desminor fix

Upload: melda-ramadona

Post on 10-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

materi kti

TRANSCRIPT

  • 1PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT DAN KOMPRESDINGIN TERHADAP PENURUNAN DISMENOREA

    PADA REMAJA PUTRIGayatri Oktasari1, Misrawati2, Gamya Tri Utami3

    Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Riau

    Email: [email protected]

    Abstract

    The purpose of this study was to compare the effectiveness of a warm compress and cold compress to decrease dysmenorrheain adolescent girls. The design of this research was "Quasy experiment" by "pre-test and post-test designs with twocomparison treatments". This study was conducted to young girls in Junior High School 21 Pekanbaru. Total sample of 50people were taken by purposive sampling technique with attention to inclusion criteria. Measuring instruments used a numericrating scale to measure pain intensity. The analysis of this study used univariate and bivariate using Wilcoxon test and Mann-Whitney test. The results of this research showed that is a difference of mean rank after treatment in the group warm compressand cold compress groups with p-value 0.000 < (0.05). Comparison of Mean rank obtained between changes in painintensity on a cold compress larger groups are 34.44 while the warm compress is 16.56. This means that there are significantdifferences between warm compresses and cold compresses in reducing dysmenorrhoea. Judging from the magnitude ofchange in pain intensity was concluded that cold compresses more effectively than warm compresses to decreasedysmenorrheal. In conclusion this study can be used as a cold compress one nonpharmacologic alternatives in reducing thepain of dysmenorrhea.

    Keywords : Dysmenorrhoea, cold compresses, warm compresses

    PENDAHULUAN

    Periode dalam rentang kehidupan individuadalah masa remaja. Masa remaja adalah masatransisi antara masa anak-anak ke masa dewasa.Remaja akan mengalami pubertas. Pubertasadalah masa awal pematangan seksual, yaknisuatu periode dimana seseorang anak mengalamiperubahan fisik, hormonal, dan seksual sertamampu mengadakan proses reproduksi. Kadarhormon Luteinizing Hormone (LH) dan FollicleStimulating Hormone (FSH) akan meningkat padamasa remaja, sehingga merangsang pembentukanhormon seksual. Peningkatan kadar hormontersebut menyebabkan pematangan payudara,ovarium, rahim, dan vagina, serta dimulainyasiklus menstruasi khususnya pada remaja putri(Mansyur, 2009). Anak-anak perempuan biasanyamulai mendapatkan haid yang membuktikanseorang remaja telah berubah menjadi dewasa.Datangnya haid ini pun menandakan bahwafungsi tubuhnya berjalan dengan normal dan baik(Sibagariang, dkk, 2010).

    Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11tahun dan berlangsung hingga menopause(Sibagariang, dkk, 2010). Menstruasi adalahpelepasan dinding rahim (endometrium) yangdisertai dengan pendarahan dan terjadi setiapbulannya. Seorang wanita memiliki dua ovarium

    yang masing-masing menyimpan 200.000-400.000 sel telur yang belum matang (folikel).Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telursaja yang tumbuh setiap periode menstruasi. Seltelur ini apabila tidak dibuahi, maka lapisandinding bagian dalam dari rahim yang disiapkanuntuk menempel hasil pembuahan akan terkelupasdan terjadilah perdarahan (menstruasi) (Mansyur,2009). Sebagian besar kalangan wanita setiapbulannya selalu mengalami menstruasi dan seringmengalami nyeri. Nyeri ini timbul bersamaandengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisajuga segera setelah menstruasi. Nyeri ini biasanyalebih meningkat terjadi dari bulan keenam sampaitahun kedua setelah menstruasi pertama kali(Bobak, 2004).

