3. pemahaman pekerjaan

35
BAGIAN C PEMAHAMAN PEKERJAAN C.1 Gambaran Umum Wilayah Pulau Batam seluas 415 km 2 merupakan salah satu kawasan industri terkemuka yang berada di wilayah Propinsi Kepulauan Riau, letaknya yang berdekatan dengan pusat pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara yaitu Singapura dan Malaysia, menjadikan Pulau Batam berkembang dengan sangat pesat menjadi daerah industri, perdagangan, pariwisata alih kapal (transhipment), perbankan dan jasa keuangan internasional. Pesatnya perkembangan Kota Batam ditandai dengan peningkatan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik untuk menunjang kegiatan ekonomi, hal ini menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk datang ke Kota Batam, sehingga jumlah penduduk dari hari ke hari semakin bertambah. Sampai dengan akhir tahun 2010 jumlah penduduk di Kota Batam adalah sejumlah 824.515 jiwa, meningkat 2,05 % dari jumlah penduduk tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan pada tahun 1999 ketika Kota Batam secara resmi dibentuk melalui Undang-undang RI No. 53 Tahun 1999, jumlah penduduk Pulau Batam baru mencapai 358.700 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di Pulau Batam harus disertai pula dengan peningkatan penyediaan sarana dan sarana penunjang kebutuhan pokok, salah satu yang terpenting diantaranya adalah kebutuhan air bersih. Kenaikan jumlah penduduk tersebut tidak saja menyebabkan terjadinya kenaikan kebutuhan konsumsi air bersih, tetapi juga akan menyebabkan perubahan pola konsumsi penggunaan air, yang pada gilirannya nanti akan menimbulkan keterbatasan pasokan air bersih secara alamiah baik dalam dimensi ruang, waktu, jumlah dan mutu. Ancaman kekurangan pasokan air bersih tersebut, berkaitan pula dengan kondisi geohidrologi Pulau Batam yang memiliki kapasitas tampung air tanah relatif kecil, hal ini diperparah pula dengan tingkat intrusi air laut ke air tanah yang cukup tinggi di Kota Batam.

Upload: independent

Post on 09-May-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAGIAN C PEMAHAMANPEKERJAAN

C.1 Gambaran UmumWilayah

Pulau Batam seluas 415 km2 merupakan salah satu kawasan industri terkemuka yang berada di wilayah Propinsi Kepulauan Riau, letaknya yang berdekatan dengan pusat pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara yaitu Singapura dan Malaysia, menjadikanPulau Batam berkembang dengan sangat pesat menjadi daerah industri, perdagangan, pariwisata alih kapal (transhipment), perbankan dan jasa keuangan internasional. Pesatnya

perkembangan Kota Batam ditandai denganpeningkatan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana

fisik untuk menunjang kegiatan ekonomi, hal ini menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk datang ke Kota Batam, sehinggajumlah penduduk dari hari ke hari semakin bertambah.

Sampai dengan akhir tahun 2010 jumlah penduduk di KotaBatam adalah sejumlah824.515 jiwa, meningkat 2,05 % dari jumlah penduduk tahunsebelumnya.

Sebagai perbandingan pada tahun 1999 ketika Kota Batam secararesmi dibentuk melalui Undang-undang RI No. 53 Tahun 1999,jumlah penduduk Pulau Batam baru mencapai358.700jiwa.

Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di Pulau Batam harusdisertai pula dengan peningkatan penyediaan sarana dansarana penunjang kebutuhan pokok, salah satu yang terpentingdiantaranya adalah kebutuhan air bersih. Kenaikan jumlahpenduduk tersebut tidak saja menyebabkan terjadinya kenaikankebutuhan konsumsi air bersih, tetapi juga akan menyebabkanperubahan pola konsumsi penggunaan air, yang pada gilirannyananti akan menimbulkan keterbatasan pasokan air bersihsecara alamiah baik dalam dimensi ruang, waktu, jumlah danmutu.

Ancaman kekurangan pasokan air bersih tersebut, berkaitan puladengan kondisi geohidrologi Pulau Batam yang memilikikapasitas tampung air tanah relatif kecil, hal ini diperparahpula dengan tingkat intrusi air laut ke air tanah yang cukuptinggi di Kota Batam.

Di wilayah Pulau Batam kebutuhan air bersih dipenuhi dariwaduk-waduk buatan yang mampu menampung air hujan sebagaisumber air baku untuk penyediaan air bersih, saat initerdapat 8 buah waduk tadah hujan yang terdapat diPulau Batam dengan volume tampungan air mencapai 109.696,400m3, dengan kapasitas desain Water Treatment Plant (WTP) sebesar4.104 l/detik.

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa walaupun saat ini diKota Batam telah mempunyai beberapa waduk penampung danpemasok air tawar yaitu : Waduk SeiHarapan, Waduk Baloi, Waduk Sei Nongsa, Waduk Sei Ladi,Waduk Muka Kuning, Waduk Rempang dan Waduk Sei Gong. Namunpasokan air baku dari waduk-waduk tersebut masih belum cukupuntuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih.

