distilasi fraksionasi (mawar kusumah putri).rtf
TRANSCRIPT
Laboratorium Satuan Operasi 2
Semester V 2012/2013
LAPORAN PRATIKUM
Distilasi Fraksionasi
Oleh :
Kelompok II
Mawar Kusumah Putri
(331 10 068)
Pembimbing Lab.:Ir.Swastanti Brotowati.,M.Si.
Tanggal Praktikum:03 & 10 September 2012
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2012
desrilasi fraksionasi
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan Umum:
Prinsip-prinsip kesetimbangan pada suatu campuran (hubungan antara suhu, tekanan dan komposisi) adalah suatu hal penting yang perlu ditetapkan pada operasi distilasi.Tingkat pemurnian produk sangat tergantung pada teknik pengoperasian yang benar.
Tujuan Khusus:
Melakukan pemecahan campuran dengan dengan distilasi batch dengan sistem dengan sistem refluks.Melakukan distilasi dengan sistem refluks total dan refluks konstan paa suatu harga tertentu.Menghitung jumlah tahap teoritis dengan menggunakan metode McCabe-Thile.Menghitung komposisi bottom dan komposisi rata-rata produk.Melakukan operasi distilasi dengan sistem pengaturan refluks untuk mendapatkan produk yang tetap (universatile).
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
Piknometer ErlenmeyerPipet ukurBalpAluminium foilNeraca analitikKolom destilasi frasionasiTissue
Bahan yang digunakan :
Etanol konsentrasi (99,9%)Aquadest Campuran etanol-air yang tidak diketahui konsentrasinya
DASAR TEORI
Distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan campuran cairan atas komponen-komponennya. Pada cara ini, campuran cairan yang terdiri dari dua atau lebih komponen dipanaskan titik didihnya sehingga sebagian cairan menguap. Uap yang keluar pada pemanasan ini masih merupakan campuran tetapi komposisinya pada umumnya berbeda dengan komposisi cairan asalnya. Apabila uap ini diembunkan (kondensasi), akan diperoleh cairan dengan komposisi yang berbeda dengan komposisi yang semula. Perbedaan komposisi fasa uap dengan komposisi fasa cairan awalnya inilah menjadi dasar operasi distilasi. Hubungan komposisi uap dan cairan diberikan oleh hubungan kesetimbangan uap cair.
Ada sistem tertentu dimana komposisi fasa uap kesetimbangannya sama dengan komposisi fasa cairnya. Pada keadaan ini distilasi tidak dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponennya (campuran Azeotrop).
Distilasi banyak dilakukan dalam industri minyak bumi untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi yang diinginkan. Kelompok lain adalah distilasi campuran alkohol-air dengan tujuan memperoleh alkohol dengan konsentrasi lebih tinggi. Pemisahan air dari air garam tidak disebut distilasi tapi penguapan (Evaporasi) karena disini fasa uapnya hanya satu komponen yaitu air.
Secara teoritis tidak dapat diperoleh suatu zat yang mutlak (100%) tetapi dengan cara penguapan dan kondensasi secara berulang-ulang dapat diperoleh zat dengan kemurnian yang lebih tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Sukar mudahnya pemisahan secara distilasi bergantung pada besarnya perbedaan sifat zat-zat yang mirip satu sama lain, pemisahaan secara distilasi sukar dilakukan.
Kesetimbangan Uap Cair
Keberhasilan penerapan cara distilasi sangat bergantung kepada pemahaman dan tersedianya data kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cairan campuran yang akan di dislitasi. Data kesetimbangan uap cair cair dapat diperoleh dari percobaan.
Diagram Titik Didih Komposisi
Titik didih (titik gelembung/buble point) suatu campuran bergantung kepada tekanan dan komposisinya. Demikian pula kebalikannya yaitu titik embun campuran menunjukkan lengkungan (kurva) yang menggambarkan hubungan komposisi dengan titik didih dan titik embun untuk komponen dua campuran (biner).
Zat A lebih cepat menguap dibandingkan dengan zat B. Tiap titik menunjukkan komposisi campuran fasa uap. Titiktitik pada kedua kurva yang dihubungkan dengan garis mendatar menunjukkan komposisi fasa uap dan komposisi fasa cair yang berbeda dalam kesetimbangan. Jadi cairan dengan komposisi x (titik d) dan uap dengan komposisi y (titik e) berada dalam kesetimbangan.