    Nyeri menstruasi atau dismenorea seringkali menyerang sebagian besar perempuan.Dismenorea merupakan gejala, bukan penyakit.Gejalanya berupa nyeri dibagian perut bawah.Kasuskasus tertentu, nyeri dapat dirasakansampai seputar panggul dan sisi dalam paha.Nyeri terasa terutama pada hari pertama dankedua haid. Derajat nyeri kurang setelah keluardarah yang cukup banyak. Penyebabnyabermacam-macam dari meningkatnyaprostaglandin sampai perubahan hormonal ketikamulai haid dan juga kecemasan yang berlebihan.Berdasarkan penyebabnya, nyeri menstruasi

  • 2dibedakan menjadi dua, yaitu nyeri menstruasiprimer dan sekunder (Lie, 2004). Dismenoreaprimer, yaitu menstruasi yang disertai rasa sakityang dialami dalam masa tiga tahun sejak awalmenstruasi dan tidak ada penyakit tertentu yangmenjadi penyebabnya, sedangkan dismenoreasekunder adalah nyeri yang disebabkan olehsimptom penyakit ginekologi sepertiendometriosis atau fibroid (Owen, 2005).

    Angka kejadian dismenorea di dunia sangatbesar, yaitu rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalaminya. Presentasidismenorea di USA sekitar 60%, Swedia 72% dandiperkirakan di Indonesia 55% perempuan usiaproduktif mengalami dismenorea. Dismenoreamenyebabkan sebagian perempuan yangmengalami tidak mampu beraktifitas (Lie, 2004).

    Meskipun kejadian dismenorea cukup tinggiakan tetapi masih banyak yang belum tahu caramengatasi dismenorea tersebut. Penelitian diSwedia, 80% remaja usia 19-21 tahun mengalamidismenorea, 15% membatasi aktifitas harianmereka ketika haid dan membutuhkan obat-obatanuntuk mengurangi dismenorea, 8-10% tidakmengikuti atau masuk sekolah dan hampir 40%finansial dan kualitas hidup perempuanberdampak tidak baik (Desfietni, 2012).

    Nyeri dapat diatasi dengan melakukanberbagai alternatif, baik secara farmakologismaupun non farmakologis. Secara farmakologisdapat diatasi dengan menggunakan obat-obatananalgesik. Sedangkan penatalaksanaan nonfarmakologis terhadap nyeri dapat dilakukandengan berbagai cara, meliputi TranscutaneousElectrical Nerves Stimulation (TENS), akupuntur,tindakan distraksi, teknik nafas dalam, imajinasiterbimbing, umpan balik biologis, terapi musik,dan kompres (kompres hangat dan kompresdingin). Manajemen nyeri non farmakologis lebihaman digunakan karena tidak menimbulkan efeksamping seperti obat-obatan karena terapi nonfarmakologis menggunakan proses fisiologissehingga dalam hal ini metode menarik perhatianyang digunakan untuk mengatasi nyeri yaitukompres hangat dan kompres dingin (Muttaqin,2011).

    Kompres hangat merupakan salah satu metodenon farmakologi yang dianggap sangat efektifdalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas

    dapat dialirkan melalui konduksi, konveksi, dankonversi. Nyeri akibat memar, spasme otot, danarthritis berespon baik terhadap peningkatan suhukarena dapat melebarkan pembuluh darah danmeningkatkan aliran darah lokal. Oleh karena itu,peningkatan suhu yang disalurkan melaluikompres hangat dapat meredakan nyeri denganmenyingkirkan produk-produk inflamasi, sepertibradikinin, histamin, dan prostaglandin yang akanmenimbulkan rasa nyeri lokal (Price & Wilson,2005).

    Hal tersebut didukung oleh penelitian Ermala(2010) yang melakukan penelitian tentangpengaruh penggunaan kompres hangat dalampengurangan nyeri persalinan kala I fase aktif.Dari penelitian tersebut menunjukkan kompreshangat merupakan suatu metode yang dilakukansecara non-farmakologi yang salah satukegunaannya untuk menurunkan atau mengurangirasa sakit (nyeri) pada ibu inpartu. Kesimpulandari penelitian ini yaitu adanya pengaruh yangsignifikan sebelum dan setelah intervensi(p

  • 3penelitian tersebut menunjukkan bahwa kompresdingin merupakan salah satu intervensi yangdipilih untuk mengurangi nyeri fraktur. Setelahintervensi dilakukan, intensitas nyeri padakelompok percobaan mengalami penurunan yangsignifikan dari pada kelompok kontrol.Kesimpulan dari penelitian ini adalah kompresdingin efektif dalam menurunkan nyeri pasienfraktur.

