case report struma
DESCRIPTION
thtTRANSCRIPT
![Page 1: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/1.jpg)
IDENTITAS
Nama : Tn. Rebo
Usia : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kuli bangunan
Alamat : Pulogede bekasi
Pendidikan : SD
Suku bangsa : Jawa
Pembiayaan : BPJS
No RM : -
Masuk Poli THT : 23 Juli 2015
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Juli 2015 di poli THT RSUD Kota Bekasi
1. Keluhan utamaTenggorokan tidak nyaman sejak ± 6 bulan
2. Keluhan tambahanTerdapat benjolan di leher sejak ± 2 bulan yang lalu
3. Riwayat penyakit sekarangPasien mengeluh tenggorokannya tidak nyaman sejak ± 6 bulan dan timbul benjolan di leher yang makin membesar sejak ±2 bulan yang lalu. Pusing berputar sejak 3 hari yang lalu. Batuk kering sejak 2 tahun lalu dan terus-menerus, kadang-kadang timbul dahak kental dan sedikit darah. Terdapat keringat berlebih dan sesak nafas saat aktifitas dan saat berbaring. Selain itu pasien juga mengeluh suaranya menjadi serak sejak ±1 tahun lalu, sering merasa gelisah, jantung berdebar-debar dan tangan gemetar, serta demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri menelan dan nyeri saat berbicara.
![Page 2: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/2.jpg)
Tidak ada penurunan berat badan atau peningkatan nafsu makan. BAB dan BAK tidak ada gangguan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya,belum pernah dilakukan operasi, pasien menyangkal memiliki riwayat sakit jantung, darah tinggi, asma, serta kencing manis.
5. Riwayat penyakit keluargaTidak ada yang mengalami hal yang sama
6. Riwayat kebiasaanPerokok berat (1bungkus/hari), konsumsi kopi, konsumsi alkohol disangkal. Pasien mengaku memakan makanan yang mengandung garam beryodium.
7. Riwayat pengobatanSebelumnya pasien hanya mengkonsumsi obat antibiotik dan obat anti serak. Riwayat mengkonsumsi obat-obat tiroid dan obat-obatan jangka panjang lain disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesan gizi : Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 94 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit teratur
Suhu : subfebris
![Page 3: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/3.jpg)
STATUS GENERALIS
Kepala
Normochepali, tidak ada deformitas. Mata : pupil isokor, conjungtiva anemis
(+/+), sclera ikterik (+/+),gerak bola mata normal, exopthalmus (-).
Leher
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kelenjar tiroid teraba membesar dan
mengikuti pergerakan saat menelan.
Thoraks:
Cor I : iktus cordis tidak terlihat
P : iktus cordis teraba pada ICS V garis midclavikula
P : batas jantung mudah dinilai
A : BJ I-II reguler, murmur(-), gallop(-)
Pulmo I : pergerakan torak simetris dalam keadaan statis dan dinamis
P : vokal fremitus hemitoraks kanan dan kiri sama
P : sonor pada kedua lapangan paru
A : vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
I : cembung, simetris, luka operasi (-), benjolan (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Timpani seluruh lapang abdomen
P : lembut, nyeri tekan (+), hepar teraba 8 cm,
Ekstremitas
Superior kanan kiri : udem (-) , akral hangat +/+, tremor +/+
Inferior kanan kiri : udem (-) , akral hangat +/+
![Page 4: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/4.jpg)
Genital: Tidak dinilai
Status Lokalis (THT)
a. Telinga
Kanan Telinga Luar Kiri
Normotia Daun Telinga Normotia
Hiperemis (-)
Abses (-)
Retroaurikular Hiperemis (-)
Abses (-)
(-) Nyeri tarik (-)
(-) Nyeri tekan tragus (-)
Kanan Liang Telinga Kiri
Lapang Lapang/Sempit Lapang
Hiperemis (-) Warna epidermis Hiperemis (-)
(-) Edema (-)
(-) Sekret (-)
(-) Serumen (-)
Intak Membran Timpani Intak
(+) Refleks cahaya (+)
(-) Bulging (-)
![Page 5: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/5.jpg)
b. Hidung
Kanan Kiri
Pemeriksaan Luar
Normal Bentuk hidung Normal
(-) Deformitas (-)
(-) Nyeri Tekan (-)
Tidak ada kelainan Dahi Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan Pipi Tidak ada kelainan
(-) Krepitasi (-)
Nyeri tekan (-) Sinus paranasal Nyeri tekan(-)
Rinoskopi Anterior
Lapang Cavum Nasi Lapang
atrofi, hiperemis (-) Konka Inferior atrofi, hiperemis (-)
Tidak terlihat Konka Media Tidak terlihat
Tidak terlihat Konka Superior Tidak terlihat
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
(-) Sekret (-)
Tidak Dilakukan Rhinoskopi Posterior Tidak Dilakukan
![Page 6: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/6.jpg)
c. Tenggorokan
Palatum mole & Arkus
faring
Kanan Kiri
Uvula Simetris
Warna Merah muda Merah muda
Edema (-) (-)
Permukaan Faring
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Tonsil
Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Kripta - -
Detritus - -
Eksudat - -
Perlengketan dengan pilar - -
![Page 7: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/7.jpg)
Status lokalis leher (Regio Coli Anterior)
Inspeksi
Tampak benjolan pada daerah coli anterior. Benjolan berbentuk bulat,
berjumlah satu,warna seperti kulit disekitarnya, dan terlihat ikut bergerak
ke atas saat pasien menelan.Pembesaran KGB (-), Jejas (-), Luka (-)
Palpasi
Teraba benjolan pada daerah coli anterior. Berukuran 7 cm x 4cm, batas
tegas, teraba padat kenyal, permukaan licin, tidak dapat digerakan dari
dasarnya dan dapat digerakkan dari kulit diatasnya, nyeri tekan (-), tidak
teraba hangat dan teraba bergerak ke atas saat pasien menelan. Tidak
teraba adanya thrill. Tidak teraba adanya pembesaran KGB.
