diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar...
TRANSCRIPT
PENGARUH KONFLIK ANTAR KELOMPOK TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA DI SMK BINTANG NUSANTARA PONDOK AREN
TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
RAGA WIRANATA
107015001013
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIFHIDATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK
RAGA WIRANATA. NIM 107015001013. Pangaruh Konflik Antarkelompok
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang Selatan. Skripsi. Jakarta : Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah. 2011.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaruh konflik antarkelompok
terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara (BINUSA) Pondok
Aren Tangerang Selatan. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan
membuktikan ada atau tidaknya pengaruh konflik antarkelompok terhadap
prestasi belajar siswa.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa adanya, yang ditunjang oleh data –
data yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Metode ini digunakan untuk
menelaah pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X TKJ SMK
Bintang Nusantara Pondok Aren. Kelas ini terdiri dari 28 siswa, namun peneliti
hanya mengambil 20 siswa laki-laki sebagai sampel penelitian. Instrumen yang
dipakai adalah angket, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Teknik
analisis data menggunakan teknik analisis secara kualitatif yang dinamakan
deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa adanya, dengan membuat tabel
frekuensi kemudian dilengkapi dengan presentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Terdapat pengaruh konflik
antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa, melalui hasil wawancara dan juga
angket yang disebarkan kepada 20 siswa yang menjadi responden menunjukkan
pengaruh konflik antarkelompok dalam hal ini aksi tawuran terhadap prestasi
belajar siswa membuat prestasi siswa menurun. Hal ini disebabkan karena siswa
yang melakukan aksi tawuran sering membolos sekolah, sehingga mereka
tertinggal dalam mata pelajaran di sekolah. 2) Berdasarkan hasil wawancara
penulis dapatkan bahwa siswa yang melakukan aksi tawuran pada umumnya
adalah siswa yang pemalas, sering melanggar tata tertib sekolah, dan melawan
kepada Guru, hal ini tentu saja membuat prestasi belajar mereka tidak baik dan
cenderung menurun. 3) Siswa yang melakukan aksi tawuran akan dikenai sanksi
berupa skorsing selama beberapa minggu, hal ini juga menjadi salah satu indikator
menurunya prestasi belajar siswa di sekolah. 4) Pihak sekolah dan para orang tua
bekerja sama untuk mengatasi masalah tawuran ini agar tidak terulang kembali.
ABSTRACT
RAGA WIRANATA. NIM 107015001013. The conflict effects between
groups toward the student achievement in studying in SMK Bintang
Nusantara Pondok Aren, South Tangerang. Final paper. Jakarta. Social
Science Education Department, Faculty of Tarbiyah Science and Public
Islam University Syarif Hidayatullah. 2011.
The problem in this research is the conflict effects between groups toward
the student achievement in studying in SMK Bintang Nusantara (BINUSA)
Pondok Aren, South Tangerang. The purpose of the research are the researcher
wants to know and prove the existent of the conflict effects between groups
toward the student achievement in studying.
The method that is used in the research is the descriptive analysis method. It
is a method that is supported by several data that have been collected through in
the field research. The method is used to research the conflict effects between
toward the student achievement in studying. In the research, the writer uses
student grade X TKJ SMK Bintang Nusantara Pondok Aren as a subject of
research. The class consists of 28 student, but the researcher only takes 20 student
as a sample of research. The instrument that is used in the research are
questioners, interview and observation data. The data analysis technique uses
analysis technique style qualitative that is called descriptive analysis, which
explains a truly problem that is happened, with table of data and presentase?
The result of the research shows that there are some conflict effects between
groups toward the student achievement in studying. The first, the result of
interviews and questioners that is delivered to 20 student as a respondent show the
conflict effects, the fighting between groups of student in this case, toward the
student achievement in studying makes the student achievement decrease. It is
caused because these student do not often go to school. So that, they often leave
many subjects in the class. The second, based on the result of interviews the writer
finds, the student that usually are involved the fighting between groups of
student, generally are the lazy student, often against the roles of the school and the
teachers. These habits can make the student achievement bad and even decrease.
The third, the student that is involved the fighting between groups will be given a
punishment. They do not need to go to school for some weeks as a punishment.
The forth, the school and parents together solve the problem. So, It will not
happen in the future.
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan ke
hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat teriring salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia menuju jalan kebenaran.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini selesai berkat adanya
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA, sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran,
pengarahan, ilmu serta motivasinya kepada penulis, semoga kebaikan beliau
dibalas oleh Allah SWT.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah sabar dan ikhlas mendidik penulis, semoga
ilmu yang diberikan dapat bertambah dan bermanfaat.
5. Kedua orang tua tercinta Bapak Asmawi dan Ibu Sauni yang tiada hentinya
memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis dalam kehidupan.
6. Kakakku tercinta, Maritul Kiftiah, Rini Asmawati, Ratna Dewi Sartika dan
adik tercinta M. Rinza Ashari dan M. Ramzi Ashari yang selama ini selalu
memberikan motivasi, do’a dan kasih sayang untuk bisa menyelesaikan skripsi
secepatnya.
ii
7. Sahabatku tersayang dan juga sahabat seperjuangan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Konsentrasi Sosiologi-Antropologi angkatan 2007 yaitu
Nurlela, Siti Ngaisah, Reyita Mardati Sakinah, Nurlita Marya, Ismi Lutfiah,
Wahyu Adhi Prasetyo, Dede Kurniawan dan Ade Komarudin yang selalu
memberikan bantuan dan selalu menghibur penulis disaat penulis tidak
mampu menyelesaikan tugas. Semoga kenangan kita selama menjadi
mahasiswa di jurusan Pendidikan IPS tidak terlupakan.
8. Drs. Sadiyanto, selaku kepala sekolah SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
serta guru wali kelas X TKJ yaitu Bapak Nurhadi, S.Pd.I, yang mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian. Serta Ibu Nita Erlypranawaty, S.Psi, yang
telah bersedia diwawancarai oleh penulis, sehingga penulis mendapatkan
informasi yang diinginkan.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Agustus 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 9
D. Perumusan Masalah ................................................................ 9
E. Hipotesis ................................................................................. 9
F. Tujuan dan Signifikansi .......................................................... 10
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Pengertian Pengaruh ............................................................... 11
B. Konsep Konflik Sosial ............................................................ 11
1. Pengertian Konflik ............................................................. 11
2. Pengertian Konflik Menurut Para Ahli .............................. 13
3. Sebab - sebab Terjadinya Konflik ..................................... 14
4. Macam – macam Konflik Sosial ........................................ 15
5. Dampak – dampak Konflik ................................................ 17
6. Cara Mengatasi Konflik ..................................................... 22
C. Konsep Teori Konflik ............................................................. 24
1. Teori Konflik Karl Marx ................................................... 25
2. Toeri Konflik Ralf Dahrendorf .......................................... 26
3. Toeri Konflik Jonathan Turner .......................................... 28
D. Konsep Prestasi Belajar .......................................................... 29
1. Pengertian Prestasi ............................................................. 29
2. Pengertian Belajar .............................................................. 29
3. Pengertian Prestasi Belajar ................................................ 33
4. Hakikat Belajar .................................................................. 34
5. Ciri – ciri Belajar ............................................................... 34
6. Prinsip – prinsip Belajar .................................................... 35
7. Toeri – teori Belajar ........................................................... 35
8. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar 37
9. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ....... 38
E. Kerangka Konseptual ............................................................. 39
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Wilayah/lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...................... 42
B. Populasi dan Sampel ................................................................. 42
C. Metode Penelitian ..................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43
E. Teknik Pengolahan Data ........................................................... 44
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang Selatan ..................................................................... 46
1. Sejarah Berdirinya SMK Bintang Nusantara ....................... 46
2. Visi dan Misi Sekolah .......................................................... 46
3. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan .................................. 47
4. Keadaan Sarana dan Prasarana............................................. 48
5. Struktur Organisasi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren 50
6. Kegiatan ekstrakurikuler ...................................................... 51
B. Pendapat Guru tentang konflik antarkelompok dalam bentuk
tawuran yang terjadi di SMK Bintang Nusantara Pondok
Aren Tangerang Selatan ............................................................ 51
C. Dampak – dampak yang ditimbulkan dalam aksi tawuran
bagi Siswa, Guru, dan Sekolah di SMK Bintang Nusantara
Pondok Aren Tangerang Selatan .............................................. 52
D. Upaya–upaya Guru dalam mengatasi aksi tawuran siswa di
SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan ...... 54
E. Hasil pengaruh yang terlihat ..................................................... 55
F. Deskripsi Data ........................................................................... 58
G. Analisis dan Interpretasi Data ................................................... 59
H. Ketepatan Hipotesis .................................................................. 75
I. Analisis Teoritis dan Temuan Lapangan .................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 81
B. Saran ......................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Kerangka konseptual tentang pengaruh konflik antarkelompok . 39
TABEL 2 Kriteria Perhitungan .................................................................... 45
TABEL 3 Keadaan tenaga pengajar dan karyawan SMK Bintang
Nusantara ..................................................................................... 47
TABEL 4 Keadaan siswa SMK Bintang Nusantara .................................... 48
TABEL 5 Keadaan jumlah ruang SMK Bintang Nusantara ........................ 49
TABEL 6 Sarana dan Prasarana SMK Bintang Nusantara .......................... 49
TABEL 7 Struktur Organisasi Sekolah ........................................................ 50
TABEL 8 Daftar Hadir Responden .............................................................. 56
TABEL 9 Prestasi Hasil Belajar .................................................................. 57
TABEL 10 Pernah melakukan konflik ........................................................... 59
TABEL 11 Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik antarkelompok,
misalnya tawuran. Anda ikut dalam aksi tawuran....................... 59
TABEL 12 Seberapa sering ikut dalam aksi tawuran .................................... 60
TABEL 13 Salah satu penyebab aksi tawuran berawal dari saling “ejek” .... 60
TABEL 14 Selain karena aksi saling “ejek”, penyebab aksi tawuran karena
ada perbedaan kepentingan diantara kalian ................................. 61
TABEL 15 Ikut dalam aksi tawuran atas kemauan sendiri ............................ 62
TABEL 16 Ikut dalam aksi tawuran karena paksaan teman .......................... 62
TABEL 17 Membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf,
gir motor, dan samurai saat melakukan aksi tawuran ................. 63
TABEL 18 Waktu melakukkan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah .... 63
TABEL 19 Lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat melakukan aksi
tawuran seperti di jalan raya, lapangan, atau area tempat
tinggal warga ............................................................................... 64
vi
TABEL 20 Anda mengalami luka-luka dalam aksi tawuran ......................... 64
TABEL 21 Ada teman anda yang hingga tewas akibat aksi tawuran ............ 65
TABEL 22 Akibat sering melakukan aksi tawuran sikap anda berubah
menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur ................... 65
TABEL 23 Mendapat hukuman atau sanksi dari pihak sekolah .................... 66
TABEL 24 Mendapat hukuman atau sanksi dari orang tua ........................... 66
TABEL 25 Rajin masuk sekolah.................................................................... 67
TABEL 26 Mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh guru ........ 68
TABEL 27 Rajin membaca buku pelajaran di sekolah dan di rumah ............ 68
TABEL 28 Mematuhi semua tata tertib sekolah ............................................ 69
TABEL 29 Mendapatkan nilai yang baik disekolah ...................................... 69
TABEL 30 Berprestasi di sekolah.................................................................. 70
TABEL 31 Memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh
Guru ............................................................................................. 70
TABEL 32 Mendengarkan nasehat yang baik dari Guru anda ...................... 71
TABEL 33 Guru anda memberikan contoh sikap yang baik dalam
berperilaku ................................................................................... 71
TABEL 34 Guru anda membimbing anda untuk berakhlak terpuji ............... 72
TABEL 35 Orang tua memperhatikan perkembangan anda di sekolah ......... 72
TABEL 36 Orang tua memantau semua kegiatan anda disekolah dan diluar
sekolah ......................................................................................... 73
TABEL 37 Menceritakan masalah yang anda alami kepada orang tua anda . 73
TABEL 38 Orang tua memberikan nasehat agar anda menjadi siswa yang
berprestasi.................................................................................... 74
TABEL 39 Orang tua anda memberikan semua kebutuhan untuk
menunjang perestasi anda............................................................ 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup berdiri sendiri,
artinya manusia yang satu akan saling membutuhkan dengan manusia yang
lainnya. Hal ini berarti bahwa individu satu dengan individu yang lainnya
harus selalu menjaga hubungan sosialnya dengan baik. Hubungan yang
terjalin antara seorang individu dengan individu lainnya dinamakan interaksi
sosial, yaitu hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang - perorang, antara kelompok - kelompok manusia,
maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia.1
Interaksi sosial yang terjalin harus berdasarkan pada ketentuan nilai
dan norma yang berlaku dimasyarakat. Menurut Horton dan Hunt dalam buku
Sosiologi teks pengantar dan terapan, mengemukakan bahwa nilai adalah
gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti.2
Nilai dalam suatu masyarakat yang akan menentukan sikap seorang individu
untuk berprilaku dalam masyarakat. Nilai sosial dalam masyarakat akan
berbeda dengan masyarakat yang lainnya, tergantung pada kesepakatan
bersama antara seorang pemimpin dengan masyarakat setempat. Namun
secara umum nilai yang berlaku didalam masyarakat biasanya terkait dengan
1 Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 55. 2 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar & terapan, (Jakarta :
Kencana, 2007), h. 55
2
nilai kebaikan, etika, dan nilai keagamaan sedangkan nilai yang khas pada
masyarakat, keberlakuannya terbatas pada masyarakat pendukungnya saja.
Sedangkan norma merupakan wujud konkrit dari nilai, yaitu
seperangkat aturan yang dibuat untuk membatasi segala tingkahlaku anggota
masyarakat. Norma memiliki sanksi bagi pelanggarnya, sanksi yang diberikan
dapat berupa hukum pidana atau perdata dan hukum adat. Hukum pidana dan
perdata biasanya dijatuhkan oleh lembaga hukum yang berwenang untuk
memberikan hukuman bagi pelanggarnya, sedangkan hukum adat dijatuhkan
oleh pemangku adat setempat. Berdasarkan ketentuan di atas bahwa nilai dan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat akan menciptakan suatu
keteraturan sosial dalam masyarakat.
Nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat merupakan
keharusan yang mutlak bagi seluruh anggota masyarakat untuk menjunjung
tinggi nilai-nilai dan norma sosial yang telah disepakati bersama. Jika seorang
individu atau kelompok sosial yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan yang
ada dalam nilai dan norma sosial, maka individu atau kelompok sosial tersebut
telah melakukan suatu penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial merupakan
perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan
kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku.3
Penyimpangan sosial yang terjadi dapat dilakukan oleh seorang
individu ataupun oleh kelompok masyarakat. Misalnya penyimpangan sosial
yang dilakukan oleh seorang individu seperti membunuh, mencuri, merampok,
minum-minuman keras, penggunaan NAPZA, dan lain sebagainnya.
Sedangkan penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok sosial bisa berupa
bentrok antarwarga, tawuran antarpelajar, tindakan anarkis, kumpul kebo
(seorang laki-laki dan perempuan yang tinggal atau hidup bersama tanpa
adanya ikatan perkawinan), dan lain sebagainya.
Mengapa orang melakukan penyimpangan? Teori-teori biologis
mengasumsikan bahwa perilaku menyimpang diakibatkan oleh adanya
3 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan..., h. 98
3
kelemahan tertentu pada fisik seseorang.4 Bahwa seseorang yang melakukan
suatu penyimpangan sosial dapat dilihat dari karateristik atau fisik tertentu
misalnya bentuk kepala, lengan, tubuh, dan lain sebagainya. Sedangkan
menurut teori-teori psikologis umumnya mengkaitkan penyimpangan dengan
kepribadian, motivasi, frustasi, perasaan bersalah, stress, atau kondisi-kondisi
kejiwaan lainnya.5 Menurut teori psikologis seseorang melakukan
penyimpangan didasarkan pada masalah-masalah kejiwaan seperti yang
disebutkan di atas, misalnya ketika seseorang memiliki tingkat frustasi yang
tinggi maka dirinya akan sangat agresif pada orang lain.
Penyimpangan sosial dapat pula terjadi di lingkungan sekolah,
kalangan pelajarlah yang menjadi pelaku utama dalam hal ini. Bentuk-bentuk
penyimpangan sosial yang terjadi bisa berupa membolos, melanggar tata tertib
sekolah, melakukan tawuran, merusak fasilitas sekolah, dan lain sebagainya.
Kalangan pelajar umumnya masuk kedalam kategori usia remaja, dimana pada
usia ini merupakan proses pencarian jati diri mereka agar dianggap perannya
oleh masyarakat.
Penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan dapat dikatakan
juga sebagai suatu bentuk kenakalan remaja atau dalam bahasa Latin disebut
sebagai Juvenile Delinqeuncy, yaitu “Juvenile delinquency ialah perilaku jahat
(dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh
suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk
tingkah-laku yang menyimpang.”6 Hal ini berarti bahwa alasan mereka
melakukan penyimpangan khususnya untuk mendapatkan pengakuan lebih
terhadap egonya yang merasa tersisih atau terlupakan dan tidak mendapatkan
perhatian dari masyarakat luas.
Tingkah laku delinkuen itu pada umumnya merupakan kegagalan sistem
kontrol diri terhadap impuls-impuls yang kuat dan dorongan-dorongan
instinktif. Impuls-impuls kuat, dorongan primitif dan sentimen-
4 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama,
2008), Cet. 1, h. 206. 5 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar..., h.206.
6 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 6.
4
sentimen hebat itu kemudian disalurkan lewat perbuatan kejahatan,
kekerasan, dan agresi keras, yang dianggap mengandung nilai lebih
oleh anak-anak remaja tadi. Karena itu mereka merasa perlu
memamerkan energi dan semangat hidupnya dalam wujud aksi bersama
atau perkelahian massal.7
Berdasarkan pada penjelasan di atas, bentuk penyimpangan yang
dimaksud adalah tawuran antarpelajar. Tawuran dapat diklasifikasikan sebagai
salah satu dari bentuk konflik antarkelompok. Konflik dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang kacau atau tidak teratur yang diakibatkan karena adanya
perbedaan-perbedaan yang mencolok. Banyak hal yang diakibatkan dengan
terjadinya konflik, diantaranya dapat terjadi perpecahan antarkelompok,
kekerasan fisik, kerugian secara materil, hingga pada mengakibatkan
kematian, dan lain sebagainya.
Seperti pendapat Sosiolog Indonesia “Soerjono Soekanto dalam buku
Andreas Soeroso, Sosiologi 2 yang mendefinisikan konflik sebagai proses
sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan
kekerasan.”8 Konflik yang disertai dengan ancaman dan kekerasan tentu
meresahkan siapa saja yang terlibat didalamnya. Baik bagi mereka yang
menjadi pelaku tawuran tersebut, maupun lingkungan sekitar dan warga yang
berada di sekitar aksi tawuran tersebut.
Secara umum, para ilmuan sosiologi konflik lahir dari konteks
masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran nilai dan struktural, dan
dinamika kekuasaan dalam negara. Konteks sosiohistoris inilah yang
membentuk pemikiran dalam sosiologi konflik. Istilah sosiologi konflik
pertama kali digunakan oleh Goerge Simmel, sehingga ia dijuluki sebagai
Bapak dari sosiologi konflik.9
Dalam konteks sosio historisnya teori konflik yang muncul pada abad
18 dan 19 dapat dimengerti sebagai respons dari lahirnya dual
revolution yaitu demokratisasi dan industrialisasi. Sehingga
7 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2..., h. 105.
8 Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008), h. 37
9 Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Kontemporer, (Jakarta : Kencana, 2009), h.
27
5
kemunculan konflik sosiologi modern merupakan akibat realitas
konflik dalam masyarakat industrial. Selain itu, dalam konteks
akademis teori sosiologi konflik kontemporer adalah refleksi dari
ketidakpuasaan terhadap fungsionalisme stuktural Talcot Parsons dan
Robert K. Merton, yang berlebihan dalam menilai masyarakat dengan
paham konsensus dan integralistiknya.10
Dalam konteks kekinian, “sosiologi konflik masih megikuti peta tiga
mazhab besar ilmu-ilmu sosial dan teori sosiologi konflik klasik. Aliran
positivisme, humanisme, dan kritik dalam ilmu sosial sampai saat ini masih
menjadi perspektif yang sering dimanfaatkan dalam study konflik.”11
Konflik yang bisa muncul pada skala yang berbeda seperti konflik
antarindividu, konflik antarkelompok, konflik antarkelompok dengan negara,
dan konflik antarnegara. Setiap skala memiliki latar belakang dan arah
perkembangannya. Masyarakat manusia di dunia pada dasarnya memiliki
sejarah konflik dalam skala antarperorangan sampai antarnegara.
Seperti aksi tawuran yang terjadi dikalangan pelajar dapat
diklasifikasikan sebagai konflik antarkelompok, juga diartikan sebagai bentuk
solidaritas mereka sebagai teman satu sekolah. Sudah jelas bahwa bentuk
solidaritas yang mereka lakukan adalah salah, karena solidaritas tersebut
mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif dan bersifat menghancur
(destruktif). Aksi sedemikian ini khususnya bertujuan untuk mendapatkan
prestige individual dan menjunjung tinggi nama kelompok (dengan dalih
menjunjung tinggi nama sekolah). Bukankah hal itu merupakan pencitraan
yang salah untuk mereka? Seharusnya jika mereka ingin mendapatkan prestige
atau penghormatan dari sekolah-sekolah lain, mereka harus mendapatkannya
dengan menoreh prestasi-prestasi yang baik dalam bidang akademik ataupun
non akademik.