Pada beberapa sistem, terdapat suatu harga tertentu komposisi pada mana komposisi dalam fasa uap sama dengan komposisi dalam fasa cairnya. Campuran ini disebut campuran Azeotrop atau campuran alkohol (etanol) air dengan komposisi 89,4 % mol etanol (1 atm, 78,2 OC) telah dari 3000 campuran azeotrop telah ditentukan orang.
Tinjaulah suatu campuran biner yang dipanaskan dalam sebuah bejana tertutup sehingga tidak ada bahan keluar dan tekanan dijaga tetap pada 1 atm.Hukum-hukum Dalton, Hendry, dan Raoult.
Diagram titik didih dibuat berdasarkan data kesetimbangan uap cair yang diperoleh dari percobaan untuk sistem-sistem atau keadaan tertentu. Data kesetimbangan dapat dihitung dari data tekanan uap zat murni. Perhitungan ini berdasarkan kepada hukum Hendry atau Raoult.
Untuk sistem gas ideal, komposisi campuran dapat dinyatakan dengan tekanan parsial komponen-komponennya. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas merupakan jumlah tekanan parsial semua komponen-komponennya.
Pt = Pi atau Pt = PA +PB+PC.
.................... (2-1)
Dimana P adalah tekanan total, Pi takanan parsial komponen i (A, B, C, dst).
Tekanan parsial suatu komponen sebanding dengan banyaknya mol komponen tersebut fraksi mol suatu komponen adalah :
.......
+
+
+
-
-
PC
PB
PA
PA
YA
atau
P
P
Y
i
i
.......
+
+
+
-
-
PC
PB
PA
PA
YA
atau
P
P
Y
i
i
.................... (2-2)
Hukum Hendry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu parsial suatu komponen (A) diatas larutan sebanding larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut.
PA = HA . XA
...................(2.3)
Dimana H adalah tetapan hukum Hendry. Hukum ini berlaku untuk larutan encer (XA, rendah, XB (pelarutnya) tinggi).
Hukum Roult juga memberikan hubungan antara tekanan parsial suatu zat diatas larutan dengan fraksi molnya.
PA = P . HA . XA
.................... (2-4)
P*A = tekanan uap zat A murni. Hukum ini berlaku untuk XA yang tinggi (berarti XB rendah)
Dengan hukum-hukum tersebut diatas, komposisi, kesetimbangan cair-uap (X-Y, dapat dihitung dari data tekanan uap zat-zat murni. Untuk suatu campuran biner (2 kompenen A dan B), dimana fraksi mol zat A (yang lebih mudah menguap) sama dengan X, maka :
PA - P*A . XA
PB - P*B (1-X)*
....................... (2-5)
Tekanan total P PA PB P*A + P*B (1 X) ....................... (2-6)
Fraksi mol A dalam fasa uapnya.
P
Ax
P
x
B
P
Ax
P
Ax
P
PB
PA
PA
*
)
1
(
*
*
*
=
-
-
=
+
.......... (2-7)
Sebagai contoh campuran dan toluena pada 100OC :
Tekanan uap benzena murni: 1350 mmHg
Tekanan uap toluena murni: 556 mmHg
Tekanan sistem masing-masing komponen
Tekanan parsial benzena, PA - 1350 x grafik 1
Tekanan parsial toluena, PB - 556 (1 x) grafik 2
Tekanan total, P 1350 x + 556 (1 x) grafik 3
Dari persamaan-persamaan ini atau grafiknya diperoleh data untuk titik didih 100OC. Misalkan untuk tekanan total 1 atm (760 mmHg)
XA= 0,257
XB= 1 0,257 = 0,743
PA= 347 mmHg
YA= 347 / 760 = 0,456
Dengan cara yang sama dan data tekanan uap pada suhu yang lain, dapat di hitung x dan y untuk suhu tersebut. Misalnya pada suhu 82,2 OC.
