efektifitas dan kreatifitas pendidikan

22
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENDIDIKAN A. PENDAHULUAN Takkan ada habisnya kita memperbincangkan tentang pendidikan. Pendidikan menjadi tema sentral yang terkait erat dengan karakter dan kepribadian bangsa. Pun begitu halnya dengan segala sesuatu yang menaungi dunia pendidikan. Semuanya menjadi menarik untuk dikaji lebih mendalam. Demikian halnya dengan tema pembahasan makalah kami kali ini yang bertajuk efektivitas dan efisiensi pendidikan. Kata efektif dan efisien di sini memiliki pesan positif yang mencoba memberikan masukan dalam dunia kependidikan tentang strategi managemen yang tepat dalam mengelola pendidikan, yang dalam hal ini menyangkut seluruh aspek di dalamnya, yakni peserta didik, pendidik, materi, metode, hingga evaluasi. Efektivitas dan efisiensi jika dikerjakan dengan sekasama tidak dapat dipungkiri dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Akan tetapi perlu dicatat bahwasanya pencapaian itu hanya bisa terlaksana apabila seluruh stakeholder yang menaunginya dapat bekerja secara bersama-sama, bahu membahu demi mencapai cita-cita pendidikan. Hal ini 1

Upload: stainkudus

Post on 14-May-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN

Takkan ada habisnya kita memperbincangkan

tentang pendidikan. Pendidikan menjadi tema sentral

yang terkait erat dengan karakter dan kepribadian

bangsa. Pun begitu halnya dengan segala sesuatu yang

menaungi dunia pendidikan. Semuanya menjadi menarik

untuk dikaji lebih mendalam.

Demikian halnya dengan tema pembahasan makalah

kami kali ini yang bertajuk efektivitas dan

efisiensi pendidikan. Kata efektif dan efisien di

sini memiliki pesan positif yang mencoba memberikan

masukan dalam dunia kependidikan tentang strategi

managemen yang tepat dalam mengelola pendidikan,

yang dalam hal ini menyangkut seluruh aspek di

dalamnya, yakni peserta didik, pendidik, materi,

metode, hingga evaluasi.

Efektivitas dan efisiensi jika dikerjakan

dengan sekasama tidak dapat dipungkiri dapat

memberikan dampak yang signifikan terhadap

pencapaian tujuan pendidikan. Akan tetapi perlu

dicatat bahwasanya pencapaian itu hanya bisa

terlaksana apabila seluruh stakeholder yang

menaunginya dapat bekerja secara bersama-sama, bahu

membahu demi mencapai cita-cita pendidikan. Hal ini

1

dipertegas melalui berbagai penelitian para ahli

pendidikan dalam sebuah studi kasus. Kebijakan

efektivitas dan efisiensi yang tidak tepat, dapat

menimbulkan masalah baru yang rentan terhadap

berbagai macam gesekan kepentingan. Ujung-ujungnya

peserta didik sebagai obyek pendidikanlah yang

terkena imbas terbesar dalam kasuistik seperti ini.

Pada bab lain, kami menjelaskan intisari

sedalam-dalamnya dari istilah efektivitas dan

efisiensi, bagaimana efektivitas dan efisiensi dapat

dicapai melalui berbagai usaha-usahanya.

Terakhir kami ucapkan selamat menyelami karya

sederhana kami ini. Semoga bisa menjadi setitik

pelita yang menerangi kegelapan.

Selamat membaca.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam rumusan masalah dari makalah Efektivitas

dan Efisiensi Pendidikan ini kami menyajikan

beberapa rumusan yang menjadi pokok dasar pemikiran

dalam mendedah pembahasan tema di atas.

Adapan rumusan yang menjadi permasalahan kami

diantaranya:

2

1.Apakah yang dimaksud efektivitas pendidikan dalam

rangka penciptaan iklim pendidikan yang

berorientasi terhadap tujuan pendidikan?

2.Apa yang dimaksud dengan efisiensi dalam dunia

pendidikan dalam kaitannya dengan input dan output

pendidikan?

3.Bagaimana usaha-usaha dalam pencapaian efektivitas

dan efisiensi pendidikan dan aspek-aspeknya?

C. PEMBAHASAN

1. Efektivitas dalam Dunia Pendidikan yang

Berorientasi pada Tujuan Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya

(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau

mujarab, dapat membawa hasil jadi efektifitas

adalah adanya kesesuaian antara orang yang

melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

Sedangkan menurut istilah efektifitas adalah

bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan

dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha

mewujudkan tujuan operasional.

