contoh lap pkn

75
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang tercantum dalam GBHN 1998 bahwa tujuan pendidikan kejuruan menengah adalah untuk menciptakan manusia yang mampu berperan aktif sebagai tenaga terampil tingkat menengah yang layak bekerja dalam berbagai sector pembangunan. Dalam konteks pembangunan secara menyeluruh, pendidikan menduduki posisi sentral dan paling menentukan keberhasilan pembangunan. Suka bekerja keras dan memiliki sikap mandiri untuk melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya dan di harapkan mampu manusia- manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan Negara. Keberhasilan-keberhasilan yang telah di capai pada pelita V bukan berarti masalah pembangunan menjadi

Upload: independent

Post on 28-Jan-2023

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang tercantum dalam GBHN 1998 bahwa tujuan

pendidikan kejuruan menengah adalah untuk menciptakan

manusia yang mampu berperan aktif sebagai tenaga

terampil tingkat menengah yang layak bekerja dalam

berbagai sector pembangunan.

Dalam konteks pembangunan secara menyeluruh, pendidikan

menduduki posisi sentral dan paling menentukan

keberhasilan pembangunan. Suka bekerja keras dan

memiliki sikap mandiri untuk melanjutkan kejenjang

pendidikan selanjutnya dan di harapkan mampu manusia-

manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya dan

bersama-sama bertanggung jawab terhadap pembangunan

bangsa dan Negara.

Keberhasilan-keberhasilan yang telah di capai pada

pelita V bukan berarti masalah pembangunan menjadi

kecil, bahkan akan lebih kompleks pada pelita yang akan

datang. Untuk itu kaitanya dalam sekolah yang merupakan

salah satu wadah pendidikan lebih di tuntut untuk

mempercepat adanya tenaga-tenaga pembangunan yang cakap

dan terampil untuk mempercepat dan memecahkan masalah-

masalah yang timbul dalam pembangunan. Pelita yang

merupakan tahap akhir dalam pembangunan jangka panjang.

Dalam sebuah kutipan GBHN yang berbunyi :

“………..di samping itu perlu dikembangkan kerjasama

antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dalam rangka

memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga kerja yang cakap dan

terampil dalam pembangunan…………”

Yang merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya

terkandung makna yang cukup mantap kaitanya antara

dunia pendidikan dengan dunia usaha.

Seiring dengan laju pembangunan nasional, maka

tenaga kerja memilih kecakapan dan keterampilan yang

sesuai dengan keperluan pembangunan. Mutlak diperlukan

dan dipersiapkan. Untuk itulah sangat diperlukan system

pendidikan yang mengacu kearah keperluan pembangunan.

Dari sinilah letak peranan dan tanggung jawab

pendidikan kejuruan lainya, yang formal maupun non

formal seperti adanya SMK dan sekolah kejuruan lainya

dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk memenuhi

tenaga kerja yang cakap dan terampil di berbagai

bidang, karenanya pula pembangunan serta pembenahan

sekolah kejuaruan sellalu di tangkatkan baik perananya

maupun mutau kelulusanya. Oleh karena itu sesuai dengan

program pemerintah yang antara lain peningkatan bidang

indistri, maka jelaslah kebutuhan tenaga terampil

lulusan dari sekolah kejuruan sangat mutlak diperlukan

dalam berbagai program tersebut.

1.2 Tujuan Pembuatan Laporan

1.2.1. Tujuan Pembuatan Laporan

a.       Untuk dapat mengaplikasikan dan mengetahui bidang

keilmuwan yang didapat di bangku praktik kedalam dunia

kerja Industri.

b.      Untuk memenuhi mata praktik wajib di jurusan Teknik

Instalasi Listrik di SMK NEGERI 2 GARUT

c.      Sebagai sarana penghubung kerjasama antar lembaga

sekolah dengan perusahaan dalam hal ketenagakerjaan dan

sebaliknya.

d.      Sebagai salah satu bentuk latihan, dalam menghadapi

Uji Kompetensi pada akhir Proses Pembelajaran .

e.      Sebagai salah satu tugas yang di syaratkan untuk

menempuh UAS/UN.

1.2. 2. Tujuan Pelaksanaan Prakerin

Melalui pendekatan pembelajaran ini peserta

diharapkan :

a.       Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia

kerja yang sesungguhnya

b.      Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang

dipersyaratkan oleh dunia kerja

c.      Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi,

bisnis kewirausahaan dan produktif

d.      Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya

kerja untuk kepentingan pengembangan dirimya.

1.3 Pembatasan Ruang Lingkup

1.3.1 Batasan Masalah Laporan

Berdasarkan masalah diatas, maka penyusun perlu

membatasi ruang

lingkup permasalahan yang ada pada KP. SUKAWENNING

RAYON CIBATU untuk memudahkannya penyusun melakukan

identifikasi terutama dalam hal

membatasi permasalahan-permasalahn yang ada agar tidak

terlalu meluas

dikarenakan adanya keterbatasan baik secara internal

maupun eksternal.

Adapun batasan masalah yang perlu diambil adalah

sebagai berikut :

1. Penyusun hanya menganalisis Sistem distribusi Tenaga

Listrik

2. Membahas lebih detail mengenai Gardu Distribusi

3. Membahas tentang pemeliharaan Gardu dan Jaringan

4. Membahas Gangguan pada SUTM

5. Pemasangan instalasi penerangan

1.3.2 Rumusan Masalah

Adapun kerja praktek yang di lakukan selama ini

terdapat beberapa masalah seperti

Bagaimana sistem distribusi apabila terjadi gangguan

Bagaimana pengaruh gangguan sistem tenaga listrik pada

jaringan 20 Kv KP. SUKAWENING

Bagaimana Cara mengatasi kerugian akibat terjadinya

gangguan pada Jaringan Distribusi

Bagaimana Gardu Distribusi bisa menyuplai tegangan

sampai ke konsumen

Bagaimana pemeliharaan Gardu supaya tidak terjadi

kecelakaan terhadap pelaksana pada waktu pemeliharaan

Bagaimana Pemeliharaan jaringan yang harus di lakukan

supaya jaringan Distribusi terbebas dari gangguan

1.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat

diguakan untuk mengumpulkan data. “cara” menunjuk pada

sesuatu yang abstrak yang tidak dapat ditunjukkan

secara kasat mata tetapi hanya dapat diperlihatkan

pengunaannya.

Beberapa metode yang kami lakukan dalam mengumpulkan

data yang kami perlukan, diantaranya :

1. Interview

Metode ini dilakukan dengan bertanya langsung kepada

karyawan/karyawati utamanya kepada pembimbing kami di

kantor/yang ada di perusahaan tersebut.

2. Praktek

Dengan praktek, penulis dapat secara langsung melihat

kenyaataan yang terjadi pada perusahaan sehingga dapat

menarik suatu kesimpulan yang dibuat dalam bentuk

laporan kegiatan.

3. Dokumentasi

Data dapat diperoleh dengan cara melihat langsung

bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang telah ada dan

terjadi di perusahaan tersebut.

