audit siklsu pengeluaran - pengujian substantif
TRANSCRIPT
20
i. TINJAUAN MATA KULIAH1. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah Pengauditan II ini sendiri merupakan mata kaliah lanjutan dari Pengauditan
I. dimana dalam Pengauditan II ini membahas mengenai audit siklus transaksi mulai
dari audit siklus pendapatan, audit siklus pengeluaran, audit siklus produksi, audit siklus
jasa personalia, audit siklus investasi, audit siklus pembiayaan dan juga membahas
mengenai audit saldo kas, penyelesaan audit dan tanggungjawab pasca audit,
penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang telah diaudit, serta jasa – jasa lain
akuntan dan pelaporannya hingga BAPEPAM dan akuntan Publik.
Modul ini dibuat untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai mata kuliah
Pengauditan II. Dimana materi yang terdapat dalam beberapa lampiran tertentu dalam
modul ini, serta yang dikutip dalam daftar pustaka, dapat digunakan juga sebagai bahan
pembelajaran auditing.
Sehingga, dalam hal ini mahasiswa akan dapat memahami konsep – konsep audit, aspek
– aspek serta proses audit.
2. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan mata kuliah Pengauditan II ini, pembaca diharapkana akan
dapat:
Mampu memahami dan menjelaskan audit siklus transaksi
Mampu memahami audit saldo kas
Mampu memahami, menjelaskan dan mempraktikkan penyelesaian audit dan
tanggungjawab pasca audit
Mampu memahami dan mempraktikkan penyusunan laporan audit atas laporan
keuangan yang telah diaudit
Mampu memahami dan menjelaskan mengenai jasa – jasa lain akuntan dan
mempraktikan pelaporannya
Mampu memahami mengenai BAPEPAM dan akuntan Publik.
MODUL PENGAUDITAN II
20
3. URUTAN PENYAJIAN
Minggu
Ke-Materi Pembahasan
1 Penjelasan GBRP dan Kerangka Koseptual Pengauditan II
2 Audit siklus pendapatan : Pengujian Pengendalian
3 Audit Siklus Pendapatan : Pengujian Substantif
4 Audit Siklus pengeluaran : Pengujian pengendalian
5 Audit Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif
6 Audit Siklus Produksi
7 Audit Siklus Jasa Personalia
8 MID TEST
9 Audit Siklus Investasi
10 Audit Siklus Pembiayaan
11 Audit Saldo Kas
12 Penyelesaian Audit dan Tanggung Jawab Pasca Audit
13 Penyusunan Laporan Audit atas Laporan Keuangan yang Telah di
Audit
14 Jasa – jasa lain Akuntan dan Pelaporannya
15 BAPEPAM dan Akuntan Publik
16 FINAL TEST
4. PETUNJUK PEMBELAJARAN
1) Pelajari uraian dalam modul
2) Pahami uraian dalam modul
3) Kerjakan soal – soal untuk mengukur apakah anda telah mampu mencapai
tujuan dari modul ini
MODUL PENGAUDITAN II
20
ii. PENDAHULUAN1. SASARAN PEMBELAJARAN
Adapun sasaran pembelajaran dalam modul ini yaitu:
Mampu memahami Pengujian Substantif atas Saldo Utang Usaha
Mampu memahami Penentuan Risiko Deteksi
Mampu memahami Perancangan Pengujian Substantif
Mampu memahami Prosedur Awal
Mampu memahami Prosedur Analitis
Mampu memahami Pengujian Rincian Transaksi
Mampu memahami Pengujian Rincian Saldo
2. RUANG LINGKUP BAHAN MODUL
Modul ini merupakan modul ke empat dari tiga belas modul yang akan dibahas dalam
mata kuliah Pengaudita II. Dalam modul yang ke empat ini akan membahas mengenai
audit siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap utang usaha.
