan meletakan gelas minumannya.
ADIT menoleh ke JARWO yang berjalan menghampirinya. JARWO
duduk di sebelah ADIT, berbisik. Tangan JARWO menyentuh
dada ADIT.
19 INT. KEDAI BAKMI - SORE
Bayu dan Mega saling tersenyum dan bercanda bahagia.
BABEH
(Mengantarkan Bakminya.)
Eh, Mbak cwiti? Udah berapa bulan
mbak?
MEGA
(bingung. menatap bayu.
Sadar.)
Belum Beh.. Ih kan cwiti kuuu..
aku makin gendut.
BAYU menghibur MEGA.
BAYU
Nggak kok cwiti ku. Siapa tau itu
doa dari Babeh.
BABEH
Eh? Maaf ya mbak cwiti. Saya
pikir sudah. Semoga isi beneran
ya mbak cwiti.
MEGA
(dengan nada sedikit
tersinggung.)
Ih, Babeh, padahal aku baru aja
mau pesen tempat buat makan malam
keluarga entar tanggal satu.
BABEH
Yah, mbak cwiti jangan ngambek
dong. Nanti saya sediaih deh
tempatnya. Kalo perlu saya
kosongin khusus buat mbak cwiti
(MORE)
(CONTINUED)
CONTINUED: 6.
BABEH (cont’d)sama keluarga. Gimana mbak
ciwiti?
BABEH tersenyum menggoda kepada MEGA.
BAYU
Iya Cwitiku, Babeh kan cuma
bercanda. Jangan ngambek ya?
BAYU mengelus kepala MEGA sambil mencoba merayu MEGA.
MEGA
(tersenyum)
Iya cwitiku..
MEGA menoleh ke arah BABEH dengan wajah yang sudah kembali
sumeringah.
20 INT. KEDAI MIE - PAGI
ADIT dan LINTANG saling bertatapan. Mangkok bakmi
dihadapan ADIT kosong. Ada sisa-sisa bakmi yang jatuh di
hadapan LINTANG. Minum mereka habis. Sumpit berada di atas
mangkok mengarah kepada LINTANG. Mereka berjalan menuju
BABEH.
LINTANG
Kalo aku hamil gimana?
ADIT mengambil uang di dompetnya untuk membayar, dari
saku celananya. setelah memberikan uangnya, Adit tersenyum
kepada Lintang.
LINTANG
Pastiin aku nggak akan hamil.
ADIT
Pastiin rumah kosong.
ADIT tersenyum. LINTANG Mereka beranjak dari kedai Bakmi.
BABEH hanya menghela napas, tanpa melihat kepada ADIT dan
LINTANG.
21 INT. KAMAR LINTANG - PAGI
LINTANG dan ADIT tertidur. ADIT mendengar bunyi handphone
berbunyi dan terbangun. Handphone LINTANG berada di meja
sebelah tempat tidur. ADIT mengambilnya dan terlihat
panggilan pada layar handphone tersebut bertuliskan "PAPA"
dan langsung menyadari sosok tersebut.
ADIT
(Berbisik)
Anjing...
Menoleh ke LINTANG yang tertidur. ADIT segera mengemasi
barang-barangnya dan pergi meninggalkan LINTANG.
7.
22 INT. KAMAR SISY - MALAM
SISY duduk di pinggir ranjangnya, menyalakan rokok.
Mengambil foto mereka berdua yang ada di meja, tertutup.
BAYU tidur membelakangi SISY. Asap rokoknya mengganggu
BAYU.
Mata BAYU mengernyitkan dahi. Asap rokoknya semakin
mengganggu BAYU.
BAYU
(menoleh)
Matiin dong.
SISY menoleh. meletakan foto pernikahan di dalam laci.
SISY menghisap rokoknya dalam tarikan nafas panjang,
menoleh ke BAYU seadanya, dan membuang asapnya dengan
sangaja.
SISY
Anjing.. cuma ini yang bisa
muasin gw. More than your penis.
23 INT. RUANG TV - MALAM
Dari luar kamar pintu kamar terbuka.BAYU keluar dari kamar
dengan celana pendek kusut, membawa selimut dan bantal.
Wajah yang kusut.
24 INT. KEDAI BAKMI - PAGI
BABEH merapikan mangkok-mangkok dan gelas-gelas kotor
kedalam sebuah kereta dorong kayu.
ADIT dan LINTANG datang duduk di meja yang sedang di
bersihkan BABEH.
