ilmu tanah
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah adalah bagian dari tubuh alam yang diwujudkan dalam bentuk
penampang dari campuran berbagai mineral dan bahan organik yang menyelimuti
bumi sehingga mampu menyediakan udara, air, hara dan tunjangan mekanik bagi
tumbuhan. Tanah merupakan tempat tumbuhan untuk tumbuh yang menunjang
kehidupan manusia dan hewan. Komponen-komponen penyusun tanah yaitu
bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Tanah memiliki sifat-sifat diantarnya
yaitu sifat fisik, sifat biologi dan sifat kimia.
Ilmu tanah terdiri dari dua cabang yaitu edapologi dan pedologi. Edapologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang kesuburan tanah sebagai pendukung
kehidupan, sedangkan pedapologi adalah ilmu yang menelaah tanah semata-mata
sebagai tubuh alamdan kurang memperhatikan aspek kegunaannya.
Praktikum ilmu tanah ini dimulai dari acara yang pertama yaitu profil tanah
yaitu untuk mengamati susunan horizon tanah, setelah mengamati susunan
horizon tanah kemudian mengambil contoh tanah yang terdiri dari tanah biasa dan
tanah agregat untuk mengamati tekstur tanah. Perhitungan kadar air tanah biasa
dan tanah agregat dengan menggunakan rumus kadar air (lengas). Selanjutnya
menentukan kerapatan patikel (BJ) dan kerapatan massa (BV) tanah.penentuan
kemasamam tanah dengan menggunakan indikator universal. Setelah itu
menghitung bahan organik dalam tanah, kadar N (%), kadar fosfor serta kadar C
organik (%). Dilanjutkan acara yang terakhir yaitu pengukuran respirasi
2
mikroorganisme tanah yang digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas
mikroorganisme di dalam tanah.
Tujuan praktikum ilmu tanah adalah untuk mendapatkan contoh tanah yang
baik, mengamati susunan horizon tanah, untuk mengetahui kadar air tanah, untuk
mengetahui dan untuk mengamati secara langsung tekstur tanah di lapangan,
untuk mengetahiu kerapatan pertikel tanah, kerapatan massa tanah, dan porositas
tanah, untuk mengukur kemasaman tanah, untuk mengukur kadar bahan organik
dalam tanah, untuk mengetahui kadar nitrogen tanah, untuk mengetahui kadar
unsur hara fosfor dalam tanah, untuk mengetahui kadar unsur hara kalium dalam
tanah, untuk mengetahui adanya aktivitas mikrobia dalam tanah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profil Tanah
Profil tanah merupakan susunana tanah yang terdiri atas lapisan horison.
Lapisan horison adalah lapisan – lapisan yang berbentuk mendatar dan terdapat
pada tanah apabila dipotong dalam posisi melintang. Bagian profil tanah mulai
dari lapisan A hingga lapisa B disebut Solum, sedangkan bagian profil tanah
mulai lapisan B hingga lapisan C disebut Regolith (Sunarko, 2014). Lapisan atas
profil tanah umumnya cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya
berwarna gelap karena penimbunan bahan organik tersebut (Hanafiah, 2005).
Horison A merupakan lapisan tanah yang berada dibawah rerumputan. Horison A
berukuran tebal dan berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman
tertentu. Horison B merupakan hasil illuviasi. Partikel koloida yang terdapat
didalam Horison B adalah liat, bahan organik, oksida dari besi dan alumunium.
Horison E berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa
dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten. Horison C terdiri dari
sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk
dibawahnya. Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan
mineral. Horison R merupakan lapisan batuan induk yang melapuk atau regolith
(Hardjowigeno, 2003).
4
2.2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan kandungan partikel-partikel tanah
primer berupa fraksi lait, debu dan pasir (Sunarko, 2014). Tekstur tanah data
menggambarkan apakah bahan tanah tersebut kasar atau halus, dengan cara
mengambil sedikit tanah basah diantara jari dan ibu jari. Jika tanah terasa halus
dan licin, berarti tanah tersebut mengandung pasir yang cukup tinggi (Sunarmi et
al., 2006). Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif antara fraksi pasir (diameter
0,20-2,00), debu (0,002-0,20 mm) dan liat (diameter < 2,00). Penklasifikasian
tekstur tanah terdapat system USDA dan system internasional ( Hanafiah, 2007).
2.3. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk
atau perpecahan yang ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam kondisi kering, basah, atau lembab.
Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, sifat, dan jumlah koloid organic
dan anorganik tanah, struktur tanah dan kadar air tanah (Hardjowigeno, 2003).
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir
tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain
(Kartasapoetra, 2002). Konsistensi lembap merupakan tanah yang gembur.
Beberapa macam konsistensi lembap yaitu lepas, sangat gembur, gembur, teguh,
sangat teguh, dan ektrem teguh. Konsistensi kering merupakan tanah yang keras.
5
Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat
keras dan ekstrem keras (Hakim, 2007).
2.4. Kadar Air Tanah
Kadar air biasanya dinyatakan dalam banyaknya air yang hilang bila
massa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC hingga diperoleh berat
kering yang tetap. Jumlah aiar yang ditahan oleh tanah dinyatakan atas dasar berat
atau isi (Pairunan et al., 1997). Faktor-faktor yang mempemgaruhi kadar air yaitu
evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Tanah yang berlempung misalnya
mempunyai kandungan air yang labih banyak dibandingkan tanah berpasir.
Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air disuatu tempat,
gerak kapiler pada tanah basah akan lebih cepat daripada gerakan keatas maupun
kesamping (Mulyani, 1991).
2.5. Kerapatan Partikel (BJ) dan Kerapatan Massa Tanah (BV)
Kerapatan partikel (Bulk Density) merupakan berat partikel persatuan
volume tanah beserta porinya (Hartati, 2001). Kisaran kerapatan tanah bervariasi
tergantung ruang pori dan tekstur tanahnya. Bahan organik mineral juga
mempengaruhi kerapatan limbat. Bahan organik berperan dalam pengembangan
struktur. Semakin tinggi kandungan bahan organiknya semakin berkembang
struktur tanah yang dapat mengakibatkan bongkah semakin kecil. Kerapatan
massa (bobot isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-
ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan
6
tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin besar akan makin berat (Foth,
1994). Kerapatan partikel tanah bergantung pada kandungan bahan organik.
