buku penuntun praktikum 2012

24
Roman A. Gunarjo SUHU TUBUH DAN PENGATURANNYA TUJUAN Tujuan Instruksional Umum 1. Memahami perbedaan suhu tubuh manusia pada berbagai pengukuran suhu 2. Memahami perbedaan suhu dan pengaturannya antara binatang homoiotermik dan poikilotermik 3. Memahami cara menetapkan kelembaban relatif udara 4. Memahami pengaruh kelembaban relatif udara terhadap pengeluaran panas tubuh Tujuan Perilaku khusus 1.1 Menerangkan dan membandingkan perbedaan pengukuran suhu ketiak dan suhu mulut 1.2 Menerangkan pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es terhadap suhu mulut 1.3 Menyimpulkan pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang poikilotermik 1.4 Menetapkan kelembaban relatif udara dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering serta daftar/psychrometric chart 1.5 Menerangkan pengaruh kelembaban relatif udara terhadap pengeluaran panas tubuh ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN 1. Kodok 2. Air hangat 40 0 C 3. Alkohol dan kapas 4. Air es untuk kumur 5. Psychrometric chart 6. Waskom besar berisi es 7. Papan fiksasi kodok/katak dari tali 8. Termometer maksimum 9. Termometer bola basah dan bola kering 10. Termometer kimia dengan skala -10 0 C sampai +50 0 C atau +10 0 C sampai 100 0 C Praktikum Fisiologi Praktikum Fisiologi Praktikum Fisiologi Praktikum Fisiologi

Upload: leo-rinaldi

Post on 27-Oct-2015

387 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

modul metabolik endokrin untan

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Penuntun Praktikum 2012

Roman A. Gunarjo

S U H U T U B U H D A N P E N G A T U R A N N Y A TUJUAN Tujuan Instruksional Umum

1. Memahami perbedaan suhu tubuh manusia pada berbagai pengukuran suhu 2. Memahami perbedaan suhu dan pengaturannya antara binatang homoiotermik dan poikilotermik 3. Memahami cara menetapkan kelembaban relatif udara 4. Memahami pengaruh kelembaban relatif udara terhadap pengeluaran panas tubuh Tujuan Perilaku khusus

1.1 Menerangkan dan membandingkan perbedaan pengukuran suhu ketiak dan suhu mulut 1.2 Menerangkan pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es terhadap suhu mulut 1.3 Menyimpulkan pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang poikilotermik 1.4 Menetapkan kelembaban relatif udara dengan menggunakan termometer bola basah dan bola

kering serta daftar/psychrometric chart 1.5 Menerangkan pengaruh kelembaban relatif udara terhadap pengeluaran panas tubuh

ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN

1. Kodok 2. Air hangat 400C 3. Alkohol dan kapas 4. Air es untuk kumur 5. Psychrometric chart 6. Waskom besar berisi es 7. Papan fiksasi kodok/katak dari tali 8. Termometer maksimum 9. Termometer bola basah dan bola kering 10. Termometer kimia dengan skala -100C sampai +500C atau +100C sampai 1000C

Praktikum FisiologiPraktikum FisiologiPraktikum FisiologiPraktikum Fisiologi

Page 2: Buku Penuntun Praktikum 2012

2

TATA KERJA I. PENGUKURAN SUHU MULUT 1. Bersihkan termometer maksimum dengan alkohol

P-SH.1. Apakah perbedaan antara termometer maksimum (termometer klinik) dan termometer

kimia?

2. Turunkan meniskus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun-sentakkan termometer tersebut beberapa kali

3. Letakkan reservoir termometer di bawah lidah dan suruh orang percobaan menutup mulutnya rapat-rapat

4. Setelah 3 menit baca dan catat suhu mulut orang percobaan 5. Turunkan meniskus air raksa sampai di bawah skala seperti butir 2 6. Letakkan reservoir termometer di bawah lidah seperti butir 3 7. Baca dan catat suhu mulut OP setelah 6 menit

P.SH.2 Apakah ada perbedaan antara hasil pemeriksaan 3 menit dan 6 menit? Jelaskan jawaban saudara!

