caleg perempuan dalam pusaran media

21
Caleg Perempuan Dalam Pusaran Liputan Media di Sumatera Utara Sistem pemilihan legislatif (Pileg) di Indonesia selalu didasari oleh sistem proporsional dalam rangka mengisi lembaga perwakilan rakyat seperti, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPRD Provinsi (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), dan DPRD Kabupaten/Kota. Begitu pula dengan pemilihan legislatif di Sumatera Utara. Sistem ini bertujuan untuk merekrut para wakil rakyat baik di tingkat nasional maupun lokal yang berasal dari berbagai kelompok, mengingat bahwa secara realitas sosial Indonesia merupakan negara plural. Dengan demikian sistem multipartai secara sosiologis dapat tercermin dalam hasil pemilu pada kursi DPR Pusat, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Thoha (2005) mengartikan pluralisme dalam pemahaman sosio-politis sebagai suatu sistem yang mengakui ko-eksistensi keragaman kelompok baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik di antara kelompok-kelompok. 1 . Hal ini tentunya tidak hanya sekedar memberi harapan, namun juga kesadaran kepada pemangku kebijakan dalam memahami bahwa ko- eksistensi berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dapat berjalan dengan tetap memelihara perbedaan-perbedaan dan karesteristik masing-masing. Pengertian tersebut secara substansial memang sudah mewakili keadilan sosial yang seharusnya tercermin dalam hasil pemilihan legislatif. Namun bagaimana pada kenyataan di lapangan? Dalam konteks pemilu, pluralisme justru hanya dilihat dari beragam partai politik yang masuk ke dalam parlemen. Sehingga pada akhirnya di tingkat yang lebih spesifik perbedaan gender bukan menjadi hal prioritas dalam model perekrutannya. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya politik yang ada di Indonesia, dimana politik hanya identik dengan laki-laki. Kentalnya budaya patriarki sejak awal sudah mengaburkan eksistensi perempuan di ranah politik, sehingga belum ditemukannya wacana positif mengenai hal ini. Sama halnya dengan fenomena yang terjadi di Sumatera Utara. Angka keterwakilan perempuan masih jauh di bawah angka nasional. Dimana pada tingkat nasional, jumlah keterwakilan perempuan pada kursi DPR mencapai 18%, sekitar 82 orang dari 560 yang terpilih. Sementara untuk DPRD Provinsi mencapai 16% atau sekitar 84 orang, dan pada tingkat DPRD Kabupaten/Kota mencapai 12% atau sekitar 88 orang. Angka 1 Thoha, Anis Malik. 2005. Tren Pluralisme Agama. Jakarta: Perspektif.

Upload: ingenst

Post on 26-Apr-2023

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Caleg Perempuan Dalam Pusaran Liputan Media di Sumatera Utara

Sistem pemilihan legislatif (Pileg) di Indonesia selalu didasari oleh sistem

proporsional dalam rangka mengisi lembaga perwakilan rakyat seperti, DPR (Dewan

Perwakilan Rakyat), DPRD Provinsi (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), dan DPRD

Kabupaten/Kota. Begitu pula dengan pemilihan legislatif di Sumatera Utara. Sistem ini

bertujuan untuk merekrut para wakil rakyat baik di tingkat nasional maupun lokal yang

berasal dari berbagai kelompok, mengingat bahwa secara realitas sosial Indonesia merupakan

negara plural. Dengan demikian sistem multipartai secara sosiologis dapat tercermin dalam

hasil pemilu pada kursi DPR Pusat, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Thoha (2005) mengartikan pluralisme dalam pemahaman sosio-politis sebagai suatu

sistem yang mengakui ko-eksistensi keragaman kelompok baik yang bercorak ras, suku,

aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat

karakteristik di antara kelompok-kelompok.1. Hal ini tentunya tidak hanya sekedar memberi

harapan, namun juga kesadaran kepada pemangku kebijakan dalam memahami bahwa ko-

eksistensi berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dapat berjalan dengan tetap

memelihara perbedaan-perbedaan dan karesteristik masing-masing. Pengertian tersebut

secara substansial memang sudah mewakili keadilan sosial yang seharusnya tercermin dalam

hasil pemilihan legislatif. Namun bagaimana pada kenyataan di lapangan? Dalam konteks

pemilu, pluralisme justru hanya dilihat dari beragam partai politik yang masuk ke dalam

parlemen. Sehingga pada akhirnya di tingkat yang lebih spesifik perbedaan gender bukan

menjadi hal prioritas dalam model perekrutannya.

Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya politik yang ada di Indonesia, dimana

politik hanya identik dengan laki-laki. Kentalnya budaya patriarki sejak awal sudah

mengaburkan eksistensi perempuan di ranah politik, sehingga belum ditemukannya wacana

positif mengenai hal ini. Sama halnya dengan fenomena yang terjadi di Sumatera Utara.

Angka keterwakilan perempuan masih jauh di bawah angka nasional. Dimana pada tingkat

nasional, jumlah keterwakilan perempuan pada kursi DPR mencapai 18%, sekitar 82 orang

dari 560 yang terpilih. Sementara untuk DPRD Provinsi mencapai 16% atau sekitar 84

orang, dan pada tingkat DPRD Kabupaten/Kota mencapai 12% atau sekitar 88 orang. Angka

1 Thoha, Anis Malik. 2005. Tren Pluralisme Agama. Jakarta: Perspektif.

ini tentunya tidak sebanding jika disandingkan dengan jumlah calon legislatif laki-laki yang

relatif lebih banyak.

Fenomena ini tentunya diharapkan berubah seiring dengan dikeluarkannya peraturan

UU No.8 Tahun 2012 yang memberikan hak istimewa bagi kaum perempuan untuk terjun ke

kancah politik. Hal ini kemudian memberikan makna mendalam bagi penguatan hak-hak

politik bagi kaum perempuan dalam memenuhi kuota keterwakilan sebanyak 30%. Dimana,

kepengurusan partai wajib mengakomodir sekurangnya 30% perempuan, begitu juga dalam

proses pengajuan bakal caleg yang wajib menyatakan 30% perempuan di setiap daerah

pemilihan. Merujuk peraturan tersebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemudian

menafsirkan lebih lanjut ke dalam Peraturan KPU RI No.29 Tahun 2013 dalam pasal 27 ayat

3 tentang pencalonan anggota DPR, DPD, dan DPRD. Dimana, caleg perempuan akan

menjadi prioritas jika suatu daerah pemilihan terdapat dua caleg berjenis kelamin berbeda

memperoleh jumlah suara sama.

Peraturan tersebut patut mendapat apresiasi terhadap ketentuan mengedepankan

demokrasi serta mengutamakan keterwakilan perempuan di parlemen. Partai politik yang

terlibat juga sepatutnya rasional dan objektif melihat dinamika percaturan politik di

Indonesia, karena secara kuantitas, pemilih terbanyak dan terbesar adalah kaum perempuan.