Kerapatan lindak tanah bervariasi bergantung pada kandungan lengas tanah, ruang
pori tanah, dan kerapatan partikel (Sutanto, 2005).
2.6. Kemasaman Tanah
Kemasaman tanh dinyatakan denhan nilai pH. Tanah masam adalah tanah
dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Derajat kemasaman lapisan
atas (0-30 cm) dengan pH kurang dari 4,5 tergolong cocok untuk tanaman
semusim dan tanaman tahunan. Sedangkan pH kurang dari 4,0 cocok untuk
tanamn persawahan (Noor, 2001). Terdapat dua jenis reaksi kemasaman tanah
yaitu kemasaman aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif adalah yang diukur
konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah
potensial banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh komleks
koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hanafiah, 2007).
2.7. Bahan Organik Tanah
Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang
optimum jika komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan
5% bahan organik. Kandungan bahan organik tanah diukur berdasarkan
kandungan C-organik. Atas dasar perbandingan komposisi tanah, kebutuhan tanah
terhadap bahan organik kecil. Bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan
karena bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kasuburan
7
tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008). Bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat didalam tanah. Kandungan bahan organik
dipengaruhi oleh aras akumulasi bahan assli dan aras dekomposisi, serta
humanifikasi yang sangan tergantung kondisi lingkungan seperti vegetasi, iklim,
batuan, dll (Sutanto 2005).
2.8. Kadar Karbon Tanah
Karbon merupakan penyusun bahan organik. Kadar karbon dapat
dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah (Mulyoutami et al., 2010).
Kandungan bahan karbon dalam tanh mencerminkan kandungan bahan organik
dalam tanah yang merupakan tolok ukur terpenting untuk pengolahan tanah (Bot
dan Benites 2005). Unsur karbon di dalam tanah dibagi menjadi 4 wujud, yaitu
wujud mineral karbonat, unsur padat, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan
hewan, serta mikroorganisme yang telah mengalami perubahan, dan wujud yang
terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi
di dalam tanah (Watoni dan Buchari, 2000).
2.9. Kadar Nitrogen Tanah
Nitrogen merupakan unsur hara utama penunjang pertumbuhan vegetatif
tanaman. Dengan adanya nitrogen, daun akan menjalankan fungsinya dengan baik
dalam proses fotosintesis (Budiana, 1987). Kandungan Nitrogen dalam tanah
kurang dari 20% (Pitojo, 2005).
8
2.10. Kadar Unsur Hara Fosfor Sebagai P2O5
Fosfor dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif seperti
pembentukan akar (terutama tanaman muda), pembentukan inti seldan
pembelahan sel, merangsang pembungaan, pembentukan bijiserta memperkuat
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Fosfor sangat berpengaruh dalam
proses pembungaan serta produksi buah dan biji (Budiana, 1987). Kadar optimal
fosfor sebesar 0,3%-0,5% dan kadar kalium sebesar 0,3 % (Rosmarkam dan
Yuwono 2002).
2.11. Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2O
Kalium berperan memperlancar semua proses yang terjadi di dalam
tanaman, kalium akan memperkuat jaringan sehingga daun, bunga, dan buah tidak
mudah rontok disamping itu kalium juga berpengaruh dalam pembentukan protein
dan pembelahan sel (Budiana, 1987). Kadar optimal fosfor sebesar 0,3%-0,5%
dan kadar kalium sebesar 0,3 % (Rosmarkam dan Yuwono 2002).
2.12. Respirasi Mikroba
Sumber mineral yang ada dalam tanah diperoleh dari hasil pemakaran
humus tanah oleh mikroba melalui hasil respirasinya. Tanah yang kaya akan
humus koloidnya tinggi, rekat karena mengandung banyak mikroba yang
memfiksasi N dari atmosfer (Campbell, 2003). Cacing tanah berperan dalam
9
pembentukan biomasa mikroba yang nantinya mikroba tersebut akan berespirasi
dan merombak zat-zat agar bisa diserap oleh tanaman (Arief, 2001).
10
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum ilmu tanah telah dilaksanakan dilaksan pada hari Rabu 22
April, Kamis 23 April dan Selasa 5 Mei di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan
Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universirtas Diponegoro,
Semarang.
3.1. Materi
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah meliputi tanah biasa
dan agregat, aquades, lilin padat, kertas lakmus, kalium dikromat, asam sulfat
pekat, asam borat, NaOH, H2SO4 dan (HNO3), asam askorbat, HCl 1 N, PP,
selenium, pewarna Phospate. Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum Ilmu
Tanah adalah oven, cawan plastik, gelas firn, erlenmayer, thermometer,
penampan, corong, tabung reaksi, kantong plastik, cawan pemanas lilin, gelas
ukur, PH universal, neraca analitik, spektrofotometer, labu ukur, benang, flam
fotometer, kjaldhal, shaker, biuret digital, destilator, saringan, kertas saring,
mortar, timbangan ohause, camera, pipa paralon, tabung hitam kecil, pipet tetes.
