analisis radionuklida 137cs pada sampel tanah

110
ANALISIS RADIONUKLIDA 137 Cs PADA SAMPEL TANAH DAN BERAS (Oryza sativa) KABUPATEN PANDEGLANG- BANTEN DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA SKRIPSI ELLEN ARTILERIN RAMADHANI MAWANGI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1443 H

Upload: khangminh22

Post on 18-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS RADIONUKLIDA 137Cs PADA SAMPEL TANAH

DAN BERAS (Oryza sativa) KABUPATEN PANDEGLANG-

BANTEN DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER

GAMMA

SKRIPSI

ELLEN ARTILERIN RAMADHANI MAWANGI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1443 H

ANALISIS RADIONUKLIDA 137Cs PADA SAMPEL TANAH DAN BERAS

(Oryza sativa) KABUPATEN PANDEGLANG-BANTEN DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

ELLEN ARTILERIN RAMADHANI MAWANGI

11160960000002

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1443 H

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Analisis Radionuklida 137Cs pada Sampel Tanah dan

Beras (Oryza sativa) Kabupaten Pandeglang-Banten dengan Menggunakan

Spektrometer Gamma” telah diuji dan dinyatakan LULUS pada Sidang

Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 18 Oktober 2021. Skripsi telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S1) Program Studi

Kimia.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. La Ode Sumarlin, M.Si. Tarso Rudiana, M.Si. NIP. 19750918 200801 1 007 NIDN. 0425028704

Pembimbing I Pembimbing II

Ahmad Fathoni, M.Si. Ghulam Fathul Amri, S.ST., ME., M.T. NIP. 19911113 201801 1 002 NIP. 19850714 200912 1 006

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Kimia

Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si. NIP. 19710608 200501 1 005 NIP. 19750918 200801 1 007

PERNYATAAN

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 24 September 2021

Ellen Artilerin Ramadhani Mawangi

11160960000002

ABSTRAK

ELLEN ARTILERIN RAMADHANI MAWANGI. Analisis Radionuklida 137Cs pada Sampel Tanah dan Beras (Oryza sativa) Kabupaten Pandeglang-

Banten dengan Menggunakan Spektrometer Gamma. Dibimbing oleh AHMAD

FATHONI dan GHULAM FATHUL AMRI

137Cs adalah radionuklida atau inti yang tidak stabil dan bersifat berbahaya

karena dapat mengendap pada otot, tulang dan lemak. Radionuklida ini

diaplikasikan secara luas di berbagai bidang kehidupan seperti: industri, pertanian,

pertambangan, kedokteran, peternakan, penelitian, dan lain sebagainya. 137Cs

dapat terakumulasi di tanah dan tanaman serta berpotensi bahaya bagi manusia. 137Cs apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan terdistribusi ke jaringan lunak

seperti jaringan otot dan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

konsentrasi radionuklida 137Cs pada tanah dan beras (Oryza sativa) di Kabupaten

Pandeglang. Sampel tanah dikeringkan pada suhu 105 ˚C, ditumbuk, diayak dan

dimasukkan ke dalam beaker Marinelli. Sampel beras dihaluskan dan dimasukkan

ke dalam beaker Marinelli lalu dianalisis menggunakan spektrometer gamma.

Sampel beras tersebut diabukan pada suhu 400 ˚C dan dimasukkan ke dalam vial

lalu dianalisis kembali untuk dibandingkan. Parameter yang diuji yaitu

konsentrasi 137Cs pada sampel, Minimum Detectable Concentration (MDC) dan

ketidakpastian pengukuran. Hasil pengukuran konsentrasi radionuklida 137Cs

dalam sampel tanah, beras dan abu beras tertinggi yaitu di Kecamatan Carita

masing-masing sebesar 0,2178; 0,1588 dan 0,3418 Bq/kg. Hasil ini dikarenakan

Kecamatan Carita berdekatan dengan lokasi terjadinya ledakan di perusahaan

yang terletak di Kota Cilegon-Banten. Hasil analisis radionuklida dalam sampel

tanah, beras dan abu beras yang dihasilkan di bawah ambang batas yang

ditetapkan oleh PERKA BAPETEN No 9 tahun 2009 konsentrasi maksimal untuk

radionuklida 137Cs dalam tanah adalah 1000 Bq/kg dan PERMENKES RI

No.1031 tahun 2011 konsentrasi maksimal radionuklida dalam bahan pangan

adalah 500 Bq/kg.

Kata kunci: 137Cs, beras, radionuklida, spektrometer gamma, tanah.

ABSTRACT

ELLEN ARTILERIN RAMADHANI MAWANGI Analysis of 137Cs

Radionuclide on Soil and Rice Samples (Oryza sativa) Pandeglang Regency –

Banten Using Gamma Spectrometer. Supervised by AHMAD FATHONI and

GHULAM FATHUL AMRI

137Cs is a radionuclide or unstable nucleus and is dangerous because it can

precipitate in muscle, bone and fat. These radionuclides are widely applied in

various fields of life such as: industry, agriculture, mining, medicine, animal

husbandry, and research. 137Cs is a radionuclide that can accumulate in soil and

plants and is potentially hazardous to humans. When 137Cs enters the human body,

it will be distributed to soft tissues such as muscle and bone tissue. This study

aims to determine the concentration of radionuclide 137Cs in soil and rice (Oryza

sativa) in the Pandeglang Regency. Soil samples were dried at 105 ˚C, ground,

sieved, and put into a Marinelli beaker. The rice sample was mashed and put into

a Marinelli beaker and then analyzed using a gamma spectrometer. The rice

sample was washed at 400 ˚C and put into a vial and then analyzed again for

comparison. The parameters tested were the concentration of 137Cs in the sample,

Minimum Detectable Concentration (MDC), and measurement uncertainty. The

results of the measurement of the highest radionuclide concentration of 137Cs in

soil, rice, and rice ash samples were in Carita District, respectively 0,2178; 0,1588

and 0,3418 Bq/kg. This result is because Carita Subdistrict is close to the location

of the explosion at the company located in Cilegon-Banten City. The results of

radionuclide analysis in soil samples, rice and rice ash produced below the

threshold set by PERKA BAPETEN No. 9 of 2009 the maximum concentration

for radionuclide 137Cs in the soil is 1000 Bq/kg and PERMENKES RI No. 1031 of

2011 the maximum concentration of radionuclides in soil. Food ingredients is 500

Bq/kg.

Keywords: 137Cs, gamma spectrometer, radionuclide, rice, soil

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi rabbil alamin, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan

pada Sang Khalik Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam kepada junjungan Nabi akhir zaman Muhammad SAW

beserta sahabat serta orang yang berjuang dalam menegakkan risalah beliau.

Berkat rahmat, hidayah dan izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Radionuklida 137Cs pada Sampel Tanah dan Beras

(Oryza sativa) Kabupaten Pandeglang-Banten dengan menggunakan

Spektrometer Gamma”. Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak lain yang

terus memberikan bimbingan serta dukungannya. Oleh sebab itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ahmad Fathoni, M.Si selaku pembimbing I sekaligus dosen Program Studi

Kimia yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta waktunya untuk

berdiskusi dengan penulis;

2. Ghulam Fathul Amri, S.ST., M.E., M.T, selaku pembimbing II yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan arahan selama pelaksanaan di

lapangan;

3. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si, selaku Penguji I serta Kepala Program Studi

Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan masukan serta saran sehingga banyak membantu penulisan

skripsi;

4. Tarso Rudiana, M.Si, selaku Penguji II yang telah memberikan masukan serta

saran sehingga banyak membantu penulisan skripsi;

ii

5. Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

6. Keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan moril serta

materil kepada penulis;

7. Puja Dwi Sri Maulidya, Aini Nabila, Putri Anggraeni Puspitasari dan Anisa

Putri sebagai rekan penelitian;

8. Teman-teman Program Studi Kimia 2016 yang selalu memberikan dukungan

kepada penulis;

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang

membacanya.

Jakarta, September 2021

Ellen Artilerin Ramadhani Mawangi

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.3 Hipotesis ...................................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

1.5 Manfaat ....................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8

2.1 Radioaktivitas .............................................................................................. 8

2.2 Radionuklida ............................................................................................... 9

2.2.1 Radionuklida Alam .............................................................................. 9

2.2.2 Radionuklida Buatan ......................................................................... 10

2.3 Cesium 137 ................................................................................................ 11

2.4 Cemaran Radionuklida dalam Tanah .......................................................... 12

2.5 Beras Pandeglang...................................................................................... 13

2.6 Cemaran Radionuklida pada Bahan Pangan ............................................... 15

2.7 Penelitian Terkait Radionuklida 137Cs ........................................................ 16

2.8 Spektrometer Gamma ................................................................................ 19

2.9 Peluruhan Sumber Standar ......................................................................... 21

2.10 Kalibrasi Spektrometer Gamma ............................................................... 21

2.11 Konsentrasi Radionuklida dalam Sampel Tanah dan Beras....................... 23

2.12 Ketidakpastian Pengukuran ...................................................................... 23

2.13 Konsentrasi Minimum Terdeteksi ............................................................ 24

iv

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 25

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 25

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 25

3.2.1 Alat .................................................................................................... 25

3.2.2 Bahan ................................................................................................. 25

3.3 Prosedur Penelitian .................................................................................... 25

3.3.1 Penentuan Lokasi Sampling Tanah dan Beras..................................... 25

3.3.2 Kalibrasi Spektrometer Gamma .......................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 30

4.1 Kalibrasi Energi ......................................................................................... 30

4.2 Kalibrasi Efisiensi ...................................................................................... 36

4.3 Konsentrasi Radionuklida pada Sampel .................................................... 39

4.3.1 Konsentrasi Radionuklida 137Cs pada Sampel .................................... 41

4.3.2 Pola Penyebaran Radionuklida .......................................................... 50

4.4 Analisis Radionuklida Lain (60Co dan 131I ) menggunakan Spektrometer

Gamma ....................................................................................................... 53

4.4.1 Konsentrasi Radionuklida 60Co pada Sampel ...................................... 53

4.4.2 Konsentrasi Radionuklida 131I pada Sampel ........................................ 57

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62

LAMPIRAN .................................................................................................... 71

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Beras ............................................................................................... 14

Gambar 2. Perangkat spektrometer gamma ....................................................... 20

Gambar 3. Peta lokasi pengambilan sampel ...................................................... 27

Gambar 4. Ilustrasi Resolusi FWHM dan FWTM ............................................. 28

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Energi pada Sumber Standar (Marinelli) ............... 33

Gambar 6. Kurva Kalibrasi Energi pada Sumber Standar (Vial) ........................ 35

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Efisiensi pada Sumber Standar EW-679 ................. 37

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Efisiensi GM-011 V Energi Rendah ...................... 37

Gambar 9. Kurva Kalibrasi Efisiensi GM-011 V Energi Tinggi ........................ 38

Gambar 10. Konsentrasi radionuklida 137Cs dalam sampel tanah dan beras ..... 44

Gambar 11. Konsentrasi radionuklida 137Cs dalam sampel abu beras ................ 48

Gambar 12. Konsentrasi radionuklida 137Cs pada masing-masing sampel ......... 49

Gambar 13. Pola penyebaran radionuklida 137Cs dalam tanah ........................... 52

Gambar 14. Pola penyebaran 137Cs dalam abu beras ......................................... 53

Gambar 15. Konsentrasi radionuklida 60Co dalam sampel tanah dan beras ........ 55

Gambar 16. Konsentrasi radionuklida 60Co dalam sampel abu beras ................. 56

Gambar 17. Konsentrasi radionuklida 131I dalam sampel tanah dan beras .......... 58

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis radionuklida buatan ..................................................................... 10

Tabel 2. Batas konsentrasi radionuklida ............................................................. 11

Tabel 3. Batasan dosis efektif masukan radionuklida lewat saluran makanan ..... 12

Tabel 4. Hasil analisis konsentrasi radionuklida (226Ra, 232Th, 40K, dan 137Cs)

pada sampel beras di di Pasar Raya Kota Padang .................................. 15

Tabel 5. Lokasi pengambilan sampel ................................................................. 26

Tabel 6. Data aktivitas radionuklida sumber standar EW-679 ............................ 31

Tabel 7. Data kalibrasi energi sumber standar EW-679 ...................................... 32

Tabel 8. Data aktivitas sumber standar GM-011 V ............................................ 33

Tabel 9. Data kalibrasi energi sumber standar GM-011 V .................................. 35

Tabel 10. Data analisis radionuklida 137Cs dan 60Co dan 131I dalam sampel ....... 42

Tabel 11. Hasil pengukuran konsentrasi 137Cs dan NORM lokasi SRG-04-2016,

Candi, koordinat lokasi S: 05˚ 54’ 22,4’’ E: 106˚ 05’ 11,7’’ ............... 46

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Spektrum radionuklida yang dianalisis.......................................... 71

Lampiran 2. Konsentrasi radionuklida standar EW-679 (Marinelli) dan GM-011

V pada saat pencacahan .............................................................. 75

Lampiran 3. Perhitungan efisiensi standar EW-679 (Marinelli) dan GM-011 V 77

Lampiran 4. Perhitungan konsentrasi radionuklida pada sampel ....................... 79

Lampiran 5. Titik lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pandeglang ........ 90

Lampiran 6. Dokumentasi penelitian ................................................................ 92

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

137Cs merupakan pemancar radiasi gamma pada energi (E) 661,66 keV dengan

kelimpahan energi gamma (Pλ) sebesar 0,85 dan memiliki waktu paruh sekitar 30

tahun (Nirwani & Wahyudi, 2015). Sifat kimia dan fisika suatu radionuklida

sangat berpengaruh pada penyerapan metabolisme di dalam tubuh. Salah satu

jalur masuknya radionuklida sampai ke dalam tubuh adalah melalui saluran

pencernaan makanan. 137Cs di dalam tubuh sebagian besar (80%) mengendap

pada otot sedangkan sebagian kecil (8%) mengendap pada tulang dan lemak.

Paparan radiasi 137Cs dapat meningkatkan resiko kanker, bila perannya sangat

tinggi dapat menyebabkan kematian (Nirwani et al., 2001). Bahan radioaktif dapat

terdeposisi ke permukaan lingkungan dan langsung terpapar ke manusia, juga

dapat terlepas ke udara di mana partikel-partikelnya dapat terhirup oleh manusia.

Salah satu cara yang paling besar kontribusinya adalah melalui rantai makanan.

Bahan radioaktif ini dapat terdeposisi di tanah kemudian diserap oleh tanaman

maupun langsung terdeposisi pada tanaman. Berikutnya, tanaman yang telah

terkontaminasi tersebut dimakan oleh hewan, dan akhirnya masuk ke manusia

akibat memakan hewan maupun tanaman yang telah terkontaminasi. Salah satu

radionuklida hasil fisi yang biasanya terlepas ke lingkungan pada saat terjadinya

ketidak normalan operasi reaktor adalah 134Cs dan 137Cs, dan apabila terlepas

dalam jumlah relatif besar dapat memberikan dampak merugikan bagi lingkungan

dan manusia (Togibasa et al., 2009).

2

137Cs mempunyai sifat yang sama dengan unsur Kalium (K). Kalium dan

Cesium adalah ion bermuatan positif. Kalium berfungsi dalam pemeliharaan

keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa, transmisi saraf,

relaksasi otot, dan memiliki peran penting dalam pertumbuhan tulang. (Regina et

al., 2016). Kedua unsur ini dalam tubuh terdapat pada otot dan tulang serta berada

di Golongan IA pada tabel periodik unsur dan memiliki perbedaan afinitas

elektron yang berdekatan. K memiliki afinitas elektron sebesar 48,4 kJ/mol,

sedangkan Cs memiliki afinitas elektron 45,5 kJ/mol sehingga 137Cs dapat

menggantikan peranan K di dalam otot dan tulang (Nirwani & Wahyudi, 2014).

Radionuklida masing-masing mempunyai energi tertentu dan bersifat spesifik

(Muthmainnah et al., 2020).

Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 88 yang berbunyi :

الذي اتقوا للاه حللا طي باا و ا رزقكم للاه انتم به مؤمنون وكلوا مم

Artinya :

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

direzekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-Nya (Q.S. Al-Ma’idah : 88)

Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 88 di atas,

dalam mengkonsumsi makanan tidak semata ditinjau dari kehalalan tetapi juga

kualitas makanan tersebut. Halal dan baik menjadi suatu syarat kelayakan suatu

makanan untuk dikonsumsi. Halal dan haram atas sesuatu bukanlah manusia yang

memutuskan, tetapi dari Al-Qur’an yang merupakan perintah dari Allah SWT

(Niswah, 2018).

Upaya untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari suatu radionuklida

penting untuk dilakukan. Salah satunya dengan cara identifikasi cemaran

3

radionuklida di lingkungan. Analisis radionuklida dalam penelitian ini

menggunakan sampel tanah (soil). Pemilihan sampel pada penelitian ini

didasarkan karena hal ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui

kontaminan radioaktif yang ada pada tanah yaitu dengan menggunakan tanaman

yang mampu menyerap radionuklida dari dalam tanah. Metode ini dikenal dengan

nama fitoremediasi (Tjahaja & Sukmabuana, 2007).

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanaman padi sehingga

dalam analisisnya menggunakan beras putih (Oryza sativa). Hal ini karena beras

putih merupakan bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.

Kualitas beras yang kurang baik dapat mempengaruhi kesehatan dan menurunkan

kualitas sumber daya manusia (Santosa et al., 2010).

Penelitian mengenai radionuklida 137Cs dalam bahan pangan, telah dilakukan

oleh Nirwani et al. (2001) yaitu tentang konsentrasi radionuklida alam dan 137Cs

dalam beras di Kabupaten Jepara. Beras yang diambil dari beberapa lokasi di

sekitar Semenanjung Muria yaitu Desa Sidorejo, Bayuran, Tubanan, Duren,

Bandungharjo, Dermayu, Kancilan dan Sekuping. Konsentrasi 137Cs dalam beras

tertinggi yaitu di Desa Bayuran sebesar 2,64 x 10-5 Bq/kg dengan nilai rata-rata

1,19 x 10-5 Bq/kg.

Berdasarkan bahaya yang dimiliki suatu radionuklida, maka analisis

radionuklida dalam bahan pangan perlu dilakukan di Kabupaten Pandeglang-

Banten. Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang memiliki potensi

pertanian yang sangat baik dan produktif untuk menjadi sektor unggulan.

Kabupaten Pandeglang juga merupakan lumbung pangan di Provinsi Banten yang

dapat menentukan ketahanan pangan secara regional (Wahyuni et al., 2018).

4

Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi

padi paling besar yaitu lebih dari 30 % atau sebesar 721.872 ton dari total

produksi padi di Provinsi Banten yang berjumlah 2,3 juta ton pada tahun 2016.

Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Pandeglang menjadi sentra produksi beras

di Provinsi Banten (Cahya et al., 2018). Data statistik Provinsi Banten

menunjukkan jumlah produktivitas padi per hektar di Kabupaten Pandeglang

tahun 2018 menempati peringkat pertama dengan jumlah produksi padi 449.695

ton dengan luas areal 91.893 Ha (BPS Provinsi Banten, 2018).

Kabupaten Pandeglang memiliki luas wilayah sebesar 2.746,90 km2 yang

terdiri dari 35 Kecamatan dan 335 Desa/Kelurahan (Dispertan Banten, 2018).

Sampel dalam penelitian ini diambil di Kabupaten Pandeglang bagian Barat yaitu

Kecamatan yaitu Kecamatan Carita, Labuan, Jiput dan Pulosari. Pemilihan lokasi

tersebut dikarenakan paling dekat dengan tempat terjadinya kecelakaan industri

baja di yang berada di Kota Cilegon-Banten pada Desember tahun 2014

berdasarkan laporan BAPETEN. Penelitian mengenai cemaran radionuklida 137Cs

pada lingkungan telah dilakukan oleh Nirwani et al. (2018) yaitu tentang “Tingkat

Radioaktivitas Gross Beta dan 137Cs dalam Air Hujan di Kawasan Nuklir

Serpong”. Pengambilan sampel air hujan dilakukan secara terus menerus setiap

bulan sejak tahun 2007 hingga 2016, dan kegiatannya meliputi preparasi sampel

secara prekonsentrasi, selanjutnya analisis secara spektrometri gamma. Hasil

pengukuran menunjukkan bahwa tingkat radioaktivitas gross beta berkisar 0,0135

– 0,4882 Bq/L, sedangkan radioaktivitas 137Cs berkisar < 2,10 – 132,10 Bq/m3.

Nilai ini masih berada di bawah ambang batas tingkat radioaktivitas lingkungan

yang diijinkan Menkes RI (1990) untuk air bersih, yaitu gross beta 1000 Bq/L,

5

sedangkan 137Cs 260 (Bq/m3) menurut Bapeten (2017), sehingga dikategorikan

masih relatif aman untuk digunakan.

