depresan ssp

4
Depresan adalah senyawa yang dapat mendepres atau menekan sistem tubuh. Depresan Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas fungsional dari sistem syaraf pusat (SSP). Depresan sistem syaraf pusat (SSP) bekerja dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Depresansia terbagi atas golongan sedative, hipnotika, anastetik umum. Depresansia golongan sedative menyebabkan respon fisik dan mental dari hewan menghilang, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran. Depresansia golongan hipnotika menimbulkan efek hipnotik pada hewan. Depresansia golongan sedative dan hipnotika ini apabila diberikan pada dosis tinggi dapat menyebabkan efek anaesthesi. Depresansia golongan anastetik umum adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek anaeshtesi, sehingga kesadaran, rasa nyeri dari hewan menjadi hilang, dan muscle relaxan. Alur kerja utama uretan yaitu penyerapan, adsorpsi, inhalasi, ingesti, dan injeksi (Field dan Lang 1988). Kerja uretan yang menunjukkan konsekuensi potensial yang berhubungan dengan akut dan / atau kronis 1. Efek sitotoksik: Penelitian telah menunjukkan bahwa tikus lebih rentan terhadap infeksi uretan (Field dan Lang, 1988). Hal ini disebabkan penekanan sumsum tulang (Field dan Lang, 1988). Menimbulkan neutropenia, lymphocytopenia, trombositopenia, dan anemia pada kucing dan manusia (Haddow dan Sexton, 1946;. Paterson et al, 1946). Trombositopenia purpura dari usus kecil / besar, kulit, jantung, paru-paru, ginjal korteks, omentum, dan perut, lecopnenia, onset anemia-

Upload: grady-priasdhika

Post on 13-Aug-2015

200 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Depresan Ssp

Depresan adalah senyawa yang dapat mendepres atau menekan sistem tubuh. Depresan

Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas

fungsional dari sistem syaraf pusat (SSP). Depresan sistem syaraf pusat (SSP) bekerja dengan

menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Depresansia terbagi atas

golongan sedative, hipnotika, anastetik umum. Depresansia golongan sedative menyebabkan

respon fisik dan mental dari hewan menghilang, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran.

Depresansia golongan hipnotika menimbulkan efek hipnotik pada hewan. Depresansia

golongan sedative dan hipnotika ini apabila diberikan pada dosis tinggi dapat menyebabkan

efek anaesthesi. Depresansia golongan anastetik umum adalah senyawa yang dapat

menimbulkan efek anaeshtesi, sehingga kesadaran, rasa nyeri dari hewan menjadi hilang, dan

muscle relaxan.

Alur kerja utama uretan yaitu penyerapan, adsorpsi, inhalasi, ingesti, dan injeksi

(Field dan Lang 1988). Kerja uretan yang menunjukkan konsekuensi potensial yang

berhubungan dengan akut dan / atau kronis

1. Efek sitotoksik: Penelitian telah menunjukkan bahwa tikus lebih rentan terhadap infeksi

uretan (Field dan Lang, 1988). Hal ini disebabkan penekanan sumsum tulang (Field dan

Lang, 1988). Menimbulkan neutropenia, lymphocytopenia, trombositopenia, dan anemia

pada kucing dan manusia (Haddow dan Sexton, 1946;. Paterson et al, 1946).

Trombositopenia purpura dari usus kecil / besar, kulit, jantung, paru-paru, ginjal korteks,

omentum, dan perut, lecopnenia, onset anemia-akut, dan perdarahan usus ditemukan pada

anjing yang telah diberi uretan (Cruz dan Mousstache, 1948, Moeschlin dan Bodner, 1951).

