crs - tonsilitis kronik

32
Case Report Session TONSILITIS KRONIK Oleh: Neila Azka 1010312119 Fajar Defian Putra 1110312031 Preseptor: dr. Al Hafiz, Sp.THT-KL BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN BEDAH KEPALA DAN LEHER RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 1

Upload: fajar-defian-putra

Post on 12-Jan-2016

358 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Case Report Session THT-KL RSUD M. Djamil

TRANSCRIPT

Page 1: CRS - Tonsilitis Kronik

Case Report Session

TONSILITIS KRONIK

Oleh:

Neila Azka 1010312119

Fajar Defian Putra 1110312031

Preseptor:

dr. Al Hafiz, Sp.THT-KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN BEDAH KEPALA DAN LEHER

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2015

1

Page 2: CRS - Tonsilitis Kronik

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa

karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa Case

Report Session yang berjudul “Tonsilitis Kronik” dapat tersusun dan terselesaikan

tepat pada waktunya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Al Hafiz, Sp.THT-KL selaku

pembimbing penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian Case

Report Session ini.

Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan selama masa kepaniteraan klinik penulis di bagian THT RSUP Dr. M.

Djamil Padang, juga untuk mendiskusikan kasus Tonsilitis Kronis, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan mendukung penerapan klinis yang

lebih baik dalam memberikan kontribusi positif sistem pelayanan kesehatan secara

optimal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih

banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Padang, 6 Agustus 2015

Penulis

2

Page 3: CRS - Tonsilitis Kronik

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tonsil

Tonsil adalah salah satu struktur yang terdapat di rongga

orofaring. Tonsil merupakan massa yang terdiri dari jaringan

limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di

dalamnya. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang

mengelilingi ruang faring seperti yang terlihat pada Gambar 1,

dimana terdiri dari tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina

(tonsil faucial), tonsil lingual dan tonsil tuba Eustachius

(Gerlach’s tonsil).1

Fossa tonsilaris dibentuk oleh tiga otot, yaitu m.palatoglossus,

m.palatofaringeal dan m.konstriktor superior. Perdarahan tonsil

berasal dari percabangan a.lingual dorsalis, a.palatina dan

a.fasialis sedangkan aliran venanya berujung pada pleksus

peritonsilar yang selanjutnya dialirkan ke v.faringeal dan

kemudian masuk ke v.jugularis interna. Aliran limfe tonsil

3

Tonsil faring/Adenoid

Tonsil Tuba

Tonsil lingual

Tonsil Palatina

Gambar 1. Gambaran Tonsil di dalam Cincin Waldeyer

Page 4: CRS - Tonsilitis Kronik

dialirkan ke limfe nodus servikal. Persarafan tonsil didapatkan

dari n.glossofaringeus, hal ini yang mengakibatkan adanya

gejala otalgia saat tonsillitis.2

Tonsil memiliki peranan penting dalam sistem imunitas tubuh,

dimana puncaknya pada usia empat hingga sepuluh tahun,

selanjutnya tonsil akan mengalami involusi. Tonsil merupakan

jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari

keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit

B dan T pada tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-

57%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang

terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs

(Antigen Presenting Cells) yang berperan dalam proses

transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis

imunoglobulin spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel

plasma dan sel pembawa IgG. Tonsil akan menghasilkan

immunoglobulin jika terdapat antigen yang masuk melalui reaksi

radang pada saluran nafas dan saluran cerna atas.3,4

2.2 Definisi

Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer.5 Proses peradangan biasanya meluas sampai ke daerah adenoid

dan tonsil lingual. Sedangkan tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil

setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis.

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Bakteri penyebab tonsilitis kronis sama halnya dengan

tonsilitis akut, yaitu kuman grup A Streptococcus beta

hemoliticus, Pneumococcus, Streptococcus viridans,

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus, Haemophilus

influenza.6

4

Page 5: CRS - Tonsilitis Kronik

Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah

rangsangan yang menahun dari rokok maupun makanan, higiene

mulut yang buruk, pengaruh cuaca seperti udara dingin dan

lembab serta suhu yang berubah-ubah, alergi (iritasi kronis dari

alergen), kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang

tidak adekuat.6

2.4 Patofisiologi

Penyebarannya melalui percikan ludah (droplet infection). Penyakit ini ada

kecenderungan bersifat residif secara periodik. Mula-mula terjadi infiltrasi pada

lapisan epitel. Bila epitel terkikis, maka jaringan limfoid superfisial mengadakan

reaksi kemudian terjadi peradangan dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.

