analisis faktor pada data jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue (dbd) di indonesia tahun 2011

10
1 AbstrakDemam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Di Indonesia, timbulnya penyakit DBD ini ketika musim pancaroba dimana merupakan pergantian dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya. Pada musim pancaroba (pergantian), curah hujan meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangbiakan nyamuk seperti nyamuk Aedes aegypti. Namun DBD bukan hanya disebabkan oleh nyamuk Ae, faktor lingkungan serta pendidikan juga mempengaruhi banyaknya kejadian DBD. Selain itu, tenaga kesehatan masyarakat juga sangat berperan aktif sebagai pemberantas kasus DBD di Indonesia, sehingga pada penelitian ini akan diuraikan pengaruh faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya jumlah kasus DBD berdasarkan kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2011 dengan menggunakan metode analisis faktor dengan principal component analysis (PCA). Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini ada 10 faktor antara lain: jumlah penduduk, persentase penduduk melek huruf, jumlah kasus DBD, insiden DBD, rumah tangga PHBS, rumah sehat, akses air bersih, jumlah tenaga sanitasi, jumlah tenaga kesmas, dan jumlah puskesmas. Sebelum melakukan analisis faktor, dilakukan pengujian asumsi distribusi normal multivariat pada data namun hasil menunjukkan data tidak mengikuti distribusi normal multivariat, namun diasumsikan berdistribusi normal multivariat. Hasil dari data jumlah kasus DBD tiap kabupaten/kota di Indonesia tahun 2011, hanya tujuh variabel yang memiliki korelasi antar variabel yang cukup tinggi yaitu X3,X1, X4, X5,X6,X9 dan X10. Hasis analisis faktor mereduksi sepuluh variabel awal menjadi dua komponen baru dimana komponen satu merupakan faktor sumber daya manusia yang terdiri dari variabel jumlah penduduk, jumlah puskesmas, jumlah tenaga kesmas dan jumlah kasus DBD, sedangkan pada faktor dua atau faktor pengetahuan masyarakat yang terdiri dari variabel jumlah tenaga sanitasi dan penduduk melek huruf. Kata Kunci : Analisis faktor, demam berdarah dengue (DBD), principal component analysis (PCA). I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Diantara dua musim tersebut ada jarak sebagai musim pergantian (pancaroba) pada musim inilah banyak timbul kasus penyakit seperti DBD karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD dan berbagai penyakit lainnya. Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). [1] Pada tahun 2008 angka kejadiannya DBD sebesar 59,02% per 100.000 penduduk. Sedangkan di tahun 2009 IR penyakit DBD sebesar 68,22 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus DBD pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebesar 1.358 orang. Inciden Rate (IR) penyakit DBD pada tahun 2010 adalah 65,7 per 100.000 penduduk.[1] Bila diamati secara berturut-turut kasus demam berdarah dengue mengalami peningkatan setiap tahunnya. Demam berdarah dengue bukan seluruhnya kesalahan dari nyamuk Ae, faktor lingkungan serta pendidikan juga mempengaruhi banyaknya kejadian demam berdarah dengue ini. Tenaga kesehatan masyarakat juga sangat berperan aktif sebagai pemberantas kasus DBD di Indonesia melalui penyuluhan- penyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit demam berdarah. Pada penelitian ini akan diuraikan pengaruh faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya jumlah kasus demam berdarah dengue berdasarkan kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2011 dengan menggunakan metode analisis faktor dengan principal component analysis. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Distribusi Normal Multivariat Variabel X1, X2, Xp dikatakan berditribusi normal multivariat jika mempunyai probability density function: ) ( )' ( 2 1 2 / 2 / 2 1 ) 2 ( 1 ) ,..., , ( X X X X X e f p p p i Analisis Faktor Pada Data Jumlah Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia tahun 2011 Desy Ariyanti [1] 1313100009, Amalia Aisyah [2] 1313100045, Dinni Ari Rizky Taufanie [3] 1312100017 dan Dr.Bambang Widjanarko Otok, M.Si [4] [1][2][3][4] Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

Upload: its

Post on 30-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Abstrak— Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit

yang disebabkan oleh virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti. Di Indonesia, timbulnya penyakit DBD ini ketika musim

pancaroba dimana merupakan pergantian dari musim kemarau

ke musim hujan ataupun sebaliknya. Pada musim pancaroba

(pergantian), curah hujan meningkat seiring dengan

meningkatnya perkembangbiakan nyamuk seperti nyamuk Aedes

aegypti. Namun DBD bukan hanya disebabkan oleh nyamuk Ae,

faktor lingkungan serta pendidikan juga mempengaruhi

banyaknya kejadian DBD. Selain itu, tenaga kesehatan

masyarakat juga sangat berperan aktif sebagai pemberantas

kasus DBD di Indonesia, sehingga pada penelitian ini akan

diuraikan pengaruh faktor-faktor yang dapat menyebabkan

meningkatnya jumlah kasus DBD berdasarkan kabupaten/kota di

Indonesia pada tahun 2011 dengan menggunakan metode analisis

faktor dengan principal component analysis (PCA). Faktor-faktor

yang digunakan dalam penelitian ini ada 10 faktor antara lain:

jumlah penduduk, persentase penduduk melek huruf, jumlah

kasus DBD, insiden DBD, rumah tangga PHBS, rumah sehat,

akses air bersih, jumlah tenaga sanitasi, jumlah tenaga kesmas,

dan jumlah puskesmas. Sebelum melakukan analisis faktor,

dilakukan pengujian asumsi distribusi normal multivariat pada

data namun hasil menunjukkan data tidak mengikuti distribusi

normal multivariat, namun diasumsikan berdistribusi normal

multivariat. Hasil dari data jumlah kasus DBD tiap

kabupaten/kota di Indonesia tahun 2011, hanya tujuh variabel

yang memiliki korelasi antar variabel yang cukup tinggi yaitu

X3,X1, X4, X5,X6,X9 dan X10. Hasis analisis faktor mereduksi

sepuluh variabel awal menjadi dua komponen baru dimana

komponen satu merupakan faktor sumber daya manusia yang

terdiri dari variabel jumlah penduduk, jumlah puskesmas,

jumlah tenaga kesmas dan jumlah kasus DBD, sedangkan pada

faktor dua atau faktor pengetahuan masyarakat yang terdiri dari

variabel jumlah tenaga sanitasi dan penduduk melek huruf.

Kata Kunci : Analisis faktor, demam berdarah dengue (DBD),

principal component analysis (PCA).

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki dua

musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Diantara dua

musim tersebut ada jarak sebagai musim pergantian

(pancaroba) pada musim inilah banyak timbul kasus penyakit

seperti DBD karena meningkatnya curah hujan dapat

meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk

penular DBD dan berbagai penyakit lainnya. Demam berdarah

dengue atau DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh

virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui

gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor

yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus

juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini

terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di

tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di

daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB). [1]

Pada tahun 2008 angka kejadiannya DBD sebesar 59,02%

per 100.000 penduduk. Sedangkan di tahun 2009 IR penyakit

DBD sebesar 68,22 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus DBD

pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah

kematian akibat DBD sebesar 1.358 orang. Inciden Rate (IR)

penyakit DBD pada tahun 2010 adalah 65,7 per 100.000

penduduk.[1]

Bila diamati secara berturut-turut kasus demam berdarah

dengue mengalami peningkatan setiap tahunnya. Demam

berdarah dengue bukan seluruhnya kesalahan dari nyamuk Ae,

faktor lingkungan serta pendidikan juga mempengaruhi

banyaknya kejadian demam berdarah dengue ini. Tenaga

kesehatan masyarakat juga sangat berperan aktif sebagai

pemberantas kasus DBD di Indonesia melalui penyuluhan-

penyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

yang dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit demam

berdarah.

Pada penelitian ini akan diuraikan pengaruh faktor-faktor

yang dapat menyebabkan meningkatnya jumlah kasus demam

berdarah dengue berdasarkan kabupaten/kota di Indonesia

pada tahun 2011 dengan menggunakan metode analisis faktor

dengan principal component analysis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Distribusi Normal Multivariat

Variabel X1, X2, Xp dikatakan berditribusi normal

multivariat jika mempunyai probability density function:

)()'(2

1

2/2/2

1

)2(

1),...,,(

XX

XXX efpppi

Analisis Faktor Pada Data Jumlah Kasus Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia

tahun 2011 Desy Ariyanti[1] 1313100009, Amalia Aisyah[2] 1313100045, Dinni Ari Rizky Taufanie[3] 1312100017

dan Dr.Bambang Widjanarko Otok, M.Si[4] [1][2][3][4]Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: [email protected], [email protected], [email protected],

[email protected]

2

Jika X1, X2, Xp berdistribusi normal multivariate maka

)()'( 1 XX berditribusi 2

p . Berdasarkan sifat ini

maka pemeriksaan distribusi multinormal dapat dilakukan

dengan cara membuat Q-Q plot dari nilai

niSd iii ,...,1,()' 12 XXXX .

Plot selalu menjadi alat yang berguna dalam analisis data.

Plot yang spesial disebut Q-Q plot dapat digunakan untuk

memenuhi asumsi normalitas. Plot tersebut dapat digunakan

untuk distribusi marjinal dari pengamatan pada setiap variabel.

Q-Q plot akan memperkirakan untuk mengobservasi jika

pengamatan berdistrisibusi normal. Ketika titik-titik berada

disekitar garis lurus, maka asumsi normalitas terpenuhi [1].

Tahapan dari pembuatan Q-Q plot ini adalah sebagai

berikut:

1. Tentukan nilai vektor rata-rata: X

2. Tentukan nilai matriks varians-kovarians: S

3. Tentukan nilai jarak Mahalanobis setiap titik pengamatan

dengan vektor rata-ratanya

niSd iii ,...,1,()' 12 XXXX

4. Mengurutkan nilai 2

id dari kecil ke besar.

5. Menentukan nilai ni

n

ipi ,...,1,

2/1

6. Tentukan nilai pi sedemikian hingga i

q

pdfi

22 )(

7. Membuat scatterplot 2

)(id dengan qi.

