copy anastesi

22
BAB I PENDAHULUAN Obat anestesia inhalasi adalah obat anestesia yang berupa gas atau cairan mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas. 1,2 Obat anestetik inhalan yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu pembedahan ialah N 2 . Kemudian menyusul kloroform, etil-klorida, etilen, divinil-eter, siklo-propan, trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-eter, propenil-metil-eter, fluoroksan, etil-venil-eter, halotan, metoksin-fluran, enfluran, isofluran, desfluran dan sevonfluran. 2 Eter, halotan, enfluran, isofluran, metoksifluran, etiklorida, trikloretilen, dan fluroksen merupakan cairan yang mudah menguap sehingga dulu dikelompokan dalam anestetik yang mengguap, tetapi semuanya digunakan secara inhalasi setelah diuapkan dengan evaporator (vaporizer) dan biasanya dicampur dengan anastetik gas, yakni nitrogen monoksida (N 2 O) atau siklopropan. Berbeda dengan yang lain, eter, etilklorida, dan fluroksen (eter berhalogen) sangat mudah terbakar sehingga kini tidak banyak digunakan. Penjelasan lebih lengkap tentang sifat fisik anestetik mudah menguap. 3

Upload: talia

Post on 27-Sep-2015

43 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

obat

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Obat anestesia inhalasi adalah obat anestesia yang berupa gas atau cairan mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas.1,2Obat anestetik inhalan yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu pembedahan ialah N2. Kemudian menyusul kloroform, etil-klorida, etilen, divinil-eter, siklo-propan, trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-eter, propenil-metil-eter, fluoroksan, etil-venil-eter, halotan, metoksin-fluran, enfluran, isofluran, desfluran dan sevonfluran.2Eter, halotan, enfluran, isofluran, metoksifluran, etiklorida, trikloretilen, dan fluroksen merupakan cairan yang mudah menguap sehingga dulu dikelompokan dalam anestetik yang mengguap, tetapi semuanya digunakan secara inhalasi setelah diuapkan dengan evaporator (vaporizer) dan biasanya dicampur dengan anastetik gas, yakni nitrogen monoksida (N2O) atau siklopropan. Berbeda dengan yang lain, eter, etilklorida, dan fluroksen (eter berhalogen) sangat mudah terbakar sehingga kini tidak banyak digunakan. Penjelasan lebih lengkap tentang sifat fisik anestetik mudah menguap.3

Anastetik yang ideal harus meperlihatkan trias anestesia yaitu efek hipnotik (menidurkan), efek analgesia dan efek relaksasi otot.

Anestesi inhalasiAnestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum. Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting dari anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum. Tidak seperti anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada jaringan dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan, penggunaan gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang harus sangat diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dan dosis yang mematikan. Sebenarnya hal ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi jaringan dan dengan mentitrasi tanda-tanda klinis dari pasien. 2Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum, akan tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi, terutama pada pasien anak-anak. Gas anestesi inhalasi yang banyak dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu sevofluran dan desfluran. sedangkan pada anak-anak, halotan dan sevofluran paling sering dipakai. Walaupun dari obat-obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh : penurunan tekanan darah tergantung dosis), namun setiap gas ini memiliki efek yang unik, yang menjadi pertimbangan bagi para klinisi untuk memilih obat mana yang akan dipakai. Perbedaan ini harus disesuaikan dengan kesehatan pasien dan efek yang direncanakan sesuai dengan prosedur bedah. 2,3

Cara pemberian anestesi inhalan ada 3 macam, yaitu : 1. Open DropPenderita menghirup masker atau kain kasa yang ditetesi dengan obat anestesia2. Semi ClosedPenderita menghirup obat anestesia dari suatu alat ( EMO,Mesin anestesi lain,dsb)3. Closed SystemDengan suatu alat, obat anestesia yang dikeluarkan oleh penderita dapat dihirup kembali. Sehingga cara ini menghemat pemakaian obat anestesia.34. Semi OpenSama dengan open drop kecuali sungkup ditutup dengan kain tebal (handuk) sehingga gas anestesi yang terbentuk lebih lama bertahan dalam sungkup.