Sehingga kualitas yang dilahirkan dari kalangan perempuan mampu menyeimbangi kualitas

calon legislatif dari kalangan pria. Tentunya dengan tidak hanya melakukan pendekatan

personalitas dan organisatoris saja, namun juga apik melakukan pelatihan kepemimpinan

terhadap kader perempuan agar lebih mampu berkiprah di dunia politik.

Hal terpenting lainnya adalah bahwa kekuatan politik perempuan tidak akan

terkonsolidasi dengan baik jika kebijakan afirmatif terhadap perempuan tidak diberlakukan

secara optimal. Salah satu yang mampu mempengaruhinya adalah peningkatan kesadaran dan

keterwakilan publik yang harus selalu ditingkatkan sehingga terbangun pentingnya eksistensi

dan peran perempuan dalam bidang politik. Perwujudan hal tersebut perlu dilakukan dengan

mengekspos kampanye publik secara intensif dengan memanfaatkan saluran komunikasi

massa yang efektif. Idealnya, kalangan media harus selalu peduli untuk melakukan civic

education sekaligus watching to the political process selama pemilihan legislatif

berlangsung.2 Dalam hal ini, media tidak hanya menjalankan fungsi informasi, tetapi juga

menyalurkan fungsi edukatif dalam membantu mempublikasikan track record para kader

2 Henry Subiakto (2012). Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi

politik perempuan yang siap tempur di dunia politik. Dengan demikian partisipasi politik

perempuan dengan mudah diterima oleh masyarakat sehingga mampu mengedepankan nilai-

nilai keberagaman yang adil.

Sejalan dengan hal itu, perilaku media massa di Sumatera Utara juga perlu diawasi

untuk sekedar mengukur seberapa aktif mereka mempublikasikan pemberitaan calon

legislatif dari kalangan perempuan. Apakah peran aktifnya sebagai saluran informatif dan

berimbang sudah memenuhi kaidah etika media selama masa pemilihan legislatif

berlangsung? Sesuai dengan poin yang dituliskan oleh Henry Subiakto dan Rachmah Ida

dalam buku Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi bahwa media idealnya selalu

memberikan kesempatan yang sama pada semua peserta pemilu secara personal, baik yang

berasal dari partai besar ataupun kecil, terutama baik laki-laki ataupun perempuan. Kemudian

hal yang terpenting juga untuk diketahui adalah bagaimana posisi calon legislatif perempuan

dalam setiap pemberitaan? Sudahkah caleg perempuan independen dan mampu berdiri sendiri

tanpa ada embel-embel stereotype yang menjatuhkan citra perempuan? Masihkah ada bias

gender yang tersirat dalam kalimat pemberitaan? Karena hal ini secara otomatis akan

meneruskan budaya pengelompokan perempuan sebagai kaum minoritas dan terpinggirkan,

sehingga sulit mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki untuk berkiprah di dunia

politik.

Metode dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantatif. Berelson & Kerlinger

(Kriyantono: 2012) mengartikan bahwa analisis isi merupakan suatu metode untuk

mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif

terhadap pesan yang tampak3. Adapun prinsip-prinsip dari metode analisis isi ini adalah

Pertama, sistematis artinya perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis.

Kedua, objektif artinya hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya.

Ketiga, kuantitatif artinya mencatat nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai

jenis isi yang didefinisikan. Keempat, isi yang nyata artinya yang diriset dan dianalisis adalah

isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset.

Dalam penelitian ini, berita yang dianalisis adalah seluruh pemberitaan calon legislatif

perempuan dan laki-laki dalam kaitannya dengan Pemilihan Legislatif 2014 (Pileg) yang

3 Rachmat Kriyantono, Ph.D dalam buku “Teknik Praktis Riset Komunikasi” (Kriyantono, 2012)

dimuat oleh lima surat kabar lokal di Medan yakni, Harian Analisa, Waspada, Medan Bisnis,

Sinar Indonesia Baru (SIB), dan Tribun Medan. Pilihan kelima surat kabar didasarkan jumlah

tiras yang cukup besar dengan segmentasi yang beragam. Adapun pemberitaan calon

legislatif laki-laki turut diteliti untuk mengetahui jumlah perbandingan pemberitaan

keduanya. Berita yang dianalisis dibatasi mulai dari periode 16 Maret – 05 April 2014.

Pembatasan edisi surat kabar didasari oleh alasan bahwa pada tanggal tersebut merupakan

masa kampanye menjelang pemilihan legislatif. Adapun indikator yang dianalisis dalam

penelitian ini terdiri dari 6 kategori yakni:

1. Penempatan Berita

1.1 Rubrik

1.2 Tata Letak

2. Asal Berita (kategori ini bisa lebih dari satu dalam satu berita)

3. Caleg yang diberitakan

4. Orientasi Pemberitaan

5. Posisi Caleg Perempuan

6. Bias Gender Dalam Pemberitaan

Hasil Monitoring

Partisipasi politik perempuan tidak saja dilakukan dengan memberikan suara, tetapi juga

dilakukan dengan cara perempuan terjun langsung ke dunia politik. Selama ini jumlah

keterlibatan perempuan di dunia politik semakin meningkat. Hal ini tentunya juga atas upaya

regulasi yang mengharuskan partai politik memenuhi kuota keterwakilan perempuan

sebanyak 30%. Tapi, kondisi yang terlihat di Sumatera Utara tidak menunjukkan hal yang

signifikan. Pengaruh besar tentunya datang dari media massa sebagai saluran informasi yang

seharusnya mendukung keberadaan perempuan melalui teknik peliputan dan framing atau

kerangka mengupas diskursus politik pada kalangan perempuan. Jumlah pemberitaan dengan

jumlah calon legislatf yang maju ke senayan terlihat tidak seimbang. Publikasi pengenalan

calon legislatif perempuan cenderung terdiskriminasi secara jumlah. Tidak hanya itu, isi

pemberitaan juga masih banyak meliput kandidat politisi perempuan melalui isu stereotype.

Dengan menonjolkan kaum perempuan yang lemah, tidak mampu berdiri sendiri tanpa

popularitas keluarga terdekat, seperti suami dan ayah dari kandidat perempuan itu sendiri.

Hal tersebut akan dikupas melalui analisis kuantitatif yang akan dijabarkan seperti berikut di

bawah ini:

1. Frekuensi Pemberitaan

Frekuensi

Pemberitaan Analisa Waspada

Medan

Bisnis SIB

Tribun

Medan Total

F % F % F % F % F % F %

Caleg Perempuan 16 27% 8 21% 13 19% 3 10% 5 36% 45 21%

Caleg Laki-laki 40 68% 30 79% 50 71% 23 79% 9 64% 152 72%

Campuran 3 5% 0 0% 7 10% 3 10% 0 0% 13 6%

Jumlah 59 100% 38 100% 70 100% 29 100% 14 100% 210 100%

Tabel 1.