8. Data berdistribuisi normal multivariate jika scatterplot ini

cenderung membentuk garis lurus dan lebih dari 50% nilai 2

50.0,

2

pid

Pengujian asumsi distribusi normal multivariate dilakukan

dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data berdistribusi normal multivariat

H1 : Data tidak berdistribusi normal multivariat

Statistik uji yang digunakan adalah t dimana didapatkan

dari menjumlahkan nilai 2

50.0,

2

pid lalu dibagi dengan

banyaknya data. Pengujian ini akan menolak H0 jika nilai t

berada disekitar 0.5.

B. Analisis Faktor

Analisis faktor adalah analisis statistika yang bertujuan

untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan

variabel asal sebagai kombinasi linear sejumlah faktor,

sedemikian hingga sejumlah faktor tersebut mampu

menjelaskan sebesar mungkin keragaman data yang dijelaskan

oleh variabel asal.

Tujuan dari analisis faktor adalah untuk menggambarkan

hubungan-hubungan kovarian antara beberapa variabel yang

mendasari tetapi tidak teramati, kuantitas random yang disebut

faktor [1]. Vektor random teramati X dengan p komponen,

memiliki rata-rata dan matrik kovarian S. Model analisis faktor

adalah sebagai berikut :

1121211111 .... mm FFFX (1)

Bagian dari varian variabel ke–i dari m common faktor

disebut komunalitas ke–i yang merupakan jumlah kuadrat dari

loading variabel ke –i pada m common faktor [1], dengan

rumus: 22

2

2

1

2 .... miiiih (2)

Tujuan analisis faktor adalah menggunakan matriks

korelasi hitungan untuk 1) Mengidentifikasi jumlah terkecil

dari faktor umum (yaitu model faktor yang paling parsimoni)

yang mempunyai penjelasan terbaik atau menghubungkan

korelasi diantara variabel indikator. 2) Mengidentifikasi,

melalui faktor rotasi, solusi faktor yang paling masuk akal. 3)

Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan varian

unik dari indikator. 4) Intrepretasi dari faktor umum. 5) Jika

perlu, dilakukan estimasi faktor skor [2].

C. KMO dan Bartlett’s Test

Pengujian kecukupan data dapat menggunakan banyak

metode, salah satunya adalah metode Kaiser-Meyer-Olkin

(KMO). Metode KMO menguji apakah semua data yang telah

terambil telah cukup untuk dilakukan analisis faktor.[2]

Hipotesis dalam uji KMO sebagai berikut.

H0 : Terdapat korelasi parsial yang cukup pada data

H1 : Tidak terdapat korelasi parsial yang cukup pada data

Statistik uji dalam uji KMO sebagai berikut.

p

i

p

i

p

jij

p

jij

p

i

p

jij

ar

rKMO

1 1 1

2

1

2

1 1

2

(3)

Keterangan :

i = 1, 2, 3, ..., p dan j = 1, 2, ..., p,

rij = Koefisien korelasi antara variabel i dan j,

aij = Koefisien korelasi parsial antara variabel i dan j.

Jika nilai KMO lebih besar 0.5 maka berarti terdapat

korelasi parsial yang cukup pada data untuk dilakukan analisis

faktor.[2]

D. Principal Component Analysis (PCA)

Analisis komponen utama adalah analisis statistika yang

bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan cara

membangkitkan variabel baru (komponen utama) yang

merupakan kombinasi linear dari variabel asal sedemikan

hingga varians komponen utama menjadi maksimum dan antar

komponen utama bersifat saling bebas. Model analisis

komponen utama dapat ditulis sebagai berikut.

pmpmmm

p

p

p

m X

X

X

X

aaaa

aaaa

aaaa

aaaa

Y

Y

Y

Y

...

...

...

...

...

,,,

...

3

2

1

321

3333231

2232221

1131211

3

2

1

(4)

Keterangan:

Y1 = komponen utama pertama, komponen yang mempunyai

varians terbesar

Y2 =komponen utama kedua, komponen yang mempunyai varians

terbesar kedua

Ym = komponen utama ke-m, komponen yang mempunyai

varians terbesar ke-m

X1 = variabel asal pertama

3

X2 = variabel asal kedua

Xp = variabel asal ke-p

m = banyaknya komponen utama

p = banyaknya variabel asal

Model komponen utama ke-i (Yi) dapat juga ditulis

sebagai Xa'

iiY , nilai vektor '

ia dapat ditentukan dengan

cara memaksimumkan varians Yi dengan syarat 1' iiaa atau

memaksimumkan ii aa ' dengan syarat 1' iiaa , dengan

pengganda Lagrange pemaksimuman ini dapat ditulis dalam

fungsi Lagrange sebagai berikut.

)1( '' iiiiL aaaa (5)

L menjadi maksimum jika turunan pertama L terhadap '

ia dan

sama dengan nol sebagai berikut.

022'

ii

i

Laa

a

atau ii aa (6)

01'

ii

Laa

atau 1' iiaa (7)

Persamaan ii aa disebut juga sebagai per-samaan ciri

(characteristic equation), yang pe-nyelesaiannya dapat

dilakukan dengan menyelesaikan persamaan 0 I .