ADIT
Halo ,Beh. 2 ya
BABEH
(Menoleh ke ADIT, mengelap
mejanya.)
Eh, Iya dek Adit, Mau-
LINTANG
(mengkoreksi pesanan ADIT)
Satu aja, beh.
BABEH
Eh?
ADIT
(Menoleh ke LINTANG)
Kok gitu?
(CONTINUED)
CONTINUED: 8.
LINTANG
(menatap ADIT)
Nggak mau. Kamu aja yang makan.
ADIT
(menghela napas kesal.
menoleh ke BABEH)
Iya Beh, satu aja. Pake Bakso,
pangsit, sama ayamnya yang banyak
LINTANG
Jangan Beh, Sayurnya aja
banyakin. Bikin gendut tau ga
sih.
BABEH
Dek Lintang pesen setengah aja,
Gimana?.
ADIT
Duh. Katanya nggak mau makan?
LINTANG menatap ADIT bad mood.
ADIT
Terserah deh, Beh, atur aja.
BABEH
Yaudah, minumnya apa?
ADIT
Yang biasa, Beh. Pake es ya.
BABEH menoleh ke LINTANG, belum sempat bertanya.
LINTANG
Teh manis anget, Beh.
BABEH
Yaudah, sebentar ya.
BABEH menggeleng kepala, menuju dapurnya.
ADIT menggeser duduknya maju.
ADIT
Jangan biasin numpang makan di
piring orang lain.
LINTANG menggeser maju duduknya. Seperti Ada yang hal
serius yang disampaikan.
LINTANG
Aku nggak numpang ya..
(CONTINUED)
CONTINUED: 9.
ADIT
Kalo kamu makan nggak abis, terus
dikasih ke aku, itu namanya apa?
Sama aja itu makanan aku, terus
kamu acak-acak, terus dikasih aku
lagi.
LINTANG
Loh, kan aku yang mesen. Berarti
itu makanan aku.
ADIT
Kalo gitu, jangan biasain ngasih
makanan sisa ke orang.
LINTANG diam. ADIT membetulkan posisi duduknya. LINTANG
menyondongkan badannya kedepan.
LINTANG
(Sedikit berbisik)
Tadi malem aku muntah
ADIT
Nah itu juga tuh. Makanan udah di
makan jangan dimuntahin lagi.
Kamu hargain makanan lah?
Anorexia kamu itu bikin geli tau
nggak sih.
LINTANG
(emosi lintang berubah)
Eh? Aku nggak anorexia! kalo
menurut kamu anorexia itu yang
muntahin makanan, kamu salah! itu
bulimia! Aku nggak bulimia! Aku
cuma nggak mau gendut!
ADIT
(Menatap LINTANG. Ia tahu
LINTANG anorexia. ADIT
menantang LINTANG.)
Kalo gitu kasih tau aku, apa nama
penyakit takut jadi gendut?
LINTANG diam.
ADIT sibuk melihat-lihat Handphonenya. LINTANG terus
menatap ADIT.
BABEH membawa pesanan.
ADIT
Makasih, Beh.
BABEH
Iya dek.
BABEH kembali.
(CONTINUED)
CONTINUED: 10.
ADIT mengambil sumpit. LINTANG masih menatap ADIT. ADIT
menggulung mie-nya dengan sumpit dan menyuapkannya ke
mulutnya.
LINTANG
Aku Hamil!
ADIT baru membuka mulut, langsung membeku. Beberapa orang
disekitarnya menoleh.
ADIT
(menatap LINTANG)
Ha?
LINTANG
(sedikit berbisik dan kesal)
Jangan kamu ninggalin tanggung
jawab kaya kamu pergi diem-diem
dari kamar aku waktu itu.
ADIT, tidak mampu berbicara. ADIT bingung. BABEH mengantar
Minuman.
BABEH
Silahkan, Dek.
ADIT segera meneguk minumannya. LINTANG merampas minuman
ADIT setelah ADIT meneguknya. LINTANG lebih tampak kesal
karena bingung, daripada sedih. Ia meneguk minumannya.
LINTANG
Terus? Gimana dong? Tanggal satu
kamu wajib dateng makan malem.
Papah mau ngenalin pacarnya.
ADIT kikuk.
25 EXT. TERAS KEDAI BAKMI - SORE
JARWO mengambil rokok dari kantongnya. JARWO membakar
rokoknya. Menghisap rokoknya, lalu mengantongi koreknya.
BABEH sibuk mengantarkan bakminya. JARWO mengamati.