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah kamera yang digunakan untuk
mengambil gambar horison tanah secara vertikal,cangkul atau sekop untuk
mengambil tanah dari lahan, tiga buah botol timbang untuk menampung tanah,
timbangan analitik untuk menimbang berat tanah, oven digunakan untuk
mengeringkan tanah dan, tabung reaksi yang digunakan untuk wadah campuran
11
tanah dan aquades, cawan pemanas yang digunakan untuk memanaskan lilin,
gelas ukur yang digunakan untuk menentukan volume bongkahan dalam air,
benang dan lilin yang digunkaan untuk mengikat dan menjaga bongkahan tanah
agar tetap berbentuk bongkahan, labu erlenmeyer untuk menampung sampel tanah
yang akan dititrasi, spektrofotometer untuk mengukur absorbansi tanah. Tabung
digestion untuk media pencampuran tanah dan selenium, gelas ukur yang
digunakan untuk mengukur volume H2SO4. Mortar digunakan untuk
menghaluskan sampel tanah, lemari asam untuk meletakkan sampel tanah +
H2SO4 pada saat proses destruksi, kompor listrik untuk memanaskan sampel tanah
+ NaOH, buret yang digunakan untuk mentitrasi sampel yang telah dicampur
dengan larutan penophtalein, corong untuk membantu proses penyaringan,
spektrofotometer untukmengetahui konsentrasi fosfor, flame fotometer yang
digunakan untuk mengukur konsentrasi kalium, kertas saring untuk menyaring
tanah, labu ukur untuk menampung sampel tanah, tabung pralon besar yang
digunakanuntuk melindungi tabung kecil berisi NaOH, tabung kecil yang
digunakan untuk media NaOH dan cangkul yang digunakan untuk mencangkul
tanah.
12
3.2. Metode
3.2.1. Profil tanah
Pada Praktikum profil tanah melakukan dengan mengambil gambar
horison tanah dari sampel tanah secara vertikal lalu mekelompokkan menjadi
bagian-bagian horison
3.2.2. Tekstur tanah
Metode yang dilakukan pada praktikum ilmu tanah yaitu dengan
mengambil sampel tanah dari lahan lalu membasahinya dengan air. Setelah itu,
megosokkan pada ibu jari dan menentukan tekstur tanah berdasarkan pengamatan
yang dilakukan dan membandingkan dengan tabel.
3.2.3. Konsistensi Tanah
Metode praktikum yaitu dengan membasahi tanah dengan sedikit air lalu
membuat gumpalan dan diremas-remas. Apabila gumpalan tanah mudah hancur,
maka tanah menyatakan berkonsistensi gembur. Apabila gumpalan tanah sukar
hancur maka tanah mennyatakan dalam konsistensi teguh.
3.2.4. Kadar Air Tanah
Metode praktikum pengujian kadar air tanah yaitu dengan menimbang
cawan porselin (a), mengisi cawan dengan 5 gram sampel tanah agregat dan biasa
(b), kemudian memasukkan cawan yang berisi tanah ke dalam oven dalam
keadaan terbuka, kemudian memanaskannya pada suhu 1050C selama 24 jam,
13
setelah 24 jam mengambil cawan lalu mendiamkannya sampai dingin, setelah
dingin menimbang menggunakan timbangan analitik (c). Terakhir, menghitung
kadar air sampel tanah menggunakan rumus :
KA = x 100%
3.2.5. Kerapatan Patikel Tanah dan Kerapatan Massa
Metode yang dilakukan dalam praktikum Kerapatan Partikel yaitu
menimbang tabung reaksi (a) lalu mengisi dengan air sampai pada batas tabung,
lalu menimbangnya (b). Setelah itu mengukur suhunya. Membuang air yang ada
tabung reaksi dan mengisi dengan 2 gram tanah agregat yang telah halus dan
mengkocoknya (c). Lalu mendiamkan semalam. Setela semalam, mengocok
sampel tanah dan mengisi air sampai batas merah pada tabung kemudian
menimbangnya (d). Setelah itu, menghitung kerapatan butir tanah dengan rumus
sebagai berikut :
BJ =
Berat mutlak tanah = .
volume butir tanah =
Metode Praktikum Kerapatan Massa dilakukan dengan menimbang sampel
tanah (a). Lalu, melapisi sampel tanah dengan lilin dengan cara mengikatkan
benang pada bongkahan tanah, lalu mencelupkan pada lilin cair,
mendinginkannya lalu menimbangnya (b). Mengisi gelas ukur dengan volume
yang telah ditentukan. Setelah itu, memasukan bongkahan tanah yang dilapisi lilin
14
ke dalam gelas ukur volume awal 50 ml dan mencatat volume pertambahannya.
Kemudian menghitung BV tanah menggunakan rumus :
BV =
Berat bongkah tanah kering = h
Volume bongkah tanah = (p - q) – ml
Porositas = 1 -
3.2.6. Kemasaman Tanah
Metode yang dilakukan yaitu dengan menimbang dua sampel tanah yang
sudah dihaluskan masing-masing seberat 5 gram dan memasukkan ke dalam
erlenmeyer, Menambahkan 25 ml KCl ke dalam erlenmeyer A dan 25 ml aquades
pada erlenmeyer B. Menggojok larutan menggunakan shaker selama 15 menit.
Setelah itu, memasukkan indikator universal kedalam larutan lalu
membandingkan perubahan pada indikator universal. Mencatat hasil pengukuran
pH kedalam tabel.
3.2.7. Bahan Organik Tanah
Metode yang dilakukan pada Praktikum Bahan Organik yaitu dengan
menghaluskan sampel tanah menggunakan mortar, dengan menyaring tanah
tersebut, lalu menimbang sampel tanah sebanyak 5 gram menggunakan
timbangan analitik, memasukan tanah kecawan porselin. Memasukan ke dalam
tanur dengan suhu 600 0C. Membiarkan tanah selama 4 jam dalam alat penanur.
15
Setelah itu, mengeluarkan tanah dari alat penanur kemudian menimbang. Lalu
menghitung kadar BO menggunakan rumus :
BO =
3.2.8. Kadar Karbon Tanah
Metode yang dilakukan yaitu dengan menimbang sampel tanah biasa
seberat 0,5 gram, kemudian memasukkan sampel tanah ke dalam erlenmeyer lalu
menambahkan 2,5 ml larutan kalium dikromat dan asam sulfat 7,5 ml. Menutup
mulut erlenmeyer dan mendiamkan selama semalam. Setelah semalam
mengencerkan sampel larutan pada tabung kjaldhal sampai 100 ml. Setelah itu,
menambahkan 30 ml aquades, mengkocok dan menyaring larutan tersebut.
Terakhir, mengukur di spektrofotometer dengan panjang gelombang 561 nm.