3. TUJUAN
Setlah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu:
Dapat menjelaskan Pengujian Substantif atas Saldo Utang Usaha
Dapat menjelaskan Penentuan Risiko Deteksi
Dapat menjelaskan Perancangan Pengujian Substantif
Dapat menjelaskan Prosedur Awal
Dapat menjelaskan Prosedur Analitis
Dapat menjelaskan Pengujian Rincian Transaksi
Dapat menjelaskan Dapat menjelaskan
4. URUTAN PEMBAHASAN
BAB
Ke-MATERI PEMBAHASAN
1 Pengujian Substantif atas Saldo Utang Usaha
2 Penentuan Risiko Deteksi
3 Perancangan Pengujian Substantif
4 Prosedur Awal
5 Prosedur Analitis
6 Pengujian Rincian Transaksi
MODUL PENGAUDITAN II
20
7 Pengujian Rincian Saldo
BAB 1
Pengujian Substantif atas Saldo Utang Usaha
Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancer. Utang lancer meliputi semua kewajiban
yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca
atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang
dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain.
Utang lancar digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Utang usaha yanag timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan overhead, suku
cadang, dan factory supplies. Utang usaha dapat digolongkan menjdai dua golongan, yaitu:
1) Utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis dengan
kesanggupan untuk membayar kewajiban (account payable).
2) Utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan
untuk membayar kewajiban (utang wesel atau notes payable).
2. Utang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu(accrued payable).
4. Utang yang timbul kepada pihak ke tiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai
pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang PPN, utang pajak penghasilan karyawan
(PPh Pasal 25), utang dana pension, utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus
Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya separasi utuk produk perusahaan yang
dijual dengan garansi.
Utang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar yang tersebar dalam neraca dan
merupakan factor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan.
Seperti halnya dengan piutang usaha, utang usaha juga biasanya dipengaruhi oleh volume
transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Akan tetapi bila
dibandingkan dengan audit saldo aktiva, audit atas utang lebih ditekankan pada asersi
MODUL PENGAUDITAN II
20
kelengkapan daripada asersi eksistensi ata kejadian. Alasannya adalah bahwa jika manajemen
termotivasi untuk memanipulasi utang, maka ia cenderung menetapkan utang tertalu rendah
agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
Perhatian kita difokuskan pada utang usaha yang timbul dari transaksi siklus pengeluaran.
Utang lainnya, seperti upah dan pajak penggajian serta berbagai kewajiabn tidak lancar.
BAB 2
Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian
Utang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun oleh
transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian rincian
untuk asersi utang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis dan faktor –
faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Auditor
menggunakan metodologi untuk menggabungkan penilaian risiko pengendalian yang tepat
atas asersi kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk asersi –
asersi saldo akun utang usaha. Metodologi tersebut meliputi matriks risiko audit, yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima pada
tahap pengujian rincian. Penerapan proses ini untuk utang usaha di ikhtisar pada gambar 4.1.
tingkat risiko spesifik dalam matriks ini hanya bersifat ilustratif dan akan, karenanya,
bervariasi menurut situasi yag dihadapi klien. Lebih lanjut, perhatikan bahwa tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima yang ditampilkan pada gambar 4.1 menunjukkan perlu bukti yang
lebih meyakinkan untuk asersi kelengkapan dan penyajian serta pengungkapan daripada untuk
asersi – asersi lainnya.
MODUL PENGAUDITAN II
20
BAB 3
PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Ingat kembali bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dari pangujian substantif yang
dirancang secara tepat, termasuk prosedur analitis dan pengujian rincian. Kerangka kerja
umum untuk mengembangkan program audit atas pengujian substantif, ketika membahas
piutang usaha, juga dapat dikenakan dalam merancang pengujian substantif untuk utang
usaha. Daftar pengujian substantive yang mungkin, yang dapat dimasukkan dalam program
audit yang dikembangkan atas dasar ini disajikan dalam gambar 4.2. perhatikan bahwa setiap
pengujian dalam gambar tersebut diarahkan pada satu atau lebih tujuan audit atas saldo akun
spesifik untuk utang usaha. Juga perhatikan juga bahwa pengujian berganda diarahkan
kesetiap tujuan audit atas saldo akun. Setiap pengujian itu akan dijelaskan berikut ini,
termasuk komentar tentang bagaimana beberapa pengujian dapat disesuaikan berdasarkan
tingkat risiko deteksi yang berlaku yang dapat diterima dan dicapai.