Berdasarkan pengertian diatas dapat

dikemukakan bahwa efektifitas berkaitan dengan

terlaksanya tugas pokok, tercapainya tujuan,

ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari

anggota.

3

Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat

dengan perbandingan antara tingkat pencapaian

tujuan dengan rencana yang telah disusun

sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan

hasil yang direncanakan. Efektifitas manajemen

sekolah sebagaimana efektifitas pendidikan pada

umumnya dapat dilihat berdasarkan teori system dan

dimensi waktu.

Berdasarkan teori system, criteria

efektivitas harus mencerminkan keseluruhan siklus

input, proses, output, tidak hanya output atau

hasil, serta harus mencerminkan hubungan timbal

balik anatara manajemen berbasis sekolah dan

lingkungan sekitarnya. Adapun berdasarkan dimensi

waktu, efektivitas manajemen berbasis sekolah

dapat diamati dalam jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang.

Kriteria efektivitas jangka pendek untuk

menunjukkan hasil kegiatan dalam kurun waktu

sekitar satu tahun, dengan criteria kepuasan,

efisiensi, dan produksi. Efektivitas jangka

menengah dalam waktu sekitar lima tahun, dengan

criteria perkembangan serta kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan dan perusahaan. Sementara

criteria efektivitas jangka panjang adalah untuk

menilai waktu yang akan datang (di atas lima

4

tahun) digunakan criteria kemampuan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan kemampuan

membuat perencanaan strategis bagi kegiatan di

masa depan.

Thomas (1979) melihat efektifitas pendidikan

dalam kaitannya dengan produktivitas, berdasarkan

tiga dimensi berikut:

a. The administrator production function; fungsi ini

meninjau produktivitas sekolah dari segi

keluaran administrative, yaitu seberapa besar

dan baik layanan yang dapat diberikan dalam

suatu proses pendidikan, baik oleh guru, kepala

sekolah, maupun pihak lain yang berkepentingan,

b. The psychologist’s production function; fungsi ini

melihat produktivitas dari segi keluaran,

perubahan perilaku yang terjadi pada peserta

didik, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh

peserta didik sebagai suatu gambaran dari

prestasi akademik yang telah dicapainya dalam

periode belajar tertentu di sekolah,

c. The economic’s production function; fungsi ini

melihat produktivitas sekolah ditinjau dari segi

keluaran ekonomis yang berkaitan dengan

pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal

5

ini mencakup “harga” layanan pendidikan di

sekolah.1

Dalam pada itu, Lipham dan Hoeh (1987)

meninjau efektifitas suatu kegiatan dari faktor

pencapaian tujuan, yang memandang bahawa

efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan

bersama bukan pencapaian tujuan pribadi. Suatu

organisasi dan lembaga, termasuk sekolah,

dikatakan efektif jika tujuan bersama dapat

dicapai dan belum bisa dikatakan efektif

meskipun tujuan individu yang ada didalamnya

dapat terpenuhi.

Efektivitas kelompok sangat bergantung pada

sudut pandang, apakah kelompok itu efektif bagi

individu dalam kelompok atau kelompok itu

efektif untuk kepentingan organisasi. Dalam

kepentingan organisasi, dalam hal ini termasuk

organisasi pendidikan, efektivitas sangat

bergantung pada seberapa jauh pimpinan/manajer

mampu mengelola bawahannya. Jumlah bawahan yang

dapat dikendalikan secara efektif disebut

rentang kendali. Di mana letak batas rentang

kendali agak sulit dipastikan karena bergantung

pada berbagai variable yang melekat pada

1 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategis, danImplementasi, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2002, hal.82-83.

6

pekerjaan, pribadi, dan pimpinan yang

bersangkutan.2

2. Fefisiensi Pendidikan dalam Kaitannya dengan

Input dan Output Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

efisien diartikan sebagai tepat atau sesuai untuk

mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak

membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya). Sedang

efisiensi adalah kemampuan menjalankan tugas

dengan baik dan benar.