Berdasarkan hasil analisis Biro Perencanaan Otorita Batam,tahun 2011 diprakirakan akan terjadi kekurangan pasokan airyang cukup besar di Pulau Batam akibat terbatasnya sumber

air baku, sehingga perlu untuk melakukanupaya-upaya peningkatkan kapasitas tampung air, salah

satu diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan wadukbaru.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka BP. Batam bermaksudmembangun waduk baru di wilayah Sei Tering, yang diharapkandapat menjadi solusi bagi permasalahan pemenuhan kebutuhan airbersih di Pulau Batam pada masa mendatang.

3.1.1

KlimatologiCurah hujan yang pulau Batam dari tahun 1990 hingga 2010dapat dilihat pada Tabel3.1 berikut. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa PulauBatam memiliki curah hujan bulanan tertinggi 770,2 mm danterendah 3,6 mm dengan rata-rata bulanan 189,3mm.

Banyaknya hari hujan di Pulau Batam dapat dilihat pada tabel3.2 berikut. Dalam kurun waktu antara 2000 hingga 2010, PulauBatam memiliki jumlah hujan tertinggi pada tahun 2006 dengan244 hari hujan dan terendah pada tahun 2002 dengan 158 harihujan.

Kelembaban udara rata-rata Pulau Batam dapat dilihatpada tabel 3.3

berikut. Kelembaban udara rata-rata tertinggi pulau Batamadalah 89% dan terendah 68% dengan rata-rata 80,3%.

Suhu udara rata-rata Pulau Batam dapat dilihat pada Tabel 3.4berikut. Suhu udara rata- rata tertinggi di Pulau Batam 33,6°Cdan suhu udara rata-rata terendah 25,5°C dengan suhu udararata-rata 27,5°C.

Kecepatan angin di Pulau Batam dapat dilihat pada Tabel 3.5berikut. Kecepatan angin tertinggi di Pulau Batam 15 knotsdengan kecepatan angin rata-rata 7,3 knots.

Penyinaran matahari bulanan rata-rata yang diambil pada tahun2008 hingga 2010 di Pulau Batam dapat dilihat pada Tabel 3.5.Penyinaran matahari bulanan rata-rata tertinggi di Pulau Batam11,3 dengan rata-rata 5,3 jam.

Klasifikasi iklim menurut Schmidt & Ferguson (1951)didasarkan pada rasio bulan kering (< 60 mm/bln) dan bulanbasah (> 100 mm/bln).

Berdasarkan data curah hujan bulanan di Pulau Batam dapatdiketahui jumlah bulan basah dan bulan kering besertaperbandingan bulan basah dan bulan kering untuk mengetahui tipeiklim pada Pulau Batam. Menurut Schmidt & Ferguson (1951)dengan melihat curah hujan bulanan Pulau Batam selama 22 tahun,Pulau Batam termasuk tipe iklim A (amat basah) sebanyak 18kali, tipe iklim B (basah) sebanyak 3 kali dan tipe iklim C(agak basah) sebanyak 1 kali. Dari hasil tersebut dapatdikatakan bahwa Batam termasuk ke dalam klasifikasi A.

Tahun/Bulan

Tabel 3.1. Curah Hujan Bulanan Pulau BatamJan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Rata- rata

Jumlah

1990 120,0 116,3 139,2 92,7 185,1 120,3 114,2 82,6 226,2 118,4 119,3 263,7 141,5 1698,01991 448,3 3,6 198,8 230,6 168,7 215,9 135,4 61,5 188,5 173,8 111,4 420,6 196,4 2357,11992 770,2 11,8 94,9 98,6 224,0 105,0 167,9 228,2 134,3 67,9 241,4 146,9 190,9 2291,11993 290,2 26,6 339,0 264,5 176,8 128,4 263,5 254,9 204,5 197,4 267,0 192,5 217,1 2605,31994 192,5 31,4 200,9 285,3 265,6 141,5 245,8 166,6 104,2 229,2 347,2 331,3 211,8 2541,51995 156,6 88,9 4,9 210,5 198,5 220,0 121,3 154,3 126,5 152,6 331,8 413,2 173,3 2080,11996 183,1 73,4 132,7 124,8 221,8 76,5 81,6 154,4 134,3 27,7 153,2 489,0 154,4 1852,51997 186,4 36,6 77,1 96,9 162,4 176,6 206,8 283,6 97,5 243,9 400,3 603,2 214,3 2571,31998 128,5 34,3 239,7 188,5 207,1 216,7 289,5 105,9 174,9 206,6 344,2 368,7 208,7 2504,61999 37,7 156,8 440,8 134,5 158,3 231,5 63,2 146,2 31,1 61,2 264,5 251,9 164,8 1977,72000 273,6 489,2 50,8 122,0 174,2 193,4 255,0 275,8 117,4 204,9 358,8 168,8 223,7 2683,92001 181,2 176,6 50,8 162,0 306,2 270,4 148,0 309,4 162,0 263,2 172,0 173,0 197,9 2374,82002 9,0 21,0 45,3 169,1 133,1 161,5 5,9 179,3 152,8 79,7 176,4 414,0 133,3 1600,12003 367,7 14,5 58,3 168,2 241,9 209,3 127,0 300,6 174,2 318,5 215,3 190,5 198,8 2386,02004 159,3 45,3 90,2 228,4 138,2 123,3 174,4 305,1 173,2 162,8 244,0 294,0 178,2 2138,22005 273,2 77,2 131,4 266,7 160,3 145,0 161,1 155,6 192,7 329,9 301,6 178,9 197,8 2373,62006 275,2 58,2 171,7 262,3 272,5 130,0 194,7 188,4 140,7 354,1 200,0 367,9 218,0 2615,72007 220,9 47,5 43,0 128,6 223,7 196,6 190,1 96,8 129,1 112,1 205,6 481,4 173,0 2075,42008 636,2 108,3 145,9 151,3 41,8 59,9 97,0 210,6 220,9 294,3 171,2 415,5 212,7 2552,92009 689,1 20,6 173,0 77,1 203,9 75,8 188,2 114,6 134,3 125,0 135,0 130,3 172,2 2066,92010 259,2 14,4 75,0 167,5 351,0 72,2 162,3 189,6 150,8 245,3 329,0 154,4 180,9 2170,7Rata2 276,8 92,2 148,0 168,3 199,6 155,0 163,5 187,8 151,3 189,0 239,8 299,9 189,3 2271,3

