bab 1- 3 ok
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pendidikan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk meningkatkan potensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk berbangsa
dan bernegara, serta berkontribusi pada
kesejahteraan hidup umat manusia. Hal ini yang
menjadi prinsip dalam kegiatan pembelajaran yang
diarahkan untuk mencapai tujuan kompetensi.
Menurut pandangan dasar Kurikulum 2013 bahwa
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
guru ke peserta didik, yang secara aktif mengolah
dan menggunakan pengetahuan. Untuk dapat mengolah
dan menggunakan pengetahuan diperlukan dorongan
untuk mengembangkan ide-ide dari peserta didik.
Salah satu perubahan mendasar dari Kurikulum 2013
adalah model pembelajaran. Untuk mengimplementasikan
kurikulum 2013, yang berfokus pada keaktifan peserta
didik, maka didapatkan beberapa model pembelajaran
2
yang dipandang sejalan dengan prinsip pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran Kurikulum 2013.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas
mengenai model pembelajaran kurikulum 2013 yang
diterapkan ke dalam kurikulum 2013.
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah yang dimaksud model pembelajaran kurikulum
2013 ?
2. Sebutkan macam-macam model pembelajaran kurikulum
2013 ?
3. Sebutkan langkah-langkah model pembelajaran
kurikulum 2013?
4. Sebutkan kelemahan dan kelebihan dari masing-
masing model pembelajaran kurikulum 2013 ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui model pembelajaran kurikulum 2013
3
2. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran
kurikulum 2013
3. Untuk mengetahui langkah-langkah model
pembelajaran kurikulum 2013
4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari
masing-masing model pembelajaran kurikulum 2013
II. PEMBAHASAN
4
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kurikulum 2013
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial;
(2) model pengolahan informasi;
(3) model personal-humanistik; dan
(4) model modifikasi tingkah laku.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang
Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan
dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model
pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model
pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning),
dan model pembelajaran berbasis permasalahan
(Problem Based Learning).
(Panduan Pengembangan RPP-Direktorat Pembinaan SMA)
2.2 Macam – macam model pembelajaran kurikulum :
5
1. Discovery Learning
2. Problem Based Learning
3. Project Based Learning
1. Discovery Learning
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri. Metode Discovery Learning
adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan.
(Budiningsih,
2005:43).
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan
melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut
disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri
adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in
the mind.
(Robert B. Sund dalam Malik,
2001:219).
6
Sebagai strategi belajar Discovery Learning mempunyai
prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada
ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip
yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya
dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah
yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah
yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa
harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di
dalam masalah itu melalui proses penelitian,
sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada
kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi
prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery
Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang
akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk
final akan tetapi siswa sebagai peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka
pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara
berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan
7
penemuan diri individu yang bersangkutan.
Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke
student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.
2. Problem Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan
sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
(Faiq, 2014)
3. Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning=PBL) adalah metoda pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode
belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
8
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat
melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai
prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang
dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik
memiliki gaya belajar yang berbeda, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen
secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah
topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi
atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan
9
sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan
Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi
yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk
bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat
membekali peserta didiknya dengan “kompetensi
terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang
masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis
produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan
dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya
di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran
yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis
proyek.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah
kerangka kerja,
2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan
kepada peserta didik,
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan
solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan,
4. Peserta didik secara kolaboratif
bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan,
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
10
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi
atas aktivitas yang sudah dijalankan,
7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi
secara kualitatif,
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap
kesalahan dan perubahan
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran
Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator,
pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan
hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi,
kreasi dan inovasi dari siswa.
2.3 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kurikulum
1. Discovery Learning
Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model
discovery learning di kelas adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari
siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi)
11
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang
sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke
abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar
siswa .