Alat yang digunakan untuk analisis radionuklida 137Cs yaitu spektrometer

gamma dengan detektor semikonduktor germanium yang memiliki kemurnian

tinggi (HPGe). Spektrometer gamma merupakan suatu alat untuk melakukan

analisis zat radioaktif yang memancarkan radiasi gamma (Muthmainnah et al.,

2020). Spektrometer gamma selain dapat digunakan untuk menganalisis

radionuklida 137Cs juga dapat digunakan untuk menganalisis radionuklida lain

yang dapat memancarkan radiasi gamma. Radionuklida tersebut diantaranya

137Cs, 135Te, 89Kr, 104Tc, 135I, 92Sr, 142Ba, 94Y 60Co dan 131I (Ardani, 2010).

Sehingga pada penelitian ini kemungkinan terdapat radionuklida lain yang

terdeteksi oleh alat tersebut. Tidak semua radionuklida pemancar radiasi gamma

dianalisis pada penelitian ini, hanya radionuklida yang memiliki bahaya untuk

kesehatan seperti 60Co dan 131I. 60Co

Spektrometer gamma sering juga digunakan untuk menganalisis Naturally

Occurring Radioactive Materials (NORM) merupakan produk samping dalam

proses kegiatan berupa industri yang perlu dipantau dan dikelola sedemikian rupa

mengingat material ini adalah bahan radioaktif (Sukirno & Samin, 2011).

Berdasarkan data latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai kualitas tanah dan beras di Kabupaten Pandeglang-Banten. Kualitas

tersebut dapat dilihat salah satunya dengan mengukur jumlah kandungan

radionuklidanya, dalam hal ini adalah cesium (137Cs).

6

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi cemaran radionuklida 137Cs pada tanah dari Kabupaten

Pandeglang-Banten yang dianalisis menggunakan spektrometer gamma?

2. Bagaimana kondisi cemaran radionuklida 137Cs pada beras dan abu beras

dari Kabupaten Pandeglang-Banten yang dianalisis menggunakan

spektrometer gamma?

3. Apakah terdapat cemaran radionuklida lain pada tanah dan beras dari

Kabupaten Pandeglang-Banten yang dianalisis menggunakan spektrometer

gamma?

1.3 Hipotesis

1. Kandungan radionuklida 137Cs pada tanah di Kabupaten Pandeglang-

Banten dibawah ambang batas.

2. Kandungan radionuklida 137Cs pada beras dan abu beras di Kabupaten

Pandeglang-Banten dibawah ambang batas.

3. Terdapat radionuklida lain pada tanah dan beras di Kabupaten

Pandeglang-Banten.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kondisi cemaran 137Cs pada tanah yang berasal dari

Kabupaten Pandeglang-Banten.

2. Mengetahui kondisi cemaran 137Cs pada beras dan abu beras yang berasal

dari Kabupaten Pandeglang-Banten.

3. Mengetahui keberadaan cemaran radionuklida lain pada tanah dan beras

yang berasal dari Kabupaten Pandeglang-Banten.

7

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi baik dalam bidang penelitian

yang relevan maupun sebagai informasi kondisi cemaran radionuklida 137Cs pada

bahan pangan. Informasi cemaran radionuklida 137Cs dapat digunakan untuk

pertimbangan pemilihan bahan pangan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radioaktivitas

Radioaktivitas adalah gejala perubahan keadaan inti atom secara spontan

disertai radiasi berupa zarah dan atau gelombang elektromagnetik. Perubahan

dalam inti atom tentu akan membawa perubahan dari satu unsur menjadi unsur

yang lain. Peristiwa perubahan inti menjadi inti atom yang lain ini disebut

peluruhan radioaktif. Laju peluruhan inti radioaktif disebut aktivitas. Semakin

besar aktivitas, semakin banyak inti atom yang meluruh per detik (Khairani et al.,

2007). Aktivitas radioaktif (A) merupakan peluruhan (disintegrasi) yang

dilakukan sejumlah zat radioaktif setiap satuan waktu. Aktivitas radioaktif juga

menunjukkan laju peluruhan bahan radioaktif. Satuan aktivitas zat radioaktif

untuk tingkat aktivitas rendah yaitu Becquerel (Bq), sedangkan untuk aktivitas zat

radioaktif tingkat aktivitas sangat tinggi satuannya adalah Curie (Ci) (Safitrianaz

et al, 2019). Pengukuran radioaktivitas terdapat 3 jenis, diantaranya:

1. Pengukuran keselamatan, yaitu untuk menunjukkan bahaya secara langsung

atau tidak langsung di lokasi tertentu. Secara umum keberadaan radionuklida

di lokasi tersebut diharapkan diketahui dan bila melebihi batas tertentu harus

dapat diambil tindakan yang sesuai.

2. Pengukuran kontrol, yaitu untuk menunjukkan batasan yang diizinkan tidak

terlampaui. Nilai pengukuran mengacu pada luas dan bahaya jangka panjang.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui efek jangka pendek dan jangka panjang,

yang menjadi dasar penilaian keselamatan, batas ini biasanya berisi faktor

keselamatan yang sangat besar. Secara umum, pengukuran kontrol dapat

9

menunjukkan konsentrasi maksimum yang diizinkan untuk radionuklida kritis

tertentu belum terlampaui. Konsentrasi maksimum yang melebihi batas

diizinkan, perlu dilakukan penyelidikan yang lebih akurat dalam rangka

untuk menilai potensi bahaya.

3. Pengukuran statistik, dimaksudkan untuk mengukur konsentrasi radioaktif

yang mungkin dapat menyebabkan bahaya radiasi bagi pekerja radiasi

(Sukesi et al., 2011).

2.2 Radionuklida

Radionuklida merupakan nuklida atau inti yang tidak stabil dan memiliki

karakteristik radiasi yang menguntungkan jika ditinjau dari jenis reaksi dan

tingkat energi radiasinya, sehingga dapat diaplikasikan secara luas di berbagai

bidang kehidupan seperti: industri, pertanian, pertambangan, kedokteran,

peternakan, penelitian, dan lain sebagainya (Arifin, 2011). Menurut Syah (2018),

materi radioaktif dapat memancarkan radiasi pengion karena memiliki inti yang

tidak stabil dan inti atom zat radioaktif akan meluruh untuk mencapai kestabilan.

Inti atom yang belum stabil disebut dengan radioisotop/radionuklida.

Radionuklida terdiri dari radionuklida alam yang meliputi deret uranium (U),

deret thorium (Th), dan deret aktinium sedangkan radionuklida buatan meliputi

90Sr, 137Cs dan 144Ce (Sofyan & Akhadi, 2004).

2.2.1 Radionuklida Alam

Radionuklida berdasarkan proses terbentuknya dapat dikelompokkan

menjadi dua golongan besar yaitu radionuklida alami dan radionuklida buatan.

Radionuklida alam adalah sumber radiasi yang sudah ada sejak terbentuknya alam

semesta (Sofyan & Akhadi, 2004). Radionuklida alam dapat dikelompokkan

10

menjadi radionuklida primordial dan radionuklida kosmogenik (Yuliati & Akhadi,

2005). Radionuklida primordial yaitu radionuklida yang telah ada di kerak bumi

sejak terbentuknya alam semesta. Radionuklida ini dapat ditemukan dalam lapisan

tanah, batuan, air dan dapat juga ditemukan di udara (Sofyan & Akhadi, 2004).

Radionuklida kosmogenik terbentuk karena adanya interaksi nuklir antara radiasi

kosmis dari angkasa luar dengan atom-atom yang ada di atmosfer bumi (Yuliati &

Akhadi, 2005) .

2.2.2 Radionuklida Buatan

Radionuklida buatan adalah sumber radiasi yang pada proses

pembentukannya melibatkan manusia. Radionuklida buatan merupakan produk

dan atau produk samping dari pemanfaatan teknologi nuklir, yang tidak disengaja

atau tidak dikehendaki keberadaannya dan atau dapat pula sengaja dibuat untuk

maksud tertentu. Kedua radiasi tersebut dapat berperan sebagai sumber radiasi

lingkungan (Sofyan & Akhadi, 2004).

Tabel 1. Jenis Radionuklida Buatan

Jenis Radionuklida Waktu Paro 89Sr (50,5 d) 90Sr (28,6 y) 95Zr (64,0 d) 103Ru (39,4d) 106Ru (368 d) 131I (8,04 d) 136Cs (13,2 d) 137Cs (30,2 y) 140Ba (12,8 d)

Tabel 1 menunjukkan jenis radionuklida buatan (Mukmin, 2011). Menurut

Rina & Subiharto (2000), radionuklida buatan terjadi karena adanya reaksi yang

ditimbulkan oleh manusia secara sengaja, misalnya reaksi yang terjadi dalam

11

reaktor nuklir. Daur bahan bakar nuklir meliputi penambangan batuan dan

pengolahan bijih uranium fabrikasi bahan bakar, pembangkitan daya dalam

reaktor nuklir, konversi bijih menjadi bahan bakar, pembuangan limbah radioaktif

dan pengolahan kembali bahan bakar yang telah dipakai. Tahapan-tahapan dari

daur bahan bakar nuklir dapat terjadi pelepasan sebagian kecil bahan radioaktif ke

lingkungan.

2.3 Cesium 137

Terdapat dua radionuklida hasil reaksi fisi berumur panjang, yaitu 90Sr

waktu paruh 28,8 tahun dan 137Cs waktu paruh 30 tahun (Zulfakhri, 2007). 137Cs

merupakan unsur yang memiliki tingkat radioaktif yang cukup tinggi, bersifat

toksik dan memiliki waktu paro yang sangat lama (Muslim & Silalahi, 2014).

Selain itu, 137Cs juga merupakan radionuklida yang mudah larut dan mudah

diserap oleh saluran pencernaan (Nirwani et al., 2001). Isotop-isotop sesium

memiliki sifat kimia yang sama yaitu lebih reaktif daripada logam alkali yang

lebih rendah. Cesium lebih reaktif terhadap oksigen dan halogen, dan kurang

reaktif terhadap N, C dan H. Garam cesium dengan anion sederhana sangat larut

dan higroskopis tetapi garam cesium dengan anion kompleks kurang larut dalam

air. Radio sesium memiliki sifat yang mirip dengan rubidium (Purba et al., 2009).

Tabel 2. Batas Konsentrasi radionuklida

Radionuklida Batasan Konsentrasi (Bq/g)

137Cs 4 x 101 40K 1 x 102 226Ra 1 x 101 228Th 1 x 100

Radionuklida dapat terdeposisi ke tanah dan masuk ke dalam tubuh

manusia melalui jalur air, tanah, udara, flora, fauna lalu ke manusia (Zulfakhri,

12

2007). Batasan konsentrasi radionuklida 137Cs yang direkomendasikan IAEA

dalam Safety Series No.115 tahun 1996 disajikan dalam Tabel 2 (Nirwani et al.,

2001).

Batasan dosis efektif dari masukan radionuklida 137Cs tahunan lewat

saluran makanan untuk masyarakat umum yang direkomendasikan IAEA dalam

Safety Series No.115 tahun 1996 disajikan dalam Tabel 3 Batasan dosis efektif

masukan radionuklida lewat saluran makanan (Nirwani et al., 2001).

Tabel 3. Batasan dosis efektif masukan radionuklida lewat saluran makanan

Radionuklida Batasan Dosis Efektif (Sv/Bq) 137Cs 1,3 x 10-8 40K 6,2 x 10-9 226Ra 2,8 x 10-7 228Th 7,2 x 10-8

2.4 Cemaran Radionuklida dalam Tanah

Unsur yang terkandung dalam tanah adalah unsur besi (Fe) yang

merupakan salah satu unsur magnetik. Unsur magnetik ini ditunjukkan dengan

nilai suseptibilitas magnetik. Suseptibilitas magnetik merupakan salah satu

parameter yang digunakan dalam metode kemagnetan batuan (Almiati & Agustin,

2017) .

Tanah dapat tercemar dengan adanya radionuklida seperti 137Cs. Ketika

menyentuh permukaan tanah, dengan sangat cepat 137Cs akan terikat pada partikel

tanah. Unsur 137Cs terikat sangat kuat pada partikel tanah jenis lempung (clay),

sehingga dapat digunakan sebagai perunut (tracer) untuk studi erosi (Suhartini,

2010). Aktivitas radionuklida jatuhan pada tanah permukaan, umumnya cukup

tinggi dan relatif rendah pada lapisan subsoil. Aktivitas radionuklida jatuhan pada

13

berbagai tata guna lahan di tanah permukaan sendiri mempunyai perbedaan yang

cukup signifikan akibat adanya erosi (Aliyanta, 2015).

Penelitian mengenai cemaran radionuklida pada lingkungan telah

dilakukan oleh Putra et al. (2017) yaitu tentang “Distribusi Radionuklida Dalam

Sampel Lingkungan Tanah, Air dan Tanaman di sekitar PLTU Rembang”. Hasil

perhitungan konsentrasi aktivitas radionuklida alam 226Ra, 228 Ra, 232Th dan 40K

pada sampel tanah sebesar (8,17×10-3; 9,99×10-3; 7,84×10-3; 4,46×10-2) Bq/g.

Sampel air (3,07×10-3; 3,59×10-3; 6,59×10-4; 2,82×10-2) Bq/L. Sampel tanaman

(1,69×10-3; 7,56×10-4; 4,13×10-4; 1,17×10-2) Bq/g. Pola distribusi konsentrasi

aktivitas radionuklida alam yang yang terbentuk yaitu pada sampel tanah memiliki

pola distribusi semakin jauh jarak dari PLTU Rembang semakin besar konsentrasi

aktivitasnya. Selanjutnya, pada sampel air maupun tanaman pola distribusinya

cenderung mengarah ke lokasi yang dekat dengan PLTU yang memiliki

konsentrasi aktivitas lebih besar.

2.5 Beras Pandeglang

Beras adalah salah satu komoditas penting yang menjadi kebutuhan pokok

bagi masyarakat Indonesia. Komoditas beras menjadi penting, karena jika terjadi

kekurangan akan berdampak terjadinya gangguan stabilitas politik, ekonomi,

sosial, dan keamanan (Nasir et al., 2012). Menurut Kusumastuti et al. (2018)

dalam Jurnal Kesehatan Holistik yang ditulis oleh Ulfa (2015) beras memiliki

nilai gizi yang cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori,

protein sebesar 6,8 g dan kandungan mineral seperti Fe dan Ca masing-masing 0,8

mg dan 6 mg.

14

Pandeglang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Banten yang

berada di bagian Selatan. Kabupaten ini memiliki bentang alam cukup variatif

berupa pantai, dataran, perbukitan sampai pegunungan, serta pantai/pesisir dan

pulau-pulau kecil. Selain itu Pandeglang juga memiliki bentang morfologi yang

sedemikian rupa maka tidak mengherankan jika sumber daya alam yang

dimilikinya cukup prospektif dan potensial (Surahman, 2015).

Gambar 1. Beras

Kabupaten Pandeglang memiliki potensi sumber daya alam yang

berlimpah khususnya di Bidang Pertanian dan Pariwisata. Potensi tersebut

diindikasikan dengan diperolehnya penghargaan dalam bentuk Peningkatan

Produksi Beras Nasional (P2BN) tahun 2012, Adhikarya pangan nusantara tahun

2014 dan 2015 (Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang 2015) (Hakim, 2018).

Menurut Mulyaqin (2015) dari data BPS yang diterbitkan pada tahun 2009

disebutkan bahwa Kabupaten Pandeglang juga merupakan wilayah yang

memberikan kontribusi produksi padi paling besar yaitu mencapai 30,77 % dari

total produksi Provinsi Banten pada tahun 2010.

15

Penelitian penentuan konsentrasi radionuklida (226Ra, 232Th, 40K, dan

137Cs) telah dilakukan oleh Muthmainnah et al. (2020) pada beras di Pasar Raya

Kota Padang menggunakan spektrometer gamma. Hasil analisis konsentrasi

radionuklida yang diperoleh, konsentrasi 226Ra yang terdeteksi pada beras

melebihi batas konsentrasi 226Ra yang telah ditetapkan oleh IAEA 1788.

Radionuklida 232Th tidak terdeteksi, radionuklida 40K terdeteksi dan radionuklida

137Cs tidak terdeteksi pada sampel beras di Pasar Raya Kota Padang. Hasil analisis

pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis konsentrasi radionuklida (226Ra, 232Th, 40K, dan 137Cs)

pada sampel beras di di Pasar Raya Kota Padang

No. Jenis

Sampel

Jenis

Radionuklida

Konsentrasi

Radionuklida

yang

diPeroleh

(Bq/kg)

IAEA

1788

(Bq/kg)

PERMENKES

RI No. 1031

Tahun 2011

(Bq/kg)

1.

Beras

226Ra

1,12

0,080 -

2. 232Th Tidak

Terdeteksi 0,003 -

3. 40K 28,44

Belum Ada Batas untuk

Konsentrasi 40K pada Bahan

Pangan

4. 137Cs Tidak

Terdeteksi

- 500

2.6 Cemaran Radionuklida pada Bahan Pangan

Radionuklida dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara tidak langsung

melalui makanan yang dikonsumsi seperti bahan pangan (Muthmainnah et al.,

2020). Menurut Susiati (2006), bahan pangan merupakan salah satu jalur paparan

yang penting dan perlu dipertimbangkan sehubungan dengan evaluasi risiko

terhadap jalan masuknya polutan radionuklida alam maupun buatan ke dalam

16

tubuh manusia yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Bahan pangan yang

berasal dari biji padi-padian mengandung radioaktivitas total sebesar 4,52 - 6,78

Bq / g. Sayuran daun kacang-kacangan termasuk dalam kelompok tanaman dikotil

terdeteksi radioaktivitas gross beta 1,99 - 7,01 Bq / g (Muryono, 2005).

Perpindahan radionuklida di lingkungan khususnya jalur tanah ke tanaman

merupakan fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor

sehingga nilai faktor transfer memiliki variasi yang besar berdasarkan jenis tanah

tempat tumbuh tanaman, jenis tanaman, dan jenis radionuklida (Sukmabuana,

2010).

2.7 Penelitian Terkait Radionuklida 137Cs

Penelitian terkait pencemaran radionuklida pada bahan pangan telah

dilakukan oleh Muryono (2005), yaitu tentang “Evaluasi Radioaktivitas Gross

Beta dan Identifikasi Radionuklida Pemancar Gamma dalam Buah-buahan Impor

dan Lokal”. Dipilih sampel buah-buahan lokal dan impor antara lain anggur, apel,

jeruk, kelengkeng, nanas, pepaya dan pisang. Sampel buah dipisahkan bagian

kulit buah dan daging buah. Partikulat debu di kulit buah, kulit buah dan daging

buah dicacah untuk mengetahui tingkat produktivitasnya dan untuk identifikasi

radionuklida pemancar gamma. Radioaktivitas rata-rata pada buah impor lebih

besar daripada buah lokal. Masing-masing besarnya adalah 114,53 Bq/kg untuk

buah-buahan impor dan 100,97 Bq/kg untuk buah-buahan lokal. Dalam buah-

buahan impor dan lokal teridentifikasi radionuklida 208 Tl, 214 Bi, 288 Ac dan

40K, yang masing-masing dengan aktivitas 3,8-8,82 Bq/kg, 0,30-2,02 Bq/kg, 0,03-

1,42 Bq/kg dan 0,32-0,66 Bq/kg. Radioaktivitas yang terdeteksi dalam sampel

17

buah-buahan impor dan lokal masih di bawah ambang batas yang membahayakan

bagi manusia.

Penelitian mengenai cemaran radionuklida telah dilakukan oleh Zulfakhri

(2007), yaitu tentang “Penyerapan 134Cs pada Tanaman Padi (Oryza sativa, L.)”.

Penyerapan 134Cs oleh tanaman padi dari tanah telah dipelajari untuk mengetahui

akumulasi 134Cs pada tanaman padi dan faktor transfernya. Data yang diperoleh

diharapkan dapat digunakan dalam penelitian dosis radiasi interna yang diterima

manusia karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Padi

ditanam selama lebih kurang 109 hari pada media tanah yang telah terkontaminasi

dengan 134Cs sebesar 1,3859 MBq. Pengamatan terhadap penyerapan 134Cs

dilakukan setelah panen dengan cara mengambil sampel tanaman dan tanah.