Gambar 4.1 Kolerasi Komponen Risiko – Asersi Utang Usaha
Komponen RisikoEksistensi atau
Kejadian
kelengkap
an
Hak dan
Kewajiban
Penilaian
atau
Alokasi
Penyajia dan
Pengungkapa
n
Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Risiko inheren Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Risiko prosedur
analitis Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Risiko pengendalian
– transaksi
pembelian Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Risiko pengendalian
– transaksi
Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
MODUL PENGAUDITAN II
20
pengeluaran kas
Risiko pengendalian
gabungan Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Risiko pengujian
rincian yang dapat
diterima Sedang
Sangat
rendah sedang Rendah
Sangat
rendah
Gambar 4.2 Pengujian Substantif yang Mungkin atas Asersi Utang Usaha
Kategori Pengujian SubstantifTujuan Audit Saldo Akun
EO3 C3 RO3 VA# PD#
Prosedur
Awal
1. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis
dan indutri serta menentukan:
a. Signifikansi pembelian dan utang usaha
bagi pembelian.
b. Pemicu ekonomi penting yang
mempengaruhi pembelian perusahaan
dan utang usaha.
c. Termin perdagangan standar dalam
industry, termasuk tanggal musiman,
dan sebagainya.
d. Luas konsentrasi aktivitas dengan
pemasok dan komitmen pembelian
yang berkaitan.
2. Melaksanakan prosedur awal atas utang
usaha dan catatan yang akan diuji lebih
lanjut.
a. Menelusuri catatan awal utang usaha ke
kertas kerja tahun sebelumnya.
3
5
MODUL PENGAUDITAN II
20
b. Mereview aktivitas dalam akun buku
besar utang usaha dan menyelediki ayat
jurnal yang tampak tidak biasa dari segi
jumlah ataupun sumbernya.
c. Mendapatkan daftar utang usaha pada
tanggal neraca dan menentukan bahwa
hal itu mencerminkan secara akurat
catatan akuntansi yang mendasarinya
dengan cara:
i. Menjumlahkan daftar dan
menentukan kesesuaiannya dengan:
1) Total file voucher yang belum
dibayar, buku pembantu, atau file
induk utang usaha, dan
2) Saldo akun pengendali buku besar.
ii. Menguji kecocokan pemasok dan
saldo dalam daftar dengan yang
terdapat didalam catatan akuntansi
yang mendasarinya.
Prosedur
Analitis
3. Melaksanakan prosedur analitis
a. Mengembangakan akspektasi atas utang
usaha dalam menggunakan
pengetahuan tentang aktivitas bisnis
perusahaan, termi perdagangan normal,
dan sejarah perputaran utang usaha.
b. Menghitung rasio – rasio:
i. Perputaran utang usaha (pembelian
+ utang usaha)
ii. Utang usaha terhadap total
3,4
MODUL PENGAUDITAN II
20
kewajiban lancar.
c. Menganalisis hasil rasio dibandingkan
dengan ekspektasi berdasarkan data
tahun sebelumnya, data industry,
jumlah yang dianggarkan, dan data
lainnya.
d. Membandingkan saldo beban dengan
tahun sebelumnya atau jumlah yang
dianggarkan untuk menyelidiki
kemungkinan kurang saji yang
berkaitan dengan utang yang tidak
dicatat.
Pengujian
Rincian
Transaksi
4. Menelusuri sampel catatan transaksi utang
usaha ke dokumentasi pendukungnya.
a. Menelusuri kredit ke voucher
pendukung, faktur penjual, laporan
penerimaan, pesanan pembelian, serta
informasi pendukung lainnya.
b. Menelurusi debet ke pengeluaran kas
atau memo retur pembelian.