II. PENGARUH BERNAFAS MELALUI MULUT DAN BERKUMUR AIR ES PADA SUHU MULUT

1. Turunkan meniskus air raksa sampai dibawah skala dengan cara percobaan pengukuran suhu mulut Seperti langkah 2

2. Letakkan reservoir termometer di bawah lidah orang percobaan 3. Baca dan catat suhu mulut setelah 3 menit 4. Suruh orang percobaan bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil menutup lubang

hidung. Segera setelah tindakan ini ulangi langkah 1 s/d 3 5. Suruh orang percobaan berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit. Segera setelah

tindakan ini ulangi langkah 1 s/d 3 P-SH.3. Apakah ada perbedaan suhu mulut pada masing-masing tindakan?

6. Bersihkan kembali termometer maksimum dengan alkohol

III. PENGUKURAN SUHU KETIAK

1. Keringkan ketiak orang percobaan P-SH.4 Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur suhunya? 2. Usahakan meniskus air raksa termometer maksimum terletak di bawah skala dengan mengayun-

sentakan termometer tersebut beberapa kali. 3. Suruh orang percobaan berbaring terlentang

Page 3: Buku Penuntun Praktikum 2012

4. Letakkan reservoir termometer maksimum di ruang ketiak dan suruhlah OP menjepit dengan baik 5. Setelah 3 menit baca dan catat suhu ketiak orang percobaan

P-SH.5 Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya? IV. MENETAPKAN KELEMBABAN RELATIF UDARA RUANGAN

1. Bacalah suhu pada termometer bola basah dan bola kering pada ruangan 2. Kemudian bacalah kelembaban relatif udara (%) pada psychrometric chart, berdasarkan suhu bola

basah dan bola kering pada ruangan tersebut.

V. PENGARUH SUHU LINGKUNGAN PADA SUHU TUBUH BINATANG POIKILOTERMIK

1. Tetapkan suhu ruang dengan termometer kimia (-100C s/d +500C) 2. Ikatkan seekor kodok dengan tali dalam posisi telentang di atas papan fiksasi 3. Masukkan termometer kimia tersebut ke dalam esofagusnya 4. Setelah 3 menit, baca dan catat suhu kodok 5. Dengan termometer tetap di dalam esofagusnya, benamkan kodok ke dalam air es setinggi lehernya

(jangan sampai air es masuk ke dalam mulut kodok)

P-SH.6 Mengapa air es tidak boleh masuk ke dalam mulut kodok?

6. Baca dan catat suhunya setelah 3 menit 7. Keluarkan termometer dari esofagus kodok dan tetapkan suhu air es 8. Keluarkan kodok dari air es dan biarkan beberapa menit dalam suhu ruang, sementara itu sediakan

air hangat (400C) 9. Masukkan kembali termometer ke dalam esofagus kodok. Kemudian benamkan kodok ke dalam air

hangat setinggi lehernya (jaga jangan sampai air hangat masuk ke dalam mulut kodok) 10. Baca dan catat suhunya setelah 3 menit

P-SH.7 Apakah ada perbedaan suhu kodok pada waktu dibenamkan dalam air es dan pada waktu dibenamkan dalam air hangat?

J A W A B A N P E R T A N Y A A N

. P-SH.1. Pada pipa kapiler termometer maksimum, di atas reservoir terdapat penyempitan sehingga bila suhu reservoir meninggi, air raksa terdorong ke atas, sedangkan bila suhu reservoir menurun air raksa dalam pipa kapiler tidak dapat turun. Dengan demikian termometer maksimum hanya menunjukkan suhu maksimum yang terukur. Pada termometer kimia, pipa kapilernya tidak memiliki penyempitan sehingga air raksa dapat turun naik secara bebas sesuai dengan suhu yang sedang diukur.

Page 4: Buku Penuntun Praktikum 2012

4

P-SH.2. Hasil pengukuran suhu mulut setelah 3 menit dan 6 menit diharapkan tidak ada perbedaan karena manusia termasuk golongan homoiterm.