Sampel tanaman terdiri dari biji (beras, sekam), malai, daun, batang dan akar

dikeringkan kemudian dicacah dengan spektrometer sinar gamma, demikian pula

halnya dengan sampel tanah. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa 134Cs

diakumulasi dalam biji, malai, daun, batang dan akar tanaman padi. Besarnya

akumulasi 134Cs dinyatakan sebagai faktor transfer 134Cs dari tanah ke padi, dan

dari penelitian ini diperoleh nilai nilai faktor transfer ke beras sebesar 0,03274 ±

0,00104; 0,03862 ± 0,00131 dan 0,03922 ± 0,00103.

Penelitian tentang penyerapan radionuklida oleh kangkung dari tanah berair

telah dilakukan oleh Sukmabuana & Tjahaja (2009) sampel tanaman dicuci bersih

dengan air mengalir, kemudian diukur tingginya. Bagian tanaman dipisahkan

menjadi akar, batang, dan daun kemudian ditimbang untuk memperoleh berat

basah. Kemudian sampel tanaman dan tanah dikeringkan hingga diperoleh berat

konstan dengan lampu pemanas (selama 30 jam), lalu ditimbang untuk

18

memperoleh berat kering, setelah itu, dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk

dicacah dengan spektrometer gamma selama 900 detik. Dari hasil penelitian ini

diketahui bahwa tanaman kangkung memiliki kemampuan menyerap 134Cs dari

media tanah yang mengandung air. Konsentrasi tertinggi radionuklida 134Cs

ditemukan di akar tanaman. Radionuklida 134Cs terikat kuat pada partikel tanah

liat berlempung yang digunakan dalam penelitian ini sehingga sangat sedikit 134Cs

yang terlarut dalam air. Faktor transfer 134Cs dari media tanah siram ke tanaman

sampai usia panen (sampling hari ke-45) relatif kecil yaitu 0,07. Bisa dikatakan

bahwa tanaman kangkung menyerap 134Cs dari media tanah, tetapi tidak

mengakumulasinya.

Penelitian mengenai radioaktivitas juga dilakukan oleh Sukmabuana (2010)

melakukan penelitian tentang parameter transfer radio stronsium 85 Sr di

lingkungan melalui jalur tanah tanaman bayam (Amaranthus sp.). Penelitian ini

dilakukan dengan cara tanaman bayam (Amaranthus sp.) ditanam pada tanah yang

terkontaminasi radionuklida 85 Sr selama dua bulan. Setiap lima hari sekali

tanaman dan tanah tempat mereka tumbuh diambil sampelnya, dikeringkan dan

kemudian diukur kandungan radionuklida 85 Sr nya dengan menggunakan

spektrometer gamma. Dari hasil penelitian diperoleh besarnya kemampuan

tanaman untuk mengakumulasi 85 Sr yang dinyatakan sebagai faktor transfer

adalah 3, sedangkan nilai k12 yang menyatakan koefisien transfer rate adalah 9,99

x 10-3 hari-1 dan 9,98 x 10-3 hari-1, masing-masing selama 0<t<41 hari dan t>41

hari.

Penelitian tentang penentuan konsentrasi radionuklida (226Ra, 232Th, 40K,

dan 137Cs) pada beberapa bahan pangan oleh Muthmainnah et al. (2020) seperti

19

cabe, beras, ikan laut, ikan tawar, singkong, dan daun singkong menggunakan

spektrometer gamma di Pasar Raya Kota Padang. Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan data awal konsentrasi radionuklida pada bahan pangan di Pasar Raya

Kota Padang. Hasil konsentrasi 226Ra dan 232Th dianalisis berdasarkan IAEA

1788 dan hasil konsentrasi 137Cs dianalisis berdasarkan PERMENKES RI No

1031 tahun 2011. Pengukuran konsentrasi radionuklida menggunakan

spektrometer gamma. Penelitian diawali dengan persiapan sampel, kalibrasi

spektrometer gamma, dan pengukuran konsentrasi radionuklida. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa radionuklida yang terdeteksi pada bahan pangan yaitu 226Ra

dan 40K, sedangkan 232Th dan 137Cs tidak terdeteksi. 226Ra terdeteksi pada semua

bahan pangan dengan konsentrasi tertinggi pada ikan tawar yaitu 2,73 Bq/kg dan

konsentrasi terendah pada beras yaitu 1,12 Bq/kg. Konsentrasi 226Ra yang

terdeteksi pada bahan pangan melebihi batas yang ditetapkan IAEA 1788. 40K

terdeteksi pada semua bahan pangan dengan konsentrasi tertinggi pada cabe yaitu

958,06 Bq/kg dan konsentrasi terendah pada beras yaitu 28,44 Bq/kg.

2.8 Spektrometer Gamma

Spektrometer gamma digunakan untuk melakukan analisis zat radioaktif

yang dapat memancarkan radiasi gamma. Setiap radionuklida mempunyai tenaga

tertentu dan bersifat spesifik (Luhur et al., 2013). Zat radioaktif pemancar radiasi

gamma di antaranya adalah 137Cs, 60Co, 192Ir, 226Ra, 228Ra, 238U, 232Th, dan 40K

(Wahyudi et al., 2007). Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan

kalibrasi terhadap alat spektrometer gamma. Kalibrasi ini dilakukan pada energi

gamma dengan menggunakan sumber standar 60Co, pada dua puncak energi

yaitu sebesar 1173,24 keV dan 1332,50 keV. Selanjutnya diamati besarnya

20

cacahan radiasi (intensitas radiasi) dan resolusi yang dihasilkan sesuai dengan

puncak energi yang telah ditentukan (Noviarty et al., 2010). Pengujian pasca

iradiasi elemen bakar nuklir, spektrometer gamma digunakan sebagai teknik untuk

menganalisis isotop-isotop hasil fisi pemancar gamma diantaranya adalah isotop

137Cs (Kriswarini & Anggraini, 2009).

Gambar 2. Perangkat spektrometer gamma

Gambar 2 menunjukkan perangkat spektrometer gamma (Purwanto &

Nuraeni, 2013). Berbeda dengan sistem pencacah diferensial yang mengukur

intensitas radiasi yang mempunyai selang energi tertentu, sistem spektrometer

gamma ini menekankan distribusi pancaran radiasi terhadap energi nya. Fungsi

utama dari sistem spektrometer gamma adalah mempelajari spektrum distribusi

energi radiasi gamma, meskipun demikian sistem ini juga dapat digunakan untuk

pencacahan. Kelemahan sistem ini bila digunakan untuk melakukan pencacahan

adalah kecepatan yang yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena setiap

radiasi yang memasukinya akan diukur energinya, sedangkan proses pengukuran

energi tersebut membutuhkan waktu yang lama dibandingkan bila hanya

H

V

PA

Cryostat

Am

p

Unit

Pengolahan

data

Penganalisa

salur ganda

Penguat awal

Detektor

HPGe

21

digunakan untuk menentukan jumlahnya saja seperti yang ada pada sistem

pencacah (Ratnawati & Imam, 2015).

2.9 Peluruhan Sumber Standar

Penelitian ini, menggunakan sumber standar campuran 137Cs, 133Ba dan

60Co. Radionuklida 137Cs adalah pemancar radiasi gamma yang memiliki waktu

paruh 30 tahun sedangkan 133Ba memiliki waktu paruh 10,7 tahun (A. Aziz,

2013). Radionuklida 60Co merupakan pemancar radiasi gamma yang memiliki

waktu paruh 5,27 tahun (Sari et al., 2020).

𝐴𝑡 = 𝐴0𝑒−0,693t/T..........................................................................................(1)

At = Aktivitas pada saat pencacahan (Bq)

Ao = Aktivitas mula-mula (Bq)

t = Waktu tunda (hari)

T1/2 = waktu paro (hari)

2.10 Kalibrasi Spektrometer Gamma

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai

yang ditunjukkan oleh instrumen ukur, sistem pengukuran atau nilai yang diwakili

oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari

besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Tujuan kalibrasi adalah untuk

mengetahui ketertelusuran suatu alat ukur, simpangan alat ukur, serta menjamin

alat ukur telah tertelusur dengan standar nasional maupun internasional

(Wicaksono & Susanto, 2015). Irawan (2019) menjelaskan bahwa kalibrasi juga

bertujuan untuk menentukan perbedaan (deviasi) antara pembacaan alat ukur atau

bahan ukur (yang digunakan sebagai standar) dengan (taksiran) nilai benar. Hasil

kalibrasi dapat berupa penetapan koreksi yang berkaitan dengan penunjukan alat

ukur. Kalibrasi dapat juga menetapkan sifat metrologis lainnya, termasuk efek

besaran yang berpengaruh. Hasil kalibrasi direkam dalam dokumen yang biasa

22

disebut sertifikat kalibrasi. Hal ini akan bermanfaat untuk menjaga kondisi alat

ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasi dan mendukung sistem mutu di industri

atau bidang lain yang berkaitan dengan alat tersebut (Wicaksono & Susanto,

2015).

Kalibrasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi

efisiensi. Kalibrasi energi dilakukan dengan menggunakan sumber standar untuk

menentukan hubungan antara nomor salur dan energi gamma (keV), secara umum

hubungan antara nomor salur dengan energi gamma dapat ditentukan dengan

Persamaan 2 (Wahyudi et al., 2007).

γ = a + bX ......................................................................................................(2)

γ = Energi gamma (keV)

a dan b = Bilangan konstanta linier

X = Nomor salur (channel)

Kalibrasi energi ini bertujuan untuk mensinergikan puncak tiap energi

spektrum dengan energi yang sebenarnya sehingga dalam pencacahan sampel

diperoleh spektrum dengan puncak-puncak energinya sesuai dengan energi

radionuklida yang terkandung dalam sampel yang digunakan (Yusro et al., 2013).

Kalibrasi energi alat digunakan sumber standar energi gamma 60Co, pada dua

puncak energi yaitu energi 1173.24 keV dan energi 1332.50 keV (Noviarty et al.,

2009). Kalibrasi efisiensi deteksi adalah ukuran hubungan antara pencacahan yang

dihasilkan detektor dengan aktivitas zat radioaktif (Luhur et al., 2013). Kalibrasi

efisiensi digunakan untuk keakuratan dan ketelitian pada pengukuran aktivitas zat

radioaktif (Yusro et al., 2013). Kalibrasi efisiensi dapat dihitung dengan

persamaan 3 (Wahyudi et al., 2007).

23

Ɛγ =(

𝑁𝑠

𝑡𝑠−

𝑁𝐵𝐺

𝑡𝐵𝐺)

𝐴𝑡 . 𝑃γ............................................................................................(3)

Ɛγ = Efisiensi energi gamma (%)

Ns = Laju cacah standar (cps)

NBG = Laju cacah latar (cps)

At = Aktivitas pada saat pengukuran (Bq)

Pγ = Yield energi gamma tertentu (%)

2.11 Konsentrasi Radionuklida dalam Sampel Tanah dan Beras

Konsentrasi 137Cs ditentukan pada puncak energi 661,66 keV dengan P

85%. Konsentrasi radionuklida 137Cs yang terkandung dalam sampel dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan 4 (BATAN, 2017b).

𝐶 =

Ns

ts–

NBG

tBg

ℇ.Pγ.W x 100........................................................................................(4)

C = Konsentrasi radionuklida dalam sampel (Bq/kg)

Ns = Laju cacah sampel (cps)

ts = Waktu cacah sampel (s)

NBG = Laju cacah latar (cps)

tBG = Waktu cacah background (s)

ℇ = Efisiensi pencacahan (%)

Pγ = Kelimpahan energi gamma (%)

W = Berat sampel (kg)

2.12 Ketidakpastian Pengukuran

Ketidakpastian pengukuran dapat terjadi karena menurut Ratnawati & Imam

(2015), tidak ada satupun hasil pengukuran yang mempunyai kebenaran mutlak

atau bersifat random, walaupun canggihnya alat yang digunakan dan stabil

kondisi lingkungan disekitar pengukuran. Jika ada suatu hasil pengukuran, baik

dalam bidang pengujian, analisa ataupun kalibrasi yang menyatakan bahwa hasil

ukurnya merupakan nilai sebenarnya dari apa yang sedang diukur, maka dapat

dikatakan bahwa pengukuran tersebut tidak benar. Sumber sumber kesalahan yang

menyumbang dalam proses pengukuran misalnya pengaruh kondisi lingkungan,

24

sampel ukur dan resolusi alat. Untuk menghitung ketidakpastian pengukuran

dapat menggunakan persamaan 5 (BATAN, 2017b):

𝜇𝐶 = 𝐶√(𝜎𝑛𝑠+σ𝑛𝐵

𝑛𝑠−𝑛𝐵)

2

+ (𝜎Ɛ

Ɛ)

2

+ (𝜎𝑃γ

𝑃γ)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

.................................(5)

μC = Ketidakpastian pengukuran (Bq/kg)

σns = Deviasi cacah sampel (%)

σnB = Deviasi cacah latar (%)

σƐ = Deviasi standar efisiensi (%)

σPγ = Deviasi standar pancaran radiasi gamma (%)

w = Berat sampel (kg)

2.13 Konsentrasi Minimum Terdeteksi

Konsentrasi minimum terdeteksi Minimum Detectable Concentration

(MDC) pada tingkat kepercayaan 95%

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √𝑛𝐵/𝑡𝐵

Ɛ.𝑝𝛾. 𝐹𝑘 . 𝑊......................................................................(6)

MDC= Konsentrasi minimum terdeteksi

Fk = Faktor koreksi serapan diri

Pγ = Kelimpahan energi gamma (%)

W = Berat sampel (kg)

ℇ = Efisiensi pencacahan (%)

𝑛𝐵 = Laju cacah latar (cps)

𝑡𝐵 = Waktu cacah latar (s)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTKMR-BATAN) yang terletak di jalan

Lebak Bulus No. 49 Pasar Jumat Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan

pada bulan November 2020 hingga April 2021.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku pengabuan

(muffle furnace), beaker marinelli 1 liter, vial, alat spektrometer gamma

Spektrometer gamma dengan (merk Ortec) dengan detektor HPGe, selotip, kertas

label, spidol, alat-alat gelas, baki, gunting, blender, kantong plastik, ayakan 60

mesh, dan timbangan.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah 2 kg, beras

jenis Ciherang 5 kg dan nitrogen cair 20 L. Sampel tanah dan beras diambil dari

Kecamatan Carita, Jiput, Labuan dan Pulosari.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penentuan Lokasi Sampling Tanah dan Beras

Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan di Kabupaten

Pandeglang-Banten yang meliputi Radius samplingnya adalah per satu kecamatan

1 sampel pada koordinat GPS di titik tengah atau yang mendekatinya (Tabel 5 dan

Gambar 3).

26

Tabel 5. Lokasi Pengambilan Sampel

No. Petani

Kode

Sampel

/ Jenis

Sampel

Lokasi

Sampling

Hari/

Tanggal Waktu Titik Koordinat

1. A TC1 /

Tanah

Kp.

Pamatang,

Desa

Banjarmasin

Kecamatan

Carita

Kabupaten

Pandeglang-

Banten

Senin /

09

November

2020

13.03

WIB

S06˚19.828’E105

˚50.068

2. A BC1 /

Beras

3. A

ABU

BC1 /

Abu

Beras

4. B TJ2 /

Tanah

Kp.

Pamarayan,

Desa

Pamarayan,

Kecamatan

Jiput,

Kabupaten

Pandeglang-

Banten

Selasa /

10

November

2020

13.20

WIB

S06˚20.732’E105

˚53.569

5. B BJ2 /

Beras

6. B

ABU

BJ2/

Abu

Beras

7. C TL3 /

Tanah Desa

Caringin,

Kecamatan

Labuan,

Kabupaten

Pandeglang –

Banten

Rabu /

11

November

2020

13.25

WIB

S06˚21.705’E105

˚49.501

8. C BL3 /

Beras

9. C

ABU

BL3/

Abu

Beras

10. D TP4 /

Tanah

Kp. Kadu

Kupa,

Desa

Sukasari,

Kecamatan

Pulosari,

Kabupaten

Pandeglang-

Banten

Kamis /

12

November

2020

13.05

WIB

S06˚19.256’E105

˚56.935

11. D BP4 /

Beras

12. D

ABU

BP4 /

Abu

Beras

27

Gambar 3. Peta lokasi pengambilan sampel

3.3.2 Kalibrasi Spektrometer Gamma

Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan sumber standar yang telah

disesuaikan dengan radionuklida yang akan dianalisis. Selanjutnya diamati

besarnya intensitas radiasi (cacahan radiasi) dan resolusi yang dihasilkan sesuai

dengan puncak energi yang telah ditentukan (Luhur et al., 2015).

Gambar 4 menunjukkan ilustrasi FWHM dan FWTM (Luhur et al., 2015).

Analisis atau pengukuran aktivitas zat radioaktif menggunakan spektrometer

28

gamma bersifat relatif atau tergantung pada jenis radionuklida yang akan

dianalisis. Setiap radionuklida mempunyai tenaga tertentu dan bersifat spesifik,

sehingga harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu (Luhur et al., 2013).

Gambar 4. Ilustrasi Resolusi FWHM dan FWTM

3.4 Sampling dan Analisis Sampel

3.4.1 Sampling dan Analisis Sampel Tanah

Sampel tanah diambil di sawah yang ditanami padi pada kedalaman 0-5

cm sebanyak 2 kg di setiap kecamatan yang dipilih (Despriani et al., 2020).

Beaker Marinelli 1 L disiapkan dan diberi label kode sampel. Sampel dibersihkan

dari pengotornya, selanjutnya sampel tanah dikeringkan pada suhu 105 ˚C di

dalam oven. Sampel kemudian ditumbuk dengan mortar dan diayak dengan

ayakan ukuran 50 - 60 mesh. Sampel dimasukkan ke dalam beaker Marinelli 1 L

hingga hampir penuh kemudian berat sampel ditimbang lalu wadah ditutup. Berat

sampel ditimbang lalu dicatat. Beaker Marinelli ditutup dan seal menggunakan

selotip. Sampel tanah dicacah secara langsung menggunakan spektrometer gamma

selama 3600 detik lalu dicatat (BATAN, 2017b).

29

3.4.2 Sampling dan Analisis Sampel Beras (Oryza sativa)

Sampel padi diambil di sawah lalu di giling agar menjadi beras sebanyak 5

kg pada masing-masing lokasi yang dipilih (Nirwani et al., 2001). Beaker

Marinelli 1 L disiapkan dan diberi label kode sampel. Sampel dibersihkan dari

bagian kulitnya kemudian dihaluskan. Sampel yang akan diukur dimasukkan ke

dalam beaker Marinelli 1 L dan berat sampel diukur lalu dicatat beratnya. Beaker

Marinelli ditutup dan seal menggunakan selotip. Sampel dicacah secara langsung

dengan spektrometer gamma selama 3600 detik. Hasil pengukuran dicatat, dan

sampel diabukan dalam tungku pengabuan (muffle furnace) pada suhu 400 ˚C.

Berat abu ditimbang setelah dihomogenkan dengan cara dicampur antara wadah

yang satu dengan wadah sampel yang lain yang berasal dari lokasi yang sama lalu

diaduk, kemudian dimasukkan ke dalam vial. Vial ditutup dan diukur konsentrasi

137Cs dalam sampel menggunakan spektrometer gamma, data yang diperoleh

dicatat (BATAN, 2017a).

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kalibrasi Energi

Sistem spektrometer gamma perlu dikalibrasi dengan sumber standar

sebelum digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi yang dilakukan adalah kalibrasi

energi dan kalibrasi efisiensi. Kalibrasi energi diperlukan untuk menentukan

hubungan antara nomor saluran (channel) dan energi gamma (keV). Radionuklida

masing-masing memiliki energi yang berbeda dan bersifat spesifik, hal inilah

yang digunakan sebagai dasar dalam analisis baik kualitatif maupun kuantitatif

(Wahyudi et al., 2007). Pengukuran kalibrasi energi gamma merupakan analisis

kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi latar atau background dari

ruang pencacahan dengan menggunakan sumber standar (Noviarty et al., 2011).

Kalibrasi energi bertujuan untuk mensinergikan puncak tiap energi spektrum

dengan energi yang sebenarnya sehingga untuk pencacahan sampel berikutnya

akan diperoleh spektrum dengan puncak-puncak energi yang sesuai (Yusro et al.,

2013). Penelitian ini menggunakan dua jenis wadah sampel yaitu Marinelli dan

vial. Jenis sumber standar yang digunakan yaitu EW-679 untuk jenis wadah

Marinelli dan GM 011 V untuk jenis wadah vial. Kedua jenis sumber standar

tersebut dilakukan kalibrasi. Kalibrasi energi dilakukan setelah perhitungan

aktivitas radionuklida pada sumber standar.

Aktivitas radiasi menyatakan jumlah peluruhan yang terjadi per detik.