JARWO
Rame terus nih, Beh.
BABEH
Yaa.. syukur dek, ada aja yang
makan kesini. Ini bakminya saya
anter ke meja dulu ya.
JARWO
(menghisap rokoknya.)
Boleh-boleh.
BABEH mengantarkan bakmi milik SISY. BABEH tersenyum ramah
ke SISY lalu BABEH menuju teras.
(CONTINUED)
CONTINUED: 11.
BABEH
(Sambil melap meja.)
Dek Jarwo bisa aja dapet Non
Sisy.
JARWO
(tertawa, sambil merokok.)
Ya, gara-gara kedai Babeh juga
kan, jadi nemu jodoh kedua.
BABEH
Tapi kok cincinnya-
JARWO
Tinggal tunggu cerai, Beh. Udah
nggak betah juga dia sama
suaminya.
(Babeh, menggelengkan
kepala, takjub.)
Lah, Babeh apa kabar?
JARWO menatap BABEH menyadari kesendirian BABEH. BABEH
menatap JARWO, setelah mengerti maksud JARWO, BABEH
menghindar dari tatapan JARWO.
JARWO
(menggodai BABEH, tertawa
kecil)
Gue udah ganti lagi, Beh. Babeh
disini masih aja sendiri.
BABEH
(Babeh tersenyum.)
Yaa.. enak dek sendiri.. daripada
jadi suami simpenan dek...
JARWO
Haha..
(mengambil sepasang sumpit.
mempraktekan menyumpit bakmi
dengan sebatang sumpit.)
Beh, kenapa sumpit itu di ciptain
sepasang? Karena,ini nggak akan
ada fungsinya kalo sendiri. Nah,
Kalo pun ada orang yang
selingkuh, itu karena mereka
mencari pasangan yang tepat.
BABEH terlihat tidak nyaman. sedikit goyah.
26 INT. KEDAI BAKMI - SORE
SISY
(mengaduk mie ayamnya dengan
sumpit.Berbisik.)
Kapan kamu ngenalin aku?
SISY menggali bakminya, mencari daging ayam tanpa lemak.
(CONTINUED)
CONTINUED: 12.
JARWO
(senyum)
Kapan kamu cerai?
SISY
(SISY berhenti menggali
bakminya, menatap JARWO)
Kok balik nanya. Nggak ada alesan
buat aku mempertahankan Bayu.
JARWO
Emang dia beneran impoten?
SISY hanya tersenyum meyakinkan JARWO.
JARWO
Tapi.. aku jadi penasaran deh
sama calon mantan suami kamu.
Melap ujung bibirnya dengan tissue.
SISY
(tertawa kecil)
Percaya deh sama aku. Kamu tahu
BAYU pun, nggak akan ngaruh ke
hidup kamu. Orangnya nggak
penting.
JARWO menancapkan sumpitnya di atas bakminya, meneguk es
jeruknya. Tatapan kosong.
27 INT. KAMAR SISY - MALAM
SISY tertidur. badannya hanya tertutup selimut. JARWO
melihat jam di tangannya yang tidak ia pakai, ia mencari
jam tangannya. Laci di sebelah tempat tidur sedikit
terbuka. Ia melihat foto SISY. JARWO menoleh ke SISY
memastikan SISY terlelap. JARWO membuka laci. Ia menemukan
foto SISY dengan laki-laki yang ia kenal. JARWO
terbelalak. Ia cemas, karena menyadari benang hubungan
mereka.
Mencari kertas dan pena dengan segera. Ia menuliskan
"Besok malam, aku mau kenalin kamu sama anak-anakku" lalu
ia tempel di frame foto SISY dan BAYU. JARWO pergi.
28 INT. KEDAI BAKMI - MALAM
Lampu gantung di kedai babeh sedikit redup.
BABEH (VO)
Banyak orang yang percaya, kalau
manusia lebih sering hidup
bersama masalah, dan sibuk
mencari sesuatu yang mereka
sendiri tidak tahu pasti...
13.
Kertas kalender yang tertiup angin. Bulan tertutup awan.
Babeh mengenakan sweater. Jam berdetik.
29 INT.MOBIL JARWO - LAMPU HIJAU - MALAM
07.45 PM
BABEH (VO)
Seperti, laki-laki dengan
kehidupannya yang rumit....
seperti kota Jakarta.
JARWO menekan klaksonnya karena sebuah mobil yang
bergoyang di tengah lampu hijau, dan menghalangi jalan
mobil di belakangnya termasuk JARWO.