Lalu, menghitung kadar karbon tanah menggunakan rumus :
% C =
3.2.9. Nitrogen Total
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan melakukan
tahap destruksi, destilasi dan titrasi. Pada tahap destruksi, hal yang dilakukan
adalah dengan menimbang tanah seberat 1 gram dan memasukkan dalam
Kjaldhal. Memasukkan satu sendok larutan selenium, menambahkan 10 ml
larutan H2SO4 lalu mendestruksi dalam lemari asam selama 45 menit sampai
berwarna putih keruh. Pada tahap destruksi melakukannya dengan mendinginkan
16
tanah yang telah dipanaskan di lemari asam. Memasukkan tanah yang sudah
dingin ke dalam erlenmeyer berukuran besar. Lalu menambahkan 90 ml aquades
dan 20 ml NaOH dan mengkocoknya. Setelah itu menyiapkan erlenmeyer kecil
dan mengisi dengan 20 ml asam borat lalu menambahkan dua tetes metil red metil
blue. Terakhir mendestilasi sampai mencepai volume 50 ml. Pada tahap titrasi,
mentitrasi tanah menggunakan KCl sampai larutan berwarna biru keunguan. Lalu,
menghitung kadar nitrogen tanah menggunakan rumus :
N = (volume titran – volume blanko)
kadar N = x N
3.1.10. Kadar Unsur Hara Fosfor sebagai P2O5
Metode yang dilakukan yaitu dengan menimbang 1 gram sampel tanah
yang sudah ditanur dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.Menambahkan 10 ml
aquades dan 10 ml HCl lalu mendestruksi ke dalam lemari asam selama 5 menit.
Lalu menambahkan 50 ml akuades untuk pengenceran dan menyaringnya. Lalu,
mengambil sampel sebanyak 0,5 ml menggunakan micro pipet dan menambahkan
1 ml pewarna fosfor dan melakukan pengenceran dengan aquades sampai
mencapai 10 ml. Setelah itu mengukur menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 693 nm. Lalu menghitung denganmenggunakan rumus :
% P2O5 =
% P kering = %P2O5
17
3.2.11. Kadar Unsur Kalium Sebagai K2O
Metode yang dilakukan yaitu dengan menggunakan hasail pengencerann
pada praktikum kadar unsur hara fosfor sebagai P2O5 kemudian mengukur adar
unsur hara kalium menggunakan flame fotometer lalu menghitung menggunakan
rumus :
Kadar K2O =
=
3.2.12. Respirasi Mikroba
Metode yang dilakukan yaitu dengan menyiapkan dua paralon dan dua
tabung film, lalu memasukkan larutan NaOH 20 ml kedalam tabung film.
Selanjutnya mencari tanah yang subur dan tidak subur dengan melihat warnanya
apabila tanah berwaarna gelap menandakan tanah tersebut subur dan sebaliknya.
Menanam paralon pada tanah subur dan kurang subur. Memasukkan tabung film
ke dalam paralon. Membuka tutup tabung dan menutup dengan tutup paralon.
Lalu mendiamkan selama semalam. Setelah semalam, memindahkan larutan
NaOH ke dalam erlenmeyer sebanyak 5 ml dan menambahkan 2,5 ml BaCl2, dua
tetes larutan fenoftalein (PP) sampai berwarna merah muda lalu menitrasi sampai
berwarna putih keruh. Setelah itu menghitung menggunakan rumus :
NaOH bereaksi dengan CO2 = c – b = d
CO2 terikat NaOH = d 44 mgrek
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Tanah
Keterangan:
A = Horison yang mengandung bahan organik.
B = Horison mineral berwara gelap, mengandung banyak bahan organik
yang dihumifikasi tercampur dengan bagian anorganik.
C = Horison mineral berwarna terang, karena pencucian dal bleaching.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa profil tanah adalah lapisan
tanah yang tersusun atas lapisan horizon tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sunarko (2014) yang menyatakan bahwa profil tanah adalah susunan tanah yang
terdiri atas lapisan genetil (horizon) secara kolektif. Bagian profil tanah mulai
lapisan A hingga lapisan B disebut solum. Sementara bagian profil tanah mulai
A
B
C
19
lapisan B hingga lapisan C disebut Regolith. Hotizon A merupakan zona dimana
terjadi pencucian maksimum, horizon ini berada di permukaan, horizon B atau
juga disebut sebagai iluvial merupakan lapisan di mana terjadi penimbunan,
horizon C atau batuan induk merupakan bahan pembentuk horizon A dan B
horizon ini kurang mengalami hancuran. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Kuswandi,1993) yang menyatakan bahwa Secara umum horizon tanah dibagi
menjadi 4 yaitu horizon O yang kaya akan bahan organik dengan warna yang
gelap dan ditumbuhi oleh tanaman, horizon A yaitu lapisan partikel tanah yang
dinamakan zona eluviasi (zona pencucian) karena terdapat pencucian partikel
tanah oleh air, udara, mikroba dan lain-lain, horizon B sering disebut zona iluvial
karena terjadi pengendapan hasil pencucian dari horizon A dan lapisan ini tingkat
kesuburannya rendah, horizon B biasa disebut lapisan batuan regolith yang mulai
mengalami kehancuran dan horizon D yang merupakan batuan induk.
4.2. Tekstur Tanah
Tabel 1. Hasil Tekstur Tanah
Sampel tanah Tekstur
Tanah biasa Pasir berlempung
Tanah agregat Lempung liat berpasir
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2015.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa tekstur tanah merupakan
proporsi pasir, liat, sebu suatu tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarko
(2014) yang menyatakan bahwa tekstur tanah merupakan perbandingan partikel-
20
partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir. Tanah biasa memiliki
tekstur Pasir berlemounng sedangkan tanah agregat memiliki tekstur lempung liat
berpasir. Tekstur tanah pasir berlempung adalah kasar dengan memiliki sifat
mudah hancur dan sedikit melekat. Sedangkan tekstur tanah lempung liat berpasir
adalah agak kasar, dengan sifat kering. Tanah kelas ini akan membentuk gulungan
jika dipijit, tetapi gulungan tersebut mudah hancur serta melekat. Penentuan
tekstur tanah dilakukan dengan perabaan memakai tangan merasakan sifat tanah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purwowidodo (2006) yang menyatakan bahwa
penentuan tekstur tanah yaitu dengan menguji suatu media utuh tanah di antara
muka ibu jari dan telunjuk serta memperhatikan rasa tanah dan sifat yang murni.
