cardiac arrest

30
CARDIACRESPIRATORY ARREST e.c. Unstable Angina Pectoris AINUN RACHMI AR 110 210 130

Upload: ayinun-rachmi-ar

Post on 12-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

CARDIACRESPIRATORY ARREST e.c. Unstable Angina Pectoris

AINUN RACHMI AR110 210 130

Identitas Pasien

Nama : Ny. SUmur : 62 TahunJenis Kelamin : Perempuan Nomor RM : 181470Alamat : Jl.Perintis KemerdekaanPekerjaan : IRTTgl masuk RS : 29/07/2015

Anamnesis

• Anamnesis : Alloanamnesis• Keluhan Utama : Nyeri Dada• Anamnesis terpimpin : Dialami sejak tadi sore sebelum masuk rumah

sakit. Riwayat nyeri dada dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dada dirasakan tembus kebelakang. Sesak (+), batuk (-), pusing (-), sakit kepala (-) demam (-), riwayat demam (-) BAB : biasa, warna kuning. BAK : warna kuning, lancar (terpasang kateter).

Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak

ada. Riwayat menderita penyakit tekanan darah tinggi,

diabetes, asma, kejang tidak ada.

Riwayat keluarga : Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama Riwayat keluarga menderita penyakit tekanan

darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, asma, kejang, tidak ada.

PEMERIKSAAN FISISKeadaan umum : Sakit Sedang/Gizi cukup/ GCS

15 (E4M56V5).Tanda Vital:

BP : 110/80mmHg

HR : 100 kali/ menit

RR : 28 kali/ menit (Thoracoabdominal)

T : 37 O C (axilla)

STATUS REGIONAL

Kepala : Normocephal Mata : Sclera ikterik -/-, konjungtiva pucat

-/-,pupil bulat isokor Ø 2,5mm, refleks cahaya +/+

Hidung : Perdarahan spontan (-), rinore (-) Telinga : Perdarahan aktif -/-, otore (-) Mulut : Bibir sianosis (-), airway clear Leher : KGB dan tiroid tidak ada pembesaran,

jejas (-)

Thorax Inspeksi : Jejas (-), simetris kiri=kanan Palpasi : Krepitasi (-), vocal fremitus

kiri=kanan Perkusi : Sonor kiri=kanan Auskultasi: Pernapasan vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.

Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Pekak kiri=kanan Auskultasi: BJ 1 dan BJ 2 murni reguler, murmur (-)

Abdomen Inspeksi : Datar, ikut gerak napas Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal Palpasi : Massa tumor (-) Hati : Tidak teraba Limpa : Tidak teraba Ginjal: Ballotement (-) Perkusi : Timpani (+)

Ekstremitas :

Akral hangat, CRT <2 detik.

ANALISA KASUS Seorang laki-laki berumur 52 tahun masuk dengen keluhan

nyeri dada yang dialami sejak tadi sore sebelum masuk rumah sakit. Riwayat nyeri dada dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dada dirasakan tembus kebelakang. Sesak (+), batuk (-), pusing (-), sakit kepala (-) demam (-), riwayat demam (-) BAB : biasa, warna kuning. BAK : warna kuning, lancar (terpasang kateter).

Keadaan umum : Sakit Sedang/Gizi cukup/ GCS 15 (E4M56V5).

Tanda Vital: BP : 110/80mmHg

HR : 100 kali/ menit

RR : 28 kali/ menit (Thoracoabdominal)

T : 37O C (axilla)

RENCANA PEMERIKSAAN : Darah rutin, CK/CKMB Foto thorax

DIAGNOSIS :Unstable Angina Pectoris

1/9/2015 Pukul 09.00 witaS : NYERI DADAO :

A : Unstable Angina Pectoril

R : Head up 40ºO2 3 L via nasal kanulaspilet 80mg 1x2Farsorbid 5 mg/ sublinguaclopidogrel 75mg 1x1