P*A 811 mmHg:P*B 314 mmHg
Untuk tekanan total 760 mmHg :
760 811 x + 314 (1 x)
x = 0,897
y =
958
,
0
760
)
897
,
0
)(
811
(
=
Pada akhirnya diperoleh data sebagai berikut :
T, OC
x
y
82,2
100
0,897
0,257
0.958
0,456
Dari data ini dibuat diagram titik didih
Hukum Raoult berlaku untuk campuran komponen-komponen yang secara kimia mirip satu sama lain (contoh benzena dan toluena). Banyak sistem campuran yang dikenal dalam praktik menyimpang dari hukum. Kalaupun berlaku biasanya hanya dalam selang komposisi yang sempit. Untuk larutan encer, hukum Raoult berlaku bagi pelarutnya. Sebaiknya hukum Hendry berlaku untuk zat terlarut dalam larutan yang encer.
Volativitas Relatif
Hubungan komposisi kesetimbangan dalam fasa uap (Y) dengan komposisi fasa cairnya dapat dinyatakan dengan cara lain, yaitu dengan istilah volatilitas (volatility). Volatilitas didefinisikan sebagai perbandingan tekanan parsial dengan fraksi mol dalam cairan. Volatilitas zat A PA/XA dan volatilitas zat B PB/XB.
Perbandingan kedua volatilitas ini disebut volatilitas relatif, diberi lambang (alpha). Dengan mengganti Y dengan YP, maka :
YBXA
YAXB
XB
YB
XA
YA
=
=
/
/
a
......................... (2-8)
YA / YB = (XA / XB)......................... (2-9)
Untuk campuran biner YB = 1 YA dan XB = 1 XA, maka :
XA
XA
YA
YA
)
1
(
)
1
(
-
=
-
=
a
.....................(2-10)
YBXA
YAXB
XB
YB
XA
YA
YA
=
=
/
/
dan
yA
XA
XA
)
1
(
-
-
=
a
a
.....................(2-11)
Jadi apabila diketahui, maka komposisi kesetimbangan (y,x) dapay dihitung. Untuk sistem ideal hukum Raoult berlaku, maka :
P
x
B
P
y
P
A
P
y
)
1
(
*
1
dan
*
-
-
-
-
Subtitusi persamaan-persamaan ini kepersamaan (2-10) akan memperoleh :
B
P
A
P
*
*
-
a
......................(2-12)Diagram Kesetimbangan
Untuk membahas distilasi seringkali digunakan bentuk yang disederhanakan yaitu menjadi diagram hubungan antara komposisi fasa uap (Y) dengan komposisi fasa cair kesetimbangannya (X) pada tekanan uap. Diagram ini disebut dengan kesetimbangan atau diagram x,y.
Pressure mercuri
Parsial Pressure benzene
Total Pressure
Parsial Pressure toluena
Mole Fraksion Benzene
Grafik tekanan uap campuran Benzena-Toluena dan data tekanan uap zat, maka :
100
Y1
X1
100
0
Diagram Kesetimbangan
Distilasi Rektifikasi secara Batch
Distilasi ini sering digunakan untuk memisahkan komponen-komponen zat padat kualitas yang sangat kecil dan hasilnya dapat berubah-ubah (versatile). Hal ini disebabkan oleh perubahan komposisi umpan sesuai dengan banyaknya pengurangan komponen yang lebih volatil. Cara destilasi ini umpan ditempatkan didalam labu (ketel) pemanas. Akibat mengalami pemanasan sampai pada titik didihnya maka akan terbentuk uap. Uap tersebut akan melewati kolom atau plate-plate yang dikondensasikan. Pada saat awal (start up) seluruh kondensat dikembalikan dalam kolom agar terjadi pengontakan dengan fase uap yang datang dari ketel hingga suatu saat komposisi pada puncak kolom konstan. Apabila telah mencapai kesetimbangan baru dapat dilakukan pengaturan refluks. Bila refluks dipertahankan konstan maka konsentrasi produk juga akan semakin menurun seiring dengan menurunnya komposisi umpan.
Metoda analisis juga dapat digunakan diagram Mc. Cabe-Thiele, dengan persamaan garis operasi yang sama dengan yang digunakan untuk bagian rektilikasi pada destilasi kontinyu.
1
1
.
.