Mekanisme kerja obat anestetik inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri dalam farmakologi moderm. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernapasan menuju organ sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia anestesiologi.2Amibilan alveolus gas atau uap anastesi inhalasi ditenukan oleh sifat fisiknya:1. Ambilan oleh paru2. Difusi gas dari paru ke darah3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.Hiperventilasi akan menaikan ambilan alveolu dan hipoventilasi akan menurunkan ambilan alveoulus. Dalam praktek kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada yang larut.Kadar alveolus minimal (KAM) atau MAC (minumum alveolar concetration) ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan mencegah gerakan pada pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya imobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikan diatas 30% nilai KAM. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial zat anastetik dalam alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.Konsentrasi uap anastesi dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh : 1. Konsentrasi inspirasiTeoritis kalau saturasi uap anastesi di dalam jaringan sudah penuh, maka ambilan paru berhenti dan kosentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli. Hal ini dalam praktek tak pernah terjadi. Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin tinggi, asalkan tak terjadi depresi napas atau kejang larinh. Induksi makin cepat jika disertai oleh N2O (efek gas kedua)2. Ventilasi alveolarVentilasi alveolar meningkat, kosentrasi alveolar makin tinggi dan sebalinya.3. Koefisien darah/gasMakin tinggi angkanya, makin cepat larut dala darah, maki rendah konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.4. Curah jantung atau aliran darah paruMakin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah5. Hubungan ventilasi-perfusiGangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestetik. Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupaka gabaran yang sebenarnya, karena sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar sebelum mencapai pernapasan.2

BAB III

DesfluranDesfluran (suprane) merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestik volatil lain, sehingga perlu menggunakan voporizer khusus (TEC-6). Titik didihnya mendekati suhu ruangan (23,5oC). Potensinya rendah (MAC 6,0%). Ia bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi. Efek depresi napasnya seperti isofluran dan etran. Desfluran merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesia.Desfluran merupakan anestesi inhalasi baru yang potent berbeda dari angent inhalasi sebelumnya karena memiliki kelarutan rendah dalam darah dan jaringan. Semakin rendah kelarutan maka akan semakin kuat dalam mengontrol kedalaman anestesi. Sifat farmokoligis desfluran jika dibanding dengan agen inhalasi sebelumnya yaitu isoflurane, maka terdapat perbedaan pada subtitusi atom fluor pada desfluran sedangkan pada isofluran adalah chlorine.Desfluran adalah cairan yang mudah terbakar tetapi tidak mudah meledak, bersifat absorben, dan tidak korosif untuk logam. Berbeda dengan kelompoknya, desfluran relatif lebih sukar dalam menguap sehingga dibutuhkan vaporizer khusus dalam penggunaannya. Gugus klorin pada isoflura diganti dengan fluorin pada desfluran, dan ini membuat kelarutannya menjadi lebih rendah, mendekati kelarutan N2O, dengan potensi lebih rendah daripada isofluran dan memberikan induksi dan pemulihan yang cepat dibanding dengan isofluran. Setelah 5-10 menit obat dihentikan pasien sudah dapat memberi tanggapan terhadap rangsangan verbal. Oleh karena itu desfluran lebih disukai untuk prosedur bedah singkat atau pada bedah rawat jalan. Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, sesak napas, atau bahkan spasme laring.2-4

Rumus molekul C3H2F6OBerat molekul : 168,04Nama kimia:- (+-) 2-difluorimetil 1, 2,2,2,-tetra fluoroethyl eter.

Karakteristik fisiko-kimia:Kelarutan:Desfluran tidak larut dengan zat cair namun larut dengan pelarut organik umum termasuk aseton, eter, kloroform, metilen klorida, asetonitril, dan heksana dalam semua ukuran.

