pembangunan karakter dan penerapan ensemble characters dalam skenario film pendek sumpit

120
PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PENERAPAN ENSEMBLE CHARACTERS DALAM SKENARIO FILM PENDEK SUMPIT Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) Laporan Tugas Akhir Nama : Rani Aryani Widjono NIM : 09120210295 Fakultas : Seni & Desain Program Studi : Desain Komunikasi Visual PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL TANGERANG 2013

Upload: unimedia

Post on 27-Jan-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PENERAPAN

ENSEMBLE CHARACTERS DALAM SKENARIO

FILM PENDEK SUMPIT

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn)

Laporan Tugas Akhir

Nama : Rani Aryani Widjono

NIM : 09120210295

Fakultas : Seni & Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

TANGERANG

2013

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah asli hasil dari

buah pikiran saya dan bukan hasil plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh

orang lain atau lembaga lain. Semua karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau

lembaga lain yang dijadikan acuan penulisan, sudah disebutkan sumbernya pada

Daftar Pustaka.

Tangerang, 15 Februari 2013

Rani Aryani Widjono

iii

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PENERAPAN

ENSEMBLE CHARACTERS DALAM SKENARIO

FILM PENDEK SUMPIT

Oleh:

Nama : Rani Aryani Widjono

NIM : 09120210295

Fakultas : Seni & Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Tangerang, 11 Februari 2013

Pembimbing

Ina Riyanto, S.Pd, M.A

Ketua Program Studi

Desain Komunikasi Visual

Desi Dwi Kristanto, M.Ds.

Penguji

Desi Dwi Kristanto, M.Ds.

Ketua Sidang

Yusup S. Martyastiadi, S.T., M.Inf.Tech

iv

KATA PENGANTAR

“Film is incredibly democratic and accessible, it’s probably the best option if you

actually want to change the world, not just re-decorate it.” – Banksy

Film menjadi bagian terpenting dari perkembangan sejarah manusia.

Dengan film, manusia dapat berbicara dengan indah. Dengan film, manusia bisa

menduplikasi cerita hidupnya dan merubahnya sesuai dengan kehendaknya.

Dengan film manusia dapat mempengaruhi dan merubah dunia. Skenario

membantu manusia untuk menuliskan apa yang ingin ia sampaikan di layar.

Sebuah tantangan bagi penulis karena telah diberikan kesempatan untuk

menulis sebuah skenario film pendek dengan cara yang profesional untuk pertama

kalinya. Dan ketika skenario ini jadi dan diproduksi, tidak membuat penulis yakin

bahwa penulis adalah seorang story teller yang baik. Tugas Akhir ini berupa karya

skenario film pendek bergenre drama, berjudul SUMPIT dan laporan tugas akhir

yang judul “Pembangunan Karakter dan Penerapan Ensemble Characters dalam

Skenario Film Pendek SUMPIT”.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

mendukung penulis baik secara moril dan atau materil dalam pembuatan dan

penyusunan tugas akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

v

1. Ina Riyanto selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah Digital

Cinematography I & II, yang selalu mendukung dan mengusahakan yang

terbaik demi anak didiknya, dengan cinta dan kasih yang aka terus penulis

ingat.

2. Lucky Kuswandi sebagai dosen mata kuliah Directing dan Digital

Cinematograpgy III, sekaligus teman yang selalu memberikan masukan

dan membuka pikiran penulis ketika menemui jalan buntu.

3. Yoseph Anggi Noen selaku dosen mata kuliah Script Writter II, yang

memberikan banyak masukan dan saran dalam penceritaan SUMPIT, juga

dukungan dan keantusiasannya yang membuat penulis yakin akan potensi

dari cerita SUMPIT.

4. Budi Sasono selaku dosen mata kuliah Producing Distributing yang selalu

membagi ilmu mengenai proses produksi film dan tata pencahayaan pada

film pendek.

5. Keluarga, yang selalu khawatir sekaligus mendukung tanpa pamrih dalam

bentuk apapun.

6. Koosandriani R.P, Christina Maureen, Kissi Apriescha, Rangga Elmyra,

Bagoes T.A, Thomas Aquinas Resi, Pisi Respati, Idham Lazuardi, dan

seluruh crew SUMPIT yang dengan semangat, ikhlas, dan kerja keras,

terus betekad untuk memproduksi film SUMPIT hingga selesai.

vi

7. Hengky Soaliman, Edo Moeis, Maya Syafira, Vidya Gita, Oscar J. Syaf,

Aqessa Aninda, dan Emil Kusumo, yang tanpa mereka SUMPIT hanyalah

sebuah skenario.

8. B.W. Purba Negara, selaku dosen yang memberikan banyak masukan

mengenai ensemble yang mampu melengkapi laporan ini.

9. Annita, selaku dosen yang memberikan banyak masukan dalam teknis-

teknis penulisan, serta struktur kebahasaan pada laporan ini.

10. Teman-teman WEDE dan PopsicleUMN yang selalu membagi

pengetahuan tentang film dan juga bersama-sama mengapresiasi film.

11. Ignasius Tommy yang selalu ada dalam memberikan dukungan dan energi

postifnya dalam proses penulisan baik skenario ataupun laporan tugas

akhir.

Penulis sangat menyadari kekurangan-kekurangan dalam hasil tugas akhir

ini baik karya skenario film pendek SUMPIT maupun laporan tugas akhir ini.

Namun, penulis berharap bahwa apa yang sudah penulis buat ini dapat menjadi

salah satu karya yang dapat dibanggakan untuk pihak-pihak yang telah menjadi

bagian dari film pendek Sumpit. Selain itu, penulis juga berharap laporan tugas

akhir ini dapat memberikan pelajaran bagi kita semua.

Tangerang, Februari 2013

Penulis,

Rani Aryani Widjono

vii

ABSTRAK

Laporan tugas akhir adalah laporan dari karya tugas akhir yang berbentuk

skenario film pendek SUMPIT. Laporan tugas akhir yang berjudul “Pembangunan

Karakter dan Penerapan Ensemble Characters dalam Skenario Film Pendek

SUMPIT” ini, menjabarkan proses dalam pembangunan karakter dan penerapan

ensemble characters pada skenario film pendek SUMPIT. Film ini menggunakan

tujuh karakter yang memiliki kekuatan dan porsi screen time yang sama, dan

dengan penggunaan banyak plot. Plot-plot ini kemudian diikat kedalam satu tema

cerita.

Pada laporan ini juga akan dijabarkan kelebihan dan kekurangan yang terdapat

dalam skenario seperti pendalaman-pendalaman karakter, adegan-adegan yang

luput, proses-proses penulisan skenario, termasuk bagaimana cerita dengan

ensemble characters diaplikasikan dalam skenario untuk film pendek dan

bagaimana pentingnya skenario sebagai dasar dari pembuatan film.

SUMPIT mengisahkan tentang karakter-karakter yang dengan caranya masing-

masing menghadapi kebutuhannya akan pasangan. Seperti sumpit, manusia

ditakdirkan untuk saling berpasangan kecuali mereka memilih untuk tetap sendiri.

Kata kunci: ensemble characters, karakter, script writer, plot, protagonis, tema,

skenario.

viii

ABSTRACT

This final report is based on a screenplay of a short film entitled SUMPIT

(Chopstick). The report explains the process of developing and applying ensemble

characters into a screenplay. The story consists of seven characters that have

equal strength and screen time, and which was told using multiple plots. These

plots are entangled into one coherent story, which reflects different aspects of the

same theme.

Furthermore, this report also explains the advantages and disadvantages of

omitted scenes, the processes of applying ensemble characters in the screenplay,

and the importance of a script as the backbone of a film.

SUMPIT is a story about seven characters that are going through many different

roads in searching for love. Like a chopstick, every human being is destined to

have their own partner, except for those who are insist on being alone.

Key words: ensemble characters, characters, script writer, plot, protagonist,

theme, screenplay.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR .................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

BAB I .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 3

1.4 Definisi Istilah ................................................................................. 4

1.5 Tujuan Tugas Akhir ......................................................................... 4

1.6 Manfaat Tugas Akhir ....................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................. 6

2.1 Film................................................................................................. 6

2.2 Skenario .......................................................................................... 7

x

2.2.1 Format Skenario ............................................................................ 13

2.2.2 Jenis Skenario ............................................................................... 19

2.3 Penulis Skenario ............................................................................ 20

2.3.1 Premise ......................................................................................... 21

2.3.2 Sinopsis ......................................................................................... 21

2.4 Struktur Drama .............................................................................. 22

2.4.1 Act I: Set-Up/ Situation/ Establishment .......................................... 23

2.4.2 Act II: Confrontation ..................................................................... 23

2.4.3 Act III: Resolution ......................................................................... 24

2.4.4 Plot Point ...................................................................................... 24

2.5 Plot dan Subplot ............................................................................ 25

2.6 Karakter ........................................................................................ 25

2.6.1 Jenis Karakter ................................................................................ 25

2.6.2 Pengembangan Karakter ................................................................ 27

2.6.3 Ensemble Characters..................................................................... 30

2.7 Tema ............................................................................................. 32

BAB III.............................................................................................................. 33

3.1 Gambaran Umum .......................................................................... 33

3.1.1 Sinopsis ......................................................................................... 33

3.1.2 Peralatan ....................................................................................... 35

3.1.3 Timeline ........................................................................................ 35

3.2 Tahapan Kerja ............................................................................... 36

xi

3.2.1 Menemukan Ide Cerita .................................................................. 37

3.2.2 Penulisan Premise ......................................................................... 37

3.2.3 Penulisan Sinopsis ......................................................................... 38

3.2.4 Pitch the Story ............................................................................... 38

3.2.5 Penulisan Draft.............................................................................. 40

3.3 Referensi ....................................................................................... 41

3.4 Temuan Data ................................................................................. 44

BAB IV ............................................................................................................. 46

4.1 Pendahuluan .................................................................................. 46

4.2 Pembahasan................................................................................... 47

3.2.1 Three Dimensional Character pada Karakter Sisy, Bayu dan Mega

di Skenario Film Pendek SUMPIT................................................. 47

3.2.2 Tema Sebagai Penghubung antar Plot ............................................ 65

3.2.3 Struktur Plot dalam film dengan Ensemble Characters .................. 69

BAB V ............................................................................................................... 78

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 78

5.2 Saran ............................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81

LAMPIRAN A .................................................................................................. 86

LAMPIRAN B ................................................................................................... 88

LAMPIRAN C ................................................................................................... 90

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Persistence of vision ......................................................................... 6

Gambar 2.2 Contoh skenario Trip To the Moon .................................................... 9

Gambar 2.2 Contoh skenario The Great Train Robbery ...................................... 13

Gambar 2.2.1.2 Contoh Skenario dengan Action ................................................ 15

Gambar 2.2.1.3 Contoh skenario dengan Character Name ................................. 15

Gambar 2.2.1.4 Contoh skenario dengan dialogue.............................................. 16

Gambar 2.2.1.1.5 Contoh skenario dengan parenthetical .................................... 17

Gambar 2.2.1.1.6 Contoh skenario dengan extension .......................................... 18

Gambar 2.2.1.7 Contoh skenario dengan trasition. ............................................. 19

Gambar 2.4 Sistem Tiga Babak. ......................................................................... 22

Gambar 3.2.4 Sketsa hubungan antar karakter .................................................... 39

Gambar 3.3 Film Watchmen (2009) ................................................................... 42

Gambar 3.3 Film Magnolia (1999) ..................................................................... 42

Gambar 3.3 Film Amelie (2001) ........................................................................ 43

xiii

Gambar 3.3 Film 500days of Summer (2009) ..................................................... 44

Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Sisy ............................................................................ 48

Gambar 4.2.1.1 Joseph Gordon - Levit dan Donnie Yen .................................... 49

Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Bayu ........................................................................... 50

Gambar 4.2.1.1 Perbandingan Fisiologi Sisy dan Bayu ...................................... 51

Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Mega .......................................................................... 54

Gambar 4.2.3.1 Struktur plot pada babak I ......................................................... 70

Gambar 4.3.2.2 Struktur plot pada babak II ........................................................ 73

Gambar 1 Catatan dalam Proses Development .................................................... 86

Gambar 2 Sketsa Hubungan antar Karakter SUMPIT ......................................... 86

Gambar 3 Catatan dalam Proses Penulisan Laporan ........................................... 87

Gambar 4 Illustrasi Penulis pada Kedai Bakmi ................................................... 87

Gambar 5 Persiapan Syuting Hari Pertama ......................................................... 88

Gambar 6 Proses breakdown .............................................................................. 88

Gambar 7 Foto Penulis Bersama Tim Script Supervisor ..................................... 89

Gambar 8 Bagian Akhir Skenario SUMPIT ....................................................... 89

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Bayu ........................................................................ 61

Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Mega ....................................................................... 62

Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Sisy ......................................................................... 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film dapat memengaruhi emosi dan perilaku manusia karena adanya cerita atau

pesan yang disampaikan dengan bahasa visual yang mengena pada orang yang

menontonnya hingga akhirnya sampai kepada pengalaman katarsis. Kata

‘katarsis’ atau chatarsis berasal dari bahasa Yunani yang berarti cleansing

(menjernihkan) atau purging (pemurnian). Katarsis mengacu kepada pemurnian

emosi yang dapat merubah perilaku manusia. Perubahan emosi ini adalah hasil

pengalaman adanya perasaan yang sangat kuat (ketakutan, sedih, atau tertawa)

ketika menikmati karya seni. Pada sebuah film yang mampu membuat

penontonnya berkatarsis ada sebuah skenario yang mendesain film itu.

Beberapa contoh film dengan penulisan skenario yang diakui oleh Academy

Awards dengan masuk kedalam nominasi Writing (Original Screenplay) adalah

Magnolia oleh Paul Thomas Anderson, nominasi pada tahun 1999. Film ini juga

merupakan film yang menggunakan ensemble characters. Amelie oleh Jean-Pierre

Jeunet (story) dan Guillaume Laurant (screenplay) nominasi pada tahun 2001,

Lost in Translation oleh Sofia Coppola sebagai pemenang pada tahun 2003, dan

Eternal Sunshine of the Spotless Mind oleh Pierre Bismuth (story), Michel Gondry

(story) dan Charlie Kaufman (screenplay) sebagai pemenang pada tahun 2004,

dan Midnight in Paris oleh Woody Ellen sebagai pemenang pada tahun 2011 lalu.

2

Dengan adanya apresiasi khusus mengenai penulisan skenario film pada

Academy Awards, nominasi Writing (Original Screenplay) ini menjadi salah satu

bukti bahwa skenario dan cerita merupakan salah satu hal terpenting dalam

sebuah film. Film membicarakan pesan yang ingin disampaikan dengan

penceritaan visual.

Scriptwriter adalah penulis yang menginterpretasikan sebuah cerita kedalam

sebuah skenario film. Ia bekerja pada proses development, masa sebelum

terjadinya Pra-produksi. Ketika naskah selesai, barulah crew & cast masuk

kedalam masa pra-produksi.

Terinspirasi dari kehidupan sosial manusia, film SUMPIT muncul dengan

ide awal yang mengangkat tentang sudut pandang seorang pedagang bakmi yang

sering memperhatikan seorang pelanggannya yang selalu melakukan pengulangan

yang sama tiap harinya. Namun, ide awal ini berkembang kepada penggunaan

tujuh protagonis, yang enam diantaranya terlibat di dalam sebuah lingkaran

perselingkuhan. Sang pedagang bakmi menjadi seorang out sider yang melihat

hubungan ini dari balik dapurnya.

Dari garis besar cerita film SUMPIT di atas terlihat bahwa film ini

menggunakan ensemble characters. Ensemble characters berarti menggabungkan

banyak protagonis dengan masalahnya masing-masing kedalam satu garis yang

menghubungkan mereka.

Penulis skenario adalah penerjemah ide yang ditulis dengan struktur

penulisan yang dapat dimengerti oleh orang-orang yang bekerja untuk

3

memvisualkannya. Skenario merupakan guide line sebuah film. Karena itulah,

penulis memutuskan untuk membuat skenario film pendek SUMPIT.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dikaji dalam proses penulisan skenario film pendek SUMPIT

ini adalah:

1.) Bagaimana pembangunan karakter dalam skenario film pendek SUMPIT?

2.) Bagaimana penstrukturan plot pada skenario film pendek SUMPIT yang

menggunakan ensemble characters?

3.) Bagaimana plot-plot cerita pada skenario film pendek SUMPIT akan

dihubungkan?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, masalah pada laporan ini hanya akan

dibatasi pada:

1.) Pembangunan karakter pada skenario film pendek SUMPIT akan

dibatasi pada karakter Sisy, Mega dan Bayu dengan pendekatan:

a.) Fisiologi,

b.) Sosiologi,

c.) Psikologi.

2.) Penstrukturan pada skenario film pendek SUMPIT, dibatasi pada

struktur tiga babak.

4

3.) Penghubungan plot-plot pada skenario film pendek SUMPIT,

dihubungkan melalui tema cerita pada tiap plot.

1.4 Definisi Istilah

Dalam laporan ini, penulis menggunakan istilah-istilah yang sering digunakan.

Istilah-istilah itu antara lain:

1.) Ensemble character, karakter-karakter yang diberikan kesamaan status

pada sebuah film. Karakter-karakter ini memiliki peran yang sama penting

(Smith, 2003).

2.) Plot adalah alur cerita yang didesain untuk direkayasa untuk mencapai

tujuan tertentu (Misbach, 2010, hal.1).

3.) Tema merupakan identitas pada cerita (Walter, 2010, hal.37).

4.) Protagonis adalah karakter yang memegang kendali dalam cerita (Egri,

1960, hal.106).

1.5 Tujuan Tugas Akhir

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menulis skenario film pendek

SUMPIT dengan menggunakan ensemble characters.

1.6 Manfaat Tugas Akhir

Manfaat penulisan laporan tugas akhir ini untuk pembaca adalah sebagai literatur

yang teori di dalamnya dapat digunakan sebagai acuan penulisan skenario film,

5

khususnya film dengan ensemble characters. Laporan tugas akhir ini diharapkan

dapat menjadi sumber informasi dan ilmu bagi para penulis pemula yang ingin

memulai menulis skenario film pendek.