'
1
+
+
=
+
D
D
D
D
O
a
R
X
R
X
R
Y
Sistem ini dapat juga dioperasikan untuk membuat komposisi puncak konstan dengan cara meningkatkan rasio refluks bersamaan dengan perubahan komposisi umpan dalam ketel. Diagram Mc. Cabe-Thiele dalam hal ini akan mempunyai berbagai garis-garis operasi dengan kemiringan yang berbeda-beda yang letaknya adalah sedemikian rupa sehingga jumlah tetap ideal yang diperlukan untuk peluruhan dan XD, kC, XB selalu sama. Untuk menentukan rasio refluks yang diperlukan XD konstan dan XB tertentu diperlukan perhitungan dengan metoda coba-coba, karena jenjang terakhir pada garis operasi yang diandaikan itu harus jatuh tepat pada XB . akan tetapi jika rasio ref luks awal sudah dipilih (RO > R min) dengan metode ini nilai XB untul tahap-tahap berikut pada distilasi itu bisa didapatkan dengan mengandaikan nilai untul RD lalu menggambarkan garis operasi, dan membuat jumlah jenjang yang tepat dan ujungnya adalah XB.
Metoda alternatif dalam menjalankan distilasi Rektifikasi secara bacth adalah dengan menetapkan rasio refluks dan membiarkan kemurnian hasil atas berubah menurut waktu dan menghentikan distilasi apabila kualitas hasil atau konsentrasi rata-rata didalam hasil total telah mencapai suatu nilai tertentu.
Untuk menghitung kinerja dari pendidih ulang kita gambarkan garis-garis operasi dengan kemiringan konstan dengan bermula pada titik Xdi dan kemudian XB, terus berubah kenilai yang lebih kecil dan membuat jenjang-jenjang yang sesuai dengan jumlah tahap ideal yang ada untuk persamaan sebagai berikut :
Misalkan jumlah mol dalam ketel B dengan komposisi XB jika menguap sejumlah dB yang fraksinya XD, maka sisanya menjadi ( B - dB ) dengan fraksi ( XB - dXB ).
Neraca komponen : B - XB + XB - dXB + ( B - dB )( XB - dXB ).
(
)
(
)
D
B
B
D
B
B
X
X
dX
X
dX
B
d
-
-
-
-
-
B
X
Persamaan ini dapat diselesaikan secara integrasi grafik dengan batasan awal dan akhir operasi destilasi sehingga persamaan menjadi :
-
=
=
F
B
XD
XB
B
D
B
X
X
dX
B
B
B
dB
)
(
ln
-
=
=
F
B
XD
XB
B
D
B
X
X
dX
B
B
B
dB
)
(
ln
-
=
=
F
B
XD
XB
B
D
B
X
X
dX
B
B
B
dB
)
(
ln
Dimana F= Jumlah mol saat awal destilat
B= Jumlah mol residu pada saat destilasi dihentikan
XD= Fraksi ol destilat
XB= Fraksi mol residu
Xi= Fraksi mol umpan pada saat destilasi
XDi= Fraksi mol residu pada saat destilasi dihentikan
Dari persamaan diatas dengan dibantu oleh diagram Mc. Cabe Thiele maka dapat diselesaikan secara grafik seperti dibawah ini :
B
D
X
X
-
1
B
D
X
X
-
1
AT
b\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
XB
XD
XB
Dari gambar tersebut dapat dihitung luas total (AT) dengan cara membagi-bagi atas beberapa segmen. Semakin banyak segmen uang dibuat maka semakin banyak teliti hasil perhitungannya. Dari hasil besar AT yang didapat maka dapat disubtitusikan kedalam persamaan diatas sehingga :
Ln F - Ln B - AT
Dengan demikian jumlah mol residu (bottom) dapat dihitung dan jumlah mol produk juga dapat dihitung. Komposisi produk rata-rata dapat dihitung dengan persamaan :
D
X
B
X
F
X
B
D
rata
.
.
-
=
Dimana :F = Jumlah mol umpan mula-mula
D= Jumlah mol destilat total setelah destilasi dihentikan
XF= Fraksi mol umpan mula-mula
XD= Fraksi mol residu pada saat destilasi dihentikan
PROSEDUR KERJA
Umpan
Dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi VS berat jenis etanol.Diukur berat jenis umpan yang akan didistilasi.Dikalibrasi Piknometer.Ditimbang piknometer kosong.Ditimbang piknometer kosong + umpan.Dihitung berat jenis umpan.Diplotkan pada kurva kalibrasi.Didapatkan konsentrasi umpan ( XF ).
Destilat
Diukur berat jenis destilat.Dikalibrasi Piknometer.Ditimbang piknometer kosong .Ditimbang piknometer kosong + destilat.Dihitung berat jenis destilat.Diplotkan pada kurva kalibrasi.Didapatkan konsentrasi umpan ( XD ).
