bab 1- 3 ok

24
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan potensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk berbangsa dan bernegara, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Hal ini yang menjadi prinsip dalam kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan kompetensi. Menurut pandangan dasar Kurikulum 2013 bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik, yang secara aktif mengolah dan menggunakan pengetahuan. Untuk dapat mengolah dan menggunakan pengetahuan diperlukan dorongan untuk mengembangkan ide-ide dari peserta didik. Salah satu perubahan mendasar dari Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran. Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, yang berfokus pada keaktifan peserta didik, maka didapatkan beberapa model pembelajaran

Upload: independent

Post on 23-Feb-2023

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pendidikan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk meningkatkan potensi dalam aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk berbangsa

dan bernegara, serta berkontribusi pada

kesejahteraan hidup umat manusia. Hal ini yang

menjadi prinsip dalam kegiatan pembelajaran yang

diarahkan untuk mencapai tujuan kompetensi.

Menurut pandangan dasar Kurikulum 2013 bahwa

pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari

guru ke peserta didik, yang secara aktif mengolah

dan menggunakan pengetahuan. Untuk dapat mengolah

dan menggunakan pengetahuan diperlukan dorongan

untuk mengembangkan ide-ide dari peserta didik.

Salah satu perubahan mendasar dari Kurikulum 2013

adalah model pembelajaran. Untuk mengimplementasikan

kurikulum 2013, yang berfokus pada keaktifan peserta

didik, maka didapatkan beberapa model pembelajaran

2

yang dipandang sejalan dengan prinsip pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran Kurikulum 2013.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas

mengenai model pembelajaran kurikulum 2013 yang

diterapkan ke dalam kurikulum 2013.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan dari makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Apakah yang dimaksud model pembelajaran kurikulum

2013 ?

2. Sebutkan macam-macam model pembelajaran kurikulum

2013 ?

3. Sebutkan langkah-langkah model pembelajaran

kurikulum 2013?

4. Sebutkan kelemahan dan kelebihan dari masing-

masing model pembelajaran kurikulum 2013 ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui model pembelajaran kurikulum 2013

3

2. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran

kurikulum 2013

3. Untuk mengetahui langkah-langkah model

pembelajaran kurikulum 2013

4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari

masing-masing model pembelajaran kurikulum 2013

II. PEMBAHASAN

4

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kurikulum 2013

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

secara khas oleh guru. dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)

mengetengahkan 4 (empat) kelompok model

pembelajaran, yaitu:

(1) model interaksi sosial;

(2) model pengolahan informasi;

(3) model personal-humanistik; dan

(4) model modifikasi tingkah laku.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang

Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan

dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model

pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model

pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model

pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning),

dan model pembelajaran berbasis permasalahan

(Problem Based Learning).

(Panduan Pengembangan RPP-Direktorat Pembinaan SMA)

2.2 Macam – macam model pembelajaran kurikulum :

5

1. Discovery Learning

2. Problem Based Learning

3. Project Based Learning

1. Discovery Learning

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang

didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang

terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan

pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan

mengorganisasi sendiri. Metode Discovery Learning

adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui

proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu

kesimpulan.

(Budiningsih,

2005:43).

Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama

dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan

beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan

melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran,

prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut

disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri

adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in

the mind.

(Robert B. Sund dalam Malik,

2001:219).

6

Sebagai strategi belajar Discovery Learning mempunyai

prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem

Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada

ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih

menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip

yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya

dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah

yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah

yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri

masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa

harus mengerahkan seluruh pikiran dan

keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di

dalam masalah itu melalui proses penelitian,

sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada

kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi

prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery

Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang

akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk

final akan tetapi siswa sebagai peserta didik

didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin

diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi

sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk

(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka

pahami dalam suatu bentuk akhir.

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara

berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan

7

penemuan diri individu yang bersangkutan.

Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan

kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke

student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya

menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke

modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.