Karakteristik fisik:Desfluran merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa pada suhu di bawah 230C.Titik didih: 22,80CKepadatan uap: -3g/L pada 1 atm (220C)

Sifat farmakodinamikDesfluran adalah salah satu agen inhalasi turunan methylethylethers terhalogenasi yang menghasilkan efek anestestetik terkait dengan dosis yang diberikan, kehilangan kesadaran dan sensasi nyeri secara reversibel, penekanan aktivitas motorik yang disadari, modifikasi refleks otonom serta sedasi respirasi dan sistem kardiovaskular. Desfluran adalah terhalogenasi kuat dengan fluor sehingga desfluran mempunyai kelarutan sangat rendah dalam air dengan koefisien partisi darah atau gas rendah yang sesuai. Koefisien partisi darah atau gas rendah desflurane ( 0.42) lebih rendah dibandingkan dengan anestesi inhalasi lainnya poten seperti isoflurane ( 1.4 ) dan bahkan lebih rendah dari nitrous oksida ( 0,46 ). Perubahan dalam efek klinis suprane cepat mengikuti perubahan konsentrasi terinspirasi. Data ini menjelaskan tentang bersihan yang cepat pada anestesi menggunakan desflurane. Penelitian terhadap hewan menunjukkan induksi dan pemulihan anestesi lebih cepat dibandingkan isoflurane, dengan profil kardiorespirasi serupa. Tidak ada tanda-tanda efek yang tak diinginkan seperti epileptogenik EEG atau lainnya.4

Sifat farmakokinetikStudi farmakokinetik pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa desflurane mengalami eliminasi ke dalam tubuh lebih cepat dari anestesi volatile lainnya. Desflurane dihilangkan melalui paru-paru , mengalami metabolisme hanya minimal ( 0,02 % ) .MAC menurun dengan bertambahnya usia. Penurunan dosis dianjurkan pada pasien hipovolemik, hipotensi dan lemah.4,5

Efek FarmakologiTerhadap system KardiovaskularMenurunkan resistensi vascular sistemik, menyebabkan turunnya tekanan darah. Peningkatan konsentrasi desfluran dengan cepat menyebabkan peningkatan tekanan darah, laju jantung, dan katekolamin. Keadaan ini bisa dikurangi dengan memberikan klonidin, fentanil, atau esmolol. Desfluran tidak meningkatkan aliran darah koroner.

Terhadap sistem respirasiMenyebabkan menurunnya volume tidal dan meningkatnya frekuensi nafas sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan CO2. Desfluran bersifat iritatif, sehingga tidak ideal untuk induksi.

Penggunaan KlinikDesfluran digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik, desfluran juga mempunyai efek analgetik yang ringan dan relaksasi otot ringan.

Efek pada sistem organSystem CardiovascularEfek desfluran pada system cardiovascular serupa dengan isofluran dimana peningkatan dosis desfluran akan menurunkan systemic vascular resistance (SVR) yang akan menurunkan tekanan darah arteri. Secara relative cardiac output juga akan mengalami perubahan atau sedikit menurun pada 1 2 MAC. Terjadi peningkatan denyut jantung, central venous return, dan tekanan arteri pulmonal yang kemungkinan tidak terjadi pada dosis yang rendah.4Respon perubahan cardiovascular terhadap peningkatan dosis desfluran tersebut dapat ditekan menggunakan fentanyl, esmolol atau clonidine. Namun tidak seperti isofluran, desdfluran tidak meningkatkan coronary artery blood flow.

1. RespirasiDesfluran menyebabkan penurunan tidal volume dan meningktan frekuensi pernapasan. Secara umum terjadi penurunan ventilasi alveolar yang mengakibatkan peningkatan resting PaCO2. Dapat terjadi iritasi pada airway selama induksi menggunakan desfluran yang bermanifestasi salivasi, menahan napas, batuk dan spasme laring sehingga desfluran kurang sesuai jika digunakan sebagai agen inhalasi saat induksi.

