depresan ssp
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
![Page 1: Depresan Ssp](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071700/5572141d497959fc0b93cbf9/html5/thumbnails/1.jpg)
Depresan adalah senyawa yang dapat mendepres atau menekan sistem tubuh. Depresan
Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas
fungsional dari sistem syaraf pusat (SSP). Depresan sistem syaraf pusat (SSP) bekerja dengan
menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Depresansia terbagi atas
golongan sedative, hipnotika, anastetik umum. Depresansia golongan sedative menyebabkan
respon fisik dan mental dari hewan menghilang, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran.
Depresansia golongan hipnotika menimbulkan efek hipnotik pada hewan. Depresansia
golongan sedative dan hipnotika ini apabila diberikan pada dosis tinggi dapat menyebabkan
efek anaesthesi. Depresansia golongan anastetik umum adalah senyawa yang dapat
menimbulkan efek anaeshtesi, sehingga kesadaran, rasa nyeri dari hewan menjadi hilang, dan
muscle relaxan.
Alur kerja utama uretan yaitu penyerapan, adsorpsi, inhalasi, ingesti, dan injeksi
(Field dan Lang 1988). Kerja uretan yang menunjukkan konsekuensi potensial yang
berhubungan dengan akut dan / atau kronis
1. Efek sitotoksik: Penelitian telah menunjukkan bahwa tikus lebih rentan terhadap infeksi
uretan (Field dan Lang, 1988). Hal ini disebabkan penekanan sumsum tulang (Field dan
Lang, 1988). Menimbulkan neutropenia, lymphocytopenia, trombositopenia, dan anemia
pada kucing dan manusia (Haddow dan Sexton, 1946;. Paterson et al, 1946).
Trombositopenia purpura dari usus kecil / besar, kulit, jantung, paru-paru, ginjal korteks,
omentum, dan perut, lecopnenia, onset anemia-akut, dan perdarahan usus ditemukan pada
anjing yang telah diberi uretan (Cruz dan Mousstache, 1948, Moeschlin dan Bodner, 1951).
2. Efek Karsinogenik / mutagenik: Urethane merupakan karsinogen hewan. Studi dengan
tikus telah menunjukkan bahwa tikus neonatal lebih sensitif terhadap sifat karsinogenik pada
uretan dan memiliki perkembangan tumor lebih tinggi dibandingkan tikus. Adenoma paru
adalah tumor yang terbentuk pada tikus dan mencit (Henshaw dan Myer, 1944; Kay dan
Trainin, 1966)
3. Efek transplasenta: Studi penelitian yang melibatkan tikus telah menunjukkan indikasi
serius dan hasil mengejutkan setelah terekspos transplasenta dari janin. Efeknya adalah
pembentukan adenoma paru pada janin (Klien, 1954). Studi penelitian telah menunjukkan
bahwa paparan uretan dari tikus yang hamil adalah peningkatan kejadian hepatoma, tumor
ovarium, dan harderian kelenjar cystadenomas (Vesselinovitch et al., 1971).
![Page 2: Depresan Ssp](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071700/5572141d497959fc0b93cbf9/html5/thumbnails/2.jpg)
Pada katak yang diberikan MgSO
pemberian dosis 0,1 ml dan pada pemberian dosis 0,2 ml katak masih dapat untuk melompat.
Refleks katak masih ada sampai pemberian 0,1 ml yang menunjukkan katak mulai kehilangan
reflex saat praktikan menggerakkan papan katak dan saat katak dibalik posisinya, katak
terlihat lama untuk kembali. Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan
anestesi dan mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Rasa nyeri perlahan hilang pada
pemberian MgSO4 0,4 ml, terlihat katak berespon lebih lama saat pemberian asam pada
selaput renang yang telah dilukai. Tonus otot juga perlahan hilang, hal ini disebabkan oleh
MgSO4 yang bersifat muscle relaxan sehingga tidak langsung menyerang sistem syaraf pusat.
MgSO4 terlebih dahulu menyebabkan otot lembek kemudian tonus menghilang dan
diteruskan dengan hilangnya kesadaran. Perubahan frekuensi nafas tidak selalu menunjukkan
penurunan, namun kadang juga menimbulkan kenaikan. Hal ini disebabkan pusat pernapasan
pada medulla oblongata tidak dapat dipengaruhi oleh garam inggris yang bekerja pada sistem
syaraf pusat pusat. Sedangkan pada frekuensi nadi seharusnya menunjukkan penurunan
namun terjadi. Magnesium juga menyebabkan depresi langsung terhadap otot rangka.
Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat menyebabkan
terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya
hambatan pada neuromuskular perifer. MgSO4 mempunyai pengaruh potensiasi dengan obat-
obat penekan SSP (barbiturat, obat-obat anestesi umum).
Kloralhidrat merupakan derivat dari monohidrat dari kloral (2,2,2-tri kloroasetaldehid.
Kloralhidrat bekerja baik sebagai obat hipnotik dan dapat diberikan secara intravena,
intraperitoneal, maupun secara peroral. Pemberian secara perinjeksi lebih menguntungkan
karena efek kerjanya akan lebih lama. Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan
susunan syaraf pusaf yang menyebabkan tenang atau kantuk, hilangnya kesadaran, keadaan
anestesi, koma, dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan
aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi dan menenangkan (Ganiswara,
Menit Dosis (ml)
Aktivitas tubuh
Reflek Rasa nyeri
Tonus Frek. nafas
Frek jantung
Konvulsi
Normal - ++++ ++++ ++++ ++++ 88 84 -0 0,05 +++ +++ +++ +++ 84 72 -5 0,1 +++ ++ +++ ++ 54 60 -10 0,2 ++ + +++ ++ 78 42 -15 0,4 + + ++ + 60 42 -20 0,8 - - - - 30 36 -
![Page 3: Depresan Ssp](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022071700/5572141d497959fc0b93cbf9/html5/thumbnails/3.jpg)
Sulistia G. 1995). Efek sedasi merupakan efek samping beberapa golongan obat yang tidak
termasuk obat golongan depresan SSP. Pemberian obat ini pada katak menyebabkan aktivitas
katak menjadi menurun dan katak menjadi lebih tenang. Pemberian obat ini secara terus-
menerus dengan dosis bertingkat dapat menyebabkan keracunan akut yang ditandai dengan
menurunnya frekuensi pernafasan katak (depresi nafas).