Tabel 3.2. Banyaknya Hari Hujan danCurah Hujan di Kota Batam

Tahun Banyaknya Hari

Hujan

BanyaknyaCurahHujan(mm)

2000 218 2684,02001 211 2365,02002 158 1604,02003 212 2515,02004 227 2138,02005 232 2434,02006 244 2616,02007 188 2075,02008 219 2553,02009 186 2066,92010 220 2170,7

Tabel 3.3. Kelembaban Udara Rata-rata Pulau Batam

Bln / Thn

Kelembaban Udara Rata-rata(%)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Rata-rata

1990 72 76 78 78 78 78 83 82 83 80 79 80 78,91991 84 78 75 75 76 75 74 73 75 72 73 78 75,71992 80 72 74 74 78 73 77 79 75 75 75 75 75,61993 76 77 72 72 75 74 76 79 77 73 77 70 74,81994 74 76 74 74 78 71 75 78 78 77 76 79 75,81995 76 68 71 71 74 77 77 76 77 77 76 78 74,81996 77 73 74 74 80 74 75 76 78 73 79 84 76,41997 75 72 74 74 77 76 79 74 75 77 80 83 76,31998 83 79 84 85 86 83 88 83 86 87 88 86 84,81999 81 84 87 85 86 86 82 83 82 84 88 83 84,32000 83 86 83 86 86 85 86 88 84 84 86 83 85,02001 81 81 79 83 85 86 84 86 86 86 85 83 83,82002 78 81 79 84 81 81 80 83 82 84 84 84 81,82003 82 79 79 82 84 84 83 85 85 82 83 85 82,82004 85 79 85 83 86 85 83 86 84 86 85 83 84,22005 85 82 83 85 84 86 84 86 86 85 86 85 84,82006 86 82 82 86 87 84 84 86 85 85 84 85 84,72007 82 79 79 82 85 85 84 81 87 84 86 89 83,62008

2009 83 82 82 79 84 85 85 79 83 82 84 83 81,62010 81 78 78 81 85 84 84 84 84 85 86 84 82,7

Rata-rata 79,9 78,3 78,3 79,3 81,5 80,7 80,7 81,0 81,1 80,3 81,4 81,9 80,3

Tabel 3.4. Suhu Udara Rata-rata Pulau Batam

Bln / Thn

Suhu Udara Rata-rata(°C)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Rata-rata

1990 27,0 26,3 27,8 28,6 28,2 28,2 28,2 28,3 28,0 28,7 28,5 27,4 27,91991 28,2 28,7 28,0 29,5 29,1 28,0 28,0 28,8 28,9 28,0 27,6 27,2 28,31992 26,9 27,9 28,2 28,3 28,4 28,4 28,4 28,7 27,6 27,9 27,8 27,2 28,01993 26,4 27,8 28,6 28,8 28,2 28,3 28,3 28,9 29,0 28,0 28,0 28,0 28,21994 28,0 28,5 27,3 28,9 29,5 28,0 28,0 27,5 27,8 28,3 27,7 27,6 28,11995 27,6 27,9 27,5 28,3 29,0 28,5 28,5 27,5 27,5 28,1 27,9 27,2 28,01996 27,3 28,4 29,3 2,5 29,4 28,0 28,0 28,3 27,9 28,3 28,2 27,4 28,31997 27,7 28,4 28,6 29,0 28,3 28,9 28,9 28,6 28,2 28,7 27,5 26,6 28,31998 27,8 28,8 29,6 29,8 29,4 27,9 27,9 28,5 28,2 27,9 26,2 25,5 28,11999 26,2 26,4 26,4 26,8 26,9 26,5 26,5 27,2 26,2 26,3 26,2 26,3 26,52000 26,7 26,7 26,2 27,0 26,8 27,2 27,2 27,0 27,0 26,5 26,2 26,6 26,82001 26,6 26,1 26,9 26,9 27,3 26,7 26,7 26,2 27,1 27,0 26,4 26,0 26,72002 25,8 26,2 27,0 27,1 27,2 27,1 27,1 26,2 26,6 26,6 26,5 26,4 26,72003 26,7 27,0 27,5 27,1 28,0 27,7 27,7 27,5 27,4 27,0 27,1 27,0 27,32004 27,7 28,6 28,9 28,8 28,8 27,5 27,5 26,7 27,1 27,4 27,4 26,6 27,8