4.3. Konsistensi Tanah
Tabel 2. Hasil Konsistensi Tanah
Kondisi Jenis tanah Keterangan
Konsistensi kering Tanah biasa Keras
Tanah agregat Sangat keras
Konsistensi lembab Tanah biasa Kokoh
Tanah agregat Gembur
Konsistensi basah Tanah biasa Agak lekat
Tanah agregat Lekat
Tingkat plastisitas Tanah biasa Tidak plastis
Tanah agregat Tidak plastis
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2015.
21
Berdasarkan sampel tanah yang diambil, Ciri tanah biasa pada konsistensi
kering yaitu gumpalan tanah baru akan hancur bila diberi tekanan. Sedangkan
pada tanah agregat memiliki ciri yaitu dibutuhkan tekanan yang lebih kuat untuk
dapat mengahancurkan gumpalan tanah. Tanah biasa pada konsistensi lembab
memiliki ciri yaitu hanya membutuhkan sedikit tekanan untuk dapat
menghancurkan gumpalan tanah, sedangkan pada tanah agregat, gumpalan tanah
mudah untuk hancur jika diremas. Pada konsistensi basah, tanah biasa memiliki
sifat sedikit melekat paad jari tangan atau benda lain, sedngkan tanah agregat
memilki sifat melekat pada jari tangan atau benda lain. Tingkat plastisitas tanah
pada tanah biasa dan tanah agregat memiliki ciri-ciri yaitu tanah tidak dapat
membentuk gulungan tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan
tiga kondisi yaitu konsistensi kering, lembab dan basah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sutanto (2005) yang menyatakan bahwa penentuan konsistensi tanah di
lapangan harus disesuaikan dengan kondisi kelengasan tanah pada saat diamati,
konsistensi basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah adalah sifat tanah yang
tergantung pada daya tarik dalam berbagai kelengasan (kohesi dan adhesi). Hal ini
sesuai dengan pendapat Kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa konsistensi
tanah merupakan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan
daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
4.4. Kadar Air Tanah
Berdasarkan praktikum kadar air tanah didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Kadar Air Tanah
22
Sampel tanah Kadar Air (%)
Tanah biasa 22,9
Tanah agregat 22,1
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2015.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada sampel tanah
biasa memiliki berat cawan 19,837 gr, berat cawan + tanah 24,867 gr, berat tanah
setelah di oven sebesar 23,715 gr, kadar air tanah biasa sebesar 22,9%. Sedangkan
pada tanah agregat memilki berat cawan 18,871 gr, berat cawan + tanah 23,907
gr, berat tanah setelah dioven 22,793 gr dan memiliki kadar air sebesar 22,1%.
Kadar air tanah biasa lebih besar daripada kadar air agregat, karena pada tanah
agregat memiliki tekstur tanah berpasir sehingga dapat mengikat air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Novizan (2002) yang menyatakan bahwa penambahan
bahan organik pada tanah berpasir berfungsi sebagai perekat dan dapat mengikat
air serta unsur hara. Berdasarkan gaya yang bekerja pada air, air dibedakan
menjadi tiga yaitu, air gravitasi (air bebas), air kapiler dan air higroskopis. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wirjdodiharjo (1953) yang menyatakan bahwa lengas
dibedakan menjadi lengas air bebas yakni lengas yang dipengaruhi oleh gravitasi,
lengas higroskopis yaitu lengas yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan
lengas kapiler yakni lengas yang tersangkut dipartikel tanah.
4.5. Kerapatan Partikel (BJ) dan Kerapatan Massa Tanah (BV)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada hasil perhitungan
kerapatan partikel tanah sebesar 9,02 g.cm3 sedangkan untuk perhitungan
23
kerapatan massa tanah sebesar 1,05 g.cm3. Kerapatan partikel pada tanah ini
tergolong tinggi karena kerapatan partikel berkisar antara 2,60-2,75 g.cm3. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) yang menyatakan bahwa kerapatan
partikel tanah mineral berkisar 2,60-2,75 g.cm3. Sedangkan kerapatan massa
tanah ini tergolong rendah karena kerapatan massa tanah berkisar antara 1,1%-
1,8%. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2001) yang menyatakan bahwa
kerapatan lindah tanah berkisar antara 1,1%-1,8%.
4.6. Kemasaman Tanah
Berdasarkan kemasaman tanah tanah didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Kemasaman (pH) Tanah
Perlakuan Warna larutan +
indikator pH tanah
pH H2O Cokelat 6
pH KCl Cokelat 5
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2015
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh hasil bahwa pada perlakuan pH
H2O memiliki warna coklat dengan pH sebesar 6, sedangkan pada tanah yang
mendapat perlakuan pH KCl menunjukkan warna coklat dengan pH sebesar 5. Hal
tersebut dikarenakan pH tanah normal pada umumnya adalah 6 sampai dengan 7.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Foth (1988) yang menyatakan bahwa pH
tanah netral yaitu 6,5-7,5. Nilai ph tanah yang mendapatkan perlakuan H2O lebih
besar daripada ph tanah yang mendapat perlakuan KCL, hal itu dikarenakan H2O
24
bersifat netral sedangkan KCL bersifat asam. Nilai ph suatu tanah dapat dinaikan
dengan beberapa cara salah satunya yaitu dengan cara pengapuran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Radjagukguk (1982) yang menyatakan bahwa beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur dan pupuk dapat meningkatkan
ph tanah.
4.7. Bahan Organik Tanah
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa kadar bahan organik
tanah sebesar 5,11 %. Adar ersebut terholong rendah, karena kandungan bahan
organic tanah minimal adalah 20%. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto
(2002) yang menyatakan bahwa kandungan bahan organik paling tidak 20 %.