Aktivitas tidak berhubungan dengan jenis radiasi dan energi radiasi, tetapi hanya

berhubungan dengan jumlah peluruhan per satuan waktu. Jika Aktivitas awal

suatu radionuklida adalah Ao maka setelah t detik aktivitasnya menjadi At yang

31

mengikuti persamaan 1 (Aziz et al., 2015). Hasil perhitungan aktivitas

radionuklida pada sumber standar EW-679 pada Tabel 6.

Tabel 6. Data aktivitas radionuklida sumber standar EW-679

Radionuklida

Waktu

Acuan

pada

Sertifikat

Waktu

paro

(hari)

Aktivitas

Radionuklida

pada Sertifikat

(Bq)

Tanggal

Cacah

Waktu

Tunda

(hari)

Aktivitas

saat Cacah

(Bq)

137Cs 10/06/2020 10958 1806,6 06/01/2021 210 1782,766 60Co 10/06/2020 1925 142,9 06/01/2021 210 132,495

Hasil perhitungan aktivitas ketiga radionuklida dalam sumber standar ini

kemudian dibandingkan dengan nilai yang tertera dalam sertifikat standardisasi

radionuklida sebagai nilai acuan. Aktivitas kedua radionuklida ini yang tertera

pada sertifikat masing-masing adalah 1806,6 Bq dan 142,9 Bq. Tabel 6

menunjukkan aktivitas radionuklida sumber standar pada sertifikat lebih tinggi

dibandingkan aktivitas radionuklida saat cacah. Hal ini dikarenakan adanya proses

peluruhan (decay). Peluruhan merupakan proses perubahan inti atom yang tidak

stabil (radionuklida) menjadi inti stabil. Peluruhan juga dapat berarti sebagai

proses pemancaran sinar zat radioaktif oleh suatu radionuklida. Selain itu proses

peluruhan bersifat acak. Inti-inti atom tidak meluruh sekaligus pada suatu waktu

tetapi satu per satu dalam selang waktu tertentu. Zat radioaktif memiliki waktu

paruh yang diperlukan suatu zat radioaktif agar sebagian atau setengah dari inti

radioaktif meluruh (Ridwan et al., 2015). Laju peluruhan inti radioaktif disebut

aktivitas. Semakin besar aktivitas, semakin banyak inti atom yang meluruh per

detik. Aktivitas yang dimiliki oleh suatu radionuklida akan berkurang jika

radionuklida tersebut mengalami peluruhan untuk mencapai kestabilan (Khairani

et al., 2007). Nilai aktivitas sumber standar setelah diperoleh dari hasil

32

perhitungan, selanjutnya dilakukan kalibrasi sumber standar. Data hasil kalibrasi

energi sumber standar EW-679 didapat data sebagaimana pada Tabel 7.

Tabel 7. Data kalibrasi energi sumber standar EW-679

Nuklida Energi

(keV) Yield

Aktivitas

Radionuklida

pada Sertifikat

(Bq)

Nomor

Salur

(Channel)

Net

Area

137Cs 661,657 0,85 1806,6 3061 32140 60Co 1173,228 0,999 142,9 5426 1865 60Co 1332,492 0,999824 142,9 6160 1718

Sumber standar EW-679 ini digunakan untuk sampel yang ditempatkan

pada Marinelli seperti sampel tanah (TC1, TJ2, TL3 dan TP4) serta sampel beras

(BC1, BJ2, BL3 dan BP4). Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi

energi yang dimiliki oleh suatu radionuklida, maka semakin tinggi pula nomor

salurnya. Iman et al. (2013) mengatakan bahwa interaksi sinar-γ dengan detektor

akan menghasilkan sinyal pulsa. Tinggi pulsa tersebut akan sebanding dengan

tenaga sinar-γ yang mengenai detektor. Tinggi pulsa dicatat dalam suatu saluran

dengan nomor tertentu, sehingga nomor salur akan sebanding dengan energi sinar-

γ (Iman et al., 2013). Indrayani (2018) menjelaskan bahwa tinggi pulsa yang

dihasilkan oleh detektor pada spektrometri-γ setara dengan energi sinar-γ yang

mengenai detektor, sehingga nomor salur penganalisis salur ganda juga sebanding

dengan energi sinar-γ. Plot tingkat energi foton-γ versus nomor salur kemudian

diperoleh satu garis lurus. Plot inilah yang dinamakan kalibrasi energi. Kurva

kalibrasi energi sumber standar EW-679 pada Gambar 5. Persamaan kurva

kalibrasi (linearitas) menunjukan hubungan antara nomor salur dengan energi.

Pengukuran kurva kalibrasi (linearitas) diukur dengan menggunakan sumber

standar γ campuran (mixed gamma) minimum 3 puncak energi yaitu

33

menggunakan sumber standar 137Cs dengan energi 661,657 keV, 60Co dengan

energi 1173,228 keV dan 60Co 1332,492 keV yang sudah diketahui aktivitas

radionuklidanya dari sertifikat EW-679.

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Energi pada Sumber Standar (Marinelli)

Gambar 5 didapatkan persamaan y = 0,2164 x – 0,8872 dan koefisien

korelasi R2 = 1. Nilai tersebut menggambarkan adanya korelasi yang berbanding

lurus antara energi terhadap nomor salur. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa

hasil analisis memenuhi persyaratan dengan nilai koefisien korelasi R2 = 1.

Kalibrasi energi setelah dilakukan pada sumber standar EW-679, selanjutnya

dilakukan penentuan aktivitas sumber standar dan kalibrasi sumber standar GM-

011 V. Kalibrasi energi sumber standar GM-011 V dilakukan setelah perhitungan

aktivitas radionuklida. Data aktivitas sumber standar GM-011 V pada Tabel 8.

Tabel 8. Data aktivitas sumber standar GM-011 V

Radionuklida

Waktu

Acuan

pada

Sertifikat

Waktu

paro

(hari)

Aktivitas

Radionuklida

pada

Sertifikat

(Bq)

Tanggal

Cacah

Waktu

Tunda

(hari)

Aktivitas

Cacah

(Bq)

60Co 01/10/2004 1925 215,48 09/03/2021 6003 24,823 137Cs 01/10/2004 10958 52,85 09/03/2021 6003 36,155 133Ba 01/10/2004 3847 169,07 09/03/2021 6003 57,336 241Am 01/10/2004 157899 225,03 09/03/2021 6003 219,179

y = 0.2164x - 0.8872R² = 1

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000En

erg

i G

am

ma

(k

eV)

Nomor Salur

34

Tabel 8 menunjukkan aktivitas radionuklida 60Co, 137Cs, 133Ba dan 241Am

pada saat pencacahan sumber standar yaitu sebesar 24,823 Bq; 36,155 Bq; 57,336

Bq dan 219,179 Bq. Aktivitas radionuklida masing-masing dalam sumber standar

yang tertera pada sertifikat yaitu 215,48 Bq; 52,85 Bq; 169,07 Bq dan 225,03 Bq.

Acuan waktu yang digunakan untuk menghitung aktivitas sumber standar GM-

011 V adalah tanggal 9 Maret 2021. Waktu yang tertera dalam sertifikat sumber

standar GM-011 V yaitu tanggal 1 Oktober 2004 sehingga waktu tundanya selama

6003 hari. Waktu tunda yang cukup lama ini menyebabkan hasil aktivitas

radionuklida pada saat pencacahan jauh lebih rendah dibandingkan dengan

aktivitas yang tertera pada sertifikat. Aktivitas merupakan perubahan jumlah inti

radioaktif tiap satuan waktu. Unsur radioaktif akan meluruh pada waktu tertentu.

Ketika unsur radioaktif meluruh jumlah intinya berkurang, sehingga aktivitas

yang dimiliki oleh unsur radioaktif tersebut akan berkurang (Khairani et al.,

2007). Aktivitas sumber standar setelah diperoleh hasilnya, selanjutnya dilakukan

kalibrasi energi (Gambar 5 dan 6).

Data kalibrasi energi sumber standar GM-011 V pada Tabel 9. Sumber

standar ini digunakan untuk sampel yang ditempatkan pada vial seperti sampel

abu beras (abu BC1, abu BJ2, abu BL3 dan abu BP4). Tabel 9 menunjukkan hasil

kalibrasi energi pada radionuklida yang memiliki energi tinggi, pada saat

pencacahan sumber standar memperoleh nomor salur yang tinggi pula. Menurut

Sudiati (2005), nomor salur sebanding dengan energi sinar γ. Semakin tinggi sinar

γ yang dideteksi semakin tinggi pula nomor salur pulsa yang dihasilkan.

Pengukuran terhadap sebuah sumber standar yang telah diketahui energinya dan

35

dicatat nomor salur yang bersesuaian dengan energi tersebut maka hasilnya dapat

dibuat grafik hubungan energi dengan nomor salur.

Tabel 9. Data kalibrasi energi sumber standar GM-011 V

Nuklida Energi

(keV) Yield

Aktivitas

Radionuklida

pada Sertifikat

(Bq)

Nomor

Salur

(Channel)

Net Area

60Co 1173,228 0,999

215,48 5425 9821

1332,492 0,999824 6160 8525 137Cs 661,657 0,85 52,85 3060 23168

133Ba

80,9979 0,3661

169,07

375 34734

276,3989 0,071 1279 6340

302,8508 0,1833 1402 14751 356,0129 0,623 1647 43476

383,8485 0,0892 1776 6205

Grafik yang diperoleh umumnya akan berbentuk garis lurus (linier) yang

disebut sebagai grafik kalibrasi energi dan digunakan sebagai dasar analisa

kualitatif. Grafik hasil pengukuran kalibrasi energi pada gambar 6.

Gambar 6. Kurva Kalibrasi Energi pada Sumber Standar (Vial)

Kurva kalibrasi energi pada Gambar 6 merupakan kurva kalibrasi dengan

sumber standar wadah vial (GM-011 V) yang terdiri dari abu rumput. Gambar

tersebut menunjukkan hubungan yang linear antara nomor salur dengan energi

y = 0,2152x + 3,9793R² = 0,9999

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

En

ergi

(keV

)

Nomor Salur

36

dan diperoleh persamaan y = 0,2152 x + 3,9793 dan koefisien korelasi R2 =

0,9999. Nilai tersebut menggambarkan linearitas yang sangat baik. Aturan umum,

nilai 0,90 < r < 0,95 menunjukan kurva yang cukup baik, nilai 0,95 < r < 0,99

menunjukan kurva yang baik dan nilai r > 0,99 menunjukan linearitas yang sangat

baik. Nilai maksimum dari r adalah 1 yang menunjukan adanya koefisien korelasi

yang tepat antara konsentrasi dan absorbansi. Berdasarkan data yang diperoleh

nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9999 yang artinya menunjukan linearitas

yang sangat baik (Romsiah et al., 2017). Nilai koefisien regresi yang diperoleh

lebih besar dari 0,98 atau mendekati 1. Hasil ini menunjukkan linearitas yang baik

terhadap ketepatan data ukur yang mendekati nilai benar (Noviarty & Haryanti,

2016).

4.2 Kalibrasi Efisiensi

Kalibrasi efisiensi dilakukan untuk mengetahui kemampuan detektor

dalam menangkap setiap energi dari radionuklida pemancar gamma yang terdapat

pada suatu sampel (Despriani et al., 2020). Pembuatan kurva kalibrasi efisiensi

dilakukan pengukuran sumber standar radioaktif yang diketahui produktivitasnya.

Spektrum gamma dapat membantu peneliti untuk mengetahui counts per second

(cps) dari setiap puncak pada energi tertentu dengan mencari net area dari puncak

tersebut dibagi dengan counting time dalam detik (Suparman et al., 2008). Kurva

kalibrasi efisiensi, sebagai absis adalah energi (keV) dan ordinat adalah efisiensi.

Kurva kalibrasi efisiensi menunjukkan bahwa pada energi < 100 keV, efisiensi

akan naik sebanding dengan kenaikan energi (sinar gamma) dan pada energi >

100 keV berlaku sebaliknya yaitu efisiensi akan turun sebanding dengan kenaikan

37

energi (Suparman et al., 2008). Kalibrasi efisiensi sistem spektrometer gamma

detektor HPGe model GEM F5930-3 dapat dilihat pada Gambar 7, 8 dan 9.

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Efisiensi pada Sumber Standar EW-679

Gambar 7 terlihat hubungan antara energi dan efisiensi dengan y =

0,580554 x-0,706951 dengan R2 sebesar 0,989200. Nilai koefisien determinasi yang

diperoleh 0,999798 (mendekati 1), hasil ini menunjukkan ketepatan terhadap data

ukur yang mendekati nilai benar. Kalibrasi efisiensi yang dilakukan dengan

demikian dapat diterima.

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Efisiensi GM-011 V Energi Rendah

y = 0.580554x-0.706951

R² = 0.999798

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Efi

sien

si (

%)

Energi Gamma (keV)

y = 1.3603x + 0.0071

R² = 1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 10 20 30 40 50 60 70

Efi

sien

si (

%)

Energi Gamma (keV)

38

Gambar 9. Kurva Kalibrasi Efisiensi GM-011 V Energi Tinggi

Gambar 8 dan 9 dapat dilihat efisiensi sistem spektrometer gamma

mempunyai karakteristik yang spesifik. Nilai efisiensi meningkat pada rentang

energi dibawah 100 keV. Hal ini dikarenakan terjadinya proses absorpsi foton

gamma energi rendah oleh bagian cap atau tutup detektor. Foton gamma dengan

energi yang lebih tinggi dari 100 keV memiliki energi yang cukup untuk

menembus cap detektor; sehingga proses absorpsi untuk foton gamma dengan

energi yang lebih tinggi akan semakin berkurang, dan efisiensi terpecahnya foton

gamma akan meningkat. Penurunan efisiensi terjadi untuk pencacahan foton

gamma dengan energi di atas 100 keV. Hal ini dikarenakan ketika terjadi kenaikan

energi dari 100 keV hingga lebih dari 1 MeV, sebagian besar foton gamma masih

berinteraksi dengan material detektor. Tetapi, interaksi yang berupa hamburan

compton lebih banyak terjadi dibandingkan dengan interaksi terpecahnya foton

gamma. Sehingga, efisiensi pencacahan menjadi berkurang untuk energi foton

gamma di atas 100 keV (Kurniawan et al., 2020).

y = 3.6084x-0.879

R² = 0.9996

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Efi

sien

si (

%)

Energi Gamma (keV)

39

Gambar 8 menunjukkan efisiensi pada energi di bawah 100 keV diperoleh

persamaan efisiensi = 1,3603 x + 0,0071 dengan R2 = 1 dengan kurva yang cukup

curam. Energi di atas 100 keV diperoleh persamaan Efisiensi = 3,6084 x-0,879

dengan R2 = 0,9996 dengan kurva yang cukup landai. Persamaan untuk energi di

bawah 100 keV menggunakan persamaan linear, sedangkan energi di atas 100

keV memiliki karakteristik persamaan eksponensial. Nilai koefisien korelasi (R2)

yang dihasilkan menunjukkan bahwa kurva efisiensi mempunyai koefisien

korelasi dengan nilai R2 ≈ 1, ini berarti setiap titik mendekati garis kurva efisiensi.

Analisis dilakukan secara langsung apabila radionuklida yang dianalisis sama

dengan standar, sedangkan kurva efisiensi digunakan untuk menghitung

radionuklida yang berbeda tetapi dalam rentang energi yang terdapat pada kurva

efisiensi (Wahyudi et al., 2007) .

4.3 Konsentrasi Radionuklida pada Sampel

Pengukuran konsentrasi radionuklida pada sampel diawali dengan

mengukur cacah background) selama 3600 detik. Pengukuran cacah background

pada penelitian ini yaitu dengan dimasukkan wadah sampel (Marinelli/vial) berisi

aquades ke dalam alat spektrometer gamma lalu diukur. setelah dilakukan

pengukuran radiasi latar, kemudian dilakukan pengukuran pada masing-masing

sampel selama 3600 detik dan dilakukan identifikasi radionuklida pada spektrum.

Hasil pencacahan sampel, diperoleh data berupa spektrum energi-γ. Berdasarkan

spektrum energi-γ yang muncul dari hasil pencacahan sampel tersebut, maka

selanjutnya dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif

dilakukan dengan menentukan puncak-puncak pada spektrum energi gamma.

Puncak pada spektrum energi setelah ditentukan, kemudian disesuaikan dengan

40

Laboratoire National Henri Becquerel (LNHB), maka jenis radionuklida yang

terkandung dalam sampel dapat diketahui (Indrayani, 2018). Lebar kurva sangat

dipengaruhi oleh jenis detektor maupun instrumentasi yang digunakan, dan sangat

mempengaruhi keandalan suatu sistem spektroskopi. Semakin sempit kurvanya,

makin baik sistem spektroskopinya karena lebih dapat membedakan dua puncak

energi yang berdekatan (Ratnawati & Imam, 2015). Detektor High Purity

Germanium (HPGe) memiliki dua karakteristik utama yang harus diperhatikan

terkait dengan kualitas kinerja detektor HPGe yaitu efisiensi dan resolusi.

Resolusi adalah kemampuan detektor untuk memisahkan dua puncak yang saling

berdekatan pada spektrum. Efisiensi detektor bergantung pada energi radiasi,

jarak antara cuplikan dan detektor, serta volume aktif kristal detektor. Semakin

besar volume detektor semakin besar efisiensinya. Semakin sempit kurvanya,

makin baik sistem spektroskopinya karena lebih dapat membedakan atau

memisahkan dua puncak energi yang berdekatan. Nilai yang digunakan sebagai

ukuran lebar kurva ini disebut resolusi sistem spektroskopi (Rosidi et al., 2012).

Nilai resolusi detektor NaI(Tl) komersial sekitar 60 keV sedangkan detektor

HpGe komersial sekitar 2 keV. Maka ini berarti dua puncak energi yang berjarak

50 keV sudah sukar untuk dipisahkan bila menggunakan detektor NaI(Tl), akan

tetapi akan jelas terpisah jika menggunakan detektor High Purity Germanium

(HPGe). Detektor semikonduktor mempunyai resolusi yang baik karena jumlah

muatan yang dihasilkan persatuan energi lebih banyak daripada detektor yang lain

sehingga memiliki nilai ketidakpastian pengukuran yang lebih kecil (Ratnawati &

Imam, 2015).

41

4.3.1 Konsentrasi Radionuklida 137Cs pada Sampel

Komponen lingkungan memiliki kemampuan yang berbeda dalam

mengakumulasi suatu radionuklida (Nirwani & Wahyudi, 2014). Radionuklida

masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan baik langsung seperti

manusia mengkonsumsi karbohidrat, maupun tidak langsung seperti melalui

konsumsi ternak atau produk-produk turunannya. Radionuklida ini pada

umumnya terikat pada jaringan lunak makhluk hidup (Halfi & Mukhlis, 2005).

Radionuklida 137Cs merupakan radionuklida fallout sebagai produk dari percobaan

senjata nuklir dan jatuh bersama air hujan (Aliyanta, 2007). Unsur radioaktif

membentuk rantai peluruhan yang panjang. Proses peluruhan akan terus

berlangsung sampai mencapai kestabilan, yaitu sampai hasil peluruhan yang tidak

radioaktif terbentuk (Setiani et al., 2006).

Unsur yang terdeteksi oleh detektor bukan unsur 137Cs melainkan 137 Ba

(waktu paruh = 2,44 bulan). 137Ba merupakan turunan dari 137Cs (waktu paruh =

30,17 tahun), dan ini sebagai petunjuk tidak langsung dalam menentukan aktivitas

137Cs di alam. Hal ini disebabkan unsur 137Cs memancarkan sinar β menghasilkan

produk unsur 137Ba yang memancarkan sinar γ (Suhartini et al., 2000). Alat

penganalisis MCA yang dilengkapi dengan detektor HPGe merupakan alat

pendeteksi sinar γ, untuk menganalisis spektrum- γ 137 Ba yang terdeteksi oleh

detektor pada energi 661 keV. Besarnya aktivitas 137 Ba ekivalen dengan

aktivitas 137Cs. Selain spektrum 137 Ba juga akan muncul spektrum 214 Bi

sebagai pengganggu. Oleh karena itu, hasil cacahan pada energi 661 keV ini perlu

dikoreksi terhadap spektrum 214 Bi (Suhartini et al., 2000).