Bottom Produk
Diukur berat jenis bottom produk.Dikalibrasi Piknometer.Ditimbang piknometer kosong.Ditimbang piknometer kosong + bottom produk.Dihitung berat jenis bottom produk.Diplotkan pada kurva kalibrasi.Didapatkan konsentrasi bottom produk ( XR ).
DATA PENGAMATAN
DATA KURVA KALIBRASI
Etanol (%)
Air (%)
Piknometer
Kosong
(g)
Piknometer
Ksng+Sampel
(g)
0
100
-
36,799
20
80
16,594
38,270
40
60
16,594
39,610
60
40
16,594
40,614
80
20
16,594
41,395
100
0
16,594
42,104
Berat piknometer kosong: 16,594g
Berat piknometer kosong + aquadest: 42,104g
Berat Sampel
Berat Etanol 20%:41,395g
Berat Etanol 40%:40,614g
Berat Etanol 60%:39,610g
Berat Etanol 80%:38,270g
Berat Etanol 100%:36,799g
Berat destilat
Berat piknometer kosong: 16,594g
Berat Pikno ksng + destilat: 42,9989g
Volume umpan:4000mL
Volume produk bottom:3580mL
Volume destilat: 328mL
PERHITUNGAN
Kalibrasi Piknometer
Penentuan Berat Jenis Air
Dik:Berat piknometer kosong=16,594g
Berat piknometer + air=42,104g
Berat jenis air (30C)= 0,99564g/mL
Penyelesaian:
Berat air = ( Berat piknometer + air ) ( Berat piknometer kosong )
= 42,104 g 16,594 g
= 20, 205 g
Volume air= Berat air / Densitas air ( 30oC )
Volume air= 20, 205 g
0,99564 g/mL
Volume air =25,62 mL
Volume air =Volume piknometer
Perhitungan Kalibrasi
Berat Campuran (Etanol-Air)
Dik:Berat piknometer kosong=16,594g
Berat Etanol 20%=41,395g
Berat Etanol 40%=40,614g
Berat Etanol 60%=39,610g
Berat Etanol 80%=38,270g
Berat Etanol 100%=36,799g
Berat jenis air (30C)= 0,99564g/mL
Penyelesaian:
Berat (camp. 20% / 80%) = (Berat pikno. + sampel) (Berat pikno. kosong )
= 41,395 g 16,594 g
= 24,801 g
Berat Jenis Etanol (20 %) / Air (80 %)
Berat jenis ( 20% / 80% )= Berat (campuran 20% / 80%)
Volume piknometer
Berat jenis ( 20% / 80% )= 24,801 g
25,62 mL
Berat jenis ( 20% / 80% )=0,9680 g/ mL
Untuk perhitungan selanjutnya sama dengan yang di atas.
Etanol
(%)
Air
(%)
Piknometer
Kosong
(g)
Piknometer
Ksng + Sampel
Densitas
(g/mL)
Volume
Piknometer
(mL)
0
100
-
-
0,788
-
20
80
16,594
41,395
0,9680
25,62
40
60
16,594
40,614
0,9375
25,62
60
40
16,594
39,610
0,8843
25,62
80
20
16,594
38,270
0,8320
25,62
100
0
16,594
36,799
0,7745
25,62
Perhitungan kadar etanol umpan sebelum didistilasi
Dik: Berat piknometer kosong:22,9071g
Berat pikno ksng + umpan:46,2840g
Volume piknometer:25,2325mL
Dit: Berat jenis umpan.???
Penyelesaian:
BJ umpan: [ (Berat pikno ksng + umpan) (Berat piknometer kosong) ]
Volume piknometer
BJ umpan: [ (46,2840 g) (22,9071 g) ]
25,2325 mL
BJ umpan: 0,9264 g/mL
Perhitungan kadar etanol pada destilat
Dik: Berat piknometer kosong:22,9244g
Berat pikno ksng + bottom :42,8445g
Volume piknometer:25,2325mL
Dit: Berat jenis destilat.???