    Kompres hangat dan dingin sama-samamerupakan terapi non farmakologi yang efektif,mudah, dan murah. Namun hingga kini masihbanyak wanita yang belum menggunakanpenanganan tersebut dalam mengurangi nyeriterutama dismenorea. Nyeri saat menstruasi inisering diderita pada remaja berumur 13 tahun.Usia ini pada jenjang pendidikan berada padaSekolah Menengah Pertama (SMP). Salahsatunya SMP Negeri 21 Pekanbaru yangmerupakan sekolah yang rata-rata siswanyadominan lebih banyak perempuan.

    Berdasarkan survei awal yang dilakukan olehpeneliti dengan wawancara kepada Wakil KepalaSekolah SMP Negeri 21 Pekanbaru, disebutkanbahwa disekolah tersebut belum pernah adadilakukan penelitian yang berkaitan dengan terapipenanganan dismenorea. Menurut keteranganguru koordinator UKS di sekolah tersebutmenyebutkan bahwa setiap kelas ada saja setiapbulannya siswi ke UKS dan izin untuk tidakmengikuti proses belajar karena mengalamidismenorea, dan siswi lainnya yang mengalamidismenorea tetap mengikuti proses pembelajarandi sekolah namun tidak dapat berkonsentrasikarena gejala yang dirasakan.

    Berdasarkan wawancara dengan 7 siswi, 3diantaranya mengatakan upaya penanganandismenorea yang dilakukan adalah denganmengoleskan dengan minyak kayu putih padadaerah yang nyeri dan beristirahat serta menunggusampai nyeri yang dirasakan hilang, dan 2 oranglainnya mengatakan minum obat analgetik sepertiasam mefenamat, dan sebagian lagi hanyamembiarkan dan tidak pernah melakukanpenanganan dismenorea karena terbatasnyainformasi tentang kesehatan reproduksi khususnyatentang menstruasi dan permasalahannya, yaitudismenorea. Padahal banyak sekali cara untukmenurunkan dismenorea tanpa harus

    mengkonsumsi obat-obat dan efek samping.Mereka dapat menggunakan tindakannonfarmakologis tanpa harus memikirkan efeksamping, yaitu diantaranya kompres hangat dankompres dingin.

    Berdasarkan fenomena diatas, peneliti inginmembandingkan penanganan dismenorea yanglebih efektif dan efisien dari kompres hangat dankompres dingin. Hasil penelitian ini dapatdiaplikasikan untuk intervensi dismenorea. Jadipeneliti tertarik untuk meneliti tentangPerbandingan Efektivitas Kompres Hangat DanKompres Dingin Terhadap PenurunanDismenorea Pada Remaja Putri.

    TUJUAN PENELITIANTujuan umum untuk mengetahui

    perbandingan efektivitas kompres hangat dankompres dingin terhadap penurunan dismenoreapada remaja putri. Adapun tujuan khususnyauntuk mengetahui karakteristik responden,mengetahui skala nyeri sebelum perlakuan padakelompok kompres hangat dan kelompok kompresdingin, mengetahui skala nyeri sesudah perlakuanpada kelompok kompres hangat dan kelompokkompres dingin dan mengetahui perbandingankeefektifitasan kompres hangat dan kompresdingin terhadap penurunan dismenorea.

    MANFAAT PENELITIANHasil penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan informasi dalam pengembangan ilmupengetahuan tentang manfaat kompres hangat dankompres dingin terhadap penurunan dismenorea.Sedangkan Bagi remaja puteri yang mengalamidismenorea, hasil penelitian ini digunakan sebagaisatu bentuk terapi alternatif atau pengobatan nonfarmakologis yang dapat digunakan untukmenurunkan nyeri dismenorea.

    METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini menggunakan desain penelitian

    Quasy eksperiment yang dibagi atas kelompokkompres hangat dan kelompok kompres dingin.Penelitian dilakukan pada remaja putrid kelasVIII dan IX di SMP Negeri 21 Pekanbaru.Jumlah sampel sebanyak 50 orang yang terdiriatas 25 orang kelompok kompres hangat dan 25orang kelompok kompres dingin dengan

  • 4menggunakan teknik purposive sampling sesuaidengan kriteria inklusi yaitu: pada masa remajaawal (10-14 tahun), siswi yang mengalamidismenorea dengan skala nyeri ringan (1-3)sampai nyeri sedang (4-6), sedang berada masahari pertama menstruasi dan bersedia menjadiresponden. Alat ukur yang digunakan untukmengetahui perubahan nyeri pada keduakelompok adalah Numeric Rating Scale. Analisayang digunakan adalah analisa univariat danbivariat.

    HASIL PENELITIANPenelitian yang telah dilakukan mulai bulan

    Desember 2013 sampai Januari 2014 didapatkanhasil sebagai berikut:

    A. Analisa UnivariatAnalisa univariat digunakan untuk

    mendapatkan data mengenai karakteristikresponden, meliputi umur dan suku.

    Tabel 1Distribusi responden berdasarkan umur dansuku

    Karakteristik Kelompokkompreshangat(n=25)

    Kelompokkompresdingin(n=25)

    Jumlah

    n % N % n %Umurresponden:13 tahun14 tahun

    817

    32,068,0

    916

    36,064,0

    1733

    34,066,0

    Total 25 100 25 100 50 100SukurespondenMelayu 12 48,0 9 36,0 21 42,0MinangSundaJawaBatak

    12010

    48,00

    4,00

    6136

    24,04,0

    12,024,0

    18146

    36,02,08,0

    12,0

    Total 25 100 25 100 50 100

    Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat sebagianbesar umur responden yang mengalami dismenoreaadalah 14 tahun yaitu pada kelompok kompreshangat 17 orang (68,0%) dan kelompok kompresdingin 16 orang (64,0%), sedangkan sukuresponden yang mengalami dismenorea yang

    sering terjadi adalah melayu sebanyak 21 orangyaitu pada kelompok kompres hangat 12 orang(48,0%) dan kelompok kompres dingin 9 orang(36,0%).

    B. Analisa BivariatAnalisa bivariat digunakan untuk melihat

    perbandingan intensitas nyeri sebelum dansesudah pada kelompok kompres hangat dankelompok kompres dingin terhadap penurunandismenorea. dengan menggunakan uji wilcoxon.Selain itu juga untuk melihat perbandinganintensitas nyeri sesudah pada kelompok kompreshangat dan kelompok kompres dingin denganmenggunakan uji Mann Whitney.

    Tabel 2Perbandingan mean intensitas nyeri pretest danposttest pada kelompok kompres hangat dankelompok kompres dingin

    Kelompok N Nyeri Mean p-valueKompreshangat

    25 PretestPosttest

    4,282,24 0,000

    Kompresdingin

    25 Pretestposttest

    4,160,96 0,000

    Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwabaik pada kelompok kompres hangat dankelompok kompres dingin didapatkan nilai p =0,000 dimana nilai p < (0,05). Ini membuktikanbahwa terdapat perbedaan intensitas nyeridismenorea sebelum dan setelah diberikanintervensi pada kelompok kompres hangat dankelompok kompres dingin.

    Tabel 3Perbandingan mean intensitas nyeri posttestpada kelompok kompres hangat dan kelompokkompres dinginKelompok N Posttest Mean p-valueMean SD RankKompreshangat

    25 2,24 1,128 16,56

    0,000Kompresdingin

    25 0,96 0,889 34,44

    Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat rata-rataintensitas nyeri setelah perlakuan pada kelompokkompres hangat adalah 2,24 sedangkan padakelompok kompres dingin adalah 0,96 dengan p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat

  • 5disimpulkan Ho ditolak Ha diterima. Sehinggadapat disimpulkan terdapat perbedaan yangsignifikan antara kompres hangat dan kompresdingin terhadap penurunan dismenorea.