Efisiensi merupakan aspek yang sangat penting

dalam managemen sekolah karena sekolah pada

umumnya dihadapkan pada masalah kelangkaan sumber

dana, dan secara langsung berpengaruh terhaadap

kegiatan manajemen. Kalau efektivitas

membandingkan antara rencana dengan tujuan yang

dicapai, efisiensi lebih ditekankan pada

perbandingan antara input atau sumber daya dengan

output. Suatu kegiatan dikatakan efisien jika

tujuan dapat dicapai secara optimal dengan

penggunaan atau pemakaian sumber daya yang

minimal.

Harus disadari bahwa Manajemen Berbasisis

sekolah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan

sekolah, pemerataan, keadilan, demokratisasi, dan2 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja

Rosda Karya: Bandung, 1997, hal.84.

7

penghormatan terhadap nilai-nilai budaya local,

serta menggali potensi dan keanekaragaman sekolah

di daerah, bukan untuk memindahkan masalah dari

pusat ke sekolah.

Sejalan dengan semangat otonomi daerah dan

desentralisasi pendidikan, manajemen berbasisis

sekolahpun ditujukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat dan

efisiensi sumberdaya yang terbatas. Sehubungan

dengan itu, sekolah perlu memilah dan memilih

secara hati-hati berbagai strategi manajemen

pendidikan yang selama ini telah dilakukan agar

kekeliruan kolektif di masa lalu tidak diulangi

oleh sekolah-sekolah di masa depan.

Dharma (1991) mengemukakan bahwa efisiensi

mengacu pada ukuran penggunaan sumber daya yang

langka oleh organisasi. Efisiensi juga merupakan

perbandingan antara input dengan output, tenaga

dan hasil, perbelanjaan dan masukan, biaya serta

kesenangan yang dihasilkan.3

Pada umumnya orang yang melakukan usaha atau

bekerja dengan harapan memperolah hasil yang

banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga dan waktu

yang banyak pula atau dengan kata lain efisiensi.

Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan3 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategis, dan

Implementasi, hal. 89.

8

perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya

(Gie, 1995). Dengan demikian ,ada dua macam

efisiensi yang dapat dicapai siswa, yaitu:

a. Efisiensi Usaha Hasil Belajar, suatu kegiatan

belajar dapat dikatakan efisiensi kalau

prestasi belajar yang diinginkan dapat dapat

dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam

hal ini segala sesuatu yang digunakan untuk

mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti:

Tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar,

dan lain-lain hal yang relevan dengan kegiatan

belajar.

b. Efisiensi Hasil Belajar, sebuah kegiatan

belajar dapat pula dikatakan efisien apabila

dengan usaha belajar tertentu memberikan

prestasi belajar tinggi.4

Masukan atau input pendidikan adalah sumber

daya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan

pendidikan dan pengajaran dalam rangka mencapai

tujuan yang diinginkan. Sumber daya tersebut

berkaitan dengan nilai, serta faktor manusia ddan

ekonomi. Nilai dan pengetahuan menggariskan tujuan

dan isi pendidikan, faktor manusia, merupakan

pelaksana pendidikan, dan faktor ekonomi

menyangkut biaya dan fasilitas penyelenggaraan. 4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT.

Remaja Rosdakarya: Bandung, 2008, hal.125.

9

Secara operasional, masukan tersebut adalah

perserta didik, guru, ruang kelas, buku teks,

peralatan, kurikulum dan sarana pendidikan.

Masukan-masukan ini bisa dinyatakan dalam bentuk

biaya per peserta didik setiap tahun. Oleh karena

itu, untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu

sekolah, dapat dihitung dari banyak tahun yang

dihasilkan peserta didik dalam siklus tertentu

untuk menyelesaikan studinya. Efisiensi ini akan

menurun jika ada peserta didik yang mengulang dan

yang drop out. Hal ini dapat dipahami karena angka

mengulang kelas dan drop out akan mengakibatkan

rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh setiap

peserta didik untuk lulus menjadi semakin lama.

Analisis efisiensi yang demikian disebut efisiensi

internal dari pendidikan.

Selain dianalisis dari komponen input dan

output, tingkat efisiensi bisa dianalisis dari

proses pendidikan, yang merupakan interaksi

anatara faktor-faktor manusiawi dengan faktor-

faktor non manusiawi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang

disediakan. Dalam hal ini, sesuatu dikatakan

efisien jika melakukan banyak proses atau kegiatan

dalam waktu yang relatif singkat.