2005 26,4 27,0 26,8 27,2 27,1 26,9 26,9 26,5 26,7 26,4 26,6 26,6 26,82006 26,1 26,6 27,0 27,0 27,8 27,1 27,1 26,3 26,7 26,9 33,6 26,8 27,42007 26,3 26,7 26,9 27,0 27,3 27,2 27,2 26,9 26,8 26,8 26,8 26,5 26,92008 26,8 26,8 27,7 27,8 27,8 27,3 27,3 27,7 26,9 27,5 27,2 26,8 27,32009 26,2 27,4 27,5 28,4 27,9 28,2 26,6 27,6 27,0 27,5 27,1 26,7 27,32010 26,2 28,0 28,2 28,1 27,6 28,0 27,3 27,5 27,7 27,1 26,7 26,9 27,4Rata2 26,9 27,4 27,7 28,0 28,1 27,7 27,6 27,5 27,4 27,5 27,5 26,8 27,5

Tabel 3.5. Kecepatan Angin (knots) di Pulau Batam

Bulan

Rata-NoTahun

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec rata

1 1990 8 8 7 7 7 8 8 9 8 8 7 8 7,82 1991 12 9 9 8 8 8 8 10 7 7 10 11 8,93 1992 13 12 11 9 9 8 8 8 8 7 9 9 9,34 1993 10 14 10 11 7 9 8 8 5 7 5 9 8,65 1994 10 10 7 5 6 6 8 7 5 5 6 11 7,26 1995 11 11 6 3 4 5 7 6 6 6 8 10 6,97 1996 10 15 12 7 6 7 6 8 8 6 8 13 8,88 1997 13 13 15 8 6 9 11 11 9 6 7 9 9,89 1998 14 12 11 7 5 8 8 9 6 6 6 8 8,310 1999 12 15 9 5 5 7 7 9 7 6 4 8 7,8

11 2000 14 11 8 6 6 9 12 11 10 6 7 10 9,2

12 2001 11 11 9 6 6 5 7 7 8 6 5 10 7,613 2002 10 13 11 5 6 6 7 5 6 6 5 7 7,314 2003 12 8 9 5 6 7 9 8 7 4 5 6 7,215 2004 8 9 8 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5,216 2005 5 8 3 3 3 4 5 4 4 3 3 6 4,317 2006 6 6 5 3 4 4 5 4 4 3 3 4 4,321 2007 8 9 5 4 3 5 3 6 4 3 4 6 5,022 2008 8 9 8 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4,8Rata-rata 10,3 10,7 8,6 5,8 5,5 6,4 7,1 7,3 6,3 5,7 5,7 8,1 7,3

Tabel 3.6. Penyinaran Matahari Bulanan Rata-rata (jam)

2008 2009 2010 Rata-Bulan Jumlah Rerata Maks. Jumlah Rerata Maks. Jumlah Rerata

Maks.rata

Jan 220,5 7,1 11,2 227,2 7,3 11,1 120,7 3,9 9,1 6,1Feb 146,8 5,2 10,5 230,8 8,2 11,3 191,5 6,8 10,7 6,7Mar 234,7 7,6 10,1 217,3 7,0 10,2 142,2 4,6 9,8 6,4Apr 148,5 5,0 10,4 178,2 5,9 11,0 156,1 5,2 10,6 5,4May 210,5 6,8 10,9 179,0 5,8 11,0 149,0 4,8 9,7 5,8Jun 193,5 6,5 10,8 161,7 5,4 11,4 169,6 5,7 10,4 5,9Jul 198,3 6,4 10,2 158,4 5,1 10,6 192,8 6,2 10,8 5,9Aug 159,6 5,1 9,9 132,8 4,3 10,4 142,1 4,6 10,3 4,7Sep 80,8 2,7 9,3 122,1 4,1 11,0 180,6 6,0 10,3 4,3

Oct 80,3 2,6 8,9 144,8 4,7 9,6 145,3 4,7 10,34,0

Nov 141,1 4,7 11,3 139,1 4,6 9,8 136,9 4,6 10,94,6

Dec 87,0 2,8 10,3 97,8 3,2 9,1 136,2 4,4 10,53,5

Rerata 158,5 5,2 10,3 165,8 5,5 10,5 155,3 5,1 10,35,3

Tabel 3.7.Klasifikasi Iklim

Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec BB BK BK/BBIklim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 171990 BB BB BB - BB BB BB BB BB BB BB BB 11 0 0,00 A1991 BB BB BB - BB BB BB - BB BB BB BB 10 0 0,00 A1992 BB BK BB BB BB BB BB - BB BB BB BB 10 1 0,10 A1993 BB BK - - BB BB BB BB BB - BB BB 8 1 0,13 A1994 BB BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 11 1 0,09 A1995 BB BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 11 1 0,09 A1996 BB - BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB 10 1 0,10 A1997 BB - BB BB BB - - BB BB BK BB BB 8 1 0,13 A1998 BB BK - - BB BB BB BB - BB BB BB 8 1 0,13 A1999 BB BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 11 1 0,09 A2000 BK BB BB BB BB BB - BB BK - BB BB 8 1 0,13 A

2001 BB BB BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB 11 1 0,09 A2002 BB BB BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB 11 1 0,09 A2003 BK BK BK BB BB BB BK BB BB - BB BB 7 3 0,43 C