2. Problem Based Learning

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan

sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah

kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk

belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran

berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim

untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

(Faiq, 2014)

3. Project Based Learning

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning=PBL) adalah metoda pembelajaran yang

menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta

didik melakukan eksplorasi, penilaian,

interpretasi, sintesis, dan informasi untuk

menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode

belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah

awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

8

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam

beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis

Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan

komplek yang diperlukan peserta didik dalam

melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui

PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan

pertanyaan penuntun (a guiding question) dan

membimbing peserta didik dalam sebuah proyek

kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek

(materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan

terjawab, secara langsung peserta didik dapat

melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai

prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang

dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam

tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan

berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik

memiliki gaya belajar yang berbeda, maka

Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan

kepada para peserta didik untuk menggali konten

(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang

bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen

secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek

merupakan investigasi mendalam tentang sebuah

topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi

atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan

9

sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan

Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi

yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk

bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat

membekali peserta didiknya dengan “kompetensi

terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang

masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis

produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan

dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya

di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran

yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis

proyek.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah

kerangka kerja,

2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan

kepada peserta didik,

3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan

solusi atas permasalahan atau tantangan yang

diajukan,

4. Peserta didik secara kolaboratif

bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola

informasi untuk memecahkan permasalahan,

5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

10

6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi

atas aktivitas yang sudah dijalankan,

7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi

secara kualitatif,

8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap

kesalahan dan perubahan

Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran

Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator,

pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan

hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi,

kreasi dan inovasi dari siswa.

2.3 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kurikulum

1. Discovery Learning

Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model

discovery learning di kelas adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan pembelajaran

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa

(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan

sebagainya)

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari

siswa secara induktif (dari contoh-contoh

generalisasi)

11

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa

contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya

untuk dipelajari siswa

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang

sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke

abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai

ke simbolik

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar

siswa .

2. Problem Based Learning

Langkah-langkah Operasional  dalam  Proses

Pembelajaran Problem Based Learning

a. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan

skenario atau permasalahan dan peserta didik

melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan

semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat,

ide, dan tanggapan terhadap skenario secara

bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai

macam alternatif pendapat.

b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari berbagai sumber yang

dapat memperjelas isu yang sedang

diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat

dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan

12

di perpustakaan, halaman web, atau bahkan

pakar dalam bidang yang relevan.

c. Tahap Investigasi (investigation)

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama,

yaitu: (1) agar peserta didik mencari

informasi dan mengembangkan pemahaman yang

relevan dengan permasalahan yang telah

didiskusikan di kelas, dan (2) informasi

dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu

dipresentasikan di kelas dan informasi

tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan

pendalaman materi dalam langkah pembelajaran

mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya

peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya

untuk mengklarifikasi capaiannya dan

merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.

Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan

dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai

kelompok dan fasilitatornya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah guru membantu peserta didik untuk

13

melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

proses pemecahan masalah yang dilakukan.

(Kurniasih, Imas dkk:2014)

3. Project Based Learning

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

sebagai berikut:

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the

Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan

esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi

penugasan peserta didik dalam melakukan suatu

aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan

realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah

investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar

topik yang diangkat relevan untuk para peserta

didik.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the

Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif

antara pengajar dan peserta didik. Dengan

demikian peserta didik diharapkan akan merasa

“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan

berisi tentang aturan main, pemilihan

aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab

pertanyaan esensial, dengan cara

mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin,

14

serta mengetahui alat dan bahan yang dapat

diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif

menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan

proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

(1) membuat timeline untuk menyelesaikan

proyek, (2) membuat deadline penyelesaian

proyek, (3) membawa peserta didik agar

merencanakan cara yang baru, (4) membimbing

peserta didik ketika mereka membuat cara yang

tidak berhubungan dengan proyek, dan (5)

meminta peserta didik untuk membuat penjelasan

(alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

(Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan

monitor terhadap aktivitas peserta didik

selama menyelesaikan proyek. Monitoring

dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta

didik pada setiap roses. Dengan kata lain

pengajar berperan menjadi mentor bagi

aktivitas peserta didik. Agar mempermudah

proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang

dapat merekam keseluruhan aktivitas yang

penting.

15

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar

dalam mengukur ketercapaian standar, berperan

dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing

peserta didik, memberi umpan balik tentang

tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta

didik, membantu pengajar dalam menyusun

strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan

peserta didik melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil proyek yang sudah

dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik

secara individu maupun kelompok. Pada tahap

ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan

perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan

proyek. Pengajar dan peserta didik

mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki

kinerja selama proses pembelajaran, sehingga

pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new

inquiry) untuk menjawab permasalahan yang

diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Masing-Masing Model

Pembelajaran Kurikulum 2013

a. Discovery Learning

16

Kelebihan penerapan Discovery Learning:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses

kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam

proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara

belajarnya.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini

sangat pribadi dan ampuh karenamenguatkan

pengertian, ingatan dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena

tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan

cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya

sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi

sendiri.

6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep

dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja

sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama

aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun

dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai

peneliti di dalam situasi diskusi.