2. Efek Karsinogenik / mutagenik: Urethane merupakan karsinogen hewan. Studi dengan

tikus telah menunjukkan bahwa tikus neonatal lebih sensitif terhadap sifat karsinogenik pada

uretan dan memiliki perkembangan tumor lebih tinggi dibandingkan tikus. Adenoma paru

adalah tumor yang terbentuk pada tikus dan mencit (Henshaw dan Myer, 1944; Kay dan

Trainin, 1966)

3. Efek transplasenta: Studi penelitian yang melibatkan tikus telah menunjukkan indikasi

serius dan hasil mengejutkan setelah terekspos transplasenta dari janin. Efeknya adalah

pembentukan adenoma paru pada janin (Klien, 1954). Studi penelitian telah menunjukkan

bahwa paparan uretan dari tikus yang hamil adalah peningkatan kejadian hepatoma, tumor

ovarium, dan harderian kelenjar cystadenomas (Vesselinovitch et al., 1971).

Page 2: Depresan Ssp

Pada katak yang diberikan MgSO

pemberian dosis 0,1 ml dan pada pemberian dosis 0,2 ml katak masih dapat untuk melompat.

Refleks katak masih ada sampai pemberian 0,1 ml yang menunjukkan katak mulai kehilangan

reflex saat praktikan menggerakkan papan katak dan saat katak dibalik posisinya, katak

terlihat lama untuk kembali. Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan

anestesi dan mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Rasa nyeri perlahan hilang pada

pemberian MgSO4 0,4 ml, terlihat katak berespon lebih lama saat pemberian asam pada

selaput renang yang telah dilukai. Tonus otot juga perlahan hilang, hal ini disebabkan oleh

MgSO4 yang bersifat muscle relaxan sehingga tidak langsung menyerang sistem syaraf pusat.

MgSO4 terlebih dahulu menyebabkan otot lembek kemudian tonus menghilang dan

diteruskan dengan hilangnya kesadaran. Perubahan frekuensi nafas tidak selalu menunjukkan

penurunan, namun kadang juga menimbulkan kenaikan. Hal ini disebabkan pusat pernapasan

pada medulla oblongata tidak dapat dipengaruhi oleh garam inggris yang bekerja pada sistem

syaraf pusat pusat. Sedangkan pada frekuensi nadi seharusnya menunjukkan penurunan

namun terjadi. Magnesium juga menyebabkan depresi langsung terhadap otot rangka.

Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat menyebabkan

terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya

hambatan pada neuromuskular perifer. MgSO4 mempunyai pengaruh potensiasi dengan obat-

obat penekan SSP (barbiturat, obat-obat anestesi umum).

Kloralhidrat merupakan derivat dari monohidrat dari kloral (2,2,2-tri kloroasetaldehid.

Kloralhidrat bekerja baik sebagai obat hipnotik dan dapat diberikan secara intravena,

intraperitoneal, maupun secara peroral. Pemberian secara perinjeksi lebih menguntungkan

karena efek kerjanya akan lebih lama. Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan

susunan syaraf pusaf yang menyebabkan tenang atau kantuk, hilangnya kesadaran, keadaan

anestesi, koma, dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan

aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi dan menenangkan (Ganiswara,

Menit Dosis (ml)

Aktivitas tubuh

Reflek Rasa nyeri

Tonus Frek. nafas

Frek jantung

Konvulsi

Normal - ++++ ++++ ++++ ++++ 88 84 -0 0,05 +++ +++ +++ +++ 84 72 -5 0,1 +++ ++ +++ ++ 54 60 -10 0,2 ++ + +++ ++ 78 42 -15 0,4 + + ++ + 60 42 -20 0,8 - - - - 30 36 -

Page 3: Depresan Ssp

Sulistia G. 1995). Efek sedasi merupakan efek samping beberapa golongan obat yang tidak

termasuk obat golongan depresan SSP. Pemberian obat ini pada katak menyebabkan aktivitas

katak menjadi menurun dan katak menjadi lebih tenang. Pemberian obat ini secara terus-

menerus dengan dosis bertingkat dapat menyebabkan keracunan akut yang ditandai dengan

menurunnya frekuensi pernafasan katak (depresi nafas).