2004 BB BK BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB 10 2 0,20 B2005 BB BK - BB BB BB BB BB BB BB BB BB 10 1 0,10 A2006 BB - BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 11 0 0,00 A2007 BB BK BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 11 1 0,09 A2008 BB BK BK BB BB BB BB - BB BB BB BB 9 2 0,22 B2009 BB BB BB BB BK BK - BB BB BB BB BB 9 2 0,22 B2010 BB BK BB - BB - BB BB BB BB BB BB 9 1 0,11 A

3.1.2

TopografiPulau Batam memiliki luas sekitar 40.826 Ha. Pulau-pulau yangtersebar di daerah ini merupakan sisa-sisa erosi ataupenyusutan dari daratan pra tersier yang membentangdari semenanjung Malaysia dan Pulau Singapura di bagian utarasampai dengan pulau- pulau Moro dan Kundur serta Karimun disebelah selatan.

Permukaan dengan elevasi 0-5 meter di atas permukaan lautbanyak terdapat di pantai utara dan selatan dan pada umumnyaberupa kawasan hutan bakau (mangrove). Dari luas total wilayahPulau Batam yaitu 40.826 Ha, 51% permukaan memiliki elevasi 5-25 meter diatas permukaan laut. Daerah ini sebagian besarberbentuk medan dataran aluvial dan sesuai untuk permukiman,industri dan pariwisata. Lahan dengan elevasi25-100 meter diatas permukaan laut meliputi 32% dari seluruhluas wilayah Pulau Batam. Kawasan ini sesuai untuk pemukiman,industri dan pariwisata serta hutan lindung untuk daerahdengan elevasi mendekati 100 meter di atas permukaan laut.Sedangkan ketinggian diatas 100 meter memiliki luasan sekitar1%.

Berdasarkan peta topografi yang ada (Gambar 3.1), elevasilahan berkisar antara +0.0LWS hingga sekitar+100m LWS.

3.1.3

GeologiPeta geologi diperlukan untuk memahami kondisi geologiregional, yaitu dengan menelaah penelitian geologi yangpernah dilakukan sebelumnya. Dari peta geologi dapatdiperoleh informasi mengenai penyebaran batuan dan strukturgeologi (sesar, kekar, lipatan) yang diperlukan untukmenentukan lokasi rencana as dam danbangunan penunjang. Selain itu dapat diperoleh informasimengenai entuk morfologi, pola aliran sungai proses pelapukantanah dan jenis batuan.

Data kondisi geologi di Pulau Batam didapat berdasarkan LaporanFinal Evaluasi MasterPlan Barelang, Lemtek UI, 1999 (Mettana, 2006),yaitu sebagai berikut :

Menurut Peta Geologi Lembar Tanjung Pinang Sumatera (Gambar2.4), struktur geologi daerah Tembesi terdiri dari Qa (FormasiAlluvium), Qtg (Formasi Goungon) dan Trsd (FormasiDuriangkang). Formasi Alluvium merupakan formasi pasir, merah

kekuningan dengan komposisi terutama kuarsa, felspat,horenblenda dan biotit yang mungkin berupa sisa erosilapukan granit; konglomerat berkomponen kerikil granit,malihan dan batu pasir, terpilah buruk, tidak terkonsolidasibaik; endapan rawa dan terumbu yang terangkat. Satuan ini yangberupa hasil endapan sungai dan pantai menutupi tak selarasbatuan yang lebih tua.

Formasi Goungon merupakan formasi batu berpasir tufan keputih-putihan, berbutir halus menengah, laminasi sejajar, batu lanauumum dijumpai, tuf dasitan dan tuf litik felspatik berwarnaputih, halus, setempat berselingan dengan batu pasir tuf,memperlihatkan struktur laminasi sejajar dan silang siur; tufputih kemerahan dan batu lanau kelabu agak karbonan mengandungsisa tanaman. Tebal formasi ini diperkirakan sekitar 200m.

Gambar 3.1 : PetaGeologi Batam

Tabel3.8.

Luas Zone Pulau Batam BerdasarkanKlasifikasi Geologi (Ha)

No SWPAlluvium

Batuan

PasirBatam

DasitVitrovirMeamorf Granit Jumlah

1 Batu Ampar 908.00 2479.00 0.00 0.00 0.002 Batam Centre 439.50 1836.73 0.00 0.00 0.003 Kabil 674.79 1990.63 134.96 1700.47 1039.184 Nongsa 443.93 1326.01 0.00 0.00 1660405 Durangkang 2295.63 6151.45 0.00 147.09 0.006 Muka Kuning 41.75 5607.86 0.00 967.11 0.007

TanjungUncang

2719.41 276.14 0.00 3493.81 0.00

8 Sekupang 1445.09 2167.64 0.00 914.78 0.00 4527.51Total 8968.90 21835.46 134.96 7223.26 2699.58 40862.16Presentase 21.95 53.44 0.00 17.68 6.61 100.00

3.1.4 KegempaanBerdasarkan Peta Zona Seismic Indonesia untuk konstruksibangunan tahan gempa yang dikeluarkan oleh PuslitbangPengairan 1995, daerah studi terletak dalam zona seismik 6atau termasuk kedalam wilayah gerakan tanah tidakterlalu tinggi. PetaSeismik disajikan padaGambar 2.5.Untuk mengetahui percepatan gempa desain digunakan rumussebagai berikut :

Dimana:

ad = Z x ac x v

ad = Percepatan Gempa DesainZ = Koefisien Gempaac = Percepatan Gempa Dasar v = Faktor Koreksi.