Laporan tugas ini banyak memberikan manfaat secara personal bagi penulis

karena secara sederhana laporan ini mencatat sejauh mana penulis dapat

menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama menyelesaikan pendidikan di

Universitas Multimedia Nusantara, serta mendorong penulis menjadi aktif dalam

mencari pengetahuan dalam bidang film, khususnya penulisan skenario film

pendek dari berbagai macam sumber.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Film

Penemuan alat bernama Obscura berperan besar dalam berkembangnya motion-

picture. Motion-picture secara sederhana dapat diartikan sebagai gambar yang

bergerak. Gerakan pada gambar terjadi akibat adanya perbedaan gambar satu

dengan yang lainnya ketika gambar di gerakan secara bergantian. Fenomena

tersebut adalah fenomena ilusi pada mata yang lebih dikenal dengan istilah

presistence of vision.

Persistence of vision adalah sebuah fenomena ketika mata menangkap

gambar yang baru saja menghilang dan merekamnya hingga gambar yang baru

muncul. Hal ini terjadi akibat kecepatan pergerakan gambar dari satu gambar ke

gambar yang lain.

Gambar 2.1 Persistence of vision

(Sumber: VanCleave, 2010)

7

Film kini bukan hanya sekedar kumpulan gambar yang bergerak, namun

film menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan-pesan yang biasanya

tidak dapat disampaikan secara langsung. Pesan-pesan ini dikemas kedalam

sebuah cerita yang disusun di dalam sebuah skenario film.

2.2 Skenario

Menurut Misbach (2010, hal.6) dalam bukunya yang berjudul Teknik Menulis

Skenario Film Cerita, Skenario adalah desain penyampaian cerita atau gagasan

dengan media film. Dapat dikatakan bahwa skenario merupakan rancangan

konseptual sebuah cerita melalui format penulisan skenario pada umumnya yang

berisi dialog, deskripsi, dan peletakan konteks unsur dramatis, perisis seperti yang

dikatakan oleh Field (2005, hal.2) dalam bukunya.

Sejarah film yang panjang lebih mencatat mengenai teknis film itu sendiri.

Walaupun film dan skenario merupakan satu kesatuan, tidak lantas skenario hadir

berbarengan dengan munculnya film. Sejarah skenario sendiri sangat sulit untuk

dijejaki. Ini dikarenakan istilah screenplay sendiri baru digunakan pada tahun

1940-an.

Raynauld (2005) mengatakan skenario pada awalnya ditulis dengan format

penulisan sinopsis yang ditulis tidak lebih panjang dari satu paragraf dan disertai

dengan judul dan deskripsi dari adegan yang akan terlihat. Penulisan skenario

dengan format seperti ini ada pada tahun 1896 sampai 1901 (hal.834-838).

Setelah 1901, durasi film tumbuh menjadi lebih panjang dan penceritaan

naratif menjadi sangat diperhatikan, pentingnya skenario sebagai alat konseptual

8

meningkat. Kebutuhan akan kesinambungan pada cerita yang cukup panjang,

melahirkan format penulisan skenario yang tepat (Balázs, 1970, hal.247).

Boon (2008, hal.4), pada bukunya yang berjudul Script Culture and the

American Screenplay, memberikan beberapa contoh skenario terdahulu, seperti

film milik Georges Melies, A Trip to the Moon, dan The Great Train Robbery

karya Edwin S. Porter, untuk menunjukan sebarapa pesat perkembangan praktik

penulisan skenario pada abad itu.

Film milik Georges Melies merupakan film yang rumit yang membutuhkan

persiapan yang serius. Dibawah ini merupakan contoh skenario milik George

Melies (Boon, 2008, hal.4).

1. The Scientific Congress at the Astronomic Club.

2. Planning the Trip. Appointing the Explorers and Servants. Farewell.

3. The Workshops. Constructing the Projectile.

4. The Foundries. The Chimney-stack. The Casting of the Monster Gun/Cannon.

5. The Astronomers-Scientists Enter the Shell.

6. Loading the Gun.

7. The Monster Gun. March Past the Gunners. Fire!!! Saluting the Flag.

8. The Flight Through Space. Approaching the Moon.

9. Landing Right in the Moon’s Eye!!!

10. Flight of the Rocket Shell into the Moon. Appearance of the Earth From the Moon.

11. The Plain of Craters. Volcanic Eruption.

12. The Dream of ‘Stars’ (the Bolies, the Great Bear, Phoebus, the Twin Stars, Saturn).

13. The Snowstorm.

14. 40 Degrees Below Zero. Descent Into a Lunar Crater.

15. In the Interior of the Moon. The Giant Mushroom Grotto.

16. Encounter and Fight with the Selenites.

17. Taken Prisoners!!

9

18. The Kingdom of the Moon. The Selenite Army.

19. The Flight or Escape.

20. Wild Pursuit.

21. The Astronomers Find the Shell Again. Departure from the Moon in the Rocket.

22. The Rocket’s Vertical Drop into Space.

23. Splashing into the Open Sea.

24. Submerged At the Bottom of the Ocean.

25. The Rescue. Return to Port and Land.

26. Great Fetes and Celebrations.

27. Crowning and Decorating the Heroes of the Trip.

28. Procession of Marines and Fire Brigade. Triumphal March Past.

29. Erection of the Commemorative Statue by the Mayor and Council.

30. Public Rejoicings.

Gambar 2.2 Contoh skenario Trip To the Moon

(Sumber: “History of Scripting and The Screenplay,” n.d.)

Skenario diatas, nyatanya hanya sekedar bantuan teknis yang berupa urutan

scene dan shot untuk kenyamanan sang sutradara. Skenario sederhana milik

Georges Melies ini menuliskan apa yang yang akan muncul pada gambar dan

urutannya, namun tidak menjelaskan bagaimana hal ini akan ditampilkan, namun

skenario ini sukses menceritakan secara naratif pada film ini (Béla, 1970,

hal.248).

Berbeda dengan Georges Melies, skenario milik Scott Marble untuk film

yang disutradarai oleh Edwin S. Porter, The Great Train Robbery, sudah

mencantumkan elemen-elemen apa yang akan ditampilkan, yang kini dikenal

sebagai Master Scene Format, hanya saja tanpa dialog (Boon, 2008, hal.5-6).

1 INTERIOR OF RAILROAD TELEGRAPH OFFICE.

10

Two masked robbers enter and compel the operator to get the

"signal block" to stop the approaching train, and make him

write a fictitious order to the engineer to take water at

this station, instead of "Red Lodge," the regular watering

stop. The train comes to a standstill (seen through window

of office); the conductor comes to the window, and the

frightened operator delivers the order while the bandits

crouch out of sight, at the same time keeping him covered

with their revolvers. As soon as the conductor leaves, they

fall upon the operator, bind and gag him, and hastily depart

to catch the moving train.

2 RAILROAD WATER TOWER.

The bandits are hiding behind the tank as the train, under

the false order, stops to take water. Just before she pulls

out they stealthily board the train between the express car

and the tender.

3 INTERIOR OF EXPRESS CAR.

Messenger is busily engaged. An unusual sound alarms him. He

goes to the door, peeps through the keyhole and discovers

two men trying to break in. He starts back bewildered, but,

quickly recovering, he hastily locks the strong box containing

the valuables and throws the key through the open side door.

Drawing his revolver, he crouches behind a desk. In the

meantime, the two robbers have succeeded in breaking in the

door and enter cautiously. The messenger opens fire, and a

desperate pistol duel takes place in which the messenger is

killed. One of the robbers stands watch while the other tries

to open the treasure box. Finding it locked, he vainly

searches the messenger for the key, and blows the safe open

with dynamite. Securing the valuables and mail bags they

leave the car.

4 THE TENDER AND INTERIOR OF THE LOCOMOTIVE CAB

This thrilling scene shows THE TENDER AND INTERIOR OF THE

LOCOMOTIVE CAB, while the the train is running forty miles

an hour. While two of the bandits have been robbing the mail

car, two others climb over the tender. One of them holds up

the engineer while the other covers the fireman, who seizes

a coal shovel and climbs up on the tender, where a desperate

fight takes place. They struggle fiercely all over the tank

11

and narrowly escape being hurled over the side of the tender.

Finally they fall, with the robber on top. He seizes a lump

of coal, and strikes the fireman on the head until he becomes

senseless. He then hurls the body from the swiftly moving

train. The bandits then compel the engineer to bring the

train to a stop.

5 SHOWS THE TRAIN COMING TO A STOP

Shows THE TRAIN coming to a stop. The engineer leaves the

locomotive, uncouples it from the train, and pulls ahead

about 100 feet while the robbers hold their pistols to his

face.

6 EXTERIOR SCENE SHOWING TRAIN.

The bandits compel the passengers to leave the coaches, "hands

up," and line up along the tracks. One of the robbers covers

them with a revolver in each hand, while the others relieve

the passengers of their valuables. A passenger attempts to

escape, and is instantly shot down. Securing everything of

value, the band terrorize the passengers by firing their

revolvers in the air, while they make their escape to the

locomotive.

7 LOCOMOTIVE.

The desperadoes board the locomotive with this booty, compel

the engineer to start, and disappear in the distance.

8 THE ROBBERS

Bring the engine to a stop several miles from

the scene of the "hold up," and take to the mountains.

9 VALLEY

A beautiful scene in A VALLEY. The bandits come down the

side of a hill, across a narrow stream, mounting their horses,

and make for the wilderness.

10 INTERIOR OF TELEGRAPH OFFICE.

The operator lies bound and gagged on the floor. After

struggling to his feet, he leans on the table, and telegraphs

12

for assistance by manipulating the key with his chin, and

then faints from exhaustion. His little daughter enters with

his dinner pail. She cuts the rope, throws a glass of water

in his face, restores him to consciousness, and, recalling

his thrilling experience, he rushes out to give the alarm.

11 INTERIOR OF A TYPICAL WESTERN DANCE HALL.

Shows a number of men and women in a lively quadrille. A

"tenderfoot" is quickly spotted and pushed to the center of

the hall, and compelled to do a jig, while bystanders amuse

themselves by shooting dangerously close to his feet. Suddenly

the door opens and the half-dead telegraph operator staggers

in. The dance breaks up in confusion. The men secure their

rifles and hastily leave the room.

12 RUGGED HILL

Shows the mounted robbers dashing down A RUGGED HILL at a

terrific pace, followed closely by a large posse, both parties

firing as they ride. One of the desperadoes is shot and

plunges headlong from his horse. Staggering to his feet, he

fires at the nearest pursuer, only to be shot dead a moment

later.

13 THE THREE REMAINING BANDITS

Thinking they have eluded the pursuers, have dismounted from

their horses, and after carefully surveying their surroundings,

they start to examine the contents of the mail pouches. They

are so grossly engaged in their work that they do not realize

the approaching danger until too late. The pursuers, having

left their horses, steal noiselessly down upon them until they

are completely surrounded. A desperate battle then takes place,

and after a brave stand all the robbers and some of the posse

bite the dust.

14 BARNES

A life-size [close-up] picture of Barnes, leader of the outlaw

band, taking aim and firing point-blank at the audience. The

resulting excitement is great. This scene can be used to

begin or end the picture.

13

Gambar 2.2 Contoh skenario The Great Train Robbery

(Sumber: “History of Scripting and The Screenplay,” n.d.)

2.2.1 Format Skenario

Format penulisan film The Great Train Robbery memang sudah mendekati format

penulisan skenario yang dikenal saat ini. Walaupun format skenario terbukti

memenuhi syarat untuk koherensi cerita, perkembangan film era baru dalam

penggunaan pemotongan multiple shot di dalam satu scene, memancing timbulnya

kompleksitas yaitu koherensi secara visual. Hal ini mendorong adanya sedikit

perubahan dalam penulisan pada scene heading.

Sejarah skenario dimulai pada tahun 1910-an, ketika Thomas Harper Ince

mulai membuat film. Di bawah arahan Ince, menulis untuk film menjadi sangat

efisien untuk pertama kalinya dan dikembangkan ke dalam inti yang memang

sangat dibutuhkan pada sistem pembuatan film. Skenario untuk produksi film

menjadi bagian dari bentuk penulisan sastra (Boon, 2008, hal.3).

Keunikan dari skenario ialah memiliki sekitar 90-120 halaman, dalam

format skenario film dengan panjang durasi sekitar 90 menit hingga 120 menit.

Beberapa film ada yang memilliki durasi lebih pendek atau lebih panjang, namun

patokan diatas adalah standar yang biasa dipakai dalam industri (Dyas, 1993,

hal.41).

Skenario memiliki ciri khas dilihat dari segi format penulisan yang

membuat skenario film memiliki konsistensi. Konsistensi penulisan skenario

terlihat pada elemen-elemen skenario yang digunakan. Elemen ini akan selalu

14

sama dan inilah yang membuat skenario dapat dimengerti oleh pembaca di

industri perfilman. Elemen-elemen dalam skenario itu adalah:

2.2.1.1 Slugline

Slugline dikenal juga sebagai Scene Heading. Slugline memberikan informasi

kepada pembaca mengenai dimana adegan itu berlatar. Interior (INT) atau

Exterior (EXT), lalu keterangan nama tempat, dan terakhir diikuti oleh

keterangan waktu, DAY or NIGHT. Contoh penulisan dari Slugline adalah

sebagai berikut:

Tetaplah kepada konsistensi Slugline sehingga memudahkan pembaca

untuk mengenali tempat atau lokasi dan tidak mengira bahwa ini adalah set

baru (“Scene Heading,” 2010).

2.2.1.2 Action

Action atau Description, mendeskripsikan set pada scene, dan membolehkan

penulis untuk memperkenalkan karakter dan set lokasi untuk adegan ini.

Action ditulis dalam keterangan waktu saat ini (present) (“Action,” 2010).

15

Gambar 2.2.1.22 Contoh Skenario dengan Action

(Sumber: Black Swan Screenplay)

2.2.1.3 Character Name

Sebelum karakter berdialog, penulis skenario mencantumkan Character

Name, agar pembaca tahu karakter yang mana yang sedang berdialog.

Karakter dapat berupa nama asli atau berbentuk deskripsi atau

pekerjaan. Terkadang penulis skenario menggunakan nomor pada karakter

(“Character Name,” 2010).

Gambar 2.2.1.3.3 Contoh skenario dengan Character Name

(Sumber: Black Swan Screenplay)

16

2.2.1.4 Dialogue

Dialogue ditulis ketika ada seseorang yang berbicara. Baik percakapan antar

karakter, karakter berbicara dengan dirinya sendiri, atau ketika karakter off-

screen dan hanya suara yang terdengar (“Dialogue,” 2010).

Gambar 2.2.1.44 Contoh skenario dengan dialogue

(Sumber: Black Swan Screenplay)

2.2.1.5 Parenthetical

Parenthetical mendeskripsikan sikap, cara atau arah bicara untuk aktor yang

sedang berbicara. Parenthetical ditulis dengan singkat, to the point,

deskriptif, dan hanya digunakan pada situasi yang penting.

Parenthetical juga digunakan sebagai catatan sambungan dialog

(“Parenthetical,” 2010).

17

Gambar 2.2.1.5.5 Contoh skenario dengan parenthetical

(Sumber: Black Swan Screenplay)

2.2.1.6 Extensions

Extension secara teknis ditulis di sebelah kanan dari character name yang

menunjukan bagaimana suara karakter akan terdengar oleh pendengar. Suara

off-screen (O.S) akan didengar dari karakter yang tidak muncul di layar.

Beberapa penulis menggunakan O.C (off camera). Selain itu, extension yang

dapat digunakan adalah V.O (Voice Over). V.O merupakan narasi atau

karakter berbicara namun disaat ia tidak berada dalam scene itu. Atau, bisa

saja karakter berada dalam scene itu, namun sedang bertindak sebagai narator

(“Extension,” 2010).

18

Gambar 2.2.1.6.6 Contoh skenario dengan extension

(Sumber: Black Swan Screenplay)

2.2.1.7 Transition

Transisi digunakan untuk menjembatani perpindahan antar scene. Beberapa

transisi yang biasanya digunakan:

1.) Cut to

2.) Dissolve to

3.) Smash cut

4.) Fade to

5.) Fade out

(“Transition,” 2010).

19

Gambar 2.2.1.77 Contoh skenario dengan trasition.

(Sumber: Black Swan Screenplay)

2.2.2 Jenis Skenario

Adapun jenis skenario terbagi kedalam beberapa kategori berdasarkan sumber

penulisannya dan tujuan penulisannya

2.2.2.1 Original

Skenario jenis original ditulis tanpa berdasarkan sumber cerita apapun selain

imajinasi dari sang penulis.

2.2.2.2 Adapted

Skenario adaptasi sebenarnya lebih umum dibanding skenario original.

Skenario ini merupakan interpretasi dari sumber lain, seperti novel, cerita

pendek, puisi, atau bahkan film lain. Banyak penulis naskah yang

mendapatkan inspirasi dari berbagai macam sumber. Membuat skenario

adaptasi merupakan proses yang penuh tantangan, karena penulisnya harus

memiliki rasa yang kuat dan tepat atas interpretasinya terhadap cerita yang

akan di adaptasi (Ellis, 2003).

20

2.2.2.3 Spec and Commissioned

Spec atau Speculative skenario adalah skenario yang ditulis dengan harapan

akan terjual pada pasar terbuka dengan tidak adanya pembayaran di muka

atau janji pembayaran sebelumnya. Muatan skenario di dalamnya biasanya

diciptakan dan dikarang oleh penulis, meskipun Spec skenario juga dapat

diangkat dari orang atau kejadian nyata. Skenario jenis ini ditulis tanpa

dipekerjakan (“Spec script,” 2010).

Commissioned skenario ditulis oleh penulis yang dipekerjakan.

Konsepnya biasanya dikembangkan jauh sebelum penulis skenario dilibatkan,

dan seringnya beberapa penulis skenario bekerja untuk ini sebelum skenario

distujui (“Script,” 2007).

2.3 Penulis Skenario

Skenario ditulis oleh seorang penulis skenario yang bertanggung jawab atas

penemuan cerita, pengembangan cerita secara naratif, penulisan skenario, dan

mengirimkannya, dalam format penulisan yang benar kepada Development

Executives.

Penulis skenario memiliki pengaruh yang kuat dalam arahan yang kreatif

dan dampak emosional pada keseluruhan hasil akhir film karena penulisan

skenario menuntut emosional dan intelektual, dan membutuhkan kedalaman

pemahaman penyampaian cerita secara visual, dan dalam berbagai cara film

mempengaruhi para penontonnya. Ia menyediakan blueprint untuk produser,

21

sutradara, production designer, composer, dan editor, para pemain dan crew agar

dapat menggali ide kreatif yang sudah ditulis (“Screenwriter,” 2007).