Dari tabel di atas ditemukan bahwa pemberitaan dari 21 edisi kelima surat kabar yang

diteliti, pemunculan pemberitaan mengenai calon legislatif laki-laki dan perempuan

berjumlah 210 berita. Dimana terlihat secara detail dalam diagram 1 bahwa khusus caleg

perempuan saja, pemberitaan hanya mencapai angka 21% atau sekitar 45 berita. Sementara

untuk caleg laki-laki mencapai angka 72% atau sekitar 152 berita. Selebihnya adalah berita

campuran keduanya, yakni mencapai angka 6% atau sekitar 13 berita.

Diagram.1

Kemudian secara spesifik, terlihat pada grafik 1 bahwa media cetak yang aktif

memberitakan kandidat politik pada pemilihan legislatif 2014 adalah Medan Bisnis sebanyak

70 pemberitaan. Perbandingan mencolok terlihat dengan pemberitaan caleg perempuan yang

hanya ditampilkan sekitar 19% dan caleg laki-laki sebanyak 71%. Hal ini dipengaruhi oleh

penyediaan halaman khusus pemilu pada masa kampanye. Sementara pada urutan kedua surat

22%

72%

6%

Perbandingan pemunculan liputan caleg perempuan, caleg laki-laki, dan gabungan

keduanya

Caleg Perempuan

Caleg Laki-laki

Campuran

kabar Harian Analisa memumculkan 59 pemberitaan. Dengan porsi masing-masing caleg

perempuan sebanyak 27% atau sekitar 16 berita, caleg laki-laki sebanyak 68% atau sekitar 40

berita. Sisanya 3 berita (5%) merupakan berita campuran keduanya. Posisi selanjutnya

diduduki oleh surat kabar Waspada dengan pemunculan keseluruhan berita sebanyak 38

berita tanpa ada berita campuran. Dimana, berita caleg perempuan sebanyak 21% atau sekitar

8 berita dan caleg laki-laki sebanyak 79% atau sekitar 30 berita. Dua posisi terbawah

diduduki oleh surat kabar Sinar Indonesia Baru (SIB) dan Tribun Medan.

Sama halnya dengan ketiga surat kabar di atas, jumlah pemberitaan pada surat kabar

SIB juga memperlihatkan perbandingan yang mencolok, yakni hanya 3 (10%) saja

pemberitaan terkait caleg perempuan dan 23 (79%) pemberitaan terkait caleg laki-laki, 3

(10%) berita selebihnya adalah campuran keduanya. Begitu pula dengan surat kabar Tribun

Medan, pemunculan pemberitaan caleg perempuan sejumlah 5 berita dari 14 yang ditemukan

atau sekitar 36%. Kemudian pemberitaan caleg laki-laki sejumlah 9 berita atau sekitar 64%.

Sementara itu tidak ditemukannya berita campuran keduanya.

Grafik.1

AnalisaWaspa

daMedan Bisnis

SIBTribun Medan

Caleg Perempuan 16 27% 8 21% 13 19% 3 10% 5 36%

Caleg Laki-laki 40 68% 30 79% 50 71% 23 79% 9 64%

Campuran 3 5% 0 0% 7 10% 3 10% 0 0%

0

10

20

30

40

50

60

Grafik 1.Frekuensi Pemberitaan Caleg Perempuan dan Caleg Laki-laki di

Media Cetak

2. Penempatan Berita

a. Rubrik

Rubrik Analisa Waspada

Medan

Bisnis SIB

Tribun

Medan Total

F % F % F % F % F % F %

Nasional 0 0% 0 87% 1 1% 3 10% 0 0% 4 2%

Daerah 0 0% 0 0% 8 11% 23 79% 0 0% 31 20%

Internasional 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Hukum 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Pendidikan 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Politik 0 0% 0 0% 56 80% 0 0% 0 0% 56 27%

Pemilu 58 98% 33 87% 0 0% 0 0% 14 100% 105 50%

Lainnya 1 2% 5 13% 5 7% 3 10% 0 0% 14 9%

Jumlah 59 100% 38 100% 70 100% 29 100% 14 100% 210 100%

Tabel.2

Kategori rubrik merupakan salah satu unsur yang layak diteliti, sebab penempatan

berita berdasarkan rubrik (kepala karangan) dapat dengan mudah memperlihatkan

pemberitaan sejenis. Dari hasil monitoring, ada tiga surat kabar yang membuat rubrik khusus

Pemilu. Dimana jumlah terbanyak pemberitaan kandidat legislatif terdapat pada rubrik

Pemilu sebanyak 105 berita atau sekitar 50%. Masing-masing diperoleh dari Harian Analisa

sebanyak 58 berita, Waspada sebanyak 33 berita, dan Tribun Medan sebanyak 14 berita.

Selanjutnya rubrik Politik menempati posisi kedua terbanyak pada surat kabar Medan Bisnis,

yakni sebanyak 56 berita atau sekitar 27%.. Rubrik dengan posisi ketiga terbanyak

memberitakan calon legislatif adalah rubrik Daerah sejumlah 31 berita atau sekitar 20%.

Dimana 8 berita berasal dari Medan Bisnis dan 23 berita berasal dari SIB. Selanjutnya pada

rubrik Lainnya merupakan rubrik terbanyak keempat sebanyak 14 berita. Harian Analisa 1

berita pada rubrik “Analisa Minggu”, Waspada 5 berita pada rubrik “Laporan Khusus”,

Medan Bisnis 5 berita pada rubrik “Metropolitan”, SIB 2 berita pada rubrik “Pumpunan” dan

1 berita pada rubrik tanpa judul, dan tidak ditemukan pemberitaan di luar rubrik khusus

pemilu pada surat kabar Tribun Medan. Rubrik paling sedikit memunculkan pemberitaan

calon legislatif adalah rubrik Nasional dengan jumlah 4 berita atau sekitar 2% dari

keseluruhan rubrik yang diteliti. Hal ini dipengaruhi oleh konteks pemilihan legislatif yang

lebih dominan masuk ke dalam kategori berita daerah, sehingga pemunculan berita pada

rubrik Nasional hanya diisi oleh calon legislatif khusus DPR RI dengan daerah pemilihan di

Sumatera Utara. Diantaranya, suratkabar Medan Bisnis sebanyak 1 berita dan SIB sebanyak 3

berita.

Dari keseluruhan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa selama masa

menjelang pemilihan legislatif, surat kabar lokal yang paling gencar menampilkan

pemberitaan calon legislatif baik perempuan maupun laki-laki adalah Medan Bisnis.