Proses ini secara klinis tampak pada kriptus tonsil yang berisi bercak kuning yang

disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang

terlepas.7

Tonsilitis kronis merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi

subklinik pada tonsil. Biasanya terjadi pembesaran tonsil sebagai akibat hipertrofi

folikel-folikel kalenjar limfe. Pada radang kronis tonsil terdapat 2 bentuk, yaitu

hipertrofi tonsil dan atrofi tonsil. Terjadinya proses radang berulang

mengakibatkan epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses

penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan ikat fibrosa. Jaringan ikat ini

sesuai dengan sifatnya akan mengalami pengerutan, sehingga ruang antar

kelompok jaringan limfoid melebar. Hal ini secara klinik tampak sebagai

pelebaran kriptus dan kriptus ini diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga

terbentuk kapsul, akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan di sekitar fossa

tonsilaris.7

Pada anak proses ini disertai dengan proses pembesaran kelenjar limfe

submandibularis. Gangguan tonsilitis kronis dapat menyebar dan menimbulkan

5

Page 6: CRS - Tonsilitis Kronik

komplikasi melalui perkontinuitatum, hematogen atau limfogen. Penyebaran

perkontinuitatum dapat menimbulkan rinitis kronis, sinusitis dan otitis media.

Penyebaran hematogen atau limfogen dapat menyebabkan endokarditis, artritis,

miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, urtikaria, furunkulosis dan

pruritus.7

2.5 Gejala

Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis

akut yang berulang-ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada

tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal

di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.8

Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari tonsilitis ronis

yang mungkin tampak, yakni:8

a. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke

jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang

purulen atau seperti keju.

b. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti

terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang

melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.

2.6 Diagnosis

Diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan untuk

diagnosa defintif dengan pemeriksaan penunjang.9

2.6.1 Anamnesa

Dari anamnesa umumnya didapatkan keluhan utama berupa nyeri

pada tenggorokan. Pada penderita tonsillitis kronik keluhan ini juga

disertai dengan keluhan rasa mengganjal ditenggorokan, tenggorokan

terasa kering dan pernafasan bau.9,10

Jika kondisi kronik ini mengalami eksaserbasi akut, maka keluhan

tonsillitis akut akan muncul. Dimana pada kondisi ini pasien juga akan

6

Page 7: CRS - Tonsilitis Kronik

mengeluhkan nyeri pada saat menelan. Keluhan nyeri ini semakin lama

akan semakin bertambah sehingga pasien menjadi tidak mau makan. Nyeri

ini dapat menjalar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri

pada telinga (otalgia) tersebut menjalar melalui nervus glossofaringeus

(IX). Keluhan lainnya yang muncul berupa demam, rasa nyeri kepala, dan

badan lesu. Selain itu, dapat juga ditemukan keluhan suara pasien

terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas.

Keadaan ini disebut plummy voice/ hot potato voice. Mulut berbau (foetor

ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang

hebat (ptialismus)9,10

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada tonsillitis kronik ditemukan tampak tonsil

membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan kriptus

berisi detritus, serta ditemukan pembesaran kelenjar limfe submandibula

dan tonsil yang mengalami perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada

seluruhnya, minimal ada kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar

limfe submandibul.9

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

tonsillitis kronik, terdiri atas:9,10

a. Darah lengkap : dapat ditemukan peningkatan laju endap darah (erythrocyte

sedimentation rate) dan C-reactive protein, serta pada pemeriksaan hitung

jenis leukosit dapat ditemukan shift left dimana gambaran ini menunjukkan

adanya proses inflamasi.

b. Swab tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan gram.

c. Pemeriksaan Titer Anti-Streptolisin Tipe O (ASTO) : menentukan kadar

antibodi yang digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi Streptococcus.

2.8 Penatalaksanaan

7

Page 8: CRS - Tonsilitis Kronik

2.8.1 Tatalaksana umum

a. Istirahat cukup

b. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang

mengiritasi

c. Menjaga kebersihan mulut

2.8.2 Terapi Medikamentosa

a. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik

b. Diberikan antibiotik spectrum luas yaitu Penicillin G Benzatin 50.000

U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin 50 mg/ kgBB dosis dibagi

3 kali/ hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10

hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.

c. Pemberian kortikosteroid karena steroid telah menunjukkan perbaikan

klinis yang dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat

diberikan berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama 3 hari

dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian

selama 3 hari.