42

Tabel 10. Data Analisis Radionuklida 137Cs dan 60Co dan 131I dalam Sampel

No. Kode

Sampel

Radionuklida

137Cs (661,657 keV)

60Co (1173,228 keV dan 1332,492 keV)

131I (364,489 keV)

Konsentrasi

(Bq/kg)

MDC

(Bq/kg)

Ketidakpastian

(Bq/kg)

Konsentrasi

(Bq/kg)

MDC

(Bq/kg)

Ketidakpastian

(Bq/kg)

Konsentrasi

(Bq/kg)

MDC

(Bq/kg)

Ketidakpastian

(Bq/kg)

1. TC 1 0,2178 0,3102 0,0405 0,3726 0,6557 0,0671 <MDC 0,3177 <MDC

2. TJ 2 0,1201 0,3102 0,0271 0,3144 0,6557 0,0564 <MDC 0,3177 <MDC

3. TL 3 0,1885 0,3102 0,0368 0,927 0,6557 0,1623 <MDC 0,3177 <MDC

4. TP 4 0,1931 0,3102 0,0377 1,0251 0,6557 0,0899 0,0589 0,3177 0,0108

5. BC 1 0,1588 0,3102 0,0309 0,3225 0,6557 0,1519 <MDC 0,3177 <MDC

6. BJ 2 0,0848 0,3102 0,0218 0,3262 0,6557 0,0181 <MDC 0,3177 <MDC

7. BL 3 0,0859 0,3102 0,0208 0,5786 0,6557 0,1218 <MDC 0,3177 <MDC

8. BP 4 <MDC 0,3102 <MDC 0,7337 0,6557 0,0772 <MDC 0,3177 <MDC

9. Abu BC 1 0,3418 0,4319 0,0593 0,1943 1,8002 0,0364 <MDC 0,8103 <MDC

10. Abu BJ 2 0,2029 0,4319 0,0358 0,3594 1,8002 0,0632 <MDC 0,8103 <MDC

11. Abu BL 3 0,2466 0,4319 0,0432 0,3638 1,8002 0,0644 <MDC 0,8103 <MDC

12 Abu BP 4 0,0763 0,4319 0,0141 0,4716 1,8002 0,0819 <MDC 0,8103 <MDC

Keterangan :

TC 1 : Tanah Carita BC 1: Beras Carita Abu BC 1: Abu beras Carita

TJ 2 : Tanah Jiput BJ 2 : Beras Jiput Abu BJ 2 : Abu beras Jiput

TL 3 : Tanah Labuan BL3 : Beras Labuan Abu BL3 : Abu beras Labuan

TP 4 : Tanah Pulosari BP4 : Beras Pulosari Abu BP4 : Abu beras Pulosari

43

Hasil analisis nilai Minimum Detectable Concentration (MDC) terhadap

sampel tanah dan beras dibandingkan sampel abu beras menunjukkan adanya

perbedaan (Tabel 10). Perbedaan ini dikarenakan pada sampel tanah dan beras

menggunakan wadah Marinelli untuk analisis pengukurannya sehingga sumber

standar yang digunakan juga sumber standar Marinelli yaitu EW-679. Jenis wadah

yang digunakan untuk analisis sampel abu beras yaitu jenis wadah vial sehingga

sumber standar yang digunakan juga sumber standar vial yaitu GM-011 V.

Perbedaan wadah ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi massa pada

setiap jenis sampel yang berbeda-beda. Konsentrasi minimum yang dapat dideteksi

(MDC) untuk suatu sistem spektrometer gamma dipengaruhi oleh efisiensi

pencacahan, cacah latar dan berat sampel (Nirwani et al., 2017). Tabel 10 juga

menunjukkan bahwa selain dari jenis sampel perbedaan nilai MDC juga terlihat pada

perbedaan jenis radionuklida yang dianalisis. Nilai tersebut dikarenakan pada

masing-masing radionuklida memiliki nilai efisiensi yang berbeda dan dipengaruhi

oleh kelimpahan gamma pada masing-masing radionuklida. Data Laboratoire

National Henri Becquerel (LNHB) menunjukkan bahwa radionuklida 137Cs memiliki

kelimpahan gamma sebesar 85 %; 60Co 99,9 % pada energi 1173,228 keV; 60Co

99,9824 % pada energi 1332,492 keV dan 131I sebesar 81,2 %. Perhitungan nilai

efisiensi terhadap masing-masing wadah dan masing-masing radionuklida

menggunakan persamaan 3. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa semakin besar

kelimpahan gamma, maka semakin kecil nilai efisiensi yang dihasilkan (berbanding

terbalik).

Nilai ketidakpastian yang diperoleh pada penelitian ini berbeda-beda setiap

sampel. Nilai ketidakpastian yang dihasilkan ini dikarenakan konsentrasi hasil

44

pencacahan pada masing-masing sampel berbeda, selain itu massa setiap sampel juga

berbeda. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Wahyudi et al. (2007) bahwa nilai

ketidakpastian dari efisiensi diperoleh dari beberapa faktor yaitu; nilai dari sertifikat

sumber standar (U Cert), pencacahan (U cacah), penimbangan (Uw), dan dari yield

(Up). Ratnawati & Imam (2015) menyatakan tidak ada satupun hasil pengukuran

yang mempunyai kebenaran mutlak, meskipun alat yang digunakan sangat canggih

dan sangat stabil kondisi lingkungan disekitar pengukuran. Hal tersebut dikarenakan

adanya keterbatasan kemampuan manusia. Untuk itu jika ada suatu hasil pengukuran,

baik dalam bidang pengujian, analisa ataupun kalibrasi yang menyatakan bahwa hasil

ukurnya merupakan nilai sebenarnya dari apa yang sedang diukur, maka dapat

dikatakan bahwa pengukuran tersebut tidak benar, karena selalu ada sumber sumber

kesalahan yang menyumbang dalam proses pengukuran. Sumber kesalahan tersebut

antara lain: definisi besaran ukur yang tidak lengkap, realisasi definisi besaran ukur

yang tidak sempurna, sampel ukur, pengaruh kondisi lingkungan, pengaruh personil,

resolusi alat, bahan acuan standar, nilai konstanta, dan lain-lain.

Gambar 10. Konsentrasi radionuklida 137Cs dalam sampel tanah dan beras

0.2178

0.1201

0.1885 0.1931

0.1588

0.0848 0.0859

00

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

TC 1 TJ 2 TL 3 TP 4 BC 1 BJ 2 BL 3 BP 4

Kon

sen

tras

i (B

q/k

g)

Sampel

Cs-137

MinimumDetectable Concentration(MDC)0,3102

45

Gambar 10 menunjukkan konsentrasi radionuklida 137Cs di dalam sampel tanah

yang tertinggi di kabupaten Pandeglang yaitu pada sampel TC 1 yang berasal

Kecamatan Carita yaitu sebesar 0,2178 Bq/kg. Konsentrasi radionuklida 137Cs yang

dihasilkan sangat rendah dan nilainya dibawah MDC. Kondisi tanah di Kecamatan

Carita tidak ada cemaran 137Cs, meskipun lokasi pengambilan sampel terletak di

belakang rumah sakit dr. Immanuel (berjarak beberapa meter dari Rumah Sakit).

Menurut Sulaeman (2003), radionuklida 137Cs, 60Co, dan Ra banyak digunakan di

bidang medis yaitu untuk radioterapi. Radioterapi ini bertujuan untuk penyembuhan

pasien dengan menggunakan komponen radiasi diantaranya adalah photon dan zat

radioaktif seperti: 137Cs, 60Co, dan Ra. Rumah sakit ini tidak menggunakan peralatan

radioterapi sehingga tidak dapat memancarkan radiasi terhadap lingkungan.

Radioterapi dapat digunakan sebagai terapi kuratif, paliatif maupun profilaksis

(preventif). Terapi kuratif biasanya berbentuk terapi tunggal untuk penyembuhan

suatu kanker, contohnya digunakan dalam kasus limfoma Hodgkin tahap awal,

kanker nasofaring, beberapa kanker kulit, dan kanker glotis awal. Terapi paliatif

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara menghilangkan gejala-

gejala kanker dengan menerapkan dosis radiasi paliatif. Penerapannya antara lain

pada kasus maternal otak dan tulang serta sindrom vena cava superior. Terapi

profilaksis (preventif) merupakan terapi yang bertujuan untuk mencegah

kemungkinan metastasis atau kejadian berulang melalui penerapan radioterapi,

contohnya adalah whole-brain radiotherapy untuk leukemia limfoblastik akut dan

kanker paru-paru sel kecil (Zakiyyah et al., 2017).

Hasil Penelitian sebelumnya tentang penentuan konsentrasi radionuklida

137Cs pada sampel tanah telah dilakukan oleh Sucipto et al. (2017) dengan judul

46

“Karakteristik Tapak Potensial Disposal Limbah Radioaktif Daerah Serang-Banten :

Konsentrasi Naturally Occurring Radioactive Materials (NORM) dalam Batuan

Andesit, Breksi dan Tanah”.

Tabel 11. Hasil pengukuran konsentrasi 137Cs dan NORM lokasi SRG-04-2016,

Candi, koordinat lokasi S: 05˚ 54’ 22,4’’ E: 106˚ 05’ 11,7’’

No. Jenis Sampel Elevasi

(m)

Konsentrasi Aktivitas (Bq/kg) 137Cs 40K 226Ra 232Th

1. Tanah aluvial,

sawah kering 16 10,1 45,6 5,2 17,2

2. Tanah aluvial,

sawah agak basah 16 13,0 38,6 5,1 15,2

3. Tanah aluvial,

sawah gembur 16 11,1 55,3 6,3 14,1

Rata-rata 11,4 46,5 5,5 15,5

Hasil penelitian pada lokasi keempat diperoleh konsentrasi radionuklida

137Cs rata-rata pada sampel tanah aluvial adalah 11,4 Bq/kg. Konsentrasi ini lebih

tinggi dari konsentrasi radionuklida 137Cs pada sampel tanah sawah di Kabupaten

Pandeglang meskipun lokasi pengambilan sampel keduanya masih dalam satu

Provinsi. Perbedaan hasil pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sucipto et al.

(2017) dengan penelitian ini dikarenakan tanah atau lahan di daerah Serang-Banten

sudah mengalami pengolahan atau adanya unsur intervensi manusia seperti lahan

sawah, tegalan dan kebun. Penelitian terkait analisis konsentrasi radionuklida 137Cs

pada sampel tanah telah dilakukan oleh Despriani et al. (2020) yang berjudul

“Pemetaan Tingkat Radioaktivitas Lingkungan pada Tanah di Kota Padang”. Hasil

analisis konsentrasi radionuklida 137Cs tertinggi yaitu tanah dengan kode sampel F2

sebesar 1,66 Bq/kg. Hasil analisis tersebut lebih tinggi dari konsentrasi radionuklida

pada sampel tanah di Kabupaten Pandeglang. Perbedaan hasil ini dikarenakan pada

penelitian terdahulu pengukuran radiasi latar (background) dan sampel dilakukan

47

selama 17 jam (61200 detik) sedangkan pada penelitian ini hanya dilakukan selama

3600 detik, sehingga menghasilkan nilai counts per second (cps) yang berbeda.

Perhitungan konsentrasi suatu radionuklida menggunakan persamaan 4, dari

persamaan tersebut terbukti bahwa nilai counts per second (Ns/ts) dapat

mempengaruhi nilai konsentrasi suatu radionuklida. Konsentrasi radionuklida 137Cs

di dalam sampel beras yang tertinggi yaitu di Kecamatan Carita sebesar 0,1588

Bq/kg. Hasil tersebut dikarenakan lokasi pengambilan sampel paling dekat dengan

tempat terjadinya kecelakaan industri di yang berada di Kota Cilegon-Banten.

Berdasarkan laporan BAPETEN telah terjadi ledakan di sebuah pabrik baja di kota

Cilegon pada Desember tahun 2014. Ledakan di area converter menimbulkan

kerusakan pada sebagian dinding dan atap bangunan di area Steel Making Plant.

Diperkirakan penyebab terjadinya ledakan adalah adanya rembesan air yang jatuh

kedalam converter yang berisi baja cair. Perusahaan tersebut memanfaatkan sumber

radiasi pengion 137Cs untuk keperluan gauging dan mengukur ketebalan pelat di

Plate Mill dengan aktivitas masing-masing 50 Ci (185 x 1010 Bq). BAPETEN

melakukan inspeksi bekerjasama dengan tim Pemda setempat yang melibatkan dinas

tenaga kerja, dinas lingkungan hidup, serta dinas pertambangan dan energi, untuk

melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan Investigasi selanjutnya dilakukan

terkait dampak ledakan tersebut. Hasil investigasi menunjukan bahwa lokasi kejadian

berada di area Steel Making Plant yang jaraknya 500 meter dari lokasi terpasang

sumber radiasi (Plate Mill), dimana memiliki paparan radiasi yang nilainya sama

dengan paparan radiasi latar (terukur 0,02 - 0,03 mikrosievert/jam). Pengukuran

paparan radiasi menggunakan alat ukur radiasi Radeye type PRD (Bapeten.go.id,

2014).

48

Radionuklida 137Cs pada sampel BP4 (sampel beras di Kecamatan Pulosari)

tidak terdeteksi. Hal ini karena konsentrasi 137Cs pada sampel beras Pulosari lebih

kecil dari nilai MDC sehingga nilai tersebut diluar batas kemampuan detektor dalam

mendeteksi suatu radionuklida. Nilai MDC pada wadah Marinelli untuk

radionuklida 137Cs yang diperoleh adalah 0,3102 Bq/kg. Konsentrasi radionuklida

137Cs yang dihasilkan pada sampel tanah dan sampel beras seluruhnya di Kabupaten

Pandeglang dibawah nilai MDC pada Tabel 10. Menurut Taftazani & Sumining

(2000), tidak terdeteksinya unsur 137Cs dimungkinkan karena faktor jarak tempat uji

coba nuklir dengan lokasi sampling.

Gambar 11. Konsentrasi radionuklida 137Cs dalam sampel abu beras

Gambar 11 menunjukkan hasil analisis konsentrasi radionuklida 137Cs pada

sampel abu beras yang tertinggi adalah di Kecamatan Carita yaitu sebesar 0,3418

Bq/kg. Hasil tersebut cukup lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi

radionuklida pada sampel tanah dan beras. Abu merupakan zat anorganik sisa hasil

pembakaran suatu bahan organik. Prinsip dari pengabuan kering yaitu dengan

mengoksidasi semua senyawa organik pada suhu tinggi sekitar 400–600 ºC kemudian

0,3418

0,2029

0,2466

0,0763

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Abu BC 1 Abu BJ 2 Abu BL 3 Abu BP 4

Konse

ntr

asi

(B

q/k

g)

Sampel

Cs-137

MinimumDetectable Concentration(MDC)0,4319

49

dilakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.

(Azis et al., 2015). Tingginya konsentrasi radionuklida 137Cs pada sampel abu beras

dikarenakan pada proses pengabuan terjadi oksidasi senyawa organik yang

terkandung dalam sampel, sehingga saat dianalisis zat radioaktif lebih tinggi.

Pengabuan dalam sampel bahan pangan merupakan tahapan yang telah di cantumkan

dalam SOP 001.003/KN 05 02/KMR 2. 1 tahun 2017.

Gambar 12 menunjukkan data analisis radionuklida 137Cs pada sampel tanah

lebih tinggi dibandingkan dengan sampel beras, hal ini dikarenakan radionuklida

137Cs yang ada pada tanah tidak seluruhnya dapat terserap oleh tanaman padi.

Radionuklida 137Cs pada sampel abu beras lebih tinggi dari sampel beras ini

dikarenakan radionuklida yang terdapat pada sampel abu dilakukan pemanasan

dengan suhu tinggi radionuklida terlihat lebih tampak dan terukur. Proses pemanasan

dengan suhu tinggi menyebabkan pengotor-pengotor disekitar radionuklida

teruapkan dan terlepas, sehingga radionuklida yang terukur lebih tinggi dan lebih

maksimal.

Gambar 12. Konsentrasi radionuklida 137Cs pada masing-masing sampel

0,2178

0,1201

0,1885 0,1931

0,1588

0,0848 0,0859

0

0,3418

0,2029

0,2466

0,0763

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

Carita Jiput Labuan Pulosari

Kon

sen

tra

si (

Bq

/kg

)

Lokasi Pengambilan Sampel

Tanah Beras Abu Beras

50

Hasil analisis konsentrasi 137Cs pada bahan pangan di Kabupaten Pandeglang

yang terdeteksi sangat kecil dan aman untuk dikonsumsi karena tidak melebihi batas

konsentrasi 137Cs yang ditetapkan oleh PERMENKES No 1031 tahun 2011.

Konsentrasi radionuklida 137Cs dalam bahan pangan yang ditetapkan PERMENKES

RI No.1031 tahun 2011 adalah 500 Bq/kg. Konsentrasi radionuklida 137Cs pada

sampel tanah di Kabupaten Pandeglang saat ini masih berada di bawah ambang batas

berdasarkan PERKA BAPETEN No 9 tahun 2009, yaitu 1000 Bq/kg. Hasil analisis

ini dapat disimpulkan masih aman dan belum menimbulkan bahaya terhadap

kesehatan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Menurut Muthmainnah et al.

(2020) radionuklida 137Cs merupakan radionuklida buatan yang berasal dari uji

percobaan nuklir dan jatuhan debu radioaktif pada saat terjadinya kecelakaan nuklir.

137Cs pada bahan pangan yang tidak terdeteksi disebabkan oleh kecil atau tidak

adanya jatuhan 137Cs di tempat asal bahan pangan tersebut.

4.3.2 Pola Penyebaran Radionuklida

Pola distribusi radionuklida 137Cs pada sampel lingkungan dan bahan pangan

dapat dilakukan dengan cara mengetahui konsentrasi radionuklida dari masing-

masing sampel. Cesium lebih banyak terikat pada tanah jenis lempung karena tanah

jenis ini banyak mengandung mineral tanah, antara lain mika dan leusit yang

tersusun dari kalium. Cesium yang berada di tanah akan terserap oleh tanaman. Pada

proses osmosis, cesium masuk melalui kutikula tanaman kemudian cesium terserap

oleh membran plasma dan masuk ke dalam sitoplasma tumbuhan. Pada inti sel,

cesium mengalami metabolisme seperti kalium yang berperan sebagai biokatalisator

pada proses fotosintesis. Cesium pada tanaman banyak terakumulasi pada daun

(Setiawati, Arif, & Intan, 2004).

51

Konsentrasi radionuklida 137Cs yang tertinggi yaitu pada sampel yang berada

di Kecamatan Carita. Konsentrasi radionuklida 137Cs yang diperoleh pada sampel

tanah, beras dan abu beras di Kecamatan tersebut masing-masing adalah 0,2178

Bq/kg, 0,1588 Bq/kg dan 0,3418 Bq/kg. Sumber-sumber pencemaran radioaktivitas

lingkungan, antara lain dapat berasal dari penambangan, pengolahan dan proses

kimia bahan nuklir, proses pengkayaan dan fabrikasi bahan bakar nuklir, operasi

reaktor nuklir, reprocessing bahan bakar, pengelolaan limbah radioaktif, proses

pembuatan radionuklida, penggunaan radioisotop di bidang riset, industri dan

kedokteran, proses dekontaminasi dan dekomisioning suatu fasilitas nuklir,

akselerator, pemakaian bahan bakar fosil, percobaan dan ledakan bom atom (Zaman

et al., 2007).

Rina (2002), menyatakan bahwa radionuklida hasil aktivasi kemungkinan

dapat terlepas ke lingkungan akibat adanya kegiatan di bidang nuklir di Pusat

Penelitian Tenaga Nuklir (PPTN) Serpong. Transportasi radionuklida di tanah sangat

dipengaruhi oleh porositas tanah atau batuan dan permeabilitas tanah, dengan adanya

pori-pori, tanah akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sehingga radionuklida

akan tertahan dalam pori tersebut. Bila aliran air di daerah tersebut kecil, maka

diharapkan radionuklida akan meluruh sebelum mengalir ke dalam air tanah. Bila

keberadaan pori tersebut berbatasan dengan lapisan kedap air, maka lapisan ini dapat

menahan radionuklida untuk tetap berada di tempatnya.

52

Gambar 13. Pola penyebaran radionuklida 137Cs dalam tanah (Putra et al., 2017)

Gambar 13 menunjukkan pola penyebaran radionuklida 137Cs dalam tanah

Radionuklida dalam tanah juga mengalami pergerakan ke samping dan ke bawah.

Pergerakan ke samping disebabkan oleh pengikisan permukaan tanah oleh hujan

deras maupun tiupan angin terutama pada daerah yang gersang, sehingga nuklida

tersebar ke sekitarnya. Pergerakan ke bawah dapat disebabkan karena mekanisme

pergerakan partikel itu sendiri, maupun karena proses pengadukan akibat aktivitas

fauna tanah atau aktivitas manusia. Angin dan hujan juga dapat menyebabkan

mekanisme pencampuran walaupun beberapa milimeter dari permukaan tanah (Rina,

2002).

53

Gambar 14. Pola penyebaran 137Cs dalam abu beras

Gambar 14 menunjukkan perbedaan pola penyebaran radionuklida 137Cs dalam

sampel abu beras dengan pola penyebaran radionuklida 137Cs dalam sampel tanah

(Putra et al., 2017). Hal ini dikarenakan kemampuan daya serap radionuklida 137Cs

antar tanaman padi dari masing masing lokasi berbeda-beda, selain itu hasil

pengukuran konsentrasi radionuklida 137Cs juga berbeda-beda.