4. Observasi

Salah satu teknik mengumpulkan data adalah observasi

yaitu melalui pengamatan atau penelitian terhadap

situasi dan kondisi perusahaan.

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.     Instalasi Penerangan

Listrik merupakan energi yang bersih, mudah

dibangkitkan, disalurkan, dikendalikan dan diubah dalam

berbagai bentuk energi lain seperti cahaya, gerak,

panas dan sebagainya. Oleh karena itu listrik banyak

dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan, baik dalam

rumah tangga, industri, komersial maupun pelayanan

umum. Menurut peraturan menteri pertambangan dan energi

nomor : 03 P/40/ M.PE/1990, instalasi ketenagalistrikan

adalah bangun-bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-

mesin, peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya,

yang digunakan untuk pembangkitan, konversi,

transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan

tenaga listrik.

Dalam suatu sistem tenaga listrik, beroperasinya

suatu bagian mempengaruhi bagian sistem mempengaruhi

bagian sistem yang lain. Jika pengaruh itu melebihi

batas tertentu, misalnya menimbulkan goncangan

tegangan, goncangan frekwensi atau harmonisa yang

berlebihan, maka ada bagian sistem yang akan terganggu

operasinya. Oleh karena itu, instalasi yang tersambung

pada suatu sistem harus pula tidak menganggu operasi

bagian sistem yang lain. Hal ini diatur dalam keputusan

direksi PT. PLN (persero) No : 109 K/039/DIR/1997

tentang ketentuan jual beli tenaga listrik dan

penggunaan piranti tenaga listrik, yang disahkan oleh

Direktur Jendral Listrik dan pengembangan Energi dengan

surat NO:6795/04/600.3/97.

KOMPONEN DAN PERALATAN INSTALASI LISTRIK

            Pengenalan komponen instalasi listrik

sangat diperlukan untuk mengetahui fungsi masing-masing

komponen tersebut dengan benar. Di toko perlengkapan

listrik banyak sekali merek komponen instalasi yang

beredar. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan

standar aman bagi komponen instalasi yang akan

digunakan. Disarankan untuk memilih komponen untuk

perlengkapan instalasi listrik yang mencantumkan hal-

hal sebagai berikut.

1. Nama pembuat atau merek dagang.

2. Keterangan tentang daya, tegangan atau arus

pengenal.

3. Tanda pengenal standar yang digunakan, seperti

Standar Nasional

Indonesia (SNI) atau Standar Perusahaan Listrik Negara

(SPLN).

Berikut ini adalah komponen-komponen instalasi listrik

pada bangunan rumah.

1. APP dari PLN (kWH Meter)

APP (Alat Pengukur dan Pembatas) biasa disebut juga

dengan meteran PLN (kWH meter). Alat ini berfungsi

sebagai tempat penyambungan kabel dari tiang listrik ke

instalasi dalam rumah. Selain itu, APP berfungsi

sebagai pengukur daya listrik (kWH meter) yang

digunakan disebuah rumah, dan sebagai pembatas/pemutus

arus saat arus listrik di rumah tersebut berlebihan.

Pemutus arus ini berupa MCB (Mini Circuit Breaker) atau

sekring. APP manyalurkan listrik menuju ke PHB

(Perlengkapan Hubung Bagi) atau disebut box MCB.

2. PHB (Box MCB)

PHB berfungsi untuk menerima energi listrik dari APP,

mendistribusikan dan mengontrol penyalurannya melalui

sirkuit cabang ke PHB cabang (misalnya pada rumah

bertingkat) atau dari PHB langsung melalui sirkuit

akhir ke beban, seperti stop kontak, lampu dan

peralatan listrik lainnya.

Di dalam PHB terdapat alat pengaman berupa MCB atau

pengaman lebur (sekring) dengan ukuran tertentu.Selain

itu, di dalam PHB juga terdapat perlengkapan lainnya

seperti kabel pembumian dan terminal kabel.

Alat pengaman berfungsi untuk memutus arus saat terjadi

beban listrik berlebih dan terjadi hubung pendek

(korsleting).Alat pengaman merupakan bagian dari PHB

(box MCB).

4. Elektrode Pembumian (Arde)

Pembumian adalah penyaluran hubungan ke bumi jika

terdapat kebocoran instalasi atau arus listrik, karena

bumi merupakan penetral arus listrik yang

besar. Menurut PUIL 2000, elektrode pembumian

adalah bagian konduktif atau kelompok bagian konduktif

yang membuat kontak langsung dan memberikan hubungan

listrik dengan bumi. Elektrode pembumian dibuat dari

bahan tembaga atau baja yang digalvanisasi (dilapisi

tembaga). Alat ini digunakan untuk melindungi

keselamatan pemilik instalasi dan

peralatan/perlengkapan listrik agar terhindar dari

kerusakan.

Prinsip instalasi elektrode pembumian sama dengan

instalasi penangkal petir, terutama pada bagian

penyalur sampai ke elektrode tanah. Resistasi elektrode

harus dapat diukur.Alat yang digunakan untuk mengukur

resistansi elektrode pembumian adalah Earth Tester.

5. Penghantar Pentanahan

Penghantar pentanahan adalah penghantar pengaman yang

digunakan pada sistem pentanahan, yaitu untuk

menghubungkan sistem pentanahan dari elektrode

pentanahan ke terminal utama pentanahan dan dari

terminal utama pentanahan sampai ke peralatan listrik

yang ditanahkan.Penghantar tanah harus dibuat dari

bahan tembaga, aluminium, baja atau perpaduan dari

bahan tersebut. Berdasarkan kekuatan mekanisnya, luas

penampang minimum penghantar bumi yaitu:

a. Untuk penghantar yang terlindung kokoh secara

mekanis 1.5 mm2 tembaga atau 2.5 mm2 aluminium.

b. Untuk penghantar yang tidak terlindungi kokoh secara

mekanis 4 mm2 tembaga atau pita baja yang tebalnya 2.5

mm2 dan luas penampangnya 50 mm2.

6. Penghantar Instalasi

Penghantar terdiri dari dua jenis yaitu kabel dan

kawat.Kabel adalah penghantar yang dilapisi dengan

bahan isolasi (penghantar berisolasi).Sebuah kabel

listrik terdiri dari isolator dan konduktor.Isolator

adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat

dari karet atau plastik, sedangkan konduktor terbuat

dari serabut tembaga atau tembaga pejal.Kawat adalah

penghantar tanpa dilapisi bahan isolasi (penghantar

telanjang).

Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh

KHA yang dimilikinya dalam satuan Ampere.Kemampuan

hantar arus ditentukan oleh luas penampang konduktor

yang berada dalam kabel listrik. Sedangkan tegangan

listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang diterima

dinyatakan dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian

dari :

I(ampere) x V(volt) =

P(watt)                                                 

                        

Mengenai penghantar yang akan digunakan dalam instalasi

penerangan rumah tinggal diantaranya kabel NYA dan

kabel NYM.

a. Kabel NYA

Biasanya digunakan untuk instalasi rumah dan sistem

tenaga. Dalam instalasi rumah digunakan ukuran 1.5

mm2 dan 2.5 mm2, berinti tunggal, berlapis bahan

isolasi PVC (polyvinyl chloride) dan seringnya untuk

instalasi kabel udara. Kode warna isolasi ada warna

merah, kuning, biru dan hitam.Lapisan isolasinya hanya

satu lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan

mudah digigit tikus.

Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang

dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran

tertutup.Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan

tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak

tersentuh langsung oleh orang.

Kode Pengenal Jenis Kabel:

N: Kabel standar penghantar tembaga

Y: Isolasi dari PVC

A: Penghantar berisolasi PVC (berinti satu

penghantar)

b. Kabel NYM

Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau

gedung dan sistem tenaga.Kabel NYM berinti lebih dari

satu ada yang berinti dua, tiga, atau empat dan

memiliki lapisan isolasi PVC.Kabel NYM memiliki lapisan

isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih

baik dari kabel NYA tetapi harganya lebih mahal dari

NYA.Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang

kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.

Kabel NYM dapat digunakan di atas dan di luar plesteran

pada ruang kering dan lambab, serta di udara

terbuka.Penghantarnya terdiri dari penghantar padat

bulat atau dipilin bulat berkawat banyak dari tembaga

polos yang dipijarkan.Isolasi inti NYM harus diberi

warna hijau-kuning, biru muda, merah, hitam atau

kuning.Khusus warna hijau-kuning tersebut pada seluruh

panjang inti dan dimaksudkan untuk penghantar

tanah.Sedangkan warna selubung luar kabel harus

berwarna putih atau putih keabu-abuan.

Kode Pengenal Jenis Kabel:

N:  Kabel standar penghantar tembaga

Y:  Isolasi dari PVC

M: Kabel berselubung PVC (biasanya berinti dua, tiga,

atau empat dengan isolasi PVC dua lapis)

7. Stop Kontak

Stop kontak merupakan komponen instalasi listrik yang

berfungsi untuk mendistribuskan energi listrik dari

instalasi rumah ke beban (telivisi, radio, rice cooker,

mesin cuci dan alat elektronik lainnya). Stop kontak

biasa disebut juga dengan kotak kontak. Pasangan stop

kontak adalah tusuk kontak yang biasa disebut juga

dengan steker (colokan).

8. Pipa Instalasi (Pipa Kabel)

Pipa instalasi berfungsi sebagai isolator pada kabel

instalasi listrik. Oleh karena itu, pipa instalasi

harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan

mekanis, panas, serta tidak menjalarkan nyala api dan

kelembapan. Bahan tersebut misalnya PVC atau

baja.Permukaan bagian dalam dan luar pipa harus rata

dan tidak kasar.

Selain berfungsi sebagai isolator pada kabel instalasi

listrik, pipa instalasi juga berfungsi untuk memudahkan

penggantian kabel-kabel tanpa harus membongkar

dinding.Artinya, kabel tinggal dikeluarkan dan

dimasukan kembali melalui pipa tersebut.Pipa kabel bisa

ditanam di dalam dinding ataupun dipasang di permukaan

dinding.

9. Saklar dan Fitting Lampu

Saklar dan fitting lampu merupakan sirkit penerangan

pada instalasi listrik rumah.Saklar berfungsi untuk

menyalakan dan mematikan lampu.Fitting adalah rumah

atau tempat untuk memasang lampu, saklar dan fitting

lampu dapat ditanam di dalam dinding atau dipasang di

luar dinding.

B.    KWH Meter

keuntungan LPB dibanding Analog 

-        Pemakaian listrik lebih terkendali

-        Tanpa ada sanksi pemutusan

-        Tanpa dikenakan denda keterlambatan

-        Tanpa Uang Jaminan Pelanggan

-        Tanpa ada pencatatan meter

-        Privasi tidak terganggu

-        Tidak dikenakan biaya beban bulanan

-        Kemudahan pembelian Token / STROOM

-        Pembelian disesuaikan kemampuan.

-        Tidak ada batas masa aktif (aktif selama kWH

masih tersisa).

Bagaimana Proses Pasang Baru Stroom Steer LPB ?

-        Calon pelanggan melakukan pendaftaran

-        Petugas PLN melakukan survey

-        Penerbitan surat persetujuan

-        Calon pelanggan menyampaikan Sertifikasi Laik

Operasi (SLO).

-        Calon pelanggan membayar biaya penyambungan

dan Stroom perdana

-        Calon pelanggan menandatangani surat

perjanjian jual beli tenaga listrik (SPJBTL)

-        Petugas PLN melaksanakan penyambungan

proses Migrasi dari Pasca Bayar Analog ke Stroom Steer

LPB

-        Pelanggan melakukan pendaftaran dilengkapi KTP

dan denah lokasi

-        Penerbitan surat persetujuan

-        Membayar biaya Stroom perdana

-        Menandatangani surat perjanjian jual beli

tenaga listrik (SPJBTL)

-        Petugas PLN melaksanakan penggantian kWH meter

Pengawatan Meter Prabayar dan Munculnya Tulisan

“PERIKSA”

KWH tipe digital yang dipasang di instalasi listrik

rumah

Karakteristik Meter Prabayar

Disini kita tidak membicarakan secara detail mengenai

kelebihan dan kekurangan LPB dibanding dengan Listrik

PascaBayar secara umum.

MPB mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan

kWh-meter model lama. Selain menggunakan teknologi

digital (yang model lama berteknologi analog dan

piringan berputar), dengan aplikasi mikroprosessor, MPB

ini juga dilengkapi Contact Relay di dalam meter yang

berfungsi memutuskan arus listrik.Jadi bisa saja

listrik di rumah padam karena sesuatu masalah, tetapi

MCB tidak trip.

Selain itu, MPB juga melakukan pengukuran pemakaian

daya listrik dengan sensor arus listrik pada sisi

kabel phasedan netral-nya. Arus phase yang masuk ke

instalasi rumah harus sama dengan arus netral yang

keluar. Jika terjadi perbedaan atau jika hanya salah

satu penghantar saja (netral atau phase) yang mengalirkan

arus listrik, maka MPB akan memunculkan alarm.

Seringkali munculnya alarm ini adalah karena cara

pengawatan atau penyambungan kabel netral dan grounding

pada MPB dan MCB Box yang tidak sesuai. Penyambungannya

harus pada titik yang benar. Jika tidak, sangat besar

kemungkinan terjadi aliran arus pada kabel netral yang

melewati MPB bahkan disaat pelanggan tidak menggunakan

energi listrik sama sekali di rumahnya. Akibatnya

sensor arus netral akan mendeteksi seolah-olah ada

pemakaian dan tentunya bisa merugikan konsumen.

Bila kasus ini terjadi, MPB akan memunculkan tulisan

“PERIKSA” dan gambar “TANGAN”. Artinya ada masalah

dengan grounding dan netral-nya pada sistem instalasi

listrik di rumah tersebut.