Penyelesaian:
BJ destilat: [ (Berat pikno ksng + destilat) (Berat piknometer kosong) ]
Volume piknometer
BJ destilat: [ (42,8445 g) (22,9244 g) ]
25,2325 mL
BJ destilat: 0,7894 g/mL
Perhitungan sisa kadar etanol pada bottom produk
Dik: Berat piknometer kosong:22,9266g
Berat pikno ksng + bottom :46,4068g
Volume piknometer:25,2325mL
Dit: Berat jenis bottom produk.???
Penyelesaian:
BJ bottom: [ (Berat pikno ksng + bottom) (Berat piknometer kosong) ]
Volume piknometer
BJ bottom: [ (46,4068 g) (22,9266 g) ]
25,2325 mL
BJ bottom: 0,9305 g/mL
Dari data di atas dapat dibuat kurva kalibrasi
Kurva Kalibrasi Antara Konsentasi (%) VS Berat Jenis (g/mL)
Keterangan :
Kadar etanol umpan:44 %
Kadar etanol destilat:96 %
Kadar etanol bottom produk:38 %
Perhitungan volume etanol umpan
Volume etanolumpan: Kadar etanol umpan * Volume umpan
Volume etanolumpan: 44 % * 5000 mL
Volume etanolumpan: 2200 mL
Perhitungan volume etanol bottom produk
Volume etanol bottom: Kadar etanol bottom * Volume bottom produk
Volume etanol bottom: 38 % * 4080 mL
Volume etanol bottom: 1550,4 mL
Volume etanol destilat yang didapatkan
Volume etanol destilat: 96% * 660 mL
Volume etanol destilat: 633,4 mL
Perhitungan volume air umpan
Volume air umpan: Kadar air umpan * Volume umpan
Volume air umpan: (100% - 44%) * 5000 mL
Volume air umpan: 56% * 5000 mL
Volume air umpan: 2800 mL
Perhitungan volume air bottom produk
Volume air bottom: Kadar air bottom * Volume bottom produk
Volume air bottom: (100% - 38 %) * 4080 mL
Volume air bottom: 62% * 4080 mL
Volume air bottom: 2529,6 mL
Volume air destilat yang didapatkan
Volume air destilat: Kadar air destilat * Volume destilat
Volume air destilat: (100% - 96%) * 660 mL
Volume air destilat: 4% * 660 mL
Volume air destilat: 26,4 mL
Neraca kesetimbangan volum etanol
Vol. etanol umpan = Vol. etanol bottom + Vol. etanol destilat
2200 mL=1550,4 mL + 633,6 mL
2200 mL=2184 mL
Didapatkan selisih volume antara vol etanol umpan dengan volume hasil destilat sebesar 16 mL.
Necara kesetimbangan volume air
Volume air dalam umpan=Vol. air bottom + Vol. air destilat
2800 mL=2529,6 mL + 26,4 mL
2800 mL=2556 mL
Didapatkan selisih volume antara vol air umpan dengan volume air hasil bottom + destilat sebesar 244 mL.
Perhitungsan fraksi mol etanol umpan (XF)
XF= Vol. etanol umpan * BJ etanol
BM etanol
Vol. etanol umpan * BJ etanol Vol. air umpan * BJ air
BM etanol BM air
XF= 2200 mL * 0,790 g/mL
46,07 g/mol
2200 mL * 0,790 g/mL 2800 mL * 0,99564 g/mL
46,07 g/mol 18 g/mol
XF= 37,72 mol
192,59 mol
XF= 0,195
Perhitungan fraksi mol bottom produk (XB)
XB= Vol. etanol bottom * BJ etanol
BM etanol
Vol. etanol bottom * BJ etanol Vol. air bottom * BJ air
BM etanol BM air
XB= 1550,4 mL * 0,790 g/mL
46,07 g/mol
1550,4 mL * 0,790 mL 2529,4 mL * 0,99564 g/mL
46,07 g/mol 18 g/mol
XB= 26,58 mol
166,48 mol
XB= 0,159
Perhitungan fraksi mol destilat (XD)
XD= Vol. etanol destilat * BJ etanol
BM etanol
Vol. etanol destilat * BJ etanol Vol. air destilat * BJ air
BM etanol BM air
XD= 660 mL * 0,790 g/mL
46,07 g/mol
660 mL * 0,790 g/mL 26,4 mL * 0,99564 g/mL
46,07 g/mol 18 g/mol
XD= 11,317 mol
12,777 mol
XD= 0,885
PEMBAHASAN