5. Melaksanakan pengujian pisah batas
pembelian.
a. Memilih sampel transaksi pembelian
yang dicatat dalam beberapa hari
sebelum dan sesudah akhir tahun serta
memriksa voucher pendukung, faktur
penjual, dan laporan penerimaan untuk
menentukan bahwa pembelian telah
dicatat pada periode yang tepat.
b. Mengobservasi nomor laporan
penerimaan terakhir yang diterbitkan
3 3,4
MODUL PENGAUDITAN II
20
pada hari terakhir bisnis selama
periode audit dan menelusuri sampel
laporan penerimaan bernomor lebih
kecil dan lebih besar ke dokumen
pembelian terkait serta menentukan
bahwa transaksi telah dicatat pada
periode yang tepat.
6. Melaksanakan pengujian pisah batas
pengeluaran kas.
a. Mengobservasi nomor cek terakhir
yang diterbitkan dan dikirimkan pada
hari terakhir periode audit dan
menelusuri ke catatan akuntansi untuk
memverifikasi keakuratan pisah batas,
atau
b. Menelusuri tanggal pembayaran cek
yang dikembalikan dengan laporan
pisah batas bank (cutoff bank statement)
akhir tahun ke tanggal yang telah
dicatat.
7. Melaksanakan pencarian kewajiban yang
belum tercatat.
a. Memeriksa pembayaran berikutnya
antara tanggal neraca dan akhir
pekerjaan lapangan, serta apabila
dokumen yang bersangkutan
menunjukkan bahwa pembayaran
dilakukan untuk kewajiban yang ada
pada tanggal neraca, maka telusurilah
daftar utang usaha.
b. Memeriksa dokumentasi utang yang
MODUL PENGAUDITAN II
20
dicatat pada akhir tahun yang masih
belum dibayar sampai akhir pekerjaan
lapangan.
c. Menyelidiki pesanan pembelian,
laporan penerimaan, dan faktur
penjualan yang tidak sesuai pada akhir
tahun.
d. Melakukan Tanya jawab dengan
personel bagian akuntansi dan
pembelian mengenai utang yang belum
dicatat.
e. Mereview anggaran modal, perintah
kerja, dan kontrak konstruksi sebagai
bukti atas utang yang belum dicatat.
Pengujian
Rincian
Saldo
8. Mengkonfirmasi utang usaha
a. Mengidentifikasi pemasok utama
dengan mereview register voucher atau
buku pembantu atau file induk utang
usaha dan mengirimkan konfirmasi
kepada pemasok dengan saldo yang
besar, aktivitas yang tidak biasa,
bersaldo kecil atau nol, dan besaldo
debet.
b. Menyelidiki dan merekonsiliasi
perbedaan.
9. Merekonsiliasi utang yang belum
dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang
diterima klien dari pemasok.
3,45
3,45
Penyajian
dan Peng-
ungkapan
10. Membandingkan laporan penyajian
dengan GAAP.
3,45
MODUL PENGAUDITAN II
20
a. Menentukan bahwa utang telah
diidentifikasi dan telah diklasifikasi
secara tepat menurut jenis serta
periode pembayaran yang
diperkirakan,
b. Menentukan apakah ada saldo debet
yang signifikan secara keseluruhan
sehingga harus direklasifikasi.
c. Menentukan ketepatan pengungkapan
yang berkaitan dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa atau
utang yang dijamin.
d. Mengajukan pertanyaan kepada
manajemen tentang eksistensi
komitmen yang belum diungkapkan
atau kewajiban kontijen.