Pengawatan Meter Prabayar.

Pengawatan MPB yang benar harus seperti gambar dibawah

ini.Warna hitam adalah penghantar phase, warna biru

adalah penghantar netral dan warna hijau adalah

penghantar grounding.

Pengawatan MPB dengan Titik Ground pada MCB Box

 Kabel Netral dan kabel grounding harus disambung di

titik sebelum MPB dan harus terpisah total setelah

MPB.Sedangkan posisi grounding rod-nya sendiri (yang

tertanam di tanah) bisa berada lebih dekat ke MPB atau

MCB Box.

Sisi sebelah kiri (P-N, dengan N ditanahkan) adalah

bagian dari Trafo Distribusi PLN yang netral-nya

ditanahkan. Sedangkan yang paling kanan adalah stop

kontak.

Pengawatan MPB dengan Titik Ground di kWh-Meter

 Seperti penjelasan sebelumnya, saat terjadi

ketidakseimbangan beban pada trafo distribusi, akan ada

arus netralyang mengalir kearah MPB. Walaupun saat itu

tidak ada pemakaian energi listrik di rumah (MCB

“OFF”). Dengan pengawatan yang seperti ini, maka

arus netral penyelinap tadi bisa dialirkan

ke grounding tanpa melewati MPB (lihat gambar dibawah

ini) :

Arus Netral ke kWh-Meter Saat Terjadi Beban 3 Phase

Tidak Seimbang

Arus Netral ke kWh-Meter Saat Terjadi Beban 3 Phase

Tidak Seimbang

Munculnya Tanda “PERIKSA”

Bila ada sambungan antara kabel grounding dan netral

pada titik setelah MPB, seperti pada pengawatan seperti

di bawah ini, maka arus netral penyelinap tadi bisa

mengalir melewati MPB. Walaupun konsumen sama sekali

tidak menggunakan energi listrik dan juga posisi MCB

“OFF”. Arus netral penyelinap seperti ini akan

mengakibatkan sensor arus netral MPB mengukur seolah-

olah ada pemakaian dan bisa merugikan konsumen. Karena

itu di MPB akan muncul tulisan “PERIKSA” dan gambar

“TANGAN”.

Kabel netral dan ground disambung kembali pada MCB Box,

akibatnya ada sebagian arus netral yang mengalir

melewati MPB.

Mengatasi Tanda “PERIKSA”

Bila tulisan “PERIKSA” tadi masih berkedip-kedip, maka

masih ada ground yang terhubung ke netral (masih belum

murni terpisah). Bisa diperiksa pada MPB atau MCB Box.

Jika pengawatan MPB sudah sesuai dengan petunjuk pada

gambar diatas, tetapi masih muncul tulisan “PERIKSA”,

maka kemungkinan

ada terjadi hubungan ground dan netral pada alat listrik

atau beban listrik, misal : komputer, AC atau TV. Salah

satu caranya : coba lakukan pemutusan satu persatu alat

listrik atau beban listrik tadi, apakah tulisan

“PERIKSA” tadi tidak berkedip-kedip atau hilang

(sudah clear). Jika ada ditemukan hal seperti itu,

kemungkinan alat listrik tadi mengalami masalah dan

harus diperiksa.

Jika tidak ada peralatan listrik yang bermasalah,

kemungkinan berikutnya adalah pada sistem instalasi

listriknya. Hal yang paling mudah dilakukan adalah

memeriksa sambungan pada stop kontak. Bila merasa

kesulitan atau khawatir kesetrum, lebih baik memanggil

instalatir listrik yang kompeten.

Jika tulisan “PERIKSA” tadi sudah tidak berkedip lagi,

artinya ground dan netral sudah “bersih”. Kita bisa

menghubungi PLN untuk meminta clear tamper token agar bisa

mereset tulisan tadi.

C.       D istribusi Tenaga Listrik

Pengertian Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga

listrik.Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan

tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke

konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah;

1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa

tempat (pelanggan),

2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung

berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada

pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui

jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga

listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV

dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan

transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,150kV,

atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran

transmisi. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan

lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun

tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan

sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik

dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran

distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi

mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan

trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu

220/380Volt.Selanjutnya disalurkan oleh saluran

distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.Dengan ini

jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang

penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan.

3.2 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan

pembagian serta pembatasan-pembatasan sebagai berikut:

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission)

Daerah III : Bagian Distribusi (Distribution)

Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen),

Instalasi, bertegangan rendah

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka

diketahui bahwa porsi materi Sistem Distribusi adalah

Daerah III dan IV, Dengan demikian ruang lingkup

Jaringan Distribusi adalah:

SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), terdiri dari :

Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan

peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman

dan pemutus.

SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah),, terdiri dari :

Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata,

pasir dan lain-lain.

SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) dan SKTR (Saluran

Kabel Tegangan Rendah), terdiri dari: sama dengan

perlengkapan/ material pada SUTM dan SKTM yang

membedakan hanya dimensinya.

Gambar 3.1 Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem

Tenaga Listrik

3.3 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran

distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

3.3.1 Menurut Nilai Tegangannya:

Klasifikasi saluran distribusi tenaga listrik menurut

nilai tegangannya dibedakan menjadi dua yaitu saluran

distribusi primer dan saluran distribusi sekunder

Saluran Distribusi Primer.

Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu

antara titik Sekunder trafo substation (G.I.) dengan

titik primer trafo distribusi.Saluran ini bertegangan

menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika

langsung melayani pelanggan bisa disebut jaringan

distribusi.

Saluran Distribusi Sekunder.

Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu

antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban

atau konsumen .

Menurut Jenis/Tipe Konduktornya:

Berikut ini adalah beberapa jenis/tipe konduktor

saluran distribusi tenaga listrik:

Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan

bantuan support (tiang) dan perlengkapannya, dibedakan

atas:

Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa

isolasi pembungkus.

Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus

isolasi.

Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan

menggunakan kabel tanah (ground cable).Saluran Bawah

Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel

laut (submarine cable)

Jaringan Sistem Distribusi Primer.

Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan

tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-

pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran

udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan

tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta

situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan

sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik

sampai ke pusat beban.

Tegangan Sistem Distribusi Sekunder

Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder

menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut,

(2) NEMA (National Electrical Manufactures

Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan system

distribusi DC, factor utama yang perlu diperhatikan

adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban

mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat

dioperasikan secara optimal.

D.    Gardu Distribusi

Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah

Ø Gardu Hubung (GH)

Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari

gardu induk ke gardu distribusi tanpa penurunan

tegangan.Untuk membagi feeder menjadi beberapa jurusan

dan bisa juga untuk pertemuan beberapa feeder dimana

dapat digunakan manuver jaringan apabila diperlukan.

Ø Gardu Distribusi (GD)

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari

suatu system distribusi yang berfungsi untuk

menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk

membagikan / mendistribusikan tenaga listrik pada

beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun

konsumen tegangan rendah.

Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan

tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan

tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan

distribusi tegangan rendah (step down transformator);

misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau

220 volt. Sedang transformator yang digunakan untuk

menaikan tegangan listrik (step up transformator),

Jenis transformator yang digunakan adalah transformator

satu phasa dan transformator tiga phase. Adakalanya

untuk melayani beban tiga phase dipakai tiga buah

transformator satu phase dengan hubungan bintang (star

conection) Ү atau hubungan delta (delta conection) Δ.

Fungsi Gardu Distribusi Adalah Sebagai Berikut :

1. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan

menengah ke konsumen tegangan rendah.

2. Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah

selanjutnya disalurkan kekonsumen tegangan rendah.

3. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan

menengah ke gardu distribusi lainnya dan ke gardu

hubung.

 B. Macam-Macam Gardu Distribusi

   Gardu distribusi dapat dibedakan dari beberapa hal

yang diantaranya :

A.GARDU TIANG

  Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut

 Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah

tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah

(380/200) Volt.

Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila

terjadi gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir

gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak.

CO di pasang pada sisi tegangan menengah (20 kV).

Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan

lebih yang disebabkan oleh samabaran petir dan

switching (SPLN se.002/PST/73).

NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih

yang terpasang di sisi tegangan rendah (220 Volt),

untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih

yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan

tegangan rendah maupun karena beban lebih.

Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah

yang disebabkan oleh tegangan lebih karena sambaran

petir dan switching.

Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan

lebih pada phasa yang sehat bila terjadi gangguan satu

fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak

seimbang.

Gardu Beton

Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya

terbuat dari beton (campuran pasir, batu dan

semen).Gardu beton termasuk gardu jenis pasangan dalam,

karena pada umumnya semua peralatan penghubung/

pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam

bangunan beton.Dalam pembangunannya semua peralatan

tersebut di disain dan diinstalasi di lokasi sesuai

dengan ukuran bangunan gardu.Gambar 3.19 memperlihatkan

sebuah gardu distribusi konstruksi beton.

Keterangan :

1. Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)

2. Kabel keluar-sakelar beban (load break)

3. Pengaman transformator-sakelar beban+pengaman lebur.

4. Sakelar beban sisi TR.

5. Rak TR dengan 4 sirkit bekan.

6. Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)

7. Pengaman lebur TR (NH - Fuse)

8. Transformator

Ketentuan teknis komponen gardu beton, komponen

tegangan menengah (contoh rujukan PHB tegangan

menengah), yaitu; a) Tegangan perencanaan 25 kV; b)

Power frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit;

c) Impulse withstand voltage 125 kV; d) Arus nominal

400A; e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus hubung

singkat dalam 1 detik 12,5 kA; g) Short circuit making

current 31,5 kA.

Komponen tegangan rendah (contoh rujukan PHB tegangan

rendah), yaitu;

a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa);

b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test

fasa-fasa;

c) Impulse withstand voltage 20 kV;

d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;

e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A;

f) Test ketahanan tegangan rendah.

Gardu Metal Clad (Gardu Besi)

Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya

terbuat dari besi.Gardu besi termasuk gardu jenis

pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan

penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi

terletak di dalam bangunan besi.Semua peralatan

tersebut sudah di instalasi di dalam bangunan besi,

sehingga dalam pembangunan nya pelaksana pekerjaan

tinggal menyiapkan pondasinya saja.Gambar 3-21

memperlihatkan sebuah gardu distribusi berupa gardu

besi berbentuk kios.

Gardu Tiang Tipe Portal.

Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi yang bangunan

pelindungnya/ penyangganya terbuat dari tiang.Dalam hal

ini trafo distribusi terletak di bagian atas

tiang.Karena trafo distribusi terletak pada bagian atas

tiang, maka gardu tiang hanya dapat melayani daya

listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif

tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan trafo

berkapasitas besar di bagian atas tiang (± 5 meter di

atas tanah).Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa

kapasitas yang ada maksimum 50 KVA, sedang gardu tiang

dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160 KVA (200

kVA).Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam,

yaitu trafo 1x3 fasa dan trafo 3x1fasa.Gambar 3-22

memperlihatkan sebuah gardu distribusi tiang tipe

portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan

panel distribusi tegangan rendah yang terletak di

bagian bawah tiang (tengah).

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka

(outdoor) yang memakai konstruksi tiang/menara

kedudukan transformator minimal 3 meter diatas

platform.Umumnya memakai tiang beton ukuran 2x500 daN.

Perlengkapan peralatan terdiri atas :

Fuse cut out

Arrester lighting

Transformer type 250, 315, 400 WA

Satu lemari PHB tegangan rendah maksimal 4 jurusan

Isolator tumpu atau gantung

Sistem Pentanahan

1. Arrester.

2. Proteksi cut out fused

3. Trafo Distribusi

4. Sakelar beban tegangan rendah

5. PHB tegangan rendah

6. Sirkit keluar dilengkapi pengaman lebur (NH. Fuse)

Lemari PHB TR dipasang minimal 1,2 meter diatas

permukaan tanah atau 1,5 meter pada daerah yang sering

terkena banjir. Pada beberapa tempat gardu portal juga

dipasang trafo arus untuk pengukuran alat ukur

pelanggan-pelanggan tegangan rendah.

3.4.4 Gardu Tiang Tipe Cantol.

Gardu Cantol adalah type.gardu listrik dengan

transformator yang dicantolkan pada tiang listrik

besamya kekuatan tiang minimal 500 daN.

- Instalasi gardu dapat berupa :

• 1 Cut out fused

• 1 lighting arrester.

• 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau

transformator completely self protected (CSP -

Transformator)

A. Sambungan Gardu Tiang Tipe Cantol

Gardu cantol 1 fasa dengan transformator CSP

(completely self protected) untuk pelayanan satu fasa.

Untuk pelayanan sistem 3 fasa memakai 3 buah trafo 1

fasa dengan titik netral digabungkan dari tiap-tiap

transformator menjadi satu.

Instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama.

Instalasi switch gear tegangan menengah

Instalasi switch gear tegangan rendah

Instalasi transformator

Instalasi kabel tenaga dan kabel kontrol

Instalasi pembumian

Bangunan fisik gardu.

Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu

komponen instalasi tenaga listrik yang terpasang di

jaringan distribusi.Berfungsi sebagai trafo daya

penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan

rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke

konsumen.

E.     Komponen Gardu distribusi

Fungsi masing-masing komponen :

Trafo Distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20

KV menjadi tegangan rendah yaitu 380/220 Volt sesuai

tegangan JTR.

Fuse Cut Out berfungsi sebagai pengaman utama trafo dan

merupakan pengaman cadangan bila terjadi beban

berlebihan atau gangguan hubung singkat pada LV dan

JTR.

NH Fuse berfungsi sebagai pengaman utama bila terjadi

beban lebih atau terjadi hubung singkat antar fasa atau

fasa kebumi pada JTR.

Arrester berfungsi sebagai pengaman tegangan

Surya/petir atau tegangan Swithing.

Pembumian Arrester berfungsi untuk menyalurkan arus ke

bumi akibat tegangan surya atau swithing.