Tawuran yang terjadi dikalangan pelajar juga dapat mengakibatkan
dampak-dampak negatif bagi siswa yang melakukan aksi dan Guru serta nama
baik sekolah. Secara lahir akibat yang mereka dapatkan dari tawuran ini bisa
10
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer..., h. 47. 11
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Konflik Kontemporer..., h. 47.
6
berupa luka fisik karena benda-benda tumpul, yang bisa menyebabkan mereka
terluka parah. Sedangkan secara batiniah akibat dari aksi tawuran ini
berdampak pada perubahan sikap dan perilaku serta tabiat mereka menjadi
negatif. Hal ini bisa menjadikan mereka sebagai pribadi yang anarki, keras,
dan susah diatur. Jika dalam usia sekolah sudah seperti ini, bagaimana jika
mereka menjadi bagian dari masyarakat yang lebih kompleks.
Hal lain yang juga bisa diakibatkan oleh tawuran antarpelajar ini
adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa, yang menyebabkan
mereka tidak naik kelas ataupun tidak bisa dinyatakan lulus. Memang
kebanyakan dari mereka yang melakukan aksi tawuran prestasi belajarnya
cenderung akan turun, namun bisa saja mereka yang melakukan aksi tawuran
ini adalah mereka yang berprestasi di sekolahnya, karena mereka ikut dalam
aksi ini untuk membantu teman-temannya. Hal lain yang juga telah disebutkan
di atas, bahwa dampak negatif dari aksi tawuran ini adalah terjadinya
perubahan sikap anak, anak akan cenderung bersifat keras, anarki, dan susah
diatur. Hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan psikologi anak.
Lalu mengapa aksi tawurn ini mereka lakukan? Padahal sangat jelas
dampak negatif yang ditimbulkan. Bukankah seharusnya sebagai seorang
pelajar tugas mereka adalah belajar dan menuntut ilmu? Apa yang
menyebabkan mereka melakukan aksi ini? Mungkin perbedaan kepentingan
diantara mereka juga bisa menjadi biang keladi mereka melakukan aksi
tawuran ini, misalnya ketika seorang pelajar pria tertarik pada seorang wanita
yang bersekolah di tempat lain sedangkan ada seorang pria juga yang tertarik
kepada wanita yang bersekolah di tempat yang sama, ketika mereka
mengunggulkan kepentingannya masing-masing untuk mendapatkan wanita
tersebut, maka terjadilah konflik diantara mereka. Kemudian, masalah ini juga
bisa melebar menjadi konflik antarkelompok, ketika kedua belah pihak yang
berkonflik melapor kepada teman-teman di sekolahnya masing-masing.
7
Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk
menyelesaikan masalah ini. Sekolah sebagai sarana mereka untuk menuntut
ilmu sering juga dikatakan sebagai agen perubahan, yang akan merubah nasib
seseorang menjadi lebih baik.
Keberhasilan study yang dimiliki seseorang adalah modal yang sangat
berharga dalam mewujudkan cita-cita. Pedidikan akhlak (budi pekerti)
hakikatnya menjadi sebuah komitmen mengenai langkah-langkah apa
yang seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengarahkan
generasi muda kepada pemahaman dan internalisasi (values) dan
kebajikan (virtues) yang akan membentuknya menjadi manusia yang
baik (good poeple).12
Sekolah sebagai tempat para siswa belajar untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang luas serta dapat menjunjung tinggi akhlak dan budi pekerti
yang baik, haruslah diimbangi dengan tenaga pengajar atau Guru yang baik
dan berkompeten dalam mengajar dan membimbing siswanya.
Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan. Adapun
tujuan pendidikan di Indonesia berlandaskan pada falsafah dan pandangan
hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan adalah
sebagai berikut :
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 13
Begitu juga peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka di
rumah. Karena pendidikan pertama yang mereka dapatkan adalah pendidikan
yang diberikan oleh para orang tua di rumah. Bagaimana anak tergantung pada
12
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 8. 13
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, tentang SISDIKNAS,
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007.
8
orang tua yang mendidiknya. Perhatian khusus dan kasih sayang yang cukup
akan mempengaruhi perkembangan para siswa untuk menjadi manusia yang
baik. Jika hal ini sering diabaikan oleh para orang tua dan Guru, maka besar
kemungkinan seorang anak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan
baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sosialnya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa konflik
antarkelompok atau dalam hal ini adalah tawuran antarpelajar mungkin saja
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolahnya, apakah prestasi
belajar mereka menurun atau mungkin saja tidak. Oleh karena itu, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan konflik
antarkelompok dalam hal ini aksi tawuran antarpelajar dengan judul penelitian
yaitu “Pengaruh Konflik Antarkelompok Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Terjadinya konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran yang
dilakukan oleh para siswa sekolah.
2. Dampak-dampak yang ditimbulkan dalam konflik ini sangat merugikan
mereka yang berkonflik, baik itu kerugian secara materi, fisik, maupun
psikis.
3. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari konflik antarkelompok yang
dilakukan dikalangan pelajar adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar
siswa.
4. Peran dan perhatian Guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing mereka
di sekolah untuk menjadi siswa yang berakhlak mulia dirasa kurang
optimal.
5. Peran dan serta perhatian Orang tua siswa yang kurang terhadap anak
mereka dalam hal memantau seluruh kegiatan di dalam ataupun di luar
9
sekolah, sehingga siswa merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang
mereka inginkan.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarah dalam penulisan laporan ini, maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian pada pengaruh konflik antarkelompok
terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah
Setelah diidentifikasi dan ditentukan pembatasan masalahnya, maka
perlu adanya perumusan masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan
permasalahan yang telah disebutkan di atas, peneliti merumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh konflik antarkelompok
terhadap prestasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang Selatan?”
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis.14
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
1. Terjadinya konflik antarkelompok dalam hal ini adalah tawuran diduga
karena berawal dari aksi saling ejek atau menjelek-jelekan satu sama lain.
2. Konflik antarkelompok mempengaruhi prestasi belajar mereka menjadi
menurun.
3. Pergaulan yang rusak di masyarakat membuat siswa mempunyai perangai
yang tidak baik.
14
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 41
10
F. Tujuan dan signifikansi
Tujuan dan signifikansi dari penelitian ini dapat penulis sebutkan sebagai
berikut :
1. Tujuan
a. Tujuan akademis adalah untuk menemukan paradigma konsep, teori
dan beberapa faktor yang berhubungan dengan pengaruh konflik
antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa.
b. Tujuan terapan adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa.
2. Signifikansi
a. Signifikansi secara akademis adalah sebagai memberikan sumber
informasi dan sumber referensi untuk bahan bacaan yang bermanfaat
bagi teman Mahasiswa serta dapat digunakan sebagai rujukan untuk
penelitian yang akan datang. Untuk memberikan hasil dan informasi
yang bermanfaat bagi para instansi pendidikan khususnya bagi SMK
Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan.
b. Signifikansi secara terapan adalah untuk memberikan hasil dan
informasi yang bermanfaat bagi para instansi pendidikan khususnya
bagi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang selatan. Sebagai
kontribusi untuk menyelesaikan masalah tawuran di sekolah-sekolah
terutama di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang selatan.
11
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Pengertian pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu. Orang, benda,
dan sebagainya.15
B. Pengertian Konflik Sosial, Penyebab Konflik, Macam-macam Konflik,
Dampak-dampak Konflik, dan Cara Mengatasi Konflik
1. Pengertian Konflik
Manusia sebagai bagian dalam suatu masyarakat yang terintegrasi
tentunya akan melakukan interaksi sosial antara individu ataupun kelompok.
Dalam melakukan interaksi sosial pastilah tidak hanya berjalan lurus-lurus
saja, namun permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul diantara
individu kerap terjadi. Permasalahan-permasalahan yang timbul merupakan
suatu keadaan yang wajar dalam hidup kehidupan bermasyarakat. Karena
antara individu dengan individu lainnya pasti memiliki pemikiran yang
berbeda-beda mengenai suatu permasalahan sosial.
Manusia adalah mahluk konfliktis (homo conflictus), yaitu mahluk yang
selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik
sukarela maupun terpaksa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang
disusun oleh Poerwadarminta, konflik berarti pertentangan atau
percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk
pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak bersebrangan.
Francis menambahkan unsur persinggungan dan pergerakan sebagai aspek
15
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa IndonesiaTerbaru, (Surabaya: Amelia), h. 318
11
12
tindakan sosialnya. Sehingga secara sederhana konflik adalah pertentangan
yang ditandai oleh pergerakan dari beberapa pihak sehingga terjadi
persinggungan.16
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul.17
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat
itu sendiri.
Konflik sosial yang terjadi banyak diakibatkan oleh berbagai macam
sebab. Misalnya karena adanya perbedaan cara berpikir dan bertindak
seseorang dengan orang lain, yang memunculkan ketegangan dari masing-
masing pihak. Konflik juga bisa disebabkan karena perbedaan kepentingan
masing-masing pihak. Ketika kepentingan seseorang atau suatu kelompom
orang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu terusik oleh orang lain, maka ia
akan tetap berusaha untuk memperthankan kepentingan kelompoknya
meskipun harus berkonflik dengan orang lain. Selain kedua hal tersebut yang
bisa menyebabkan konflik sosial adalah perbedaan kebudayaan dan perubahan
sosial juga dapat menyebabkan timbulnya konflik sosial.
Dalam hal kebudayaan misalnya berkembang paham etnosentris, yaitu
paham yang menganggap bahwa kebudayaan mereka lebih baik daripada
kebudayaan yang lain. Paham seperti inilah yang dapat memunculkan konflik
sosial dalam hal ini adalah konflik antaretnis. Selain itu hal lain yang juga
dapat menyebabkan timbulkan konflik sosial yaitu adanya perubahan sosial.
Perubahan sosial yang tidak disertai dengan kesiapan mental untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang mengikuti perkembangan zaman,
akan menyebabkan konflik diantara mereka yang pro terhadap perubahan
dengan mereka yang kontra dengan adanya perubahan.
16
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 4. 17
http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, akses pada hari selasa, 26 April 2011.
13
2. Pengertian konflik menurut para ahli
a. Menurut Soerjono Soekanto, dalam buku Andreas Soeroso, Sosiologi 2
menyatakan bahwa pertentangan atau konflik adalah suatu proses
sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan
ancaman dan kekerasan.18
Kelompok yang berhasil menaklukan
lawannya, maka dia berhak mengambil sebesar-besarnya keuntungan
dari pihak yang kalah.
b. Menurut Watkins, dalam buku Robby I. Chandra, konflik dalam
kehidupan sehari-hari, mengemukakan bahwa konflik terjadi bila
terdapat dua hal. Pertama, konflik bisa terjadi bila sekurang-kurangnya
terdapat dua pihak yang secara potensial dan praktis/operasional dapat
saling menghambat. Secara potensial artinya mereka memiliki
kemampuan untuk menghambat. Secara praktis/operasional, artinya
kemampuan tadi bisa diwujudkan dan ada didalam keadaan yang
memungkinkan perwujudannya secara mudah. Artinya bila kedua
pihak tidak dapat menghambat atau tidak melihat pihak lain sebagai
hambatan, maka konflik tidak akan terjadi. Kedua, konflik dapat
terjadi bila ada suatu sasaran yang sama-sama dikejar oleh kedua pihak
namun hanya salah satu pihak yang mungkin akan mencapainya.
Contoh: jika Joni dan Tono sama-sama ingin memperistri Ayuda.
Karena Ayuda tidak mungkin memenuhi keinginan keduanya
sekaligus, maka kedua pria tersebut secara potensial dapat terlibat
dalam situasi konflik.19
c. Menurut Pruit dan Rubin dengan mengutip Webster, dalam buku Novri
Susan, Sosiologi konflik dan isu-isu kontemporer mengemukakan
bahwa konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan
(perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa
aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dicapai secara simultan.20
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu
proses sosial yang diakibatkan karena adanya perbedaan kepentingan yang
melibatkan seorang individu dengan individu lain atau kelompok
masyarakat, dimana antara individu atau kelompok masyarakat tersebut
18
Andreas Soeroso, Sosiologi 2 ..., h. 37 19
Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari, (Yogyakarta:Kanisius, 1992), cet.
6, h. 20 20
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 5
14
melakukan benturan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan seerta
menentang pihak lawan, untuk mencapai tujuan – tujuan yang ingin
dicapai.
3. Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Konflik sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat dapat diakibatkan oleh
berbagai macam perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.
Diantaranya perbedaan individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepentingan, dan perubahan nilai sosial.21
Berikut penjelasan mengenai sebab-
sebab terjadinya konflik.
a. Perbedaan pendapat antarindividu yang meliputi pendirian dan perasaan.
Salah satu penyebab terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaan
pendapat antarindividu. Perbedaan pendapat ini merupakan hal yang wajar
dalam setiap kehidupan, dalam suatu permasalahan pasti saja akan
ditemukan yang pro dan yang kontra. Misalnya ketika seseorang
berpendapat mengenai rokok, ada sebagian orang yang pro mengenai
rokok ada juga yang kontra karena rokok dapat merusak kesehatan kita.
Contoh: Anita dan Andi adalah sepasang kekasih, Andi adalah seorang
perokok aktif yang selalu menghabiskan beberapa bungkus rokok. Anita
sang kekasih merasa tidak nyaman dengan kebiasaan pacarnya tersebut,
maka Anita pun meminta Andi untuk berhenti merokok. Namun Andi
menolak permintaan Anita karena pendiriannya untuk tetap merokok,
maka lambat laun terjadilah konflik diantara mereka sehingga
mengakibatkan kandasnya hubungan mereka.
b. Perbedaan Kebudayaan
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
keanekaragaman budaya dari masing-masing etnis. Kebudayaan yang satu
sudah sewajarnya menghormati kebudayaan lainnya. Namun jika salah
satu kebudayaan menganut paham Etnosentris yaitu paham yang
menganggap bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan
lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya konflik sosial.
21
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar..., h. 91
15
Misalnya konflik agama yang terjadi di Poso, Jika agama adalah unsur
uinersal dari kebudayaan, maka konflik antaragama yang terjadi
merupakan perwujudan dari konflik yang bersumber pada perbedaan
kebudayaan yang ada.
c. Perbedaan Kepentingan
Perbedaan kepentingan jelas merupakan faktor penyebab terjadinya
konflik. Perbedaan kepentingan menginginkan kesuksesan yang sebesar-
besarnya bagi kelompok yang menang. Misalnya dalam pemilihan ketua
OSIS di sekolah, masing-masing calon kandidat ketua OSIS berkompetisi
untuk memenangkan suara dalam pemungutan suara. Karena memiliki
kepentingan masing-masing dalam mewujudkan visi dan misi mereka,
maka para calon kandidat inipun melakukan kecurangan-kecurangan. Jika
salah satu calon terpilih, maka calon ketua OSIS yang kalah akan
mengajukan protes kepada panitia sehingga terjadilah konflik diantara
keduanya.
d. Perubahan Nilai Sosial
Perubahan nilai sosial yang terjadi dalam masyarakat seringkali tidak
diikuti dengan kesiapan mental masyarakatnya untuk menghadapi
perubahan. Misalkan ketika di zaman sekarang hubungan antara laki-laki
dan wanita sudah sangat bebas sekali, tidak seperti pada zaman dahulu
dimana hubugan antara laki-laki dan wanita dibatasi. Hal ini dapat
menimbulkan kecemasan bagi para orang tua terhadap pergaulan anak-
anaknya. Perubahan sosial semacam ini bisa mengakibatkan konflik antara
golongan tua dengan golongan muda perihal pergaulan muda-mudi masa
kini.
4. Macam-macam Konflik Sosial
Konflik sosial atau pertentangan yang terjadi di masyarakat
memiliki berbagi macam bentuknya. Karena konflik merupakan
permasalahan sosial yang sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Macam-macam bentuk konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat
adalah konflik antarpribadi/antarindividu, konflik antarkelompok, konflik
16
antaretnis, konflik antaragama, dan konflik antarnegara.22
Berikut
penjelasan masing-masing bentuk konflik:
a. Konflik antarpribadi/antarindividu adalah konflik sosial yang
melibatkan seorang individu dengan individu lainnya mengenai
permasalahan-permasalahan sosial. Misalnya konflik pribadi antara
sepasang suami-istri yang tengah diambang perceraian.
b. Konflik antarkelompok adalah konflik sosial yang terajdi antara
kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain.
Misalnya bentrok yang terajdi antarwarga, tawuran antarpelajar,
demonstrasi yang bersifat anarki, dan lain sebagainya.
c. Konflik antaretnis adalah Etnis atau suku bangsa, biasanya memiliki
berbagai kebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yang
dianggap baik atau sacral dari suku tertentu mungkin tidak demikian
halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan
terjadinya konflik antaretnis. Misalnya, konflik etnis di Kalimantan
antara suku Dayak dan suku Madura pendatang. Bagi suku Madura
pendatang, bekerja adalah suatu tuntutan bagi pemenuhan hidup di
perantauan. Pekerjaan mereka adalah menebang kayu di hutan,
sementara hutan tersebut adalah tempat yang disakralkan oleh suku
Dayak. Kesalapahaman ini menyebabkan terjadinya konflik antaretnis
Dayak dan Madura yang menelan banyak korban diantara kedua suku
yang berkonflik tersebut.
d. Konflik antaragama adalah konflik yang terjadi karena masalah-
masalah yang dtimbulkan dalam masyarakat beragama. Agama
merupakan suatu yang mutlak kebenarannya dan merupakan suatu
wahyu yang langsung diturunkan oleh Tuhan kepada seluruh umatnya
di muka bumi ini. Sifat agama yang demikian sering menimbulkan
berbagai konflik, baik antarumat dalam satu agama, umat antaragama,
maupun umat beragama dengan pemerintah. Oleh karena adanya
potensi konflik yang berkaitan dengan agama tersebut, maka
22
Andreas Soeroso, Sosiologi 2..., h. 38
17
pemerintah mencangangkan tiga kerukunan, yaitu kerukunan
antarumat beragama, kerukunan antaragama, dan kerukunan antarumat
beragama dengan pemerintah.
e. Konflik antarnegara adalah konflik sosial yang terjadi diantara negara-
negara yang berkonflik. Masalah-masalah yang timbul dapat berupa
masalah ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Misalnya saat negara
kita berkonflik dengan negara tetangga yaitu Malaysia ketika salah
satu unsur kebudayaan kita diakui oleh mereka, kita sebagai bagian
dari bangsa Indonesia tidak diam saja bukan.
5. Dampak-dampak Konflik
Konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat mengakibatkan
dampak-dampak bagi para pelaku konflik. Dampak konflik yang
dtimbulkan tidak hanya selalu bersifat negatif, namun dampak konflikpun
ada yang bersifat positif.
Pemikiran awal tentang fungsi konflik sosial berasal dari Goerge
Simmel, tetapi diperluas oleh Coser yang menyatakan bahwa konflik dapat
membantu mengeratkan ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar.
Masyarakat yang mengalami disintegrasi, atau berkonflik dengan
masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi.23
Dampak-dampak positif yang ditimbulkan dalam berkonflik yaitu
“tambahnya solidaritas in-group atau kelompok, apabila suatu kelompok
bertentangan dengan kelompok lain, solidaritas antara warga – warga
kelompok biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia
berkorban demi keutuhan kelompoknya.”24
Sedangkan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan akibat
konflik yaitu dapat mengakibatkan goyah, permusuhan, balas dendam,
kekerasan, perubahan kepribadian, jatuhnya korban manusia, serta
dominasi yang kuat atas yang lemah.
23
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta : Kencana,
2004), h. 159 24
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar..., h. 95
18
a. Goyah dan retaknya persatuan kelompok25
Akibat negatif dari konflik adalah terjadinya perpecahan atau retaknya
persatuan kelompok dalam banyak hal dan peristiwa. Misalnya,
mengambil contoh konflik yang terjadi pada keluarga akibat pembagian
warisan. Warisan adalah segala harta benda dan kekayaan dari orang tua
yang akan dibagikan kepada anaknya jika kedua orang tuanya telah
meninggal. Konflik yang terjadi karena tersebut warisan ini dapat
menyebabkan terjadinya perpecahan dalam keluarga. Keluarga yang
sebelumnya rukun, tentram, dan damai dapat menjadi berantakan dan
cerai-berai karena berebut warisan yang ada. Apabila terjadi konflik
keluarga ketika pembagian warisan, ada kemungkinan hubungan keluarga
yang terjalin akan putus dan tidak bisa disambung lagi (putus arang).
Konflik keluarga akibat warisan ini terjadi manakala terdapat
ketidakadilan dalam pembagian warisan. Jika keadilan terjadi dan
kesepakatan seluruh ahli waris tercapai, maka konflik keluarga akan dapat
dihindari dan perpecahan bisa dicegah.
b. Permusuhan
Permusuhan dapat muncul jika konflik tidak diselesaikan dengan baik.