10

Depdikbud (1989) membedakan efisiensi

pendidikan menjadi dua:

a. Efisiensi Internal, menunjukkan perbandingan

anatar prestasi belajar (ukuran non moneter

hasil pendidikan) dan masukan biaya pendidikan.

b. Efisiensi Eksternal, dihubungkan dengan

metode cost-benefit analisys, yaitu perbandingan

keuntungan finansial pendidikan, biasanya diukur

dari pengahasilan lulusan dengan seluruh jumlah

dana yang dikeluarkan untuk pendidikannya.

3. Usaha-Usaha dalam Pencapaian Efektivitas dan

Efisisensi Pendidikan.

Nanang Fattah (1997) menyebutkan bahwa ukuran

efektivitas kelompok sangat bervariasi,

dinataranya:

a. Produktivitas (hasil),

b. Derajat kepuasan,

c. Kreatifitas,

d. Intensitas emosi.5

Hasil penelitian Rutter (1980) menunjukkan

satu faktor yang menentukan efektivitas sekolah

adalah dicapai dengan kebijakan pengembangan

sekolah, diantaranya:

a. Sistem reward dan hukuman

5 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT. RemajaRosda Karya: Bandung, 1997, hal.84.

11

Menambah penggunaan reward menimbulkan

kebanggaan dan penghargaan, bekerjasama dengan

hasil yang menyenangkan. Sedangkan masalah

pemberlakuan hukuman adalah lebih baik

mengurangi hukuman, terutama hukuman fisik

supaya sekolah menjadi kondusif,

b. Lingkungan sekolah

Kondisi kerja sekolah yang baik, tanggung

jwab kepada kebutuhan murid dengan kepedulian

yang baik dan dekorasi bangunan serasi,

semuanya bekerjasama dengan hasil yang lebih

tinggi,

c. Sekolah yang berhasil,

Hal ini cenderung membuat penggunaan tugas

rumah yang baik, menyususn tujuan akademik yang

jelas, memiliki atmosfer percaya diri sebagai

suatu kemampuan murid,

d. Pemberian teladan oleh guru

Hasil lebih baik jika guru-guru memberikan

contoh perilaku yang baik dalam arti memelihara

waktu dengan baik, dan memiliki keinginan

menangani masalah murid,

e. Temuan atas kelompok manajemen dalam kelas,

berpendapat pentingnya mempersiapkan bahan

kemajuan pelajaran, memelihara perhatian

keseluruhan kelas dari sikap rendah hati,

12

disiplin, fokus atas perilaku pemberian imbalan

yang baik dan bertindak cepat menangani

gangguan,

f. Hasil akan lebih menyenangkan bila ada

kombinasi kepemimpinan bersama dengan proses

pengambilan keputusan yang semua guru merasa

pandangan mereka terwakili (Saran dan Trafford,

1990: 14-15).6

Gerakan Sekolah Efektif (Effective School

Movement) dimulai kahir tahun 1970-an dan awal

tahun 1980-an, dengan penelitian Ronald Edmonds

dari Harvard University. Edmond mendefinisikan

sekolah efektif adalah sekolah yang skor prestasi

pelajar (keberhasilan siswa) tidak terlalu

bervariasi dari segi status sosioekonomi

(Mochraman, 1994:83). Menurutnya, ada lima

karakter sekolah efektif:

a. Kepala sekolah memiliki kepemimpinan yang

kuat,

b. Harapan yang tinggi terhadap prestasi

belajar,

c. Menekankan pada keterampilan dasar,

d. Keteraturan dan atmosfer terkendali,

6 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan, Rineka Cipta:Jakarta, 2008, hal.132-133.

13

e. Seringnya penilaian terhadap prestasi

belajar.7

Studi kasus tentang efektivitas dan efisiensi

tampak dalam regrouping Sekolah Dasar (SD) di

Probolinggo, seperti terkronologikan di bawah ini:

Pemerintah melalui Mendagri telah

mengeluarkan surat Nomor 421.2/2501/Bangda/1998

tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan

(regrouping) Sekolah Dasar. Tujuan penggabungan

tersebut adalah untuk mengatasi masalah kekurangan

tenaga guru, peningkatan mutu, efisiensi biaya

bagi perawatan gedung sekolah dan sekolah yang

ditinggalkan dimungkinkan penggunaannya untuk

rencana pembukaan SMP kecil/SMP kelas jauh atau

setara sekolah lanjutan sesuai ketentuan setempat

untuk menampung lulusan sekolah dasar.