2.3.1 Premise

Segala sesuatu memiliki tujuan atau premise. Setiap pertunjukan yang bagus,

pasti telah meracik premis dengan baik. Tidak adanya premise pada cerita

menyebabkan tidak adanya tujuan akhir kemana cerita itu dibawa, walaupun

penulis skenario memodifikasi, mengembangkan, merubah ide atau situasi

original, atau bahkan membawa jiwa sang penulis skenario kedalam situasi yang

berbeda (Egri, 1960, hal.6)

2.3.2 Sinopsis

Sinopsis merupakan ringkasan cerita, tanpa mengurangi pesan, atau nilai yang

ingin disampaikan. Sinopsis berperan sebagai ’penjual’ cerita kepada calon

penonton, pendengar, atau pembaca.

Sinopsis adalah cerita dengan satu halaman yang secara akurat

menggambarkan isi dari cerita. Sinopsis sangat berguna ketika menjelaskan cerita

kepada agen, produser, dan editor.

Banyak penulis yang berjuang keras menulis satu halaman sinopsis, karena

mereka harus menyusun runtutan kejadian dari karakter-karakter yang mereka

punya. Untuk menjelaksan cerita, pada paragraf pertama di mulai dengan

permsalahan apa yang hadapi sepanjang cerita.

22

Sinopsis harus menjelaskan secara jernih mengenai permasalahan pada

cerita, sebelum memperkenalkan karakter-karakter pada cerita (Johnson, 1998).

2.4 Struktur Drama

Gambar 2.4 Sistem Tiga Babak.

(Sumber: Field, 2005)

Framework mendukung CHNS (Classic Hollywood Narrative System) yaitu

sistem tiga babak. Permulaan, tengah, dan akhir. Bagian tengah cerita biasanya

memiliki panjang durasi dua kali lebih panjang dari babak permulaan dan babak

akhir. Prinsip yang sering digunakan adalah bahwa satu halaman naskah dengan

format penulisan naskah yang benar sama dengan satu setengah menit dalam

tampilan layar (Costello, 2004, hal.89).

23

2.4.1 Act I: Set-Up/ Situation/ Establishment

Pada bagian ini, penulis mulai membangun cerita, memperkenalkan karakter,

meluncurkan premise cerita, menggambarkan situasi cerita, dan menciptakan

hubungan antar karakter. Penulis skenario hanya membutuhkan sepuluh menit

untuk memperkenalkan cerita (untuk skenario dengan format featured film),

karena penonton dengan sadar atau tidak sadar akan menentukan apakah mereka

suka atau tidak dengan film ini dari penenalan cerita. Jika penonton tidak

mengerti apa yang terjadi dan pada pembukaan cerita karena pembukaaan cerita

yang mengambang dan membosankan, fokus dan konsentrasi mereka akan

melayang dan mulai berpeltualang (Field, 2005, hal.23).

2.4.2 Act II: Confrontation

Babak kedua dikenal dengan confrontation. Pada babak ini protagonis menjumpai

rintangan-rintangan dalam mendapatkan apa yang ia butuhkan, yang didefinisikan

sebagai apa yang karakter ingin menangkan dan dapatkan selama cerita

berlangsung. Rintangan diciptakan karena adanya tujuan yang dituju oleh karakter

yaitu, mendapatkan apa yang ia inginkan, walaupun pada akhirnya karakter bisa

saja tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, melainkan apa yang ia butuhkan,

atau bahkan tidak mendapatkan apa-apa.

Semua drama adalah konflik. Tanpa konflik, tidak ada tindakan. Tidak

adanya tindakan berarti tidak ada karakter. Tanpa karakter, tidak akan ada cerita.

Tidak ada cerita, berarti tidak ada skenario (Field, 2005, hal.25).

24

2.4.3 Act III: Resolution

Babak ketiga adalah babak terakhir dalam cerita, yaitu resolution. Resolusi bukan

berarti ending, resolusi berati solusi. Babak ketiga berisi tindakan yang

menyelesaikan cerita. Ini bukanlah ending. Ending mengarah kepada yang lebih

spesifik yaitu scene atau shot atau sequence yang mengakhiri skenario (Field,

2005, hal.27).

2.4.4 Plot Point

Awal, tengah, dan akhir; Babak kesatu, babak kedua, dan babak ketiga. Set- up,

Confrontation, Resolution – Bagian-bagian ini dalah satu kesatuan. Ini adalah

hubungan antara bagian-bagian yang menentukan keseluruhan cerita. Namun,

setiap babak ini harus memiliki pengait agar dapat terhubung dari babak kesatu

dan babak kedua, babak kedua dan babak ketiga. Penulis harus menciptakan Plot

Point, pada akhir babak ketau dan babak kedua.

Plot point didefinisikan sebagai peristiwa, episode, atau kejadian yang

menjadi pengait atas action yang membawa cerita ke babak selanjutnya. Plot

point I berjalan maju ke Babak kedua, plot poin II berjalan maju ke babak ketiga.

Plot poin I terjadi pada bagian akhir babak kesatu.

Plot point melayani tujuan penting di skenario. Plot point adalah kemajuan

utama dalam cerita dan membuat cerita tetap pada garisnya. Peristiwa pada plot

point tidak harus peristiwa besar, bisa saja berupa scene yang sangat tenang yang

di dalamnya ada keputusan penting yang diambil (Field, 2005, hal.27).

25

2.5 Plot dan Subplot

Plot adalah cara sebuah cerita dieksekusi. Plot merupakan segala sesuatu yang

terjadi kepada karakter yang dibawa dari awal, lalu ke tengah, dan ke akhir cerita

(Dyas, 1993, hal.23).

Subplot merupakan kejadian-kejadian yang memperluas lingkup cerita atau

plot utama dalam bentuk detil-detil yang menyingkap karakter-karakter dalam

cerita. Subplot seperti adanya cerita didalam cerita. Dengan subplot, cerita utama

menjadi memiliki kedalaman, karena subplot memang digunakan untuk

memperjelas motivasi dari karakter pendukung baik yang melawan protagonis

atau yang bekerja untuk protagonis. Pentingnya subplot sebagai rantai pendukung

plot utama, membuat subplot juga harus memiliki awal, klimaks, dan akhir

(Hawk, n.d.).

2.6 Karakter

Dalam sebuah cerita karakter merupakan hal paling mendasar. Secara umum,

karakter terbagi menjadi protagonis dan antagonis.

2.6.1 Jenis Karakter

2.6.1.1 Protagonis

Protagonis disebut juga sebagai the pivotal character karena protagonis

merupakan karakter terpenting dalam sebuah cerita. Protagonis ini merupakan

karakter utama dalam cerita yang akan memimpin jalannya cerita. Protagonis

26

yang menciptakan konflik dan membuat cerita mengalir. Protagonis harus

tahu apa yang ia mau (want). Tanpa protagonis, cerita akan terasa janggal,

nyatanya tidak akan ada cerita.

Dalam menginginkan sesuatu, protagonis harus memiliki hasrat yang

kuat dalam mengabulkan keinginnya sehingga dalam perjalanan untuk

mendapatkan apa yang ia inginkan, ia akan menyerang atau diserang (Egri,

1960, hal.106).

Contohnya, Tom Hansen adalah protagonis dalam film 500days of

Summer yang jatuh cinta kepada Summer Fin, wanita yang percaya bahwa

cinta sejati itu tidak pernah ada.

2.6.1.2 Antagonis

Karakter yang menentang atau melawan karakter utama akan menjadi

penentang atau antagonis. Antagonis adalah karakter yang akan merusak

usaha protagonis dan akan menekan keadaan protagonist dengan segala

kekuatan yang ia punya.

Protagonis dan antagonis menjadi lawan yang memiliki kekuatan yang

sama, agar terjadi perlawanan yang seimbang (Egri, 1960, hal.113).

Karena fungsinya yang penting dalam cerita, penulis skenario terlebih

dahulu harus mengenal karakter-karakter yang akan ditulis dengan

sepenuhnya. Karakter-karakter inilah yang nanti akan mengendalikan cerita.

27

2.6.2 Pengembangan Karakter

Setiap objek memiliki tiga dimensi: tinggi (y), panjang (x), dan lebar (z). Manusia

pun memiliki unsur tambahan tiga dimensi: fisiologi, psikologi, dan sosiologi.

Tanpa pengetahuan atas tiga dimensi ini, penulis skenario tidak dapat menilai

karakter manusia pada umumnya (Egri, 1960, hal.33).

2.6.2.1 Fisiologi

Dimensi yang pertama adalah fisiologi. Aspek fisiologi dapat dilihat

berdasarkan keadaan fisik karakter. Keadaan fisik setiap orang dapat

mempengaruhi cara pandang seseorang. Si buta, si tulis, si cantik, si tinggi, si

pendek, memandang segala hal berbeda dari yang lainnya. Seseorang yang

sedang sakit, akan melihat kesehatan adalah kebutuhan yang paling penting,

sedangkan orang tanpa gangguan kesehatan akan meremehkan kesehatan,

itupun jika ia memikirkannya.

Penampilan fisik seseorang dianggap dapat menggambarkan warna

dari hidup seseorang. Penampilan fisik mempengaruhi manusia tanpa henti

dalam pengembangan mental yang berfungsi sebagai dasar kepribadian

inferiority dan superiority. Inilah hal yang paling jelas dari set pertama

dimensi seseorang.

Berikut adalah aspek-aspek yang termasuk kedalam fisiologi:

1.) Jenis kelamin

2.) Umur

28

3.) Tinggi badan dan berat badan

4.) Warna mata, kulit, rambut

5.) Postur tubuh

6.) Appearance: berpenampilan menarik, kelebihan atau

kekurangan berat badan, bersih. Bentuk kepala, wajah dan

limbs.

7.) Defects: Abnormal, tanda lahir, penyakit.

8.) Heredity.

2.6.2.2 Sosiologi

Sosiologi hal ke kedua dari tiga dimensi karakter yang harus dipelajari.

Orang-orang yang terlahir di lingkungan pinggiran kota yang kotor, akan

memiliki pola pikir dan reaksi yang berbeda dibanding orang-orang yang

terlahir dari lingkungan yang serba bersih dan teratur.

Secara sederhana, sosiologi menganalisa karakter seseorang melalui

lingkungan tempat ia lahir dan dibesarkan, juga bagaimana orang-orang

disekitarnya memperlakukannya.

Unsur yang termasuk kedalam dimensi sosiologi adalah:

1.) Kelas sosial: Bawah, menengah, atas.

2.) Pekerjaan: Jenis pekerjaan, jam kerja, penghasilan, kondisi

pekerjaan, serikat atau tidak berserikat, perilaku di organisasi,

kecocokan dengan pekerjan.

29

3.) Pendidikan: jumlah biaya pendidikan, jenis sekolah, nilai, pelajaran

favorit, pelajaran yang dibenci, bakat.

4.) Kehidupan di rumah: orang tua yang masih hidup, kekuasaan,

yatim piatu, orang tua berpisah atau bercerai, kebiasaan orang tua,

pengembangan mental orang tua, kejahatan orang tua, pengabaian,

status perkawinan.

5.) Agama

6.) Ras, kebangsaan

7.) Posisi di komunitas: Pemimpin diantara teman, berkelompok,

berolahraga

8.) Anggota politik

9.) Kesenangan, hobi: buku, koran, majalah.

2.6.2.3 Psikologi

Psikologi adalah hasil dari gabungan dua dimensi yang lain, fisiologi dan

sosiologi. Kombinasi ini melahirkan ambisi dalam hidup, rasa frustasi, watak,

tingkah laku, dan kepribadian.

Yang termasuk kedalam aspek psikologi adalah:

1.) Kehidupan seksual, standar moral.

2.) Alasan personal, ambisi.

3.) Frustrasi, kekecewaan.

4.) Watak: koleris, easygoing, pesimistis, optimistis.

30

5.) Perilaku terhadap hidup: pengunduran diri, militan, pengalah.

6.) Complexes: Obesesi, kekangan, takhyul, fobia.

7.) Extrovert, introvert, ambivert.

8.) Kemampuan: bahasa, talenta

9.) Kualitas: imajinasi, penilaian, selera,

10.) IQ

2.6.3 Ensemble Characters

Ensemble characters atau ensemble cast adalah beberapa karakter yang diberikan

kesamaan status pada sebuah cerita. Pada ensemble cast, karakter-karakter ini

memiliki peranan yang penting bagi pembuat cerita, karena karakter-karakter ini

dapat menghasilkan banyak cerita dan menjadikan cerita bervariasi.

Ensemble cast umumnya diterapkan dalam produksi industri pertelevisian.

Penggunaan ensemble cast sebagai lata untuk menciptakan lapisan cerita yang

kompleks (Smith, n.d.).

Selain digunakan pada produksi industri pertelevisian, ensemble cast juga

berhasil diterapkan dalam film. Beberapa contoh film dengan ensemble cast

adalah Pulp Fiction, The Royal Tenenbaums, Best in Show, Ocean’s Eleven,

Boogie Nights, dan masih banyak lagi (Marder, 2011).

Kata ensemble sendiri berasal dari perbendaharaan kata Latin, insimul. Kata

ensemble memiliki arti setiap komponen dari suatu benda yang dikumpulkan,

hingga setiap komponen itu menjadi bagian dari keseluruhan benda tersebut dan

31

menghasilkan harmoni. Istilah ensemble tidak hanya digunakan untuk istilah pada

seni peran, namun juga sering digunakan untuk seni musik, seni tari, dan juga

pakaian (Ensemble, n.d.).

Ensemble atau cerita dengan banyak plot adalah film yang mengikuti

banyak protagonis yang berbeda dalam meraih tujuan dan memecahkan masalah

mereka masing-masing. Banyak pembuat film yang mencoba jenis film ini dan

banyak dari mereka yang gagal. Namun, ketika film dengan ensemble characters

ini berhasil, ini dapat sangat memuaskan penontonnya (Cowgill, n.d, para.1).

Film ensemble pada dasarnya adalah gabungan subplot-subplot, yang

terhubung dengan plot utama yang mengikat mereka menjadi satu. “Mini-plots”

ini memiliki tokoh protagonis dengan konflik dan resolusi mereka masing-masing,

tapi tidak cukup kuat untuk membawa momentum ini untuk keseluruhan film;

plot-plot ini memiliki alur cerita yang sederhana. Namun, bagaimanapun juga

pokok dari cerita harus diciptakan untuk merajut plot utama dengan sub plot

kedalam satu wadah yang berisi seluruh hubungan (Cowgill, n.d, para.3).

Kesulitan dalam menulis dan menbuat film dengan ensemble characters

adalah seperti, bagaimana penulis fokus pada cerita dan tetap menjaga perhatian

para penonton, bagaimana penulis berpindah dari plot satu ke plot lainnya,

bagaimana penulis menciptakan sintesis yang mengikat seluruh plot bersama-

sama. Tidak ada aturan baku yang mengatur konstruksi film dengan ensemble

characters. Namun, kunci dari setiap film ensemble characters yang berhasil

adalah kesatuan dramatis – kesinambungan ide dan pergerakan plot – yang

32

memungkinkan penulisnya memadukan lines of action dengan format struktur

drama (Cowgill, n.d, para.4).

2.7 Tema

Setiap skenario untuk film memiliki tema. Tema dapat berupa pernyataan dan

pertanyaan. Pada cerita hanya akan ada satu tema. Tema berfungsi sebagai

identitas film.Untuk memadukan tema pada skenario, penulis skenario

membutuhkan lebih dari sekedar mengetahui tema dari skenarionya, penulis

skenario harus memilikinya. Untuk memenuhi itu, penulis harus mampu menarik

hubungan antara tema, ide, dan cerita, karena ide dan cerita yang akan

menghasilkan tema.

Beberapa penulis skenario mulai dengan tema untuk mengembangkan

cerita yang baru berupa ide atau pesan yang ingin penulis dalami. Tema

memberikan cerita sebuah jalan, akan kemana cerita akan dibawa karena tema

mengontrol tindakan tokoh, dan plot (Calvis, 2012, hal.73-75).

33

BAB III

METODOLOGI

3.1 Gambaran Umum

Tugas Akhir yang dibuat adalah berupa sebuah skenario film pendek yang

berjudul SUMPIT. Film bergenre drama dengan durasi 16 menit ini

menggambarkan kompleksitas manusia dan kebutuhannya akan pasangan di

tengah masalah yang mereka hadapi. Kekompleksitasan cerita ini tergambar

dengan digunakannya tujuh karakter, lima protagonis, lima subplot, dan satu main

plot.

3.1.1 Sinopsis

Babeh ( Tionghoa, 60 tahun), seseorang pedagang dan pemilik kedai bakmi yang

menjadi saksi perselingkuhan antar pelanggannya di kedainya. Sebagai outsider

dari lingkaran perselingkuhan keenam orang pelanggannya ini, Babeh hanya dapat

mengamati dan menarik kesimpulan bahwa manusia memang ditakdirkan untuk

berpasangan, namun manusia tetap dapat memilih untuk tetap sendiri.

Seorang bapak dengan dua anak, Jarwo (45 tahun) telah ditinggal oleh

istrinya karena sakit. Sebagai seorang bapak, ia berusaha untuk menjaga Lintang

(18 tahun) yang masih SMA agar tidak masuk kedalam pergaulan yang salah.

Anak pertamanya, Mega (26 tahun) telah menikah dengan seorang laki-laki

34

bernama Bayu (30 tahun). Ia merasa sudah saatnya untuk mengenalkan pacarnya,

Sisy (30 tahun), sebagai calon istri dan juga mama bagi kedua anaknya.

Keputusan Jarwo akan mengenalkan Sisy sebagai calon mama untuk anak-

anaknya, membuat Sisy lepas dan semakin yakin atas keputusannya menceraikan

Bayu. Hubungan mereka berjalan sangat tidak harmonis karena Sisy terlalu

dominan, ditambah lagi dengan perkawinan mereka belum juga memiliki

keturunan. Sisy selalu menyalahkan Bayu sebagai penyebab mereka tidak

memiliki anak.

Kehidupannya bersama Sisy membuat Bayu tertekan, lemah, dan selalu

mengalah. Tidak ada lagi motivasi yang dapat menyelamatkan hubungan mereka.

Berbeda dengan perkawinannya dengan Sisy, Bayu menjadi kepribadian yang

sangat berbeda ketika sedang menjadi suami Mega. Hubungan perkawinan

mereka sangat harmonis, namun Bayu yang telah dituduh tidak dapat memiliki

anak oleh Sisy menciptakan kekhawatiran sendiri. Kondisi tubuh Mega yang

berbadan besar juga menjadi kekhawatiran Mega. Mega berusaha keras untuk

menurunkan berat badannya, sedangkan Bayu tidak pernah tega untuk melihat

Mega begitu tertekan. Kesabaran mereka, akhirnya membuahkan hasil, Mega

positif hamil. Tuduhan Sisy terhadap Bayu, ternyata salah.