Dendam yang selama ini ada akan tetap tersimpan, dan dendam tersebut
sebagai biang keladi (penyebab utama) bagi terjadinya permusuhan.
Ungkapan hutang darah dibayar darah, hutang nyawa dibayar nyawa
adalah ungkapan permusuhan yang ditimbulkan oleh konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik.
Konflik dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Dengan demikian halnya
permusuhan, dapat terjadi, antara individu satu dengan individu yang lain.
Misalnya berebut gadis, antara kedua remaja laki-laki, dapat berakhir
dengan perkelahian dan bahkan sampai terjadi pembunuhan diantara
mereka. Permusuhan bisa terjadi antara individu dengan kelompok,
mislanya kepala desa yang telah dipilih melakukan tindakan asusila atau
25
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar..., h. 95
19
korupsi, dia akan dimusuhi oleh rakyat yang memilihnya, bahkan dari
pihak calon kepala desa yang kalah. Demo akan digelar akibat tindakan
yang dilakukan oleh kepala desa yang tidak terpuji.
Permusuhan juga dapat terjadi antarkelompok yang ada, misalnya
perebutan batas desa atau wilayah tempat tinggal mereka, konflik
antarkeluarga mengenai batas pekarangan atau sawah, dan sebagainya.
Ungkapan Jawa “Sedumuk bathuk senyari bumi” (kurang lebih berarti
sejengkal tanah akan dibela sampai mati) adalah wujud permusuhan yang
diakibatkan oleh konflik tersebut.
c. Balas Dendam
Dendam merupakan gejala yang banyak kita dapatkan dari konflik yang
terjadi, mereka berharap suatu saat dapat membalas kekalahan yang
dialaminya. Balas dendam biasanya menuggu kesempatan dimana lawan
konflik dalam keadaan lengah atau tidak berdaya, atau sebaliknya yang
merasa dikalahkan telah memiliki kemampuan dan merasa kuat untuk
melakukan balas dendam.
Di beberapa masyarakat, balas dendam sering merupakan kewajiban bagi
keturunannya dan bahkan dianggap sebagai keharusan dalam menghormati
orang tua atau leluhurnya, manakala keluarga atau kelompoknya pernah
dipermalukan atau ada anggota keluarga yang dibunuh. Sirik, misalnya, di
masyarakat Bugis adalah suatu kewajiban balas dendam yang harus
dilakukan sebagai kewajiban manakala anggota keluarga atau
kelompoknya ada yang dibunuh atau dipermalukan dihadapan umum. Jika
balas dendam belum dilakukan sekarang, maka wajib bagi generasi
penerus untuk membalaskan dendam keluarganya.
Cerita-cerita film silat yang ada, biasanya jika ayahnya dibunuh oleh
pendekar lain, maka anak diberikan tugas dan kewajiban untuk
membalaskan dendam keluarganya dengan cara mengalahkan dan
membunuh pendekar yang membunuh orang tuanya.
d. Kekerasan
Kekerasan merupakan tindakan fisik dan nonfisik yang ditujukan kepada
20
orang lain yang lebih lemah keberadaannya. Mereka yang lebih kuat dan
lebih berkuasa melakukan tindakan kekerasan pada pihak lain yang lebih
lemah atau yang berada dibawah kekuasaannya. Kekerasan fisik dapat
berupa pemukulan, penyekapan, penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan
seksual, dan pemerasan. Kekerasan nonfisik dapat berupa ancaman atau
intimidasi, umpatan atau makian, teror dan lain sebagainya.
Kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti kekerasan dalam rumah
tangga atau keluarga, kekerasan dalam tempat kerja, maupun di lembaga
pendidikan semi militer dan militer. Premanisme merupakan salah satu
bentuk kekerasan yang dapat terjadi di mana pun dan kapan pun.
e. Perubahan Kepribadian26
Perubahan dimungkinkan terjadi akibat konflik yang ada, hal ini terkait
dengan keseimbangan psikologis dan sosiologis dari yang bersangkutan.
Secara psikologis dapat dilihat dari ada atau tidaknya kekecewaan, tekanan
batin, dan stres, ataupun perasaan bersalah yang berkepanjangan.
Sementara itu, secara sosiologis dapat dilihat dari terganggu atau tidaknya
hubungan sosial di antara mereka dan ada atau tidaknya orang yang dapat
dijadikan perlindungan ataupun mencurahkan isi hati mereka.
Misalnya, perceraian dalam keluarga yang menyebabkan berpisahnya
Ayah dan Ibu dari anak-anaknya. Anak akan menjadi korban dari
kehancuran keluarga. Mereka akan kehilangan figur seorang Ibu bagi yang
tinggal sama Ayahnya dan kehilangan figur seorang Ayah bagi yang
tinggal dengan Ibunya. Figur ini penting bagi tumbuh kembang
kepribadian seorang anak. Figur bapak yang tidak ada dalam keluarga
menyebabkan figur ibu lebih dominan, sehingga anak laki-laki yang
mengikuti Ibu akan didominasi oleh perilaku yang cenderung mengikuti
Ibu. Sebaliknya anak perempuan yang mengikuti bapak akan didominasi
oleh perilaku yang cenderung mengikuti perilaku bapaknya sehingga anak
perempuan tersebut perilakunya seperti laki-laki.
Kepribadian bagi seorang Ibu yang menyandang predikat janda, ataupun
kepribadian Bapak yang menyandang predikat duda akan berubah dan
26 Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 95
21
berbeda dengan kepribadian mereka pada waktu mereka masih menjadi
suami-istri. Misalnya, seorang ibu menjadi lebih genit atau lebih seksi
dalam berdandan, seorang bapak sangat mungkin yang tadinya tidak
merokok kemudian merokok untuk mengisi kekosongan hatinya, dan lain
sebagainya.
f. Jatuhnya Korban Manusia27
Jatuhnya korban dapat dimungkinkan sebagai akibat dari konflik yang ada.
Misalnya, anak-anak menjadi korban perceraian ayah ibunya, banyak
orang yang meninggal dunia karena terkena senjata tajam pada waktu
konflik terbuka antarsuku terjadi, dan sebagainya.
Jatuhnya korban tidak selamanya berupa nyawa saja, tetapi juga dapat
berupa barang, kekayaan harta benda, dan berbagai sarana dan prasarana
yang menjadi sasaran tindak pengerusakan ketika konflik terjadi.
Kekerasan dan tindakan brutal tersebut dapat terjadi manakala kerumunan
masyarakat telah terbentuk. Kecendrungan yang terjadi adalah tindakan
anarkis, destruktif, dan tidak bertanggung jawab. Kerumunan ini sukar
dikendalikan karena tidak ada pemimpinnya dan cenderung terjadi di
daerah perkotaan, karena mereka tidak mengenal satu dengan lainnya
secara akrab.
g. Dominasi yang Kuat Atas yang Lemah
Hasil dari konflik yang ada adalah kemenangan atau kekalahan bagi salah
satu pihak yang berkonflik. Kenyataan demikian membuat kelompok yang
menang akan menguasai kelompok yang kalah dan kelompok yang kalah
akan berada di bawah kekuasaan atau pengaruh kelompok yang menang.
Misalnya, apabila terjadi konflik antarpreman pasar, maka seluruh anggota
kelompok preman yang kalah akan tunduk kepada kelompok preman yang
menang.
Contoh lain, perang antarnegara yang berakhir dengan kekalahan salah
satu negara, maka yang kalah dipaksa membayar kerugian akibat perang
oleh pihak yang menang dan negara yang menang akan mendominasi
dalam banyak hal pada negara yang dikalahkan.
27
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 95
22
6. Cara Mengatasi Konflik
Cara yang sering digunakan dalam penyelasain konflik adalah
melalui cara akomodasi. Akomodasi adalah upaya yang dilakukan untuk
mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik guna menyelesaikan
permasalahan yang ada. Ada beberapa metode dalam akomodasi yang
sering digunakan dalam penyelesaian konflik yaitu coercion, compromise,
arbitration, mediation, conciliation, toleration, adjudication.28
a. Paksaan/Coercion adalah upaya penyelesaian konflik dengan
menggunakan kekuatan atau kekuasaan dan pengaruh, terutama
terhadap mereka yang lebih lemah kedudukannya. Pembersihan
pedagang kaki lima di kota-kota besar biasanya diselesaikan dengan
kekerasan atau paksaan. Mereka biasanya diperingatkan lebih dahulu
untuk tidak berjualan dan diperintahkan untuk membongkar tenda dan
lapak yang digunakan untuk berjualan. Pada hari yang sudah
ditentukan apabila mereka tidak mengindahkan peringatan tersebut,
maka Polisi Pamong Praja akan membongkar dengan paksa tenda dan
lapak mereka. Biasanya mereka melakukan perlawanan seadanya dan
berakhir dengan sia-sia karena mereka berada pada pihak yang salah
dan lemah.
b. Kompromi/Compromise adalah upaya penyelesaian konflik dengan
melakukan tawar – menawar terhadap bentuk penyelesaian dari konflik
tersebut. Kesepakatan mereka adalah hasil dari kompromi antara kedua
belah pihak yang bersengketa. Misalnya, sengketa atas tanah dan
rumah tinggal. Dengan membayar ganti rugi sejumlah uang kepada
pihak lain yang bersengketa, dan ganti rugi tersebut diterima dengan
senang hati, maka hal tersebut adalah bentuk kompromi yang
dilakukan guna menyelesaikan konflik yang ada.
c. Arbitrasi/Arbitration adalah cara penyelesaian konflik jika kedua
belah pihak yang berkonflik tidak dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri dan membutuhkan bantuan pihak ketiga, pihak ketiga mencoba
28
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 70
23
untuk mencarikan penyelesaian dari keduanya. Jika mencapai kata
sepakat, maka pihak ketiga berhasil dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi. Arbitrasi bisa dilakukan oleh perwakilan dari kedua belah
pihak yang berkonflik, ataupun oleh perseorangan yang memiliki
kapasitas sebagai juru damai. Diplomasi yang dilakukan oleh negara
lain untuk mencegah terjadinya perang antara dua negara dapat
digolongkan dalam arbitrasi tersebut.
d. Mediasi/Mediation adalah upaya penyelesaian konflik dengan
mendatangkan orang lain yang dapat memberikan nasihat pada
keduanya agar tercapai kata sepakat. Orang tersebut disebut mediator.
Mediator tidak berpihak pada salah satu dari mereka yang berkonflik,
tetapi berdiri netral diantara keduanya dan memberikan beberapa
alternatif jalan keluar dari konflik yang ada. Mediator dapat berasal
dari suatu lembaga yang berkepentingan dengan hal itu maupun orang
yang biasanya memiliki pengaruh atas mereka yang berkonflik.
e. Konsiliasi/Conciliation merupakan salah satu cara penyelesaian
konflik agar tidak terjadi kerugian pada kedua belah pihak yang
berkonflik. Misalnya, konflik antara karyawan perusahaan dengan
perusahaan (direksi). Konsiliasi dilakukan agar perusahaan tidak
dirugikan dan buruh tidak dirumahkan. Perselisihan yang ada misalnya
menuntut kenaikan upah, sambil menunggu penyelesaian dari
perusahaan, mereka tetap bekerja dan perusahaan tetap memberikan
gaji sesuai dengan gaji sebelumnya. Karyawan melakukan tuntutan
dan perusahaan memikirkan karyawannya, sehingga konflik yang
terjadi diantara keduanya dapat diselesaikan tanpa menimbulkan
kerugian pada kedua belah pihak.
f. Toleransi/Toleration adalah upaya penyelesaian konflik yang
didasarkan pada pemahaman perbedaan yang terdapat pada mereka
yang bermasalah. Kesadaran diri ini sebagai perwujudan dari
perbedaan yang ada pada pihak lain. Misalnya, seorang perokok
menghentikan kebiasaan merokoknya ketika berada disebuah bus.
24
Alasanya bukan karena tidak mempunyai rokok, melainkan menyadari
bahwa asap rokok akan menganggu seluruh penumpang bus tersebut.
Kesadaran untuk tidak merokok di dalam bus tersebut adalah bentuk
toleransi kepada orang yang tidak merokok, dan perokok tersebut
menghargai perbedaan dengan orang yang tidak merokok.
g. Penyelesaian di pengadilan/Adjudication jika berbagai macam
konflik tidak dapat diselesaikan melalui metode-metode di atas, maka
cara terakhir adalah membawa masalah tersebut ke pengadilan.
Penyelesaian konflik akan dilakukan oleh lembaga pengadilan
berdasarkan fakta dan bukti-bukti penyidikan yang ada. Keputusan
pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat mereka yang
berkonflik, sehingga kedua belah pihak harus menerima dan
menjalankan sesuai dengan keputusan pengadilan yang ada. Jika pada
tingkat Pengadilan Negeri yang ada mereka belum puas atas putusan
pengadilan, maka mereka berhak mengajukan banding ke tingkat yang
lebih tinggi lagi.
C. Teori Konflik Sosial
Konflik merupakan suatu kedaan atau permasalahan sosial yang sering
terjadi dan kita lihat sehari-hari dilingkungan sekitar kita, karena konflik
sosial tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tidak akan muncul konflik
sosial tanpa adanya manusia dan kelompok manusia. Karena konflik itu
muncul dari persepsi-persepsi yang berbeda pandangan dan pemikiran
mengenai suatu hal. Untuk memahami apa itu konflik, maka kita harus
mengkaji terlebih dahulu apa itu teori konflik. “Teori konflik muncul sebagai
reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang memperhatikan
fenomena konflik di dalam masyarakat.”29
Teori konflik adalah satu perspektif di dalam Sosiologi yang
memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian-
29
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama,
2008), Cet. 1, h.40
25
bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang
berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukan
komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh
kepentingan sebesar-besarnya.30
Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap
fungsionalisme sturktural dan akibat berbagai kriktik yang ada. Teori
konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan
pemikiran konflik sosial dari Simmel. Pada 1950-an dan 1960-an, teori
konflik menyediakan alternatif terhadap fungsionalisme sturktural,
tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah digantikan oleh berbagai
macam teori neo-Marxian. Salah satu kontribusi utama teori konflik
adalah meletakan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan
pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori itu
tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar sturktural
fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme
struktural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar
berpandangan kritis terhadap masyarakatnya.31
Dari pengertian teori konflik di atas, bahwa konflik terjadi sebagai
akibat dari adanya perbedaan-perbedaan kepentingan antara komponen
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, dengan jalan
mengalahkan pihak lawan agar memperoleh kepentingan-kepentingan
kelompoknya sebesar-besarnya. Selain karena adanya perbedaan kepentingan,
konflik juga bisa terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perbedaan
pandangan, perbedaan kebudayaan, akibat perubahan sosial dan lain
sebagainya. “Konflik lebih banyak dipahami sebagai keadaan tidak
berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau
gejala penyakit dalam masyarakat yang terintegrasi secara tidak sempurna.”32
1. Teori Konflik Karl Marx
Menurut Karl Marx, hakekat kenyataan sosial adalah konflik.
Konflik adalah satu kenyataan sosial yang bisa ditemukan dimana-mana.33
Marx menekankan dasar ekonomi untuk kelas sosial.
30
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h.
71. 31
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153 32
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 1,
h. 107. 33
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h.73
26
Marx mengajukan konsepsi penting tentang konflik, yaitu tentang
masyarakat kelas dan perjuangan kelas. Marx menyatakan “.... of
all instruments of production the greatest force of production is the
revolutionary class itself” (.... dari semua instrumen-insturmen
priduksi yang paling besar kekuatan produksi itu adalah kelas
revolusioner itu sendiri) dikutipp oleh Dahrendorf. Pernyataan
Marx melalui artikelnya The Clasess tersebut memberi penekanan
bahwa perubahan sosial dalam sejarah masyarakat manusia adalah
akibat perjuangan revolusioner kelas. Kelas revolusioner yang
dimaksudkan oleh Marx adalah kelas proletariat. Kelas, menurut
Marx adalah entitas dari perubahan-perubahan sosial. Kelas dan
perjuangan kelas kemudian, dalam konteks masyarakat kapitalis
Marx, berada dalam kontradiksi sistem ekonomi kapitalis. Bryan
Turner merangkum efek dari proses kontradiksi sistem ekonomi
kapitalis: (1) polarisasi radikal dari sistem kelas kedalam dua kelas
bermusuhan, yaitu borjuis dan kapitalis; (2) proses segregasi sistem
kelas, yaitu kelas pemilik modal (kaum borjuis) yang kikir dan
pemiskinan kelas pekerja; dan (3) radikalisasi kelas pekerja yang
ditransformasikan melalui perjuangan polistis. 34
Dalam teori ini Marx membagi dua kelompok masyarakat yaitu
masyarakat Borjuis dan masyarakat Proletar.35
Masyarakat Borjuis adalah
masyarakat golongan kaya raya yang menguasai seluruh alat-alat produksi,
untuk mendapatkan keuntungan (capital) yang sebesar-besarnya.
Sedangkan masyarakat Proletar yaitu masyarakat miskin yang bekerja
sebagai buruh pada alat-alat produksi tersebut. Dalam pelaksanaannya
kaum Borjuis menindas kaum Proletar dengan cara mempekerjakan tenaga
mereka dengan mendapatkan upah, tanpa mendapatkan hasil dari alat-alat
produksi. “Sehingga kaum kapitalis dan kaum proletar terlibat dalam
konflik yang tak terelakkan lagi. Alasannya ialah karena guna mendapat
keuntungan sebesar-besarnya, para kapitalis berusaha menekan upah buruh
serendah-rendahnya.”36
2. Teori Konflik Ralf Dahrendorf
Dalam karya Dahrendorf, berpendirian pada teori konflik dan teori
fungsional disejajarkan. Menurut para fungsionalis, masyarakat adalah
34
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 32. 35
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama,
2008), Cet. 1, h.40 36
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 74
27
statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang.
Tetapi menurut Dahrendorf, dan teoritis konflik lainnya, setiap masyarakat
setiap saat tunduk pada proses perubahan.
Fungsionalis cenderung melihat masyarakat secara informal diikat
oleh norma, nilai dan moral. Teoritis konflik melihat apa pun keteraturan
yang terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap
anggotanya oleh mereka yang berada di atas. Fungsionalis memusatkan
perhatian pada kohesi yang diciptakan oleh nilai bersama masyarakat.37
Teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf dahrendorf sering kali
disebut teori konflik dialektik. Bagi dahrendorf, masyarakat
mempunyai dua wajah, yakni konflik dan konsensus. Kita tidak
mungkin mengalami konflik kalau sebelumnya tidak ada
konsensus. Misalnya, si A dan si B dalam kelas ini tidak mungkin
terlibat dalam konflik karena mereka tidak pernah mengenal satu
sama lain dan hidup bersama. Demikianpun sebaliknya, konflik
bisa menghantar orang kepada konsensus. Kerjasama yang sangat
erat antara Jepang dan Amerika Serikat pada saat ini terjadi
sesudah mereka terlibat dalam konflik yang sangat hebat pada
waktu perang dunia II.38
Dahrendorf mengakui bahwa masyarakat takkan ada tanpa adanya
konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lain. Jadi tidak
akan ada konflik kecuali ada konsensus sebelumnya.39
Contoh : Nyonya
Prancis sangat tak mungkin berkonflik dengan pemain catur Chili karena
tak ada kontak antara mereka, tak ada integrasi sebelumnya yang
menyediakan basis untuk konflik. Sebaliknya, konflik dapat menimbulkan
konsensus dan integrasi.
Dari kedua teori konflik di atas dapat disimpulkan bahwa menurut
teori konflik Marx, konflik bisa terjadi pada cara-cara produksi yang
dilakukan oleh kaum Borjuis terhadap kaum Proletar. Dimana dalam
mengerjakan alat-alat produksi kaum Borjuis menindas kaum Proletar
dengan memperkerjakan mereka sekeras-kerasnya untuk mendapatkan
37
Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153 38
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h.77-78. 39
George Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 154.
28
hasil yang sebesar-besarnya. Dalam hal ini para kaum Proletar berharap
mendapatkan upah yang setinggi-tingginya, namun kaum Borjuis
melakukan kecurangan dengan cara menekan upah buruh serendah-
rendahnya. Sehingga dengan adanya hal ini konflik antara dua kelompok
ini pun dapat terjadi.
Sedangkan menurut teori konflik Ralf dahrendorf, masyarakat
memiliki dua wajah yaitu konflik dan konsensus. Konsensus merupakan
satu kesatuan (integrasi) individu-individu dalam masyarakat yang saling
kenal-mengenal satu sama lain. Konflik adalah permasalahan-
permasalahan sosial yang timbul karena adanya konsensus. Jadi konflik
tidak akan muncul tanpa adanya konsensus sebelumnya.
3. Teori Konflik Jonathan Turner
Turner memusatkan perhatiannya pada “konflik sebagai suatu proses
dari peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada interaksi yang disertai
kekerasan antara dua pihak atau lebih.”40
Jadi, menurut teori konflik yang
dikemukakan oleh Turner bahwa konflik tidak akan terjadi sebelum
adanya interaksi yang terjalin, baik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan klompok. Dengan
adanya interaksi kemudian memunculkan permasalahan-permasalahan
dalam kehidupan sosial mereka, sehingga akan menyebabkan konflik
diantara mereka.