2.8.3 Operasi (Tonsilektomi)

Indikasi Tonsilektomi yaitu:

a. Indikasi Absolut:

1) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran nafas,

disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonar

2) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis

dan drainase

3) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

4) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi

anatomi

b) Indikasi Relatif:

1) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi

antibiotik adekuat

8

Page 9: CRS - Tonsilitis Kronik

2) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan

pemberian terapi medis

Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus yang tidak

membaik dengan pemberian antibiotik laktamase resisten.

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul berupa :

a. Komplikasi lokal: Peritonsilitis, abses peritonsil, abses parafaring, otitis media

akut, laryngitis, rinosinusitis, infeksi leher dalam.

b. Komplikasi sistemik: Bila penyebabnya S. pyogenes, dapat terjadi

glomerulonefritis akut, demam rematik, rematoid artritis, endocarditis

bakterial subakut, septikimia.

9

Page 10: CRS - Tonsilitis Kronik

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. R

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Solok Selatan

Suku Bangsa : Minang

ANAMNESA

Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke poliklinik THT RSUP Dr. M.

Djamil dengan :

Keluhan Utama :

Nyeri menelan berulang sejak 1 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

10

Page 11: CRS - Tonsilitis Kronik

Nyeri menelan berulang sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan nyeri

menelan ini terjadi berulang dengan frekuensi lebih dari 7x kali dalam

1 tahun terakhir. Keluhan nyeri menelan juga disertai keluhan pilek

dan batuk.

Riwayat sering terbangun malam hari karena sesak (+)

Riwayat nafas berbau (+)

Riwayat tidur mendengkur (+)

Riwayat sering mengantuk (+)

Riwayat keluhan nyeri dan bengkak disekitar leher tidak ada

Riwayat keluhan nyeri pada kedua telinga tidak ada

Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada

Riwayat telinag berdenging tidak ada

Riwayat gangguan pendengaran tidak ada

Riwayat bersin-bersin pada pagi hari, alergi makanan dan obat tidak

ada

Riwayat hidung tersumbat tidak ada

Riwayat penciuman berkurang tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat demam, batuk dan pilek yang hilang timbul sejak 5 tahun

yang lalu disertai dengan nyeri pada tenggorokan. Pasien berobat ke

puskesmas tapi tidak tahu obat apa yang diberikan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama

dengan pasien

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan

Pasien adalah seorang mahasiswa

11

Page 12: CRS - Tonsilitis Kronik

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : kompos mentis kooperatif

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 85 x/menit

Frekuensi nafas : 18 x/menit

Suhu : 37.2 0C

Pemeriksaan Sistemik

Kepala : normochepal, rambut hitam

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB

Paru

Inspeksi : simetris kiri, kanan statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

12

Page 13: CRS - Tonsilitis Kronik

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : suara nafas vesikuler normal, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus kordis teraba 2 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen

Inspeksi : tak tampak membuncit

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus + normal

Extremitas : akral hangat, perfusi baik.

Status Lokalis Telinga Hidung Tenggorokan

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun telinga

Kel kongenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada

13

Page 14: CRS - Tonsilitis Kronik

Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada

Dinding liang

telinga

Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang(N)

Sempit - -

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Serumen

Ada / Tidak Ada Ada

Bau Tidak ada Tidak ada

Warna Coklat kekuningan Coklat

kekuningan

Jumlah Sedikit Sedikit

Jenis Kental Kental

Membran timpani

Utuh

Warna Putih mengkilat Putih mengkilat

Reflek cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 7

Bulging Tidak ada Tidak ada

Retraksi Tidak ada Tidak ada

Atrofi Tidak ada Tidak ada

Perforasi

Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada

Kwadran Tidak ada Tidak ada

Pinggir Tidak ada Tidak ada

Mastoid

Tanda radang Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinne ( + ) ( + )