Sebagai anak perempuan satu-satunya yang masih menjadi tanggung jawab

Jarwo, Lintang merasa kesepian. Kakak perempuannya yang sudah menikah dan

berbadan besar membuat hubungan mereka jauh. Lintang tidak ingin seperti

kakaknya yang berbadan besar, ia menjadi sangat anti terhadap makanan.

35

Kalaupun ia makan, diam-diam ia akan memuntahkanya lagi. Kesepian Lintang,

membuat ia merasa perlu untuk menantang hidupnya sendiri. Hubungan Lintang

dengan Adit (22 tahun) tidak diketahui oleh Jarwo. Diam-diam Lintang

melepaskan keperawannya dengan Adit. Masalah mulai serius ketika Lintang

ternyata hamil dan Adit menjadi panik, ketika mengetahui bahwa pacar gay-nya,

Jarwo, adalah ayah dari perempuan yang ia hamili.

3.1.2 Peralatan

Dalam penulisan skenario film pendek SUMPIT, penulis menggunakan sebuah

laptop dan komputer dengan software khusus penulisan skenario yaitu Celtx.

Adapun penulis menggunakan sebuah buku saku yang penulis gunakan untuk

mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan skenario film pendek SUMPIT

seperti ide, atau kejadian-kejadian unik yang dapat diadopsi kedalam skenario.

3.1.3 Timeline

Hampir setiap minggunya lahir draft baru yang lahir dari revisi-revisi draft

sebelumnya.

Kira-kira seperti inilah, progres penulisan yang penulis lakukan dalam

menyelesaikan tugas akhir yang berupa karya skenario dan tugas akhir berupa

laporan.

36

Tabel 3.1.3 Timeline

3.2 Tahapan Kerja

Penulisan skenario adalah proses yang penting dalam menentukan hasil akhir

film. Untuk pertama kalinya penulis mendapat kesempatan untuk menulis

skenario sebagai tugas akhir. Akhirnya, skenario ini bukan hanya menentukan

hasil akhir film SUMPIT, namun juga menentukan hasil akhir dari tugas akhir

penulis.

Tahapan yang penulis lewati sebelum akhirnya menghasilkan skenario film

pendek SUMPIT adalah seperti berikut:

37

3.2.1 Menemukan Ide Cerita

Pencarian ide adalah langkah pertama dari lahirnya skenario. Untuk memulai

langkah pertama akan selalu terasa sulit. Ide terkadang datang tanpa diminta, dan

hilang ketika diminta. Namun, ide akan selalu bisa muncul ketika berusaha untuk

dicari.

Menurut Yoseph Anggi Noen, seorang dosen dan sutradara, agar seorang

penulis skenario dapat menguasai setiap unsur cerita yang ia buat, ambillah ide

dari hal-hal sederhana yang dapat ditemukan di kehidupan sekitar kita

(komunikasi personal, 4 Maret, 2012).

Cara menemukan ide adalah dengan terus berpikir dan berimajinasi. Ide

pertama SUMPIT lahir dari pengamatan penulis atas kesederhanaan mengenai

pengulangan-pengulangan pelanggan di kedai bakmi di daerah Gading Serpong.

Dalam kejadian nyata, penulis adalah pelanggan kedai itu yang terus melakukan

pengulangan yang sama dalam hal pemilihan tempat duduk serta makanan yang

penulis pesan. Dengan tambahan sedikit imajinasi, sudut pandang diubah.

3.2.2 Penulisan Premise

Premise adalah sebuah kalimat yang menjabarkan isi dari keseluruhan cerita.

Premise skenario film pendek SUMPIT adalah seorang pemilik kedai bakmi yang

menjadi saksi perselingkuhan antar keenam pelanggannya.

Setelah mengetahui apa yang akan penulis ceritakan, penulis mulai untuk

mengembangkan premise ini ketahap selanjutnya.

38

3.2.3 Penulisan Sinopsis

Ide cerita SUMPIT terus berkembang, dan pada akhirnya harus dibatasi

mengingat skenario ini akan direalisasi dalam bentuk film pendek berdurasi 16

menit.

Dari premise, penulis mengembangkannya kedalam cerita sepanjang satu

halaman, yang disebut sebagai sinopsis. Inti dari sinopsis yang penulis buat adalah

menjelaskan bahwa Babeh mengetahui perselingkuhan yang terjadi di kedainya,

dan permasalahan yang setiap pasangan ini hadapi.

Dalam tahapan pembuatan skenario SUMPIT, sinopsis ini dijadikan media

penilaian apakah cerita-cerita yang sudah terkumpul layak untuk direalisasikan

kedalam film pendek dan layak dijadikan sebagai proyek tugas akhir.

Sinopsis-sinopsis yang terpilih, memasuki langkah selanjutnya, yaitu

mempresentasikan ide cerita kepada para dosen pembimbing.

3.2.4 Pitch the Story

Premise dan sinopsis yang sudah dibuat, digunakan untuk menjual cerita kepada

keempat dosen pembimbing dalam waktu singkat ketika pitching.

Pitching secara sederhana dapat diartikan sebagai penyampaian dan

presentasi gagasan kreatif dan kemudian cerita dipilih untuk di produksi. Pitching

berlaku untuk memilih cerita atau penulis, sutradara, dan produser.

Selain premise dan sinopsis, untuk picthing penulis mempersiapkan struktur

konflik yang menjadi kunci film SUMPIT dengan cara membuat skema

39

berdasarkan karakter, lalu ditarik garis-garis yang menghubungkan masalah

mereka. Dengan begitu penulis dapat dengan mudah menerangkan skema

hubungan yang terjadi dalam film pendek SUMPIT.

Walaupun struktur konflik ini tidak dapat langsung dimengerti oleh orang

yang baru mendengarnya. Kebingungan akan struktur konflik ini, terlihat dari raut

ekspresi teman-teman yang juga menyaksikan pitching ini.

Gambar 3.2.4 Sketsa hubungan antar karakter

40

3.2.5 Penulisan Draft

Dalam penulisan skenario film pendek SUMPIT, dimulai saat ide cerita SUMPIT

terpilih untuk diproduksi dan terus berlanjut hingga skenario film pendek

SUMPIT di film-kan.

Penulisan draft ini terus mengalami perubahan besar dan kecil, dari teknis

penulisan, sudut pandang, sampai perubahan kronologi waktu. Saat proses

produksi pun, penulis masih harus memutar logika, karena adanya

ketidaksesuaian karakter dalam skenario dan pada film.

Perubahan yang terus terjadi pada setiap draft yang baru rampung dan

akhirnya menghasilkan draft baru hingga berjumlah 12 draft, sempat membuat

penulis kehilangan arah dalam menulis skenario film pendek SUMPIT. Tema

pada film inilah yang menjadi penunjuk, akan dibawa kemana skenario ini

berjalan. Lahirnya draft ke-12 untuk skenario film SUMPIT ini pada akhirnya

membawa dampak ketidakpercayaan diri penulis akan cerita SUMPIT.

Tantangan lain pada penulisan skenario ini adalah bagaimana cerita dengan

banyak karakter yang berarti melahirkan banyak konflik ini tetap hadir sebagai

film pendek yang memiliki panjang skenario yang tidak lebih dari 20 halaman. Ini

menjadi tantangan tersendiri karena banyak sekali hal yang penulis ingin

ungkapkan namun harus dibatasi sehingga cerita menjadi lebih padat tanpa

mengurangi tema utama yang ingin penulis sampaikan.

Observasi di kedai bakmi juga penulis lakukan untuk mendapatkan

kemiripan aktivitas dan kebiasaan-kebiasaan para pelanggan sebuah kedai bakmi

41

yang sedang menunggu pesanannya datang. Kebiasaan-kebiasaan yang muncul

secara natural pada orang-orang yang ada di kedai bakmi ini, penulis jadikan

sebagai bahan untuk dijadikan kebiasaan para karakter pada SUMPIT yang

menjadi gambaran kepribadiannya.

Selain observasi dalam bentuk langsung, penulis juga observasi melalui

media internet dan diskusi bersama teman-teman berdarah Tionghoa, yang masih

percaya terhadap mitos. Observasi melalui internet lebih mengarah kepada mitos

tentang sumpit di berbagai negara Asia. Sedangkan diskusi merupakan bentuk

pembuktian, mitos seperti apa yang lebih dikenal di Indonesia. Dan hasilnya,

mitos yang ada di Asia, tidak berbeda jauh dengan Indonesia.

Mitos yang paling kuat mengenai sumpit adalah larangan menancapkan

sumpit diatas mangkok berisi nasi atau makanan pokok. Alasannya karena

tindakan itu seperti upacara sembayang untuk orang yang sudah meninggal.

3.3 Referensi

Film dengan ensemble characters tentu bukan hal yang baru dalam dunia film.

Robert Altman dikenal sebagai sutradara dan penulis spesialis film dengan

penggunaan banyak protagonis. Selain Robert Altman, ada juga sutradara dan

penulis Paul Thomas Anderson yang gaya filmnya terinspirasi dari Robert

Altman. Di Hollywood jenis film seperti ini sudah cukup banyak, namun di

Indonesia yang terkenal adalah Arisan.

42

Gambar 3.3 Film Watchmen (2009)

(Sumber: Robinson, 2011)

Contoh film dengan ensemble character adalah seperti Watchmen (2009),

Pulp Fiction (1994), Boogie Nights (1997), Elephant (2003), The Breakfast Club

(1985), Reservoir Dogs (1992), Traffic (2000), Requiem for a Dream (2000),

Glengarry Glen Ross (1992), dan Magnolia (1999).

Gambar 3.3 Film Magnolia (1999)

(Sumber: New Line Cinema, 1999)

43

Sebagai penulis skenario, adalah penting untuk memiliki visual atas cerita

yang ditulis. Visual ini penulis dapatkan dari berbagai macam film. Film yang

penulis jadikan refrensi untuk gaya penceritaan adalah 500days of Summer,

Amelie, Jakarta Maghrib dan Magnolia.

Gambar 3.3 Film Amelie (2001)

(Sumber: Cinemafanatic, 2010)

Terinspirasi dari film 500days of Summer dan Amelie, penulis menjadikan

gaya narrator pada film itu sebagai gaya orang ketiga pada film pendek SUMPIT

bercerita. Orang ketiga dalam film pendek SUMPIT adalah Babeh.

44

Gambar 3.3 Film (500) Days of Summer (2009)

(Sumber: Byington, 2010)

Dari film Jakarta Maghrib, penulis lebih mempelajari setiap sisi masyarakat

urban Jakarta yang terlihat natural dan dapat dijadikan refrensi untuk film pendek

SUMPIT. Magnolia salah satu karya dari sutradara dan penulis Paul Thomas

Anderson, penulis jadikan refrensi utama dalam film pendek SUMPIT. Penulis

mempelajari beberapa hal yang lalu penulis terapkan pada film pendek SUMPIT

seperti narasi, pemilihan main plot, dan konflik drama di dalamnya, dan pesan-

pesan tersirat pada cerita.

3.4 Temuan Data

Penulis berperan seperti Tuhan dalam film pendek SUMPIT karena penulis

skenariolah yang menuliskan takdir dari film pendek SUMPIT, namun pada

akhirnya banyak pula hal-hal yang ditemukan tidak sesuai dan terpaksa harus

berubah. Saat penulisan skenario SUMPIT berlangsung, penulis menemukan hal-

hal yang berbeda dari ekspektasi awal. Penemuan-penemuan itu antara lain:

45

1.) Penulisan skenario yang kurang detil dalam menyampaikan

karakteristik setiap karakter.

2.) Skenario SUMPIT tidak sepenuhnya mengikuti teori tiga babak yang

dikemukakan oleh Syd Field.

3.) Luputnya penulis dari detil status pernikanan yang terjadi antara Sisy,

Bayu, dan Mega.

4.) Film dengan ensemble characters tidak aplikatif dalam film pendek.

5.) Tidak adanya adegan-adegan penting yang dapat membangun

kedalaman pada cerita.

6.) Perbedaan karakter Mega yang ditulis pada skenario SUMPIT dengan

pemeran Mega pada film.

46

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

Pada Bab Analisis dan Pembahasan ini akan dijabarkan lebih lanjut mengenai

temuan-temuan yang sudah penulis paparkan pada Bab Metodologi. Temuan-

temuan ini menjadi bahan yang akan mendukung pembahasan batasan masalah

yang sudah penulis sebutkan pada Bab Pendahuluan.

Pembahasan ini berupa perbandingan antara teori yang sudah penulis

rangkum pada Bab Telaah Literatur dengan apa yang sudah penulis kerjakan

dalam proses penulisan skenario film pendek SUMPIT. Perbandingan dan analisa

akan fokus pada pengembangan karakter bedasarkan three dimensional character,

penerapan ensamble character melalui tema, stuktur drama, dan karakter.

Pembahasan akan fokus kepada tiga karakter yaitu Sisy, Mega, dan Bayu.

Tiga karakter yang saling berkaitan, karena dua wanita ini memiliki kehidupan

perkawinan yang berbeda di waktu yang bersamaan dengan seorang laki-laki yang

sama.

47

4.2 Pembahasan

4.2.1 Three Dimensional Character pada Karakter Sisy, Bayu dan Mega di

Skenario Film Pendek SUMPIT

Menurut teori yang dikemukakan oleh Egri (1993, hal.33), karakter pada cerita

harus memiliki tiga sisi dimensi, agar karakter tersebut menjadi sangat nyata dan

dipercaya. Tiga sisi dimensi pada karakter dilihat dari tiga unsur yang mampu

mempengaruhi tindakan dan pola pikir, yaitu:

4.2.1.1 Fisiologi

Secara fisik, Sisy adalah karakter yang memiliki tampilan yang sangat

menarik diantara karakter-karakter yang lain. Keadaan fisiknya yang dapat

dikatakan sempurna, membuat Sisy menjadi wanita yang percaya diri dan

mampu menguasai lingkungannya.

Berikut adalah foto wanita yang paling mendekati ekspektasi penulis

atas fisiologi Sisy.

48

Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Sisy

(Sumber: “fashion model,” n.d.)

Tentu saja fisiologi pada wanita di dalam gambar, tidak 100% sesuai

dengan espektasi penulis. Ketidaksesuaian yang paling terasa adalah warna

rambut dan warna kulit. Wanita Indonesia pada umumnya memiliki warna

rambut hitam kecoklatan dan warna kulit yang lebih gelap. Perbedaan warna

kulit dan rambut karena adanya pengaruh dari letak geografis Indonesia yang

memiliki iklim tropis dan bersuhu lebih panas.

Kepribadian Sisy yang berani dan superior tergambar dari sepatu

berhak tinggi yang selalu ia gunakan. Dari beberapa sumber yang penulis

baca, bahwa wanita yang memakai sepatu berhak tinggi adalah wanita yang

ambisius, menarik, dan berani.

49

Dengan bentuk tubuh yang terlihat sempurna, apa yang ia gunakan akan

selalu membuatnya percaya diri. Kepercayaan dirinya yang tinggi membuat ia

dapat mengendalikan dan memimpin keadaan.

Penampilan Sisy yang begitu percaya diri berbeda jauh dengan Bayu.

Secara fisik, fisiologi Bayu dapat digambarkan dengan foto-foto dibawah.

Gambar 4.2.1.1 Joseph Gordon - Levit dan Donnie Yen

(Sumber: Kelly, n.d.; Sina, 2009)

Pada foto disebelah kiri yaitu Joseph Gordon – Levit dengan postur tubuh

dan cara berpakaian yang menurut penulis sesuai dengan karakteristik Bayu.

Disebelah kanan adalah Donnie Yen dengan potongan rambut, bentuk mata

yang sesuai dengan gambaran penulis terhadap Bayu. Jika kedua kriteria ini

digabungkan, menghasilkan karakter baru yang sangat sesuai sebagai Bayu.

50

Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Bayu

Dari daftar fisiologi yang dipaparkan oleh Egri (1960, hal.33), penulis

mengambil hanya pada bagian-bagian yang menurut penulis dapat berpengaruh

kepada karakteristik Bayu dengan orang-orang disekitarnya. Fisiologi yang

penulis pilih untuk Bayu seperti bentuk mata, bahu yang turun, tinggi badan,

potongan rambut, warna pakaian yang ia gunakan, dan bagaimana ia

berpenampilan. Fisik Bayu berpengaruh kepada isu-isu yang penulis angkat

dalam hubungannya dengan Sisy.

Hubungan Bayu dan Sisy adalah hubungan yang tidak seimbang. Sisy

yang superior dan mendominasi tidak sebanding dengan Bayu yang inferior.

51

Ketidakseimbangan ini jelas terlihat dari tampilan fisik masing-masing

karakter.

Gambar 4.2.1.1 Perbandingan Fisiologi Sisy dan Bayu

Ciri khas dari Bayu yang paling penting dalam mendukung cerita adalah

bentuk mata yang sipit, bahu yang turun, tinggi badan, pakaian yang tidak rapi

dan warna yang monochrome.

Untuk tinggi badan, Bayu termasuk yang tinggi badannya tidak setinggi

laki-laki biasanya. Untuk ukuran tinggi badan laki-laki, Bayu termasuk laki-

laki yang pendek. Apalagi jika dibandingkan dengan Sisy yang normalnya

memiliki tinggi badan sedikit lebih tinggi dengan Bayu. Sehingga jika Sisy

menggunakan sepatu berhak tinggi, Bayu terkesan sangat pendek sebagai laki-

laki. Tinggi badan ini mempengaruhi kepercayaan diri Bayu sebagai laki-laki,

52

dan terkesan tidak dapat memimpin Sisy yang dari dasarnya sudah

mendominasi Bayu.

Bukan hanya masalah tinggi badan yang menjadikan Bayu terkesan

lemah. Pundak Bayu yang turun juga penulis identifikasikan sebagai

kepribadian yang pesimistis terhadap apapun. Dalam hal ini, penulis

menjadikan Bayu sebagai kepribadian yang pesimis dengan hubungannya

bersama Sisy dan juga kebahagiannya yang terenggut oleh kehidupan kantor

yang monotone, serta kemacetan Jakarta yang sangat mempengaruhi kualitas

hidup masyarakatnya. Hidupnya yang membosankan, kaku dan datar

tergambar dari warna-warna pakaian yang Bayu sering gunakan.

Dari sisi penampilan, Sisy adalah perempuan yang ‘fashionable’. Segala

sesuatu yang ia kenakan harus mencuri perhatian orang-orang disekitarnya.