Meskipun tidak memiliki agenda khusus dalam menetapkan rubrik pemberitaan pemilu dan

dominan berorientasi pada pemberitaan bisnis dan ekonomi, namun Medan Bisnis secara

konsisten menampilkan profil calon legislatif pada rubrik politik sehingga informasi

mengenai Pileg dengan mudah ditemukan. Dari 5 surat kabar yag diteliti ditemukan 3

diantaranya yang memiliki agenda khusus dalam menampilkan pemberitaan terkait pileg

yakni, Harian Analisa dengan judul rubrik Pentas Demokrasi, Waspada dengan judul rubrik

Pentas pemilu 2014, dan Tribun Medan dengan judul rubrik Tribun Election.

b. Tata Letak

Tata Letak Analisa Waspada

Medan

Bisnis SIB

Tribun

Medan Total

F % F % F % F % F % F %

Headline 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Halaman Depan Bukan Headline 0 0% 0 0% 1 1% 3 10% 0 0% 4 2%

Halaman Dalam 0 0% 0 0% 68 97% 25 86% 0 0% 93 44%

Halaman Belakang 1 2% 0 0% 1 1% 1 3% 0 0% 3 1%

Halaman Khusus Pemilu 58 98% 33 87% 0 0% 0 0% 14 100% 105 50%

Halaman Khusus/Suplemen 0 0% 5 13% 0 0% 0 0% 0 0% 5 2%

Jumlah 59 100% 38 100% 70 100% 29 100% 14 100% 210 100%

Tabel.3

Selain rubrik, pada kategori penempatan berita diperlukan adanya analis mengenai

tata letak (layout). Alasan utama menggunakan indikator ini adalah bahwa tata letak

pemberitaan merupakan faktor yang menjadikan suatu wacana berita dinilai penting atau

tidak untuk dibaca oleh khalayak. Beberapa kategori yang dilihat dalam bagian tata letak

adalah headline, halaman depan bukan headline, halaman dalam, halaman belakang, halaman

khusus pemilu, dan halaman khusus/suplemen.

Dari hasil perolehan kuantitas yang terlihat pada tabel 3 bahwa setengah (50%) dari

keseluruhan liputan calon legislatif ada pada halaman khusus pemilu. Hal ini dipengaruhi

oleh 3 dari 5 surat kabar yang telah dteliti memanfaatkan halaman khusus pemilu dalam

mengekspos berita-berita terkait pemilihan legislatif 2014. Ketiga surat kabar tersebut adalah

Harian Analisa sebanyak 58 berita, Waspada sebanyak 33 berita, dan Tribun Medan sebanyak

14 berita. Sementara 44% diantaranya atau sekitar 93 berita ditempatkan pada halaman

dalam, dimana Medan Bisnis menampilkan sebanyak 68 berita dan Sinar Indonesia Baru

(SIB) sebanyak 25 berita. Sama halnya pada bagian halaman dalam non-headline, hanya

terdapat dua surat kabar yang meletakkan pemberitaan pemilihan legislatif, yakni Medan

Bisnis sebanyak 1 berita dan SIB sebanyak 3 berita.

Meskipun halaman khusus pemilu sudah cukup memadai dalam upaya membuat

agenda tata letak liputan para kandidat calon legislatif, namun hal tersebut tidak cukup

memadai bagi surat kabar Waspada. Dari hasil monitoring, ditemukan 5 peliputan berita

calon legislatif terletak pada halaman suplemen atau tambahan. Dimana, halaman ini diberi

judul “Laporan Khusus” dan biasanya dapat menghabiskan satu atau dua halaman penuh

dengan desain fullcolour. Sementara 3 berita atau sekitar 1% dari keseluruhan halaman yang

digunakan ada pada halaman bagian belakang. Dari 3 berita yang ditemukan, masing-masing

ditampilkan pada surat kabar Harian Analisa, Medan Bisnis, dan Sinar Indonesia Baru.

3. Asal Berita

Asal Berita Analisa Waspada Medan Bisnis SIB

Tribun

Medan Total

F % F % F % F % F % F %

Konferensi Pers 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 3 18% 3 1%

Press release 23 29% 6 17% 7 9% 4 14% 0 0% 40 17%

Keterangan Humas , Jubir 0 0% 5 14% 0 0% 0 0% 0 0% 5 2%

Liputan lapangan (langsung

Wawancara) 57 71% 25 69% 70 91% 20 69% 14 82% 186 78%

Mengutip Keterngan Media Lain 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Tidak Jelas 0 0% 0 0% 0 0% 5 17% 0 0% 5 2%

Jumlah 80 100% 36 100% 77 100% 29 100% 17 100% 239 100%

Catatan: Kategori Asal Berita bisa lebih dari satu dalam satu berita

Tabel.4

Tahap berikutnya adalah menganalisis asal ataupun sumber berita. Hal ini perlu

diketahui dengan alasan kuat bahwa, nilai kualitas suatu media akan teruji darimana beritanya

berasal. Tentunya media yang berkualitas adalah media yang mengutamakan kepentingan

publik dengan memperoleh berbagai informasi secara independen. Dalam hal ini, peneliti

menentukan kategori pengelompokan asal atau sumber berita ke dalam beberapa bagian

berikut yakni, konferensi pers, press release, keterangan humas/jubir, liputan lapangan,

mengutip keterangan media lain, atau tidak jelas. Keseluruhan pembagian kelompok tersebut

didasari oleh pendapat yang dikemukakan oleh Eugene J.Webb dan Jerry R. Salancik4 yakni,

4 Ishwara, Luwi. 2005. “Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar”. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita, proses wawancara, pencarian atau

penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik, dan partisipasi dalam peristiwa. Kecuali

untuk kategori tidak jelas, hal ini turut dipertimbangkan sebab selama melakukan monitoring

pemberitaan peneliti menemukan adanya pemberitaan yang tidak mencantumkan sumber

berita yang jelas, baik by line maupun kode penulis di akhir berita. Jumlah kuantitas sumber

berita akan melebihi angka jumlah liputan yang ditemukan, sebab di dalam satu pemberitaan

peneliti mempertimbangkan sumber berita yang ternyata tidak hanya dari satu sisi saja.

Berikut pemaparannya:

Dari hasil monitoring ditemukan bahwa dari 59 liputan, surat kabar Harian Analisa

menampilkan pemberitaan yang berasal dari liputan langsung sebanyak 57 berita dan press

release sebanyak 23 berita. Berbeda dengan surat kabar Waspada, sumber berita yang

diperoleh tidak hanya berasal dari liputan langsung dan press release saja, namun juga

berasal dari keterangan humas/jubir. Dimana masing-masing jumlahnya yakni, liputan

langsung sebanyak 25 berita, press release sebanyak 6 berita, dan keterangan humas/jubir

sebanyak 5 berita. Adapun pemberitaan yang ebrasal dari keterangan humas/jubir pada surat

kabar Waspada ditandai pada rubrik tambahan/suplemen secara keseluruhan.