Turner juga menjelaskan sembilan tahapan menuju konflik terbuka.
Secara garis besar dalam ke-sembilan tahapan tersebut Turner
mengungkapkan, bahwa konflik terbuka bisa terjadi diantara kelompok-
kelompok sosial yang memiliki kekuasaan atas sumber-sumber
penghasilan dengan kelompok-kelompok sosial yang tidak berkuasa.
Mereka yang tidak berkuasa atas sumber-sumber penghasilan mulai
mempertanyakan legitimasi sistem tersebut. “Kemudian legitimasi tersebut
40
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 81.
29
membawa mereka kepada kesadaran bahwa mereka harus mengubah
sistem alokasi kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan demi
kepentingan mereka.”41
Dengan demikian kesadaran tersebut akhirnya
memancing kemarahan mereka dan menyebabkan mereka semakin tegang,
dan pada akhrinya mereka mencari jalan untuk mengorganisir diri guna
melawan kelompok yang berkuasa.
“Pada akhirnya konflik yang terbuka antara kelompok-kelompok
yang bertikai sangat bergantung kepada kemampuan masing-masing pihak
untuk mendefinisikan kepentingan mereka secara obyektif dan untuk
menangani, mengatur, dan mengontrol kelompok itu.” 42
D. Pengertian Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar
yang telah dilakukan.43
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “prestasi
adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya.”44
Bila diartikan secara bahasa, “kata prestasi berasal dari bahasa Belanda
yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang
berarti hasil usaha.”45
2. Pengertian Belajar
Belajar menurut bahasa adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya
mendapatkan kepandaian”.46
Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan
oleh beberapa ahli, diantaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan
belajar adalah “Suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau
41
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 81. 42
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 82. 43
http://WWW.scrbd.com/doc/pengertian prestasi belajar, waktu akses hari selasa, 26
April 2011 44
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Abdi tama,
2001)., cet. 1, h. 330. 45
Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 1990), h. 2. 46
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,
1976), h.965.
30
dilakukan melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi”.47
Suatu proses belajar dapat dinyatakan berjalan dengan baik apabila ada
perubahan, baik perubahan tingkah laku, kematangan berpikir, maupun
perubahan pengetahuan.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gerak raga yang ditunjukan harus
sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.48
Belajar
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi.49
Belajar adalah suatu kegiatan
yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis,
untuk mencapai perubahan dalam tingkah laku.50
Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya
apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak
sama. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Dan juga banyak orang yang beranggapan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut
ilmu.
Ada beberapa pendapat tentang belajar, yang pertama pengertian
belajar menurut Zikri Neni Iska:
Pengertian umum belajar atau yang disebut juga dengan learning,
adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada
perilaku yang diperoleh dari pengalaman. Belajar merupakan salah
satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup
47
Ahmad fauzi, Psikologi Umum ,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), cet.ke-2, h. 44 48
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka cipta, 2000), h.13 49
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 2. 50
Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press 2001), h.
23
31
manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi)
dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia
dapat bertahan hidup (survived).51
Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein,
”belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan.” 52
sedangkan menurut Oemar Hamalik, ”belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.”53
Menurut Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti ”belajar dapat dimaknai
dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan,
keterampilan dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar
didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang
yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.”54
Menurut S. Nasution ”belajar adalah proses yang melahirkan atau
mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.”55
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ”belajar adalah suatu proses di
mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan
reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.”56
Menurut Alisuf Sabri ” belajar merupakan faktor penentu proses
perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan berupa
pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan lain-lain
51
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), cet. 1, h.76 52
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), cet. 3, h. 10. 53
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2, h.
27. 54
Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117 55
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet.
1, h. 35 56
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan Bintang,
2000), cet. 8, h.45
32
tingkah laku yang dimiliki manusia adalah diperoleh melalui belajar.”57
Pengertian belajar menurut Wasty Soemanto yaitu:
Belajar merupakan proses dasar daripada perkembangan hidup
manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain
adalah hasil dari belajar. Kitapun hidup menurut hidup dan bekerja
menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar adalah suatu proses,
dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara
aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.58
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Serta belajar juga dapat disimpulkan sebagai perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan,
dan sikap yang diperoleh dari pengalaman dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
Selanjutnya Nana Sudjana mengatakan bahwa “belajar adalah
proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada
di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses
melihat, mengamati, memahami sesuatu”.59
Belajar disebut juga proses
aksi reaksi serta interaksi atau hubungan antara seseorang dengan
seseorang lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas siswa
berinteraksi dengan guru, serta siswa berinteraksi dengan siswa yang
kemudian akan menimbulkan pengalamn baru, baik bagi siswa maupun
bagi gurunya.
57
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN
Fakultas Tarbiyah), ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 2, h. 54 58
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
(Malang: PT Rineka Cipta, 1990), cet. 3, h. 99. 59
Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Balai Pustaka,
1987), h.28
33
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemuakakan oleh
para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan.
Perubahan tingkahlaku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya
(kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).
3. Pengertian Prestasi Belajar
Dibawah ini akan diuraikan beberapa pengertian tentang prestasi
belajar yaitu :
Menurut Nana Sudjana, “prestasi belajar diartikan sebagai
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka
yang diberikan oleh Guru.”60
Prestasi siswa tidak bisa diukur hanya dengan melihat hasil dari
ujian semester, karena prestasi juga ditentukan oleh faktor lain.
Menurut Zikri Neni Iska, “prestasi adalah tolok ukur belajar yang
problematik.”61
Dari beberapa pengertian prestasi belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil evaluasi belajar yang diperoleh
atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar
dalam kurun waktu tertentu. Bentuk konkrit dan prestasi belajar adalah
dalam bentuk skor akhir dari evaluasi yang dimasukkan dalam nilai
raport. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan evaluasi.
Prestasi belajar merupakan wujud yang menggambarkan usaha belajar
yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa, ataupun orang lain
dan lingkungannya. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar
yang ditunjukkan dalam bentuk angka, huruf ataupun tindakkan yang
mencerminkan prestasi anak dalam periode tertentu.
60
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1992), cet. 4, h. 22. 61
Zikri Neni Iska, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers,
2006), cet. 1, h. 85.
34
4. Hakikat Belajar
Secara umum pengertian belajar menurut beberapa para ahli di atas,
mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan menjadi lebih
baik. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku dalam
berbagai aspek. Dari sejumlah pengertian belajar yang telah dikemukakan
di atas, ada satu kata kunci yang sangat penting dalam proses belajar,
yakni kata “perubahan” atau change.
Ketika kata “perubahan” diperbincangkan untuk memaknai kata
belajar, maka hal ini menyangkut permasalahan mendasar dari masalah
belajar. Bagaimanapun rangkaikan kata dan kalimat yang dikemukakan
oleh para ahli dalam mendefinisikan kata belajar, maka intinya tidak lain
adalah masalah “perubahan” yang terjadi pada seorang individu yang
belajar. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai
dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar.
Dengan demikian, seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar
dan diakhir aktivitas belajarnya tersebut telah memperoleh perubahan
tingkah laku dalam dirinya, serta memiliki pengalaman baru, maka
seseorang tersebut dikatakan telah melakukan aktivitas belajar. Akan tetapi
perlu diingatkan, bahwa perubahan yangg terjadi akibat belajar adalah
perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi
tingkahlaku. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah
perubahan dan tidak setiap perubahan adalah hasil belajar.
5. Ciri-ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada
perubahan tertentu yang dimaksudkan ke dalam ciri-ciri belajar. “Ciri -
ciri belajar tersebut antara lain adalah perubahan yang terjadi secara sadar,
perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar
bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku.”62
62
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008), h. 15
35
6. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan
yang vital. Dalam uraian terdahulu telah ditegaskan, bahwa mengajar
adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar
hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu,
adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang
proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan
menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid.
Prinsip-prinsip belajar menurut Kunandar adalah sebagai berikut
bahwa dalam belajar memerlukan proses dan penahapan serta
kematangan diri pada siswa. Belajar senantiasa bertujuan dengan
pengembangan perilaku siswa. Belajar didasarkan atas kebutuhan
dan motivasi tertentu. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-
daya, membentuk hubungan asosiasi dan melalui penguatan.
Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman,
berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman. Belajar membutuhkan
bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak
langsung melalui bantuan pengalaman pengganti.63
7. Teori-Teori Belajar
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
pengalaman atau latihan. Proses perubahan tingkah laku atau proses
belajar yang terjadi pada diri individu itu merupakan proses internal
psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata. Oleh karena terjadinya
proses belajar itu tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah
perbedaan pendapat dikalangan para ahli psikologi, sehingga akibatnya
terjadi bermacam-macam teori belajar. Berikut ini akan diuraikan tentang
beberapa teori belajar, yaitu:
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. bagi siswa agar benar-benar
63
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 302
36
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Menurut teori konstruktivis ini, guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan member kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar
siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar.
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak
secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas
melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang melalui empat
tingkatan, yaitu sensorimotor (lahir sampai usia 2 tahun),
praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun), operasi konkrit (7 sampai 11
tahun dan operasi formal (usia 11 tahun sampai dewasa).
c. Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Belajar bermakna menurut teori Ausubel yaitu suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang
mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa.
Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan
pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep
awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang
akan dipelajari. Dengan demikian agar belajar lebih bermakna, konsep
baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang
sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
37
d. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. menurutnya proses pembelajaran akan terjadi jika anak
bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun
tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka yang
disenut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat
perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat
ini.64
e. Teori Classical Conditioning
Teori ini menganggap bagaimana menghindari timbulnya
perasaan-perasaan negatif terhadap suatu pelajaran. mengatasi rasa
takut dan khawatir terhadap tugas-tugas di kelas dan lain-lain.65
Dengan demikian, teori – teori belajar tersebut di atas dapat
digunakan dan dimanfaatkan oleh sekolah sebagai sarana informasi
pendidik dan pengetahuan pendidik dalam menyampaikan materi
belajar. Sehingga diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan
baik.
8. Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan
atau pembaharuan dalam tingkahlaku atau kecakapan. Jadi berhasil
tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dalam digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan ekstern.
Faktor – faktor intern, yakni faktor – faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara
faktor – faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang
adalah antara lain :
64
Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), cet. 1, h. 26 65
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar..., h.81
38
1. Faktor fisiologis
Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan
dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang
kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.
2. Faktor psikologis
Yang termasuk dalam faktor – faktor psikologis yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain :
a. Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Quetion (IQ)
seseorang.
b. Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan
pemahaman dan kemampuan yang mantap.
c. Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu.
d. Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
e. Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Faktor-faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
peserta didik, yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang
termasuk faktor – faktor ini antara lain yaitu :
1. Faktor sosial, yang terdiri dari : lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
2. Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah,
keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar peserta didik disekolah.66
66
http://artikele-aby.blogspot.com/2009/08/prestasi-belajar-kajian-teoritis, diakses tanggal 11
September 2011.
39
E. Kerangka Konseptual
TABEL 1
Kerangka Konseptual Tentang Pengaruh Konflik Antarkelompok
Terhadap Prestasi Belajar Siswa
KONFLIK
SOSIAL
PENGERTIAN
KONFLIK
Ruang Lingkup
SEBAB-SEBAB
KONFLIK
MACAM-MACAM
KONFLIK
DAMPAK-
DAMPAK
KONFLIK
TEORI KONFLIK
RALF
DAHRENDORF
TEORI KONFLIK
KARL MARX
KONSEP PRESTASI
BELAJAR
HAKIKAT
BELAJAR
CIRI-CIRI
BELAJAR
TEORI KONFLIK
JONATHAN
TURNER
TEORI KONFLIK
PENGERTIAN
PRESTASI
CARA
MENGATASI
PENGERTIAN
BELAJAR
PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN BELAJAR
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PRESTASI
BELAJAR
TEORI – TEORI BELAJAR
40
Kerangka konseptual tersebut menggambarkan bagaimana pengaruh
konflik antarkelompok, dalam hal ini adalah aksi tawuran yang dilakukan oleh
pelajar terhadap prestasi belajar mereka di sekolah. Sosiologi merupakan salah
satu dari cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat sebagai mahluk sosial
dalam hubungannya dengan manusia yang lainnya. Dalam kehidupan sosial
manusia dengan manusia yang lainnya melakukan suatu proses sosial. “Proses
sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan
kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan
yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada”.67
Dalam proses sosial memiliki dua bentuk yang sering terjadi di masyarakat
kita, yaitu proses sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif. “Proses asosiatif
yaitu proses yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan atau penyatuan”.68
Sedangkan proses disosiatif sebaliknya tidak adanya penyatuan. Yang termasuk
dalam bentuk asosiatif yaitu kooperasi, akomodasi, asimilasi, dan amalgamasi.
Sedangkan proses yang disosiatif yaitu kompetisi, konflik, dan kontravensi.
Salah satu bentuk proses sosial yang disosiatif yaitu konflik. Konflik
merupakan salah satu bentuk proses sosial yang bersifat menentang pihak lawan,
yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Konflik sosial seperti kita ketahui
disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya disebabkan karena adanya perbedaan
antarindividu, perbedaan kepentingan, perbedaan kebudayaan, dan lain
sebagainya. Selain itu konflik sosial juga memiliki beberapa macam bentuknya,
yaitu konflik antarindividu, konflik antarkelompok, konflik antaretnis, konflik
antaragama, dan konflik antarnegara.
Diantara macam-macam konflik tersebut di atas, penulis ingin meneliti
tentang konflik antarkelompok yang terjadi di kalangan pelajar. Salah satu
bentuknya adalah aksi tawuran yang kerap mereka lakukan. Aksi tawuran
merupakan bentuk konflik antarkelompok yang sangat fatal akibatnya jika
dilakukan terus-menerus. Aksi ini bisa menimbulkan berbagai macam dampak-
67
Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar,...h. 55 68
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar dan terapan,...h. 57.
41
dampak negatif, baik dampak negatif secara lahir maupun batin ataupun materiil
serta moril. Dampak yang ditimbulkan secara lahir misalnya luka-luka fisik
akibat terkena benda-benda tajam, karena dalam aksinya para pelajar kerap kali
membawa benda-benda tajam seperti pisau, pedang samurai, gir motor, stick golf,
dan lain sebagainya. Selain itu aksi ini juga bisa berdampak pada kondisi
jiwa/batin mereka. Misalnya ada perubahan sikap dalam dirinya yang dulunya
mereka berwatak baik sekarang menjadi anak yang berwatak buruk dan keras,
menjadi anak yang malas belajar dan tidak mau mengerjakan tugas-tugas mereka
di sekolah. Pada akhirnya aksi tawuran yang mereka lakukan memungkinkan
prestasi belajar mereka terpengaruh.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Wilayah/lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan diwilayah Pondok Aren, tepatnya di
Jl. Raya Ciledug Jombang No. 15 Pondok Aren Kota Tangerang selatan.
Adapun waktu penelitiannya mulai bulan Juli hingga bulan Agustus 2011.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi yaitu “keseluruhan subyek penelitian”.69
Adapun subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X atau kelas I SMK Bintang
Nusantara Pondok Aren Tangerang selatan, tahun ajaran 2010 – 2011.
Akan tetapi tidak mungkin meneliti dan mengobservasi seluruh jumlah
total dari subjek yang diteliti, jadi peneliti hanya mengambil sebagian
subyek contoh representatif dari subjek keseluruhan yang diteliti yang
menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian adalah sample.
2. Sampel
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa – siswa kelas X TKJ
SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, sebanyak 20 orang responden yang
pernah melakukan konflik antarkelompok, dalam hal ini aksi tawuran.
69
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT.
Rineka Cipta, 1998), cet.11, h. 97
42
43
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yang ditunjang oleh data – data yang diperoleh melalui
penelitian lapangan yaitu penulis mengadakan penelitian langsung ke objek
sasaran penelitian, yang ditempuh dengan teknik-teknik sebagai berikut:
metode pengumpulan, observasi, wawancara, dan angket.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan laporan ini,
maka penulis menggunakan metode:
1. Metode pengumpulan adalah metode dengan cara pengumpulan data
mengenai suatu hal yang dapat berupa catatan, transkrip, legger dan
sebagainya.70
2. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara langsung ke objek
penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik
ini dilakukan dengan cara mengamati langsung objek penelitian di
lapangan.
3. Wawancara yaitu percakapan langsung dan tatap muka (face to face)
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang akan memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.71
4. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang
pribadinya, ataupun hal-hal yang ia ketahui.72
Jadi, angket juga dapat
dikatakan sebagai alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyebarkan daftar pertanyaan yang diajukan disertai beberapa alternatif
jawaban untuk dipilih oleh responden. Angket dalam penelitian ini bersifat
70
Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 97. 71
Imam Suprayogo & Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001), h. 172 72
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,...h. 117.
44
tertutup agar terdapat kesamaan jawaban masing-masing responden
sehingga proses pengolahan datanya lebih mudah.
E. Teknik Pengolahan Data
Untuk menolah data dalam penulisan ini, penulis melakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang
diserahkan oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu
persatu, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada
pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban yang
diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang
bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.
2. Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden
menurut macam-macamnya.
3. Scoring, yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir
petanyaan yang terdapat dalam angket.
4. Persentase digunakan untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh konflik
antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa. Angket persentase
diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden
dikalikan 100% dengan rumus satistik persentase.
F. Teknik Analisis Data
Data dari angket dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
analisis secara kualitatif yang dinamakan deskriptif analisis yaitu
menggambarkan apa adanya.
Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi kemudian
dilengkapi dengan presentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus
sebagai berikut :
P = 𝐹
𝑁 x 100%
45
P = Angka Presentase
F = Frekuensi yang dicari
N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
100% = Bilangan tetap
Setelah didapat hasil presentase dari angket yang disebarkan kepada
siswa, maka akan menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut,
penulis merumuskan sebagai berikut :73
Tabel 2
Kategori Perhitungan
No Prosentase Penafsiran
1 100 % Seluruhnya
2 90% - 99 % Hampir seluruhnya
3 60% - 89% Sebagian besar
4 51% - 59% Lebih dari setengahnya
5 50% Setengahnya
6 40% - 49% Hampir setengahnya
7 20% - 39% Sebagian kecil
8 10% - 19% Sedikit
9 1% - 9% Sedikit sekali
10 0% Tidak ada sama sekali
73
Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung: IAIN SGD, 1984), cet. Ke-1,
h. 52.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang
Selatan
1. Sejarah Berdirinya SMK Bintang Nusantara
SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan
merupakan Yayasan Pendidikan yang berada di bawah naungan Kanwil
Banten dengan SK/ Pengukuhan No: 811/ 1.02/ Kep/ E/94. Dengan No.
Data Sekolah (NDS) No: 3002040033, sedangkan jenjang terakreditasi
No: 273/ C. C7/ Kep/ Mn/ 99, sekolah ini berada di Jalan Raya Ciledug-
Jombang Pondok Aren Tangerang Sealatan. SMK Bintang Nusantara
didirikan pada tahun 1993 di atas tanah seluas 10.150 m2.
2. Visi dan Misi Sekolah
Visi dan Misi sekolah SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang selatan adalah sebagai berikut.
Visi :
Mewujudkan pendidikan yang berakhlak Nulkharimah, berdaya saing,
unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Misi :
a. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Melaksanakan kurikulum secara efektif, meningkatkan kompetensi,
dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan.
46
47
c. Menjadikan siswa yang berakhlak, cerdas, sehat, kreatif, inovatif,
disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta unggul dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan
Untuk menunjang keberhasilan Visi dan Misi sekolah SMK
Bintang Nusantara, maka sekolah ini memperkerjakan Guru-guru yang
hampir seluruhnya bergelar sarjana S1 dan berkompeten dibidangnya.
Berikut daftar nama Guru-guru SMK Bintang Nusantara beserta gelar
sarjana dan jabatan mereka di sekolah.
a. Keadaan Guru dan Karyawan
TABEL 3
Data tenaga pengajar dan karyawan
SMK Bintang Nusantara Tahun 2010/ 2011
No. Nama Guru Pendidikan Terakhir/ Tahun
Kelulusan Jabatan
1. Drs. Sadiyanto S1 Pend. Sejarah/ 1989 Kepsek
2. M. Rusdin, SE S1 Ekonomi Management/ 1990 GTY
3. Drs. Munadi, MM S1 Pend. Sejarah/ 2003 GTT
4. Hj. Sri Pujiati, S.Pd S1 Pend. Matematika/ 1999 GTT
5. Yuni Rachmawati, S.Pd S1 Pend. Bhs & Sastra Ina/ 1994 GTT
6. Abdul Aziz, SH S1 Hukum Perdata/ 2005 GTT
7. Saefudi, S. Pd S1 PAI/ 2001 GTT
8. Dwi Hastuti, S. Pt S1 Produksi Ternak/ 2002 GTY
9. Nurilah Hanum, S. Pd S1 Pend. Biologi/ 1996 GTT
10. Dessi Arisandy, S. Pd. I S1 Bahasa Arab/ 2003 GTY
11. Rinda Suzena, SE S1 Management Ekonomi/ 2001 GTY
12. Ponijah, S. Pd S1 Bahasa Inggris/ 2004 GTY
13. Imas Sobariyah, S. Pd S1 Kimia/ 2002 GTT
14. A. Bukhori MAN Agama Islam/ 1999 GTT
15. Arif Prasetyono, S. Pd S1 Pend. Koperasi/ 1995 GTT
16. Drs. Waluyo, MM S1/ SII STM “IMM”/ 1999 GTY
17. Wahid, SH S1 Hukum Perdata/ 2004 GTT
18. M. Dodi, S. Pd S1 Pendidikan Matematika/ 2005 GTT
19. Nurhadi, S. Pd S1 PAI / 2006 GTT
20. M. Ridha TUT
21. Abdul Rahman SMEA/ 1985 TUT
22. M. Hafni TUT
48
23. Alimun OB
24. M. Ali Selamat OB
25. Hamid OB
26. Endri Satpam
27. A. Romain Satpam
b. Data Siswa SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan
Jumlah kelas yang ada di SMK Bintang Nusantara adalah
sebanyak 5 kelas. Kelas tersebut terdiri dari 3 kelas X dan 2 kelas XI.