    Mean rank perubahan intensitas nyeri untukkelompok kompres dingin lebih besar, artinyakompres dingin lebih efektif terhadap penurunandismenorea dibandingkan dengan kelompokkompres hangat dimana selisih intensitas nyerisebelum dan setelah terapi pada kelompokkompres dingin 16,56 dan 34,44

    PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang telah

    dilakukan pada remaja putri di SMP Negeri 21Pekanbaru didapatkan responden terbanyak adalahumur 14 tahun yaitu pada kelompok kompreshangat 17 orang (68,0%) dan kelompok kompresdingin 16 orang (64,0%). Menurut Bobak (2004)usia ini merupakan kategori remaja awal yangmana pada masa ini terjadi manarche (menstruasi)dan disertai dengan rasa nyeri. Nyeri ini biasanyalebih meningkat terjadi dari bulan keenam sampaitahun kedua setelah menstruasi pertama kali.Menstruasi pertama kali biasanya terjadi umur 12tahun sehingga dismenorea lebih banyak terjadipada usia 14 tahun. Selain itu pada usia tersebutterjadi perkembangan organ-organ reproduksi danperubahan hormonal yang signifikan. MenurutMuttaqin (2011), umur merupakan variabel yangmempengaruhi nyeri. Perbedaan perkembanganyang ditemukan antara kelompok usia dapatmempengaruhi bereaksi terhadap nyeri.

    Penelitian ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Novia (2008), tentang faktor resikoyang mempengaruhi kejadian dismenorea primer,yang mana hasil penelitian menunjukkan umuradalah salah satu faktor yang mempengaruhikejadian dismenorea dan pada usia remaja awaltermasuk salah satu usia yang paling seringmengalami dismenorea.

    Selain itu, responden berasal dari berbagaisuku yaitu Melayu, Minang, Sunda, Jawa danBatak dengan suku Melayu yang terbanyak(42,0%). Hasil penelitian ini sesuai dengan dataBadan Pusat Statistik Provinsi Riau (2010) yaknisuku melayu merupakan masyarakat terbesardengan komposisi 37,74% dari seluruh pendudukRiau. Suku Jawa dan suku Sunda pada umumnya

    banyak berada pada kawasan transmigransedangkan suku Minang umumnya banyakbermukim pada kawasan perkotaan sepertiPekanbaru, Dumai dan Kampar.

    Penelitian ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Septiani (2007) tentang efektivitasterapi mozart terhadap penurunan skala nyeri saatmenstruasi pada mahasiswi PSIK-UR program A2007, didapatkan hasil sebagian besar respondenberasal dari suku melayu. Hal ini dikarenakanfaktor suku sangat berperan penting terhadaprespon seseorang terhadap nyeri. Menurut teoriMuttaqin (2011) yang mengatakan bahwa sukudan nilai-nilai budaya mempengaruhi caraindividu mengatasi nyeri. Individu mempelajariapa yang diharapkan dan apa yang diterima olehkebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimanabereaksi terhadap nyeri.

    Perbandingan mean intensitas nyeri pretest danposttest pada kelompok kompres hangat dankelompok kompres dingin

    Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25orang responden sebagai kelompok kompreshangat dan 25 responden sebagai kelompokkompres dingin, didapatkan bahwa nilai rata-rataintensitas nyeri sebelum diberikan intervensi padakelompok kompres hangat adalah 4,28 dan setelahdiberikan intervensi 2,24. Sedangkan rata-rataintensitas nyeri sebelum diberikan intervensi padakelompok kompres dingin adalah 4,16 dan setelahdiberikan intervensi 0,96. Rata- rata intensitasnyeri pada kelompok kompres hangat mengalamipenurunan sebanyak 2,04 poin, sedangkan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kompresdingin juga mengalami penurunan sebanyak 3,20poin.