Hampir sama halnya dengan Harian Analisa, hasil monitoring menemukan bahwa

surat kabar Medan Bisnis dan Tribun Medan menampilkan liputan kandidat calon legislatif

yang bersumber dari dua kategori. Dimana pada Medan Bisnis 70 diantaranya merupakan

liputan langsung dan 7 diantaranya gabungan antara press release dan wawancara langsung.

Sementara pada Tribun Medan, 14 diantaranya bersumber dari liputan langsung dan 3

diantaranya merupakan gabungan antara konferensi pers sekaligus liputan langsung. Namun,

jumlah yang sedikit berbeda terlihat pada surat kabar SIB, dimana dari 29 peliputan yang

ditemukan, 5 diantaranya tidak memperlihatkan sumber yang jelas. Hal tersebut

dipertanyakan sebab tidak ada penanda yang mampu memperkuat hasil peliputan ke lima

berita tersebut, baik by line maupun kdoe penulis di akhir berita. Sementara sisanya berasal

dari liputan langsung sebanyak 20 berita dan gabungan wawancara dan press release

sebanyak 4 berita.

Dari keseluruhan surat kabar yang diteliti dapat dikuantitaskan sebanyak 78%

pemberitaan bersumber liputan langsung. Hal ini tentunya menjadi info yang cukup baik

yang dapat menunjukkan bahwa media cetak lokal sudah mampu memberikan potensi

independen dalam memperoleh berita.

4. Orientasi Pemberitaan Terhadap Kaum Marjinal

Orientasi Pemberitaan Analisa Waspada Medan Bisnis SIB

Tribun

Medan Total

F % F % F % F % F % F %

Positif 10 17% 8 21% 12 17% 2 7% 4 29% 36 17%

Negatif 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Penilaian negatif dan positif 4 7% 0 0% 2 3% 0 0% 0 0% 6 3%

Tidak ada penilaian 45 76% 30 79% 56 80% 27 93% 10 71% 168 80%

Jumlah 59 100% 38 100% 70 100% 29 100% 14 100% 210 100%

Tabel.5

Selain untuk mengukur jumlah pemunculan peliputan kandidat calon legislatif

perempuan dan laki-laki, monitoring juga dilakukan untuk mengetahui orientasi pemberitaan.

Poin ini berguna untuk mengulik sedikit arah pemberitaan yang digambarkan oleh media

cetak terhadap objek maupun subjek liputan mereka, terkhusus pada caleg perempuan yang

masih minim ditemukan dalam setiap pemberitaan. Kategori yang digunakan adalah

pemberitaan yang bernada positif, negatif, penilaian positif dan negatif, atau tanpa ada

penilaian sama sekali. Dalam hal ini, orientasi pemberitaan hanya difokuskan kepada caleg

perempuan yang masih dianggap minoritas dalam pemilihan legislatif. Hal tersebut tentunya

hanya diperhitungkan pada peliputan berita yang mengandung unsur kandidat caleg

perempuan saja. Untuk itu, dari 210 peliputan berita yang diperoleh hanya ada 58 berita yang

akan dianalisis oientasi pemberitaannya. Angka tersebut diperoleh dari data jumlah liputan

berita caleg perempuan sejumlah 45 berita dan liputan caleg perempuan dan laki-laki

(campuran) sejumlah 13 berita.

Hasil monitoring menemukan bahwa dari keseluruhan surat kabar tidak ada orientasi

pemberitaan yang bernada negatif. Dan rari keseluruhan berita yang dianalisis, setidaknya

terdapat 6 atau sekitar 3% liputan caleg perempuan yang memiliki penilaian negatif dan

positif. Angka tertinggi diperoleh pada orientasi pemberitaan tanpa penilaian sebanyak 168

berita. Hal tersebut dipengaruhi oleh karena sebagian besar liputan yang ditemukan adalah

peliputan caleg laki-laki. Sementara untuk peliputan yang bernada positif terdapat 36 berita

atau sekitar 17% dan hanya terdapat 6 berita atau sekitar 3% saja berita yang memiliki unsur

penilaian negatif dan positif.

Salah satu pemberitaan yang berorientasi positif pada pemberitaan caleg perempuan

terlihat pada surat kabar Medan Bisnis5 dengan judul “Jabat Ketua Komisi A, Lily minta

kemananan di Kota Medan Ditingkatkan.” Penggambaran positif terlihat pada peliputan yang

menonjolkan prestasi Lily sebagai caleg perempuan yang memiliki track record meyakinkan

karena jabatan sebelumnya sebagai ketua komisi A. Nada positif yang berbeda juga

ditonjolkan pada Harian Analisa pada edisi Selasa, 25 Maret 2014 dengan judul “Hak

Perempuan Harus Diperjuangkan” yang dominan menggambarkan bahwa caleg perempuan

peduli terhadap keberlangsungan hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan. Termasuk

hak untuk mendapatkan kesamaan kedudukan caleg perempuan di dunia politik. Sedikit

berbeda dengan surat kabar Waspada, dari 8 berita yang diperoleh mengenai caleg

perempuan, keseluruhannya bernada positif. Meskipun begitu, jumlah tersebut sangat tidak

memadai untuk menempatkan perempuan bukan sebagai kaum marginal dengan alasan

perbandingan 1:4 tidaklah cukup bagi perempuan mengekspresikan dirinya lebih leluasa pada

publik. Begitu pula orientasi pemberitaan positif yang mewarnai surat kabar Tribun Medan.

Hal-hal yang diangkat secara intensif adalah mengenai kampanye publik yang dilakukan

caleg perempuan dari partai politik yang membawanya masuk ke dalam pemilihan legislatif.

Dari 5 pemberitaan yang diperoleh, setidaknya 4 berita di antaranya menggambarkan

penilaian yang positif terhadap caleg perempuan. Berbeda dengan surat kabar SIB yang

hanya menampilkan 3 liputan terkait caleg perempuan dan 2 diantaranya bernada positif.