Program – program jurusan yang ada di SMK ini adalah program
Akuntansi (AK), program Multi media (MM), dan program Teknik
Komputer Jaringan (TKJ). Berikut jumlah siswa – siswi SMK Bintang
Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun ajaram 2010-2011
secara keseluruhannya.
TABEL 4
Data Siswa SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan
Tahun ajaran 2010/ 2011
No. Kelas Jumlah
Rombel
Jumlah Siswa Ket
L P Jumlah
1. X AK 1 2 25 27
2. X TKJ 1 20 7 27
3. X MM 1 19 16 35
4. XI AK 1 5 19 24
5. XI TKJ 1 20 14 34
JUMLAH 147
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini sudah
sangat cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar – mengajar
para siswa. Berikut adalah keadaan ruang serta sarana dan prasarana
yang ada di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan.
49
TABEL 5
Keadaan dan jumlah ruang SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang Selatan
No Ruang Jumlah Kondisi
1. Ruang Kelas 10 Baik
2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3. Ruang Tata Usaha dan Administrasi 2 Baik
4. Ruang Guru 1 Baik
5. Ruang Laboratorium IPA 1 Baik
6. Ruang Perpustakaan 1 Baik
7. Ruang BP/ BK 1 Baik
8. Ruang OSIS 1 Baik
9. Ruang Komputer dan Internet 2 Baik
10. Ruang Gudang 1 Baik
11. Mushalla 1 Baik
12. MCK 3 Baik
13. Ruang Audio Visual 1 Baik
14. Ruang Praktek Fotografi 1 Baik
15. Ruang Kegiatan keagamaan 2 Baik
16. Ruang Dinas Penjaga 1 Baik
TABEL 6
Sarana dan Prasarana di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang Selatan
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Kursi Siswa 504
2. Meja Siswa 252
3. Mesin Stensil 2
4. Mesin Ketik 4
5. Komputer 60
6. Radio Tape 3
7. OHP 1
8. Kipas Angin 10
9. Televisi 2
10. Telephon 2
11. Megaphone 1
12. Pengeras Suara 2
13. Alat Band 1 set
14. Kompor 1
15. Printer 4
16. Meja Kursi Tamu 3
50
17. Meja Guru 20
18. Kursi Guru 20
19. Rak Buku 7
20. Lemari 20
21. Filing Cabinet 20
22. Brankas 2
23. Proyektor/ Infokus 1
24. VCD 3
5. Struktur Organisasi SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang
Selatan
TABEL 7
Struktur Organisasi Sekolah
Komite Sekolah Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Tata Usaha
- Kepala Tata Usaha
- Urusan Keuangan
- Perlengkapan
- Pembuat Daftar Gaji
- Juru Tik
- Caraka/ Pesuruh
Wakasek
Bag. Kesiswaan
Wakasek
Bag. Kurikulum
Wakasek
Bag. Humas
Wakasek
Bag. Administrasi
Guru
Siswa
51
6. Kegiatan Ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SMK Bintang Nusantara
Pondok Aren Tangerang Selatan diantaranya: Rohis, Marawis, English
Club, Volley.
B. Pendapat Guru Tentang Konflik Antarkelompok dalam bentuk Aksi
Tawuran yang Terjadi di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren
Tangerang Selatan.
Konflik merupakan salah satu gejala sosial yang timbul dalam
masyarakat. Tidak akan ada konflik jika tidak ada masyarakat, karena konflik
itu akan tetap ada selama manusia melakukan interaksi sosial dalam
masyarakat. Konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang
bersifat disosiatif, artinya konflik bersifat mengahancur, bercerai berai, dan
tidak satu kesatuan. Banyak hal yang menyebabkan konflik sosial bisa terjadi,
seperti pendapat Guru BK (bimbingan konseling) melalui wawancara
mengemukakan bahwa konflik itu terjadi karena adanya perbedaan pendapat
antara satu atau kelompok orang dengan kelompok lainnya.74
Konflik sosial yang ada tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat
yang kompleks saja. Namun koflik sosial juga bisa terjadi pada ruang lingkup
yang lebih kecil, misalnya konflik sosial yang terjadi di lingkungan sekolah.
Konflik sosial yang terjadi di sekolah salah satu bentuknya adalah tawuran
antarkelompok, yang tentu saja hal ini dapat menimbulkan dampak – dampak
yang buruk. Aksi tawuran sangat merugikan baik untuk siswa itu sendiri,
keluarga, sekolah maupun lingkungan sekitar dimana aksi tawuran tersebut
terjadi.75
Banyak hal yang menyebabkan para siswa melakukan aksi tawuran.
Salah satunya adalah karena aksi saling ejek antarsiswa dengan sekolah lain.
Seperti yang dikemukakan oleh Guru yang penulis wawancarai, bahwa aksi
tawuran yang terjadi di sekolah ini karena saling mengejek atau menjelek-
74
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011. 75
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011.
52
jelekkan satu sama lain, sehingga memicu kemarahan dari dua belah pihak dan
akhirnya terjadilah aksi saling pukul. Awal mula terjadinya aksi saling ejek
antarsiswa berawal dari kumpul-kumpul biasa dengan teman satu sekolah,
nongkrong di warung atau di pinggir jalan. Kemudian ada sekumpulan siswa
dari sekolah lain yang tengah melintas dengan spontan menjelek – jelekkan
sekolah mereka dan mengejek – ejek mereka. Alhasil merekapun marah dan
mebalas dengan ejekan yang sama, hingga terjadilah tawuran diantara mereka.
Aksi tawuran yang mereka lakukan tentu saja merupakan perbuatan
yang tidak patut untuk ditiru. Para siswa seharusnya memiliki tugas untuk
belajar dan menuntut ilmu, dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang
positif serta berkaitan dengan pendidikan mereka di sekolah. Banyak hal yang
bisa dilakukan para siswa untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
pendidikan, misalnya mengikuti kursus – kursus di luar sekolah, ikut dalam
kegiatan ekstrakurikuler, ikut dalam kegiatan sosial di masyarakat, dan lain
sebagainya. Sehingga diharapkan dengan mengikuti kegiatan – kegiatan
tersebut para siswa tidak mempunyai waktu untuk melakukan aksi tawuran.
Tentu saja hal ini menjadi perhatian besar para Orang tua dan Guru
untuk mengajak dan membimbing serta mendidik siswa untuk selalu
berkelakuan baik, serta meningkatkan potensi yang ada dalam diri siswa, agar
siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah.
C. Dampak – dampak yang Ditimbulkan dalam Aksi Tawuran bagi Siswa,
Guru, dan Sekolah di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren.
Aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa tersebut memang
bukanlah perilaku terpuji, namun itulah bentuk dari ungkapan rasa kesal
mereka karena tidak terima sekolah mereka di jelek-jeleknya oleh sekolah
lain. Para siswa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan anak yang memang
masih dalam usia labil, artinya pada usia ini merupakan masa-masa seorang
anak untuk mencari jati diri mereka dalam lingkungan sosialnya.
Di masa-masa menginjak usia transisi dari masa remaja menuju
dewasa ini, seorang anak cepat terpengaruh oleh ajakan teman-temannya entah
53
itu untuk berbuat baik ataupun tidak baik. Seperti yang diungkapkan oleh
Guru melalui wawancara bahwa siswa-siswa yang ikut dalam aksi tawuran
adalah siswa yang sering bolos sekolah dan prestasi belajarnya kurang, namun
ada pula siswa yang baik ikut dalam aksi tawuran karena ajakan teman-
temannya untuk membela nama baik sekolah mereka.76
Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang baik pun dapat terpengaruh oleh ajakan teman-temannya
untuk ikut dalam aksi tawuran.
Aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa tentu saja menimbulkan
dampak-dampak buruk bagi siswa, Guru, dan bagi sekolah. Dampak-dampak
yang ditimbulkan tentu saja bersifat negatif, namun ternyata aksi tawuran
yang terjadi di sekolah ini juga menimbulkan dampak yang positif bagi siswa
tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran bagi siswa adalah siswa
mendapatkan skorsing selama beberapa hari dan ada pula siswa yang
dikeluarkan dari sekolah, selain itu aksi tawuran ini juga berdampak negatif
terhadap prestasi belajar mereka di sekolah, siswa menjadi tertinggal dalam
mengikuti mata pelajaran di sekolah. Sedangkan dampak positif dari aksi ini
bagi siswa adalah siswa dapat lebih berhati-hati dalam memilih teman dan
lingkungan pergaulan mereka, agar tidak salah dalam bertindak.77
Kemudian dampak bagi Guru yaitu guru menjadi terganggu dalam
mengajar, karena Guru berusaha untuk melerai aksi tawuran, dan Guru merasa
tidak nyaman berada di sekolah. Dan dampak aksi tawuran bagi sekolah yaitu
merusak nama baik sekolah, sehingga membuat citra buruk terhadap sekolah
yang berdampak pada minat masyarakat yang rendah untuk menyekolahkan
anak-anak mereka di sekolah ini.
Aksi tawuran yang terjadi memang banyak menimbulkan dampak –
dampak yang buruk bagi siswa yang menjadi aktor dalam aksi ini, begitu pun
bagi orang – orang yang berada dalam lingkungan sekolah tersebut. Oleh
karena itu masalah ini harus diselesaikan dengan mencarikan solusi yang
terbaik agar aksi tawuran tidak terulang kembali.
76
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011. 77
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011.
54
D. Upaya-upaya Guru dalam Mengatasi Aksi Tawuran Siswa di SMK
Bintang Nusantara Pondok Aren.
Upaya Guru dalam mengatasi aksi tawuran yang terjadi di SMK
Bintang Nusantara dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dari hasil
wawancara penulis dengan Guru BK (Bimbingan Konseling), yaitu : usaha
untuk mengatasi aksi tawuran yang terjadi di sekolah antara lain Guru
memanggil siswa yang melakukan aksi tawuran dan menanyakan latar
belakang terjadinya aksi tawuran, kemudian Guru memberikan pengarahan,
memanggil orang tua siswa, dan membuat keputusan berupa hukuman/sanksi.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi aksi tawuran di sekolah
antara lain :
1. Bekerjasama antara Guru dan siswa untuk menyelesaikan permasalahan di
sekolah.
2. Sekolah memberikan tindakan preventif dengan memberikan arahan
mengenai dampak dari aksi tawuran.
3. Memberikan peringatan keras dari pihak sekolah bahwa siswa yang
terlibat dalam aksi tawuran akan dikeluarkan dari sekolah.
4. Membuat komitmen antara siswa dengan sekolah bahwa tugas siswa di
sekolah adalah belajar.
5. Bekerjasama dengan lingkungan sekitar apabila ada siswa yang kurang
baik tingkahlakunya agar melapor pihak sekolah.
6. Bekerjasama dengan orang tua untuk memeberikan arahan dan motivasi
kepada anak mereka agar tidak terlibat dalam aksi tawuran.78
Dari upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi
aksi tawuran disekolah, salah satunya adalah memberikan peringatan keras
terhadap siswa yang terlibat dalam aksi tawuran. Siswa yang menjadi
provokator dalam aksi tawuran dan melakukan tindakan anarkis dan
membahayakan akan dikeluarkan dari sekolah. Sedangkan siswa yang hanya
ikuta-ikutan saja dalam aksi tawuran, diskorsing selama kurang lebih 2
minggu dan mendapatkan tugas serta arahan dari Guru BK dan tugas dari
Guru bidang study.
78
Nita Erlypranawati, Wawancara, Pondok Aren, Rabu 20 Juli 2011.
55
Dengan demikian upaya – upaya yang telah disebutkan di atas,
diharapkan dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah aksi tawuran ini agar
tidak terulang kembali, sehingga tercipta suasana aman, nyaman, dan
harmonis di lingkungan sekolah.
E. Hasil Pengaruh yang Terlihat.
Konflik antarkelompok yang dilakukan oleh para siswa disekolah
memang membuat resah berbagai pihak, baik bagi para Orang tua, Guru,
Sekolah, ataupun masyarakat sekitar. Aksi tawuran yang mereka lakukan tentu
saja menimbulkan berbagai banyak dampak negatif yang mereka alami, tidak
hanya bagi siswa saja namun juga Guru mereka dan pihak sekolah pun ikut
merasakan dampak yang ditimbulkan. Dampak-dampak negatif yang mereka
alami secara fisik dapat terlihat dari luka-luka akibat sabetan benda-benda
tajam atau lemparan benda-benda tumpul yang mereka gunakan untuk
melancarkan aksi tawuran.
Selain dampak yang dialami berupa luka-luka fisik, aksi tawuran ini
juga mengakibatkan dampak yang buruk bagi perilaku dan prestasi belajar
mereka di sekolah. Dari hasil wawancara penulis dengan Guru BK, mengenai
sikap dan perilaku siswa yang sering melakukan aksi tawuran yaitu siswa
sering keluar kelas ketika kegiatan belajar-mengajar tengah berlangsung,
siswa cenderung malas, terkadang melanggar tata tertib sekolah misalnya
merokok di lingkungan sekolah, melawan kepada Guru, sering membolos, dan
bergaul dengan orang-orang yang tidak baik di luar sekolah.
Aksi tawuran yang mereka lakukan tidak hanya berdampak pada
perilaku mereka saja di sekolah, namun aksi tawuran ini juga berdampak pada
prestasi belajar mereka di sekolah. Seperti pada pernyataan di atas, bahwa
siswa yang melakukan aksi tawuran cenderung malas untuk sekolah. Hal ini
dapat dilihat dari daftar hadir siswa yang penulis dapatkan dari arsip sekolah,
sebagai berikut :
56
TABEL 8
Daftar hadir responden terhitung mulai bulan Januari – Mei 2011
No. Responden Jumlah Ketidak
hadiran
1 Achmad Mawarid Daulah 5 hari
2 Alfiansyah 15 hari
3 Anas Syarifudin Hidayat 8 hari
4 Andri Setiawan Alamsyah 15 hari
5 Andriansyah 29 hari
6 Daril Henmas Perdana 0 hari
7 Deni Firmansyah 18 hari
8 Deni Saputra 7 hari
9 Farizal Rio Pratama 4 hari
10 Firda Rahmawan 2 hari
11 Hardi Saputra 20 hari
12 M. Dede Khoirudin 5 hari
13 Muhajir Agil 1 hari
14 Mukhamad Nurmansyah 26 hari
15 Rachman Fauzi 5 hari
16 Rahmat Rivaldi 18 hari
17 Rusli Gusnandar 11 hari
18 Suprianto 9 hari
19 Zenia Purnama 9 hari
20 Afneri Panko 1 hari
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, sebagian besar responden
memiliki daftar ketidakhadiran yang amat banyak. Hal ini dikarenakan siswa
yang melakukan aksi tawuran cenderung malas untuk hadir di sekolah dan
mengikuti proses belajar, sehingga prestasi belajarnya pun menurun. Dengan
demikian, hal ini menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh konflik
antarkelompok dalam bentuk tawuran terhadap prestasi belajar mereka di
sekolah, salah satunya terlihat dari daftar hadir siswa yang banyak alfa atau
tidak masuk sekolah.
57
Selain daftar hadir siswa salah satu indikator yang menentukan prestasi
belajar siswa adalah hasil raport atau buku lapor hasil belajar siswa selama
satu semester. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Guru BK, bahwa
siswa yang melakukan aksi tawuran prestasi belajarnya cenderung menurun,
karena mereka tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hal ini
juga dapat dibuktikan dari hasil raport yang penulis dapatkan dari wali kelas
mereka, dari 20 siswa yang menjadi responden, sebagai berikut :
TABEL 9
Prestasi hasil belajar IPS siswa
No. Responden Nilai/skor
Semester Ganjil Semester Genap
1 Achamad Mawarid Daulah 73 70
2 Alfiansyah 70 70
3 Anas Syarifudin Hidayat 72 78
4 Andri Setiawan Alamsyah 72 75
5 Andriansyah 72 75
6 Daril Henmas Perdana 70 76
7 Deni Firmansyah 70 75
8 Deni syahputra 70 70
9 Farizal Rio Pratama 70 78
10 Firda Rahmawan 77 78
11 Hardi Saputra 70 75
12 M. Dede Khorudin 68 70
13 Muhajir Agil 77 76
14 Mukhamad Nurmansyah 70 72
15 Rachman Fauzi 72 70
16 Rahmat Rivaldi 73 70
17 Rusli Gusnandar 70 70
18 Suprianto 68 70
19 Zenia Purnama 70 76
20 Afneri Panko 70 70
58
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang sering
melakukan aksi tawuran memiliki nilai yang tidak lebih baik dari mereka yang
tidak tawuran. Hal ini dikarenakan siswa yang melakukan aksi tawuran selain
malas untuk sekolah dan suka membolos, mereka yang melakukan aksi
tawuran juga dikenai sanksi berupa skorsing selama beberapa hari, sehingga
memungkinkan siswa tertinggal dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah.
Dengan demikian konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi
tawuran yang dilakukan oleh para siswa, berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya di sekolah. Selanjutnya hal ini harus menjadi perhatian para orang
tua dan Guru, untuk selalu memperhatikan pendidikan para siswa di sekolah.
F. Deskripsi Data
Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan ini adalah dengan
angket dan wawancara, yaitu untuk memperoleh data informasi tentang
pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa di SMK
Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan.
Angket yang disusun berdasarkan pokok penelitian yang diteliti,
angket yang dibuat terdiri dari 30 pernyataan, 15 item pernyataan mengenai
konflik antarkelompok dalam bentuk tawuran, 10 item pernyataan mengenai
pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar siswa, dan 5 item
pernyataan peran serta orang tua siswa.
Sedangkan wawancara dilakukan dengan Guru BK (Bimbingan
Konseling) SMK Bintang Nusantara selaku Guru yang selalu memberikan
nasehat kepada siswa-siswanya yang bermasalah disekolah. Guru BK juga
memiliki catatan-catatan tentang tingkah laku siswa selama berada di sekolah,
sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang peneliti
inginkan.
59
G. Analisis dan Interpretasi Data
Setelah didapat hasil persentase dari angket yang disebarkan kepada 20
siswa yang menjadi responden, dan hasil wawancara dengan Guru BK,
kemudian data yang dioleh dinyatakan dengan persen, kemudian dianalisis
dan hasilnya sebagai berikut :
TABEL 10
Pernah melakukan konflik
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang - kadang
Tidak pernah
1
8
11
0
5%
40%
55%
0%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu melakukan
konflik sebesar 5%, dan yang menjawab sering melakukan konflik sebesar
40%, dan yang menjawab kadang-kadang melakukan konflik sebesar 55%,
tidak ada yang tidak pernah melakukan konflik sebesar 0%. Hal ini
menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswa pernah melakukan konflik.
Karena konflik merupakan salah satu masalah sosial yang ada dalam
masyarakat, begitu juga para siswa di sekolah yang kadang-kadang pernah
melakukan konflik sosial dengan teman-temannya. Hal ini menjadi pehatian
para Guru untuk mencegah terjadinya konflik di sekolah.
TABEL 11
Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik antarkelompok, misalnya
tawuran. Anda ikut dalam aksi tawuran.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
1
6
13
0
5%
30%
65%
0%
N 20 100%
60
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu ikut dalam aksi
tawuran sebesar 5%, dan yang siswa yang sering ikut dalam aksi tawuran
sebesar 30%, dan siswa yang kadang-kadang ikut dalam aksi tawuran sebesar
65%, dan tidak ada siswa yang tidak pernah ikut dalam aksi tawuran. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa pernah ikut dalam aksi tawuran.
Dan ini menjadi perhatian para Guru untuk mencegah mereka melakukan aksi
tawuran, serta para Orang tua sebagai pendidik pertama mereka di rumah.
TABEL 12
Seberapa sering ikut dalam aksi tawuran.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
1
5
14
0
5%
25%
70%
0%
N 20 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang selalu melakukan aksi
tawuran sebesar 5%, dan siswa yang sering melakukan aksi tawuran sebesar
25%, dan siswa yang kadang-kadang melakukan aksi tawuran sebesar 70%,
dan siswa yang tidak pernah sering melakukan aksi tawuran menjawab sebesar
0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kadang-kadang
melakukan aksi tawuran, walaupun demikian hal ini harus mendapat perhatian
khusus dari berbagai pihak. Karena aksi tawuran ini membahayakan bagi
mereka dan orang lain.