2. Problem Based Learning
Langkah-langkah Operasional dalam Proses
Pembelajaran Problem Based Learning
a. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan
skenario atau permasalahan dan peserta didik
melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan
semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat,
ide, dan tanggapan terhadap skenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat.
b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan
12
di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan.
c. Tahap Investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama,
yaitu: (1) agar peserta didik mencari
informasi dan mengembangkan pemahaman yang
relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi
dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu
dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan
pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi capaiannya dan
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai
kelompok dan fasilitatornya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah guru membantu peserta didik untuk
13
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
proses pemecahan masalah yang dilakukan.
(Kurniasih, Imas dkk:2014)
3. Project Based Learning
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
sebagai berikut:
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the
Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan
realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar
topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the
Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif
antara pengajar dan peserta didik. Dengan
demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan
berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin,
14
serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif
menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
(1) membuat timeline untuk menyelesaikan
proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang
tidak berhubungan dengan proyek, dan (5)
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan
(alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
(Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan
monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta
didik pada setiap roses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi
aktivitas peserta didik. Agar mempermudah
proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
15
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar
dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing
peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan
peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap
ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga
pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Masing-Masing Model
Pembelajaran Kurikulum 2013
a. Discovery Learning
16
Kelebihan penerapan Discovery Learning:
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam
proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini
sangat pribadi dan ampuh karenamenguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri.
6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja
sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama
aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun
dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-
raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final
dan tertentu atau pasti.
17
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih
baik;
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan
transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
11. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas
inisiatif sendiri;
12. Mendorong siswa berfikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri;
13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik;
14. Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang;
15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa
menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar;
18. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
individu.
Kelemahan penerapan Discovery Learning:
1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang
pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
18
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah
siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang
lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan
aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan
oleh para siswa
6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena
telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
b. Problem Based Learning
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan sebagai berikut :
(Ahsan, Arfiyadi, 2012)
Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning):
19
1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Dapat membantu siswa bagaimana mentranfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan
dan disukai siswa.
7. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir lebih kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan.
8. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
9. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus-menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal telah berakhir.
10. Dapat membentuk siswa untuk memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang
20
dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap
kreatif akan tumbuh dan berkembang.
11. Dengan model pembelajaran berbasis masalah,
kemandirian siswa dalam belajar akan mudah
terbentuk, yang pada akhirnya akan menjadi
kebiasaan dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan yang ditemuinya dalam aktivitas
kehidupan nyata sehari-hari ditengah-tengah
masyarakat.
Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning):
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan model pembelajaran PBL ini
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan dan
pelaksanaannya.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari
c. Project Based Learning
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek:
21
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan
berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam
mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk
berkembang sesuai dunia nyata.
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar
mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan
yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan
dunia nyata.
22
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati
proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan
kelas tradisional, di mana instruktur memegang
peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam
percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan.
f. Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif
dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak
bisa memahami topik secara keseluruhan
III. PENUTUP
3.1 Simpulan
23
Berdasarkan bahasan diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran Inkuiri, model pembelajaran
Discovery, model pembelajaran berbasis projek,
dan model pembelajaran berbasis permasalahan.
2. Metode Discovery Learning adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif.
3. Pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya
tidak diketahui.
4. Pada inkuiri siswa harus mengerahkan seluruh
pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan
temuan-temuan melalui proses penelitian
5. Penerapan pembelajaran berbasis masalah, peserta
didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah
dunia nyata.
6. Pembelajaran Berbasis Proyek adalah metoda
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai media.
7. Peran guru sebagai fasilitator untuk mendapatkan
hasil yang optimal sesuai dengan daya inovasi
siswa.
8. Menurut kelompok kami, semua model pembelajaran
sesuai dengan pembelajaran Kurikulum 2013,
karena model pembelajaran memiliki kelemahan dan
24
kelebihannya masing-masing. Serta model
pembelajaran yang digunakan pada aspek Kurikulum
2013 tergantung dengan kompetensi yang diajarkan
oleh guru.
3.2 Saran
Didalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan, penulis menyarankan kritik dan saran.
kami penulis mengharapkan untuk pembaca mampu
bersikap kooperatif dalam menyikapi perbedaan
pandangan serta hubungan timbal balik antara model
pembelajaran kurikulum yang kami bahas.