Kepercayaan diri Sisy sangat tinggi, sehingga Sisy dapat dengan mudah

memimpin keadaan jika berada didalam lingkungan dengan orang-orang yang

tidak memiliki energi sekuat dirinya.

Dalam breakdown character, penulis mendefinisikan penampilan Sisy

dengan sangat mendetil. Namun, ternyata detil-detil yang penulis jabarkan itu

tidak semuanya penting dalam mendukung cerita.

Salah satu detil yang ternyata tidak penting dalam jalannya cerita adalah

Sisy harus menggunakan kontak lens. Awalnya penulis bermaksud untuk

menunjukan bagaimana Sisy selalu tampil percaya diri dan gaya. Namun,

53

ternyata menggunakan kontak lens atau tidak, sama sekali tidak menambah

karakteristik Sisy sebagai wanita yang berpenampilan menarik.

Detil ini ternyata malah menjadi masalah saat syuting, karena tiba-tiba

pemeran Sisy bersama tim make up dan wardrobe pergi dari lokasi untuk

membeli softlense, sehingga menghambat jalannya syuting.

Kriteria fisik Sisy yang paling penting adalah tinggi badan dan postur

tubuhnya. Ini berhubungan dengan bagaimana dia memperlakukan dan

merawat tubuhnya agar dapat menjadi pusat perhatian.

Yang penulis baru sadari adalah detil-detil pada skenario yang

menerangkan bahwa Sisy sangat menjaga badannya, tidak penulis cantumkan

dalam skenario. Detil adegan yang seharusnya terdapat pada skenario adalah

seperti bagaimana Sisy satu per satu mengamati bentuk bagian-bagian dari

tubuhnya di depan kaca, adegan Sisy sedang di gym atau detil yang dapat

tergambar dari dialog.

Saat penulisan skenario berlangsung, penulis terlalu fokus kepada

bagaimana konflik ini berjalan secara berkesinambungan dari satu karakter ke

karakter lain. Setelah penulis menganalisa kembali skenario SUMPIT barulah

satu persatu penulis menemukan hal-hal yang terlewat.

Secara fisik, Sisy adalah wanita yang terlihat sempurna, bentuk tubuhnya

menjadi harapan setiap wanita. Namun, bentuk tubuh yang indah itu, tidak

menjamin Sisy memiliki hubungan percintaan yang baik. Perlakuan Sisy

terhadap Bayu dan sebaliknya yang membuat keduanya tidak memiliki

54

hubungan yang baik. Bayu malah menjadi begitu stress dengannya. Bentuk

tubuh Sisy tidaklah menjadi suatu hal yang lagi penting bagi Bayu. Bayu

ternyata lebih membutuhkan wanita seperti Mega.

Gambar 4.2.1.1 Fisiologi Mega

(Sumber: Aliex, 2011)

Berbadan besar, berpenampilan santai dan kasual, rambut selalu diikat,

menjadi karakteristik seorang Mega. Ketika penulis ditanya oleh tim casting,

wardrobe, dan make up, seperti apa Mega itu, penulis langsung

menggambarkan wujud Mega dengan dua kata; oversize dan candy. Tapi

ternyata, dua kata ini tidak cukup mendeskripsikan Mega dengan baik karena

ternayata tim casting membawa pemain yang tidak cukup besar untuk menjadi

Mega dan saat syuting dimulai penampilan Mega pun meleset.

55

Penulis mencoba menganalisa penyebab kesalahan dari casting dan

wardrobe ini.

1.) Penulis kurang detil dalam memberikan ukuran dan gambaran, seperti

apa oversize yang penulis maksud.

2.) Pendalaman skenario dan karakter kurang dilakukan, sehingga terjadi

perbedaan visi ditambah dengan penulis tidak menyantumkan secara

jelas fisilogi Sisy pada skenario.

3.) Tim casting terlalu cepat memutuskan dan terlalu cepat untuk puas.

4.) Tim terpaku kepada looks dari pada kebutuhan skenario.

Mega berumur 25 tahun dengan penampilan yang sangat berwarna.

Warna-warna yang ia kenakan adalah warna-warna muda yang

menggambarkan bahwa Mega sangat energik dan menggemaskan. Warna-

warna yang dikenakan Mega, bukan hanya berdampak kepada dirinya sendiri,

tapi berdampak kepada orang yang melihatnya. Bayu, menjadi ikut berenergi

ketika bersama Mega.

Tubuhnya yang besar, mengindikasikan bahwa Mega, sangat menyukai

makanan. Makanan inilah yang menjadi musuhnya dalam mendapatkan

keturunan. Yang paling penting dari fisiologi Mega, memang berat badannya.

Tapi tinggi badan juga menentukan relasinya bersama Bayu. Mega sengaja

penulis deskripsikan memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari Bayu di

maksudkan agar Mega menjadi opposite dari Sisy. Seperti yang sudah penulis

sampaikan sebelumnya mengenai tinggi badan Sisy dan Bayu yang

56

menyebabkan atmosfer tidak seimbang, tinggi badan Mega juga menjadi

penting.

Kebiasaan Mega mengikat rambutnya, baik dikepang maupun di ikat

ekor kuda, menggambarkan bahwa Mega memiliki kepribadian yang tidak

kompleks dan lebih natural. Berbeda dengan Sisy yang memiliki rambut

panjang dan selalu ditata sedemikian rupa.

Saat produksi berlangsung penulis menemukan bahwa bukan hanya

karakter Mega yang gagal ditemukan, namun juga Bayu yang ternyata diluar

ekspektasi penulis.

Ketidaksesuaian karakteristik pemain untuk karakter Mega membuat

penulis merasa sangat tidak puas karena artinya apa yang ingin penulis

sampaikan tidak bisa tersampaikan. Pesan bahwa Mega tidak memiliki anak

dikarenakan tubuhnya yang besar. Ternyata, ketidakpuasan ini bukan hanya

dirasakan oleh penulis namun juga disadari oleh aktor lain yang memerankan

Bayu.

Emil Kusumo, menanyakan bagaimana logika jalannya cerita ketika

karakter Mega yang seharusnya berbadan besar, ternyata dipernakan oleh

perempuan yang ‘hanya’ berukuran L(arge). Ini adalah pertanyaan yang sangat

masuk akal. Namun, pertanyaan ini membuat penulis malu, karena

ketidaksesuaian ini malah disadari oleh orang lain yang baru bergabung di

produksi film ini. Kenapa malah aktor yang mempertanyakan ini, bukan crew

SUMPIT itu sendiri.

57

4.2.1.2 Sosiologi

Lingkungan memiliki pengaruh kuat dalam membentuk watak seseorang.

Bagaimana lingkungan memperlakukan orang tersebut, dan seperti apa

pandangan orang itu terhadap lingkungannya, menghasilkan sikap dan tindakan

seseorang dalam lingkungannya.

Yang memiliki darah Tionghoa bukan hanya Babeh, Bayu pun begitu.

Darah Tionghoa Bayu, mempengaruhi bagaimana lingkungannya

memperlakukannya. Ia dianggap sebagai orang lemah oleh Sisy.

Ras, bukan satu-satunya yang mempengaruhi watak Bayu. Walaupun

darah Tionghoa Bayu, menjadi pendukung cerita yang penting, tapi ada banyak

unsur yang mempengaruhi kepribadian Bayu. Dalam pendekatan sosiologi

penulis membangun karakter Bayu berdasarkan kesukuan, jenis pekerjaan,

kehidupan dirumah, dan posisi di komunitas.

Seperti yang penulis sudah sebutkan bahwa ciri terpenting dari seorang

Bayu adalah bentuk mata yang sipit, pundak yang turun, dan ukuran penis yang

dibawah rata-rata ukuran pria Indonesia. Ciri ini penting karena berhubungan

dengan aspek sosiologi Bayu yang berdarah Tionghoa dan jenis pekerjaannya.

Rasis masih terjadi di Indonesia bahkan kota besar seperti Jakarta. Menurut

penulis, ada beberapa alasan pelecehan ras terjadi.

1.) Tionghoa dianggap sebagai ras pendatang sehingga bagi masyarakat

yang masih pelakukan pelecehan ras merasa tidak memiliki hubungan

persaudaraan.

58

2.) Isu komunis yang sempat terjadi di Indonesia pada 1965. Sehingga,

beberapa oknum masih terbawa oleh ideologi mengerikan pada jaman

itu yang ternyata ideologi itu tidak dapat hilang dalam tujuh dekade,

sehingga dapaknya masih bisa dirasakan hingga sekarang.

3.) Isu mengenai ukuran penis orang Tionghoa yang lebih pendek

dibanding suku lain. Penelitian yang dilakukan oleh perusahaan

kondom Durex, penis terkecil dimiliki oleh Asia, tetapi bukan negara

Cina, melainkan Korea Selatan dan Indonesia berada enam tingkat di

atas Cina. Ukuran penis menjadi gengsi tersendiri bagi masyarakat

yang memegang darah keturunan patrilineal. (“Hasil Survey Ukuran

Penis Pria Menurut Ras,” n.d.; Babesajabu, 2011).

Dari ketiga isu diatas, penulis menjadikan isu ketiga sebagai salah satu

latar belakang masalah Sisy yang merasa tidak pernah mendapatkan kepuasan

seksual dari Bayu. Masalah ini diperparah dengan sikap Bayu yang mudah

tertekan.

Bukan hanya situasi rumah yang membuatnya tertekan, tetapi

pekerjaannya yang dibelakang meja dengan rutinitas yang sama membuatnya

semakin stress. Penulis tidak begitu spesifik tentang jabatan dan pekerjaan

Bayu di kantor. Namun jenis pekerjaan Bayu penulis identifikasikan sebagai

pekerjaan dibelakang meja, yang selalu berkutat dengan kertas-kertas, dan tiap

harinya aktivitas yang dilakukan di Bayu selalu sama. Di kantorpun, Bayu

59

tidak begitu diperhitungkan, dari segi pertemanan Bayu tidak begitu memiliki

banyak waktu karena hidupnya harus terbagi untuk Sisy dan Mega.

Sisy termasuk kedalam karakter yang berhasil membagi hidupnya dengan

seimbang. 80% harinya, Sisy habiskan di luar rumah untuk bekerja, berbelanja

atau sekedar mengopi di cafe.

Kesibukannya diluar rumah membuat Sisy tidak begitu merasa harus

untuk memiliki anak. Kesibukannya berhubungan erat dengan kehidupannya di

rumah bersama Bayu. Sisy bisa melakukan aktivitasnya sendiri tanpa Bayu.

Sisy merasa, dengan ia memiliki anak dari Bayu, semakin ia terikat dengan

pernikahannya bersama Bayu.

Jauh berbeda dengan Sisy, Mega lebih sering menghabiskan waktu di

rumah dan di taman kanak-kanak. Mega menjadi guru TK di dekat rumahnya.

Kedua tempat ini menjadi tempat yang nyaman bagi Mega. Rumah membuat

Mega merasa sebagai kunci dari kasih sayang sebuah keluarga, dan TK

membuat ia menyadari bahwa hidupnya benar-benar belum sempurna sebagai

seorang ibu jika belum melahirkan seorang anak. Mega sangat menyukai anak-

anak dengan segala dunianya.

Penulis tidak menuliskan adegan karakter-karakter ini di tempat kerjanya

dikarenakan masalah panjanganya durasi pada film. Jika penulis bisa

menghiraukan ketentuan tersebut atau menulis kembali skenario SUMPIT

dalam format feature film, penulis akan menambahkan adegan-adegan karakter

ini dengan kehidupan di kantornya. Seperti ketika Mega sedang di TK bersama

60

anak-anak disekelilingnya, Sisy dengan kariernya sebagai fashion stylist, dan

Bayu yang terlihat sangat bosan dengan tumpukan kertas-kertas di kantornya.

Adegan ini jelas akan memperkuat identitas dan kedalaman pada cerita.

4.2.1.3 Psikologi

Masih berlandaskan teori milik Egri (1960, hal.33-37), psikologi seseorang

merupakan hasil gabungan dari dua dimensi yaitu Fisiologi dan Sosiologi

orang tersebut. Kombinasi dua dimensi ini menghasilkan ambisi dalam hidup,

rasa frustasi, watak, tingkah laku, dan kepribadian. Teori ini berlaku untuk

karakter Bayu, Sisy dan Mega, serta keempat karakter lainnya di cerita

SUMPIT.

Pada Bayu misalnya. Bayu memiliki fisiologi yang dipengaruhi atau

terpengaruh dari dimensi sosiologinya, yang kemudian menghasilkan watak

dan kepribadian yang menjadi karakteristiknya di cerita SUMPIT.

Bagaimana Bayu berpakaian yang selalu selalu memakai kemeja dengan

sweater menggambarkan status sosialnya dan jenis pekerjaan yang ia kerjakan.

Baju yang kurang rapi juga menggambarkan dampak dari orang-orang

disekitarnya memperlakukannya, sehingga memunculkan rasa frustasi. Bentuk

matanya yang sipit karena menunjukan kesukuannya yaitu Tionghoa yang

merupakan bagian dari pendekatan sosiologi.

Penulis mencantumkan warna dominan yang sering Bayu gunakan

dengan maksud menunjukan bahwa hidupnya begitu datar dan tidak berwarna.

61

Warna ini juga menggambarkan bagaimana Bayu memandang hidupnya

dengan pesimis.

Selain hal-hal diatas, tinggi badan Bayu juga menciptakan dampak

psikologis Bayu. Tinggi badan yang tidak tinggi dari Sisy membuat Bayu pun

merasa tidak dapat mengendalikan, memimpin hubungannya bersama Sisy dan

akhirnya berdampak kepada kehidupan pernikahannya.

Karena begitu tertekannya Bayu dengan pernikahannya bersama Sisy,

Bayu menjadi merasa harus mencari kebahagiaan dari orang lain yang bisa

sama-sama saling menghargai dan mengasihi. Bayu mendapatkan itu semua

dari Mega.

Jika diurutkan kedalam sebuah tabel, akan terlihat seperti dibawah ini.

Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Bayu

Fisiologi Sosiologi Psikologi

Bahu Turun. Pegawai yang dibawah tekanan. Pesimistis

Mata Sipit. Berdarah Tionghoa. Inferiority.

Sweater rajut. Pakaian Semi Kehidupan seksual yang buruk Introvert.

formal. Tidak rapi. bersama Sisy. frustasi.

TB: Lebih pendek dari Sisy. Kehidupan yang penuh kasih Pengalah.

Warna Dominan: Abu-abu bersama Mega.

Merasa harus mencari

kebahagian dari orang lain.

Small Penis.

Tidak percaya Diri.

Mega menyadari bahwa tubuhnya yang besar tidak sesempurna tubuh

wanita pada umumnya tetapi bukan itu yang membuat Mega merasa tidak

sempurna. Dengan memiliki Bayu, Mega sudah merasa cukup bahagia, dan

sejenak dapat melupakan kekurangan fisiknya. Semakin ia mencurahkan kasih

sayangnya terhadap Bayu, semakin Mega menyadari ada sesuatu yang belum

62

lengkap. Mega merasa ia akan menjadi wanita yang sempurna ketika rahimnya

dapat mengandung dan melahirkan seorang anak.

Lingkungannya tempat kerjanya Mega membuat Mega memiliki banyak

waktu untuk membagi perhatian ke anak kecil. Pada skenario, tempat kerja

Mega tidak menjadi salah satu scene, lingkungan tempat kerjanya sekolah TK

menjadi background karakter yang penting, karena ini menjadi alasan mengapa

Mega dapat begitu menginginkan seorang anak dan keinginannya terlihat dari

penampilan, Mega sangat kasual dan santai, dengan warna dominan yang ceria

dan pastel. Selain lingkungan kerjanya, rumah juga menjadi pendorong Mega

merasa kesepian sehingga semakin memperkuat ambisinya.

Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Mega

Fisiologi Sosiologi Psikologi

Over Weight. Guru TK. Ingin memiliki anak.

Rambut selalu diikat rapi.

Rumah adalah tempat

ternyaman nya. Ceria dan kasual.

Warna dominan: Pastel Hubungan pernikahan yang Penyayang.

bahagia bersama Bayu. Merasa kebahagiaannya ber-

sama Bayu belum sepenuhnya

sempurna.

Dampak dari fisiologi dan Sosiologi dari Sisy adalah rasa percaya diri

yang tinggi. Rasa percaya diri mendukung pekerjaannya yang menuntut untuk

bertemu dengan orang banyak. Penulis tidak begitu spesifik dengan jenis

pekerjaan Sisy, namun pekerjaan yang mewajibkan Sisy untuk bertemu dengan

orang banyak dengan penampilan yang menarik akan mendukung karakter Sisy

yang optimis, percaya diri, superior dan berambisi tinggi.

63

Dalam hubungan pernikahannya bersama Bayu, Sisy sudah tidak

mempunyai keinginan apapun bersama Bayu. Apa yang ia butuhkan dari

seorang suami tidak bisa ia dapatkan dari Bayu. Bayu terlalu lemah untuk Sisy.

Hubungannya bersama Jarwo pun masih belum terlalu jelas. Sisy

menginginkan kepastian hubungan yang lebih serius dari Jarwo, laki-laki yang

menurutnya dapat menyelamatkan hidupnya dari Bayu.

Kekurangan pada pendalaman karakter yang paling fatal oleh penulis

adalah ketika ternyata hubungan antara Sisy dan Bayu, Bayu dan Mega, secara

logika hampir tidak mungkin terjadi.

Penulis membuat hubungan Sisy dengan Bayu sebagai suami istri yang

diujung perceraian, namun Sisy masih ragu karena Jarwo pacarnya belum

memberikan kepastian kelanjutan hubungan yang lebih serius. Sama dengan

Sisy, Mega juga berstatus istri dari Bayu. Hubungan mereka bahagia.

Pernikahan mereka diketahui oleh ayah dari Mega yaitu Jarwo. Berati dalam

hal ini hubungan pernikahan Mega dan Bayu adalah legal secara hukum.

Ketidakmungkinan ini karena dalam hukum Indonesia, tidak

dimungkinkan terjadi dua pernikahan secara sah atas satu nama laki-laki,

namun bukan masuk kedalam kategori poligami. Jika pernikahan tetap terjadi,

salah satu pernikahan harus berstatus dibawah tangan atau Siri. Sedangkan,

kedua pernikahan baik pernikahan milih Sisy dan Bayu, atau Bayu dan Mega,

tidak bisa jika salah satunya berstatus Siri.