    Hasil penelitian rata-rata intensitas nyeri padakelompok kompres hangat mengalami penurunan.Hal ini sesuai dengan penelitian Astuti (2011)tentang efektivitas pemberian kompres hangatterhadap kejadian dismenore pada remaja. Hasilakhir menunjukkan adanya penurunan nyerisetelah pemberian kompes hangat dengan (p-value= 0,000). Hal ini diperkuat oleh Perry dan Potter(2005) yang mengatakan bahwa panas dari buli-buli akan berpindah ke dalam tubuh sehinggamenyebabkan pelebaran pembuluh darah yangdapat mengurangi spasme otot sehingga kontraksi

  • 6menurun dan nyeri yang dirasakan akanberkurang

    Tidak hanya kompres hangat saja, tetapikelompok kompres dingin juga mengalamipenurunan yang sangat signifikan. Hasil inidiperkuat oleh Price dan Wilson (2005) yaituterapi dingin tidak hanya dapat mengurangispasme otot tetapi juga bisa menimbulkan efekanalgetik yang memperlambat kecepatan hantaransaraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otaklebih sedikit. Oleh karena itu, nyeri yangdirasakan akan berkurang. Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian Kartika (2008) tentangpengaruh kompres dingin terhadap penurunanintensitas nyeri bendungan payudara pada ibu postpartum. Hasil penelitian didapatkan Z hitung = 2,877 < nilai kritis Z = 1,96. Dapat disimpulkanbahwa ada pengaruh pemberian kompres dinginterhadap penurunan intensitas nyeri padabendungan payudara pada ibu post partum.

    Perbandingan mean intensitas nyeri posttestpada kelompok kompres hangat dan kelompokkompres dingin

    Hasil uji wilcoxon untuk intensitas nyerisebelum dan sesudah intervensi pada kelompokkompres hangat dan kelompok kompres dinginmenunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 ataunilai p-value < (0,005), artinya ada perbedaanyang signifikan rata-rata intensitas nyeri sebelumdan sesudah diberikan kompres hangat dankompres dingin.

    Sedangkan hasil uji mann whitney untukperbandingan intensitas nyeri sesudah antarakompres hangat dan kompres dingin yang diberiperlakuan menunjukkan p-value 0,000 nilai p-value < (0,005), artinya terdapat perbedaan yangsignifikan antara kompres hangat dan kompresdingin terhadap penurunan dismenorea.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianKurniawati (2011) tentang efektivitas kompreshangat terhadap penurunan nyeri persalinan kala Ifase aktif. Hasil akhir menunjukan bahwaresponden mengalami penurunan nyeri dengan (p-value=0,000). Karena panas mengakibatkanpelebaran pembuluh darah yang dapat mengurangispasme otot sehingga kontraksi menurun dannyeri yang dirasakan akan berkurang. Menurutteori Potter & Perry (2005) kompres

    menggunakan air hangat akan meningkatkanaliran darah, dan meredakan nyeri denganmenyingkirkan produk-produk inflamasi, sepertibradikinin, histamin, dan prostaglandin yangmenimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsangserat saraf yang menutup gerbang sehinggatransmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan keotak dihambat dan nyeri akan berkurang.

    Tidak hanya dengan kompres hangat sajaterjadi penurunan intensitas nyeri, tetapi dari hasilpenelitian menunjukkan bahwa adanya penurunannyeri yang signifikan dengan menggunakankompres dingin. Pernyataan ini sesuai denganpenelitian Khodijah (2011) yang melakukanpenelitian tentang efektivitas kompres dinginterhadap penurunan intensitas nyeri pasienfraktur. Hasil akhir menunjukan bahwa respondenmengalami penurunan nyeri dengan (p-value=0,000). Hal ini dikarenakan dinginmemiliki efek analgetik dan anestesi lokal dalammengurangi intensitas nyeri yang dirasakanseseorang. Menurut Price & Wilson (2005) bahwakompres dingin dapat mengurangi spasme ototdengan memberikan anestesi lokal untukmengurangi nyeri lokal dan dingin jugamenimbulkan efek analgetik denganmemperlambat kecepatan hantaran saraf sehinggaimpuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.Mekanisme lain yang mungkin bekerja adalahbahwa persepsi dingin menjadi dominan danmengurangi persepsi nyeri.

    Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapatdilihat perbandingan keefektifitasan dari keduaperlakuan terhadap intensitas nyeri pada penderitadismenorea. Uji statistik untuk mengetahuiperbandingan tersebut dengan menggunakan ujiMann-Whitney. Berdasarkan hasil uji tersebutdiketahui ada perbandingan perubahan rata-rataintensitas nyeri antara kompres hangat dankompres dingin. Rata-rata perubahan intensitasnyeri pada kelompok kompres hangat sebesar16,56 dan kompres dingin sebesar 34,44, dapatdilihat perubahan rata-rata intensitas nyeri padakelompok kompres dingin lebih efektifmenurunkan dismenorea.