2. CerebralSeperti agen inhalasi lainnya, desfluran secara langsung menyebabkan vasodilatasi vasculature cerebral, meningkatkan CBF dan tekanan intracranial pada keadaan normotensi dan normokapnia. Penurunan cerebral vascular resistance ditandai dengan penurunan cerebral metabolic rate of oxygen (CMRO) yang dapat mengakibatkan vasokontriksi cerebral dan peningkatan CBF.

Keamanan dan efikasi dari desflurane telah dilakukan dalam jumlah besar, uji klinis multisenter pada pasien rawat jalan dewasa (ASA I, II dan III), dalam operasi jantung (ASA II, III dan IV ) pasien, pada lansia pasien (ASA II dan III) dan di pediatrik (ASA I dan II) pasien.4

Bedah rawat JalanDesflurane dengan atau tanpa anestesi nitrous oxide atau lainnya secara umum ditoleransi dengan baik. Pasien yang menerima desflurane mendapatkan kedalaman anestesi secara signifikan lebih cepat daripada mereka yang menerima isoflurane, dan tidak ada perbedaan dalam kejadian mual dan muntah.

Bedah kardiovaskularStudi jantungEfek dari desflurane pada pasien yang menjalani operasi CABG diselidiki dalam tiga studi, Menggunakan echocardiography selain pemantauan Holter untuk mendeteksi iskemia miokard.Studi pertama membandingkan desflurane dengan sufentanil dalam 100 pasien setiap kelompok. Kelompok opioid menerima dosis kecil thiopentone, dan sufentanil, 5-10 mg / kg diikuti dengan infus 0,07 mg / kg / menit, dan tidak ada anestesi halogenasi. Kelompok desflurane menerima opioid untuk induksi anestesi, dan setelah thiopentone intravena memiliki induksi inhalasi yang cepat anestesi dengan konsentrasi desflurane melebihi 10 % end-tidal. Kelompok desflurane mengalami peningkatan denyut jantung (HR) dan rata-rata tekanan arteri (MAP ) selama induksi anestesi dan insiden 13 % dari iskemia miokard selama induksi anestesi yang lebih besar dari kejadian nol selama induksi pada kelompok sufentanil . Selama periode precardiopulmonary, kelompok desflurane lebih diperlukan adjuvant kardiovaskular untuk mengontrol hemodinamik dibandingkan dengan pasien sufentanil. Selama pemeliharaan anestesi, kelompok sufentanil memiliki iskemia miokard dengan durasi dan intensitas yang lebih besar daripada kelompok desflurane. Tidak ada perbedaan dalam kejadian infark miokard atau kematian antara kedua kelompok .Studi kedua membandingkan desflurane dengan fentanyl dengan 26 dan 25 pasien pada masing-masing kelompok. Kelompok fentanyl menerima 50 mg / kg dan tidak ada anestesi inhalasi berhalogen. Kelompok desflurane menerima fentanyl 10 ug / kg dan konsentrasi end-tidal desflurane maksimum 6 %. Kelompok-kelompok tidak berbeda dalam kejadian perubahan elektrokardiografi sugestif dari iskemia, infark miokard, atau kematian.Dalam studi ketiga, peneliti membandingkan desflurane dengan isoflurane dalam 57 dan 58 pasien masing-masing kelompok. Kedua kelompok diberi 10 mg / kg fentanyl selama induksi anestesi. Konsentrasi end-tidal anestesi berarti sebelum bypass koroner adalah 6 % untuk desflurane atau 0,9 % untuk isoflurane. Desflurane dan isoflurane disediakan anestesi klinis diterima sebelum dan sesudah bypass koroner. Sebuah sub - analisis dilakukan untuk data yang dikumpulkan di salah satu pusat studi diberikan kepada 21 pasien dan 20 pasien menerima isoflurane. Kedua kelompok diberi fentanyl 10 ug / kg; selama induksi anestesi konsentrasi end-tidal anestesi maksimum adalah 6 % desflurane atau 1,4% isoflurane. Kedua kelompok memiliki kejadian serupa iskemia (yang dideteksi oleh pemantauan Holter), infark miokard, dan kematian.4,5

Peripheral Vascular StudiEmpat penelitian secara acak, open-label yang dilakukan untuk menilai stabilitas hemodinamik pasien yang diberikan desflurane dibandingkan isoflurane untuk pemeliharaan anestesi dalam operasi pembuluh darah perifer. Studi-studi ini dirangkum dalam Tabel di bawah ini .