Schwabach Sama dengan Sama dengan

14

Page 15: CRS - Tonsilitis Kronik

Tes garpu tala pemeriksa pemeriksa

Weber Tidak ada lateralisasi

Kesimpulan Telinga N Telinga N

Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung

Pemeriksaan Kelainan

Hidung luar

Deformitas Tidak ada

Kelainan kongenital Tidak ada

Trauma Tidak ada

Radang Tidak ada

Massa Tidak ada

Sinus Paranasal

Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Vestibulum Vibrise Ada Ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Cavum nasi

Cukup lapang (N) Cukup Lapang (N) Cukup Lapang

(N)

Sempit - -

15

Page 16: CRS - Tonsilitis Kronik

Lapang - -

Sekret

Lokasi Cavum nasi Cavum Nasi

Jenis Serous Serous

Jumlah Sedikit Sedikit

Bau Tidak ada Tidak ada

Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Rata Rata

Edema - -

Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Rata Rata

Edema - -

Septum

Cukup

lurus/deviasiCukup Lurus

Permukaan Licin

Warna Merah muda

Spina Tidak ada

Krista Tidak ada

Abses Tidak ada

Perforasi Tidak ada

Massa

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Ukuran Tidak ada Tidak ada

Permukaan Tidak ada Tidak ada

Warna Tidak ada Tidak ada

Konsistensi Tidak ada Tidak ada

Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi Posterior : sulit dilakukan

16

Page 17: CRS - Tonsilitis Kronik

Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Palatum mole +

Arkus Faring

Simetris/tidak Simetris

Warna Merah muda

Edem Tidak ada

Bercak/eksudat Tidak ada

Dinding faring Warna Merah Merah

Permukaan Rata Rata

Tonsil

Ukuran T3 T3

Warna Hiperemis Hiperemis

Permukaan Tidak rata Tidak rata

Muara kripti Melebar Melebar

Detritus Tidak ada Tidak ada

Eksudat Tidak ada Tidak ada

Perlengketan

dengan pilarTidak ada Tidak ada

Peritonsil

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Tumor

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Ukuran Tidak ada Tidak ada

Permukaan Tidak ada Tidak ada

Konsistensi Tidak ada Tidak ada

Gigi Karies/Radiks Tidak ada Tidak ada

Kesan Higiene baik

Warna Merah muda

Bentuk Normal

Deviasi Tidak ada

17

Page 18: CRS - Tonsilitis Kronik

Lidah Massa Tidak ada

Laringoskopi Indirek : sulit dilakukan

Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher :

Inspeksi : tidak tampak adanya tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening leher

Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening leher

Diagnosis : Tonsilitis Kronis

Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin : 13.6 g/dl

Leukosit : 23.100 /mm3

Hematokrit : 41%

Trombosit : 285.000/mm3

Terapi :

- Levofloxacin 1 x 500mg (p.o)

- Metil prednisolone 3 x 4 mg (p.o)

- Ambroxol 3 x 1 tablet

Rencana Tindakan : Tonsilektomi

18

Page 19: CRS - Tonsilitis Kronik

RESUME

(DASAR DIAGNOSIS)

1. Anamnesis

Nyeri menelan 1 tahun yang lalu dan berulang dengan frekuensi lebih dari

7 kali dalam 1 tahun terakhir

Keluhan nyeri menelan disertai keluhan demam, pilek, dan batuk

Sering terbangun malam hari karena sesak (+)

Nafas berbau (+)

Tidur mendengkur (+)

Sering mengantuk (+)

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan

a. Tonsil dextra : ukuran T3, hiperemis, muara kripti melebar, permukaan tidak

rata, detritus tidak ada, perlengketan dengan pilar tidak ada

b. Tonsil sinistra : ukuran T3, hiperemis, muara kripti melebar, permukaan tidak

rata, detritus tidak ada, perlengketan dengan pilar tidak ada

3. Diagnosa Kerja

Tonsilitis kronis

4. Diagnosa Tambahan : tidak ada

5. Diagnosa Banding : tidak ada

6. Pemeriksaan Anjuran :

Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil

Pemeriksaaan ASTO

7. Terapi :

19

Page 20: CRS - Tonsilitis Kronik

- Levofloxacin 1 x 500mg (p.o)

- Metil prednisolone 3 x 4 mg (p.o)

- Ambroxol 3 x 1 tablet

8. Terapi Anjuran : Tonsilektomi

9. Prognosis :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : bonam

10. Nasehat :

Istirahat cukup

Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi

Menjaga kebersihan mulut

Minum obat teratur

20

Page 21: CRS - Tonsilitis Kronik

BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan, usia 19 tahun dengan diagnosis

tonsillitis kronis. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan utamanya nyeri menelan yang telah

dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan nyeri menelan ini dirasakan berulang

dengan frekuensi lebih dari 7 kali dalam 1 tahun terakhir. Keluhan nyeri menelan

disertai dengan demam, batuk dan pilek. Pasien juga memiliki keluhan sering

terbangun pada malam hari karena sesak, tidur mendengkur dan sering mengantuk

pada siang hari serta nafas dirasakan bau.