Dari peneyelesaian persamaan ini diperoleh p buah , i=1,..,p

(akar ciri atau eigenvalue) dan p buah ai (vektor ciri atau

eigen-vector) yang bersesuaian.

Nilai dapat juga diintepretasikan sebagai varians dari

komponen utama ke-i, sehingga besarnya sumbangan relatif

komponen utama ke-i terhadap total keragaman (variation)

yang dijelaskan oleh seluruh variabel asal ialah sebagai

berikut.

%100...321 p

i

(8)

Secara kumulatiaf m buah komponen utama mampu

menjelaskan keragaman data yang dijelaskan oleh seluruh

variabel asal sebesar :

%100...

...

321

2

p

pi

(9)

Untuk satuan variabel asal tidak sama, seringkali dilakukan

pembakuan (standardization)dulu sebelum dilakukan analisis

komponen utama. Pembakuan tersebut dilakukan dengan cara:

x

xxz

s

(10)

Akibat adanya pembakuan data ini maka matriks varians-

kovarians dari data yang dibakukan akan sama dengan matriks

korelasi data sebelum dibakukan dan besarnya total varians

kompomem utama sama dengan banyaknya variabel asal (p).

Banyaknya komponen utama (m) dapat ditentukan dengan

berbagai kriteria, salah satu kriteria yang biasa dipakai adalah

dengan menggunakan kriteria besarnya varians komponen

utama ( ). Untuk data yang sudah dibakukan disyaratkan

besarnya , syarat ini diberlakukan mengingat jika nilai

maka komponen utama ini hanya menjelaskan

keragaman yang dijelaskan oleh satu variabel asal. [2]

E. Demam Berdarah Dengue (DBD)

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue

dari genus Flavivirus, family Flaviviridae melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adapun nyamuk

Aedes aegypti memiliki kemampuan terbang mencapai radius 100-200 meter. Oleh karena itu, jika di suatu lingkungan

terkena kasus DBD, maka masyarakat yang berada pada radius

tersebut harus waspada [4]. Nyamuk Aedes aegypti lebih

menyukai tempat yang gelap, berbau, dan lembab. Tempat

perindukan yang sering dipilih Aedes aegypti adalah kawasan

yang padat dengan sanitasi yang kurang memadai, terutama

digenangan air dalam rumah, seperti pot, vas bunga, bak mandi

atau tempat penyimpanan air lainnya seperti tempayan, drum,

atau ember plastik [7].

Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam

penularan penyakit, terutama lingkungan rumah yang tidak

memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah satu

faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status

kesehatan penghuninya [7]. Penyakit DBD sering terjadi di

daerah tropis dan muncul pada musim penghujan. Kurangnya

kesadaran manusia dalam menjaga kebersihan lingkungan juga

merupakan hal yang berpengaruh terhadap penyakit DBD [1].

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Sumber Data

Data yang digunakan dalam praktikum analisis faktor

multivariat kali ini merupakan data sekunder yang diambil dari

website database Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

tahun 2011 pada hari Kamis, 21 April 2016 dengan terdapat

sepuluh variabel mengenai faktor-faktor jumlah kasus DBD

berdasarkan kabupaten/kota di Indonesia.

B. Struktur Data

Struktur data dari data faktor penyebab jumlah kasus DBD

di Indonesia tahun 2011 adalah sebagai berikut, Tabel 3. 1 Struktur Data

No X1 X2 X3 X4 ... X10

1 X1,1 X2,1 X3,1 X4,1 ... X10,1

2 X1,2 X2,2 X3,2 X4,2 ... X10,2

...

...

...

...

... ...

...

100 X1,100 X2,100 X3,100 X4,100 ... X10,100

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam data praktikum

kali ini terdiri dari sepuluh variabel independen yang

dijelaskan di bawah ini, Tabel 3. 2 Variabel Penelitian

Variabel Keterangan Skala Data

X1 Jumlah Penduduk (jiwa) Rasio

X2 % Penduduk Melek Huruf Rasio X3 Jumlah Kasus DBD Rasio X4 Insidens DBD (per 1000) Rasio X5 % Rumah Tangga PHBS Rasio X6 % Rumah Sehat Rasio X7 % Akses Air Bersih Rasio X8 Jumlah Tenaga Sanitasi Rasio X9 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Rasio

4

X10 Jumlah Puskesmas Rasio

D. Langkah Analisis

Untuk melakukan analisis faktor dalam praktikum ini

terdapat langkah-langkah analisis antara lain,

1. Mencari data yang memenuhi asumsi analisis faktor

2. Menguji normal multivariat data

3. Menguji kecukupan data untuk analisis faktor dengan uji

KMO dan uji independensi dengan Uji Bartlett.

4. Melakukan analisis komponen utama (PCA)

5. Melakukan analisis faktor

6. Menarik Kesimpulan

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Data

Sebelum melakukan analisis faktor perlu diketahui

karakteristik data dari variabel-variabel yang akan diolah.