64

Jika pernikahan Bayu dan Sisy adalah Siri, Sisy tidak akan merasa terikat

dengan pernikahan tersebut. Kalaupun mereka cerai, sejak awal memang

hukum tidak mengakui pernikahan mereka, sehingga Sisy tanpa beban akan

segera meninggalkan Bayu ketika ia merasa sudah muak bersama Bayu. Dan

hal ini bertentangan dengan plot Bayu dan Sisy pada SUMPIT.

Jika pernikahan Bayu dan Mega yang berstatus Siri, itu lebih tidak

mungkin terjadi, dikarenakan Jarwo mengetahui pernikahan ini dan bertindak

sebagai wali dari perempuan. Dengan adanya wali perempuan, pernikahan

Bayu dan Mega adalah sah di hadapan hukum. Selain itu, jika memah

pernikahan mereka siri, tentu status pernikahan ini terasa tidak adil untuk Mega

yang sangat menginginkan pernikahan yang bahagia dengan memiliki anak.

Lalu, jika penulis mengetahui status pernikahan ini tidak mungkin terjadi,

mengapa hubungan mereka tetap ada pada cerita? Telah penulis bahas

sebelumnya, bahwa ketika skenario ini ditulis dengan format film pendek,

penulis harus fokus kepada konflik keenam karakter ini. Hasilnya, ketika

penulis kembali menganalisa kedalaman cerita pada SUMPIT, barulah penulis

sadari, bahwa penulis telah luput dari status pernikahan mereka.

Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Sisy

Fisiologi Sosiologi Psikologi

Tinggi semampai. Berhubungan dengan banyak Optimis / Percaya diri

Fashionable. orang. Superior.

Menggunakan sepatu

berhak. Cafe untuk relax. Ambivert.

Hubungan pernikahan yang Ambisi: Mendapatkan

mengambang. kepastian hubungan.

65

Dalam mengembangkan masing-masing karakter, seringnya penulis

memulai dari masalah utama dari masing-masing karakter. Dari masalah itu

barulah penulis mengembangkan latar belakang karakter itu dan membuat

rumusan apa yang ia inginkan dan apa yang ia butuhkan, lalu berangkat kepada

cara bagaimana ia mendapatkan apa yang ia inginkan dan ia butuhkan.

Dari analisa-analisa penulis diatas, penulis menyadari bahwa ada adegan-

adegan penting yang dapat memperdalam karakteristik tiap karakter, luput dari

skenario SUMPIT. Namun, ternyata detil-detil adegan yang seharusnya tertulis

dalam skenario tidak semuanya dapat dimasukan karena alasan durasi film dan

juga kurangnya pendalaman pada karakter-karakter di SUMPIT.

Skenario Sumpit menjadi lebih efektif ketika penulis dapat memasukan

adegan-adegan yang tertinggal dan luput kedalam skenario SUMPIT, di

bandingkan dengan skenario pada draft terakhir. Pengalaman ini sendiri membuat

penulis menyadari pentingnya pendalaman setiap karakter dengan sangat detil.

4.2.2 Tema Sebagai Penghubung antar Plot

Tema dalam skenario film pendek SUMPIT adalah berupa pilihan. Tema

SUMPIT adalah mana yang lebih baik, bersikeras untuk mencari pasangan yang

tepat, walaupun harus saling menyakiti, atau hidup sendiri dan tidak ada

seorangpun yang dikorbankan . Tema cerita SUMPIT dalam bentuk pilihan,

karena pada akhir cerita penulis tidak memberikan jawaban atas pilihan tema

66

SUMPIT tersebut. Penulis ingin membebaskan penonton untuk memilih dengan

jujur.

Babeh, sejak awal memang memilih untuk hidup sendiri tanpa pasangan. Ia

merasa sudah cukup bahagia dengan kesendiriannya. Namun ketika Jarwo mulai

menghampirinya ke wilayah nyamannya Babeh, yaitu dapur, Babeh mulai

kehilangan rasa percaya dirinya dalam memilih kesendiriannya. Babeh mulai

mempertanyakan kembali apakah lebih baik sendiri atau berpasangan.

Bagi penulis tema berperan penting karena skenario film pendek SUMPIT,

penulis menggunakan lima plot ditambah dengan cerita yang diceritakan secara

tidak berurutan, tema menjadi hal yang sangat penting.

Pada plot milik Mega dan Bayu tema dijawab dengan lebih baik memiliki

pasangan dengan begitu manusia dapat saling menopang ketika salah satu terjatuh,

dan sama-sama berjalan menuju tujuan utama. Hal ini tergambar dari bagaimana

pasangan ini bersama-sama saling mendukung dan sabar. Tema ini terlihat di

hampir semua adegan Bayu bersama Mega.

Adegan ketika Sisy ingin untuk berhubungan seks namun lebih memilih

untuk merokok menjadi kunci tema pada plot ini. Ketika Sisy merokok, Bayu

yang berbaring membelakangi Sisy tergangu dengan asap rokoknya. Bayu

meminta untuk mematikan rokoknya, Sisy kesal dan menyatakan bahwa rokoknya

lebih memuaskan dari pada penis Bayu. Bayu memilih untuk tidur di luar kamar.

Dalam adegan ini terlihat bahwa Bayu lebih memilih untuk keluar dari

kamar dan mengalah, sedangkan Sisy sejak awal memilih untuk melawan demi

67

kenyamanan dirinya. Penulis ingin menggambarkan bahwa hubungan yang tidak

dilandasi dengan rasa nyaman dan keseimbangan hanya akan membuat individu

dalam hubungan itu tertekan dan tidak bebas.

Penulis tidak menuliskan adegan Bayu dan Sisy yang akhirnya

mempertanyakan sedang apa mereka selama ini di dalam hubungan yang

mengambang. Jika adegan ini ditulis, mungkin terasa akhir plot milik mereka

memiliki resolution. Pembahasan mengenai plot, akan penulis bahas lebih janjut

pada subbab berikutnya.

Pada akhirnya pada subplot ini, kedua karakter lebih memilih untuk mencari

kebahagiaan dengan orang yang lain karena mereka tetap percaya bahwa manusia

memang membutuhkan pasangan.

Plot Sisy dan Jarwo. Penulis membicarakan mengenai pengakuan dan

kepastian adalah sesuatu yang penting. Sisy belum berani menceraikan Bayu

karena ia belum memiliki kepastian hubungan bersama Jarwo. Ketika Jarwo

akhirnya berjanji akan memperkenalkan Sisy sebagai calon istrinya, Sisy merasa

siap untuk melangkah untuk meninggalkan cinta yang lama.

Kegundahan Sisy, mengenai hubungannya bersama Jarwo, membuatnya

bertanya bertanya, ‘kapan?’ pada Jarwo. Dan ternyata Jarwo pun tidak kunjung

memperkenalkannya karena Sisy masih dalam status istri Bayu.

Kesiapan Sisy untuk melangkah ada pada adegan ketika Sisy melihat pesan

dari Jarwo yang mengajaknya untuk memperkenalkannya sebagai calon istrinya,

68

dan Sisy membuang cincin pernikahannya bersama Bayu kedalam kloset. Yang

tidak diketahui Sisy adalah bahwa Jarwo memiliki hubungan dengan Adit

Hubungan Jarwo dan Adit tidak menjadi fokus untuk penulis. Hubungan ini

penulis jadikan sebagai penguat karakter dari Jarwo yang memang adventurous,

dan karakter Adit yang bisexual.

Karakter Jarwo yang senang ‘berpetualang’ menjadikan karakter yang

belum ingin berkomitmen. Keputusan Jarwo untuk memperkenalkan Sisy, muncul

karena Jarwo melihat foto Sisy bersama Bayu, suami dari Mega, anaknya. Yang ia

tidak tahu adalah hubungan Adit dan Lintang.

Plot Adit dan Lintang muncul dengan konflik Lintang yang takut gendut dan

Adit yang ingin menjadi laki-laki pada umumnya. Lintang yang ingin mencoba

berbagai macam hal yang baru dengan mudahnya menyetujui keinginan Adit

untuk berhubungan seksual. Keputusan Lintang ini berdampak kepada kehamilan.

Kehamilan ini sangat menakutkannya, karena artinya ia akan berbadan besar.

Yang membuat Adit bimbang adalah apa yang ia harus lakukan ketika

perempuan yang ia hamili adalah anak dari pacarnya. Namun, ketika Lintang

memutuskan untuk menggugurkannya, keingan Adit untuk bersama Lintang lebih

besar, walaupun Adit tetap kegundah dengan hubungannya bersama Jarwo.

Dari analisa penulis diatas, penulis menyadari bahwa penulis kurang

mendalam dalam menulis skenario karena adegan-adegan yang sebenarnya akan

lebih baik jika dimasukan kedalam skenario. Cerita SUMPIT dengan ensemble

character dengan lima subplot memang kurang tepat jika diaplikasikan dalam film

69

pendek. Masalah durasi membatasi perkembangan masing-masing plot dan

perkembangan karakternya. Jika adegan-adegan yang saat ini tidak terdapat pada

skenario dapat penulis masukan, film SUMPIT akan berformat feature film.

4.2.3 Struktur Plot dalam film dengan Ensemble Characters

Pada teori paradigm Field (2005, hal.23), dijabarkan bahwa cerita terbagi menjadi

tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Berlandaskan teori itu, penulis

memodifikasi teori tersebut yang penulis sesuaikan dengan struktur skenario film

pendek SUMPIT, yang menggunakan banyak karakter dengan banyak plot.

Pada saat penulisan skenario SUMPIT, penulis tidak menjadikan teori ini

sebagai patokan yang harus diikuti, sehingga struktur dalam skenario SUMPIT

adalah seperti di bawah ini.

4.2.3.1 Babak I: Awal

Pemodifikasian itu terjadi seluruh babak. Setiap babak, penulis bagi lagi

menjadi 5 plot. Pada babak I, karakter-karakter diperkenalkan secara

bergantian dan berhubungan. Karakter memiliki ceritanya sendiri dan menjadi

bagian cerita dari karakter lain.

Jika dilihat, struktur screen time babak set- up adalah sebagai berikut.

70

Gambar 4.2.3.1 Struktur plot pada babak I

Perkenalan pada babak I, dimulai dari Babeh. Perkenalan Babeh, tidak

penulis jadikan fokus, namun Babeh memiliki peranan penting dalam

perkenalan keenam tokoh ini. Babeh sebagai outsider dari keenam tokoh ini

yang akan memperkenalkan mereka kepada penonton.

Perkenalan pertama adalah Lintang. Lintang diperkenalkan sebagai

peremuan yang beremosi labil dan berapi-api. Perkenalan Lintang dibuka

dengan adegan Lintang yang sedang menuangkan banyak sambal pada

bakminya. Dari kedai bakmi, perkenalan berpindah ke rumah Lintang ketika,

Jarwo berbicara ingin mengenalkan mama barunya. Dari rumah, scene

berpindah ke dalam mobil, Lintang masuk mobil Adit. Dari adegan ini, Babeh

diantar untuk memperkenalkan Adit.

Adit dikenalkan sebagai laki-laki yang sangat mementingkan penampilan

dan kebersihan. Penampilannya membuat Adit terlihat cerdas. Scene

berpindah dari kedai bakmi ke parkiran mobil. Di scene ini, Adit diperkenalkan

71

sebagai laki-laki penyuka sesama jenis yang lebih tua. Hal bahwa Adit seorang

yang mementingkan penampilannya ditunjukan dengan adegan Adit yang

mengaca mengecek penampilannya, tapi adanya sedikit kotoran kecil di jendela

mobil tempatnya ia mengaca, membuatnya risih, dan akhirnya

membersihkannya. Setelah adegan ini, Adit yang bertemu dengan seorang laki-

laki dan merangkulnya, mengantarkan Babeh, kepada perkenalan laki-laki yang

bernama Jarwo.

Dari parkiran mobil, scene kembali kedalam kedai bakmi Babeh. Jarwo

yang sedang menancapkan sumpitnya kedalam bakminya sambil

menambahkan daun bawang. Hal ini menggambarkan Jarwo sebagai orang

yang slengean dan melakukan apa yang ia ingin lakukan, terutama bersenang-

senang. Scene berpindah ke dalam kamar, Jarwo sedang memakai celananya,

lalu mengambil tiga hal dari meja, dompet, handphone, dan kondom. Adegan

itu menjadi adegan yang membawa Babeh, memperkenalkan Sisy.

Sisy diperkenalkan sebagai wanita yang mandiri dan arogan.

Kearoganannya tergambar dari sikapnya terhadap suaminya. Sisy dengan

santai merokok di dalam kamar tidur mereka, tanpa menghiraukan Bayu.

Adegan ini mengantarkan Babeh memperkenalkan dua karakter terakhir.

Pada bagian set-up terakhir, Babeh memperkenalkan dua karakter

sekaligus. Adegan Bayu di kamar Sisy sebagai awal perkenalan. Adegan

berpinadah ke kedai bakmi milik Babeh untuk memperkemalkan Bayu dan

Mega, sekaligus. Yang ingin penulis perkenalkan dari pasangan ini adalah

72

bagaimana pasangan ini begitu harmonis dan saling menyayangi. Dari

perkenalan ini, penulis langsung memasukan Plot point I.

Plot point I merupakan kejadian yang membawa seluruh karakter

kedalam babak konfrontasi, yaitu ketika Jarwo mengumumkan bahwa akan ada

makan malam bersama pada tanggal satu nanti. Plot point ini dimulai ketika

Mega berada di kedai bakmi dan memberitahukan kepada Babeh bahwa ia

bersama keluarganya akan makan malam di kedai itu. Adegan itu berbarengan

dengan adegan ketika Babeh mengira Mega sudah Hamil.

4.2.3.2 Babak II: Tengah

Setelah semua karakter diperkenalkan satu persatu, penulis baru bisa berjalan

maju ke babak II yaitu Confrontation. Struktur drama pada setiap pasangan

tetap seperti apa yang dikemukakan oleh Syd Field. Namun, dalam struktur

plot, tampilannya akan berbeda.

Jika semua plot di gabungkan kedalam satu garis babak, akan terlihat

seperti ini.

73

Gambar 4.3.2.2 Struktur plot pada babak II

Pada babak ini, penulis mulai fokus dengan masalah-masalah pada

setiap pasangan.

Penulis mulai babak ini dengan Lintang dan Adit yang akan

berhubungan seksual. Lintang yang sebenarnya penasaran dengan seks, ada

sedikit keraguan jika ternyata ia hamil. Adit yang sudah sangat mengerti hal

seperti ini dengan tenang menunjukan alat pengaman dan meminta Lintang

untuk memastikan rumahnya kosong. Masalah pertama muncul ketika Adit

terkaget mengetahui Jarwo adalah ayah dari Lintang dari panggilan pada

handphone milik Lintang, di pagi hari setelah mereka berhubungan seksual.

Masalah yang terjadi antara Bayu dan Mega adalah ketika Mega

memiliki keinginan yang sangat kuat untuk memiliki anak, Bayu yang sangat

sayang kepada Mega tidak tega melihat Melihat diet ketat yang dilakukan

74

Mega. Alasan sayang Bayu yang membuat Bayu membawa Mega ke kedai

Bakmi dan menggagalkan diet Mega tanpa disadari Bayu.

Pada plot milik Bayu dan Sisy, penulis memulainya dari kelanjutan

adegan pada babak perkenalan, ketika Bayu tidur membelakangi Sisy.

Adegan itu dilanjutkan dengan Bayu menegur Sisy karena Bayu sudah sangat

terganggu dengan asapnya. Sisy menutup foto pernikahannya bersama Bayu,

lalu mengutarakan kekesalannya. Bayu memilih untuk keluar kamar dan tidur

di depan TV.

Pada babak ini, penulis menyisipkan adegan ketika Jarwo mengobrol

bersama Babeh. Pada obrolan ini, Jarwo menanyakan kabar babeh yang

masih saja sendiri. Babeh menjawab dengan santai bahwa buat apa berdua

jika dijadikan orang ketiga. Jarwo yang mengerti bahwa Babeh

menyindirnya, Jarwo mengatakan bahwa ini adalah proses pencarian atas

pasangan yang tepat.

Pada adegan itu, penulis ingin menunjukan bahwa Babeh adalah

sebagai karakter yang memiliki pendepatnya sendiri tentang berpasangan.

Babeh merasa lebih nyaman jika ia sendiri. Jarwo yang mewakili karakter

yang lain memiliki pendapat yang berbeda.

Sisy yang menanyakan kapan ia akan diperkenalkan sebagai calon

istri Jarwo, membuat Jarwo juga bertanya, kapan Sisy akan menceraikan

Bayu. Adegan ini adalah adegan sebelum semua adegan yang membicarakan

bahwa Jarwo akan memperkenalkan Sisy, seperti adegan pada babak set-up

75

ketika Jarwo memanggil Lintang untuk mengajaknya makan malam, begitu

juga adegan Mega yang berbicara dengan Babeh akan mengadakan makan

malam di kedainya.

Adegan selanjutnya adalah adegan ketika Jarwo meninggalkan catatan

sebelum meninggalkan kamar Sisy yang sedang tertidur, setelah melihat foto

pernikahan Sisy dengan Bayu.

Yang penjadi plot point kedua adalah saat-saat menjelang makan

malam. Adegan seperti Lintang yang ingin menggugurkan kandungannya dan

Adit yang merasa bisa untuk menjadi ayah dari anak yang dikandung Lintang,

Mega dan Bayu yang akhirnya dikaruniai seorang anak, Sisy yang membaca

catatan dari Jarwo dan siap meninggalkan kehidupannya bersama bayu

dengan membuang cincin pernikahannya didalam kloset.

Menurut teori, struktur cerita SUMPIT berhenti pada plot point II,

karena plot point ini sudah mengungkap resolusi tiap plot. Namun, resolusi

utama pada cerita SUMPIT bukanlah resolusi yang ada pada tiap plot.

4.2.3.3 Babak III: Akhir

Pada babak ini lah penulis membuka resolusi atas konflik yang terjadi selama

rentang waktu menuju makan malam. Babak akhir dimulai, ketika Jarwo

mengundang keluarganya untuk makan malam bersama. Babak ini

seharusnya menjadi resolusi atas semua hubungan yang terjalin diatas.

76

Penulis menjadikan pertemuan keenam pasang mata ini sebagai resolusi

cerita SUMPIT. Mereka akhirnya bertemu dalam satu meja, dan mereka tahu

apa yang sebenarnya sedang terjadi. Setiap karakter ini tahu jika orang-orang

yang bersama mereka tahu apa yang sedang terjadi, tapi pada akhirnya

mereka semua terlalu takut, malu, marah dan gengsi untuk mengakui apa

yang sebenarnya terjadi. Akhir cerita terputus sampai pada makan malam

yang tidak menyenangkan itu. Penulis tidak mengungkapkan dampak yang

terjadi dengan hubungan ini.