P-SH.3. Suhu pada akhir 3 menit setelah berkumur dengan air es lebih rendah daripada suhu pada akhir 3 menit setelah bernafas melalui mulut.

P-SH.4. Agar suhu ketiak tidak dipengaruhi oleh penguapan keringat

P-SH.5. Ada perbedaan, suhu mulut lebih tinggi daripada suhu ketiak. Suhu mulut lebih menggambarkan suhu inti tubuh.

P-SH.6 Apa yang akan saudara ukur, suhu tubuh kodok atau air es?

P-SH.7. Oleh karena kodok termasuk golongan binatang poikiloterm, maka terdapat perbedaan suhu yang relatif besar.

S Y O K I N S U L I N P A D A I K A N G U P P Y TUJUAN Tujuan Instruksional Umum

Memahami berbagai pengaruh keadaan hipoglikemia terhadap fungsi otak dan kardiovaskuler Tujuan perilaku Khusus

Menerangkan berbagai pengaruh keadaan hipoglikemia terhadap gerakan ikan Guppy ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN

1. Ikan Guppy 2. Gelas ukur 100 mL diisi dengan 500 mL air ledeng 3. Peralatan untuk aerasi air ledeng dalam gelas ukur 4. Larutan glukosa 20% 5. Insulin 6. Spuit insulin 7. Pipet TATA KERJA

1. Masukkan ikan Guppy ke dalam gelas ukur 100 mL yang sudah diisi air ledeng 50 mL 2. Perhatikan gerakan ikan Guppy dalam gelas ukur dan catatlah hasil observasi saudara 3. Teteskan insulin 1 mU ke dalam air dan tunggu selama 3 menit 4. Perhatikan dan catatlah setiap perubahan gerakan yang terjadi pada ikan Guppy 5. Jika tidak terjadi perubahan pada ikan Guppy, tambahkan kembali insulin 1 mU ke dalam air dan

tunggu selama 3 menit 6. Ulangi langkah di atas hingga terlihat adanya perubahan gerakan pada ikan Guppy

Page 5: Buku Penuntun Praktikum 2012

7. Catatlah setiap perubahan pada gerakan ikan Guppy

P-SI.1 Perubahan apa yang diharapkan terlihat pada ikan Guppy? Mengapa hal ini terjadi?

8. Setelah terlihat adanya perubahan gerakan pada ikan Guppy, segera masukkan I mL larutan glukosa 20% ke dalam air

9. Tunggu selama 3 menit untuk melihat apakah gerakan ikan Guppy telah berubah dan kembali normal 10. Jika gerakan ikan Guppy belum kembali ke gerakan normal, ulangi kembali langkah 8 dan 9 hingga

gerakan ikan Guppy kembali normal J A W A B A N P E R T A N Y A A N

P-SI.1 Gerakan meloncat tiba-tiba (jerky movement), kehilangan keseimbangan, kejang atau koma. Diskusikan dalam kelompok bagaimana hal ini bisa terjadi.

COMPUTER STIMULATION

E F F E C T O F H O R M O N E S O N M E T A B O L I C R A T E OBJECTIVES General Objective

To understand the factors that influenced metabolic rate Specific Objectives

1. To investigate the effect of hypo-, hyper-, and euthyroid conditions on oxygen consumption and metabolic rate

2. To calculate metabolic rate in terms of O2 consumptioms 3. To describe the effect of tiroxin, TSH and PTU on metabolic rate

APPARATUS 1. Computer which connected to internet 2. Software physioEXtm 8.0 Pearson (Fig. 1)

Page 6: Buku Penuntun Praktikum 2012

6

(gambar 1).1. U shaped tube manometer, 2. Syringe fill with PTU, TSH or thyroxin, 3. Chamber which is closed with clamp and connected with T-connector, this chamber have a scale and in the bottom there is soda lime that absorbs the CO2, 4. normal rat’s cage, 5. thyroidectomized rat’s cage, 6.hypophysectomized rat’s cage, 8. T-connectorwhich connected to chamber and U shaped tube manometer and syringe fill with O2, 9. Syringe fill with O2

PROCEDURE

I. DETERMINING BASELINE METABOLIC RATE First, you will determine the baseline metabolic rate for each rat.

1. Using the mouse, click and drag the normal rat into the chamber and place it on top of the scale. When the animal is in the chamber, release the mouse button.