Berikut ini adalah analisis deskiptif data. Tabel 4. 1 Analisis Deskriptif

Variabel Mean Varians

X1 915694 7,10E+11

X2 73,82 1368,32

X3 381,8 326685,1

X4 30,87 3023,85

X5 45,61 503,91

X6 63,05 444,9

X7 66,41 1200,63

X8 14,62 207,09

X9 24,38 844,34

X10 21,86 271,37

Berdasarkan Tabel 4.1 rata-rata jumlah penduduk

Indonesia tahun 2011 tiap kabupaten kota adalah 915694

dengan rata-rata persentase penduduk melek huruf adalah

73,82%. Rata-rata jumlah kasus DBD dan insiden DBD adalah

381 kasus dengan 30,87 insiden per 1000. Persentase rata-rata

rumah tangga PHBS dan rumah sehat 45,61 dan 63,05.

Sedangkan rata-rata akses air bersih 66,41. Rata-rata jumlah

tenaga sanitasi lebih sedikit daripada tenaga kesehaan

masyarakat. Untuk rata-rata jumlah puskesmas adalah sebesar

21,86. Setiap variabel independen memiliki hubungan antar

variabel yang dapat ditunjukkan oleh nilai korelasinya.

Beberapa variabel memiliki korelasi yang cukup tinggi yaitu

korelasi antara X3 dengan X1 sebesar 0,551 korelasi X3

dengan X4 sebesar 0,614, korelasi X5 dengan X6 sebesar

0,576, korelasi yang cukup tinggi adalah korelasi X9 dengan

X1 yaitu 0,625 dan X10 dengan X1 yaitu 0,752. Korelasi X3

dengan X9 dan X10 adalah 0,584 dan 0,532. Sedangkan

korelasi X10 dengan X9 sebesar 0,674.

B. Pengujian Normal Multivariat

Pengujian normal multivariat digunakan untuk mengetahui

distribusi data variabel-variabel yang akan dianalisis apakah

mengikuti distribusi normal multivariat. Untuk mengetahui

apakah mengikuti distribusi normal multivariat dapat

dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu scatterplot,

nilai t berdasarkan hasil macro dan metode ketiga yaitu

korelasi antara dj2 dengan nilai qq.

Berikut ini hasil pengujian normal multivariat dari data

faktor-faktor jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2011.

2520151050

50

40

30

20

10

0

dj 2

qq

Gambar 4. 1 Scatterplot Normal Multivariat Test

Berdasarkan hasil Gambar 4.1 scatterplot tidak

menunjukkan bahwa titik-titik pengamatan tidak membentuk

garis linier sehingga tidak normal multivariat. Dapat pula

dilihat dari nilai t yaitu 0,67 yang cukup jauh dari 50% serta

nilai korelasi Pearson sebesar 0,912 kurang dari critical value

Pearson maka dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal

multivariat. Untuk analisis selanjutnya dapat diasumsikan data

telah mengikuti distribusi normal multivariat.

C. Uji Kecukupan Data dan Bartlett’s Test

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah

data yang akan digunakan memenuhi untuk dilakukan analisis

faktor atau tidak sedangkan uji Bartlett menunjukkan ada

tidaknya korelasi antar variabel. Tabel 4. 2 Uji KMO dan Uji Bartlett

Kaiser-Meyer-

Olkin Measure

Bartlett’s Test

Approx.Chi Square P-Value

0,747 228,064 0,000

Data dikatakan cukup untuk dilakukan analisis faktor jika

nilai KMO > 0,5, berdasarkan pada Tabel 4.2 didapatkan nilai

KMO sebesar 0,747 yang lebih besar 0,5 maka data dapat

digunakan untuk analisis faktor. Dapat dilihat juga bahwa pada

Tabel 4.2 memiliki nilai Bartlett yang signifikan yaitu nilai p-

value < taraf signifikan (α) yaitu 0,05 yang artinya antar

variabel terdapat korelasi.

D. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mengetahui jumlah

variabel yang terbentuk yang dapat mewakili kondisi

keragaman variabel yang diuji, sehingga dapat diduga jumlah

faktor yang terbentuk. Variabel yang digunakan untuk analisis

faktor dapat dilihat dari nilai Measure of Sampling Adequacy

(MSA) yang > 0,5. Nilai MSA ditampilkan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4. 3 MSA Anti-Image Correlation

X1 X2 X3 X8 X9 X10

X1 ,735a ,191 -,200 -,115 -,172 -,579

X2 ,191 ,523a -,033 ,366 ,035 -,297

X3 -,200 -,033 ,867a -,012 -,314 -,065

X8 -,115 ,366 -,012 ,559a ,118 ,031

X9 -,172 ,035 -,314 ,118 ,833a -,321

X10 -,579 -,297 -,065 ,031 -,321 ,724a

Pada Tabel 4.3 hanya terdapat enam variabel yang

memiliki nilai MSA lebih dari 0,5 yaitu variabel

X1,X2,X3,X8,X9 dan X10 sedangkan jumlah variabel yang

digunakan pada awalnya adalah sebanyak sepuluh variabel

5

namun untuk variabel X4,X5,X6 dan X7 memiliki nilai MSA

yang kurang dari 0,5 sehingga tidak dapat diikutsertakan

dalam analisis faktor. Nilai MSA merupakan nilai diagonal

pada Tabel 4.3.