TABEL 13
Salah satu penyebab aksi tawuran berawal dari saling “ejek”.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
10
3
3
4
50%
15%
15%
20%
N 20 100%
61
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab selalu aksi
tawuran itu diawali dengan saling “ejek” sebesar 50%, dan siswa yang
menjawab aksi tawuran sering diawali dengan aksi saling “ejek” sebesar 15%,
dan siswa yang menjawab kadang-kadang aksi tawuran itu diawali dengan
aksi saling “ejek” sebesar 15%, dan yang menjawab tidak pernah aksi tawuran
itu diawali dengan aksi saling “ejek” sebesar 20%. Hal ini menunjukkan
bahwa setengah dari jumlah siswa berpendapat bahwa aksi tawuran yang
mereka lakukan selalu berawal dari aksi saling “ejek” satu sama lain yang
kemudian berujung pada kemarahan dua belah pihak, dan sepakat
mengadakan aksi tawuran.
TABEL 14
Selain karena saling “ejek”, penyebab aksi tawuran karena ada perbedaan
kepentingan diantara kalian.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
4
3
5
8
20%
15%
25%
40%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penyebab aksi tawuran selain
karena saling “ejek”, yaitu karena adanya perbedaan kepentingan diantara
mereka yang mengadakan konflik, siswa yang menjawab selalu sebesar 20%,
dan siswa yang menjawab sering sebesar 15%, dan siswa yang menjawab
kadang-kadang tawuran disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak pernah ada penyebab aksi
tawuran karena adanya perbedaan kepentingan sebesar 40%. Hal ini
mengindikasikan bahwa hampir setengahnya siswa menjawab tidak ada
perbedaan kepentingan yang menjadi penyebab mereka melakukan aksi
tawuran.
62
TABEL 15
Ikut dalam aksi tawuran atas kemauan sendiri.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
3
5
5
7
15%
25%
25%
35%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang ikut dalam aksi
tawuran atas kemauannya sendiri adalah yang menjawab selalu sebesar 15%,
siswa yang menjawab sering sebesar 25%, dan siswa yang menjawab kadang-
kadang atas kemauannya sendiri sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak
pernah melakukan aksi tawuran atas kemauannya sendiri sebesar 35%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian kecil dari mereka ikut dalam aksi tawuran atas
kemauan diri sendiri, namun ada juga siswa yang ikut dalam aksi tawuran
karena ikut-ikutan atau dipaksa oleh temannya.
TABEL 16
Ikut dalam aksi tawuran karena paksaan teman.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
1
3
10
6
5%
15%
50%
30%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang ikut aksi tawuran
karena paksaan temannya yaitu yang menjawab selalu sebesar 5%, dan siswa
yang menjawab sering dipaksa oleh temannya sebesar 15%, dan kadang-
kadang siswa ikut dalam aksi tawuran karena paksaan dari teman menjawab
sebesar 50%, dan yang menjawab tidak pernah dipaksa oleh temannya
menjawab sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa setengahnya dari siswa
ikut dalam aksi tawuran karena paksaan dari teman-teman mereka. Hal ini
mereka lakukan sebagai wujud solidaritas mereka sebagai teman satu sekolah.
63
TABEL 17
Membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, dan
samurai saat melakukan aksi tawuran.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
0
4
8
40%
0%
20%
40%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu membawa
benda-benda tajam untuk menjalankan aksi tawuran yaitu sebesar 40%, dan
siswa yang sering membawa benda-benda tajam dalam aksi tawuran sebesar
0%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang membawa benda-benda tajam
sebesar 20%, sedang kan yang menjawab tidak pernah membawa benda-benda
tajam dalam aksi tawuran sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir
setengah dari siswa yang melakukan aksi tawuran selalu membawa benda-
benda tajam untuk menjalankan aksi anarkinya. Tentu saja hal ini sangat
membahayakan dirinya dan orang lain.
TABEL 18
Waktu melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
6
5
5
4
30%
25%
25%
20%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab selalu
melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah adalah sebesar 30%, dan
siswa yang menjawab sering sebesar 25%, dan siswa yang menjawab kadang-
kadang melakukan aksi tawuran setelah jam pulang sekolah yaitu sebesar
25%, sedangkan siswa yang menjawab tidak pernah melakukan aksi tawuran
setelah jam pulang sekolah yaitu sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian kecil dari mereka melakukan aksi tawuran setelah jam pulang
64
sekolah. Mereka berpikir bahwa setelah jam pulang sekolah adalah saat yang
tepat untuk menjalankan aksi tawuran, sebab pihak sekolah tidak akan
mengetahuinya.
TABEL 19
Lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat melakukan aksi tawuran
seperti di jalan raya, lapangan, atau area tempat tinggal warga.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
7
7
4
2
35%
35%
20%
10%
N 20 100%
Ketika ditanya apakah lokasi-lokasi yang mereka gunakan sebagai
tempat untuk bertawuran seperti di jalan raya, lapangan atau area tempat
tinggal warga, 10% menjawab tidak pernah, 20% menjawab kadang-kadang,
dan siswa yang menjawab selalu dan sering masing-masing sebesar 35%. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar mereka menjalankan aksi tawuran
berlokasi di jalan raya, lapangan, dan areal penduduk, yang sangat
mengganggu ketertiban umum serta sangat membahayakan orang lain.
TABEL 20
Anda megalami luka-luka dalam aksi tawuran.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
0
1
11
8
0%
5%
55%
40%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 55% siswa menjawab kadang-
kadang mereka mengalami luka-luka saat tawuran, 5% siswa yang menjawab
sering mengalami luka-luka, dan 40% siswa yang menjawab tidak pernah
65
mengalami luka-luka, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab selalu
mengalami luka-luka saat melakukan aksi tawuran. Hal ini menunjukkan
bahwa lebih dari setengahnya siswa mengalami luka-luka saat menjalankan
aksi tawuran. Apa yang mereka alami adalah sebagai dampak negatif dari aksi
tawuran atau konflik antarkelompok, yaitu kerugian secara fisik dengan luka-
luka yang mereka alami.
TABEL 21
Ada teman anda yang hingga tewas akibat aksi tawuran.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
1
1
1
17
5%
5%
5%
85%
N 20 100%
Ketika ditanya apakah ada teman kalian yang hingga tewas akibat aksi
tawuran, 85% siswa menjawab tidak pernah, dan siswa yang menjawab
kadang-kadang, sering, dan selalu masing-masing sebesar 5%. Hal ini berarti
bahwa sebagian besar siswa menjawab tidak pernah ada teman mereka yang
hingga tewas akibat aksi tawuran ini. Meskipun begitu aksi tawuran ini tetap
saja sangat membahayakan nyawa mereka yang ikut didalamnya, karena aksi
tawuran yang mereka lakukan seringkali menggunakan benda-benda tajam
yang sangat berbahaya.
TABEL 22
Akibat sering melakukan aksi tawuran sikap anda berubah menjadi pribadi
yang keras, kasar, dan susah diatur.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
2
3
2
13
10%
15%
10%
65%
N 20 100%
66
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dampak yang diakibatkan karena
seringnya melakukan aksi tawuran adalah perubahan sikap pada diri siswa
yang berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur. Siswa yang
menjawab selalu sebesar 10%, selanjutnya siswa yang menjawab sering
sebesar 15%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 10%,
sedangkan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 65%. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah mengalami
perubahan sikap yang buruk dalam kepribadian mereka.
TABEL 23
Mendapat hukuman atau sanksi dari pihak sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
2
7
7
4
10%
35%
35%
20%
N 20 100%
Ketika ditanya apakah anda mendapat hukuman atau sanksi dari pihak
sekolah karena ketahuan melakukan aksi tawuran, siswa yang menjawab
selalu sebesar 10%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 20%,
sedangkan siswa yang menjawab sering dan kadang-kadang masing-masing
menjawab sebesar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar para
siswa mendapatkan sanksi atau hukuman dari pihak sekolah, karena perbuatan
mereka melakukan aksi tawuran.
TABEL 24
Mendapat hukuman atau sanksi dari orang tua.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
6
3
3
8
30%
15%
15%
40%
N 20 100%
67
Dapat dilihat dari tabel di atas ketika ditanyakan apakah anda mendapat
hukuman atau sanksi juga dari orang tua anda, hampir setengahnya mereka
menjawab tidak pernah yaitu sebesar 40%, dan siswa yang menjawab selalu
mendapatkan sanksi sebesar 30%, sedangkan siswa yang menjawab sering dan
kadang-kadang mendapatkan sanksi atau hukuman dari orang tua mereka yaitu
masing-masing 15%. Dengan demikian hampir setengahnya dari mereka tidak
pernah mendapatkan sanksi atau hukuman dari orang tua mereka. Padahal jika
seorang anak yang telah melakukan kenakalan – kenakalan sudah sepatutnya
diberikan sanksi agar mereka jera dan tidak melakukan perbuatan itu lagi.
Namun hukuman yang diberi jangan sampai melukai atau menyakiti sang
anak, berilah sanksi yang bersifat mendidik.
TABEL 25
Rajin masuk ke sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
13
0
5
2
65%
0%
25%
10%
N 20 100%
Ketika ditanya apakah anda rajin masuk ke sekolah, sebagian besar dari
mereka menjawab selalu yaitu sebesar 65%, dan siswa yang menjawab
kadang-kadang sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar
10%, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab sering. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar dari mereka ternyata rajin masuk ke sekolah. Dengan ini
tidak selamanya siswa yang melakukan aksi tawuran adalah mereka yang
selalu malas untuk datang ke sekolah, karena aksi tawuran yang mereka
lakukan kadang kala hanya untuk mencari prestis agar dianggap hebat oleh
sekolah lain.
68
TABEL 26
Mengerjakan semua tugas – tugas yang diberikan oleh Guru.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
5
6
8
1
25%
30%
40%
5%
N 20 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang selalu mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh Guru yaitu sebesar 25%, dan siswa yang
menjawab sering sebesar 30%, selanjutnya siswa yang menjawab kadang-
kadang sebesar 40%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar 5%. Hal
ini menunjukkan bahwa hampir setengahnya siswa kadang-kadang
mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh Guru mereka. Denga ini
siswa yang sering melakukan aksi tawuran tidak juga merupakan siswa yang
malas, akan tetapi bukan juga siswa yang rajin di sekolahnya.
TABEL 27
Rajin membaca buku pelajaran di sekolah dan di rumah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
0
5
14
1
0%
25%
70%
5%
N 20 100%
Ketika ditanyakan apakah anda rajin membaca buku pelajaran di sekolah
dan di rumah, mayoritas menjawab kadang-kadang sebesar 70%, siswa yang
menjawab sering sebesar 25%, dan siswa yang menjawab tidak pernah sebesar
5%, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab selalu. Hal ini berarti bahwa
sebagian besar siswa kadang-kadang membaca buku pelajaran mereka di
sekolah dan di rumah. Dengan demikian siswa yang sering melakukan aksi
tawuran belum tentu mereka yang malas untuk belajar, karena seringkali
mereka melakukan aksi tawuran karena terpengaruh oleh ajakan teman-
temannya.
69
TABEL 28
Mematuhi semua tata tertib di sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
7
4
7
2
35%
20%
35%
10%
N 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu mematuhi semua
tata tertib di sekolah sebesar 35%, siswa yang menjawab sering mematuhi tata
tertib sekolah sebesar 20%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang
mematuhi tata tertib sekolah sebesar 35%, dan siswa yang menjawab tidak
pernah mematuhi tata tertib sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian kecil dari mereka selalu dan kadang-kadang mematuhi tata tertib
sekolah.
TABEL 29
Mendapatkan nilai yang baik di sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
3
6
7
4
15%
30%
35%
20%
N 20 100%
Ketika ditanya apakah anda mendapatkan nilai yang baik di sekolah,
siswa yang menjawab selalu sebesar 15%, siswa yang menjawab sering
sebesar 30%, dan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 35%,
sedangkan yang menjawab tidak pernah sebesar 20%. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian kecil dari mereka kadang-kadang mendapatkan nilai yang
baik disekolahnya. Dengan ini membuktikan bahwa tidak semua siswa yang
melakukan aksi tawuran selalu mendapatkan nilai yang buruk di sekolah.
70
TABEL 30
Berprestasi di sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
3
2
6
9
15%
10%
30%
45%
N 20 100%
Dari tabel di atas, ketika ditanyakan tentang apakah anda berprestasi di
sekolah siswa yang menjawab selalu sebesar 15%, dan siswa yang menjawab
sering sebesar 10%, sedangkan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar
30%, dan hampir setengahnya siswa menjawab tidak pernah berprestasi di
sekolahnya yaitu sebesar 45%. Hal ini berarti bahwa hampir setengahnya
siswa tidak berprestasi di sekolah, dan ini merupakan tugas pihak sekolah
untuk mendidik dan membimbing siswa agar dapat meningkatkan prestasi
mereka di sekolah.
TABEL 31
Memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
4
6
2
40%
20%
30%
10%
N 20 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab selalu
memperhatikan semua mata pelajaran yang diterangkan oleh Guru sebesar
40%, dan siswa yang menjawab sering memperhatikan sebesar 20%,
sedangkan siswa yang menjawab kadang-kadang sebesar 30%, dan siswa yang
menjawab tidak pernah sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir
setengah dari mereka selalu memperhatikan mata pelajaran yang diterangkan
oleh Guru mereka.
71
TABEL 32
Mendengarkan nasehat yang baik dari Guru anda.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
10
2
6
2
50%
10%
30%
10%
N 20 100%
Ketika ditanya apakah anda mendengarkan nasehat yang baik dari Guru,
siswa yang menjawab selalu sebesar 50%, siswa yang menjawab kadang-
kadang sebesar 30%, dan siswa yang menjaawab sering dan tidak pernah
masing-masing sebesar 10%. Dengan ini menunjukkan bahwa setengahnya
dari siswa tersebut selalu mendengarkan nasehat yang baik dari Guru mereka.
Sebenarnya diusia mereka yang masih labil pengaruh-pengaruh negatif dari
luar seringkali membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak baik, oleh
karena itu sudah menjadi tugas pihak sekolah terutama Guru sebagai pendidik
untuk selalu mendidik dan membimbing para siswa unutuk menjunjung tinggi
nilai-nilai budi pekerti.
TABEL 33
Guru anda memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
15
3
1
1
75%
15%
5%
5%
N 20 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menjawab Guru
selalu memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku yaitu sebesar
75%, dan siswa yang menjawab sering sebesar 15%, sedangkan siswa yang
menjawab kadang-kadang dan tidak pernah masing-masing sebesar 5%. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap Guru selalu
memberikan contoh sikap yang baik dalam berperilaku, dan ini sangat baik.
72
TABEL 34
Guru anda membimbing anda untuk berakhlak terpuji.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
13
4
1
2
65%
20%
5%
10%
N 20 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 65% siswa menjawab selalu Guru
membimbing siswa untuk berakhlak terpuji, dan 20% siswa menjawab sering,
serta 10% yang menjawab tidak pernah, dan hanya 5% yang menjawab
kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa selalu
dibimbing oleh Guru mereka untuk selalu berakhlak terpuji, dan ini baik
sekali.
TABEL 35
Orang tua memperhatikan perkembangan anda di sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
7
5
5
3
35%
25%
25%
15%
N 20 100%
Ketika ditanya apakah orang tua anda memperhatikan perkembangan
anda di sekolah, siswa yang menjawab selalu sebesar 35%, dan siswa yang
menjawab tidak pernah sebesar 15%, sedangkan siswa yang menjawab sering
dan kadang-kadang masing-masing sebesar 25%. Hal ini menunjukkan bahwa
hanya sebagian kecil dari mereka yang diperhatikan perkembangannya di
sekolah oleh orang tuanya. Sudah sepatutnya seluruh orang tua siswa
memperhatikan perkembangan anak mereka di sekolah, meskipun mereka
terbilang cukup besar namun di usia sekolah menginjak masa remaja inilah
yang harus mendapat perhatian ekstra dari para orang tua. Sebab diusia
73
meranjak dewasa ini, mereka sedang mencari jati diri mereka yang
sesungguhnya.
TABEL 36
Orang tua memantau semua kegiatan anda disekolah dan di luar sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
5
4
6
5
25%
20%
30%
25%
N 20 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang selalu dipantau semua
kegiatannya oleh orang tua mereka sebesar 25%, dan siswa yang menjawab
sering dipantau sebesar 20%, selanjutnya siswa yang menjawab kadang-
kadang dipantau oleh orang tua mereka sebesar 30%, sedangkan yangg
menjawab tidak pernah dipantau sebesar 25%. Dari tabel di atas
mengindikasikan bahwa sebagian kecil dari mereka kadang-kadang dipantau
seluruh kegiatannya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi orang tua
siswa yang perduli dengan perkembangan anak mereka. Orang tua seharusnya
mengetahui seluruh kegiatan anak mereka di dalam ataupun di luar sekolah,
hal ini dilakukan agar anak tidak memiliki peluang untuk melakukan tindakan
yang menyimpang karena merasa selalu dipantau oleh orang tua mereka.
TABEL 37
Menceritakan masalah yang anda alami kepada orang tua.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
3
1
10
6
15%
5%
50%
30%
N 20 100%
74
Ketika ditanya apakah anda menceritakan semua masalah yang anda
alami kepada orang tua anda di rumah, setengah dari para siswa menjawab
kadang-kadang yakni sebesar 50%, dan siswa yang menjawab tidak pernah
sebesar 30%, kemudian siswa yang menjawab selalu sebesar 15%, sedangkan
siswa yang menjawab sering hanya sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
setengahnya dari para siswa ini kadang-kadang menceritakan masalahnya
kepada orang tua mereka. Seharusnya hal ini harus selalu dan sering dilakukan
oleh orang tua dan anak, agar komunikasi tetap terjalin dan siswa selalu
merasa ada yang menemaninya disaat ada masalah yang dihadapi, serta
dicarikan solusinya bersama.
TABEL 38
Orang tua memberikan nasehat agar anda menjadi siswa yang berprestasi.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
10
6
3
1
50%
30%
15%
5%
N 20 100%
Ketika ditanyakan apakah orang tua anda memberikan nasehat agar anda
menjadi siswa yang berprestasi, sebagian siswa menjawab selalu yakni sebesar
50%, siswa yang menjawab sering sebesar 30%, dan siswa yang menjawab
kadang-kadang sebesar 15%, sedangkan siswa yang menjawab tidak pernah
hanya 5%. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua siswa selalu memberikan
nasehat kepada anak-anak mereka agar mampu berprestasi, dan ini sudah
cukup baik.
TABEL 39
Orang tua anda memberikan semua kebutuhan untuk menunjang prestasi
anda di sekolah.
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
11
2
6
1
55%
10%
30%
5%
N 20 100%
75
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswa
menjawab selalu orang tua mereka memberikan semua kebutuhan mereka
untuk menunjang prestasi belajar di sekolah, yakni sebesar 55%, dan siswa
yang menjawab sering sebesar 10%, sedangkan siswa yang menjawab kadang-
kadang sebesar 30%, dan hanya 5% dari mereka menjawab tidak pernah. Hal
ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya siswa selalu diberikan semua
kebutuhannya untuk menunjang prestasi belajarnya. Dan hal ini cukup baik.
H. Ketepatan Hipotesis
Pada Bab I penulis telah kemukakan beberapa hipotesis atau jawaban
sementara tentang pengaruh konflik antarkelompok terhadap prestasi belajar
siswa di SMK Bintang Nusantara, sebagai berikut:
1) Terjadinya konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran
diduga karena berawal dari aksi saling ejek atau menjelek-jelekkan satu
sama lain. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis ini sangat tepat. Karena
menurut hasil wawancara penulis dengan Guru BK yang mengatakan
bahwa aksi tawuran yang terjadi di SMK Bintang Nusantara selalu
berawal dari aksi saling ejek antarsiswa. Aksi saling ejek inilah yang
memicu kemarahan siswa untuk melawan pihak yang mengejek dengan
aksi anarkis. Selanjutnya berdasarkan pada Tabel 13 tentang pernyataan
angket “salah satu penyebab aksi tawuran berawal dari aksi saling
ejek”, yang penulis sebarkan kepada 20 siswa yang menjadi responden,
menunjukkan bahwa setengah dari jumlah siswa menjawab aksi tawuran
yang mereka lakukan selalu diawali dengan aksi saling ejek antar siswa
dari sekolah lain. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis
kemukakan adalah tepat, konflik antarkelompok dalam hal aksi tawuran
disebabkan karena aksi saling ejek atau menjelek-jelekkan satu sama lain.
2) Konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran mempengaruhi
prestasi belajar mereka menjadi menurun. Berdasarkan hasil penelitian
hipotesis ini tepat, melalui hasil wawancara penulis dengan Guru BK
SMK Bintang Nusantara mengemukakan bahwa para siswa yang sering
76
melakukan aksi tawuran biasanya adalah siswa yang sering bolos sekolah
dan prestasi belajarnya pun kurang, karena mereka tertinggal dalam
mengikuti mata pelajaran di sekolah. Hal lain yang juga dapat
membuktikan bahwa konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi
tawuran mempengaruhi prestasi belajar siswa, adalah dengan melihat
absensi siswa yang penulis dapatkan dari arsip sekolah. Berdasarkan pada
daftar hadir para siswa yang melakukan aksi tawuran absensinya tidak
baik, karena hampir seluruh siswa memiliki absen tanpa keterangan atau
alfa lebih dari 5 kali. Selanjutnya berdasarkan pada Tabel 29 dalam
pernyataan angket “Mendapatkan nilai yang baik di sekolah”,
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mendapatkan nilai
yang baik di sekolahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa konflik
antarkelompok berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kemudian
pada Tabel 30 dalam pernyataan “Berprestasi di sekolah”,
menunjukkan bahwa hampir setengahnya dari 20 responden tidak
berprestasi di sekolah. Dengan demikian konflik antarkelompok dalam
bentuk aksi tawuran berpengaruh terhadap prestasi siswa menjadi
menurun.