Summary of Doses in Peripheral Vascular Surgery Studies

*Desflurane and isoflurane administered with 60% N2O

Pada semua pasien, anestesi volatil yang dilengkapi dengan fentanyl. Tekanan darah dan denyut jantung dikontrol oleh perubahan konsentrasi anestesi volatile atau opioid dan obat-obatan kardiovaskular jika diperlukan. Tidak ada perbedaan yang ditemukan pada kejadian kardiovaskular (kematian, infark miokard, ventrikel takikardia atau fibrilasi, gagal jantung) untuk desfluran dan isofluran dalam studi ini.Desflurane tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya anestesi pada pasien dengan penyakit arteri koroner atau pada pasien karena dapat terjadi peningkatan denyut jantung atau tekanan darah yang tidak diinginkan.

Bedah GeriatricDesflurane ditambah nitrous oxide dibandingkan dengan isoflurane ditambah nitrous oksida dalam sebuah penelitian multisenter ( 6 lokasi) dari 203 pasien usia lanjut ASA status fisik II atau III, usia 57-91 tahun ( median 71 tahun ). Denyut jantung dan tekanan darah arteri tetap dalam 20 % dari nilai awal preinduction selama administrasi desflurane konsentrasi end-tidal dari 0,5-7,7 % (rata-rata 3,6 % ) dengan 50-60 % nitrous oxide. Pemeliharaan dan pemulihan pengukuran kardiovaskular tidak berbeda dengan kelompok yang menerima isoflurane ditambah administrasi nitrous oxide, begitu pula kejadian pasca operasi mual dan muntah. Efek samping kardiovaskular yang paling umum adalah hipotensi untuk kedua isoflurane ( 6 % ) serta desflurane ( 8 % ) .

Bedah SarafDesflurane diberikan kepada 56 pasien berusia 26-77 ( median 48 tahun ), status fisik ASA II atau III yang menjalani prosedur bedah saraf untuk lesi intrakranial. Sebanyak 59 pasien yang dilaporkan dalam literatur. Semua anestesi volatile dapat meningkatkan tekanan intrakranial pada pasien dengan ruang menduduki lesi. Pada pasien tersebut, desfluran harus diberikan pada 0,8 MAC atau kurang dan diberikan bersama dengan barbiturat atau induksi propofol dan hiperventilasi (hipokapnia) pada periode sebelum dekompresi kranial. Penggunaan dosis rendah desflurane dan administrasi dari barbiturat dan manitol dapat diperhitungkan untuk mengurangi efek desflurane pada CSFP .

Bedah PediatriDesfluran dibandingkan dengan halotan, dengan atau tanpa nitrous oxide, pada 323 pasien usia 2 minggu sampai 12 tahun ( median 2 tahun ), status fisik ASA I atau II.Desflurane tidak cocok untuk induksi anestesi pada anak-anak dan bayi karena Induksi mengakibatkan kejadian yang sangat tinggi dari batuk ( 72 % ), breathholding ( 68 % ), spasme laring ( 50 % ) ,sekresi ( 21 % ) dan apnea. Terjadinya desaturation oksihemoglobin adalah 26 %. Konsentrasi Desflurane diperlukan untuk pemeliharaan anestesi tergantung usia. Perubahan tekanan darah selama pemeliharaan dan pemulihan dari anestesi serupa dengan Desflurane/N2O/O2 dan halothane/N2O/O2. Denyut jantung selama pemeliharaan anestesi adalah sekitar 10 denyut/menit lebih cepat dengan desflurane dibandingkan dengan halotan. Tidak ada perbedaan dalam kejadian mual dan muntah antara desflurane dan halotan