Nilai komunalitas menunjukkan seberapa besar keragaman

dari variabel dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Dengan menggunakan metode analisis komponen utama

didapatkan nilai komunalitas sebagai berikut. Tabel 4. 4 Communalities

Initial Extraction

X1 1,000 0,785

X2 1,000 0,702

X3 1,000 0,603

X8 1,000 0,709

X9 1,000 0,727

X10 1,000 0,790

Berdasarkan nilai extraction pada Tabel 4.4 menunjukkan

bahwa untuk variabel jumlah penduduk sebesar 78,5%

keragaman dari variabel jumlah penduduk dapat dijelaskan

oleh faktor yang terbentuk, sedangkan untuk keragaman dari

variabel jumlah penduduk melek huruf dapat dijelaskan oleh

faktor yang terbentuk sebesar 70,2%. Keragaman jumlah kasus

DBD dijelaskan oleh faktor yang terbentuk sebesar 60,3%,

sedangkan sebesar 70,9% keragaman jumlah tenaga sanitasi

dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk keragaman

jumlah tenaga kesmas dan puskesmas dijelaskan oleh faktor

yang terbentuk sebesar 72,7% dan 79%.

Selanjutnya dapat diketahui banyak faktor yang terbentuk

berdasarkan nilai eigen. Variabel yang dinyatakan dapat

mewakili variabel lainnya adalah variabel yang memiliki nilai

eigen lebih dari 1. Hasil nilai eigen dari masing-masing

variabel sebagai berikut. Tabel 4. 5 Nilai eigen Setiap Variabel

Faktor Initial Eigenvalues

Total % of Variance Cumulative %

X1 2.937 48.946 48.6946

X2 1.379 22.983 71.929

X3 0.604 10.061 81.989

X8 0516 8.600 90.589

X9 0.358 5.965 96.554

X10 0.207 3.446 100.00

Berdasarkan pada Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa eigen

value yang lebih dari satu terdapat dua faktor yaitu faktor satu

dan faktor dua. Pada faktor pertama memiliki nilai eigen value

sebesar 2,937 dan faktor dua memiliki nilai eigen value

sebesar 1,379. Dari keenam variabel dapat direduksi dan

dibentuk menjadi dua faktor yang mana dua faktor tersebut

mampu menjelaskan 71,929% dari keragaman total.

Selain menggunakan nilai eigenvalue, untuk mengetahui

jumlah faktor yang terbentuk dan dapat mewakili variabel yang

lainnya dapat dilihat dari bentuk scree plot nya, yaitu banyak

faktor terbentuk berdasarkan garis yang turun curam seperti

yang ditampilkan berikut.

Gambar 4. 2 Scree Plot

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa secara visual terbentuk 3

fakor karena garis ke-1 dan 2 turun curam, sedangkan garis-

garis selanjutnya turun landai dan mendekati konvergen.