5. Posisi Caleg Perempuan

Posisi Caleg Perempuan Analisa Waspada

Medan

Bisnis SIB

Tribun

Medan Total

F % F % F % F % F % F %

Bagian Awal 1 5% 0 0% 0 0% 1 17% 0 0% 2 3%

Bagian Tengah 4 21% 0 0% 3 15% 1 17% 0 0% 8 14%

Bagian Akhir 0 0% 0 0% 5 25% 2 33% 0 0% 7 12%

Keseluruhan 14 74% 8 100% 12 60% 2 33% 5 100% 41 71%

Jumlah 19 100% 8 100% 20 100% 6 100% 5 100% 58 100%

Tabel.6

Berikutnya adalah kategori analisis posisi caleg perempuan dalam peliputan di surat

kabar. Hal ini merupakan poin yang dapat mengukur apakah suatu pemberitaan memiliki

kecenderungan bias dalam menampilkan sosok perempuan ditengah-tengah masa pemilihan

5 Edisi Sabtu, 22 Maret 2014.

legislatif. Ini juga mampu menggambarkan bagaimana media mampu mengangkat derajat

pada kalangan publik yang masih menganggap bahwa stereotype perempuan yang masih

terpinggirkan dalam dunia politik. Selain itu, proses analisis posisi caleg perempuan juga

ingin melihat tingkat penting atau tidaknya caleg perempuan diberitakan dalam satu

peliputan. Dari 58 pemberitaan yang diperoleh, mayoritas posisi caleg perempuan tergambar

secara keseluruhan sebanyak 41 berita atau sekitar 71%. Angka ini diperoleh dari kelima

surat kabar yang diteliti dengan jumlah yang berbeda-beda yakni, Harian Analisa sebanyak

14 berita, Waspada sebanyak 8 berita, Medan Bisnis sebanyak 12 berita, SIB sebanyak 2

berita, dan Tribun Medan sebanyak 2 berita.

Tentunya pada bagian awal akan mencerminkan bahwa caleg perempuan lebih

diprioritaskan, mengingat dalam satu peliputan terdapat dua subjek pemberitaan sekaligus

yakni, caleg perempuan dan laki-laki. Adapun pemberitaan yang memposisikan caleg

perempuan pada bagian awal tulisan hanya terdapat 2 pemberitaan saja atau seitar 3%. Hal

tersebut diperoleh dari surat kabar harian Analisa dan SIB. Sementara untuk posisi penulisan

terkait caleg perempuan pada bagian tengah diperoleh sebanyak 8 berita ataus ekitar 14%.

Masing-masing berita berasal dari Harian Analisa sebanyak 4 berita, Medan Bisnis sebanyak

3 berita, dan SIB sebanyak 1 berita. Berikutnya, tidak ditemukan posisi penulisan bagian

akhir pada surat kabar Harian Analisa, Waspada, dan Tribun Medan. Sekitar 12% atau 7

berita tersebut (lihat tabel 6) berasal dari surat kabar Medan Bisnis sebanyak 5 berita dan SIB

sebanyak 2 berita.

Dari kuantitas yang diperoleh pada kategori posisi caleg perempuan ini, setidaknya

perempuan sebagai kaum minoritas dalam dunia politik masih mendapatkan tempat yang

penting. Meskipun masih ada peliputan yang mengabaikan caleg perempuan dengan

menempatkannya pada tulisan di bagian akhir. Dari 7 berita tersebut rata-rata hal yang

menyebabkan posisi perempuan terletak pada bagian akhir adalah berita campuran, dimana

konten berita dominan memprioritaskan caleg laki-laki pada bagian awal dan tengah dan

hanya menyebutkan nama caleg perempuan di bagian akhir tanpa pembahasan lebih

mendalam.

6. Caleg yang Diberitakan

Menyoroti fokus penelitian hanya pada caleg perempuan, maka kategori yang dibahas

dalam poin ini adalah khusus kepada caleg perempuan saja. Dimana hal yang ingin dilihat

adalah identitas dari subjek liputan yang terdiri dari nama, jenis kelamin, asal partai, dan

posisi yang ingin dicapai dalam tahap pencalonan. Adapun keterangan pada poin ini dapat

dilihat pada tabel 7 berikut:

Media Cetak Nama Caleg Perempuan

yang Diliput

Asal

Partai

Pencalonan kursi

parlemen Keterangan

Surat Kabar Edisi

Harian Analisa

Rabu, 19/03/2014 Dewi Astuty Hanura

DPRD

Kabupaten/Kota

Sabtu, 22/03/2014 Geeta Nasdem DPR-RI

Selasa, 25/03/2014

Anna Mari Ulina Gerindra DPR-RI

Lily Gerindra

DPRD

Kabupaten/Kota

Rosta Demokrat

DPRD Sumatera

Utara

Juli Suhaerani Gerindra DPR-RI

Kamis, 20/03/2014

Nina Rista Nasdem

DPRD

Kabupaten/Kota

Kampanye di Media

Sosial

Raihanatul Husna Hanura

DPRD

Kabupaten/Kota

Delia Pertiwi Golkar DPR-RI

Jum'at, 28/03/2014 Anna Mari Ulina Gerindra

DPRD Sumatera

Utara

Siti Mariani PDI-P DPR-RI

Minggu, 30/03/2014 Damai Yona Demokrat

DPRD Sumatera

Utara Peluncuran Buku

Selasa, 01/04/2014 Purnama Golkar DPR-RI

Dame, Anna, Nursianna,

Evi Gerindra

DPR-RI, DPRD

Kabupaten/Kota,

DPRD Sumatera

Utara

Kampanye Gabungan

Kamis, 03/04/2014 Shanny Joan Salim PKPI

DPRD Sumatera

Utara

Anna Mari Ulina Gerindra DPR-RI

Rabu, 02/04/2014 Delia Pertiwi Golkar DPR-RI

Sabtu, 05/04/2013 Tetty Juliaty Nasdem

DPRD Sumatera

Utara Profil

Samosir Rismawaty PDI-P

DPRD

Kabupaten/Kota

Waspada

Kamis, 20/03/2014 Meutya Hafid Golkar DPR-RI

Syafrida Fitri Golkar

DPRD Sumatera

Utara

Jum'at, 21/03/2014 Anna Mari Ulina Gerindra DPR-RI

Selasa, 25/03/2014 Meutya Hafid Golkar DPR-RI

Meutya Hafid Golkar DPR-RI

Jum'at, 28/03/2014 Meutya Hafid Golkar DPR-RI

Anna Mari Ulina Gerindra DPR-RI

Sabtu, 29/03/2014 Purnama Golkar DPR-RI

Medan Bisnis

Senin, 17/03/2014 Heni Ria PDI-P

DPRD Sumatera

Utara

Rabu, 19/03/2014 Dewi Astuty Hanura

DPRD

Kabupaten/Kota

Kamis, 20/03/2014 Dewi Astuty Hanura DPRD

Tabel.7

Kabupaten/Kota

Jum'at, 21/03/2014 Mega Magdalena PDI-P

DPRD

Kabupaten/Kota

Sabtu, 22/03/2014 Nora Malau Gerindra DPR-RI

Lily Gerindra

DPRD

Kabupaten/Kota

Senin, 24/03/2014 Elvie Maria Gerindra DPR-RI

Kusmawati PAN

DPRD Sumatera

Utara

Selasa, 25/03/2014 Rosta Demokrat

DPRD Sumatera

Utara

Rabu, 26/03/2014

Meutya Hafid Golkar DPR-RI

Nursianna, Dame Duma Gerindra

DPRD Sumatera

Utara

Tetty Juliaty Nasdem

DPRD Sumatera

Utara

Jum'at, 28/03/2014 Dewi Sartika Golkar

DPRD Sumatera

Utara

Murniati Gerindra

DPRD Sumatera

Utara

Selasa, 01/04/2014 Rumiana, Suhartati PBB

DPRD Sumatera

Utara, DPRD

Kabupaten/Kota Kampanye Akbar

Rabu, 02/04/2014 Dame Duma Sari Gerindra

DPRD

Kabupaten/Kota

Kamis, 03/04/2014 Purnama Golkar DPR-RI

Sabtu, 05/04/2013 Delmeria Nasdem

DPRD Sumatera

Utara

Anna Mari Ulina Gerindra

DPRD Sumatera

Utara

SIB

Senin, 17/03/2014 Suryaningsi, Agustina PKPI

DPRD

Kabupaten/Kota

Selasa, 18/03/2014 Rooslynda Demokrat DPR-RI

Selasa, 25/03/2014 Ida Nadem

DPRD

Kabupaten/Kota

Rabu, 26/03/2014 Anna, Nursianna, Evi,

Dame Gerindra DPR-RI, DPRD

Kabupaten/Kota Kampanye Akbar

Selasa, 01/04/2014 Rooslynda Demokrat DPR-RI

Kamis, 03/04/2014 Rooslynda Demokrat DPR-RI

Selasa, 18/03/2014

Delia Pertiwi Golkar DPR-RI

Tribun Medan

Dona Yurike Gerindra DPR-RI

Selasa, 25/03/2014 Kiti Andrina Nasdem DPR-RI

Minggu, 30/03/2014 Tetty Juliaty Nasdem

DPRD Sumatera

Utara

Rabu, 02/04/2014 Delia Pertiwi Golkar DPR-RI

Dari tabel tersebut pemunculan pemberitaan paling banyak adalah kandidat calon

legislatif perempuan untuk kursi parlemen DPR RI (28 Pemberitaan), DPRD Sumatera Utara

(18 pemberitaan), DPRD Kabupaten/Kota (15 pemberitaan).

7. Bias Gender dalam Pemberitaan

Selain untuk mengukur kuantitas pemunculan pemberitaan caleg perempuan,

monitoring kali ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan media dalam memberitakan

kandidat politik calon legislatif perempuan. Dengan peluang keterwakilan perempuan 30%

untuk masuk dalam kursi parlemen, sudah selayaknya media juga turut memberikan

dukungan positif dengan tidak mendiskriminasi gender dalam memberikan ruang dalam

liputan berita. Namun hal yang terlihat adalah bahwa kalimat yang memunculkan bias

terhadap stereotype perempuan menjadi semakin kentara pada hasil penelitian lima surat

kabar terpilih.

Dari hasil monitoring kelima surat kabar,peneliti mendapati bahwa bias gender yang

terlihat cenderung pada kaum perempuan yang belum terlihat mandiri. Penyebutan nama

orangtua dan suami yang memiliki kedudukan tinggi secara sosial dianggap menjadi alat

perang yang sangat penting oleh media untuk menaikkan elektabilitas para kandidat

perempuan. Selain itu, penyebutan ibu rumah tangga (seperti: si X ibu empat anak) dalam

pemberitaan politik dianggap juga mengandung unsur bias karena tidak relevan dengan latar

belakang para kandidat perempuan yang naik ke kursi laga legislatif. Dengan kasus yang

sama, peneliti justru tidak menemukan adanya pemberitaan para kandidat caleg laki-laki

dengan penyebutan yang sama (seperti: si Y ayah dua anak). Tentunya hal ini perlu

dipertimbangkan agar keberadaaan caleg perempuan dapat menyeimbangi caleg laki-laki.

Idealnya, keseimbangan juga harus diutamakan oleh media dalam pemberitaannya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, setidaknya terdapat 3 surat kabar yang

memunculkan pemberitaan bias gender dalam pemberitaan kandidat caleg perempuan yakni,

Medan Bisnis, Harian Analisa, dan Sinar Indonesia Baru. Seperti liputan yang ditemukan

pada Medan Bisnis edisi Selasa, 25 Maret 2014 dengan judul “Rosta Sianturi: Siap

Perjuangkan Hak Perempuan.” Dalam kolom yang sama Medan Bisnis menampilkan visi

dan misi caleg tidak hanya laki-laki namun juga perempuan, namun khusus untuk caleg

perempuan dalam pemberitaan tersebut, penulis berita tidak turut mencantumkan foto seperti

halnya pada caleg laki-laki. Selain itu juga pada pargaraf 6 (edisi yang sama) terdapat

penyebutan ibu empat anak dalam pemberitaan. Perbedaan kecil ini tentunya mampu menjadi

perhatian bagi media untuk memberikan porsi yang seimbang. Tidak hanya dari sudut

pandang penulisan, namun juga dukungan foto yang memadai.

Sementara pada surat kabar Sinar Indonesia Baru setidaknya dari 3 pemberitaan caleg

perempuan yang ditemukan, keseluruhannya memiliki unsur bias yang sangat mencolok pada

surat kabar ini. Seperti pada edisi Kamis, 03 Maret 2014 pada halaman 1 dengan judul

“Sonak Malela Labuhan Batu Dukung Rooslynda Marpaung Caleg DPR”. Hal yang terlihat

mencolok adalah media tidak menampilkan track record pendidikan maupun pengalaman

yang mampu mendukung elektabilitas kandidat perempuan, namun justru memanfaatkan

kepopuleran keluarga laki-laki terdekat dari kandidat caleg perempuan. Hal ini seolah

menggambarkan bahwa caleg perempuan tidak mampu independen tanpa adanya sokongan

dari kaum laki-laki. Contoh kutipan berita yang ditemukan adalah sebagai berikut:

“Rooslynda berasal dari keluarga terpandang dan tauladan yang patut dicontoh.

Ayahnya, tokoh dokter yang sudah banyak membantu masyarakat. Mertuanya juga

tauladan, tokoh pendidikan dan tokoh pers yang telah banyak membuat untuk

pembangunan Sumatera Utara.”

Tidak hanya itu, Rooslynda juga kerap disandingkan dengan laki-laki yang memiliki

potensi besar di belakangnya. Seperti juga terdapat pada edisi yang sama seperti diatas, bias

yang terlihat masih bernada sama yakni, penyebutan nama orang tua caleg perempuan

Dr.Boloni dan penyebutan nama suami di belakang nama lengkap caleg perempuan seperti

Rooslynda Marpaung (Ny. Ir. GM. Chandra Panggabean).