Hasil penelitian Sudiyono, dkk., (2009)

menunjukkan 1) kebijakan regrouping belum didukung

oleh kebijakan teknis operasional terkait dengan

pengelolaan sarana dan prasarana dan pengelolaan

kelas paralel; 2) Kebijakan regrouping memberikan

dampak positif bagi efisiensi pendanaan sekolah,

tetapi tidak efisien dalam hal pengelolaan aset.

3) kebijakan regrouping mengakibatkan terjadinya

penurunan ranking prestasi hasil belajar.

7 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan,, hal. 180.

14

Hasil penelitian Kiemas Rizka (2005)

menunjukkan bahwa perencanaan sarana dan prasarana

pendidikan SDN yang terkena kebijakan regrouping

yang tidak digunakan untuk KBM umumnya sudah

direncanakan dan dimusyawarahkan terlebih dulu

oleh kedua belah pihak (sekolah yang digabungi

dengan yang digabung) yang dihadiri oleh kepala

sekolah, guru, komite sekolah/BP3 kedua SD serta

dihadiri oleh perangkat desa setempat dan Dinas

Pendidikan Kulonprogo. Hasil penelitian Yuliana

(2004) menunjukkan bahwa regrouping mampu berperan

dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di sekolah

dasar. Menurutnya, nilai indeks efisiensi

meningkat dari 1,0 menjadi 2,3 atau meningkat dari

0,43 menjadi 1,0. Efisiensi biaya produksi tiap

satuan produk (unit cost) sebesar Rp.

1.587.119,566 dengan peningkatan produktivitas

dari 9,75 menjadi 15,59 atau terjadi peningkatan

produktivitas sebesar 5,84. Regrouping juga mampu

mengatasi kekurangan guru sekolah dasar di

kecamatan Minggir dengan sumbangan efektif 6,4%,

dari total kekurangan guru sejumlah 78 orang.

Regrouping juga mampu meningkatkan mutu pendidikan

melalui perbaikan sarana prasarana pendidikan.

Hasil penelitian Marsono (2003) menunjukkan

bahwa regroupng menimbulkan masalah, baik masalah

15

organisasi, kesiswaan, kurikulum (pengajaran),

kepegawaian, pembiayaan, hubungan sekolah dengan

masyarakat, dan ketatalaksanaan, karena

pelaksanaan penggabungan sudah dilakukan, tetapi

surat keputusan penggabungan belum terbit. Hal

yang tak kalah penting harus diingat adalah

sebagaimana telah dikatakan oleh Vilfredo Pareto,

bahwa efisiensi menurut hukum pareto adalah

pengorbanan atau kerugian pribadi mungkin

diharuskan untuk mengamankan pengorbanan publik

dan manfaat yang lebih kecil mungkin harus

dikorbankan untuk merealisasikan manfaat yang

lebih besar. Dengan demikian diperlukan sebuah

proses regrouping yang dapat meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan

tanpa harus mengorbankan dampak negatip yang

mungkin timbul. Karenanya proses regrouping tidak

saja terbatas pada efektivitas dan efisiensi

pengelolaan pendidikan, tetapi harus dilihat

secara komprehensip pada tataran rumusan

pengambilan kebijakan, dan implementasi kebijakan

dan dampaknya. Kegagalan implementasi dalam

regrouping berkaitan dengan dua kategori

kegagalan, yaitu non implementation (tidak

terimplementasikan) dan unsuccessful

implementation (implementasi yang tidak berhasil).

16

Oleh karena itu, semua stakeholder dalam regouping

harus dilibatkan.8

D. CRITICAL THINKING

Efektivitas dan efisiensi pendidikan sedikit

banyak berperan pada keberhasilan pencapaian tujuan

luhur pendidikan. Efektivitas lebih mengedepankan

perbandingan rencana dengan tujuan yang akan

dicapai. Adapun efisiensi membandingkan input atau

sumber daya dengan output.

Kami memandang efektivitas dan efisiensi

sebagai pasangan sinergis yang saling berkaitan.

Dalam efektivitas, terdapat poin kriteria efisiensi

yang mendasarinya. Efisiensi menjadi salah satu

aspek membentuk sebuah pondasi pendidikan yang

efektif.

Dalam hal ini, kami tidak memandang efisiensi

hanya berdasarkan faktor biaya (harta, anggaran).