8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-

raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final

dan tertentu atau pasti.

17

9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih

baik;

10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan

transfer kepada situasi proses belajar yang baru;

11. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas

inisiatif sendiri;

12. Mendorong siswa berfikir intuisi dan

merumuskan hipotesis sendiri;

13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik;

14. Situasi proses belajar menjadi lebih

terangsang;

15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa

menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;

16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;

17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan

berbagai jenis sumber belajar;

18. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan

individu.

Kelemahan penerapan Discovery Learning:

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan

pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang

pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau

berfikir atau mengungkapkan hubungan antara

konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga

pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

18

2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah

siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang

lama untuk membantu mereka menemukan teori atau

pemecahan masalah lainnya.

3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini

dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang

telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk

mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan

aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang

fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan

oleh para siswa

6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk

berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena

telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

b. Problem Based Learning

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) memiliki beberapa keunggulan dan

kelemahan sebagai berikut :

(Ahsan, Arfiyadi, 2012)

Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning):

19

1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

2. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

siswa.

3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Dapat membantu siswa bagaimana mentranfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata.

5. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan  bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan.

6. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan

dan disukai siswa.

7. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir lebih kritis dan mengembangkan

kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan.

8. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki

dalam dunia nyata.

9. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara

terus-menerus belajar sekalipun belajar pada

pendidikan formal telah berakhir.

10. Dapat membentuk siswa untuk memiliki

kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang

20

dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap

kreatif akan tumbuh dan berkembang.

11. Dengan model pembelajaran berbasis masalah,

kemandirian siswa dalam belajar akan mudah

terbentuk, yang pada akhirnya akan menjadi

kebiasaan dalam menyelesaikan berbagai

permasalahan yang ditemuinya dalam aktivitas

kehidupan nyata sehari-hari ditengah-tengah

masyarakat.

Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning):

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak

mempunyai kepercayaan  bahwa masalah yang

dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba.

2. Keberhasilan model pembelajaran PBL ini

membutuhkan cukup waktu untuk  persiapan dan

pelaksanaannya.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka

mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin

pelajari

c. Project Based Learning

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek:

21

a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik

untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk

melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu

untuk dihargai.

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan

berhasil memecahkan problem-problem yang

kompleks.

d. Meningkatkan kolaborasi.

e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan

mempraktikkan keterampilan komunikasi.

f. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam

mengelola sumber.

g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik

pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi

proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-

sumber lain seperti perlengkapan untuk

menyelesaikan tugas.

h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan

peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk

berkembang sesuai dunia nyata.

i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar

mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan

yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan

dunia nyata.

22

j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,

sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati

proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek:

a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan

masalah.

b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak

c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan

kelas tradisional, di mana instruktur memegang

peran utama di kelas.

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam

percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami

kesulitan.

f. Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif

dalam kerja kelompok.

g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing

kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak

bisa memahami topik secara keseluruhan

III. PENUTUP

3.1 Simpulan

23

Berdasarkan bahasan diatas penulis dapat

menyimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran Kurikulum 2013 adalah model

pembelajaran Inkuiri, model pembelajaran

Discovery, model pembelajaran berbasis projek,

dan model pembelajaran berbasis permasalahan.

2. Metode Discovery Learning adalah memahami konsep,

arti, dan hubungan, melalui proses intuitif.

3. Pada Discovery Learning lebih menekankan pada

ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya

tidak diketahui.

4. Pada inkuiri siswa harus mengerahkan seluruh

pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan

temuan-temuan melalui proses penelitian

5. Penerapan pembelajaran berbasis masalah, peserta

didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah

dunia nyata.

6. Pembelajaran Berbasis Proyek adalah metoda

pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan

sebagai media.

7. Peran guru sebagai fasilitator untuk mendapatkan

hasil yang optimal sesuai dengan daya inovasi

siswa.

8. Menurut kelompok kami, semua model pembelajaran

sesuai dengan pembelajaran Kurikulum 2013,

karena model pembelajaran memiliki kelemahan dan

24

kelebihannya masing-masing. Serta model

pembelajaran yang digunakan pada aspek Kurikulum

2013 tergantung dengan kompetensi yang diajarkan

oleh guru.

3.2 Saran

Didalam makalah ini masih banyak terdapat

kesalahan, penulis menyarankan kritik dan saran.

kami penulis mengharapkan untuk pembaca mampu

bersikap kooperatif dalam menyikapi perbedaan

pandangan serta hubungan timbal balik antara model

pembelajaran kurikulum yang kami bahas.