3) Pergaulan yang rusak dimasyarakat membuat siswa mempunyai perangai
yang tidak baik. Berdasarkan pada hasil wawancara penulis dengan Guru
BK, beliau mengemukakan bahwa siswa yang sering melakukan aksi
tawuran adalah siswa yang memiliki perilaku yang kurang baik. Hal ini
mereka tunjukkan dengan melanggar tata tertib di sekolah, misalnya
dengan merokok disekolah, melawan kepada Guru, sering membolos, dan
bergaul dengan orang yang tidak baik di luar sekolah. Di usia menginjak
masa transisi dari remaja menuju dewasa memang para siswa ini sangat
mudah terpengaruh oleh lingkungan masyarakat. Di masa ini anak
memulai untuk mencari jati diri mereka dimasyarakat, apapun yang
mereka lihat maka itulah yang mereka tiru. Kadang kala hal yang dianggap
kurang baik dimasyarakat, mereka memandang itu adalah suatu hal yang
wajar. Begitu juga aksi tawuran yang mereka lakukan, hal ini mereka
77
anggap wajar karena mereka melakukan aksi tawuran ini untuk membela
almamater sekolah dan agar dianggap hebat oleh sekolah lain. Dengan
demikian pergaulan para siswa yang rusak dimasyarakat sering kali
membuat perangai yang tidak baik, dan hipotesis penulis tepat.
I. Analisis Teoritis dan Temuan Lapangan
Dalam ilmu Sosiologi sesuatu yang dijadikan sebagai objek kajian
untuk memunculkan paradigma baru atau konsep tentang ilmu pengetahuan
adalah manusia dengan kehidupan-kehidupan sosialnya. Sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang
khusus. Artinya, Sosiologi mempelajari gejala sosial yang umum yang terjadi
pada setiap interaksi manusia.
Manusia sebagai bagian dari suatu masyarakat sudah pasti akan
melakukan hubungan interaksi sosial dengan manusia lainnya. Hubungan
interaksi sosial yang terjalin bisa terjadi antara individu dengan individu lain,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi yang
terjadi harus memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi sosial antara individu atau kelompok individu yang melakukan
interaksi.
Dalam melakukan interaksi sosial dengan masyarakat ada beberapa
bentuk-bentuk dalam interaksi sosial, yaitu proses-proses interaksi sosial yang
asosiatif dan proses-proses sosial yang disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang
asosiatif adalah bentuk hubungan interaksi sosial yang mengarah pada
tercapainya suatu integrasi sosial atau satu kesatuan masyarakat. Proses-proses
yang asosiatif itu antara lain kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan koperasi.
Sedangkan bentuk interaksi sosial yang disosiatif yaitu bentuk interaksi sosial
yang mengarah pada tercapainya suatu disintegrasi sosial atau keadaan
bercera-berainya masyarakat, proses-proses interaksinya antara lain
persaingan (competition) dan pertentangan (conflict).
Salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif yaitu
pertentangan (conflict), konflik dapat diartinkan sebagai suatu bentuk proses
78
sosial yang dilakukan dengan cara berusaha untuk menentang pihak lain
dengan mengahncurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
merupakan gejala sosial yang tetap ada dalam masyarakat selama manusia
dalam suatu masyarakat itu masih hidup. Bagaimanapun keadaannya konflik
akan terjadi baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.
Konflik sosial memiliki macam-macamnya, salah satunya adalah
konflik antarkelompok, yaitu konflik sosial yang terjadi antara kelompok yang
satu dengan kelompok yang lainnya. Seperti aksi tawuran yang terajdi di SMK
Bintang Nusantara merupakan suatu bentuk dari konflik antarkelompok.
Berdasarkan pada hasil wawancara penulis dengan Guru BK mengatakan
bahwa, aksi tawuran yang mereka lakukan berawal dari kontak sosial yang
negatif, mereka melakukan aksi saling ejek dan menjelek-jelekkan satu sama
lain sehingga memicu kemarahan mereka dan terjadilah aksi tawuran.
Mengarah pada teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf
Dahrendorf, bahwa masyarakat mempunyai dua wajah, yakni konflik
dan konsensus. Kita tidak mungkin mengalami konflik kalau sebelumnya
tidak ada konsensus.79
Artinya tidak mungkin seseorang terlibat dalam
konflik sosial kalau tidak pernah mengenal satu sama lain dan hidup bersama.
Dengan landasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik sosial
yang ada tidak akan terjadi kalau sebelumnya diantara pihak yang melakukan
konflik tidak saling kenal. Begitu juga dengan aksi tawuran yang terajdi di
SMK Bintang Nusantara, aksi ini tidak akan terajdi bila diantara mereka tidak
saling kenal satu sama lain dan bekerjasama untuk membela kelompok
mereka. Dengan adanya interaksi kemudian memunculkan permasalahan-
permasalahan dalam kehidupan sosial mereka, sehingga menyebabkan konflik
diantara mereka.
Dalam menjalankan aksi tawuran para siswa kerap kali membawa
benda-benda tajam seperti pisau belatih, gir motor, stick golf, hingga pedang
samurai, hal ini tentu saja dapat membahayakan nyawa mereka. Berdasarkan
pada hasil penelitian pada Tabel 17 melalui pernyataan angket “Membawa
79
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern..., h. 77-78.
79
benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, dan
samurai saat melakukan aksi tawuran”, hampir setengahnya siswa
membawa benda-benda tajam tersebut saat menjalankan aksi tawuran. Hal ini
mengindikasikan bahwa setiap aksi tawuran yang terjadi siswa selalu
menggunakan kekerasan untuk membuat pihak lawan tidak berdaya.
Hal ini sesuai dengan teori konflik yang dikemukakan oleh
Jonathan Turner, bahwa konflik sebagai peristiwa-peristiwa yang
mengarah kepada interaksi yang disertai dengan kekerasan antara kedua
belah pihak.80
Berdasarkan pada teori ini, aksi tawuran yang dilakukan oleh
para siswa SMK Bintang Nusantara kerap kali memperlihatkan kekerasan
diantara kedua belah pihak. Kekerasan yang ada sering kali membuat mereka
mengalami luka-luka fisik ataupun berujung fatal dengan hilangnya nyawa
mereka.
Aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa menimbulkan berbagai
macam dampak-dampak negatif bagi siswa. Salah satunya adalah berdampak
pada prestasi belajar mereka di sekolah. Berdasarkan wawancara peneliti
dengan Guru BK, bahwa siswa yang melakukan aksi tawuran umumnya
adalah siswa yang sering bolos sekolah sehingga siswa tertinggal dalam mata
pelajaran dan memungkinkan prestasi belajarnya menurun.
Hal lain juga dapat dibuktikan melalui obeservasi penulis terhadap
tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar. Melalui observasi ini
penulis melihat hampir seluruhnya siswa yang suka tawuran tidak menyimak
pembelajaran dengan baik, mereka cenderung melakukan hal-hal yang tidak
baik seperti berbicara pada saat proses belajar, bermain-main dengan Hand
phonenya, dan lain sebagainya. Para siswa juga kurang aktif dalam proses
pembelajaran ketika ditanya oleh Guru mereka, sebagian dari mereka tidak
mampu untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Dengan demikian
konflik antarkelompok atau dalam hal ini adalah aksi tawuran yang mereka
lakukan berpengaruh terhadap prestasi belajar para siswa menjadi menurun.
80
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern..., h. 81.
80
Selain karena aksi tawuran yang mempengaruhi prestasi belajar
mereka, hal lain yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu
masalah perekonomian siswa dan kurangnya motivasi belajar siswa. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu
faktor intern (dalam diri siswa) dan faktor ekstern (dari luar siswa). Faktor
intern seperti kesehatan, kecerdasan, cara belajar, bakat, minat, dan motivasi
siswa dalam belajar. Seperti halnya para siswa SMK Bintang Nusantara yang
suka tawuran minat dan motivasi belajar mereka kurang, sehingga prestasi
belajarnya pun tidak begitu baik.
Hal ini tentu saja menjadi perhatian para orang tua siswa dan Guru
untuk lebih memperhatikan perkembangan prestasi belajar para siswa.
Terutama para orang tua untuk selalu memperhatikan semua tingkah laku anak
mereka di rumah, di sekolah, dan dilingkungan masyarakat. Berdasarkan pada
hasil pernyataan angket yang penulis sebarkan pada Tabel 35 “Orang tua
memperhatikan perkembangan anda di sekolah”, menunjukkan hanya
sebagain kecil dari mereka yang mendapatkan perhatian orang tua mereka
dalam hal perkembangan mereka di sekolah. Hal ini tentu menjadi perhatian
khusus para orang tua agar lebih memperhatikan anak-anak mereka. Begitu
juga dengan pihak sekolah dan para Guru untuk selalu mendidik dan
membimbing para siswanya untuk selalu berakhlakul karimah dan berprestasi
dalam segala bidang akademik maupun non akademik.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dan pembahasan
yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran yang
dilakukan oleh para siswa SMK Bintang Nusantara berpengaruh terhadap
prestasi belajar mereka disekolah, hal ini dikarenakan siswa yang melakukan
aksi tawuran adalah mereka yang cenderung malas untuk sekolah dan sering
membolos ketika proses pembelajaran tengah berlangsung. Dengan demikian
hal ini membuat para siswa tersebut tertinggal dalam mengikuti mata pelajaran
di kelas, sehingga memungkinkan prestasi belajar mereka menurun. Aksi
tawuran yang mereka lakukan juga tidak hanya berdampak bagi para siswa
saja, namun aksi tawuran ini juga berdampak bagi Guru dan Sekolah. Bagi
Guru aksi tawuran menganggu pelaksanaan proses belajar-mengajar di
sekolah, sehingga Guru merasa tidak nyaman berada di sekolah. Sedangkan
bagi pihak sekolah dampak dari aksi tawuran ini merusak nama baik sekolah
dimata masyarakat, sehingga memungkinkan minat masyarakat untuk
menyekolahkan anak mereka di sekolah ini menurun. Dengan demikian
konflik antarkelompok dalam hal ini adalah aksi tawuran yang dilakukan oleh
para siswa SMK Bintang Nusantara, menimbulkan berbagai dampak-dampak
buruk terutama berdampak pada prestasi belajar siswa yang semakin menurun.
81
82
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis mencoba
memberikan saran-saran kepada pihak sekolah yang sekiranya berguna saran
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bagi para Guru hendaknya selalu memperhatikan, mendidik dan
membimbing para siswa untuk selalu berperilaku baik, sopan, dan santun
oleh siapapun.
2) Bagi para Guru hendaknya menjadi sauri tauladan atau contoh yang baik
bagi para siswa agar siswa merasa dirinya berada pada jalan yang benar.
3) Bagi pihak sekolah hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan para
siswa tentang agama dengan memberikan siraman rohani sebagai pedoman
siswa untuk selalu berakhlakul karima sesuai dengan ajaran agama Islam.
4) Bagi pihak sekolah hendaknya bekerjasama dengan wali murid dan
masyarakat sekitar lingkungan sekolah untuk mencegah aksi tawuran ini
kembali terajdi.
5) Bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan kemanan lingkungan
sekolah agar sekolah tidak terjamah oleh orang luar yang berniat buruk.
6) Bagi para Orang tua hendaknya memperhatikan perkembangan anak
mereka di sekolah, memantau seluruh kegiatan mereka didalam maupun
diluar sekolah, memotivasi anak agar selalu meningkatkan prestasi
belajarnya, serta memberikan semua kebutuhan untuk menunjang prestasi
belajar anak.
83
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa IndonesiaTerbaru, (Surabaya: Amelia)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT.
Rineka Cipta, 1998)
Bachtiar, Wardi, Sosiologi Klasik, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006)
Chandra, Robby, Konflik dalam hidup sehari-hari, (Yogyakarta:Kanisius, 1992)
Darsono, Max, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press
2001)
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zein, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006)
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
PT. Rineka cipta, 2000)
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008)
Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum ,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2004)
Hadi, Sutrisno, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990)
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003)
http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-
penyelesaian-konflik/ senin, 18 Juli 2011, Pkl. 11.47 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, akses pada hari selasa, 26 April 2011.
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
hasil.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2011
http://WWW.scrbd.com/doc/pengertian prestasi belajar, waktu akses hari selasa,
26 April’11.
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan,
(Jakarta: Kizi Brother’s, 2006)
Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010)
Ketetapan MPR RI nomor II/MPR/1983, Tentang GBHN, (Jakarta :BP. Dharma)
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
84
Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Narwoko J, Dwi & Suyanto, Bagong, Sosiologi teks pengantar & terapan, (
Jakarta : Kencana, 2007)
Nasution, S, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
Raho, Bernard, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007)
Razak, Yusron, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat:Laboratorium Sosiologi
Agama, 2008)
Ritzer, Goerge & Goodman, Douglas J, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta :
Kencana, 2004)
Sabri, M.Alisuf, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN
Fakultas Tarbiyah), ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996)
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan
Bintang, 2000)
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003)
Soekanto, Soerjono, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2006)
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
(Malang: PT Rineka Cipta, 1990)
Soeroso, Andreas, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008)
Sudjana, Nana, Dasar – dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Balai
Pustaka, 1987)
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara)
Suprayogo, Imam & Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001)
Susan, Novri, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer, (Jakarta : Kencana,
2009)
Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007)
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,
1976)
85
Z, Zurinal dan Sayuti, Wahdi, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi,
(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007)
Uji Validitas Instrumen Bukan Tes
Semua instrumen pengumpul data apapun bentuknya harus diujicobakan dahulu
sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Tujuan uji coba instrumen-instrumen seperti
angket/kuesioner tidak dimaksudkan untuk mengetahui validitas karena biasanya instrumen-
instrumen tersebut sudah disusun atas dasar kisi-kisi variabel, sehingga diharapkan sudah
memiliki validitas isi dan validitas konstruksi.
Pada instrumen dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ulangan yang dengan
mengguunakan variasi sebagai berikut :1
1. Variasi pertama, peneliti mengambil kurang lebih 15 subjek uuji coba yang diberi
angket sebanyak dua kali. Hasil jawaban pemberian pertama dan kedua disejajarkan
setiap butir untuk dilihat kecocokannya. Semakin tinggi kecocokan jawaban maka
reliabilitas angket semakin tinggi.
2. Variasi kedua, peneliti mengambil sejumlah subjek juga, lalu kepada mereka
diberikan angket. Beberapa saat kemudian peneliti menjumpai responden satu demi
satu untuk ditanya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sama seolah-olah
mengadakan pengecekan terhadap jawaban pertama. Dalam hal ini peneliti harus
dapat mencari cara sedemikian rupa sehingga responden tidak merasa bahwa
jawabannya sedang dicocokkan. Sama dengan cara pertama, hasil jawaban pertama
dan kedua dicocokakan. Semakin tinggi kecocokkan jawaban maka reliabilitas angket
semakin tinggi.
Dengan menggunakan kedua variasi di atas, penulis melakukan uji coba instrumen
terhadap angket/kuesioner yang dibuat. Hasilnya terdapat banyak kecocokkan jawaban dari
seluruh responden yang penulis jadikan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian
reliabilitas angket ini tinggi.
1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007)
Kisi – kisi Instrumen Pengaruh Konflik Antarkelompok Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Variabel Penelitian
Dimensi Indikator Nomor Butir
Konflik
Pengalaman berkonflik
Konflik antarkelompok dalam bentuk
tawuran
- Pernah berkonflik.
- Melakukan aksi tawuran sebagai bentuk dari konflik antarkelompok.
- Seringnya melakukan konflik antarkelompok, dalam hal ini adalah tawuran.
- Sebab-sebab terjadinya aksi tawuran.
- Sebab keikusertaan dalam tawuran.
- Benda-benda yang digunakan dalam aksi tawuran.
- Waktu pelaksanaan tawuran.
- Lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai tempat tawuran.
- Dampak-dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran.
1
2
3
4, 5
6, 7
8
9
10
11, 12, 13, 14, 15
Prestasi Belajar Siswa
Pengaruh Konflik
Antarkelompok terhadap
Prestasi Belajar Siswa
Peran dan perhatian Guru
sebagai pendidik
- Kehadiran siswa
dalam proses belajar.
- Ketekunan siswa dalam mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh Gurunya.
- Ketekunan siswa dalam membaca buku pelajaran.
- Kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah.
- Prestasi belajar siswa.
- Minat siswa
terhadap belajar.
- Kepatuhan siswa dalam mendengarkan nasehat yang diberikan oleh Guru.
- Guru memberikan contoh sikap yang terpuji.
- Guru membimbing
siswanya untuk selalu berakhlak mulia.
16
17
18
19
20, 21
22
23
24
25
Peran serta Orang tua
- Peran orang tua
dalam memperhatikan perkembangan siswa.
- Peran serta orang tua dalam memantau semua kegiatan siswa.
- Peran serta orang tua dalam menunjang prestasi belajar siswa.
26
27
28, 29, 30
ANGKET
PENGARUH KONFLIK ANTARKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA
PEDOMAN PENGISIAN ANGKET :
1. Berdoalah sebelum mengisi form angket yang telah disediakan.
2. Perhatikan dan bacalah dengan teliti pernyataan-pernyataan yang ada didalam tabel.
3. Pilihlah jawaban dengan tanda (√) dari setiap pernyataan dengan jelas kejadian yang
sesungguhnya dan jawablah dengan jujur, melalui keterangan di bawah ini :
Selalu = Sl
Sering = Sr
Kadang - kadang = Kd
Tidak Pernah = Tp
4. Berdoalah setelah selesai mengisi pernyataan-pernyataan tabel di bawah ini.
5. Baca kembali PEDOMAN PENGISIAN ANGKET agar tidak keliru dalam memilih
jawaban.
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin :
No. Pertanyaan Jawaban
Sl Sr Kd Tp
1 Pernah melakukan konflik.
2 Salah satu jenis konflik sosial adalah konflik
antarkelompok, misalnya tawuran. Anda melakukan
atau ikut dalam aksi tawuran.
3 Seberapa sering ikut dalam aksi tawuran.
4 Salah satu penyebab aksi tawuran yaitu berawal dari
saling “ejek”.
5 Selain karena saling “ejek”, penyebab aksi tawuran
karena ada perbedaan kepentingan diantara kalian.
6 Ikut dalam aksi tawuran atas kemauan anda sendiri.
7 Ikut dalam aksi tawuran atas paksaan teman anda.
8 Membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih,
stick golf, gir motor, hingga samurai saat melakukan
aksi tawuran.
9 Waktu melakukan aksi tawuran adalah setelah jam
pulang sekolah.
10 Lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat
melakukan aksi tawuran seperti di jalan raya,
lapangan, atau tempat tinggal warga.
11
Anda mengalami luka-luka dalam aksi tawuran
tersebut.
12 Ada teman anda yang hingga tewas akibat aksi
tawuran ini.
13 Akibat sering melakukan aksi tawuran, anda berubah
menjadi pribadi yang keras, kasar, dan susah diatur.
14 Mendapat hukuman/sanksi dari pihak sekolah.
15 Mendapat hukuman/sanksi dari Orang tua anda.
16 Rajin masuk ke sekolah.
17 Mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh
Guru anda.
18 Rajin membaca buku pelajaran di rumah dan di
sekolah.
19 Mematuhi semua tata tertib di sekolah.
20 Mendapatkan nilai yang baik di sekolah.
21 Berprestasi di sekolah.
22 Memperhatikan semua mata pelajaran yang
diterangkan oleh Guru.
23 Mendengarkan nasehat yang baik dari Guru anda.
24 Guru anda memberikan contoh sikap yang baik untuk
berperilaku.
25 Guru anda membimbing anda untuk berakhlak
terpuji.
26 Orang tua memperhatikan perkembangan anda di
sekolah.
27 Orang tua memantau kegiatan anda di sekolah dan di
luar sekolah.
28 Menceritakan masalah yang anda alami kepada orang
tua anda.
29 Orang tua memberikan nasehat agar anda menjadi
siswa yang berprestasi.
30 Orang tua anda memberikan semua kebutuhan untuk
menunjang prestasi anda di sekolah.
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU BK
SMK BINTANG NUSANTARA
PONDOK AREN – TANGERANG SELATAN
1. Apa pengertian konflik menurut Ibu?
2. Salah satu bentuk konflik adalah konflik antarkelompok, misalnya aksi
tawuran bagaimana pendapat Ibu tentang aksi ini?
3. Apa penyebab aksi tawuran yang terjadi di sekolah ini?
4. Siapa-siapa saja yang ikut dalam aksi tawuran ini? Apakah siswa yang baik
pun ikut dalam aksi ini.