Bahan organik berfungsi sebagai sumber unsur hara bagi tanaman serta dapat
memperbaiki srtuktur tanah permukaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto
(1994) yang menyatakan bahwa bahan organik berfungsi untuk mempertahankan
kelembaban tanah, persediaan atau sumber unsur hara tanaman dan untuk
memperbaiki struktur tanah permukaan.
4.8. Kadar Karbon Tanah
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa kadar karbon dalam
tanah sebesar 0,35%. Kadar karbon dalam tanah dapat dijadikan sebagai tolok
ukur keseburan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyoutami (2010) yang
menyatakan bahwa kandungan karbon dalam tanah dapat dijadikan sebagai
indikator kesuburan tanah. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Bot dan
25
Benites (2005) yang menyatakan bahwa kandungan karbon dalam tanah
mencerminkan kandungan bahan organik dalam tanah yang merupakan tolok ukur
yang penting untuk pengolahan tanah.
4.9. Kadar Nitrogen Tanah
Berdasarkan hasil praktikum diporoleh hasil bahwa kadar nitrogen dalam
tanah sebesar 0,067%, kadar nitrogen ini sanagat rendah karena kandungan
nitrogen dalam tanah kurang lebih sekitar 20%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pitojo (2005) yang menyatakan bahwa kandungan nitrogen tanah kurang lebih
20%. Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat berperan dalam pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiana (1987) yang menyatakan bahwa
nitrogen merupakan unsur hara utama penunjang pertumbuhan vegetatif tanaman,
dengan adayan nitrogen daun akan menjalankan fungsinya dengan baik dalam
fotosistesis.
4.10. Kadar Unsur Hara Fosfor Sebagai P2O5
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa kadar fosfor dalam
tanah sebesar 0,352%. Dalam tanah ini berarti memiliki kandngan fosfor yang
optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang
menyatakan bahwa kadar optimal fosfor sebesar 0,3%-0,5% dan kadar kalium
sebesar 0,3 % (secara umum). Fosfor sangat berpengaruh dalam proses
pembungaan serta produksi buah dan biji. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiana
(1987) yang menyatakan bahwa fosfor dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan
26
vegetatif seperti pembentukan akar (terutama tanaman muda), pembentukan inti
sel dan pembelahan sel, merangsang pembungaan, pembentukan biji serta
memperkuat daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Fosfor sangat
berpengaruh dalam proses pembungaan serta produksi buah dan biji.
4.11. Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2O
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa kadar kalium dalam
tanah sebesar 0,0971%, ini menunjukkan bahwa dalam tanah tersebut memilki
kadar kalium yang kurang karena kadar optimal kalium dalam tanah sebesar
0,3%. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) kadar
kalium sebesar 0,3 % (secara umum). Kalium sangat berperan besar dalam
tanaman karena memperlancar semua proses yang terjadi di dalam tanaman. Hal
ini sesuai dengan pendapat Budiana (1987) yang menyatakan bahwa kalium
berperan memperlancar semua proses yang terjadi di dalam tanaman, kalium akan
memperkuat jaringan sehingga daun, bunga, dan buah tidak mudah rontok
disamping itu kalium juga berpengaruh dalam pembentukan protein dan
pembelahan sel.
27
4.12. Respirasi Mikrobia
Tabel 6. Hasil Respirasi Mikroba
Sampel Tanah Hasil (mgrek)
Tanah subur 112,904
Tanah tidak subur 100,584
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2015.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada perhitungan
respirasi tanah yang kurang subur diperoleh hasil sebesar 112,904 mgrek.
Sedangkan pada tanah yang subur diperoleh hasil sebesar 100,584 mgrek. Tanah
yang subur memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingan dengan tanah yang
kurang subur, ini dikarenakan tanah yang subur memiliki humus yang lebih
banyak sehingga mengandung banyak mikroba. Hai ini sesuai dengan pendapat
Campbell (2003) yang menyatakan bahwa tanah yang kaya akan humus koloidnya
tinggi, rekat karena mengandung banyak mikroba yang memfiksasi N dari
atmosfer. Sedangkan pada tanah yang kurang subur mengandung jumlah mikroba
yang sedikit sehingga hasil respirasinya pun sedikit. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suryati (2014) yang menyatakan bahwa CO2 yang terkandung dalam
tanah tidak subur hanya sedikit karena tanah tidak subur mengandung sedikit
mikroba sehingga hasil respirasinya pun sedikit.
28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Dari seluruh kegiatan praktikum dapat disimpulkan secara keseluruhan
tanahnya subur. Tanah yang diteliti memiliki profil tanah yang lengkap, kadar air
pada kedua jenis tanah biasa dan agregat tinggi yakni, konsistensi tanahnya
sesuai, kemasaman pH netral, bahan organik tanahnya rendah, kadar nitrogennya
rendah, kadar fosfornya tinggi, kadar kaliumnya normal, kadar CO2 sebagai hasil
respirasi mikroba pada tanah subur tergolong tinggi dan pada tanah tidak subur
tergolong rendah, serta kadar karbon tanah tergolong sedang.
5.2. SARAN
Saran untuk hasil Praktikum Ilmu Tanah sebaiknya pada tanah dilakukan
pemberian pupuk organik untuk meningkatkan bahan organik yang terdapat pada
tanah dan NPK untuk meningkatkan unsur hara makro tanah.
29
DAFTAR PUSTAKA
Budiana, N. S. 1987. Memupuk Tanaman Hias. Niaga Swadaya, Jakarta.
Campbell, N. A. dan Jane, B. R. 2003. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Foth, Henry. D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. Gelora Aksara
Pratama, Jakarta.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hardjowigeno, H. 2003. Ilmu tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hartati, T. T. 2001. Perbaikan Sifat Psament Melalui Pemberian Bahan Andisol
dan Limbah Olah Sagu. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hikmatulloh. 2009. Karakteristik Tanah-tanah Volkan Muda dan Kesesuaian
Lahanya untuk Pertanian di Halmahera Barat. Jurnal Pertanian : 9 (1) : 20-
29.
Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Kuswandi.1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.
Mulyoutami, E., M.V. Noordwijk, N. Sakuntaladewi dan A. Fahmuddin. 2010.