Menurut Misbach (2005, hal.69) dalam cerita dikenal istilah antisipasi.

Antisipasi yang dimaksud adalah ketika penonton tidak sadar telah

melakukan prediksi terhadap ending atau akhir cerita. Dalam ending skenario

SUMPIT, penulis membiarkan penonton untuk bebas berekspektasi terhadap

reaksi dan perasaan tiap karakter pada akhir cerita.

Walaupun penulis menyadari struktur ini tidak sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Syd Field, namun penulis cukup merasa babak akhir yang

penulis tulis adalah yang terbaik. Penulis merasa bahwa biarkan pada

akhrinya penonton yang akan merangkum emosi yang keenam karakter ini

rasakan.

Jika penulis mengikuti struktur tiga babak, maka pada babak ini,

penulis akan mengungkap apa yang terjadi setelah Jarwo mengetahui

pacarnya, Adit menghamili anaknya, apa yang akan Mega lakukan jika

mengetahui Bayu masih dalam status suami Sisy yang notabene adalah calon

77

ibu tirinya, dan apa yang akan Lintang lakukan ketika tahu Adit berpacaran

dengan ayahnya.

78

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penulisan laporan tugas akhir ini penulis menganalisa karya tugas akhir

penulis yang berbentuk skenario film pendek berjudul SUMPIT, dan penulis

menemukan masih banyak ketidaksempurnaan dalam skenario SUMPIT. Dibawah

ini adalah kesimpulan-kesimpulan yang dapat penulis rangkum.

Cerita dengan penggunaan banyak karakter yang artinya melibatkan banyak

plot dan objektif cerita tidaklah cocok untuk diaplikasikan pada film pendek yang

hanya berdurasi 15 menit. Ide cerita yang awalnya sederhana sekali menjadi

begitu kompleks dan out of control ketika penulis melibatkan tujuh karakter

dalam satu cerita.

Pada sebuah buku yang penulis baca secara singkat dan disayangkan penulis

tidak dapat menemukan detil tentang buku itu, mengatakan bahwa untuk cerita

dengan format film pendek, lebih baik penulis fokus hanya kepada satu karakter.

Hal ini mengartikan bahwa film pendek menuntut penyederhanaan cerita.

Setelah penulis menyelesaikan laporan ini, teori itu memang benar.

Banyaknya karakter membuat penulis tidak dapat begitu mendalam pada

pengembangan setiap karakter. Setiap detil yang dapat membangun kedalaman

pada cerita dan karakter, dan juga harus ditulis dengan jernih dan jelas agar dapat

menjadi resep yang dapat di terjemahkan dengan visi yang sama oleh seluruh tim.

Kekecewaan yang penulis rasakan pada film SUMPIT adalah banyak sekali

79

adegan-adegan yang tidak terpenuhi, pemilihan cast yang tidak sesuai, dan

pastinya perubahan cerita sesuai kehendak sutradara.

Kekecewaan itu tidak lepas dari kurangnya penulis melakukan development

bersama produser dan sutradara. Komunikasi dengan tim, membuat relasi yang

baik dengan mereka, development sesering mungkin, memastikan bahwa tim

memiliki visi yang sama adalah yang dasar yang harus dibangun sejak awal.

Dalam karya pertama penulis, Skenario SUMPIT masih jauh dari sempurna.

Penulis harus banyak melakukan research, membaca buku, traveling, dan

menonton film. Pengalaman-pengalaman dengan duni luar membuat imajinasi dan

pengetahuan bertambah.

Pepatah mengatakan bahwa pelajaran terbaik adalah belajar dari

pengalaman orang lain. Skenario yang sempurna akan menjadi sumber inspirasi

yang tepat untuk para penulis baru. Namun, skenario yang memiliki banyak

kekurangan dan kemudian kekurangan-kekurangan itu dapat dianalisa, membuat

kekurangan-kekurangan itu diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang

sempurna bagi kita semua.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman penulis dalam menulis skenario film pendek SUMPIT,

penulis merasa perlu untuk membagi saran kepada teman-teman yang ingin

membuat skenario film pendek.

1.) Pilihlah cerita yang sederhana. Dari cerita yang sederhana, buatlah

skenarionya dengan luar biasa.

80

2.) Hubungan segitiga antara penulis, produser, dan sutradara harus terus

dijaga. Kembangkan cerita bersama-sama, pastikan ketiga orang ini

memiliki visi yang sama.

3.) Jika sandal jepit berwana biru dengan tali yang putus terdapat di ujung

ruangan adalah detil yang harus ada pada layar, tulislah dalam skenario.

Penulis juga ingin membagikan saran untuk teman-teman yang akan

mengambil Tugas Akhir.

1.) Apa yang di dapat dari kampus mungkin berguna, hanya 10 persen

yang dapat diaplikasikan, sisanya ada di sumber lain seperti buku yang

mungkin juga tidak ada di perpustakaan UMN.

2.) Konsultasi bimbingan baik karya Tugas Akhir maupun laporan, sangat

penting. Dosen pembimbing akan selalu bersedia membimbing ketika

penulisan berada pada kemacetan.

3.) Tugas akhir akan menyita banyak waktu dan tenaga. Tidak adanya

beban SKS lain selain tugas akhir akan sangat meringankan dalam

penulisan laporan tugas akhir.

81

DAFTAR PUSTAKA

Andrew, R. (2010). Top Ten Ensemble Film. Retrieved November 1, 2012, from

Thefilmstage.com website: http://thefilmstage.com/features/top-ten-

ensemble-films/

Balázs, B. (1970). Theory of the Film: Character and Growth of a New Art. NY:

Dover

Bebesajabu. (2011). Peringkat Negara ‘Terbaik’ Berdasakan Ukuran Penis.

Retrieved December 18, 2012, from bebesajabu.wordpress.com website:

http://babesajabu.wordpress.com/2011/10/28/peringkat-negara-terbaik-

berdasarkan-ukuran-penis/

Misbach, Y.B. (2010). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: FFTV

Institut Kesenian Jakarta.

Byington, D. (2010). (500) Days of Summer – Blu-ray Disc Review. Retrieved

September 20, 2012, from http://www.highdefdiscnews.com/?p=32783

Caldarescit, C. (Producer). (2011). A Brief History of Film-Animated

Documentary. Project Happening. Podcast retrieved September 20, 2012,

from youtube.com website: http://www.youtube.com/watch?v=BKJqeJ48CPs

Calivis, D. (2012). Story Maps: How to Write a Great Screenplay. CA: Act Four

Screenplays.

Catharsis. (n.d.). Collins English Dictionary - Complete & Unabridged 10th

Edition. Retrieved January 06, 2013, from Dictionary.com website:

http://dictionary.reference.com/browse/catharsis

Christensen, T.E. (2009). What is an Adapted Screenplay?. Retrieved October 18,

2012, from wisegeek.com website: http://www.wisegeek.com/what-is-an-

adapted-screenplay.htm

82

Cinemafanatic. (2010). The American Society of Cinematographers Names Amelie

Best – Shot Film From 1998-2008. Retrieved September 20, 2012, from

http://cinema-fanatic.com/2010/06/29/the-american-society-of-

cinematographers-names-amelie-best-shot-film-from-1998-2008/

Costello, J. (2004). Writing A Screenplay. Vermont: Trafalgar Square Publishing.

Cowgill, L.J. (2008). The Art of Plotting: Add Emotion, Suspense, and Depth to

Your Screenplay. New York, NY: Lone Eagle.

Cowgill, L.J. (n.d).Ensemble Films: The Gang’s All Here. Retrieved February 4,

2013, from http://www.plotsinc.com/sitenew/column_art_10.html.

Debjyoti. (2010). Watchmen (2009). Retrieved September 20, 2012, from

http://debmoviereviews.blogspot.com/2010/07/watchmen-2009.html

Dyas, D.R. (1993).Screen Writing For Television and Film. United States of

America, USA: Brown & Benchmark.

Egri, L. (1960). The Art of Dramatic Writing. New York,NY: A Touchstone

Book.

Ensemble. (n.d.). Dictionary.com Unabridged. Retrieved February 01, 2013, from

Dictionary.com website: http://dictionary.reference.com/browse/ensemble

Fashion-Model. (2012). Archieve: Novembre,2012. Retrieved December 20,

2012, from http://fashion--model.tumblr.com

Field, S. (2005). Screenplay. NewYork, NY: Bantam Dell.

Film. (2002). The Free Dictionary. Retrieved October 16, 2012, from

thefreedictionary.com website: http://www.thefreedictionary.com/film

83

Freeze Frame Eadweard Muybridge’s Photography of Motion. (n.d). American

History. Retrieved October 18, 2012, from americanhistory.si.edu website:

http://americanhistory.si.edu/muybridge/

Hawk, R. (2003). What is a Subplot?. Retrieved January 4, 2013, from

Wisegeek.com website: http://www.wisegeek.com/what-is-a-subplot.htm

Kelly. (n.d). Hot Nerdy Men. Retrieved December 19, 2012, from weheartit.com

website: http://weheartit.com/entry/14700843#

Mckee, R.(1997).Story: Substance, Stucture, Style, and The Principles of

Screenwriting. New York, NY: Regan Books

McMain, J. (2011). Magnolia (1999). Retrived September 20, 2012, from

http://www.2guys1movie.com/2011/12/magnolia-1999.html

Mudjiyanto, Bambang, & Kenda, N. (n.d). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam

Komunikalogi. Jurnal PenelitianKomunikasi dan Opini Publik. 55-56

Terselubung. (n.d). Hasil Survey Ukuran Penis Pria Menurut Ras. Retrieved

December 18, 2012 from terselubung.blogspot.com website:

http://terselubung.blogspot.com/2010/10/hasil-survey-ukuran-penis-pria-

menurut.html

Nominees and Winners for the 84th Academy Awards. (n.d) The Academy of

Motion Picture Arts and Sciences. Retrieved October 16, 2012, from

oscar.org website:

http://www.oscars.org/awards/academyawards/84/nominees.html

Polish, M. (2010). One: Screenwriting. Movie Maker, 18. Retrieved September

20, 2012 from Moviemakerdigital.com website:

http://www.moviemakerdigital.com/moviemaker/iss95_vol18/iid=20334#pg1

6

84

Raynauld, I. (2005). “Screenwriting” in The Encyclopedia of Early Cinema.

Edited by Abel, Richard. NY: Routledge.

Screen Writing Info.(n.d).Chapter 4: Script Elements. Retrieved November 4,

2012, from screenwriting.info website: http://www.screenwriting.info/04.php

Screenwriter.(n.d). Screenwriter. Retrieved November 14, 2012, from

Creativeskillset.org website:

http://www.creativeskillset.org/film/jobs/script/article_4057_1.asp

Seger, L. (1990). Creating Unforgettable Character. New York, NY: Henry Holt

and Company, LLC.

Smith, S.E. (2003). What are Ensemble casts. Retrieved October 28, 2012, from

wisegeek.com website: http://www.wisegeek.com/what-are-ensemble-

casts.htm

Spec Script. (2010). Act Four Screenplay. Retrieved October 8, 2012, from

actfourscreenplays.com website:

http://actfourscreenplays.com/glossary/spec-script/

Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito

The Script Departement.(n.d).The Script. Retrieved November 14, 2012, from

crativeskillset.org website: http://www.creativeskillset.org/film/jobs/script/

VanCleave, J. (2010). Presistence of Vision: Coins. Retrieved September 20,

2012, from scienceprojectideasforkids.com website:

http://scienceprojectideasforkids.com/2010/persistance-of-vision-coins/

Screenplayology. (n.d). History of Scripting and The Screenplay. Retrievced

December 18, 2012, from http://www.screenplayology.com/content-

sections/screenplay-style-use/1-1/

85

Walter, R. (2010). Essentials of Screenwriting. USA: Plume Books.

86

LAMPIRAN A

CATATAN DEVELOPMENT

Gambar 1 Catatan dalam Proses Development

Gambar 2 Sketsa Hubungan antar Karakter SUMPIT

87

Gambar 3 Catatan dalam Proses Penulisan Laporan

Gambar 4 Illustrasi Penulis pada Kedai Bakmi

88

LAMPIRAN B

FOTO-FOTO PRODUKSI

Gambar 5 Persiapan Syuting Hari Pertama

Gambar 6 Proses breakdown

89

Gambar 7 Foto Penulis Bersama Tim Script Supervisor

Gambar 8 Bagian Akhir Skenario SUMPIT

90

LAMPIRAN C

SKENARIO FILM PENDEK SUMPIT

SUMPIT

(draft 12)

By

Rani Aryani Widjono

[email protected]

1 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BABEH, laki-laki berumur 60 tahunan memakai kaos putih

tipis yang mulai kusam, rambutnya di dominasi warna putih

karena uban, berwajah oriental. Mie yang sudah jadi di

angkat dari panci berisi air mendidih. Mie dimasukan ke

masing-masing mangkok.

(TITLE)

2 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BABEH (VO)

Ini cerita mengenai manusia yang

tidak pernah bisa sendiri. Hanya

ada dua jenis manusia di dunia,

Laki-laki dan Perempuan. Dan,

seperti sumpit, mereka tercipta

untuk saling berpasangan.

BABEH mengambil sepasang sumpit berwarna merah.

Masing-masing di tangan kiri dan kanannya. Mengaduk mie di

dalam mangkok. Meletakan semangkok mie ayam di atas

nampan. BABEH membawa nampan untuk diantarkan. Mangkok

diletakan di meja. Sumpit diletakan terakhir.

BABEH sedang merobek selembar kertas kalender berbentuk

kotak tertanggal 29 February, menjadi tanggal 1 Maret.

Melihat kamera, tersenyum.

3 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BABEH dengan sumpitnya mengaduk mie dengan bumbu di dalam

sebuah mangkok. Dari balik kedainya, babeh mengamati

kebiasaan aneh pelanggannya.

LINTANG menambahkan sambal ke dalam bakminya, dengan cukup

banyak.

MEGA menambahkan cuka sangat banyak.

SISY yang selalu mengusap bibirnya dengan tissue setelah

menyuap mie ayam.

ADIT mengelap bibir gelas, dan melap embun di dinding

gelas yang dingin.

BAYU mengaduk-aduk es jeruknya yang berwarna kuning cerah

dan terlihat menyegarkan. BAYU hanya mengaduknya.

JARWO seseorang menancapkan sumpit di atas makanan.

2.

4 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BABEH (VO)

Yang itu dek Lintang, umurnya

mungkin masih 18 tahun, keliatan

dari emosinya yang masih

berapi-api.

LINTANG meletakan mangkok sambal, lalu menoleh ke kamera,

sambil menggeskan telapak tangannya bersemangat.

5 INT. RUMAH LINTANG - PAGI

LINTANG dengan baju seragam yang di keluarkan sebagian.

JARWO

Papa mau ngenalin calon mama

baru.

LINTANG menengok ke arah JARWO.

LINTANG

Kapan? Ka Mega udah tau?

JARWO

(Membalik halamn koran yang

ia baca.)

Nanti, tanggal 1. Kak Mega yang

ngurusin tempatnya di Babeh.

LINTANG membuka kulkas, mengambil apel. Menyalami tangan

JARWO yang duduk di meja makan. LINTANG keluar. JARWO

menatap LINTANG curiga, hingga Lintang hilang dari

pandangannya.Di belakang JARWO ada lukisan yang didominasi

warna hitam.

6 EXT. KOMPLEKS RUMAH - PAGI

LINTANG Naik mobil, mobil jalan tidak cukup jauh, lalu

berhenti.

7 INT. MOBIL ADIT - PAGI

LINTANG menoleh kebelakang, (wajah ADIT terpotong di

spion) ADIT mengawasi kebelakang dengan spion.

8 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

ADIT melap gelasnya dengan tissue hingga bersih.

BABEH (VO)

Kalau ini dek Adit.

3.

9 EXT. PARTY HOUSE - SORE

BABEH (VO)

Penampilannya selalu menarik, dan

terlihat cerdas.

ADIT turun dari mobil, mengaca pada kaca mobilnya.

Tangannya mengusap kotoran pada pipinya. Ia melihat lebih

dekat ke kaca mobil, ternyata ada sedikit kotoran di

jendelanya. Ia segera membersihkannya dengan tissue lalu

Ia memasukkannya kedalam tong sampah di dekatnya.

BABEH (VO)

o-oh, yang ini-

Ia bertemu dengan JARWO, mencium pipi lalu menggandengnya.

10 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BABEH (VO)

Ini dek Jarwo.

JARWO menancapkan sumpitnya di atas bakminya, sambil

menambahkan daun bawang.

11 INT. KAMAR SISY - MALAM

BABEH (VO)

Ia selalu menghabiskan harinya

dengan bersenang-senang.

JARWO memakai celananya. SISY di atas ranjang, tertidur.

Mengambil benda-benda yang ia akan bawa pergi. Dompet,

kondom, dan Handphone. Menengok ke arah SISY. Pergi.

12 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

SISY mengambil tissue untuk melap bibirnya sehabis menyuap

sesendok bakmi. Lalu membuangnya. Tissue sudah banyak yang

terbuang percuma.

BABEH (VO)

ini non SISY. Tipe wanita yang

mandiri.

13 INT. KAMAR SISY - MALAM

SISY duduk di pinggir ranjangnya, menyalakan rokok.

Mengambil foto SISY dan BAYU berdua yang ada di meja,

tertutup. BAYU tidur membelakangi SISY. Asap rokoknya

mengganggu BAYU.

4.

14 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BAYU mengambil es batu dengan sedotannya, lalu ia makan.

Suara es batu yang ia gigit terdengar.

BABEH (VO)

Yang ini Mas Bayu, alias Mas

Cwiti.

BAYU menatap MEGA. MEGA menatap BAYU. MEGA menatap kamera.

BABEH (VO)

Dan ini Mbak MEGA alias mbak

Cwiti.

Keduanya menatap kamera.

15 EXT. HALAMAN RUMAH BAYU - SORE

BABEH(VO)

Mereka selalu terlihat mesra,

walaupun berat badan Mega menjadi

alasan utama kenapa mereka tidak

memiliki anak. Salah satu jalan

keluarnya adalah Mbak Cwitiku

harus diet. Tapi..