4.4 Analisis Radionuklida Lain (60Co dan 131I ) menggunakan Spektrometer

Gamma

4.4.1 Konsentrasi Radionuklida 60Co pada Sampel

Penelitian ini selain menganalisis konsentrasi radionuklida 137Cs yang

terdapat dalam sampel tanah dan bahan pangan juga terdapat radionuklida lain

seperti 60Co dan 131I dikarenakan kedua radionuklida ini memiliki peran penting

54

dalam kehidupan sehari-hari yang dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya bagi

kesehatan manusia. 60Co adalah salah satu sumber radiasi yang paling banyak

digunakan untuk keperluan medis, terutama di Indonesia (50 %) sebagai sumber

radiasi pesawat teleterapi (Wulandari et al.,, 2019). Radionuklida 60Co merupakan

produk aktivasi dari bahan penyusun reaktor nuklir yang dalam kasus kecelakaan

dapat terlepas ke lingkungan. Radionuklida 60Co merupakan pemancar gamma dan

mempunyai waktu paruh sekitar 5 tahun. Radionuklida 60Co dapat terakumulasi

dalam materi lingkungan seperti tanah dan tanaman karena memiliki waktu paruh

yang relatif panjang. Radionuklida ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui

rantai makanan. Radionuklida 60Co setelah diserap oleh akar kemudian memasuki

pembuluh xilem dalam akar dan batang untuk kemudian didistribusikan menuju

daun. Air dan larutan lainnya didistribusikan melalui media yang disebut apoplas

(Sukmabuana & Tjahaja, 2011). Daun merupakan tempat terjadinya proses

fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan

karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung

zat hijau daun atau klorofil. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat

hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya. Air dan unsur-unsur

lainnya di proses oleh sinar matahari .yang menghasilkan glukosa, oksigen dan air.

Oksigen yang dihasilkan tumbuhan kemudian dilepaskan melalui stomata, sedangkan

glukosa didistribusikan ke seluruh bagian tumbuhan (Hasbiah & Wahidah, 2013).

Hasil pengukuran yang tercantum pada Tabel 10 terlihat bahwa hasil analisis

konsentrasi sampel, MDC dan ketidakpastian pengukuran yang terbesar nilainya

yaitu pada radionuklida 60Co. Hasil ini dikarenakan radionuklida 60Co mengalami

55

peluruhan radioaktif dengan mengemisikan partikel beta serta radiasi gamma yang

kuat dengan energi gamma 1173,228 dan 1332,492 keV

Gambar 15. Konsentrasi radionuklida 60Co dalam sampel tanah dan beras

. Konsentrasi radionuklida 60Co terbesar pada sampel tanah dan beras yaitu di

Kecamatan Pulosari, masing-masing sebesar 1,0251 Bq/kg dan 0,7337 Bq/kg dengan

nilai MDC 0,6557 Bq/kg. Konsentrasi radionuklida 60Co yang diperoleh diatas nilai

MDC. Nilai MDC pada radionuklida ini, berbeda dengan nilai MDC pada

radionuklida lain seperti 137Cs dan 131I. Hal ini dikarenakan pada hasil pengukuran

cacah background memperoleh nilai counts per second yang berbeda-beda pada

setiap radionuklida yang dianalisis, karena masing-masing radionuklida memiliki

karakteristik yang berbeda.

Hasil analisis konsentrasi radionuklida 60Co ini diperoleh dengan angka yang

sangat besar dikarenakan menurut Sukmabuana & Tjahaja (2011), unsur Co

merupakan unsur kelumit secara alamiah berada di dalam tanah dan dibutuhkan oleh

tanaman sebagai mikroelemen esensial untuk membantu proses fiksasi nitrogen

dalam tanaman. Co di dalam tanah umumnya stabil terdapat dalam jumlah sekitar 8

0.37260.3144

0.92711.0251

0.3225 0.3262

0.5786

0.7337

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

TC 1 TJ 2 TL 3 TP 4 BC 1 BJ 2 BL 3 BP 4

Kon

sen

tras

i (B

q/k

g)

Sampel

Co-60

MinimumDetectable Concentration(MDC)0,6557

56

ppm. Tanaman hanya memerlukan sejumlah kecil dari unsur ini, dan kandungan Co

stabil dalam tanaman berkisar antara 0,005 – 1 ppm. Secara alamiah Co stabil diserap

oleh akar tanaman, dan sama seperti unsur lainnya, penyerapannya oleh tanaman

bergantung pada ketersediaannya di dalam tanah.

Gambar 16 menunjukkan hasil konsentrasi radionuklida 60Co pada sampel

abu beras nilainya rata-rata diatas MDC dan sangat tinggi. Hasil analisis konsentrasi

tertingginya yaitu pada sampel abu BP4 (abu beras Pulosari) yaitu sebesar 0,4716

Bq/kg. Gambar 16 menunjukkan hasil analisis radionuklida 60Co pada sampel abu

beras jauh lebih rendah dari nilai MDC, hal ini dikarenakan pada proses cacah

background wadah yang digunakan pada jenis sampel abu beras menggunakan

wadah vial berisi aquades dengan massa 0,17186 kg. Jenis sampel tanah dan beras

menggunakan jenis wadah Marinelli yang berisi aquades dengan massa 1 kg.

Perhitungan konsentrasi radionuklida pada sampel menggunakan persamaan 4.

Persamaan 4 (pada BAB II), menunjukkan bahwa massa sampel (W) berbanding

terbalik dengan konsentrasi, semakin kecil massa sampel yang dianalisis, maka

konsentrasi yang dihasilkan semakin besar.

Gambar 16. Konsentrasi radionuklida 60Co dalam sampel abu beras

0,1943

0,3594 0,36380,4716

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

Abu BC 1 Abu BJ 2 Abu BL 3 Abu BP 4

Kon

sen

tras

i (B

q/k

g)

Sampel

Co-60

MinimumDetectable Concentration(MDC)1,8002

57

Pemanfaatan 60Co semakin luas di berbagai bidang di antaranya sebagai

radioterapi di dunia medis baik sebagai implant maupun sumber radiasi eksternal.

Radioterapi merupakan suatu metode pengobatan penyakit kanker atau tumor yang

menggunakan teknik penyinaran dari zat radioaktif maupun radiasi pengion. 60Co di

bidang industri juga banyak dimanfaatkan yaitu untuk logging, gauging, radiografi,

bahkan juga untuk scanning pada sistem portal detektor untuk melihat isi truk-truk

kontainer yang keluar masuk pelabuhan (Kurniawati et al., 2011). Bidang kedokteran

juga memanfaatkan beberapa jenis radionuklida. Radionuklida ini digunakan untuk

mendeteksi atau diagnosa berbagai penyakit antara lain 99Tc, 201Tl, 131I, 24Na, 133Xe,

32P, 85Sr, 75Se, 60Co dan 59Fe (Murniasih & Sukirno, 2016).

4.4.2 Konsentrasi Radionuklida 131I pada Sampel

Radioaktivitas yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran adalah

iodin. Radioaktivitas 131I diserap terutama oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-

bagian tertentu dari otak. Oleh karena itu, 131I dapat digunakan untuk mendeteksi

kerusakan pada kelenjar gondok, hati, dan untuk mendeteksi tumor otak (Murniasih

& Sukirno, 2016).

Data hasil analisis dalam Gambar 17 terlihat bahwa konsentrasi radionuklida

131I hanya terdeteksi pada sampel TP4 (Tanah Pulosari) konsentrasinya sebesar

0,0589 Bq/kg. Konsentrasi radionuklida 131I yang diperoleh dari penelitian ini sangat

rendah dan hanya terdapat pada sampel tanah. Hasil tersebut dikarenakan

radionuklida 131I bersifat volatile dan tidak terserap oleh tanaman padi yang tumbuh

di sekitarnya.

58

Gambar 17. Konsentrasi radionuklida 131I dalam sampel tanah dan beras

Menurut Udiyani & Kunjoro (2015), sifat 131I lebih volatil dibandingkan

dengan 137Cs, tetapi waktu paruh dan sifat toksisitas 137Cs lebih besar dibandingkan

131I. Radionuklida 131I terdeteksi pada salah satu sampel tanah (tanah Pulosari)

karena radionuklida tersebut merupakan salah satu isotop radioaktif yang ada di bumi

dan merupakan radioisotop yang penting dari unsur iodium (Noviarty & Haryati,

2006). 131I adalah salah satu dari radionuklida yang perlu mendapat perhatian serius,

karena radioiodine juga dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan yaitu berupa

kanker tiroid. Radioiodium dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa jalur yaitu

saluran pencemaan, inhalasi clan kulit yang terbuka. Jalur utamanya melalui inhalasi,

karena sifatnya yang mudah menguap (Bunawas et al., 2000).

Isotop 131I dapat diproduksi dengan cara mengiradiasi target metal Te dengan

fluks neutron di dalam teras reaktor nuklir. Iradiasi metal Te (130 Te) akan menyerap

sebuah partikel neutron dan memancarkan sinar beta untuk menghasilkan 131Te, yang

akan meluruh menjadi 131I dengan waktu paruh 25 menit. Selanjutnya 131I juga dapat

meluruh dengan waktu paruh 8,02 hari dengan memancarkan sinar beta dan sinar

gamma. Dalam proses peluruhan ini, 131I berubah menjadi 131Xe (Noviarty &

0,0589

0

0.1

0.2

0.3

0.4

TC 1 TJ 2 TL 3 TP 4 BC 1 BJ 2 BL 3 BP 4

Kon

sen

tras

i (B

q/k

g)

Sampel

I-131

MinimumDetectable Concentration(MDC)0,3177

59

Haryati, 2006). Rahman et al. (2013) menjelaskan bahwa 131I dapat diproduksi dari

reaksi fisi atom uranium. Waktu paruh yang pendek dari isotop 131I dapat

dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan penyakit. Apabila penggunaan dosis radiasi

tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan sel yang cukup fatal (Noviarty & Haryati,

2006).

Semakin banyaknya pemanfaatan radionuklida seperti 137Cs, 60Co dan 131I

dalam berbagai bidang, maka pengukuran radioaktivitas secara tepat dan akurat

sangat diperlukan agar radionuklida tersebut dapat memberikan manfaat yang besar

dengan resiko bahaya radiasi sekecil mungkin.

60

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi radionuklida 137Cs dalam

sampel tanah hasil tertinggi yang diperoleh yaitu di Kecamatan Carita

masing-masing sebesar 0,2178 Bq/kg. Hasil tersebut masih di bawah

ambang batas yang ditetapkan oleh PERKA BAPETEN No 9 tahun 2009

konsentrasi maksimal radionuklida 137Cs pada lingkungan yaitu 1000

Bq/kg.

2. Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi radionuklida 137Cs dalam beras

dan abu beras hasil tertinggi yang diperoleh yaitu di Kecamatan Carita

masing-masing sebesar 0,1588 Bq/kg dan 0,3418 Bq/kg. Hasil tersebut

masih di bawah ambang batas yang ditetapkan PERMENKES No 1031

tahun 2011 konsentrasi maksimal radionuklida 137Cs pada bahan pangan

yaitu 500 Bq/kg.

3. Terdapat radionuklida lain yaitu 60Co dan 131I. Konsentrasi radionuklida

60Co terbesar pada sampel tanah beras dan abu beras yaitu di Kecamatan

Pulosari, masing-masing sebesar 1,0251 Bq/kg; 0,7337 Bq/kg dan 0,4716

Bq/kg. Radionuklida 131I hanya terdeteksi pada satu sampel yaitu pada

sampel TP4 (Tanah Pulosari) dengan konsentrasi sebesar 0,0589 Bq/kg.

61

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya lokasi pengambilan sampel

berdasarkan radius per satu kecamatan 1 sampel pada koordinat GPS di titik

tengah atau yang mendekatinya, sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal.

Sebaiknya dilakukan variasi waktu pencacahan sehingga dapat mengetahui

pengaruh waktu pencacahan terhadap konsentrasi radionuklida yang dihasilkan.

62

DAFTAR PUSTAKA

Aliyanta, B. (2007). Model Estimasi Aktivitas Cs-137 dalam Contoh Tanah

Melalui Persentase Organik Karbon dan Debu Liat. Jurnal Ilmiah Aplikasi

Isotop Dan Radiasi, 3(2), 11–22.

Aliyanta, B. (2015). Kajian Komparatif Parameter Kualitas Tanah di Beberapa

Tataguna Lahan Sub DAS Cisadane Hulu dengan Pb-210 excess dan Cs-137

Comparative Study of Soil Quality Parameters on Several excess and Cs-

137. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 11(2), 113–124.

Almiati, R., & Agustin, E. (2017). Analisis Kesuburan Tanah dan Residu

Pemupukan pada Tanah dengan menggunakan Metode Kemagnetan Batuan.

Jurnal Ilmu Dan Inovasi Fisika (JILID), 01(02), 52–61.

Ardani. (2010). Analisis Aktivitas Sumber Radiasi dan Intensitas Sinar Gamma di

Teras Reaktor PWR 1000 MWe. Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir, 12(3),

67–74.

Arifin, M. (2011). Memahami Proses Fisika dalam Produksi Radionuklida dan

Karakteristik Fisiologis Radioterapi pada Manusia. Prosiding Seminar

Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir; 2011 Juni 22; Bandung, Indonesia.

PTNBR-BATAN. 282–299.

Azis, A., Izzati, M., & Haryanti, S. (2015). Aktivitas Antioksidan dan Nilai Gizi

dari Beberapa Jenis Beras dan Millet sebagai Bahan Pangan Fungsional

Indonesia. Jurnal Akademika Biologi, 4(1), 45–61.

Aziz, A. (2013). Evaluasi Kinerja Dose Calibrator Capintec CRC-55 tR untuk

Pengukuran Aktivitas Radioisotop Yb-175. Prosiding Seminar Nasional

Sains Dan Teknologi Nuklir; 2013 Juli 4; Bandung, Indonesia. PTNBR-

BATAN. 53–60.

Aziz, M., Hidayanto, E., & Lestari, D. D. (2015). Penentuan Aktivitas Co-60 dan

Cs-137 pada Sampel Unknown dengan Menggunakan Detektor HPGe.

Youngster Physics Journal, 4(2), 189–196.

Bapeten.go.id. (2014). Pemantauan Paparan Radiasi di Sekitar Lokasi Ledakan PT

Krakatau Posco. Retrieved September 15, 2021, from website:

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:KbYMMwSjwmcJ:

BATAN. (2017a). Standar Operasional Prosedur Analisis Radionuklida Cs-137,

Cs-134, I-131 dan Co-60 pada Sampel Bahan Pangan. SOP 001.003/KN 05

02/KMR 2. 1.

BATAN. (2017b). Standar Operasional Prosedur Analisis Radionuklida Cs-137,

Cs-134 dan Co-60 pada Sampel Biota Rumput, Tanaman, Tanah dan

Sedimen. SOP 003.003/KN 05 02/KMR 2. 1.

63

BPS Provinsi Banten. (2018). Produktivitas Padi Per Hektar di Provinsi Banten

Tahun 2018. Retrieved September 22, 2021, from website:

https://bantenprov.go.id/opd/1622589b-8368-41dc-9f80

Bunawas, Iskandar, D., Wahyudi, & U, W. (2000). Pengukuran I-131 di Udara

Menggunakan Spektrometer Gamma. Prosiding Presentasi Ilmiah

Keselamatan Radiasi Dan Lingkungan; 2000 Agustus 23-24; Tangerang

Selatan, Indonesia. P3KRBIN-BATAN. 242–246.

Cahya, M. R., Wibowo, A. S., & Bukhari, A. (2018). Keberlanjutan Ketersediaan

Beras di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Jurnal Agribisnis Terpadu,

11(2), 181–196.

Despriani, Y., Milvita, D., Kusdiana, & Pradana, R. (2020). Pemetaan Tingkat

Radioaktivitas Lingkungan pada Tanah di Kota Padang. Jurnal Fisika Unand

(JFU), 9(2), 190–195.

Dispertan Banten. (2018). Biro Pemerintahan Provinsi Banten. Retrieved August

21, 2020, from website: https://dispertan.bantenprov.go.id/category/bidang-

produksi-tanaman-pangan

Hakim, A. L. (2018). Budaya Ruang dan Strategi Pengembangan Bisnis Mikro

(Studi Kasus di Pandeglang). Jurnal Transparansi, 1(2), 158–165.

Halfi, & Mukhlis. (2005). Radionuklida Kosmogenik untuk Penanggalan. Buletin

Alara, 6(1), 163–171.

Hasbiah, S., & Wahidah, B. F. (2013). Perbandingan Kecepatan Fotosintesis pada

Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea) yang diberi Pupuk Organik dan

Anorganik. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi, 1(1), 61–69.

Iman, J., Sufmawan, A., & Mustofa, K. (2013). Pengukuran Fluks Neutron

Termal di Fasilitas Iradiasi Sistem Rabbit Teras 83 Reaktor RSG-GAS.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Aplikasi Reaktor Nuklir; 2013

Januari 1; Tangerang Selatan, Indonesia. PRSG-BATAN. 235–240.

Indrayani, L. (2018). Analisis Unsur Logam Berat pada Limbah Cair Industri

Batik dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN). Prosiding

Pertemuan Dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan Dan

Teknologi Nuklir; 2018 Juli 24; Yogyakarta, Indonesia. Pusat Sains dan

Teknologi Akselerator-BATAN. 435–440.

Irawan, A. (2019). Kalibrasi Spektrofotometer sebagai Penjaminan Mutu Hasil

Pengukuran dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indonesian Journal of

Laboratory, 1(2), 1–9.

Khairani, N., Azam, M., Sofjan, K., & Soelaeman. (2007). Penentuan Kandungan

Unsur Krom dalam Limbah Tekstil dengan Metode Analisis Pengaktifan

Neutron. Berkala Fisika, 10(1), 35–43.

64

Kriswarini, R., & Anggraini, D. (2009). Perbandingan Metode Otomatis dan

Manual dalam Penentuan Isotop Cs-137 Menggunakan Spektrometer

Gamma. Jurnal Urania, 15(2), 86–95.

Kurniawan, N., Setiawan, A., & Ramadhania, P. (2020). Perhitungan Nilai

Efisiensi Pencacahan Hampiran untuk Detektor HPGe pada Spektrometer

Gamma Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil. Buletin Pengelolaan

Reaktor Nuklir, 17(1), 1–13.

Kurniawati, S., Lestiani, D. D., & Kusmartini, I. (2011). Penentuan aktivitas I-131

dan Co-60 di laboratorium PTNBR. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan

Teknologi Nuklir; 2011 Juni 22; Bandung, Indonesia. PTNBR-BATAN. 205–

212.

Kusumastuti., A. C., Kolopaking., L. M., & Badrus., & B. (2018). Faktor yang

Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten

Pandeglang. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 6(2), 131–136.

Luhur, N., Kadarusmanto, & Subiharto. (2013). Uji Banding Sistem

Spektrofotometer Gamma dengan Metoda Analisis Sumber Eu-152. Buletin

Pengelolaan Reaktor Nuklir, x(1), 22–30.

Luhur, N., Subiharto, & Hartoyo, U. (2015). Uji Banding Penguat Pulsa Sistem

Spektrometer Gamma Tennelec TC 244. Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Dan Aplikasi Reaktor Nuklir; 2015 Januari 1; Tangerang Selatan,

Indonesia. PRSG-BATAN. 51.

Mukmin. (2011). Spektrometer Gamma. Retrieved 22 Agustus 2021 from

website: www.batan.go.id

Mulyaqin, T., & Astuti, Y. (2015). Ketersediaan dan Pemanfaatan Sumber

Pembiayaan Usahatani. Buletin Ikatan, 3(1), 19–29.

Murniasih, S., & Sukirno. (2016). Uji Performa Laboratorium AAN pada

Pengukuran Radionuklida dengan Aktivitas Rendah. Prosiding Pertemuan

Dan Presentasi Ilmiah; 2016 Agustus 9; Surakarta, Indonesia. Pusat Sains

dan Teknologi Akselerator-BATAN. 97–102.

Muryono, H. (2005). Evaluasi Radioaktivitas Gross Beta dan Identifikasi

Radionuklida Pemancar Gamma dalam Buah-buahan Impor dan Lokal.

Prosiding PPI – PDIPTN; 2005 Juli 12; Yogyakarta, Indonesia. Puslitbang

Teknologi Maju-BATAN. 75–81.