Perubahan Pola Perladangan. ICRAF, Bogor.
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Kanisius, Yogyakarta.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Purwowidodo. 2006. Ganesa Tanah. Institute Petanian Bogor Press, Bogor.
Rosmarkam, A. Nasih, W. Dan Yuwono. 2002. Ilmu Tubuh Tanah. Kanisius,
Yogyakarta.
Shamsudin, B. 2005. Kamus Sains Bergambar. Grasindo, Jakarta.
Sunarko. 2014. Budi Daya Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka, Jakarta.
30
Sunarmi dan Prapti. 2006. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Perikanan Jurusan
Budidaya Universitas Brawijaya, Malang.
Suryati dan Teti. 2014. Cara Bijak Mengolah Sampah Menjadi Kompos dan
Pupuk Cair. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Susanto. 1994. Tanaman Kakao. Kanisius, Yogyakarta.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Utoyo dan Bambang, 2007. Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Setia Purna,
Jakarta.
Wirjodiharjo, M. Wicaksono. 1953. Ilmu Tubuh Tanah. Noordhoff Kolff, Jakarta.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Tanah
Rumus :
Kadar Air =
a = berat cawan
b = berat cawan + tanah ( sebelum di oven )
c = berat cawan + tanah ( setelah di oven )
Perhitungan :
Kadar air tanah biasa = 100%
= 100%
= 22,9%
Kadar air tanah agregat = 100%
= 100%
= 22,1%
32
Lampiran 2. Perhitungan Kerapatan Partikel (BJ) dan Kerapatan Massa
(BV)
Kerapatan partikel (BJ) tanah :
Pengamatan Hasil
1. Berat piknometer + tutup
2. Berat piknometer + air
3. Suhu air dalam piknometer
4. Berat jenis air
5. Berat piknometer + tanah
6. Berat piknometer + tanah + air
7. Suhu air dalam piknometer (2)
8. Berat jenis air (2)
18,68
29,682
29oC
1
20,687
35,471
29oC
1
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2015.
Kerapatan massa (BV) tanah :
Pengamatan Hasil
1. Berat bongkah tanah
2. Berat bongkah tanah + lilin
3. Volume air gelas ukur
4. Volume air + bongkah tanah
5. Berat jenis lilin
3,67 gr
3,80 gr
50 ml
53 ml
0,87
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2015.
Rumus :
34
Lampiran 2. (lanjutan)
- BV =
- BJ = ( c – a ) x gram
Perhitungan :
- Berat tanah kering mutlak
= 3 gram
- Volume total butir – butir tanah = (53-50) -
= 3 – 0,15
= 2,85 ml
- Berat Volume
g/cm3
- Berat Jenis = ( 29,682 – 18,68) x
= 9,02 gram
35
Lampiran 3. Perhitungan Bahan Organik Tanah
Bahan Organik Tanah
Rumus :
BO = (cawan + tanah sebelum tanur ) – (cawan + tanah setelah ditanur) × 100%
cawan + tanah sebelum ditanur
Perhitungan :
36
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Karbon Tanah
Kadar C Organik Tanah :
Rumus :
f[x] = 643,996 [x] – 1,715
% C =
Perhitungan :
f[x] = 643,996 x 0,03 – 1,715
= 17,6048
% C =
= 0,35 %
40
Lampiran 8. Perhitungan Respirasi Mikroba
Perhitungan :
Respirasi Tanah Gersang :
- HCl titrasi = 8,57 ml
- 0,1 HCl = 0,1 x 8,57 ml
= 0,857 ml (b)
- NaOH awal = 0,4 x 5ml
= 2 ml (c)
- NaOH bereaksi dengan CO2 = (c) – (b)
= 2 – 0,857
= 1,143 (d)
- CO2 yang terikat NaOH = ½ x (d) x 44 mgrek
= ½ x 1,143 x 44 mgrek
5ml = 25,146 mgrek
20ml = 4 x 25,146 mgrek
= 100,584 mgrek
Respirasi Tanah Subur :
- HCl titrasi = 7,17 ml
- 0,1 HCl = 0,1 x 7,17 ml
= 0,717 ml (b)
- NaOH awal = 0,4 x 5 ml
= 2 ml (c)
- NaOH bereaksi dengan CO2 = (c) – (b)
= 2 – 0,717
= 1,283 (d)
- CO2 yang terikat NaOH = ½ x (d) x 44 mgrek
= ½ x 1,283 x 44 mgrek
5ml = 28,226 mgrek
20ml = 4 x 28,226 mgrek
= 112,904 mgrek
41
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAH
Disusun oleh :
Kelompok IIIA
Rizki Amalia 23030114120031
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEROGO
SEMARANG
2015
42
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH
Kelompok : IIIA (TIGA)
A
Program Studi : S1-AGROEKOTEKNOLOGI
Tanggal Pengesahan : JUNI 2015
Menyetujui,
Asisten Pembimbing Praktikum
Ilmu Tanah
Imam Pranata
NIM. 23030113130044
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
Ilmu Tanah
Dr. Ir. Endang Dwi Purbajayanti, M.S.
NIP. 19690408 199303 2 002
43
RINGKASAN
Rizki Amalia. 23030114120031. 2015. Laporan Praktikum Ilmu Tanah.
(Asisten :Imam Pranata).
Praktikum Ilmu Tanah telah dilaksanakan pada tanggal 23 April – 5 mei
2015 di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah meliputi tanah biasa
dan agregat, aquades, lilin padat, kertas lakmus, kalium dikromat, asam sulfat
pekat, asam borat, NaOH, H2SO4 dan (HNO3), asam askorbat, HCl 1 N, PP,
selenium, pewarna Phospate. Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum Ilmu
Tanah adalah oven, cawan plastik, gelas firn, erlenmayer, thermometer,
penampan, corong, tabung reaksi, kantong plastik, cawan pemanas lilin, gelas
ukur, PH universal, neraca analitik, spektrofotometer, labu ukur, benang, flam
fotometer, kjaldhal, shaker, biuret digital, destilator, saringan, kertas saring,
mortar, timbangan ohause, camera, pipa paralon, tabung hitam kecil, pipet tetes.