2. Be sure the clamp on the left tube (on top of the chamber)is open, allowing air to enter the chamber. If the clamp is closed, click on it to open it.

3. Be sure the indicator next to the T-connector reads “chamber and manometer connected" if not, click on the T-connector knob.

4. Click on the weight button in the box to the right of the chamber to weight the rat. 5. Click the (+) button on the timer so that the timer display reads 1 minute. 6. Click on the clamp to close it. This will prevent any outside air from entering the chamber and

ensure that the only oxygen the rat is breathing is the oxygen inside the closed system. 7. Click start on the timer display. You will see the elapsed time appear in the “elapsed time” display.

Watch what happens to the water levels in the U-shaped tube. 8. At the end of the 1-minute period, the timer will automatically stop. When it stops, click on the T-

connector knob so that the indicator reads ”Manometer and the syringe connected” 9. Click on the clamp to open it so that the rat can once again breathe outside air. 10. Look at the difference between the level in the left and right arms of the U-shaped tube. To

estimate the volume of oxygen that you need to inject to equalize the level, count the divider lines on both sides. Then click the (+) button next to the mL O2 display until the display shows your

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Page 7: Buku Penuntun Praktikum 2012

estimate. Click inject and watch what happens to the fluid in the two arm. When the volume is equalized, the word “Level” will flash and then disappear. You will then have to click the reset button and try a lower volume. (the total amount injected to equalize the arm levels is equivalent tothe amount of oxygen that the rat used up during 1 minute in the closed chamber).

11. Click normal button and than record data on box data set. Record your data on experiment result form.

12. Click and drag the rat from the chamber back to its cage. 13. Click the reset button in the box labeled apparatus. 14. Determine the oxygen consumption per hour for the rat. Use the following formula:

mL O2 consumed x 60 minutes= mL O2/hr 1 minute 1 hour

15. Determine the metabolic rate per kilogram of body weight by using the following formula:

Metabolic rate = mL O2/hr = mL O2/kg/hr Wt. (kg)

Determine the metabolic rate in kkal/LO2 (1 mL O2/kg/hr= 4,82 kkal/LO2) 16. Record your data 17. Now, repeat steps 1-15 for the thyroidectomized (Tx) and hypophysectomized (Hypox) rat. Record

your data. P-HKM1. Which rat had the fastest baseline metabolic rate? P-HKM2. Why did the metabolic rate differ?

II. DETERMINING THE EFFECT OF THYROXINE ON METABOLIC RATE

1. Choose and click on a rat to test. You will eventually test all three, and it doesn’t matter in what order you test them.

2. Click the reset button in the box labeled apparatus. 3. Click on the syringe labeled thyroxine and drag it over to the rat. Release the mouse button. This

will cause thyroxine to be injected into the rat. 4. Click and drag the rat into the chamber. Perform steps 1-16 of experiment I again, except this time

record your data in the with Thyroxine section. 5. Click and drag the rat from the chamber back to its cage. And click clean to cleanse it of all traces

of thyroxine. 6. Now, repeat step 1-5 for the remaining rat. Record your data in the with Thyroxine section in the

appropriate column for each rat. P-HKM3. What was the effect of thyroxine on the normal rat’s metabolic rate? How does it compare to the normal rat’s baseline metabolic rate? P-HKM4. Why was this effect seen?

Page 8: Buku Penuntun Praktikum 2012

8

P-HKM5. What was the effect of thyroxine on the thyrodectomized rat’s metabolic rate? How does it compare to the thyroidectomized rat’s baseline metabolic rate? P-HKM6. Why was this effect seen? P-HKM7. What was the effect of thyroxine on the hypophysectomized rat’s baseline metabolic rate?How does it compare to the hypophysectomized rat’s baseline metabolic rate? P-HKM8. Why was this effect seen?