Pembumian titik netral trafo berfungsi membatasi

kenaikan tegangan fasa yang tidak terganggu saat

terjadi gangguan satu fasa ke bumi akibat beban tidak

seimbang.

Pembumian badan trafo dan LV Panel berfungsi :

Untuk membatasi tegangan antara bagian peralatan yang

dialiri arus dengan peralatan ke bumi pada suatu harga

yang aman (tidak membahayakan) pada kondisi operasi

normal dan gangguan.

Untuk memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik

arus hubung singkat ke bumi sehingga bila terjadi satu

fasa ke badan peralatan, arus yang terjadi mengikuti

sifat pada pembumian netral.

Penghantar

Penghantar JTM

1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat

penghantar yang seluruhnya

    terbuat dari alumunium.

2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat

penghantar yang

    seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu

kawat penghantar

    alumunium berinti kawat baja.

4. AAACS (All Alumunium Alloy Conductor Solasi ) yaitu

kawat penghantar alumunium yang berisolasi

Penghantar JTR

Kabel utama, terdiri atas tiga kabel fasa dan satu

kabel netral

Dua kabel lainnya untuk hantaran lampu penerangan jalan

Kabel twisted

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ukuran kabel

twisted dapat dilihat

pada pada tabel berikut ini.

Penghantar jaringan sekunder menggunakan kabel twisted,

dimana kabel ini mempunyai keuntungan antara lain :

Tidak memerlukan banyak peralatan

Penghantar tidak terpisah – pisah sehingga menjadi satu

bagian

Keamanan lebih terjamin sehingga sulit untuk disadap

Pelaksanaan pemasangan lebih sederhana dan relatif

mudah

Aman terhadap cuaca

Aman terhadap gangguan ranting – ranting pohon

Sedangkan untuk kawat penghantar untuk SR (Saluran

Rumah ) menggunakan kabel TIC =Twisted Isolated Cable

Proteksi dan indikasi gangguan Distribusi Tenaga

Listrik pada JTM 20 KV

Indikasi Gangguan pada sistem distribusi JTM 20 KV

terdiri dari :

1.   Relay arus lebih (Over Current Relay/OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap

arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir

melebihi nilai settingnya ( I set ).

Prinsip   kerja   OCR   pada   dasarnya   adalah   

suatu   alat   yang mendeteksi besaran arus yang

melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus.Harga

atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan

setting.

2.   Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)

Relay  gangguan  ke  tanah  (Ground  Fault  Relay/GFR) 

adalah  alat  yang berfungsi  untuk  mengamankan 

sistem  dari  arus  lebih  yang  diakibatkan adanya

gangguan satu fasa ketanah.

3. Kawat penghantar putus ( Broken Conductor /BC)

Broken conductor adalah suatu keadaan gangguan dimana

gangguan sistem distribusi yang di sebabkan oleh

putusnya kawat penghantar .

Proteksi Pada distribusi JTM 20KV adalah:

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu

dikoordinasikan dengan baik, agar keamanan jaringan

dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi

gangguan dapat dilakukan perbaikan dengan cepat.Adapun

tujuan dari system pengamanan ini ialah terpeliharanya

distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan.

Sistem yang digunakan pada pengamanan jaringan ini

adalah sebagai berikut :

4.1 Pemutus Tenaga

Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang

mampu memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi,

yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan. Secara

singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :

1. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.

2. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT

dapat membuka

sehingga gangguan dapat dihilangkan.

        Recloser

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser =

Recloser) ini secara fisik  mempunyai  kemampuan 

seperti  pemutus  beban  yang  dapat  bekerja secara  

otomatis   untuk   mengamankan   sistem   dari   arus  

lebih   yang diakibatkan adanya gangguan hubung

singkat.

Saklar seksi otomatis (sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus

lebih, hanya dipasang bersama-sama  dengan  PBO  yang 

berfungsi  sebagai  pengaman  back-up nya. Alat ini

menghitung jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh

perlindungan   back-up   nya   secara   otomatis  

disisi   hulu   dan   SSO   ini membuka  pada  saat 

peralatan  pengaman  disisi  hulunya  sedang  dalam

posisi terbuka.

        Load breake switch (LBS)

Adalah suatu alat pemutus tegangan pada jaringan dengan

kondisi diberi beban.Alat ini memungkinkan perbaikan

jaringan saat terjadi gangguan ditengahtengah jalur

jaringan, sehingga tidak sampai memutuskan aliran

listrik. Dalam pendistribusian tenaga listrik dari satu

jaringan ke jaringan yang lain, akan dijumpai suatu

titik temu yang disebut gardu hubung / Key Point. Hal ini

memungkinkan untuk mengisi dan menerima distribusi

tenaga listrik dari satu penyulang ke penyulang lain

yang mengalami gangguan .

F.     Proteksi pada Gardu Distribusi

        Fuse Cut Out (FCO)

Adalah peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi

gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian

listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati

arus yang melewati kapasitas kerjanya.

Fungsi peralatan pelindung arus lebih pada suatu sistem

jaringan adalah mendeteksi gangguan dalam rangkaian,

dan memutus arus lebih pada harga rating pemutusnya,

sertadapat membantu bilamana peralatan pelindung yang

lain yang berdekatan tidak dapat bekerja dengan baik.

Peralatan FCO digunakan sebagai pengaman dan pemisah

daerah yang terkena gangguan, agar daerah pemadaman

tidak terlalu luas. Pada sistem jaringan distribusi,

FCO juga dipasang untuk mengamankan instrumen lainnya,

seperti : peralatan transformator, capasitor pengatur

tegangan dan jaringan percabangan satu phasa.

Namun ada kelemahan dari pengaman jenis ini, yaitu

penggunaannya terbatas pada penyaluran daya yang kecil,

serta tidak dilengkapi dengan alat peredam busur api

yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.

FCO ini di sistem jaringan distribusi yang dioperasikan

untuk tegangan diatas 600 Volt digolongkan sebagai

Distribution Cut Out (Power Fuse), Adapun cara mencari

ukuran fuse Link adalah :

R = P/V.√3

Dimana :

R : Hambatan

P : Daya Transformator

V : Tegangan = 20.000 volt (tegangan JTM)

Adapun Untuk mencari Ukuran Nh fuse adalah :

R = P/V.√3 setelah itu dibagi 3 karena Nh Fuse untuk 3

Fasa

Dimana :

R : Hambatan

V = Tegangan = 400 volt (tegangan fasa-fasa )

P : Daya transformator

        Arrester

Pengertian

Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu

alat pelindung bagi peralatan system tenaga listrik

terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan

surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga

listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang

datang dan mengalirkannya ke tanah.

Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan

tegangan system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan

harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa

mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas

sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah

untuk dilalui oleh kilat atau petir, sehingga tidak

timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.

Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang

diakibatkan oleh tegangan lebih external, arrester juga

melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan

lebih internal seperti surja hubung, selain itu

arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi

suatu system tenagan listrik. Bila surja dating ke

gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik

serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai

peralatan dalam gardu induk.