5. Apa saja dampak-dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran ini?
Bagaimana dampaknya bagi siswa, Guru, dan sekolah?
6. Bagaimana cara Ibu sebagai Guru BK untuk menyelesaikan masalah ini?
7. Bagaimana peran Guru dan pihak sekolah mengantsipasi agar masalah ini
tidak terulang kembali?
8. Bagaimana peran orang tua siswa untuk mengatasi masalah ini?
9. Apakah Guru dan wali murid bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
ini?
10. Hukuman atau sanksi apa yang Ibu atau pihak sekolah berikan kepada siswa
yang melakukan aksi tawuran ini?
11. Bagaimana perilaku para siswa yang melakukan aksi tawuran setiap harinya
di sekolah dan di luar sekolah?
12. Apakah ada pengaruh siswa yang melakukan aksi tawuran ini terhadap
prestasi belajarnya?
13. Bagaimana daftar kehadiran siswa di sekolah yang suka melakukan aksi
tawuran ini ?
14. Bagaimana prestasi belajar mereka di sekolah?
15. Selain karena aksi tawuran apa yang mempengaruhi prestasi belajar
mereka?
Lembar Observasi Sikap Siswa Selama Mengikuti Proses Belajar
SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangsel
Kelas X TKJ
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
1. Achmad Mawarid Daulah Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
2. Alfiansyah Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
3. Anas Syarifudin Hidayat Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
4. Andri Setiawan Alamsyah Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
5. Andriansyah Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
6. Daril Henmas Perdana Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
7. Deni Firmansyah Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
8. Deni saputra Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
9. Farizal Rio Pratama Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
10. Firda Rahmawan Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
11. Hardi Saputra Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
12. Indra Kurnia Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
13. M. Dede Khoirudin Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
14. Muhajir Agil Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
15. Mukhamad Nurmansyah Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
16. Rahmat Rivaldi Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
17. Rusli Gusnandar Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
18. Wahyu Amijaya Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
19. Zenia Purnama Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
No. Nama Siswa Indikator Ya Tidak
20. Afneri Panko Siswa menyiapkan buku catatan dan alat tulis. Siswa menyimak penjelasan Guru dengan baik. Siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu menjawab pertanyaan. Siswa aktif bertanya.
Pondok Aren, 01 Juni 2011
Raga Wiranata
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU BK SMK BINTANG NUSANTARA
PONDOK AREN TANGERANG SELATAN TENTANG PENGARUH KONFLIK
ANTARKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
Berita Acara
Wawancara dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Rabu, 20 Juli 2011
Waktu : Pkl. 13.00 WIB s/d selesai
Tempat : Sekolah SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangsel
Interviewee : Nita Erlypranawati, S.psi
1. Apa pengertian konflik menurut Ibu? Jawab : Konflik yaitu suatu pertentangan yang diakibatkan oleh perbedaan
pendapat antara satu orang atau kelompok orang dengan kelompok yang lainnya.
2. Salah satu bentuk konflik adalah konflik antarkelompok, misalnya aksi
tawuran bagaimana pendapat Ibu tentang aksi ini? Jawab : Aksi tawuran sangat merugikan baik untuk siswa itu sendiri, keluarga,
sekolah, maupun lingkungan sekitar dimana aksi tawuran tersebut terjadi.
3. Apa penyebab aksi tawuran yang terjadi di sekolah ini? Jawab : Aksi tawuran yang terjadi di SMK Bintang Nusantara dikarenakan
karena aksi saling mengejek antar siswa dengan sekolah lain, misalnya dengan
sekolah Bina bangsa/ Arif rahman hakim.
4. Siapa-siapa saja yang ikut dalam aksi tawuran ini? Apakah siswa yang baik
pun ikut dalam aksi ini.
Jawab : Siswa yang ikut dalam aksi tawuran biasanya siswa yang sering bolos
sekolah, prestasi belajarnyapun kurang. Ada satu orang siswa yang baik yang ikut-
ikutan karena untuk membela temannya.
5. Apa saja dampak-dampak yang ditimbulkan dari aksi tawuran ini?
Bagaimana dampaknya bagi siswa, Guru, dan sekolah?
Jawab :
Bagi siswa: siswa menerima skorsing dan ada pula yang dikeluarkan yang jelas
siswa menjadi tertinggal dalam pelajarannya di sekolah (Dampak negatif). Siswa
dapat belajar lebih berhati-hati dalam memilih teman untuk lingkungan
pergaulannya (Dampak positif).
Bagi Guru: guru menjadi terganggu dalam mengajar karena guru berusaha untuk
melerai aksi tawuran dan Guru merasa tidak nyaman berada di sekolah.
Bagi sekolah : merusak nama baik sekolah dan dapat menurunkan jumlah siswa
yang bersekolah di SMK Bintang Nusantara, karena mungkin saja masyarakat
tidak mau memasukan anak-anak mereka ke sekolah ini.
6. Bagaimana cara Ibu sebagai Guru BK untuk menyelesaikan masalah ini?
Jawab :
- Memanggil siswa dan menanyakan latar belakang terjadinya aksi tawuran
serta memberikan pengarahan. - Memanggil orang tua siswa. - Membuat keputusan untuk siswa apakah diberikan hukuman/sanksi, skorsing,
atau dikeluarkan dari sekolah.
7. Bagaimana Upaya-upaya Guru dan pihak sekolah untuk mengatasi masalah
aksi tawuran ini agar tidak terjadi lagi?
Jawab :
- Berkerjasama antara Guru dan siswa untuk menyelesaikan permasalahan di
sekolah. - Masing-masing sekolah memberikan tindakan preventif dengan memberikan
arahan mengenai dampak tawuran.
- Memberi peringatan keras dari pihak sekolah bahwa siswa yang terlibat
tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. - Membuat komitmen antara siswa dengan sekolah bahwa, tugas siswa di
sekolah adalah belajar.
- Bekerjasama dengan lingkungan sekitar apabila ada siswa yang kurang baik
tingkah lakunya agar melapor pada pihak sekolah.
8. Bagaimana peran orang tua siswa untuk mengatasi masalah ini?
Jawab: Orang tua berperan untuk memberikan arahan serta motivasi kepada
siswa agar tidak terlibat dalam aksi tawuran.
9. Apakah Guru dan wali murid bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
ini? Jawab : Ya, Guru dan wali murid bekerjasama untuk menyelesaikan masalah
tawuran ini. Karena bagaimanapun siswa adalah tanggung jawab kami sebagai
pendidik dan orang tua.
10. Hukuman atau sanksi apa yang Ibu atau pihak sekolah berikan kepada siswa
yang melakukan aksi tawuran ini?
Jawab : Untuk siswa yang menjadi provokator dan siswa yang bertindak
anarkis/yang membahayakan akan dikeluarkan dari sekolah. sedangkan siswa
yang hanya ikut-ikutan dalam aksi tawuran akan diberikan skorsing selama kurang
lebih 1 bulan, dan selama 2 x dalam seminggu mendapat tugas serta arahan dari
Guru BK dan Guru bidang study.
11. Bagaimana perilaku para siswa yang melakukan aksi tawuran setiap harinya
di sekolah dan di luar sekolah? Jawab : Disekolah mereka sering keluar kelas ketika pelajaran berlangsung,
malas, terkadang merokok disekolah, melawan kepada Guru, sering membolos,
diluar sekolah merokok dan bergaul dengan orang yang tidak baik.
12. Apakah ada pengaruh siswa yang melakukan aksi tawuran ini terhadap
prestasi belajarnya? Jawab : Ada, prestasi belajar mereka tambah menurun karena mereka tertinggal
dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
13. Bagaimana daftar kehadiran siswa di sekolah yang suka melakukan aksi
tawuran ini ?
Jawab : Mereka jarang sekolah sedangkan siswa yang hanya ikut-ikutan dalam
aksi tawuran rajin sekolah.
14. Bagaimana prestasi belajar mereka di sekolah?
Jawab : Prestasi belajarnya kurang baik. Karena mereka tertinggal dalam mata
pelajaran di sekolah.
15. Selain karena aksi tawuran apa yang mempengaruhi prestasi belajar
mereka? Jawab : Masalah ekonomi keluarga, tidak memiliki buku penunjang, dan
kurangnya motivasi belajar siswa.
TEKNIK PENGOLAHAN DATA PADA ANGKET TENTANG PENGARUH
KONFLIK ANTARKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI
SMK BINTANG NUSANTARA PONDOK AREN TANGERANG SELATAN
Teknik pengolahan data dengan menggunakan rumus sbb :
P = F X 100%
N
Keterangan :
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang dicari
N = Number of cases ((jumlah frekuensi/banyaknya individu)
1. Pada Tabel 8 untuk pernyataan
“Pernah melakukan konflik”, hasil
jawabannya adalah yang menjawab
:
Selalu = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus :
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Sering = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8X 100%
20
= 40%
Kadang-kadang = 11
Diketahui:
N = 20
F = 11
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 11 X 100%
20
= 55%
Tidak pernah = 0, sehingga
didapatkan nilai 0%
2. Pada Tabel 9, untuk pernyataan
“Salah satu jenis konflik sosial
adalah konflik antarkelompok,
misalnya aksi tawuran. Anda ikut
dalam aksi tawura”
Jawaban :
Selalu = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Sering = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Kadang-kadang = 13
Diketahui:
N = 20
F = 13
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 13X 100%
20
= 65%
Tidak pernah = 0, sehingga
didapatkan nilai 0%
3. Pada Tabel 10, untuk penyataan
“Seberapa sering ikut dalam aksi
tawuran”.
Jawab :
Selalu = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Sering = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Kadang-kadang = 14
Diketahui:
N = 20
F = 14
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 14 X 100%
20
= 70%
Tidak pernah = 0, sehingga
didapatkan hasil 0%
4. Pada Tabel 11, untuk pernyataan
“Salah satu penyebab aksi tawuran
berawal dari saling ejek”. Jawab :
Selalu = 10
Diketahui:
N = 20
F = 10
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 10 X 100%
20
= 50%
Sering = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Kadang-kadang = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Tidak pernah = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
5. Pada Tabel 12, untuk pernyataan
“selain karena saling ejek,
penyebab aksi tawuran karena ada
perbedaan kepentingan diantara
kalian”. Jawab :
Selalu = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
Sering = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Kadang-kadang = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Tidak pernah = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8X 100%
20
= 40%
6. Pada Tabel 13, untuk pernyataan
“ikut dalam aksi tawuran atas
kemauan sendiri”. Jawab :
Selalu = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Sering = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Kadang-kadang = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Tidak pernah = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
7. Pada Tabel 14, untuk pernyataan
“ikut dalam aksi tawuran karena
paksaan teman”. Jawab :
Selalu = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Sering = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Kadang-kadang = 10
Diketahui:
N = 20
F = 10
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 10 X 100%
20
= 50%
Tidak pernah = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
8. Pada Tabel 15, untuk pernyataan
“membawa benda-benda tajam
seperti pisau belatih, stick golf, gir
motor, dan samurai saat melakukan
aksi tawuran”. Jawab :
Selalu = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8X 100%
20
= 40%
Sering = 0, sehingga didapatkan
hasil 0%
Kadang-kadang = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
Tidak pernah = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8X 100%
20
= 40%
9. Pada Tabel 16, untuk pernyataan
“waktu melakukan aksi tawuran
setelah jam pulang sekolah”. Jawab
:
Selalu = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Sering = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Kadang-kadang = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Tidak pernah = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
10. Pada Tabel 17, untuk pernyataan
“lokasi-lokasi yang digunakan
sebagai tempat melakukan aksi
tawuran seperti di jalan raya,
lapangan, atau area tempat tinggal
warga”. Jawab :
Selalu = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
Sering = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
Kadang-kadang = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
Tidak pernah = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
11. Pada Tabel 18, untuk pernyataan
“anda mengalami luka-luka dalam
aksi tawuran”. Jawab :
Selalu = 0, sehingga didapatkan
hasil 0%.
Sering = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Kadang-kadang = 11
Diketahui:
N = 20
F = 11
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 11 X 100%
20
= 55%
Tidak pernah = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8X 100%
20
= 40%
12. Pada Tabel 19, untuk pernyataan
“ada teman anda yang tewas akibat
aksi tawuran”. Jawab :
Selalu = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Sering = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Kadang-kadang = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Tidak pernah = 17
Diketahui:
N = 20
F = 17
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 17 X 100%
20
= 85%
13. Pada Tabel 20, untuk pernyataan
“akibat sering melakukan aksi
tawuran sikap anda berubah
menjadi pribadi yang keras, kasar,
dan susah diatur”. Jawab :
Selalu = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
Sering = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Kadang-kadang = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
Tidak pernah = 13
Diketahui:
N = 20
F = 13
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 13 X 100%
20
= 65%
14. Pada Tabel 21, untuk pernyataan
“mendapat hukuman atau sanksi
dari pihak sekolah”. Jawab :
Selalu = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
Sering = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
Kadang-kadang = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 45%
Tidak pernah = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
15. Pada Tabel 22, untuk pernyataan
“mendapat hukuman atau sanksi
dari orang tua”. Jawab :
Selalu = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Sering = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Kadang-kadang = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Tidak pernah = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8 X 100%
20
= 40%
16. Pada Tabel 23, untuk pernyataan
“rajin masuk sekolah”. Jawab :
Selalu = 13
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 13 X 100%
20
= 65%
Sering = 0, sehingga didapatkan
hasil 0%
Kadang-kadang = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Tidak pernah = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
17. Pada Tabel 24, untuk pernyataan
“mengerjakan semua tugas-tugas
yang diberikan oleh Guru”. Jawab :
Selalu = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Sering = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Kadang-kadang = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8 X 100%
20
= 40%
Tidak pernah = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
18. Pada Tabel 25, untuk pernyataan
“rajin membaca buku pelajaran
disekolah dan dirumah”. Jawab :
Selalu = 0, sehingga didapatkan
hasil 0%.
Sering = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Kadang-kadang = 14
Diketahui:
N = 20
F = 14
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 14 X 100%
20
= 70%
Tidak pernah = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
19. Pada Tabel 26, untuk pernyataan
“mematuhi semua tata tertib
sekolah”. Jawab :
Selalu = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
Sering = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
Kadang-kadang = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
Tidak pernah = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
20. Pada Tabel 27, untuk pernyataan
“mendapat nilai yang baik
disekolah”. Jawab :
Selalu = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Sering = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Kadang-kadang = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
Tidak pernah = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
21. Pada Tabel 28, untuk pernyataan
“berprestasi disekolah”. Jawab :
Selalu = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Sering = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
Kadang-kadang = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Tidak pernah = 9
Diketahui:
N = 20
F = 9
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 9 X 100%
20
= 45%
22. Pada Tabel 29, untuk pernyataan
“memperhatikan semua mata
pelajaran yang diterangkan oleh
Guru”. Jawab :
Selalu = 8
Diketahui:
N = 20
F = 8
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 8 X 100%
20
= 40%
Sering = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
Kadang-kadang = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Tidak pernah = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
23. Pada tabel 30, untuk pernyataan
“mendengarkan nasehat yang baik
dari Guru anda”. Jawab :
Selalu = 10
Diketahui:
N = 20
F = 10
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 10 X 100%
20
= 50%
Sering = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
Kadang-kadang = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Tidak pernah = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
24. Pada Tabel 31, untuk pernyataan
“Guru anda memberikan contoh
sikap yang baik dalam
berperilaku”. Jawab :
Selalu = 15
Diketahui:
N = 20
F = 15
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 15 X 100%
20
= 75%
Sering = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Kadang-kadang = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Tidak pernah = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
25. Pada Tabel 32, untuk pernyataan
“guru anda membimbing anda
untuk berakhlak terpuji”. Jawab :
Selalu = 13
Diketahui:
N = 20
F = 13
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 13 X 100%
20
= 65%
Sering = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
Kadang-kadang = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Tidak pernah = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
26. Pada Tabel 33, untuk pernyataan
“orang tua memperhatikan
perkembangan anda disekolah”.
Jawab :
Selalu = 7
Diketahui:
N = 20
F = 7
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 7 X 100%
20
= 35%
Sering = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Kadang-kadang = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Tidak pernah = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
27. Pada Tabel 34, untuk pernyataan
“orang tua memantau semua
kegiatan anda disekolah dan di luar
sekolah”. Jawab :
Selalu = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
Sering = 4
Diketahui:
N = 20
F = 4
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 4 X 100%
20
= 20%
Kadang-kadang = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Tidak pernah = 5
Diketahui:
N = 20
F = 5
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 5 X 100%
20
= 25%
28. Pada Tabel 35, untuk pernyataan
“menceritakan masalah yang anda
alami kepada orang tua”. Jawab :
Selalu = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Sering = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
Kadang-kadang = 10
Diketahui:
N = 20
F = 10
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 10 X 100%
20
= 50%
Tidak pernah = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
29. Pada Tabel 36, untuk pernyataan
“orang tua memberikan nasehat
agar anda menjadi siswa yang
berprestasi”. Jawab :
Selalu = 10
Diketahui:
N = 20
F = 10
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 10 X 100%
20
= 50%
Sering = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Kadang-kadang = 3
Diketahui:
N = 20
F = 3
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 3 X 100%
20
= 15%
Tidak pernah = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
30. Pada Tabel 37, untuk pernyataan
“orang tua anda memberikan
semua kebutuhan untuk menunjang
prestasi anda disekolah”. Jawab :
Selalu= 11
Diketahui:
N = 20
F = 11
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 11 X 100%
20
= 55%
Sering = 2
Diketahui:
N = 20
F = 2
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 2 X 100%
20
= 10%
Kadang-kadang = 6
Diketahui:
N = 20
F = 6
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 6 X 100%
20
= 30%
Tidak pernah = 1
Diketahui:
N = 20
F = 1
Sehingga dapat dihitung dg rumus
:
P = F X 100%
N
P = 1 X 100%
20
= 5%
UJI REFERENSI
Nama : Raga Wiranata
NIM : 107015001013
Prodi/Semester : Pendidikan IPS/VIII
Judul Skripsi : “Pengaruh Konflik Antarkelompok terhadap Prestasi Belajar Siswa di
SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan”.
No. Referensi Paraf Pembimbing
BAB I
1. Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 55
2. J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar &
terapan, ( Jakarta : Kencana, 2007), h. 55.
3. J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar &
terapan..., h. 98
4. Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar,
(Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h. 206.
5. Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar..., h.206.
6. Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Rajawali Pers,
2010), h. 6.
7. Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008)
8. Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer, (Jakarta
: Kencana, 2009), h. 27
9. Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik
Kontemporer..., h. 47.
10. Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik
Kontemporer..., h. 47.
11. Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), h. 8.
12. Ketetapan MPR RI nomor II/MPR/1983, Tentang GBHN,
(Jakarta :BP. Dharma).
13. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara), h. 41
BAB II
14. Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa IndonesiaTerbaru,
(Surabaya: Amelia), h. 318
15. Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 4.
16. http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, akses pada hari selasa, 26
April 2011.
17. Andreas Soeroso, Sosiologi 2 ,(Jakarta: Quadra, 2008)
18. Robby I. Chandra, Konflik dalam hidup sehari-hari,
(Yogyakarta:Kanisius, 1992)cet. 6, h. 20
19. Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 5
20. http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-
konflik-dan-strategi-penyelesaian-konflik/ senin, 18 Juli 2011,
Pkl. 11.47 WIB.
21. Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008)
22. Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern,
(Jakarta : Kencana, 2004), h. 159
23. Andreas Soeroso, Sosiologi 2 ,(Jakarta: Quadra, 2008), h. 35
24. Andreas Soeroso, Sosiologi 2..., h.37
25. Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Quadra, 2008), h. 45
26. Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar,
(Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h.40
27. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 71.
28. Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern...,
h. 153
29. Warddi Bachtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. 1, h. 107.
30. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h.73
31. Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Kontemporer..., h. 32
32. Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar,
(Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. 1, h.40
33. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 74
34. Goerge Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern...,
h. 153
35. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h.77-78
36. George Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 154
37. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 81.
38. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 82.
39. Bernard Raho, Teori sosiologi Modern..., h. 82.
40. http://WWW.scrbd.com/doc/pengertian prestasi belajar, waktu
akses hari selasa, 26 April 2011
41. W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 1976), h.965.
42. Ahmad fauzi, Psikologi Umum ,(Bandung: CV Pustaka Setia,
2004), cet.ke-2, h. 44
43. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak Didik dalam Interaksi
Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2000), h.13
44. Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h.
2.
45. Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP
Semarang Press 2001), h. 23
46. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan
Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h.76
47. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. 3, h. 10.
48. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), cet. 2, h. 27.
49. Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan
Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), cet. 1, h. 117
50. S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35
51. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , (
Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h.45
52. M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum
Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah), ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1996), cet. 2, h. 54
53. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja
Pemimpin Pendidikan), (Malang: PT Rineka Cipta, 1990), cet. 3,
h. 99.
54. Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar mengajar,
(Bandung: Balai Pustaka, 1987), h.28
55. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2008), h. 15
56. Kunandar, Guru Profesional…, h. 302
57. Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet.
1, h. 26
58. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar..., h.81
59. http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-hasil.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2011.
60. Soerjono soekanto, Sosiologi suatu pengantar,...h. 55
61. J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi teks pengantar
dan terapan,...h. 57.
BAB III
62. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,...h. 97
63. Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 97.
64. Imam Suprayogo & Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-
Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 172
65. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1998), cet.11, h. 117.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA
194701141965101001