Auskultasi : Arterial Bruit (+)
DIAGNOSISStuma Nodusa Toksik
DIAGNOSIS BANDINGStruma Nodusa Non ToksikKarsinoma tiroidTB paru
ANJURAN PEMERIKSAANAdapun pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, antara lain :
1. Laboratorium (darah rutin, fungsi tiroid : FT4, TSHs)2. Radiologi : foto thorax PA, foto vertebra cervical AP/lateral3. USG leher4. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
![Page 8: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/8.jpg)
TINPUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi
tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan
triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH
plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar
tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal
pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada
awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium
radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap dan mengubah yodida.
Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
menyumbat trakea (jalan nafas)
Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di
layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya
kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-
kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan
kemungkinan karsinoma.
Sidikan (Scan) tiroid
![Page 9: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/9.jpg)
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-
99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam
kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa
menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi
dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid
Pemeriksaan hormone tiroid dan TSH paling sering menggunakanradioimmuno-
assay (RIA) dan cara enzyme-linked immune-asay (ELISA) dalamserum atau
plasma darah. Pemeriksaan T4 total dikerjakan pada semua penderitapenyakit
tiroid, kadar normal pada orang dewasa 60-150 nmol/L atau 50-120ng/dL; T3
sangat membantu untuk hipertiroidisme, kadar normal pada orangdewasa antara
1,0-2,6 nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH sangat membantu untuk mengetahui
hipotiroidisme primer dimana basal TSH meningkat 6mU/L. Kadang-kadang
meningkat sampai 3 kali normal.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya
deviasitrakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara
klinis pun sudah bisa diduga, foto rontgen leher (posisi AP dan Lateral diperlukan
untuk evaluasi kondisi jalan nafas berhubungan dengan intubasi anestesinya,
bahkan tidak jarang untuk konfirmasifiagnostik tersebut sampai memerlukan CT-
scan leher.
![Page 10: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/10.jpg)
Pemeriksaan USG
Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang
secaraklinis belum dapat dipalpasi. Di samping itu, dapat dipakai untuk
membedakan nodul yangpadat atau kistik serta dapat dimanfaatkan untuk
penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.
Pemeriksaan Scanning tiroid (pemeriksaan sidik tiroid)
Memakai uptake I131yang didistribusikan ke tiroid untuk menentukan fungsi
tiroid. Normalnya uptake 15-40 % dalam 24 jam. Bila uptake > normal disebut
hot area,sedangkan jika uptake < normal disebut cold area (pada neoplasma).
Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration / FNA)
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna ataupun benigna.
KLASIFIKASI STRUMA
Berdasarkan Fisiologisnya
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar
hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma
semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher
yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk
mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien
![Page 11: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/11.jpg)
hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai
kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh
antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah
penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit
berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi
berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai
respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam
darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon
yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala
hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat
berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga
terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata
melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot.
Berdasarkan Klinisnya
Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut :
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain.
Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler
toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
![Page 12: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/12.jpg)
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophthalmic
goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidisme lainnya.
Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diidap selama
berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi
darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai
hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan
mencegah pembentukannya. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah
berat dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala
klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit
berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma
diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan
oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter,
struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air
minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat
sintesa hormon oleh zat kimia.
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran
ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya
tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi
multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan
karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat
karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien
mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau
![Page 13: Case Report Struma](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071804/563db8e8550346aa9a981dc6/html5/thumbnails/13.jpg)
trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul
perdarahan di dalam nodul.
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan
seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang
20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.