Muslim, & Silalahi, H. S. C. (2014). Aktivitas Cesium-137 di Perairan Bangka

Selatan Sebagai Baseline Data Radionuklida di Perairan Indonesia. Jurnal

OSEANOGRAFI, 3, 36–42.

Muthmainnah, Milvita, D., & Wiyono, M. (2020). Penentuan Konsentrasi

Radionuklida (Ra-226, Th-232, K-40, dan Cs-137) pada Bahan Pangan

Menggunakan Spektrometer Gamma di Pasar Raya Kota Padang. Jurnal

Fisika Unand (JFU), 9(3), 394–400.

65

Nasir, Bintoro, M. H., & Limbong, W. H. (2012). Kelayakan dan Strategi

Pengembangan Usaha Beras Cimanuk melalui Peningkatan Mutu Oleh PD

Jaya Saputra Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

MANAJEMEN IKM: Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil

Menengah, 7(2), 102–110.

Nirwani, L., Buchari, R., Wahyudi, Mujiwiyono, & Mellawati, J. (2018). Tingkat

Radioaktivitas Gross Beta dan Cs-137 dalam Air Hujan di Kawasan Nuklir

Serpong. Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir; 2018

Oktober 25; Yogyakarta, Indonesia. PTKMR-BATAN. 193–199.

Nirwani, L., Minarni, & Buchari. (2001). Konsentrasi Radionuklida Alam dan Cs-

137 dalam Beras di Kabupaten Jepara serta Perkiraan Dosis Interna yang

Diterima Penduduk. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan

Dan Lingkungan; 2001 Oktober 23-24; Yogyakarta, Indonesia. PTKMR-

BATAN. 273–278.

Nirwani, L., R.Buchori, Wahyudi, & Mujiwiyono. (2017). Pemantauan

Radioaktivitas dalam Air Hujan Tahun 2016. Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Pengelolaan Limbah; 2017 Maret 28; Jakarta, Indonesia. PTKMR-

BATAN. 171–178.

Nirwani, L., & Wahyudi. (2014). Faktor Transfer Cs-137 dan Co-60 dari Tanah

ke Tomat (Solanum lycopersicum). Seminar Nasional Keselamatan

Kesehatan Dan Lingkungan; 2014 Juni 19; Jakarta, Indonesia. PTKMR--

BATAN. 224–233.

Nirwani, L., & Wahyudi. (2015). Faktor Transfer Cs-137 dari Tanah ke Terong

(Solanum melongena). Prosiding Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan

Dan Lingkungan Dan Pengembangan Teknologi Nuklir; 2015 Agustus 25;

Jakarta, Indonesia. PTKMR BATAN. 309–314.

Niswah, F. M. (2018). Hubungan Persepsi dan Religiusitas terhadap Keputusan

Pembelian Kosmetik Tanpa Label Halal. Jurnal Middle East and Islamic

Studies, 5(1), 47–66.

Noviarty, Anggraini, D., Rosika, & Adiantoro, D. (2009). Optimasi Pengukuran

Keaktifan Radioisotop Cs-137 Menggunakan Spektrometer Gamma. Seminar

Nasional V SDM Teknologi Nuklir; 2009 Oktober 15; Tangerang Selatan,

Indonesia. PRSG-BATAN. 11–23.

Noviarty, & Haryanti, I. (2016). Uji Profisiensi Laboratorium IRM melalui

Pengukuran Aktivitas Isotop Iodium-131 Menggunakan Spektrometer

Gamma. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Aplikasi Reaktor

Nuklir; 2016 Januari 8; Tangerang Selatan, Indonesia. PRSG-BATAN. 48–

53.

Noviarty, & Haryati, I. (2006). Uji Profisiensi Laboratorium IRM melalui

Pengukuran Aktivitas Isotop Iodium-131 menggunakan Spektrometer

Gamma. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Aplikasi Reaktor

Nuklir; 2006 April 10; Jakarta, Indonesia. PRSG-BATAN. 48–53.

66

Noviarty, Haryati, I., Sudaryati, & Susanto. (2011). Pengaruh Waktu Pengambilan

Sampling pada Analisis Unsur Radioaktif di Udara dengan Menggunakan

Spektrometer Gamma. Jurnal Forum Nuklir, 2(2), 1–9.

Noviarty, Sudaryati, & Susanto. (2010). Analisis Unsur Radioaktivitas Udara

Buang pada Cerobong IRM menggunakan Spektrometer Gamma. Jurnal

Forum Nuklir, (05), 8–13.

Purba, S. I., Salami, I. R. S., & Tjahaja, P. I. (2009). Distribusi Radionuklida Cs-

134 Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Hidup di Air Tercemar Cs-

134. Teknik Lingkungan, 15(2), 54–62.

Purwanto, A. T., & Nuraeni, E. (2013). Optimasi Parameter Spektroskopi Gamma

dengan Detektor HpGe. Prosiding Seminar Penelitian Dan Pengelolaan

Perangkat Nuklir; 2013 September 11; Yogyakarrta. Pusat Teknologi

Akselerator dan Proses Bahan-BATAN. 307–312.

Putra, A. Y. S., Sasongko, D. P., Arifin, Z., & Sukirno. (2017). Distribusi

Radionuklida dalam Sampel Lingkungan Tanah, Air dan Tanaman Sekitar

PLTU Rembang. GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir, 22(1), 315–322.

Rahman, M. R. A., Hidayanto, E., & Shintawati, R. (2013). Efektivitas

Radiacwash sebagai Kontaminan Tc-99 dan I-131 pada Permukaan Daerah

Kerja Kedokteran Nuklir. Youngster Physics Journal, 1(4), 107–114.

Ratnawati, E., & Imam, J. (2015). Uji Akurasi Alat Pencacah Spektrometer

Gamma dengan Menggunakan Sumber Standar. Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Dan Aplikasi Reaktor Nuklir; 2015 Juni 4; Tangerang Selatan,

Indonesia. PUSPITEK. 1689–1699.

Regina, Sapulete, I. M., & Pangemanan, D. H. C. (2016). Hubungan Kadar

Natrium dengan Tekanan Darah pada Remaja di Kecamatan Bolangitang

Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal E-Biomedik, 4(2), 37–

45.

Ridwan, p. J., Supriadi, B., & Dina, H. R. (2015). Simulasi Numerik Massa

Peluruhan Inti Zat Radioaktif Unsur Uranium-238 dengan Metode Aljabar

Matriks. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(2), 176–180.

Rina, & Subiharto, M. (2000). Pemantauan Sumber Paparan Radiasi di PPTA

Serpong. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan Dan

Lingkungan; 2000 Februari 10; Bamdung, Indonesia. Pusat Pengembangan

Teknologi Reaktor Riset-BATAN. 57–61.

Rina, T. M. (2002). Identifikasi Radionuklida di Tanah dalam Kawasan

PUSPIPTEK dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Ke-7 Teknologi Dan

Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir; 2002 Februari 19; Bandung,

Indonesia. Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset-BATAN. 363–372.

67

Romsiah, Marista, S. L., & Fatoni, A. (2017). Validasi Metode dan Penetapan

Kadar Nitrit (No2-) pada Sosis Sapi Curah dan Sosis Sapi Kaleng yang

Dijual di Swalayan Kota Palembang secara Spektrofotometri Uv-Vis.

Scientia : Jurnal Farmasi Dan Kesehatan, 7(2), 113–119.

Rosidi, Muljono, Sihono, & Suhardi. (2012). Uji Fungsi Detektor HPGe -GEM-

35-P4 Ortec Spektrometer Gamma Lab. AAN Tank-BKTPB. Prosiding

Seminar Penelitian Dan Pengelolaan Perangkat Nuklir; 2012 September 26;

Yogyakarta, Indonesia. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-

BATAN. 156–162.

Safitrianaz, D., Latifah, N., Saragih, P. Y., & Saraswati, D. L. (2019). Analogi

Waktu Paruh dan Konstanta Peluruhan (Disintegrasi) Radioaktif. Jurnal

Pendidikan Fisika, 7(2), 179–189.

Santosa, I. G. N., Adnyana, G. M., & Dinata, I. K. K. (2010). Dampak Alih

Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan Beras. Prosiding

Seminar Nasional Budidaya Pertanian; 2010 Juli 26; Jakarta, Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). 52–61.

Sari, N. M. P., Sutapa, G. N., & Gunawan, A. A. N. (2020). Pemanfaatan Radiasi

Gamma Co-60 untuk Pemuliaan Tanaman Cabai ( Capsicum annuum L .)

dengan Metode Mutagen Fisik. Buletin Fisika, 21(2), 47–52.

Setiani, I., Munir, M., Firdaus, K. S., & Bunawas. (2006). Penentuan Konsentrasi

Aktivitas Uranium dari Industri Fosfat Menggunakan Detektor ZnS(Ag).

Berkala Fisika, 9(2), 63-70–70.

Setiawati, E., Arif, I., & Intan, P. (2004). Studi Distribusi Radionuklida Cs-134

pada Sistem Perairan Tawar. Berkala Fisika, 7(2), 35–40.

Sofyan, H., & Akhadi, M. (2004). Radionuklida Primordial Untuk Penanggalan

Geologi dan Arkeologi. Buletin Alara, 6(3), 85–96.

Sucipto, Setiawan, R., Suganda, D., & Purnomo, A. S. (2017). Karakteristik

Tapak Potensial Disposal Limbah Radioaktif Daerah Serang Banten :

Konsentrasi Naturally-Occurring Radioactive Materials (NORM) dalam

Batuan Andesit, Breksi dan Tanah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Pengelolaan Limbah; 2017 April 3; Tangerang Selatan, Indonesia. Pusat

Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN. 83–91.

Sudiati. (2005). Kalibrasi Energi dan Penentuan Efisiensi Spektrometer Gamma

dengan Menggunakan Sumber Standar Eu-152. Buletin Limbah, 9(1), 21–26.

Suhartini, N. (2010). Perbandingan Profil Distribusi Vertikal Cs-137 di Lapisan

Tanah Hasil Pengukuran Terhadap Simulasi. Makara of Science Series,

10(2), 89–95.

68

Suhartini, N., Darman, Haryono, & A.S., D. (2000). Pemilihan Lokasi

Pembanding Berdasarkan Distribusi Cs-137 Lapisan Tanah dari Beberapa

Lokasi Stabil. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian Dan Pengembangan

Teknologi Isotop Dan Radiasi; 2000 November 7; Yogyakarta, Indonesia.

Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN. 15–26.

Sukesi, E., Prayitno, B., & Suliyanto. (2011). Pengolahan Data Pengukuran

Radioaktivitas Alpha di Udara Instalasi Nuklir. Prosiding Seminar Nasional

Sains Dan Teknologi Nuklir; 2011 Oktober 4; Tangerang Selatan, Indonesia.

Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN. 33–46.

Sukirno, & Samin. (2011). Estimasi Ketidakpastian Analisis Radionuklida Ra-

226, Ra-228, Th-228 dan K-40 dalam Cuplikan Sedimen dengan Teknik

Spektrometer Gamma. GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir, 14(1), 10–18.

Sukmabuana, P. (2010). Parameter Transfer Radio Strontium Sr-85 di Lingkungan

melalui Jalur Tanah. Jurnal Sains Dan Teknologi Nuklir Indonesia, 9(2), 99–

110.

Sukmabuana, P., & Tjahaja, P. I. (2009). Penyerapan Radionuklida Cs-134 dari

Tanah Berair ke Tanaman Kangkung (Ipomoea sp). Prosiding Seminar

Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir; 2009 Juni 3; Bandung, Indonesia.

Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN. 207–214.

Sukmabuana, P., & Tjahaja, P. I. (2011). Penentuan Nilai Rasio Konsentrasi pada

Perpindahan Co-60 dari Tanah ke Tanaman Sawi (Brassica juncea).

Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir; 2011 Juni 6;

Bandung, Indonesia. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-

BATAN. 41–47.

Sulaeman, E. S. (2003). Analisis Paparan Radiasi terhadap Profil Hematologi

Pekerja Radiasi Divisi Radiologi Rumah Sakit DR. Kariadi Semarang.

Universitas Diponegoro.

Suparman, I., Soenarjo, S., & Y.Rahman, W. (2008). Komputasi Kalibrasi

Efisiensi, Control Chart dan Pengukuran Radionuklida pada Spektrometer

Gamma. Risalah Lokakarya Komputasi Dalam Sains Dan Teknologi Nuklir;

2008 Agustus 6-7; Yogyakarta, Indonesia. Pusat Radioisotop dan

Radiofarmaka. 225–239.

Surahman, A. B. (2015). Perkembangan Kegiatan Program Integrated

Participatory Development and Management of Irrigation Program

(IPDMIP) Kabupaten Pandeglang. Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan

Ruang Kabupaten Pandeglang, 53(9), 1689–1699.

Susiati, H. (2006). Tingkat Radioaktivitas Radionuklida Alam pada Bahan

Makanan Sekitar Calon Tapak PLTN Semenanjung Muria. Jurnal

Pengembangan Energi Nuklir, 7(2), 55–62.

Syah, A. K. (2018). Analisis Tingkat Radioaktivitas Air dan Tanaman Pangan di

Daerah Kabupaten Mamuju. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

69

Taftazani, A., & Sumining. (2000). Pola Penyebaran Radioaktivitas. Prosiding

Pertemuan Dan Presentasi Ilmiah; 2000 Juli 25-26; Universitas Gadjah

Mada (UGM). Yogyakarta, Indonesia. (l), 25–26.

Tjahaja, P. I., & Sukmabuana, P. (2007). Penyerapan Cs-134 dari Tanah oleh

Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus, less). Prosiding Seminar

Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir; 2007 Juli 17-18; Bandung, Indonesia.

PTNBR-BATAN. 17–18.

Togibasa, O., Arif, I., Sukmabuana, P., & Tjahaja, P. I. (2009). Penyerapan Cs-

134 dari Tanah Oleh Tanaman Pangan Ubi Jalar (Ipomoea batatas).

Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir; 2009 Juni 3;

Bandung, Indonesia. PTNBR-BATAN. 180–186.

Udiyani, P. M., & Kunjoro, S. (2015). Pengaruh Kondisi Atmosferik Terhadap

Perhitungan Probabilistik Dampak Radiologi Kecelakaan PWR 1000-MWe.

Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir Tri Dasa Mega, 17(3), 149–158.

Ulfa, A. M. (2015). Penetapan Kadar Klorin (Cl2) pada Beras Menggunakan

Metode Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik, 9(4), 197–200.

Wahyudi, Iskandar, D., & Marjanto, D. (2007). Pengaruh matriks terhadap

pencacahan sampel menggunakan spektrometer gamma. Jurnal Forum

Nuklir, 65–78.

Wahyudi, Kusdiana, & Sutarman. (2007). Kontrol Kinerja Spektrometer Gamma

Menggunakan Metode Quality Control Chart. Prosiding Pertemuan Dan

Presentasi Ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi Nuklir; 2007

Desember 12; Jakarta, Indonesia. PTKMR-BATAN. 33-43.

Wahyuni, E. S., Firdaus, M., & Baga, L. M. (2018). Strategi Alokasi Anggaran

Sektor Pertanian untuk Mempercepat Pembangunan Daerah di Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah,

10(1), 14–23.

Wicaksono, A., & Susanto, I. D. W. (2015). Sistem Otomasi Penggerak Kamera

dengan Motor Step sebagai Alat Bantu Kalibrasi Alat Ukur Panjang. Jurnal

Otomasi Kontrol Dan Instrumentasi, 6(2), 105–120.

Wulandari, Y., Hartoyo, P., Anita, F., & Purwantiningsih. (2019). Analisis Jumlah

Kadar Hemoglobin dan Sel Darah Putih (Leukosit) pada Mencit (Mus

Musculus) Sebelum dan Sesudah Radiasi Gamma Co-60 dengan Berbagai

Variasi Dosis. Jurnal Ilmiah Giga, 17(1), 9–18.

Yuliati, H., & Akhadi., M. (2005). Radionuklida Kosmogenik untuk Penanggalan.

Informasi IPTEK, 6(1), 10–19.

Yusro, M., Wijaya, G. S., & Muharini, A. (2013). Validasi Metode Penentuan Cs-

137 dan K-40 dalam Sampel Lingkungan dengan Spektrometer Gamma

berdasarkan ISO 17025. Teknofisika, 2(1), 1–6.

70

Zakiyyah, N. F., Sinuraya, R. K., & Puspitasari, I. M. (2017). Cancer Therapy

with Radiation: The Basic Concept of Radiotherapy and Its Development in

Indonesia. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 6(4), 311–320.

Zaman, B., Taftazani, A., & Retnaningrum, R. P. S. (2007). Studi Analisa dan

Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen (Studi Kasus: Sungai

Code Yogyakarta). Teknik Keairan, 13(4), 215–225.

Zulfakhri. (2007). Penyerapan Cs-134 pada Tanaman Padi (Oryza sativa, L.,).

Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir; 2007 Juli 17-18;

Bandung, Indonesia. PTNBR-BATAN. 17–18.

71

LAMPIRAN

Lampiran 1. Spektrum radionuklida yang dianalisis

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co tanah Carita

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co tanah Jiput

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co tanah Labuan

72

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co dan 129I tanah Pulosari

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co beras Carita

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co beras Jiput

73

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co beras Labuan

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co beras Pulosari

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co abu beras Carita

74

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co abu beras Jiput

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co abu beras Labuan

Spektrum radionuklida 137Cs dan 60Co abu beras Pulosari

75

Lampiran 2. Konsentrasi radionuklida standar EW-679 (Marinelli) dan GM-011

V pada saat pencacahan

Pada sertifikat sumber standar EW-679 (lampiran 9), diketahui :

A0 = Konsentrasi radionuklida 137Cs pada 10 Juni 2020

= 1806,6 Bq/Kg

A0 = Konsentrasi radionuklida 60Co pada 10 Juni 2020

= 142,9 Bq/Kg

t = Waktu tunda (10 Juni 2020 – 06 Januari 2021)

= 210 hari

T (137Cs) = Waktu paro 137Cs

= 10.958 hari

T (60Co) = Waktu paro 60Co

= 1.925 hari

Konsentrasi radionuklida pada saat pencacahan (06 Januari 2021) dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (persamaan 1):

At = A0e-0,693t/T...............................................................................(1)

Konsentrasi radionuklida 137Cs pada saat pencacahan (06 Januari 2021)

At = A0e-0,693t/T

= 1806,6e-0,693x210/10.958

= 1782,766 Bq/kg

Konsentrasi radionuklida 60Co pada saat pencacahan (06 Januari 2021)

At = A0e-0,693t/T

= 142,9e-0,693x210/1.925

= 132,495 Bq/kg

76

Konsentrasi radionuklida standar GM-011 V (vial) pada saat pencacahan

Pada sumber standar GM-011 V, diketahui :

A0 = Konsentrasi radionuklida 137Cs pada 1 Oktober 2004

= 52,85 Bq/kg

A0 = Konsentrasi radionuklida 60Co pada 1 Oktober 2004

= 215,48 Bq/kg

t = Waktu tunda (1 Oktober 2004 – 09 Maret 2021)

= 6003 hari

T (137Cs) = Waktu paro 137Cs

= 10.958 hari

T (60Co) = Waktu paro 60Co

= 1.925 hari

Konsentrasi radionuklida pada saat pencacahan (06 Januari 2021) dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (persamaan 1):

At = A0e-0,693t/T.................................................(1)

Konsentrasi radionuklida 137Cs pada saat pencacahan (06 Januari 2021)

At = A0e-0,693t/T

= 52,85 e-0,693x 6003/10.958

= 36,154 Bq/kg

Konsentrasi radionuklida 60Co pada saat pencacahan (06 Januari 2021)

At = A0e-0,693t/T

= 215,48 e-0,693x6003/1.925

= 24,823 Bq/kg

77

Lampiran 3. Perhitungan efisiensi standar EW-679 (Marinelli) dan GM-011 V

Perhitungan nilai efisiensi dapat dihitung dengan persamaan 3. Nilai Ns

merupakan net area standar sedangkan nilai NBG merupakan net area background.