G. Keselamatan Kerja

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian

dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya

serta cara-cara melakukan pekerjaan ( Suma’mur, 1985)

Kesehatan kerja menurut ILO/WHO didefinisikan sebagai

promosi dan pemaliharaan fisik, mental dan

kesejahteraan sosial pekerja pada tingkat tertinggi

pada setiap pekerjaan melalui usaha preventif,

mengontrol risiko dan pengadaptasian pekerjaan ke

pekerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja menurut ILO/WHO Joint

Safety and Committe , 1998 yaitu promosi dan

pemeliharaan derajat tertinggi fisik, mental dan

kesejahteraan sosial setiap pekerja disemua pekerjaan,

pencegahan gangguan kesehatan terhadap pekerja yang

disebabkan oleh kondisi kerja, melindungi pekerja dari

risiko dan faktor risiko.

ALAT NPELINDUNG DIRI (APD)

1. Definisi Alat Pelindung Diri

Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk

melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap

kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan

kerja.

APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha

melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa

(engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan

dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti

dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

BAB III

Pelaporan

A.     Pemeriksaan

Right of Way (ROW) Atau Pemangkasan Pohon Yang

Menggangu Jaringan SUTM

Pelaksanaan pemangkasan pohon yang menggangu jaringan

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) atau istilah

kerennya Right of Way (ROW) yang dilaksanakan Yantek KP

Sukawening.

Tanpa pelaksanaan ROW yang benar, maka satu batang

ranting yang terbang mengenai jaringan SUTM dapat

menyebabkan trip atau padam yang merugikan ribuan

pelanggan dan merugikan petugas PLN sendiri.

B.    Pengukuran

Pengukuran Gardu

Pengukuran Gardu adalah suatu pekerjaan dimana setiap

gardu distribusi di ukur pada waktuWBP ( Waktu beban

Puncak ) terutama pada malam hari tepat nya pada pukul

17.00 sampai pukul 22.00 karena pada waktu tersebut

arus listrik sedang di gunakan semua.

SOP pada pengukuran gardu istribusi antara lain

adalah :

PERALATAN KERJA

1.1. Alat Kerja dan Alat Bantu

a. Radio Komunikasi

b. Tang Kombinasi (Alat Bantu)

c. Tool set

d. Alat Ukur Gardu – Tang ampere

e. Alat Ukur Pentanahan

f. Senter

1.2. Perlengkapan K3

a. Helm kerja

b. Sepatu alas karet tahan tegangan 20 kV

c. Sarung tangan 20 kV

e. Kaca Mata Kerja

f. Pakaian kerja

g. Sarung tangan kaos

h. Sepatu alas karet

Tujuan Pengukurtan gardu distribusi :

Prosedur ini bertujuan untuk mengatur dan mengendalikan

seluruh kegiatan yang berkaitan

dengan kegiatan pengukuran Beban Gardu Distribusi dan

Tegangan Ujung yang berlangsung di wilayah kerja PT PLN

(PERSERO) Area Cibatu .

Tindak Lanjut Pemeliharaan

Setelah dilakukan analisa kondisi trafo (Metode CBM)

dan

didapat kondisi trafo yang real maka dilakukan

rekomendasi

pemeliharaan. Apabila trafo dinyatakan overload normal

rekomendasi pemeliharaan dapat berupa uprating atau

sisipan

untuk menurunkan pembebanan trafo. Apabila trafo dalam

kondisi

overload tidak normal/tidak sesuai standar kriteria

trafo sehat

dilihat dari segi instalasi, kesesuaian peralatan

proteksi,

pembebanan, thermal, dan minyak maka dilakukan tindak

lanjut

sesuai dengan acuan ketidaknormalan dari segi yang

telah

disebutkan.

C.    Gangguan

1.      Relay arus lebih (Over Current Relay/OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap

arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir

melebihi nilai settingnya ( I set ).

Prinsip   kerja   OCR   pada   dasarnya   adalah   

suatu   alat   yang mendeteksi besaran arus yang

melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus.Harga

atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan

setting.

2.      Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)

Relay  gangguan  ke  tanah  (Ground  Fault  Relay/GFR) 

adalah  alat  yang berfungsi  untuk  mengamankan 

sistem  dari  arus  lebih  yang  diakibatkan adanya

gangguan satu fasa ketanah.

3.      Kawat penghantar putus ( Broken Conductor /BC)

Broken conductor adalah suatu keadaan gangguan dimana

gangguan sistem distribusi yang di sebabkan oleh

putusnya kawat penghantar

4.      Manuver saat terjadi gangguan

LBS atau kepanjangan dari Load Break Switch adalah

pemutus Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang dilakukan

secara manual dengan cara memutar stang sehingga pisau

yang ada dijaringan terbuka ataupun tertutup, yang

tujuannya untuk memutus dan menyambungkan arus listrik.

Fungsi LBS yaitu untuk memisahkan jaringan SUTM yang

berlainan wilayah atau untuk memutuskan arus disaat ada

pekerjaan ataupun disaat terjadi gangguan.

Mengganti Fuse Cut Out atau memasukan Fuse Link Karena

Gangguan OCR ( Over Current )

Konstruksi Fuse Cut Out

1. Isolator Porselin

2. Kontak Tembaga (disepuh perak)

3. Alat Pemadam/Pemutus Busur

4. Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)

5. Mata kait (dari brons) 6. Tabung pelebur (dari

resin)

7. Penggantung (dari kuningan)

8. Klem pemegang (dari baja)

9. Klem terminal (dari kuningan)

SOP PENGGANTIAN FCO

I. PETUGAS YANG TERKAIT

1. Regu Pemeliharaan

2. Pelaksana Lapangan

3. Piket Operasi

4. Perbekalan / Gudang

II. PERALATAN KERJA

1. Tool Kit lengkap

2. Tool Bag ( Kantong Kerja )

3. Tambang Plastik 25 M

4. Slink untuk Roller Gantung

5. Roller Gantung

6. Terpal Plastik

7. Radio komunikasi

8. Stick 20 kV

III. PERLENGKAPAN K3

1. Helm Pengaman

2. Pakaian Kerja / Work Pack

3. Sepatu Kerja

4. Tangga

5. Alat Pentanahan

6. Sabuk Pengaman

7. Sarung Tangan

IV. ALAT UKUR

1. Multi Tester

2. Megger Isolasi 5000 Volt DC

3. Voltage Detector

V. MATERIAL

1. F C O

2. Fuse Link

VI. PROSEDUR KERJA

TAHAP PERSIAPAN

1. Pelaksana lapangan menerima PK dari Regu

Pemeliharaan

2. Pastikan pelaksana lapangan memahami data PK

3. Membuat Kode 7 untuk mengambil material ke gudang

4. Persiapkan peralatan kerja, perlengkapan K3 dan alat

ukur

5. Lakukan pengujian dan pengukuran barrel FCO 20 kV

untuk memastikan FCO keadaan baik dengan megger isolasi

5000 Volt DC

6. Lakukan koordinasi dengan piket Operasi

TAHAP PELAKSANAAN PEMBEBASAN TEGANGAN

1. Mengadakan koordinasi pembagian tugas

2. Lakukan komunikasi dengan piket Operasi untuk

permintaan padam sesuai dengan SOP komunikasi.