    Pada kompres dingin, pengalihan persepsinyeri menjadi rasa dingin yang lebih dominanadalah salah satu tipe transendensi yang telahtercapai sehingga responden merasa lebih nyaman

  • 7(Kozier, 2010). Sedangkan pada kompres hangattidak mempunyai efek yang sama dengankompres dingin. Kompres hangat hanyameredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, danprostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal.Kompres hangat juga tidak mempunyai efekanestesi lokal yang dapat mengurangi nyeri lokal.Adapun pendapat dari Simkin (2005), kompresdingin dapat mengurangi ketegangan otot (lebihlama dibandingkan dengan kompres hangat). Olehkarena itu berdasarkan atas teori dan fakta yangada, dapat disimpulkan bahwa kompres dinginlebih efektif dalam menurunkan persepsi nyeridan meningkatkan kenyamanan daripada kompreshangat.

    SIMPULANHasil penelitian menunjukkan bahwa

    karakteristik umur responden paling banyak yangmengalami dismenorea adalah 14 tahun (66%).Selain itu, suku Melayu merupakan sukuterbanyak yaitu 42%. Rata-rata intensitas nyerisebelum dan sesudah diberi perlakuan pada keduakelompok mengalami perubahan yaitu padakelompok kompres hangat 2,04 poin dankelompok kompres dingin 3,20 poin dengan p-value 0,000 < (0,05) pada kedua kelompoksehingga dapat disimpulkan ada perbedaansebelum diberi perlakuan dan sesudah perlakuanpada kelompok kompres hangat dan kelompokkompres dingin.

    Perbandingan sesudah antara kelompokkompres hangat dan kelompok kompres dingin p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapatdisimpulkan Ho ditolak. Hal ini berartidisimpulkan terdapat perbedaan yang signifikanantara kompres hangat dan kompres dinginterhadap penurunan dismenorea. PerbandinganMean rank yang didapat antara perubahanintensitas nyeri pada kelompok kompres dinginlebih besar yaitu 34,44 sedangkan kelompokkompres hangat yaitu 16,56. Oleh karena itukompres dingin lebih efektif dibanding kompreshangat.

    SARANBagi pelayanan kesehatan disarankan untuk

    dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagaisalah satu intervensi keperawatan pada penderitadismenorea.

    Bagi perkembangan Ilmu Keperawatankhususnya tenaga pengajar dan pelajar disarankanuntuk dapat memakai hasil penelitian ini sebagaisalah satu sumber informasi mengenaikeefektivitasan kompres dingin dibandingkompres hangat terhadap penurunan dismenoreasehingga dapat dijadikan sebagai salah satu terapialternatif.

    Bagi masyarakat khususnya wanita yangmengalami dismenorea disarankan untuk dapatmengaplikasikan kompres dingin sebagai salahsatu metode pengobatan alternatif untukmengurangi nyeri saat menstruasi.

    Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapatmelanjutkan penelitian ini dengan jumlah sampelyang lebih besar dengan harapan data yangdidapatkan dapat berdistribusi secara normaldengan karakteristik responden yang lebihhomogen, karena semakin homogen data hasilpenelitian akan semakin baik. Peneliti selanjutnyajuga dapat melakukan penelitian tentangbertahannya efek terapi kompres hangat dankompres dingin pada penurunan dismenorea.