IndikasiDesflurane diindikasikan sebagai agen inhalasi untuk pemeliharaan anestesi namun desflurane tidak dianjurkan untuk induksi masker anestesi karena tingginya insiden untuk efek samping pada saluran napas atas yang parah.4

KontraindikasiDesflurane tidak boleh digunakan untuk pasien yang mempunyai kontraindikasi general anestesi juga kontraindikasi pada pasien dengan sensitivitas untuk agen terhalogenasi dan pada pasien dengan diketahui atau genetik rentan terhadap kejadian hipertermia maligna .Desflurane juga merupakan kontraindikasi pada pasien dengan riwayat malignant hyperthermia, atau disfungsi hati, jaundice atau demam yang tidak jelas, leukositosis, eosinofilia atau telah terjadi setelah pemberian anestesi halogenasi sebelumnya .

Yang perlu diperhatikanDesflurane tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai agen induksi inhalasi pada dewasa, anak-anak dan bayi karena sering terjadinya batuk, apnea , spasme laring dan meningkatkan sekresi .Desflurane tidak disetujui untuk pemeliharaan anestesi pada anak-anak non - diintubasi di bawah usia 6 tahun karena peningkatan insiden efek samping pernapasan. Perhatian harus dilakukan ketika Desflurane digunakan untuk pemeliharaan anestesi dengan laring mask airway ( LMA ) pada anak-anak berumur 6 tahun atau lebih muda karena peningkatan potensi kejadian pernapasan yang merugikan, misalnya batuk dan spasme laring, terutama dengan penghapusan LMA bawah anestesi yang mendalam .

Ketika Desflurane digunakan dalam klinis , berikut ini harus dipertimbangkan . Pada pasien dengan penyakit arteri koroner, pemeliharaan hemodinamik normal adalah penting untuk menghindari iskemia miokard. Desflurane tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya anestesi pada pasien dengan penyakit arteri koroner atau pada pasien dimana peningkatan denyut jantung atau tekanan darah yang tidak diinginkan. Induksi inhalasi yang cepat anestesi dengan Desflurane saja, tanpa pemberian opioid, pada pasien dengan penyakit arteri koroner berkaitan dengan peningkatan kejadian iskemia miokard. Desflurane, ketika diberikan bersamaan dengan opioid untuk pemeliharaan anestesi pada pasien dengan penyakit arteri koroner, belum menghasilkan kejdian iskemia berbeda dari yang dihasilkan oleh anestesi lainnya. Jadi,ketika Desflurane akan digunakan pada pasien dengan penyakit arteri koroner harus selalu digunakan dalam kombinasi dengan obat-obatan lain, seperti opioid intravena atau hipnotik dan tidak boleh digunakan untuk induksi . Ketika mengubah kedalaman anestesi, peningkatan cepat dalam konsentrasi end-tidal dari Desflurane harus dihindari sehingga peningkatan denyut jantung dan tekanan darah juga dapat dihindari . Hipotensi dan depresi pernafasan karena pemberian anestesi yang diperdalam dapat diakibatkan oleh desflurane sama seperti dengan anestesi volatile lainnya.4