Daerah penelitian pada umumnya tersusun oleh endapan aluvium, untuk itu faktor koreksi jenis tanahnya ditentukan sesuai dengan Tabel 2.15.

Tabel

3.9Faktor Koreksi Kegempaan Akibat Pengaruh Jenis

Tanah atau Batuan.

No Jenis Batuan

Dasar

PeriodePredominan, Ts

(sec)

Faktor

Dominan

1 Batuan Ts < 0,52 0,902 Diluvium 0,25 ≤ Ts < 0,50 1,003 Aluvium 0,50 ≤ Ts < 0,75 1,104 Aluvium Lunak Ts > 0,75 1,20

Gambar 3.2 : PetaKegempaan

2

• Percepatan Gempa DasarPercepatan gempa desain tergantung dari rencana umurekonomis bangunan, untuk bangunan tahunan, tergantung daritingkat luasnya daerah layanan (skala konstruksi) dankepentingan bangunan ditentukan dari Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Periode Ulang (T) dan Percepatan Gempa Dasar (ac)

No Periode Ulang (T) (tahun)

Percepatan GempaDasar(ac)(gal)

1 10 98,422 20 119,623 50 151,724 100 181,215 200 215,816 500 271,357 1000 322,358 5000 482,809 10000 564,54

• Zona GempaZona gempa tergantung dari posisi daerah terhadap garisisoseismicity, di mana daerah penelitian dan sekitarnyatermasuk dalam zona 6 (z = 0,1 – 0,4).

Dengan substitusi dari pendekatan formula di atas dan zonagempa diambil rata- rata (z = 0,3), maka didapat percepatangempa desain (ad) untuk periode ulang 50 tahun, adalahsebagai berikut:

ad = z x acx v gal= (0,3 x 151,72 x 1,10) gal= 40.96 gal

ad = 40.96 cm/det2= 0.4 m/det2

Catatan : 1 gal =1 cm/det2

ad

Koefisien kegempaan (k) = g=

0,90cm / dt980m / dt 2

= 0,09

Sehingga nilai percepatan gempa disain untuk periode ulang 50 tahunan di daerah studi dan sekitarnya (ad) = 0.4 m/det2, dan koefisien kegempaan (k) = 0.9

Peta geologi diperlukan untuk memahami kondisi geologiregional, yaitu dengan menelaah penelitian geologi yangpernah dilakukan sebelumnya. Dari peta geologi dapatdiperoleh informasi mengenai penyebaran batuan danstruktur geologi (sesar, kekar, lipatan) yang diperlukanuntuk menentukan lokasi rencana as dam dan bangunan.

3.1.5 Kualitas AirPermukaanBerdasarkan Laporan Desain Rekayasa Rinci Dam Sei Tembesi,2007 terdapat beberapa parameter yangmelampaui Baku Mutu

bila dibandingkan dengan Peraturan Pemerintahno.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air danpengendalian pencemaran air.

Parameter-parameter tersebut adalah TDS, TSS, pH, BOD, COD,Seng, Klorida, Fluorida dan Sulfat.

Tabel 3.11. Hasil Analisa Kualitas Air Permukaan

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

HASILPENGUJIAN1 2

1 Suhu oC Deviasi 3 28 282 Residu terlarut (TDS) mg/L 1 28 ^

358603 Residu

tersuspensi(TSS)

NTU 50 128 ^ 1

4 pH - 6,0 - 9,0

5,5 ^ 7,85 BOD mg/L 2 1,9 6,6 ^6 COD mg/L 10 16 ^ 87 ^7 DO mg/L 6 4,6 4,78 Total Posfat

sebagai Pmg/L 0,

20,1294 0,0357

9 Nitrat (NO3 -, N) mg/L 10 2,05 1,4910 Amoniak Bebas

(NH3- N)mg/L 0,

5tt

0,0156

11 Arsen (As) mg/L 0,005 tt

tt12 Kobalt (Co) mg/L 0,

20,0226 0,0235

13 Boron (B) mg/L 1,0

0,1348 0,136214 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 t

ttt15 Khromium Total

(Cr)mg/L 0,05 <

0,001< 0,0018

16 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 <0,007

< 0,0077

17 Besi (Fe) mg/L 0,3

0,75 ^

0,0618 Timbal (Pb) mg/L 0,03 <

0,007< 0,0073

19 Mangan (Mn) mg/L 0,1

< 0,05

< 0,0520 Air raksa (Hg) mg/L 0,001 - -21 Seng (Zn) mg/L 0,05 0,327

41,0278 ^

22 Klorida (Cl-) mg/L - 6,0 18542,6

23 Sianida (CN) mg/L 0,02 tt

tt24 Fluorida (F) mg/L 0,

5< 0,03

1,46 ^25 Nitrit (NO2 -, N) mg/L 0,06 0,0018 <

0,001026 Sulfat (SO4-2) mg/L 400 11 1174 ^27 Klor bebas mg/L 0,03 - -28 Belerang sbg H2S mg/L 0,002 t

ttt29 Minyak & Lemak mg/L 1000 t

ttt30 Detergen (MBAS) mg/L 200 0,0893 0,0537

31 Fenol mg/L 1 0,0225 0,0467Sumber : Laporan Desain Rekayasa Rinci Dam Sei Tembesi,2007Keterangan : 1. Lokasi di hulu SungaiTembesi

: 2. Lokasi di hilir Sungai Tembesi

3.1.6.