Tabel 4. 6 Rotated Component Matrix

Variabel Komponen

1 2

X1 0,882 -0,079

X10 0,868 0,192

X9 0,843 0,129

X3 0,776 0,035

X8 -0,005 -0,842

X2 0,123 0,829

Tabel 4,6 menunjukkan bahwa korelasi variabel yang

tinggi dengan faktor 1 yaitu jumlah penduduk memiliki

korelasi sebesar 0,882, jumlah puskesmas yang memiliki

korelasi sebesar 0,868, jumlah tenaga kesmas memiliki

korelasi sebesar 0,843, dan jumlah kasus DBD memiliki

korelasi sebesar 0,776, Korelasi variabel yang tinggi dengan

faktor 2 yaitu jumlah tenaga sanitasi memiliki korelasi sebesar

-0,842 dan penduduk melek huruf yang memiliki korelasi

sebesar 0,829, Sehingga pada komponen 1 terdiri dari variabel

X10 , X9, X1, dan X3 atau dapat juga diberi nama untuk faktor 1

yaitu faktor sumber daya manusia sedangkan pada komponen

2 adalah variabel X8 dan X2 atau dapat diberi nama yaitu faktor

pengetahuan masyarakat, Tabel 4, 7 Matriks Transformasi Komponen

Komponen 1 2

1 0,975 0,223

2 0,223 -0,975

Tabel 4,7 menunjukkan bahwa nilai komponen > 0,5 baik

untuk faktor sumber daya manusia ataupun faktor pengetahuan

masyarakat dengan nilai masing-masing 0,975 dan -0,975

sehingga faktor tersebut sudah tepat untuk mewakili variable-

variabel yang ada di dalamnya,

III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat

beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu,

1, Data jumlah kasus demam berdarah tiap kabupaten/kota di

Indonesia tahun 2011 dengan sepuluh variabel tidak

berkorelasi seluruhnya hanya tujuh variabel yang memiliki

korelasi antar variabel yang cukup tinggi yaitu X3,X1, X4,

6

X5,X6,X9 dan X10,

2, Pengujian normal multivariat pada data jumlah kasus DBD

di Indonesia tidak mengikuti distribusi normal multivariat

sehingga untuk analisis selanjutnya dilakukan asumsi

normal multivariat,

3, Berdasarkan uji KMO didapatkan bahwa data jumlah kasus

DBD sudah mencukupi untuk dilakukan analisis faktor dan

berdasar Bartlett’s test terdapat korelasi antar variabel,

4, Analisis faktor mereduksi sepuluh variabel awal menjadi

dua komponen baru dimana komponen satu merupakan

faktor sumber daya manusia yang terdiri dari variabel

jumlah penduduk, jumlah puskesmas, jumlah tenaga

kesmas dan jumlah kasus DBD sedangkan pada faktor dua

atau faktor pengetahuan masyarakat yang terdiri dari

variabel jumlah tenaga sanitasi dan penduduk melek huruf,

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kristina, Isminah, Wulandari L, (2004), Kajian Masalah

Kesehatan, [Online],

http://www,litbang,depkes,go,id/maskes/052004/demambe

rdarahl,

[2] Johnson, N, And Wichern, D, (1998), Applied

Multivariate Statistical Analysis, New Jersey: Prentice-

Hall, Englewood Cliffs,

[3] Sharma, S, (1996), Applied Multivariate Techniques, New

York: John Wiley & Sons, Inc,

[4] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2014), Profil

Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013, Surabaya :

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

[5] Cameron, A, C,, & Trivedi, P, K, (1998), Regression

Analysis of Count Data, Cambridge: Cambridge

University Press,

[6] Tobing, TMDNL, (2011), Pemodelan Kasus DBD (DBD)

di Jawa Timur dengan Model Poisson dan Binomial

Negatif, Bogor : Thesis Institut Pertanian Bogor,

[7] Notoatmodjo, S, (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: Rineka Cipta,

7

LAMPIRAN

Lampiran 1, Data yang digunakan

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

%

Penduduk

Melek

Huruf

Jumlah

kasus

DBD

Insidens

DBD (per

1000)