BreathO2 via nasal kanul 3 lpm, RR : 28x/menit, Rh +/+, Wh +/+Blood BP : 110/80 mmHg, HR : 100 x/menit reguler, BJ I/II murni regulerBrain GCS :E4M6V5, pupil isokor, diameter 0,25 mm/0,25 mm, Refleks cahaya +/+Bladder Terpasang kateter, volume urin 100cc jernihBowelPeristaltik (+) kesan normalBoneFraktur (-), edema (-)

1 sEPTEMBER2015 Pukul 12.00 witaS : Henti napasO :

A : Cardiacrespiratory arrestR : Cardiopulmanary Resusitation 30 : 2 inj. epinefrin 1 mg setiap 3-5 menit

Pasien meninggal 1 September 2015 pukul 12.30 WITA

BreathApneaBlood HR : 30x/menit lemahBrain GCS : E1M1V1, pupil isokor, diameter 0,25 mm/0,25 mm, Refleks cahaya +/+BladderTerpasang kateter, volume urin 150 cc jernihBowelPeristaltik (+) kesan normalBoneFraktur (-),

Hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa

terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan

penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa

diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan

tanda tampak.

Cardiac Arrest ?

(American Heart Association 2010).

Pembahasan

Henti nafas (Respiratory Arrest),

Henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas tapi dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)

Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: Hipoksemia karena berbagai sebab Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia,

hipomagnesia) Gangguan irama jantung (aritmia) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung,

tension pneumothoraks)

Tanda-tanda henti jantung ialah : Kesadaran hilang (dalam waktu 15 detik

setelah henti jantung) Tak teraba denyut arteri besar ( femoralis

dan karotis pada orang dewasa atau brakialis pada bayi)

Henti napas atau mengap-mengap Terlihat seperti mati (deathlike appearance) Warna kulit pucat sampai kelabu Pupil dilatasi ( 45 detik setelah henti jantung)

Soerinata Sunarya, Resusitasi Jantung-Paru. Dalam : Rilantono Lily, Baraas Faisal dkk, editor. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

CPR (NEW GUIDELINE AHA 2010)

Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara Panduan RJP 2005 dengan RJP 2010 :

1. Bukan ABC lagi tapi CAB

Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama, kita

mengenal ABC : airway, breathing dan chest compressions,

yaitu buka jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi

dada. Saat ini kompresi dada didahulukan, baru setelah itu

kita bisa fokus pada airway dan breathing. Pengecualian satu-

satunya adalah hanya untuk bayi baru lahir. Namun untuk

RJP bayi, RJP anak, atau RJP dewasa, harus menerima

kompresi dada sebelum kita berpikir memberikan bantuan

jalan nafas.

2. Tidak ada lagi look, listen dan feel

Kunci utama menyelamatkan seseorang dengan henti jantung adalah

dengan bertindak, bukan menilai. Telepon ambulans segera saat kita

melihat korban tidak sadar dan tidak bernafas dengan baik. Percayalah

pada nyali anda, jika anda mencoba menilai korban bernafas atau tidak

dengan mendekatkan pipi anda pada mulut korban, itu boleh-boleh

saja. Tapi tetap saja sang korban tidak bernafaas dan tindakan look feel

listen ini hanya akan menghabiskan waktu.

3. Kompresi dada lebih dalam lagi Seberapa dalam anda harus menekan dada telah berubah pada

RJP 2010 ini. Sebelumnya adalah 1 ½ sampai 2 inchi (4-5 cm), namun sekarang AHA merekomendasikan untuk menekann setidaknya 2 inchi (5 cm) pada dada.

4. Kompresi dada lebih cepat lagi AHA mengganti redaksi kalimat disini. Sebelumnya tertulis:

tekanan dada sekitar 100 kompresi per menit. Sekarang AHA merekomndasikan kita untuk menekan dada minimal 100 kompresi per menit. Pada kecepatan ini, 30 kompresi membutuhkan waktu 18 detik.