Lain hal dengan Harian Analisa pada kedua edisi berikut, yakni:

1. Kamis, 20 Maret 2014 pada halaman 16 dengan judul:

“Nina Rista Tarigan Kampanye Lewat Twitter”. Bias yang paling menonjol

terdapat pada paragaraf terakhir pemberitaan yakni, penyebutan jabatan suami

sebagai pendorong kepopuleran caleg perempuan ini. Berikut kutipannya:

“...ungkap istri Hendra Sembiring, Wakil Ketua PD II FKPPI Sumatera Utara.”

“Caleg Golkar Terus Dekati Masyarakat.” Bias dengan nada yang sama juga

terdapat pada pemberitaan edisi ini yakni mengangkat peran laki-laki terdekat di

balik kiprahnya di dunia politik. Seperti kutipan berikut ini,

“... Dalam setiap kesempatan putri dari Bupati Langkat H Ngogesa ini..”

2. Selasa, 01 April 2014 pada halaman 10 dengan judul:

“Jangan Pilih Pemimpin Seperti Beli Kucing Dalam Karung”. Nada yang sama

juga ditonjolkan dengan penyebutan marga suami di belakang nama kandidat

perempuan. Seperti pada paragraf 2 dengan penyebutan “Purnama D. Napitupulu

br. Sitompul”. Hal tersebut tidak akan mengundang bias jika penyebutan nama

belakang hanya tunggal atau nama asli dari kandidat perempuan. Unsur

pengenalan keluarga berdasar rumpun suku juga dapat menimbulkan pemberitaan

yang tidak bernilai seimbang.

Caleg Perempuan

Berdasarkan hasil monitoring ternyata media cetak lokal masih menunjukkan bahwa

persoalan gender dan komunikasi politik merupakan masalah yang serius. Masih banyak

liputan media cetak yang tidak memberikan keuntungan bagi kaum perempuan yang terlibat

dalam kepemimpinan politik. Hal ini tentunya akan sangat mudah mempengaruhi bagaimana

penggambaran caleg perempuan di mata publik. Media sebagai penyalur informasi sekaligus

sebagai pembentuk opini publik belum mampu menunjukkan independensinya dalam meliput

kegiatan kandidat politik dari kaum perempuan. Hal ini ditunjukkan pada kuantitas liputan

media terhadap kandidat calon legislatif perempuan yang belum memenuhi setengah porsi

atau hanya sekitar 27% dari keseluruhan berita yang dianalisis.

Posisi calon legislatif perempuan dalam pemberitaan pun belum terlihat mampu

berdiri sendiri. Masih banyak media cetak terkait yang memilih untuk menaikkan

elektabilitas kandidat politik perempuan melalui kepopuleran keluarga di baliknya. Dan

hampir tidak ditemukannya pemberitaan yang mengangkat pendidikan serta pengalaman

kandidat terkait. Hal tersebut sejalan dengan banyaknya studi yang juga menunjukkan bahwa

perempuan dalam arena politik sering kali harus berjuang untuk menerima liputan media dan

legitiasi publik dan media (Braden, 1996; Witt, Paget, & Matthews, 1994). Hal yang

kemudian menimbulkan kesenjangan antara kedua politisi dari gender yang berbeda ini

adalah bahwa mayoritas liputan media banyak menggambarkan politisi perempuan yang

mempunyai masalah yang dikaitkan dengan isu domestik dengan perilaku anak dan

suaminya. Namun, media cetak lokal tidak melakukan hal yang sama terhadap politisi laki-

laki.

Hal yang paling menguatkan selain hasil penelitian ini, ternyata observasi pasca

pemilihan legislatif menunjukkan bahwa dari data KPU Sumatera Utara diketahui bahwa

hanya ada 13 caleg perempuan yang terpilih duduk di kursi parlemen DPRD Sumatera Utara.

Berikut daftar nama caleg perempuan terpilih DPRD Sumatera Utara:

1. Hj. Meilizar Latif, SE,MM (Demokrat) (Dapil Sumut 1: Medan A)

2. Helmiati (Golkar) (Dapil Sumut 5: Asahan-Tj.Balai-Batubara)

3. Sri Kumala, SE, MM (Gerindra) (Dapil Sumut 5: Asahan-Tj.Balai-Batubara)

4. Novita Sari, SH (Golkar) (Dapil Sumut 6: Labuhan Batu-Labura-Labusel)

5. Tia Isah Ritonga, SE (Demokrat) (Dapil Sumut 7: Tapsel-Madina-Palas-Paluta-

Padangsidempuan)

6. Lidiani Lase (Demokrat) (Dapil Sumut 8: Nias, Nias Utara, Nias Selatan, Nias Barat

dan Gunung Sitoli)

7. Dra. Delmeria (Nasdem) (Dapil Sumut 9: Tapteng-Tobasa-Samosir-Sibolga-Taput-

Humbahas)

8. Sarma Hutajulu, SH (PDI-Perjuangan) (Dapil Sumut 9: Tapteng-Tobasa-Samosir-

Sibolga-Taput-Humbahas)

9. Inge Amelia Nasution, S.Psi (Nasdem) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang

Siantar)

10. Dra. Hj. Hidayah Herlina Gusti (PKS) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang

Siantar)

11. Rinawati Sianturi,SH (Hanura) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang Siantar)

12. Jenny Riany Lucia Berutu, SH (Demokrat) (Dapil Sumut 11: Karo-Dairi-Pakpak

Bharat)

13. Putri Susi Melani Daulay, SE (Golkar) (Dapil Sumut 12: Langkat-Binjai)

Setelah dilakukan cross check terhadap pemunculan berita yang diperoleh dari hasil

penelitian dan informasi data KPU Sumatera Utara, dari ke-13 caleg terpilih hanya ada 1

saja caleg perempuan yang diberitakan oleh media cetak di Sumatera Utara, yakni Dra.

Delmeria (Nasdem) (Dapil Sumut 9: Tapteng-Tobasa-Samosir-Sibolga-Taput-

Humbahas). Hal ini tentunya menimbulkan kesimpulan bahwa dari kelima surat kabar

yang dianalisis dianggap belum memberikan kontribusi tinggi untuk mendukung

keterwakilan perempuan pada kursi parlemen. Kandidat politisi perempuan masih

mengalami media abuse dengan cara dideskripsikan dan direndahkan oleh media dengan

menggunakan gender specific terms. Hal ini tentunya mampu menjadi pelajaran bagi

media dalam upaya mengangkat derajat perempuan untuk setara dengan kandidat politisi

laki-laki pada masa pemilihan legislatif mendatang. Pemakluman peralihan kondisi era

pemilihan yang memanfaatkan keterwakilan perempuan sebanyak 30% sudah sepatutnya

didukung secara intensif dan berimbang. Sehingga proses demokrasi mampu melahirkan

generasi pemimpin perempuan yang tidak hanya diperhitungkan secara kuantitas saja,

namun juga pertimbngan kualitas personalnya.