MODUL PENGAUDITAN II
20
BAB 4
PROSEDUR AWALTitik awal daris setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
industry klien. Pemahaman tentang signifikansi siklus pembelian dalam perusahaan
menyediakan konteks untuk pembelian risiko yang penting. Pamahaman atas pemicu atau
penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan seberapa luas konsentrasi
bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan konteks untuk mengevaluasi hasil prosedur
analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantive atas utang usaha adalah menelusuri saldo
awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan software audit tergeneralisasi dalam
memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk
mengembangkan daftar jumlah yang terutang pada tanggal neraca. Biasanya klien mempunyai
daftar file voucher yang belum dibayar, buku pembantu utang usaha, atau file induk dalam
bentu elektronik. Auditor juga dapat menggunakan software audit tergeneralisasi untuk
menentukan ketepatan matimatis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang total dan
memverifikasi bahwa jumlahnya telah sesuai dengan saldo buku besar.
BAB 5
PROSEDUR ANALITISTujuan auditor menerapakan prosedur ini adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo
akun utang dan hubungna antara utang usaha dengan akun – akun kunci lainnya seperti
pembelian atau persediaan. Beberapa prosedur analitis yang dapat dilakukan dengan
mendapatkan bukti mengenai utang usaha. Suatu penurunan yang abnormal atas rasio
perputaran utang usaha atau kenaikan yang tidak diharapkan atas rasio lancar dapat menjadi
indicator bahwa kewajiban ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada
tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian
rincian telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
MODUL PENGAUDITAN II
20
BAB 6
PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSITerdapat empat pengujian substantif atas rincian transaksi utang usaha yang utama, seperti
yang disajikan dalam gambar 4.2 dan akan dibahas dalam bagian berikut. Ingat kembali
bahwa dalam melaksanakan pengujian tersebut, auditor terutama akan menitikberatkan pada
pendeteksian kurang saji yang dicatat serta utang yang belum tercatat. Seberapa luas setiap
pengujian itu dilakukan akan bervariasi menurut tingkat risiko deteksi spesifik yang dapat
diterima untuk asersi – asersi terkait.
Menelusuri Utang yang Dicatat ke Dokumentasi Pendukung
Dalam pengujian ini ayat jurnal kredit pada utang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi
pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjual, laporan penerimaan, dan pesanan
pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen transaksi pengeluaran kas, seperti
buku pengeluaran cek atau memo dari penjual menyangkut retur pembelian dan pengurangan
harga. Beberapa penelusuran mungkin telah dilakukan saat pekerjaan interim, yaitu sebgai
bagian dari pengujian bertujuan ganda bersama dengan penelusuran dari dokumen sumber
catatan akuntasni. Luas penelusuran (vouching) ini berhubungan langsung dengan kesimpulan
auditor mengenai risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian.pengujian
ini terutama akan menghasilkan bukti untuk tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan
empat dari lima asersi, terkecuali asersi kelengkapan. Aplikabilitas dari pengujian ini terhadap
asersi kelengkapan adalah terbatas karena pengujian ini tidak dapat mendeteksi utang yang
tidak pernah dicatat.
Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pembelian
Pengujian pisah batas pembelian (purchase cutoff test) mencakup penentuan bahwa
transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada pada periode
yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal – tanggal laporan penerimaan
ke ayat jurnal register voucher dan memvouching ayat jurnal ke dokumentasi pendukungnya.
Pengujian ini biasanya mencakup periode antara lima sampai sepuluh hari bisnis sebelum dan
sesudah tanggal neraca. Bukti yang diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan asersi
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk utang usaha.
MODUL PENGAUDITAN II
20
Dalam memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari pengujian ini, pertimbangan khusus hars
diberikan atas barang yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca. Barang yang
dikirimkan dengan syarat FOB (free on board) shipping point harus dimasukkan dalam
persediaan dan utang usaha pembeli. Sebaliknya barang dalam perjalanan yang dikirim
dengan syarat FOB destintion harus tetap diperlakukan sebagai persediaan penjual serta
dikeluarkan dari persediaan utang usaha pembeli hinggan barang tersebut tiba didepatemen
penerimaan pembeli. Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menentuan bahwa pisah
batas yang tepat telah dicapai ketika melakukan perhitungan fisik persediaan.
Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas
Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada kahir tahun adalah sangat penting
untuk penyajian kas dan utang usaha yang benar pada tanggal neraca. Seperti dalam kasus
pengujian pisah batas penerimaan kas, bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas
(cash disbursement cutoff test) dapat diperoleh melalui observasi langsung review atas
dokumentasi internal.
Apabila auditor dapat menyajikan pada tanggal neraca, maka ia secara langsung dapat
menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik klien. Penelusuran selanjutnya atas bukti ini ke
catatan akuntansi akan dapat memverifikasi keakuratan pisah batas. Selain itu, auditor juga
dapat menelusuri cek – cek yang dibayar dalam periode beberapa hari sebelum dan sesudah
tanggal neraca ke tanggal cek tersebut dicatat. Bukti yang diperoleh dari dari pengujian ini
dan kelengkapan untuk utang usaha.
Melakukan Perencanaan Utang yang Belum Tercatat
Perencanaan Utang yang Belum Tercatat (search for unrecorder accounts payable) terdiri
dari prosedur – prosedur yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban
signifikan yang belum dicatat pada tanggal neraca. Dengan demikian, prosedur ini berkaitan
dengan asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk utang usaha.
Pembayaran Kemudian
Pemeriksaan atas pembayaran kemudian (subsequent payments) terdiri dari pemeriksaan
dokumentasi untuk cek – cek yang diterbitkan atau voucher yang dibayar setelah tanggal
neraca. Apabila dokumntasi ini menunjukkan bahwa pembayaran tersebut adalah untuk
membayar kewajiban yang ada pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusuri ke
MODUL PENGAUDITAN II
20
daftar utang usaha guna menentukan apakah hal tersebut sudah termasuk ke dalam utang
usaha. Pengujian ini dilakukan hingga akhir pekerjaan lapangan untuk memperbesar
peluang memperoleh bukti tentang utang yang secara sengaja atau karena kurang teliti
tidak dimasukkan dalam daftar utang pada tanggal laporan keuangan. Dengan demikian,
pengujian ini melebihi periode yang digunakan dalam pengujian pisah batas.
Biasanya penjual akan meminta pembayaran, walaupun kewajiban itu tidak dicatat pada
tanggal neraca oleh pembeli. Oleh karena itu, pembayaran kemudian dapat menjadi cara
yang efektif untuk mencari kewajiban yang belum tercatat. Auditor juga dapat mencari
periode selanjutnya dengan melihat lebih saji pembayaran kemudian memusatkan pada
transaksi yang bernilai besar.
Prosedur Lainnya
Dokumentasi pendukung utang yang telah dicatat, tetapi masih belum dibayar sampai
tangal terakhir pekerjaan lapangan, juga harus diperiksa atas dasar pengujian. Hal ini juga
akan dapat mengungkapkan kewajiban yang ada namun belum dicatat pada tanggal neraca.
Prosedur lainnya yang dapat mengungkapkan utang yang belum dicatat meliputi:
1) Menginvestigasi pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur penjual yang tidak
sesuai pada akhir tahun,
2) Mengajukan pertanyaan pada personil akuntansi dan pembelian tentang utang yang
belum dicatat, serta
3) Mereview anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak kosntruksi untuk mencari bukti
adanya utang yang belum dicatat.
BAB 7
PENGUJIAN RINCIAN SALDODua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah:
1) Konfirmasi utang usaha
2) Rekonsiliasi utang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang belum
diterima oleh klien dan penjual atau pemasok.
MODUL PENGAUDITAN II
20
Konfirmasi Utang Usaha
Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada anggapan yang dibuat mengenai konfirmasi
utang usaha (confirmation of accounts payable). Prosedur ini bersifat opsional karena:
1) Konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa utang yang belum dicatat akan dapat
ditemukan,
2) Bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung
saldonya.
Konfirmasi utang usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor
individual dengan saldo yang relati besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam
memnuhi kewajibannya. Seperti kasus dalam konfirmasi piutang usaha, auditor harus
mengendalikan pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi serta harus meneriman
jawaban langsung dari responden.