JARWO
(Berbisik kesal, membanting
setirnya.)
Ngentot lo pada. AAAHH... anjing.
30 INT. MOBIL ADIT - MALAM
07.30 PM
BABEH (VO)
Atau, ketika seseorang merasa
perlu untuk memilih......
walaupun terkadang terasa sudah
memilih pilihan yang salah.
LINTANG dan ADIT menengok ke arah gang kecil. LINTANG
menghela napas beberapa kali untuk meyakinkan dirinya
sendiri. ADIT menoleh ke LINTANG, lalu menunduk.
ADIT
(setelah beberapa kali ragu
untuk berbicara. Adit
menatap Lintang.)
Kamu nggak perlu ngelakuin ini
Lin. Aku bisa jadi bapak.
LINTANG tanpa menatap ADIT, keluar dari mobil. Pintu mobil
tertutup. ADIT membuka pintu mobil ikut turun. ADIT
mencegah LINTANG, menggenggam tangannya dengan kuat.
ADIT
(menatap Lintang dalam.)
Percaya sama aku. Aku bisa jadi
bapak-
LINTANG melepaskan genggaman ADIT. Berjalan meninggalkan
ADIT.
Belum jauh melangkah, LINTANG berhenti. Menoleh ke ADIT.
(CONTINUED)
CONTINUED: 14.
LINTANG
(Menangis)
Kamu harus bilang sama papa.
ADIT menoleh, LINTANG menatap ADIT. ADIT memeluk LINTANG.
ADIT berubah cemas.
31 INT. KAMAR MANDI SISY - MALAM
07.40
BABEH (VO)
..Kecemasan akan pilihan yang
salah, hanya membuat jiwa
seseorang tertutup dari keyakinan
yang baru..
Di depan kaca washtafel, SISY mengaca. Ia mencopot
cincinnya. Menuju closet, membuang cincinnya kedalam
closet. flush.
32 INT. MOBIL BAYU - LAMPU MERAH - MALAM
07.44 PM
BABEH (VO)
..keyakinan yang akan terus
hidup.. keyakinan akan
kebahagiaan yang datang pada
waktunya..
MEGA tersenyum menggengam tangannya.
BAYU
Kamu kenapa sih cwitiku? Kamu
kedinginan ya?
(Mengecilkan ac mobilnya.)
MEGA
Cwitiku
BAYU
Iya, cwitiku?
MEGA
(Memberikan majalah bayi
dengan pita.)
Ini untuk cwitiku.
BAYU menyadari ada sesuatu di dalam majalah itu. Ia
membukanya. Sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis.
BAYU menoleh ke MEGA. Tidak berkata, wajahnya sangat kaget
dan bahagia.
MEGA menari-nari kegirangan. Memeluk BAYU dengan erat.
15.
33 EXT. LAMPU HIJAU - MALAM
Dari luar, lampu hijau. mobil BAYU bergoyang-goyang. Mobil
di sekitar BAYU meng-klakson dengan kesal. Mobil JARWO,
yang menyalip mobil mereka.
34 INT. KEDAI BAKMI - MALAM
BABEH, membuka pancinya. Uap panas muncul. Jam berhenti di
jam 8.30 PM. Kalender menunjukan tanggal 1 April. Keenam
karakter sudah disana. Duduk terdiam, MEGA terlihat
bingung. Babeh melihat ke kamera, tersenyum.
BABEH (VO)
Tapi Cinta? Hehe... Cinta itu....
Ya...Cinta hanya akan terasa
menyakitkan, ketika kita
mencintai orang yang salah...
BAYU, SISY, ADIT, JARWO, LINTANG, bertingkah kaku, dan
kikuk. Mereka tidak berani bertatapan langsung, hanya
berani mencuri lihat. Ekspresi mereka yang menyembunyikan
sesuatu. JARWO menggelengkan kepala pelan, setelah menatap
mereka satu persatu.
BABEH (VO)
Ada yang pernah menanyakan,
kenapa sumpit digunakan selalu
sepasang, tidak sebatang....
hehe...yaaa.. itu hanya masalah
pilihan kan?
Kedai BABEH ramai, BABEH sendiri, sibuk di balik meja
bakminya. Tempat sumpitnya kosong. Sumpit miliknya yang
biasa ia pakai untuk mengaduk mie, tersenggol dan jatuh.
Hanya ada sebatang sumpit di meja.
SELESAI