3. Kenakan peralatan keselamatan kerja

4. Pasang tangga, dan pastikan tangga terpasang kokoh

5. Lakukan pengecekan tegangan TM setempat dengan

voltage detector untuk memastikan sudah tidak ada

tegangan

6. Pasang alat pentanahan setempat, dipasang dari arah

sumber tegangan

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGGANTIAN FCO

1. Pasang Roller gantung lengkap dengan tambang, pada

travers dudukan FCO

2. Naikkan Tool bag yang sudah dilengkapi kunci sesuai

dengan kebutuhan dan penerating oil.

3. Buka jumper-jumper FCO

4. Ikat FCO yang akan dibongkar dengan tambang

5. Bongkar dan turunkan FCO yang rusak dengan tambang

6. Naikkan FCO dan tabung FCO pengganti dengan tambang

7. Pasang FCO baru, berikut jumper-jumpernya

8. Periksa dan yakinkan kembali pemasangan FCO dan

jumper-jumper apakah sudah terpasang dengan baik dan

benar

9. Turunkan tool bag lengkap dengan isinya

10. Lepas dan turunkan pentanahan

11. Lepas dan turunkan roller gantung dengan tambang

12. Periksa dan pastikan tidak ada peralatan kerja, K3

dan alat Bantu tertinggal

13. Turunkan tangga dari tiang

TAHAP PENORMALAN TEGANGAN

1. Lakukan komunikasi dengan piket Operasi bahwa

pekerjaan penggantian FCO telah selesai sesuai SOP

komunikasi

2. Mintakan kembali untuk penormalan tegangan ke piket

Operasi sesuai SOP komunikasi

3. Lapor kembali pada piket dispatcher bahwa tegangan

sudah normal secara keseluruhan

4. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur

pada tempat yang telah disediakan.

D.    Memasang dan menyetel

Instalasi listrik kwh meter dan MCB

Aliran listrik yang masuk ke rumah kita berasal dari

kabel PLN yang masuk melewati KWH meter dan MCB, dengan

urutan uturan sebagai berikut :

1.      Pertama tama 2 buah kabel hitam (kabel Tuis) dari

tiang listrik disekitar rumah akan dibentangkan kerumah

kita, dua kabel itu terdiri dari kabel Fasa atau

positif dan kabel netral atau negatif.

2.      Kabel fasa akan disambung ke input KWH meter

kemudian akan disambungkan ke input MCB, dari kabel MCB

Fasakan masuk kedalam rumah berupa kabel NYM berwarna

hitam yang selanjutnya digunakan ke konsumen.

3.      Kabel netral atau negatif dari PLN akan tersambung

ke terminal KWH Meter kemudian akan masuk ke kerumah

konsumen untuk digunakan.

4.      Selain dua buah kabel yang datang dari PLN ada juga

kabel yang khusus dipasang sabagai grounding/arde,

kabel ini terhunbung langsung ketanah/bumi dengan cara

menanamkan pipa besi kedalam tanah dengan kedalaman

tertentu untuk kemudian akan dihubungkan dengan kabel

NYM yang berwarna kuning, kabel ini akan dihubungkan

pada seteiap terminal stop kontak.

5.      Fungsi kabel grounding/arde adalah untuk

menghilangkan stroom kecil yang biasanya terdapat badan

alat elektronik seperti : Kulkas, Komputer, Dll. Selain

itu grounding berfungsi untuk membuang arus liar yang

dapat menimbulakan percikan api pada stop kontak.

Gambar Memasang Dan Menyetel KWH Meter

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah kami selesai menyusun karya tulis ini dan

telah selesai pula prakerin, maka kami telah dapat

mengambil suatu kesimpulan serta saran yang kami

tujukan pad pihak sekolah dan industri.

1. kesimpulan

Setelah kami selesai menjalankan program prakrin,

maka kami mengambil beberapa kesimpulan yang bermanfaat

bagi kami. Kami telah menimba ilmu tentang bagaimana

cara pendisrtribusian listrik, serta bagaimana cara

perbaikan alat-alat instalasi listrik lainnya semisal

lampu dll selama tiga bulan ini, dan hasilnya telah

kami rasakan manfaatnya.

Kesimpulan kami tentang kegiatan ini antara lain

yaitu :

1.                                Prakerin dapat meningkatkan pengetahuan

siswa lebih luas

2.                                Prakerin dapat memberikan pengalaman kepada

siswa sehingga dapat merasakan begaimana keadaan suatu

pekerjaan di suatu perusahaan.

3.                                Prakerin di sp.sukaweuning tidak terpaku

pada suata pekerjaan, melainkan mencakup beberapa aspek

yaitu pendistribusian, pemasangan dan perbaikan

material.

4.                                dalam pelaksanaan prakerin, kami

mendapatkan bimbingan langsung dari pihak yang

berkepentingan, sehingga kami dapat melaksanakan denagn

baik dan benar serta tidak menimbulkan kerugian yang

fatal bagi perusahaan.

2. Saran

2.1. Saran untuk pihak sekolah

Setelah selesai melaksanakan Prakerin ini kami

memberikan saran bagi pihak sekolah bahwa dengan adanya

pelaksanaan Prakerin / PKL ini, maka di sarankan

terutama bagi pihak sekolah agar sekolah dan industri

lebih terjalin hubungan yang erat dengan memberikan

bimbingan yang sifatnya berkesinambungan, sehingga

dapat terkontrol serta terlihat kamajuan dan

kemundurannya di tempat melaksanakan program Prakerin

yaitu di perusahaan. Selain itu, pihak sekolah agar

lebih meningkatkan hubungan dengan pihak pelatiahan di

induk agar tidak terjadi kesalah fahaman antara pihak

sekolah dan pelatihan yang dapat menimbulkan

ketegangan-ketegangan di antara kedua belah pihak

2.2. Saran bagi pihak perusahaan

Selama mengikuti Prakerin / PKL di PLN

SP.Sukawening Rayon Cibatu kami akan memberikan saran

bagi pihak perusahaan agar lebih memperhatikan peserta

pelatihan dan membimbing dengan sungguh-sungguh

sehingga peserta pelatihan mendapatkan ilmu yang

bermanfaat. Dengan adanya jalinan hubungan yang baik

antara pihak perusahaan dengan peserta pelatihan akan

menumbuhkan kedisiplanan kerja yang terkoordinir dan

berkesinambungan.

Untuk itu, kami mengharapkan kepada pihak

perusahaan untuk menyusun program-program kerja atau

rencana-rencana kerja yang akan di laksanakan oleh

setiap peserta pelatihan di perusahaan ini, sehingga

akan benar-benar terasa manfaatnya dalam melaksanakan

praktek di perusahaan.