Apabila konfirmasi akan dilakukan, maka akun dengan saldo nol atau kecil harus ada diantara
pilihan untuk konfirmasi karena saldo itu mungkin ditetapkan terlalu rendah daripada akun
dengan saldo yang besar. Selain itu, konfirmasi juga harus dikirmkan kepada pemasok utama
yang:
1) Telah digunakan pada tahun sebelumnya, namun tidak dalam tahun berjalan, dan
2) Tidak mengirimkan laporan bulanan
Pengujian ini dapat memberikan bukti untuk semua asersi utang usaha. Akan tetapi, bukti
yang tersedia untuk asersi kelengkapan besifat terbatas karena adanya kemungkinan
kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengirim permintaan konfirmasi kepada pemasok
yang tidak mencatat kewajiban klien.
Merekonsiliasi Utang yang Belum Dikonfirmasi Dengan Laporan Pemasok
Dalam banyak kasusu, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bias
dijumpai dlaam file klien. Dalam kasus ini, jumlah yang terutang pada pemasok menurut
daftar utang klien dapat direkonsiliasi dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari
prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti konfirmasi, tetapi kurang dapat
diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan kepada klien, dan bukan langsung
kepada auditor. Selain itu, laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok tertentu.
MODUL PENGAUDITAN II
20
EVALUASI PEMBELAJARAN1. Jelakan kelompok dari golongan utang lancar!
2. Bagaimana mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi
laporan keuangan yang signifikan ?
3. Apa tujuan auditor menerpakan prosedur analitis?
4. Sebutkan Pengujian yang termasuk dalam kategori pengujian rincia saldo !
5. Mengapa prosedur konfirmasi utang usaha bersifat opsional?
RANGKUMANProsedur analitis yang telah dibahas memberikan konteks untuk mengevaluasi penialain
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan risiko pengujian rincian. Auditor juga
harus mempertimbnagkan peran prosedur pengendalian yang terprogram dan teknik audit
bantuan computer untuk mendukung strategi auditnya. Akibat risiko kewajiban ditetapkan
terlalu rendah, auditor akan menekankan pada asersi kelengkapan ketika mengaudit utang
usaha.
MODUL PENGAUDITAN II
20
KUNCI JAWABAN:
1. Utang lancar digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Utang usaha yanag timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan overhead, suku
cadang, dan factory supplies. Utang usaha dapat digolongkan menjdai dua golongan,
yaitu:
1) Utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis dengan
kesanggupan untuk membayar kewajiban (account payable).
2) Utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan
untuk membayar kewajiban (utang wesel atau notes payable).
2. Utang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu(accrued payable).
4. Utang yang timbul kepada pihak ke tiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai
pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang PPN, utang pajak penghasilan
karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pension, utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus
Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya separasi utuk produk perusahaan yang
dijual dengan garansi.
2. tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dari pangujian substantif yang dirancang
secara tepat, termasuk prosedur analitis dan pengujian rincian
3. Tujuan auditor menerapakan prosedur ini adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas
saldo akun utang dan hubungna antara utang usaha dengan akun – akun kunci lainnya
seperti pembelian atau persediaan.
4. Dua pengujian yang termasuk dalam kategori pengujian rincian saldo adalah:
1) Konfirmasi utang usaha
2) Rekonsiliasi utang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang belum
diterima oleh klien dan penjual atau pemasok.
MODUL PENGAUDITAN II
20
5. Prosedur konfirmasi utang usaha bersifat opsional karena:
1) Konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa utang yang belum dicatat akan dapat
ditemukan,
2) Bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk
mendukung saldonya.
MODUL PENGAUDITAN II
20
DAFTAR PUSTAKAWilliam C. Boynton, Raymon N. Johnson, dan Walter G. Kell. 2003. Modern Auditing
(Eds. Ke – 7, jilid 2). Jakarta: Erlangga.
http://hermanghunawan.blogspot.co.id/2012/12/audit-terhadap-siklus-
pengeluaran.html?m=1
MODUL PENGAUDITAN II