MEGA memakan apel dengan lemas. Di ayunan sudah ada sisa

buah apel sebanyak 6 buah. MEGA kemudian menaruh apelnya

pelan-pelan sambil cemberut di atas keranjang buah di

sampingnya. BAYU datang dan melihat MEGA sedang

membaca-baca majalah bayi yang ada di pangkuannya namun

wajahnya terlihat sedih.

BAYU

(mengelus kepala Mega dan

tersenyum)

Cwitiku?

BABEH (VO)

Mas Cwiti tidak pernah tega

melihat MEGA lemas.

16 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BABEH

Alhasil...

BABEH menggoyangkan kepala memberikan tanda kedatangan

BAYU dan MEGA.

BAYU dan MEGA duduk di kedai BABEH.

BABEH (VO)

Program diet MEGA gagal lagi.

5.

17 INT. PARTY HOUSE - MALAM

Rumah yang ramai dengan orang-orang. Ada meja khusus yang

terdapat botol-botol minuman, dan gelas-gelas wine. Di

dekat meja ada kamar yang sedikit terbuka. ADIT mengambil

minuman. JARWO menghampirinya. JARWO berbisik ke ADIT.

Mereka masuk kamar, JARWO menutup pintu kamar. JARWO

menatap kamera. Pintu kamar.

18 INT. RUANG KAMAR - MALAM

ADIT duduk di kasur, meneguk minumannya, sekaligus. JARWO

berjalan meletakan gelas minumannya.

ADIT menoleh ke JARWO yang berjalan menghampirinya. JARWO

duduk di sebelah ADIT, berbisik. Tangan JARWO menyentuh

dada ADIT.

19 INT. KEDAI BAKMI - SORE

Bayu dan Mega saling tersenyum dan bercanda bahagia.

BABEH

(Mengantarkan Bakminya.)

Eh, Mbak cwiti? Udah berapa bulan

mbak?

MEGA

(bingung. menatap bayu.

Sadar.)

Belum Beh.. Ih kan cwiti kuuu..

aku makin gendut.

BAYU menghibur MEGA.

BAYU

Nggak kok cwiti ku. Siapa tau itu

doa dari Babeh.

BABEH

Eh? Maaf ya mbak cwiti. Saya

pikir sudah. Semoga isi beneran

ya mbak cwiti.

MEGA

(dengan nada sedikit

tersinggung.)

Ih, Babeh, padahal aku baru aja

mau pesen tempat buat makan malam

keluarga entar tanggal satu.

BABEH

Yah, mbak cwiti jangan ngambek

dong. Nanti saya sediaih deh

tempatnya. Kalo perlu saya

kosongin khusus buat mbak cwiti

(MORE)

(CONTINUED)

CONTINUED: 6.

BABEH (cont’d)sama keluarga. Gimana mbak

ciwiti?

BABEH tersenyum menggoda kepada MEGA.

BAYU

Iya Cwitiku, Babeh kan cuma

bercanda. Jangan ngambek ya?

BAYU mengelus kepala MEGA sambil mencoba merayu MEGA.

MEGA

(tersenyum)

Iya cwitiku..

MEGA menoleh ke arah BABEH dengan wajah yang sudah kembali

sumeringah.

20 INT. KEDAI MIE - PAGI

ADIT dan LINTANG saling bertatapan. Mangkok bakmi

dihadapan ADIT kosong. Ada sisa-sisa bakmi yang jatuh di

hadapan LINTANG. Minum mereka habis. Sumpit berada di atas

mangkok mengarah kepada LINTANG. Mereka berjalan menuju

BABEH.

LINTANG

Kalo aku hamil gimana?

ADIT mengambil uang di dompetnya untuk membayar, dari

saku celananya. setelah memberikan uangnya, Adit tersenyum

kepada Lintang.

LINTANG

Pastiin aku nggak akan hamil.

ADIT

Pastiin rumah kosong.

ADIT tersenyum. LINTANG Mereka beranjak dari kedai Bakmi.

BABEH hanya menghela napas, tanpa melihat kepada ADIT dan

LINTANG.

21 INT. KAMAR LINTANG - PAGI

LINTANG dan ADIT tertidur. ADIT mendengar bunyi handphone

berbunyi dan terbangun. Handphone LINTANG berada di meja

sebelah tempat tidur. ADIT mengambilnya dan terlihat

panggilan pada layar handphone tersebut bertuliskan "PAPA"

dan langsung menyadari sosok tersebut.

ADIT

(Berbisik)

Anjing...

Menoleh ke LINTANG yang tertidur. ADIT segera mengemasi

barang-barangnya dan pergi meninggalkan LINTANG.

7.

22 INT. KAMAR SISY - MALAM

SISY duduk di pinggir ranjangnya, menyalakan rokok.

Mengambil foto mereka berdua yang ada di meja, tertutup.

BAYU tidur membelakangi SISY. Asap rokoknya mengganggu

BAYU.

Mata BAYU mengernyitkan dahi. Asap rokoknya semakin

mengganggu BAYU.

BAYU

(menoleh)

Matiin dong.

SISY menoleh. meletakan foto pernikahan di dalam laci.

SISY menghisap rokoknya dalam tarikan nafas panjang,

menoleh ke BAYU seadanya, dan membuang asapnya dengan

sangaja.

SISY

Anjing.. cuma ini yang bisa

muasin gw. More than your penis.

23 INT. RUANG TV - MALAM

Dari luar kamar pintu kamar terbuka.BAYU keluar dari kamar

dengan celana pendek kusut, membawa selimut dan bantal.

Wajah yang kusut.

24 INT. KEDAI BAKMI - PAGI

BABEH merapikan mangkok-mangkok dan gelas-gelas kotor

kedalam sebuah kereta dorong kayu.

ADIT dan LINTANG datang duduk di meja yang sedang di

bersihkan BABEH.

ADIT

Halo ,Beh. 2 ya

BABEH

(Menoleh ke ADIT, mengelap

mejanya.)

Eh, Iya dek Adit, Mau-

LINTANG

(mengkoreksi pesanan ADIT)

Satu aja, beh.

BABEH

Eh?

ADIT

(Menoleh ke LINTANG)

Kok gitu?

(CONTINUED)

CONTINUED: 8.

LINTANG

(menatap ADIT)

Nggak mau. Kamu aja yang makan.

ADIT

(menghela napas kesal.

menoleh ke BABEH)

Iya Beh, satu aja. Pake Bakso,

pangsit, sama ayamnya yang banyak

LINTANG

Jangan Beh, Sayurnya aja

banyakin. Bikin gendut tau ga

sih.

BABEH

Dek Lintang pesen setengah aja,

Gimana?.

ADIT

Duh. Katanya nggak mau makan?

LINTANG menatap ADIT bad mood.

ADIT

Terserah deh, Beh, atur aja.

BABEH

Yaudah, minumnya apa?

ADIT

Yang biasa, Beh. Pake es ya.

BABEH menoleh ke LINTANG, belum sempat bertanya.

LINTANG

Teh manis anget, Beh.

BABEH

Yaudah, sebentar ya.

BABEH menggeleng kepala, menuju dapurnya.

ADIT menggeser duduknya maju.

ADIT

Jangan biasin numpang makan di

piring orang lain.

LINTANG menggeser maju duduknya. Seperti Ada yang hal

serius yang disampaikan.

LINTANG

Aku nggak numpang ya..

(CONTINUED)

CONTINUED: 9.

ADIT

Kalo kamu makan nggak abis, terus

dikasih ke aku, itu namanya apa?

Sama aja itu makanan aku, terus

kamu acak-acak, terus dikasih aku

lagi.

LINTANG

Loh, kan aku yang mesen. Berarti

itu makanan aku.

ADIT

Kalo gitu, jangan biasain ngasih

makanan sisa ke orang.

LINTANG diam. ADIT membetulkan posisi duduknya. LINTANG

menyondongkan badannya kedepan.

LINTANG

(Sedikit berbisik)

Tadi malem aku muntah

ADIT

Nah itu juga tuh. Makanan udah di

makan jangan dimuntahin lagi.

Kamu hargain makanan lah?

Anorexia kamu itu bikin geli tau

nggak sih.

LINTANG

(emosi lintang berubah)

Eh? Aku nggak anorexia! kalo

menurut kamu anorexia itu yang

muntahin makanan, kamu salah! itu

bulimia! Aku nggak bulimia! Aku

cuma nggak mau gendut!

ADIT

(Menatap LINTANG. Ia tahu

LINTANG anorexia. ADIT

menantang LINTANG.)

Kalo gitu kasih tau aku, apa nama

penyakit takut jadi gendut?

LINTANG diam.

ADIT sibuk melihat-lihat Handphonenya. LINTANG terus

menatap ADIT.

BABEH membawa pesanan.

ADIT

Makasih, Beh.

BABEH

Iya dek.

BABEH kembali.

(CONTINUED)

CONTINUED: 10.

ADIT mengambil sumpit. LINTANG masih menatap ADIT. ADIT

menggulung mie-nya dengan sumpit dan menyuapkannya ke

mulutnya.

LINTANG

Aku Hamil!

ADIT baru membuka mulut, langsung membeku. Beberapa orang

disekitarnya menoleh.

ADIT

(menatap LINTANG)

Ha?

LINTANG

(sedikit berbisik dan kesal)

Jangan kamu ninggalin tanggung

jawab kaya kamu pergi diem-diem

dari kamar aku waktu itu.

ADIT, tidak mampu berbicara. ADIT bingung. BABEH mengantar

Minuman.

BABEH

Silahkan, Dek.

ADIT segera meneguk minumannya. LINTANG merampas minuman

ADIT setelah ADIT meneguknya. LINTANG lebih tampak kesal

karena bingung, daripada sedih. Ia meneguk minumannya.

LINTANG

Terus? Gimana dong? Tanggal satu

kamu wajib dateng makan malem.

Papah mau ngenalin pacarnya.

ADIT kikuk.

25 EXT. TERAS KEDAI BAKMI - SORE

JARWO mengambil rokok dari kantongnya. JARWO membakar

rokoknya. Menghisap rokoknya, lalu mengantongi koreknya.

BABEH sibuk mengantarkan bakminya. JARWO mengamati.

JARWO

Rame terus nih, Beh.

BABEH

Yaa.. syukur dek, ada aja yang

makan kesini. Ini bakminya saya

anter ke meja dulu ya.

JARWO

(menghisap rokoknya.)

Boleh-boleh.

BABEH mengantarkan bakmi milik SISY. BABEH tersenyum ramah

ke SISY lalu BABEH menuju teras.

(CONTINUED)

CONTINUED: 11.

BABEH

(Sambil melap meja.)

Dek Jarwo bisa aja dapet Non

Sisy.

JARWO

(tertawa, sambil merokok.)

Ya, gara-gara kedai Babeh juga

kan, jadi nemu jodoh kedua.

BABEH

Tapi kok cincinnya-

JARWO

Tinggal tunggu cerai, Beh. Udah

nggak betah juga dia sama

suaminya.

(Babeh, menggelengkan

kepala, takjub.)

Lah, Babeh apa kabar?

JARWO menatap BABEH menyadari kesendirian BABEH. BABEH

menatap JARWO, setelah mengerti maksud JARWO, BABEH

menghindar dari tatapan JARWO.

JARWO

(menggodai BABEH, tertawa

kecil)

Gue udah ganti lagi, Beh. Babeh

disini masih aja sendiri.

BABEH

(Babeh tersenyum.)

Yaa.. enak dek sendiri.. daripada

jadi suami simpenan dek...

JARWO

Haha..

(mengambil sepasang sumpit.

mempraktekan menyumpit bakmi

dengan sebatang sumpit.)

Beh, kenapa sumpit itu di ciptain

sepasang? Karena,ini nggak akan

ada fungsinya kalo sendiri. Nah,

Kalo pun ada orang yang

selingkuh, itu karena mereka

mencari pasangan yang tepat.

BABEH terlihat tidak nyaman. sedikit goyah.

26 INT. KEDAI BAKMI - SORE

SISY

(mengaduk mie ayamnya dengan

sumpit.Berbisik.)

Kapan kamu ngenalin aku?

SISY menggali bakminya, mencari daging ayam tanpa lemak.

(CONTINUED)

CONTINUED: 12.

JARWO

(senyum)

Kapan kamu cerai?

SISY

(SISY berhenti menggali

bakminya, menatap JARWO)

Kok balik nanya. Nggak ada alesan

buat aku mempertahankan Bayu.

JARWO

Emang dia beneran impoten?

SISY hanya tersenyum meyakinkan JARWO.

JARWO

Tapi.. aku jadi penasaran deh

sama calon mantan suami kamu.

Melap ujung bibirnya dengan tissue.

SISY

(tertawa kecil)

Percaya deh sama aku. Kamu tahu

BAYU pun, nggak akan ngaruh ke

hidup kamu. Orangnya nggak

penting.

JARWO menancapkan sumpitnya di atas bakminya, meneguk es

jeruknya. Tatapan kosong.

27 INT. KAMAR SISY - MALAM

SISY tertidur. badannya hanya tertutup selimut. JARWO

melihat jam di tangannya yang tidak ia pakai, ia mencari

jam tangannya. Laci di sebelah tempat tidur sedikit

terbuka. Ia melihat foto SISY. JARWO menoleh ke SISY

memastikan SISY terlelap. JARWO membuka laci. Ia menemukan

foto SISY dengan laki-laki yang ia kenal. JARWO

terbelalak. Ia cemas, karena menyadari benang hubungan

mereka.

Mencari kertas dan pena dengan segera. Ia menuliskan

"Besok malam, aku mau kenalin kamu sama anak-anakku" lalu

ia tempel di frame foto SISY dan BAYU. JARWO pergi.

28 INT. KEDAI BAKMI - MALAM

Lampu gantung di kedai babeh sedikit redup.

BABEH (VO)

Banyak orang yang percaya, kalau

manusia lebih sering hidup

bersama masalah, dan sibuk

mencari sesuatu yang mereka

sendiri tidak tahu pasti...

13.

Kertas kalender yang tertiup angin. Bulan tertutup awan.

Babeh mengenakan sweater. Jam berdetik.

29 INT.MOBIL JARWO - LAMPU HIJAU - MALAM

07.45 PM

BABEH (VO)

Seperti, laki-laki dengan

kehidupannya yang rumit....

seperti kota Jakarta.

JARWO menekan klaksonnya karena sebuah mobil yang

bergoyang di tengah lampu hijau, dan menghalangi jalan

mobil di belakangnya termasuk JARWO.

JARWO

(Berbisik kesal, membanting

setirnya.)

Ngentot lo pada. AAAHH... anjing.

30 INT. MOBIL ADIT - MALAM

07.30 PM

BABEH (VO)

Atau, ketika seseorang merasa

perlu untuk memilih......

walaupun terkadang terasa sudah

memilih pilihan yang salah.

LINTANG dan ADIT menengok ke arah gang kecil. LINTANG

menghela napas beberapa kali untuk meyakinkan dirinya

sendiri. ADIT menoleh ke LINTANG, lalu menunduk.

ADIT

(setelah beberapa kali ragu

untuk berbicara. Adit

menatap Lintang.)

Kamu nggak perlu ngelakuin ini

Lin. Aku bisa jadi bapak.

LINTANG tanpa menatap ADIT, keluar dari mobil. Pintu mobil

tertutup. ADIT membuka pintu mobil ikut turun. ADIT

mencegah LINTANG, menggenggam tangannya dengan kuat.

ADIT

(menatap Lintang dalam.)

Percaya sama aku. Aku bisa jadi

bapak-

LINTANG melepaskan genggaman ADIT. Berjalan meninggalkan

ADIT.

Belum jauh melangkah, LINTANG berhenti. Menoleh ke ADIT.

(CONTINUED)

CONTINUED: 14.

LINTANG

(Menangis)

Kamu harus bilang sama papa.

ADIT menoleh, LINTANG menatap ADIT. ADIT memeluk LINTANG.

ADIT berubah cemas.

31 INT. KAMAR MANDI SISY - MALAM

07.40

BABEH (VO)

..Kecemasan akan pilihan yang

salah, hanya membuat jiwa

seseorang tertutup dari keyakinan

yang baru..

Di depan kaca washtafel, SISY mengaca. Ia mencopot

cincinnya. Menuju closet, membuang cincinnya kedalam

closet. flush.

32 INT. MOBIL BAYU - LAMPU MERAH - MALAM

07.44 PM

BABEH (VO)

..keyakinan yang akan terus

hidup.. keyakinan akan

kebahagiaan yang datang pada

waktunya..

MEGA tersenyum menggengam tangannya.

BAYU

Kamu kenapa sih cwitiku? Kamu

kedinginan ya?

(Mengecilkan ac mobilnya.)

MEGA

Cwitiku

BAYU

Iya, cwitiku?

MEGA

(Memberikan majalah bayi

dengan pita.)

Ini untuk cwitiku.

BAYU menyadari ada sesuatu di dalam majalah itu. Ia

membukanya. Sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis.

BAYU menoleh ke MEGA. Tidak berkata, wajahnya sangat kaget

dan bahagia.

MEGA menari-nari kegirangan. Memeluk BAYU dengan erat.

15.

33 EXT. LAMPU HIJAU - MALAM

Dari luar, lampu hijau. mobil BAYU bergoyang-goyang. Mobil

di sekitar BAYU meng-klakson dengan kesal. Mobil JARWO,

yang menyalip mobil mereka.

34 INT. KEDAI BAKMI - MALAM

BABEH, membuka pancinya. Uap panas muncul. Jam berhenti di

jam 8.30 PM. Kalender menunjukan tanggal 1 April. Keenam

karakter sudah disana. Duduk terdiam, MEGA terlihat

bingung. Babeh melihat ke kamera, tersenyum.

BABEH (VO)

Tapi Cinta? Hehe... Cinta itu....

Ya...Cinta hanya akan terasa

menyakitkan, ketika kita

mencintai orang yang salah...

BAYU, SISY, ADIT, JARWO, LINTANG, bertingkah kaku, dan

kikuk. Mereka tidak berani bertatapan langsung, hanya

berani mencuri lihat. Ekspresi mereka yang menyembunyikan

sesuatu. JARWO menggelengkan kepala pelan, setelah menatap

mereka satu persatu.

BABEH (VO)

Ada yang pernah menanyakan,

kenapa sumpit digunakan selalu

sepasang, tidak sebatang....

hehe...yaaa.. itu hanya masalah

pilihan kan?

Kedai BABEH ramai, BABEH sendiri, sibuk di balik meja

bakminya. Tempat sumpitnya kosong. Sumpit miliknya yang

biasa ia pakai untuk mengaduk mie, tersenggol dan jatuh.

Hanya ada sebatang sumpit di meja.

SELESAI