Metode yang digunakan pada praktikum profil tanah yaitu dengan
mengamati lapisan horizon tanah, tekstur tanah diamati dengan merasakan tekstur
dari sampel tanah, konsistensi dilakukan dengan mengamati tanah dalam kondisi
kering, lembab, basah dan tingkat plastisitasnya. Kadar air dilakukan dengan
mengoven sampel tanah, kerapatan massa dan kerapatan partikel tanah dilakukan
dengan cara menghitung volume bongkah tanah, kemasaman tanah diuji dengan
menggunakan HCl dan KCl. Bahan organik tanah dilakukan dengan cara
mentanur sampel tanah, kadar karbon dihitung dengan menentukan besar
absorbansi larutan jenuh menggunakan spektrofotometer. Nitrogen total
ditentukan dengan cara destruksi dan destilasi, kadar P2O5 diamati dengan cara
mentanur sampel tanah, konsentasi kalium diamati dengan menggunakan flame
photometer, dan respirasi mikroba dilakukan dengan cara menghitung CO2 yang
tertangkap NaOH.
Hasil dari praktikum profil tanah yaitu terdapat beberapa lapisan horizon tanah,
yaitu lapisan permukaan horizon A, B, dan C. Tekstur tanah biasa pasir
berlempung dan agregat lempung liat berpasir. Konsistensi tanah biasa kering
agak keras, konsistensi lembab gembur, konsistensi basah agak lekat, dan tidak
plastis. Tanah agregat konsistensi kering keras, konsistensi lemab sanagat
gembur, konsistensi basah lekat dan tidak plastis.. Kadar air tanah biasa 22,9%
dan tanah agregat 22,1%. BJ 2,38 g/cm3 dan BV 1,05 g/cm
3. pH H2O 6, pH KCl
5. Bahan organik 5,11%, karbon 0,35% Nitrogen totalnya 0,067%, Fosfor
1,154%, dan Kalium 0,071%. Respirasi mikroba tanah kurang subur diperoleh
hasil sebesar 25,146 mgrek, tanah subur 31,543 mgrek.
Kata Kunci : Horizon tanah, sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi, nitrogen total.
44
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan Praktikum Ilmu Tanah.
Adapun isi dari laporan ini yaitu hasil dari praktikum ilmu tanah yang telah
dilaksanakan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Endang Dwi Purbajayanti,
M.S selaku Koordinator praktikum Ilmu Tanah dan Imam Pranata selaku asisten
pembimbing yang telah membimbing dan membantu selama praktikum
berlangsung sampai penyusunan laporan Ilmu Tanah ini selesai. Besar harapan
penulis kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun, guna memperbaiki penulisa laporan selanjutnya.
` Atas perhatian dari semua pihak yang membantu saya mengucapkan terima
kasih.
Semarang, Mei 2015
Penyusun
45
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... i
RINGKASAN........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ viii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3
2.1. Profil Tanah....................................................................... 3
2.2. Tekstur Tanah.................................................................... 4
2.3. Konsistensi Tanah............................................................. 4
2.4. Kadar Air ......................................................................... 5
2.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah............... 5
2.6. Kemasaman Tanah............................................................ 6
2.7. Kandungan C dalam Tanah............................................... 6
2.8. Bahan Organik Tanah ...................................................... 7
2.9. Kadar Nitrogen Tanah...................................................... 7
2.10. Kadar Fosfor sebagai P2O5.............................................. 8
2.11. Kadar Kalium Sebagai K2O............................................. 8
2.12. Respirasi Mikroba............................................................. 8
BAB III. MATERI DAN METODE........................................................ 9
3.1. Materi.............................................................................. 9
3.2. Metode............................................................................ 12
3.2.1. Profil Tanah..................................................................... 12
3.2.2 Tekstur Tanah.................................................................. 13
3.2.3 Konsistensi Tanah............................................................. 13
3.2.4 Kadar Air ......................................................................... 14
3.2.5 Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah............. 14
3.2.6 Kemasaman Tanah.......................................................... 15
3.2.7 Kandungan C dalam Tanah............................................. 15
3.2.8 Bahan Organik Tanah .................................................... 16
3.2.9 Kadar Nitrogen Tanah.................................................... 16
3.2.10 Kadar Fosfor sebagai P2O5............................................ 17
3.2.11 Kadar Kalium Sebagai K2O........................................... 18
46
3.2.12 Respirasi Mikroba............................................................ 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 19
4.1. Profil Tanah....................................................................... 19
4.2. Tekstur Tanah.................................................................... 20
4.3. Konsistensi Tanah............................................................. 21
4.4. Kadar Air ......................................................................... 23
4.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah............... 24
4.6. Kemasaman Tanah............................................................ 25
4.7. Kandungan C dalam Tanah............................................... 25
4.8. Bahan Organik Tanah ...................................................... 26
4.9. Kadar Nitrogen Tanah...................................................... 27
4.10. Kadar Fosfor sebagai P2O5.............................................. 27
4.11. Kadar Kalium Sebagai K2O............................................. 28
4.12. Respirasi Mikroba............................................................. 28
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 30
LAMPIRAN............................................................................................. 33
vi
47
DAFTAR TABEL
Nomer Halaman
1. Tekstur Tanah........................................................................... 20
2. Konsistensi Tanah..................................................................... 21
3. Kadar Air Tanah........................................................................ 23
4. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah...................... 24
5. Kemasaman pH Tanah.............................................................. 25
vii
48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomer Halaman
1. Kadar Air Tanah................................................................................. 33
2.Kerapatan partikel (BJ) dan kerapatan massa (BV)............................ 35
3. Kadar Bahan Organik Tanah............................................................. 39
4. Kadar C Tanah.................................................................................. 40
5. Kadar Nitrogen Total Tanah............................................................. 41
6. Kadar Fosfor Tanah sebagai P2O5.................................................... 42
7. Kadar Kalium Tanah sebagai K2O................................................... 43
8. Laju Respirasi Mikroba Tanah.......................................................... 44
viii