Kami mengambil sample mengenai anggaran negara dalam

APBN untuk bidang pendidikan yang meningkat dari

tahun ke tahun (2004: 6,6 %, 2005: 9,29 %, 2006:

12,01 %, 2007: 14,68 %, 2008: 17,40 %, 2009: 20,10

%).9 Menurut data di samping, jika efisiensi dipatok

dalam kisaran biaya, tentu saja akan jauh dari

8 Sudiyono, Jurnal Lumbung Ilmiah UNY: Regrouping sebagai Upaya Efisiensidan Efektivitas Perencanaan Pendidikan, Yogyakarta,tt, hal 1.

9 Lantip Diat Prasojo, Jurnal Internasional ManajemenPendidikan:Financial Resource sebagai Penentu dalam Implementasi KebijakanPendidikan, FKIP UNY, tt. Hal. 1.

17

efisien, mengingat kenaikan biaya yang sangat

signifikan. Akan tetapi hal ini sangat mutlak

diperlukan karena kebutuhan pembiayaan pendidikan

yang mendesak untuk segera tercover. Maka dari itu,

pembengkakan tersebut bukannya tidak efisien, tetapi

tetap efisien tapi efisien yang bukan memandang dari

arah nominal, akan tetapi efisien dalam segi

penggunaan dana, efisien dalam ketepatan sasaran

pendanaan, serta efisien dalam hal pemerataan biaya.

Jadi menurut kami efisiensi bukan hanya

berkutat tentang pembiayaan saja, akan tetapi segala

aspek yang terlibat baik langsung maupun tidak

langsung seperti kami contohkan di atas.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Efektifitas adalah bagaimana suatu organisasi

berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya

dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.

Efisiensi mengacu pada ukuran penggunaan

sumber daya yang langka oleh organisasi. Efisiensi

juga merupakan perbandingan antara input dengan

output, tenaga dan hasil, perbelanjaan dan

masukan, biaya serta kesenangan yang dihasilkan.

Faktor yang menentukan efektivitas sekolah

dapat dicapai dengan kebijakan pengembangan

sekolah, diantaranya:

18

a. Sistem reward dan hukuman

b. Lingkungan sekolah yang baik,

c. Sekolah yang berhasil,

d. Pemberian teladan oleh guru

e. Temuan atas kelompok manajemen dalam kelas,

f. Kombinasi kepemimpinan bersama dengan proses

pengambilan keputusan yang semua guru merasa

pandangan mereka terwakili.

Karakter sekolah yang efektif diantaranaya:

a. Kepala sekolah memiliki kepemimpinan yang

kuat,

b. Harapan yang tinggi terhadap prestasi

belajar,

c. Menekankan pada keterampilan dasar,

d. Keteraturan dan atmosfer terkendali,

e. Seringnya penilaian terhadap prestasi belaja

Studi kasus tentang efektivitas dan efisiensi

tampak dalam regrouping Sekolah Dasar (SD) di

Probolinggo. Keberhasilan kedua aspek itu harus

didukung semua stakeholder dalam regrouping.

f. Penutup

Demikian makalah ini kami sajikan. Kami sadar

masih banyak kekurangan dari segi sistematika

maupun konteks isi pembahasan di atas, untuk itu

kami mohon saran dan kritik bagi pembaca yang

budiman. Kemudian kami mohon maaf apabila terdapat

19

kesalahan baik yang disengaja maupun tidak,

mengingat tidak ada satu karyapun yang sempurna

melainkan penciptaan Allah SWT.

Terakhir sekali lagi semoga karya ini dapat

menjadi rujukan kecil dari keilmuan pendidikan

terutama manajemen pendidikan. Selamat berkarya !.

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategis,

dan Implementasi, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2002.

Lantip Diat Prasojo, Jurnal Internasional Manajemen

Pendidikan:Financial Resource sebagai Penentu dalam Implementasi

Kebijakan Pendidikan, FKIP UNY, tt.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan

Baru, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2008.

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT.

Remaja Rosda Karya: Bandung, 1997.

Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan, Rineka

Cipta: Jakarta, 2008.

Sudiyono, Jurnal Lumbung Ilmiah UNY: Regrouping sebagai

Upaya Efisiensi dan Efektivitas Perencanaan Pendidikan,

Yogyakarta,tt.

20

21

22