Pada pemeriksaan fisik organ orofaring dan mulut ditemukan tonsil palatina

membesar dengan ukuran T3/T3 dengan gambaran tonsil yang hiperemis disertai

dengan muara kripti yang melebar, tidak ditemukan detritus, eksudat, dan

perlengketan dengan pilar. Namun, pada pemeriksaan kelenjar getah bening lokal

Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.

Dari hasil anamnesis beserta pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis

kerja pasien ini, yaitu tonsilitis kronis.

Keluhan nyeri menelan pada pasien ini disebabkan oleh proses inflamasi

yang terjadi pada tonsil palatina. Keluhan batuk dan pilek terjadi dikarenakan organ-

organ di sekitar telinga, hidung dan tenggorokan merupakan dareah yang beresiko

untuk terjadinya united airway disease. Dalam hal ini infeksi pada tonsil dapat

menyebar secara lokal pada dareah telinga, hidung dan tenggorokan yang

menimbulkan gejala batuk dan pilek. Keluhan sering terbangun pada malam hari

terjadi karena adanya penyempitan jalan nafas yang disebabkan oleh pembersaran

ukuran tonsil akibat infeksi, sehingga terjadi periode apneu sementara. Sebagai

kompensasi, pasien akan terbangun dari tidurnya untuk mengambil nafas. Pada pasien

21

Page 22: CRS - Tonsilitis Kronik

juga ditemukan keluhan tidur mendengkur dan sering mengantuk pada siang hari.

Kumpulan gejala diatas dikenal dengan Obstructive Sleep Apneu Syndrome (OSAS).

Tatalaksana yang dianjurkan pada pasien ini adalah tonsilektomi. Hal ini

dilakukan dikarenakan adanya indikasi absolute pada pasien ini, yaitu adanya

pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia dan

gangguan tidur serta ditemukan adanya indikasi relatif, yaitu frekuensi kekambuhan

yang terjadi lebih dari tiga kali dalam setahun dan halitosis yang tidak membaik

dengan pengobatan. Berdasarkan hasil laboratorium, pada pasien ini didapatkan

leukositosis, yaitu 23.100/m3, sehingga juga dilakukan terapi konservatif terlebih

dahulu, berupa pemberian levofloxacin 1 x 500mg peroral, metilprednisolon 3 x 4 mg

peroral dan ambroxol 3 x 1 tablet.

22

Page 23: CRS - Tonsilitis Kronik

DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas N, Baba F. Proliferating Active Cells, Lymphocyte Subsets and Dendritic

Cells in Recurrent Tonsillitis: Their Effect on Hypertrophy. Arch Oto HNS, May

2008; 134(5): 477-83.

2. Campisi P, Tewfik TL. Tonsillitis and Its Complications. The Canadian Journal;

2013

3. Subowo. Imunobiologi. Cetakan 1. Jakarta: Sagung Seto, 2009.

4. Health Technology Assessment (HTA) Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Tahun 2004. Tonsilektomi pada Anak dan Dewasa. Jakarta.

5. Soetirto I, Bashiruddin J. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher. Edisi 6, Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007

6. Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and Adeneidectomy. In: Bailey BJ.

Johnson JT. Head and Neck Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition. Philadelphia:

Lippinscott Williams Wilkins Publishers. 2006. p1183-1208

7. Swabawa IB. Tonsilitis Kronis Hipertrofi dan Obstructive Sleep Apnea (OSA)

pada Anak.

8. Rusmarjono, Efiaty AS. Faringitis, Tonsilitis dan Hipertrofi Adenoid. Dalam;

Soepardi EA, Iskandar NH (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher, Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007. Hal 214-

225

9. Kemenkes. Permenkes No.5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinik Bagi

Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer; 2014.

10. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. Germany: The

Thieme;2006. P-119.

23