5. Hands only CPR Ada perbedaan teknik dari yang tahun 2005, namun AHA

mendorong RJP seperti ini pada 2008. AHA masih menginginkan agar penolong yang tidak terlatih melakukan Hands only CPR pada korban dewasa yang pingsan di depan mereka. Pertanyaan besarnya adalah : apa yang harus dilakukan penolong tidak terlatih pada korban yang tidak pingsan di depan mereka dan korban yang bukan dewasa/ AHA memang tidak memberikan jawaban tentang hal ini namun ada saran sederhana disini : berikan hands only CPR karena berbuat sesuatu lebih baik daripda tidak berbuat sama sekali.

6. Jangan berhenti menekan Setiap penghentian menekan dada berarti menghentikan darah

ke otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak jika aliran darah berhenti terlalu lama. Membutuhkan beberapa kompresi dada untuk mengalirkan darah kembali. AHA menghendaki kita untuk terus menekan selama kita bisa. Terus tekan hingga alat defibrilator otomatis datang dan siap untuk menilai keadaan jantung. Jika sudah tiba waktunya untuk pernafasan dari mulut ke mulut, lakukan segera dan segera kembali pada menekan dada.

Obat

Obat harus dipertimbangkan hanya setelah syok telah ditangani (jika diindikasikan) dan penekanan dada dan ventilasi telah dimulai.

Tiga kelompok obat yang relevan dengan pengelolaan serangan jantung (2005 Consensus Conference): vasopressor, anti-arrhythmics dan obat lain.

Vasopressors

Adrenalin - agen simpatomimetik utama untuk

manajemen serangan jantung selama 40 tahun.

Alpha-adrenergic, efek vasokonstriksi

vasokonstriksi sistemik, yang meningkatkan

tekanan koroner dan perfusi serebral.

beta adrenergik, (inotropik, kronotropik) dapat

meningkatkan aliran darah koroner dan otak.

Adrenaline Obat pertama yang digunakan dalam serangan jantung etiologi

apapun digunakan setiap 3-5 menit dari CPR.

Selama serangan jantung, dosis intravena awal adrenalin adalah 1

mg.

Amiodarone Indikasi.

refraktori VF / VT

hemodinamik stabil ventrikel takikardia (VT) dan takiaritmia tahan

lainnya

Dosis. Pertimbangkan dosis intravena awal 300 mg amiodaron,

diencerkan dalam 5% dekstrosa untuk volume 20 ml (atau dari

pra-diisi jarum suntik), jika VF / VT berlanjut setelah shock ketiga.

Amiodarone dapat menyebabkan tromboflebitis saat disuntikkan

ke pembuluh darah perifer; menggunakan kateter vena sentral

jika ada yang in situ tetapi, jika tidak, gunakan vena perifer besar

dan flush murah hati.

Anti-arrhythmics

Lidocaine

Indikasi. Lidokain ditunjukkan dalam refraktori VF /

VT (ketika amiodaron tidak tersedia).

Dosis. dosis awal 100 mg (1-1,5 mg / kg) untuk

VF / VT pulseless tahan api untuk tiga guncangan.

Berikan bolus tambahan 50 mg jika perlu.

Dosis total tidak boleh melebihi 3 mg / kg selama

satu jam pertama.

Other drug

Atropine. antagonises aksi neurotransmitter

asetilkolin parasimpatis pada reseptor muscarinic.

Blok efek saraf vagus pada kedua sinoatrial (SA)

node dan atrioventrikular (AV) node, meningkatkan

sinus automaticity dan memfasilitasi konduksi nodus

AV.

Direkomendasikan dosis dewasa atropin untuk asistol

atau PEA dengan tingkat satu <60 / menit adalah 3

mg iv dalam bolus tunggal.

Atropine sistol

Kegiatan pulseless listrik (PEA) dengan tingkat <60 /

menit.

sinus, atrial, atau bradikardia nodal ketika kondisi

hemodinamik pasien tidak stabil.

Terima kasih