%

Rumah

Tangga

ber-

PHBS

%

Rumah

sehat

% RT

Akses

Air

Bersih

Jumlah

Tenaga

Sanitasi

Jumlah

Tenaga

Kesmas

Jumlah

Puskesmas

626637 0 88 14,04 32,87 71,31 97,23 28 5 22

330701 98 20 0,1 79,91 79,91 59 4 13 16

263815 99 1 0 44,52 55,92 0 1 4 16

568532 7 901 158 74,49 85,54 100,01 24 10 17

2127791 90,76 591 27,69 41,63 55,2 65,18 5 92 48

404945 99 0 0 26,7 0 64 7 8 26

1099253 0 117 10,64 19,39 32,8 100 24 25 23

1510284 97,92 857 55,27 32,17 27,33 35,99 2 56 31

3178543 97,99 1180 37,82 48,98 50,15 83,11 0 33 61

726332 78,73 67 9,22 13,59 33,8 85,22 27 0 11

154445 99 61 0,4 82,39 59,5 0 9 0 8

189817 74,28 34 17,91 26,09 67,74 99,19 7 8 14

2630401 88,66 1183 54,86 45,31 58,08 63,21 0 70 39

488072 59,5 292 0,29 61,21 68,26 100 42 71 21

2912197 0 1008 34,61 61,39 81,21 100 63 61 17

882533 89,13 237 26,85 34,14 81,44 100 37 2 22

131377 92 40 0,3 83,75 73,27 95 0 2 8

817720 98 719 0,9 69,41 84,02 0 22 10 34

2404121 98,06 567 22,55 25,3 55,55 63,04 0 73 64

1465157 89,1 475 32,1 32,47 66,56 79,21 1 41 40

1144891 91,42 35 3,06 34,8 65,65 63,03 19 0 22

277673 99 8 0 56,31 72,66 0 6 8 11

175317 0 9 5,13 44,65 69,97 90,71 14 9 3

81807 86 27 0,3 0 0 0 0 0 5

120271 97,15 14 11,64 53,33 67,23 76,25 7 2 7

175157 96,83 99 54,47 48,49 49,15 88,08 0 30 10

1005836 0 67 6,66 33,36 57,05 75,94 28 11 18

,,,

,,,

,,,

,,,

,,,

,,,

,,,

,,,

,,,

,,,

375885 96 105 0,3 38,28 73,98 99 4 4 11

1778209 97,82 125 7,03 47,87 68,06 73,18 23 5 15

350960 98 207 0,6 37,35 84,68 0 41 18 19

84481 99 61 0,7 56,36 77,4 0 4 5 4

455946 65 759 0,76 100 87,59 78,77 9 11 18

1675675 97,7 519 28,78 24,28 60,11 47,44 2 29 40

399093 7 114 29 69,76 71,35 91,87 30 16 23

942579 0 628 0,63 77,89 65,1 100 62 36 27

140082 7 0 0 28,57 28,57 26,43 0 10 3

1663737 80,42 581 31,49 57,92 67,35 61,69 1 50 49

8

Lampiran 2, Output Software SPSS Analisis Faktor

Descriptive Statistics

Mean Std, Deviation Analysis N

X1 9,1569E5 8,42860E5 100

X2 73,5600 36,90099 100

X3 3,8182E2 571,56377 100

X4 30,8683 54,97860 100

X5 45,6144 22,44794 100

X6 63,0458 21,09277 100

X7 66,4081 34,65005 100

X8 14,6200 14,39050 100

X9 24,3800 29,05751 100

X10 21,8600 16,47344 100

Correlation Matrix

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

Correlation X1 1,000 ,048 ,551 ,072 -,024 ,088 ,062 ,026 ,626 ,752

X2 ,048 1,000 ,119 ,011 -,193 -,032 -,387 -,411 ,157 ,278

X3 ,551 ,119 1,000 ,614 ,201 ,200 -,089 -,055 ,584 ,532

X4 ,072 ,011 ,614 1,000 ,074 ,165 ,080 -,149 ,316 ,072

X5 -,024 -,193 ,201 ,074 1,000 ,576 ,131 ,295 -,002 -,055

X6 ,088 -,032 ,200 ,165 ,576 1,000 ,205 ,184 ,060 -,028

X7 ,062 -,387 -,089 ,080 ,131 ,205 1,000 ,237 -,054 -,039

X8 ,026 -,411 -,055 -,149 ,295 ,184 ,237 1,000 -,135 -,125

X9 ,626 ,157 ,584 ,316 -,002 ,060 -,054 -,135 1,000 ,674

X10 ,752 ,278 ,532 ,072 -,055 -,028 -,039 -,125 ,674 1,000

KMO and Bartlett's Testa

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy, ,747

Bartlett's Test of Sphericity Approx, Chi-Square 228,064

df 15

Sig, ,000

a, Based on correlations

9

Anti-image Matrices

X1 X2 X3 X8 X9 X10

Anti-image Covariance X1 ,362 ,099 -,093 -,062 -,070 -,198

X2 ,099 ,746 -,022 ,285 ,020 -,146

X3 -,093 -,022 ,598 -,008 -,164 -,029

X8 -,062 ,285 -,008 ,812 ,072 ,016

X9 -,070 ,020 -,164 ,072 ,455 -,123

X10 -,198 -,146 -,029 ,016 -,123 ,324

Anti-image Correlation X1 ,735a ,191 -,200 -,115 -,172 -,579

X2 ,191 ,523a -,033 ,366 ,035 -,297

X3 -,200 -,033 ,867a -,012 -,314 -,065

X8 -,115 ,366 -,012 ,559a ,118 ,031

X9 -,172 ,035 -,314 ,118 ,833a -,321

X10 -,579 -,297 -,065 ,031 -,321 ,724a

a, Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Communalities

Initial Extraction

X1 1,000 ,785

X2 1,000 ,702

X3 1,000 ,603

X8 1,000 ,709

X9 1,000 ,727

X10 1,000 ,790

Extraction Method: Principal

Component Analysis,

Total Variance Explained

Compo

nent

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared

Loadings

Rotation Sums of Squared

Loadings

Total

% of

Variance

Cumulative

% Total

% of

Variance

Cumulative

% Total

% of

Variance

Cumulative

%

1 2,937 48,946 48,946 2,937 48,946 48,946 2,859 47,656 47,656

2 1,379 22,983 71,929 1,379 22,983 71,929 1,456 24,272 71,929

3 ,604 10,061 81,989

4 ,516 8,600 90,589

10

5 ,358 5,965 96,554

6 ,207 3,446 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis

Component Matrixa

Component

1 2

X10 ,889 ,006

X9 ,850 ,062

X1 ,842 ,274

X3 ,764 ,139

X8 -,192 ,820

X2 ,305 -,780

Extraction Method: Principal

Component Analysis,

a, 2 components extracted,

Component Matrixa

Component

1 2

X10 ,889 ,006

X9 ,850 ,062

X1 ,842 ,274

X3 ,764 ,139

X8 -,192 ,820

X2 ,305 -,780

Extraction Method: Principal Component

Analysis,

a, 2 components extracted,

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

X1 ,882 -,079

X10 ,868 ,192

X9 ,843 ,129

X3 ,776 ,035

X8 -,005 -,842

X2 ,123 ,829

Extraction Method: Principal Component

Analysis,

Rotation Method: Varimax with Kaiser

Normalization,

a, Rotation converged in 3 iterations,

Component Transformation Matrix

Component 1 2

1 ,975 ,223

2 ,223 -,975

Extraction Method: Principal Component

Analysis,

Rotation Method: Varimax with Kaiser

Normalization,

Component Score Covariance Matrix

Component 1 2

1 1,000 ,000

2 ,000 1,000

Extraction Method: Principal

Component Analysis,

Rotation Method: Varimax with Kaiser

Normalization,

Component Scores,

Component Score Coefficient Matrix

Component

1 2

X1 ,324 -,130

X2 -,025 ,575

X3 ,276 -,040

X8 ,069 -,594

X9 ,292 ,021

X10 ,296 ,063

Extraction Method: Principal Component

Analysis,

Rotation Method: Varimax with Kaiser

Normalization,

Component Scores,