HidrologiKondisi eksising sungai dapat diketahui apabila data debitterukur diperlukan untuk kalibrasi parameter DAS dalammenghitung perkiraan debit kontinue dengan menggunakan

model hujan-aliran. Karakteristikketersediaan air dapat dikaji

berdasarkan data aliran inflow yang masuk ke lokasirencana tampungan wadukmelalui pendekatan simulasihujan aliran.

DAS Sei Tering mempunyai bentuk pipih dan memanjang denganbeberapa anak sungai yang bertemu di Sei Tering. KarakteristikDAS di deskripsikan dalam beberapa sifat fisik terukur yangakan menjadi input dalam hitungan banjir rancangan denganpendekatan Hidrograf Satuan sintetik. Untuk lebih jelas PetaHidrogeologi wilayah studi disajikan pada Gambar 3.3.

3.1.7

Hidrooceanografi1)Bathimetri

Berdasarkan peta bathimetri kedalaman perairan yang ada disekitar muara Sei Tering berkisar antara +0,0 LWS hinggasekitar -10 LWS.

Peta Bathimetri wilayah studi dan sekitarnyadisajikan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.3. Peta hidrogeologi – Sekitar Waduk Sei Tembesi

Gambar 3.4 Peta Bathimetri DAS Sei Tembesi

C.2 Lingkup Kegiatan

Secara substansi lingkup pekerjaan meliputi :

1. Pengumpulan Data SekunderKegiatan pengumpulan data sekunder dapat dilakukan olehPenyedia Jasa dengan melakukan kunjungan ke instansi-instansi terkait. Kegiatan pengumpulan data sekunder untukpekerjaan detail desain bangunan bendunganan meliputi:

Data Topografi dan DEM (DigitalElevation Model)Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data petatopografi yang sudah ada, dimana keadaan topografi suatudaerah akan mempengaruhi bentuk dan ukuransuatu DAS. Peta topografi yang dikumpulkan harus menampilkankondisi tata guna lahan pada daerah studi, dimanakondisi tata guna lahan akan berpengaruh terhadap lajuerosi, kecepatan aliran permukaan dan daya infiltrasisesuai dengan SNI 03-1724-1989.

Perolehan peta topografi dapat diperoleh dari Instansiyang berwenang. Jika di Instansi terkait tidak didapatmaka pihak Penyedia Jasa dapat memperoleh di BAKOSURTANALdengan skala minimum 1 : 50.000.

Data DEM juga dapat diperoleh dari data sekunder diinstansi terkait yang pernah melakukan pembuatan peta DEM.Untuk identifikasi awal dapat menggunakan peta DEM dariSRTM atau ASTER DEM. Selanjutnya DEM didetil dapatdiperoleh dari data sekunder atau dibangun dari datatopografi Bakosurtanal.

DataHidrologiKegiatan pengumpulan data hidrologi berupa pengumpulan petastasiun curah hujan, besarnya curah hujan, datameteorologi, debit historis baik debit minimum,rata-rata dan debit maksimum pada suatu daerah aliransungai (DAS) yang pelaksanaan kegiatannya sesuai SNI 03-1724-1989. Berbagai data dan informasi diantaranya berupa :• peta stasiun curah hujan dapat diperoleh dari InstansiBMG dan mungkin jugaPengelola Sumber Daya Air (PSDA).

• data curah hujan harian (terbaru) dapat diperolehdari Instansi BMG dan mungkin juga Pengelola SumberDaya Air (PSDA).

• data meteorologi berupa kondisi temperatur udara,kelembaban relatif, lama penyinaran dan kecepatan angin.Perolehan data dapat diperoleh dari Instansi BMG.

• data debit terbaru dengan periode harian maupunbulanan, minimum selama 5 tahun, yang didapat dari

pengelola bangunan-bangunan sungai eksiting misalkanbendunganan.

DataGeologiKegiatan pengumpulan data geologi adalah pengumpulanpeta geologi regional yang memuat jenis batuan,penyebaran jenis batuan, sifat fisik batuan serta teksturdan struktur tanah dengan skala minimum 1:250.000 sesuaidengan KP–01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentangtahapan studi pelaksanaan pekerjaan. Peta geologi regionaldapat diperoleh di Direktorat Geologi Tata Lingkungan,jika

tidak didapat maka pengumpulan data dapat diperoleh dari Instansi terkait (jika tersedia).

Data Bangunan Air diSungaiData yang dimaksudkan adalah tempat dan jenis semuabangunan air serta bangunan umum lainnya yang dibangun disungai yang mempunyai dampak timbal balik terhadapkondisi morfologi sungai baik di hulu maupun dihilir rencanabangunan sesuai dengan SNI 03-2400-1991.