Desflurane juga dapat memicu potensi otot skeletal hipermetabolik menyebabkan kebutuhan oksigen yang tinggi dan sindrom klinis yang dikenal sebagai hipertermia ganas (MH). Sindrom ini mencakup hiperkapnia, kekakuan otot, takikardia, takipnea, sianosis, aritmia dan tekanan darah tidak stabil dan peningkatan metabolisme secara keseluruhan dapat tercermin dalam suhu tinggi. Beberapa tanda-tanda non - spesifik juga dapat muncul selama anestesi ringan : hipoksia akut, hiperkapnia dan hypervolemia.Desflurane tidak boleh digunakan pada pasien yang disfungsi hati, demam yang tidak jelas atau leukositosis terjadi setelah pemberian anestesi halogenasi sebelumnya. Dengan menggunakan anestesi halogenasi, gangguan fungsi hati, ikterus dan nekrosis hati yang fatal telah dilaporkan. Desfluran dapat menyebabkan sensitivitas hepatitis pada pasien yang telah peka oleh paparan sebelumnya untuk anestesi halogenasi. Sirosis, hepatitis virus, atau penyakit hati yang sudah ada lainnya dapat menjadi alasan untuk memilih anestesi selain anestesi halogenasi. Seperti dengan agen anaesthestics halogenasi lainnya, desfluran telah dikaitkan dengan beberapa peningkatan glukosa intra -bedah .Penggunaan agen anestesi inhalasi, termasuk desflurane juga telah dikaitkan dengan peningkatan angka kalium serum yang dapat mengakibatkan aritmia jantung, terutama pada pasien selama periode pasca operasi. Seiring penggunaan suksinilkolin telah dikaitkan dengan sebagian besar, tapi tidak semua, dari kasus ini. Pasien-pasien ini juga mengalami peningkatan yang signifikan dalam kadar kreatinin kinase serum dan, dalam beberapa kasus, perubahan dalam urin konsisten dengan mioglobinuria.4

Seperti dengan semua anestesi inhalasi kuat, desflurane dapat menyebabkan hipotensi tergantung dosis. Desfluran tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai agen induksi inhalasi karena sering terjadinya batuk, napas holding, apnea, spasme laring dan meningkatkan sekresi .Mual dan muntah telah diamati pada periode pasca operasi, gejala sisa yang umum bedah dan anestesi umum, yang mungkin disebabkan oleh anestesi lain.

InduksiDesflurane tidak dianjurkan untuk induksi anestesi umum melalui masker karena tingginya insiden laryngospasm, peningkatan sekresi, menahan nafas dan batuk .Setelah induksi pada orang dewasa dengan obat intravena seperti thiopentone atau propofol ,desflurane dapat dimulai pada sekitar 0,5-1 MAC.Pada pasien yang dicurigai terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSFP), desflurane harus diberikan pada 0,8 MAC atau kurang dan diberikan dengan barbiturat atau induksi propofol dan hiperventilasi (hipokapnia) pada periode sebelum dekompresi kranial.

Gejala dan pengobatan overdosisGejala overdosis dari Desflurane mirip dengan agen volatile lain yaitu depresi jantung dan pernapasan pada pasien bernafas spontan, dan depresi jantung pada pasien ventilator di antaranya hiperkapnia dan hipoksia dapat terjadi hanya pada stadium akhir.Dalam hal overdosis atau apa yang mungkin tampak overdosis, tindakan berikut harus dilakukan: hentikan penggunaan desflurane, pertahankan jalan napas yang jelas dan dibantu atau dikontrol ventilasi dengan oksigen murni. Mendukung dan menjaga hemodinamik tetap memadai.

KesimpulanDesfluran merupakan anestesi inhalasi baru yang potent berbeda dari angent inhalasi sebelumnya karena memiliki kelarutan rendah dalam darah dan jaringan. Semakin rendah kelarutan maka akan semakin kuat dalam mengontrok kedalaman anestesi. Sifat farmokoligis desfluran agen inhalasi sebelumnya yaitu isoflurane dimana perbedaannya hanya pada subtitusi atom fluor sedangkan pada isofluran adalah chlorine.Seperti dengan semua anestesi inhalasi kuat, desflurane dapat menyebabkan hipotensi tergantung dosis

BAB IVDaftar Pustaka

1. Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology 10th edition. Singapore : Mc Graw Hill Lange. 20072. Zunilda DS, Elysabeth. Obat susunan saraf pusat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h.122-33.3. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestisiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia;2002.h.48-52.4. Baxter. 2006. http://www.baxterhealthcare.com.au/downloads/healthcare_professionals/cmi_pi/suprane_pi.pdf. Diunduh tanggal14 Febuari 2015.5. Baxter. http://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2009/020118s016lbl.pdf. Diunduh tangal 14 Febuari 2015.