    UCAPAN TERIMA KASIHTerima kasih yang tak terhingga atas bantuan

    dan bimbingan dari berbagai pihak dalampenyelesaian laporan penelitian ini

    1Gayatri Oktasari: Mahasiswa Program StudiIlmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia2Misrawati: Dosen Departemen KeperawatanMaternitas Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Riau, Indonesia3Gamya Tri Utami: Dosen DepartemenKeperawatan Medikal Bedah Program Studi IlmuKeperawatan Universitas Riau, Indonesia

    DAFTAR PUSTAKAAstuti, A. M. (2011). Efektivitas pemberian

    kompres hangat terhadap kejadian dismenorepada remaja. Fakultas kedokteranUniversitas Muhamadiyah Jakarta. Diperolehtanggal 31 Januari 2014 dari http://psik-

  • 8umj.ac.id/library/index.php?p=show_detail&id=1306

    Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. (2010).Riaudalam angka. Diperoleh tanggal 25 Januari2014 dari http://riau.bps.go.id/

    Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jense, M. D.(2004). Buku ajar keperawatan maternitas.Edisi 4. Jakarta: EGC.

    Desfietni, V. (2012). Efektifitas kombinasipemberian teknik nafas dalam dan terapimusic instrumental terhadap penurunanintensitas nyeri (dismenorea) pada remajaputri di SMPN 4 Kuantan Hilir. Tidakdipublikasikan: Skripsi PSIK Sekolah TinggiIlmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru.

    Ermala, S. (2010). Pengaruh penggunaankompres hangat dalam pengurangan nyeripersalinan kala I fase aktif di Klinik Hj.Hamidah Nasution Medan tahun 2010. Tidakdipublikasikan: Karya Tulis Ilmiah ProgramD 1V Bidan Pendidik Fakultas KeperawatanUniversitas Sumatera Utara. Diperolehtanggal 8 Juli 2013darihttp://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18761.

    Kartika, A. W. (2008). Pengaruh kompres dinginterhadap penurunan intensitas nyeribendungan payudara pada ibu post partum diwilayah kerja puskesmas kecamatan gendingkabupaten probolinggo. Tugas Akhir,Program Studi Ilmu Keperawatan, FakultasKedokteran. Universitas Brawijaya Malang.Diperoleh 31 Januari 2014 darihttp://elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/18021

    Khodijah, S. (2011). Efektifitas kompres dinginterhadap penurunan intensitas nyeri pasienfraktur di Rindu B RSUP. H. Adam Malik,Medan. Tidak dipublikasikan: SkripsiFakultas Keperawatan Universitas SumateraUtara. Diperoleh tanggal 7 Juli 2013darihttp://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24614.

    Kozier (2010). Buku ajar fundamentalkeperawatan, konsep, proses & praktikvolume 1 dan 2. Jakarta: EGC.

    Kurniawati, S (2011). Efektifitas kompres hangatterhadap penurunan nyeri persalinan kala Ifase aktif. Tidak dipublikasikan: Skripsi

    Fakultas Universitas Riau - FMIPA -Keperawatan. Diperoleh tanggal 22 Januari2014 dari http://digilib.unri.ac.id.

    Lie, S. (2004). Terapi vegetarian untuk penyakitkewanitaan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

    Mansyur, H. (2009). Psikologi ibu dan anak.Jakarta: Salemba Medika.

    Muttaqin, A. (2011). Buku ajar asuhankeperawatan klien dengan gangguan sistempersyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

    Novia, L. (2008). Faktor resiko yangmempengaruhi kejadian dismenore primer.Skripsi. Dipublikasikan

    Owen, E. (2005). Panduan kesehatan bagiwanita. Jakarta : PT. Pustakaraya.

    Potter, P. A., & Perry, G. A. (2005). Buku ajarfundamental keperawatan: konsep, proses,dan praktik, Edisi 4, Volume II. Jakarta:EGC.

    Price, A. Sylvia., & Wilson, M. L (2005).Patofisiologi : konsep klinis, proses-prosespenyakit. Edisi 6, Volume II. Jakarta : EGC.

    Septiani, Z. (2007). Efektivitas terapi musikmozart terhadap penurunan skala nyeri saatmenstruasi pada mahasiswi PSIK-URprogram A 2007. Skripsi. Tidakdipublikasikan.

    Simkin, P (2007). Panduan lengkap kehamilan,melahirkan, dan bayi. Jakarta : Arcan.

    Sibagariang, E. E., Pusmaika, R., Rismalinda.(2010). Kesehatan reproduksi wanita.Jakarta: Trans Info Media.