Nilai ts merupakan waktu cacah standar, tBG merupakan waktu cacah background,

dan nilai At diperoleh dari persamaan 1 (lampiran 4). Untuk menghitung nilai

efisiensi menggunakan persamaan 3:

Ɛɣ =(

𝑁𝑠𝑡𝑠 −

𝑁𝐵𝐺𝑡𝐵𝐺 )

𝐴𝑡 X 𝑃ɣ

Penentuan harga efisiensi radionuklida 137Cs energi 661,657 keV :

Ɛɣ =(

𝑁𝑠𝑡𝑠 −

𝑁𝐵𝐺𝑡𝐵𝐺 )

𝐴𝑡 X 𝑃ɣ

Ɛɣ =(

32140 cps3600 s −

−4 cps3600 s)

1782,766 Bq X 85 %

Ɛɣ =8,928888889

1515,3511= 0,00589 %

Penentuan harga efisiensi radionuklida 60Co energi 1173,228 keV :

Ɛɣ =(

𝑁𝑠𝑡𝑠 −

𝑁𝐵𝐺𝑡𝐵𝐺 )

𝐴𝑡 X 𝑃ɣ

Ɛɣ =(

1865 cps3600 s −

2 cps3600 s)

132,495 Bq X 99,9 %

Ɛɣ =0,5175

132,3625283 = 0,00391%

Penentuan harga efisiensi radionuklida 60Co energi 1332,492 keV :

Ɛɣ =(

𝑁𝑠𝑡𝑠 −

𝑁𝐵𝐺𝑡𝐵𝐺 )

𝐴𝑡 X 𝑃ɣ

Ɛɣ =(

1718 cps3600 s −

3 cps3600 s)

132,495 Bq X 99,9824 % =

0,476989

132,4716809= 0,00360 %

78

Perhitungan nilai efisiensi standar GM-011 V (vial)

Perhitungan nilai efisiensi dapat dihitung dengan persamaan 3. Nilai Ns

merupakan net area standar sedangkan nilai NBG merupakan net area background.

Nilai ts merupakan waktu cacah standar, tBG merupakan waktu cacah background,

dan nilai At diperoleh dari persamaan 1 (lampiran 4). Untuk menghitung nilai

efisiensi menggunakan persamaan 3:

Ɛɣ =(

Nsts −

NBGtBG )

At X Pɣ

Penentuan harga efisiensi radionuklida 137Cs energi 661,657 keV :

Ɛɣ =(

Nsts −

NBGtBG )

At X Pɣ

Ɛɣ =(

23168 cps61200 s

−1 cps

3600 s)

36,15514215 Bq X 85 %

Ɛɣ =0,378284314

30,73187083 = 0,01231 %

Penentuan harga efisiensi radionuklida 60Co energi 1173,228 keV :

Ɛɣ =(

𝑁𝑠𝑡𝑠 −

𝑁𝐵𝐺𝑡𝐵𝐺 )

𝐴𝑡 X 𝑃ɣ

Ɛɣ =(

9821 cps61200 −

2 cps3600)

24,823 Bq X 99,9 %

Ɛɣ =0,159918301

24,79860986= 0,006449 %

Penentuan harga efisiensi radionuklida 60Co energi 1332,492 keV :

Ɛɣ =(

𝑁𝑠𝑡𝑠 −

𝑁𝐵𝐺𝑡𝐵𝐺 )

𝐴𝑡 X 𝑃ɣ

Ɛɣ =(

8525 𝑐𝑝𝑠61200 𝑠 −

1 𝑐𝑝𝑠3600 𝑠)

24,823 Bq X 99,9824 % =

0,139019608

24,81863115= 0,005601 %

79

Lampiran 4. Perhitungan konsentrasi radionuklida pada sampel

Diketahui pada sertifikat standardisasi radionuklida EW-679:

Energi 137Cs = 661,657 keV

Energi 60Co = 1173,228 keV dan 1332,492 keV

Yield 137Cs = 85 %

Yield 60Co = 99,9 % dan 99,9824 %

Waktu paro 137Cs = 10958 hari

Waktu paro 60Co = 1925 hari

Perhitungan konsentrasi radionuklida 137Cs menggunakan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

Perhitungan konsentrasi radionuklida 137Cs pada lokasi sampling 1:

Perhitungan konsentrasi radionuklida 137Cs pada sampel tanah Carita (TC 1) :

Berat sampel (W) pada TC 1 = 1,019 Kg

Konsentrasi radionuklida 137Cs :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

𝐶 =

8 cps3600 s –

4 cps3600 s

0,00589 Bq X 85 % X 1,019 kg x 100

𝐶 =0,001111111

0,51016235 x 100 = 0,2178 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 137Cs pada sampel tanah Carita (TC 1) menggunakan persamaan 5 :

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,2178 Bq/kg x √(0,18 % + 0,09 %

8 cps − 4 cps)

2

+ (0,000589 %

0,00589 %)

2

+ (8,5 %

85 %)

2

+ (0,1019 %

1,019 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,2178 Bq/kg x √(0,27 %

4 cps)

2

+ (0,000589 %

0,00589 %)

2

+ (8,5 %

85 %)

2

+ (0,1019 %

1,019 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,2178 Bq/kg x √(0,0675)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,2178Bq/kg x √(0,00455625) + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,2178 Bq/kg x √0,03455625

80

𝜇𝐶 = 0,2178 Bq/kg x 0,185893114

𝜇𝐶 = 0,0405 Bq/kg

Perhitungan MDC 137Cs (661,657 keV) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

є. 𝑝𝛾 . 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

4 cps3600 s

0,00589 % x 85 % x 1 x 1 kg

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,001111111

0,50065

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,033333333

0,50065

MDC = 0,3102 Bq/kg

Perhitungan konsentrasi radionuklida 137Cs pada sampel beras Carita (BC 1) :

Berat sampel (W) pada BC 1 = 0,699 Kg

Konsentrasi radionuklida 137Cs :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

𝐶 =

6 cps3600 s

–4 cps

3600 s0,00589 Bq X 85 % X 0,699 kg

x 100

𝐶 =0,000555556

0,003499544 x 100 = 0,1588 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 137Cs pada sampel beras Carita (BC 1) menggunakan persamaan 5 :

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,1588 Bq/kg x √(0,09 % + 0,09 %

6 cps − 4 cps)

2

+ (0,000589 %

0,00589 %)

2

+ (8,5 %

85 %)

2

+ (0,0699 %

0,699 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,1588 Bq/kg x √(0,18 %

2 cps)

2

+ (0,000589 %

0,00589 %)

2

+ (8,5 %

85 %)

2

+ (0,0699 %

0,699 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,1588 Bq/kg x √(0,09)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,1588 Bq/kg x √(0,0081) + 0,01 + 0,01 + 0,01

𝜇𝐶 = 0,1588 Bq/kg x √0,0381

81

𝜇𝐶 = 0,1588 Bq/kg x 0,195192213

𝜇𝐶 = 0,0309 Bq/kg

Perhitungan MDC 137Cs (661,657 keV) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

є. 𝑝𝛾 . 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

4 cps3600 s

0,00589 % x 85 % x 1 x 1 kg

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,001111111

0,50065

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,033333333

0,50065

MDC = 0,3102 Bq/kg

Perhitungan radionuklida lain (60Co 1173,228 keV ; 60Co 1332,492 keV dan 131I 364,489 keV):

Misal konsentrasi 60Co pada sampel tanah Carita (TC 1) energi 1173,228 keV

W= 1,019 Kg

Sehingga besarnya konsentrasi 60Co dapat dihitung dengan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

𝐶 =

3 cps3600 s –

2 cps3600 s

0,00391 % x 99,9 % x 1,019 kg x 100

𝐶 =0,000277778

0,398030571 x 100 = 0,0697 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 60Co energi 1173,228 keV pada sampel tanah Carita (TC 1) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan 5 :

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,0697 Bq/kg x √(0,07 % + 0,04%

3 cps − 2 cps)

2

+ (0,000391 %

0,00391 %)

2

+ (9,99 %

99,9 %)

2

+ (0,01019 %

1,019 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,0697Bq/kg x √(0,11)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,0697 Bq/kg x √0,0121 + 0,01 + 0,01 + 0,01

𝜇𝐶 = 0,0697 Bq/kg x √0,0421

82

𝜇𝐶 = 0,0697 Bq/kg x 0,205182845

𝜇𝐶 = 0,0143 Bq/Kg

Misal konsentrasi 60Co pada sampel Tanah Carita (TC 1) energi 1332,492 keV

W= 1,019 Kg

Sehingga besarnya konsentrasi 60Co dapat dihitung dengan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

C =

7 cps3600 s –

3 cps3600 s

0,00360 % x, 99,9824 % x 1,019 kg x 100

𝐶 =0,00111

0,3667754 x 100 = 0,3029 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 60Co energi 1332,492 keV pada sampel tanah Carita (TC 1) menggunakan

persamaan 5:

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,30294 Bq/kg x √(0,07 % + 0,01 %

7 cps − 3 cps)

2

+ (0,000360 %

0,00360 %)

2

+ (9,99824 %

99,9824 %)

2

+ (0,1019 %

1,019 kg )

2

𝜇𝐶 = 0,30294 Bq/kg x √(0,02)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,30294 Bq/kg x √0,0004 + 0,01 + 0,01 + 0,01

𝜇𝐶 = 0,30294 Bq/kg x √0,0304

𝜇𝐶 = 0,30294 Bq/kg x 0,174355958

𝜇𝐶 = 0,0528 Bq/kg

Konsentrasi 60Co (1173,228) + konsentrasi 60Co (1332,492 keV) = 0,0697 Bq/Kg + 0,3029 Bq/Kg = 0,3726

Bq/kg

Ketidakpastian 60Co (1173,228) + ketidakpastian 60Co (1332,492 keV)

= 0,0143 Bq/kg + 0,0528 Bq/Kg = 0,0671 Bq/kg

Perhitungan MDC 60Co (1173,228 keV) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

є. 𝑝𝛾 . 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √ 2 cps

3600 s

0,00391 % x 99,9 % x 1 x 1 kg

83

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,000555556

0,390580708

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,0236

0,390580708

MDC = 0,2816 Bq/kg

Perhitungan MDC 60Co (1332,492 keV) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

є. 𝑝𝛾 . 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √ 3 cps

3600 s

0,00360 % x 99,9824 % x 1 x 1 kg

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,000833333

0,359552352

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,028867513

0,359552352

MDC = 0,3741 Bq/kg

Jadi, MDC radionuklida 60Co (1173,228) + MDC 60Co (1332,492 keV)

= 0,2816 Bq/kg + 0,3741 Bq/kg = 0,6557 Bq/kg

Misal konsentrasi 131I pada sampel tanah Pulosari (TP 4) energi 364,489 keV

W= 0,862 Kg

Sehingga besarnya konsentrasi 131I energi 364,489 dapat dihitung dengan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

𝐶 =

6 cps3600 s

–5 cps

3600 s 0,006731044 % x 81,2 % x 0,862 kg

x 100

𝐶 =0,000277778

0,471135386 x 100 = 0,0589 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 131I energi 364,489 keV pada sampel tanah Pulosari (TP 4) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan 5 :

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

84

𝜇𝐶 = 0,0589 Bq/kg x √(0,03 % + 0,03%

6 cps − 5 cps)

2

+ ( 0,0006731044 %

0,006731044 %)

2

+ (8,12 %

81,2 %)

2

+ (0,0862 %

0,862 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,0589 Bq/kg x √(0,06)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,0589 Bq/kg x √0,0036 + 0,01 + 0,01 + 0,01

𝜇𝐶 = 0,0589 Bq/kg x √0,0336

𝜇𝐶 = 0,0589 Bq/kg x 0,183303028

𝜇𝐶 = 0,0108 Bq/kg

Perhitungan MDC 131I energi 364,489 keV dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

Ɛ. 𝑝𝛾. 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

5 cps3600 s

0,006731044 % x 81,2 % x 1 x 1 kg

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,001388889

0,546560773

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,0372678

0,546560773

MDC = 0,3177 Bq/kg

85

Perhitungan konsentrasi radionuklida pada sampel dengan sumber standar GM-011 V (Vial)

Perhitungan konsentrasi radionuklida 137Cs menggunakan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

Perhitungan konsentrasi radionuklida 137Cs pada lokasi sampling 1:

Perhitungan konsentrasi 137Cs pada sampel abu beras Carita (abu BC 1) :

Berat sampel (W) pada abu BC 1 = 0,699 Kg

Konsentrasi radionuklida 137Cs :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

𝐶 =

10 cps3600 s –

1 cps3600 s

0,01231 % X 85 % X 0,699 kg x100

𝐶 =0,0025

0,73139865 x 100 = 0,3418 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian pada sampel abu beras Carita (Abu BC 1) menggunakan persamaan 5 :

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎Ɛ

Ɛ)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,3418 Bq/kg x √(0,03 % + 0,07 %

10 cps − 1 cps)

2

+ (0,001231 %

0,01231 % )

2

+ (0,85 %

85 %)

2

+ (0,0699 %

0,699 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,3418 Bq/kg x √(0,1

9)

2

+ (0,0001231

0,001231)

2

+ (0,85 %

85 %)

2

+ (0,0002 %

0,002 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,3418 Bq/kg x √(0,011)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,3418 Bq/kg x √(0,000121) + (0,01) + (0,01) + (0,01)

𝜇𝐶 = 0,3418 Bq/kg x √0,0325

𝜇𝐶 = 0,3418 Bq/kg x 0,173554026

𝜇𝐶 = 0,0593 Bq/kg

Perhitungan MDC 137Cs (661,657 keV) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

є. 𝑝𝛾 . 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √ 1 cps

3600 s

0,01231 % x 85 % x 1 x 0,17186 kg

86

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,000277778

0,179825711

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,016666667

0,17982571

MDC = 0,4319 Bq/kg

Perhitungan radionuklida lain (60Co 1173,228 keV dan 60Co 1332,492 keV):

Misal konsentrasi 60Co pada sampel abu beras Carita (abu BC 1) energi 1173,228 keV

W= 0,699 Kg

Sehingga besarnya konsentrasi 60Co dapat dihitung dengan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

𝐶 =

4 𝑐𝑝𝑠3600 s –

2 cps3600 s

0,006449 % x 99,9 % x 0,699 kg x 100

𝐶 =0,000555556

0,450334315 x 100 = 0,1234 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 60Co energi 1173,228 keV pada sampel abu beras Carita (abu BC 1) dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan 5 :

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,1234 Bq/kg x √(0,07 % + 0,01 %

4 cps − 2 cps)

2

+ (0,0006449 %

0,006449 % )

2

+ (0,0999 %

99,9 %)

2

+ (0,0699 %

0,699 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,1234 Bq/kg x √(0,04)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,1234 Bq/kg x √0,0016 + 0,01 + 0,01 + 0,01

𝜇𝐶 = 0,1234 Bq/kg x √0,0316

𝜇𝐶 = 0,1234 Bq/kg x 0,177763888

𝜇𝐶 = 0,0219 Bq/kg

Misal konsentrasi 60Co pada sampel abu beras Carita abu BC 1 (1332,492 keV)

W= 0,699 Kg

Sehingga besarnya konsentrasi 60Co dapat dihitung dengan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

C =

2 cps3600 s –

1 cps3600 s

0,005601 % x, 99,9824 % x 0,699 kg x 100

87

𝐶 =0,000277778

0,391440994 x 100 = 0,0709 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 60Co energi 1332,492 keV pada sampel abu beras Carita (abu BC 1)

menggunakan persamaan 5:

𝜇𝐶 = 0,0709 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,0709 Bq/kg x√(0,05 % + 0,06 %

2 cps − 1 cps)

2

+ (0,0005601 %

0,005601 %)

2

+ (0,999824 %

99,9824 %)

2

+ (0,0002 %

0,002 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,0709 Bq/kg x √(0,11)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,0709 Bq/kg x √0,0121 + 0,01 + 0,01 + 0,01

𝜇𝐶 = 0,0709 Bq/kg x √0,0421

𝜇𝐶 = 0,0709 Bq/kg x 0,205182845

𝜇𝐶 = 0,0145 Bq/Kg

Konsentrasi 60Co (1173,228 keV) + konsentrasi 60Co (1332,492 keV)

= 0,1234 Bq/Kg + 0,0709 Bq/Kg = 0,1943 Bq/kg

Ketidakpastian 60Co (1173,228 keV) + ketidakpastian 60Co (1332,492 keV)

= 0,0219 Bq/kg + 0,0145 Bq/kg = 0,0364 Bq/kg

Perhitungan MDC 60Co (1173,228 keV) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

Ɛ. 𝑝𝛾. 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

2 cps3600 s

0,006449 % x 99,9 % x 1 x 0,17186 kg

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,000555556

0,110721681

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,0236

0,110721681

MDC = 0,9933 Bq/kg

Perhitungan MDC 60Co (1332,492 keV) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

Ɛ. 𝑝𝛾. 𝐹𝑘 . 𝑊

88

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √ 1 cps

3600 s

0,005601 % x 99,9824 % x 1 x 0,17186 kg

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,000277778

0,096241844

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,016666667

0,096241844

MDC = 0,8069 Bq/kg

Jadi, MDC radionuklida 60Co (1173,228) + MDC 60Co (1332,492 keV)

= 0,9933 Bq/kg + 0,8069 Bq/kg = 1,8002 Bq/kg

Misal konsentrasi 131I pada sampel abu beras Carita (abu BC 1) energi 364,489 keV

W= 0,699 Kg

Sehingga besarnya konsentrasi 131I energi 364,489 keV dapat dihitung dengan persamaan 4 :

𝐶 =

Nsts –

NBGtBg

ℇ. Pγ. W x 100

𝐶 =

5 cps3600 s –

5 cps3600 s

0,015357621 % x 81,2 % x 0,699 kg x 100

𝐶 =0,00000

1,42464588 x 100 = 0,0000 Bq/kg

Perhitungan ketidakpastian 131I energi 364,489 keV pada sampel abu beras Carita (abu BC 1) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan 5 :

𝜇𝐶 = 𝐶 x √(𝜎𝑛𝑠 + σ𝑛𝐵

𝑛𝑠 − 𝑛𝐵)

2

+ (𝜎є

є)

2

+ (𝜎𝑃𝛾

𝑃𝛾)

2

+ (𝜎𝑤

𝑤)

2

𝜇𝐶 = 0,0000 Bq/kg x √(0,03 % + 0,03%

5 cps − 5 cps)

2

+ ( 0,0015357621%

0,015357621%)

2

+ (8,12 %

81,2 %)

2

+ (0,0699 %

0,699 kg)

2

𝜇𝐶 = 0,0000 Bq/kg x √ (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2 + (0,1)2

𝜇𝐶 = 0,0000 Bq/kg x √0,01 + 0,01 + 0,01 + 0,01

𝜇𝐶 = 0,0000 Bq/kg x √0,03

𝜇𝐶 = 0,0000 Bq/kg x 0,173205081

𝜇𝐶 = 0,0000 Bq/Kg

89

Perhitungan MDC 131I energi 364,49 keV dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6:

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √

𝑛𝐵𝑡𝐵

Ɛ. 𝑝𝛾. 𝐹𝑘 . 𝑊

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √ 5 cps

3600 s

0,015357621 % x 81,2 % x 1 x 0,17186 kg

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 √0,001388889

0,214316092

𝑀𝐷𝐶 = 4,66 0,0372678

0,214316092

MDC = 0,8103 Bq/kg

90

Lampiran 5. Titik lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pandeglang

Titik pengambilan sampel 1 di Kecamatan Carita

Titik pengambilan sampel 2 di Kecamatan Jiput

91

Titik pengambilan sampel 3 di Kecamatan Labuan

Titik pengambilan sampel 4 di Kecamatan Pulosari

92

Lampiran 6. Dokumentasi penelitian

Sumber standar vial GM-011 V Sumber standar Marinelli EW-679

Lem untuk seal Alat spektrometer gamma

93

Sampel tanah sebelum dikeringkan

Sampel tanah setelah dikeringkan

Sampel beras setelah di haluskan

94

Sampel tanah setelah dipreparasi Sampel beras setelah dipreparasi

Sampel abu beras setelah dipreparasi

BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Ellen Artilerin Ramadhani Mawangi

Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 03 Januari 1998

NIM : 11160960000002

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat Rumah : Kp. Pamatang RT/RW 01/07 Desa Banjarmasin,

Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang-

Banten, 42269

Telp/HP : 083813958420

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

Taman Kanak-kanak : TK Bahari Lulus Tahun 2004

Sekolah Dasar : SDN Teluk 1 Lulus Tahun 2010

Sekolah Menengah Pertama : SMPN 2 Labuan Lulus Tahun 2013

Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Pandeglang Lulus Tahun 2016

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Masuk

Tahun 2016

PENGALAMAN ORGANISASI

OSIS SMPN 2 Labuan : Jabatan Wakil Ketua

Tahun 2011-2012

Dewan Penggalang (DP) SMPN 2 Labuan : Jabatan Wakil Ketua

Tahun 2011-2012

Rohis SMAN 1 Pandeglang : Jabatan Anggota

Tahun 2013-2014

PENGALAMAN KERJA

1.Praktek Kerja Lapangan : Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri

Kimia (PTSEIK) - Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong /2019

Laboratorium Gedung 225

Judul Penelitian Pengaruh Massa Polyethylen

Glycol (PEG) dan Poly Acrilyc Acid (PAA),

Waktu serta Suhu pada Proses Sray Coating

Terhadap Sifat Fisik Pupuk Control Release

Fertilizer (CRF).