Data AspekMultisektorKegiatan pengumpulan data aspek multisektor dengan melakukan pengumpulan data yang berupa informasi lingkungan yang menginformasikan tentang kondisikependudukan dan penggunaan air sesuai dengan KP–01,SK DJ Pengairan No.185/KPTSA/A/1986 tentang tahapan studi pelaksanaan pekerjaan. Informasi lingkungan dapat diperoleh dari dariBPS, PSDA, dan BAPEDAL. Data-data tersebutmeliputi: komponen lingkungan fisik-kimia yang terdiri dari iklim, fisiografi dan geologi, hidrologi/kualitas air, ruang lahan dan tanah

komponen biologi yang terdiri dari kondisiflora, fauna dan biota air

2. Survey lapangan

SurveyHidrometriSesuaidengan SNI 03-2414-1991pelaksanaan

pengukuran debit perlu diperhatikan ketentuan dan persyaratan yang meliputi:a. lokasi pengukuran debit perlu diperhatikan faktor

: kesesuaian denganperencanaan ; mudah pencapaian dalam segala situasi dan kondisi; mampu melewatkan banjir; geometri dan badan sungai harus stabil adanya kontrolpenampang; bagian alur sungai yang terbuka lurus.

b. pertimbangan hidraulik meliputi : pola aliran yangseragam dan mendekati sub kritis; tidak terkenapengaruh arus balik dan aliran lahar

c. lama dan periode pelaksanaan : lama pengukurandebit tergantung dari

keadaan aliran pada saat pengukuran.d. keandalan peralatan dan sarana penunjang; peralatan

dan sarana penunjang harus dipelihara agar dapat

berfungsi sebagaimana mestinya antara lain dengankalibrasi secara berkala, dibersihkan dan dirawatdengan baik

e. kemampuan tim pengukurnya

Survey AspekMultisektorKegiatan survey aspek multisektor adalah melakukan identifikasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang pekerjaan lain yang sedang atau akandilakukan oleh pihak yang berwenang lainnya sesuai dengan KP–01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang tahapan studi pelaksanaan pekerjaan.

Investigasi atauPenyelidikanSungaiKegiatan investigasi atau penyelidikan sungai bertujuan untuk mendapatkan karakteristik sungai baik terhadap sedimentasi. Kegiatannya meliputi :

a. Sampling SedimenLayang

Kegiatan investigasi sungai adalah pengambilan sampelsedimen baik dasar maupun layang, pengambilan sampelsedimen layang dilakukan di lokasi yangtidak terpengaruh adanya aliran balik yang diakibatkanoleh bangunan air dan sebelum dilakukan kegiatanpengambilan sampel perlu dilakukan kegiatan pengukuranyang meliputi penampang melintang dan debit. Perletakanperalatan pada lubang pengambilan harus berada 10 cm diatas dasar sungaiSNI 03-3414-1994.

b. Sampling SedimenDasar

Sampel diambil dari dasar sungai padapenampang memanjang dan penampang melintang

ditempat yang dianggap dapat mewakili kondisimaterial dasar sungai setempat. Metode pengambilandisesuaikan denganketentuan yangberlaku.

GeoteknikLapanganKegiatan penyelidikan geoteknik lapangan diperlukan untukmengetahui data karakteristik mekanika tanah/batuan dilokasi as bendungan dan bendungan pelana (bila ada).Penyelidikan geoteknik lapangan mencakup kegiatan pemboraninti, pengambilan sampel serta bor tangan. Penyelidikangeoteknik lapangan yangdiperlukanmeliputi:

• PengeboranInti

Pengeboran dilakukan pada lokasi rencana asbendungan dan bendungan pelana (bila ada) denganminimal 1 titik bor dengan total kedalaman 50 meter.Item analisis dalam pemboran inti antara lain: RQD, SPT,Permeabilitas (PackerTest dengan 5 tekanan), sudut geserdalam dan kohesi.

• TestPit

Dilakukan pada lokasi calon sumber bahan material(borrow area) untuk pembangunan bendungan.

3. AnalisisKegiatan analisis yang dilakukan pada kegiatan SID

Bendungan adalah sebagai berikut :

KetersediaanairAdapun tahap kegiatannya adalahsebagai berikut:(a) Analisis awal terhadap kondisi klimatologi pada

lokasi pekerjaan yang berupa analisis evaporasi dan evapotranspirasi potensial. Jika data klimatologi yang tersedia adalah suhuudara, kelembaban relatif,

kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan tekananudara serta data topografi yang meliputi elevasi

atau altitude stasiun pengamatanmenggunakan metode Pennman-Monteith sesuai denganRSNI T-01-2004

Jika data klimatologi yang ada adalah suhuudara, kelembaban relatif,

kecepatan angin dan lama penyinaran matahari makaperhitungan evapotranspirasi menggunakan metodePenman Modifikasi

Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udaradan lama penyinaran matahari maka perhitunganevapotranspirasi menggunakan metode Radiasi danBlaney-Criddle

Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udara makaperhitungan evapotranspirasi menggunakan metodeThornthwaite.

Jika data topografi berupa data digital mapmaka metode analisisnya digunakan Digital ElevationModelling (DEM)

b) Analisis ketersediaan air adalah besarnya debit aliranyang ada di Sei Tering sebagai sumber pengambilan untukpemenuhan kebutuhan yang meliputi debit andalan denganberbagai probabilitas (probability) dalam artian 80 %musim kering.