III. DETERMINING THE EFFECT OF TSH ON METABOLIC RATE

1. Choose and click on a rat to test. You will eventually test all three, and it doesn’t matter in what order you test them.

2. Click the reset button in the box labeled apparatus. 3. Click on the syringe labeled TSH and drag it over to the rat. Release the mouse button. This will

cause TSH to be injected into the rat. 4. Click and drag the rat into the chamber. Perform steps 1-16 of experiment I again, except this time

record your data in the with TSH section. 5. Click and drag the rat from the chamber back to its cage. And click clean to cleanse it of all traces

of TSH. 6. Now, repeat step 1-6 for the remaining rat. Record your data in the with TSH section in the

appropriate column for each rat. P-HKM9. What was the effect of TSH on the normal rat’s metabolic rate? How does it compare to the normal rat’s baseline metabolic rate? P-HKM10. Why was this effect seen? P-HKM11. What was the effect of TSH on the thyrodectomized rat’s metabolic rate? How does it compare to the thyroidectomized rat’s baseline metabolic rate? P-HKM12. Why was this effect seen? P-HKM13. What was the effect of TSH on the hypophysectomized rat’s baseline metabolic rate?How does it compare to the hypophysectomized rat’s baseline metabolic rate? P-HKM14. Why was this effect seen?

IV. DETERMINING THE EFFECT OF PROPYLTHIOURACIL (PTU) ON METABOLIC RATE

Page 9: Buku Penuntun Praktikum 2012

1. Choose and click on a rat to test. You will eventually test all three, and it doesn’t matter in what order you test them.

2. Click the reset button in the box labeled apparatus. 3. Click on the syringe labeled propylthiouracil and drag it over to the rat. Release the mouse button.

This will cause propylthiouracil to be injected into the rat. 4. Click and drag the rat into the chamber. Perform steps 1-16 of experiment I again, except this time

record your data in the with propylthiouracil section. 5. Click and drag the rat from the chamber back to its cage. And click clean to cleanse it of all traces

of propylthiouracil. 6. Now, repeat step 1-5 for the remaining rat. Record your data in the with propylthiouracil section in

the appropriate column for each rat. P-HKM15. What was the effect of propylthiouracil on the normal rat’s metabolic rate? How does it compare to the normal rat’s baseline metabolic rate? P-HKM16. Why was this effect seen? P-HKM17. What was the effect of propylthiouracil on the thyrodectomized rat’s metabolic rate? How does it compare to the thyroidectomized rat’s baseline metabolic rate? P-HKM18. Why was this effect seen? P-HKM19. What was the effect of propylthiouracil on the hypophysectomized rat’s baseline metabolic rate?How does it compare to the hypophysectomized rat’s baseline metabolic rate? P-HKM20. Why was this effect seen?

To answer P-HKM1 - P-HKM20 question, please read the following reference books:

1. W.F Ganong. Review of Medical Physiology. 23rd ed. 2010 2. Lauralee Sherwood. Human Physiology. 7th ed. 2010 3. Dee Unglaub Silverthorn. Human Physiology. 5th ed. 2010 4. Guyton & Hall. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. 2006 5. Elaine Marieb. Human Anatomy and Physiology. 8th ed. 2010

Page 10: Buku Penuntun Praktikum 2012

10

Jeanne A. Pawitan Praktikum Histologi modul metabolik endokrin dilaksanakan dalam1 kali pertemuan sesuai dengan jadwal yang diatur dalam Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM). Sasaran Pembelajaran Praktikum Histologi adalah: Untuk memperkuat teori di bidang Histologi, sehingga bila Mahasiswa Kedokteran FKUI semester 5 diberi data mikroskopik, mampu mengidentifikasi organ, jaringan, bangunan dan sel endokrin normal, serta menjelaskan struktur mikroskopik dan histofisiologinya. Kegiatan praktikum: A. Kuliah pengantar selama 30 menit B. Pelaksanaan Praktikum dengan bimbingan para pembimbing praktikum C. Membuat gambar sajian histologi dan dikumpulkan untuk dinilai Dalam kegiatan ini mahasiswa harus melihat dan mempelajari gambaran mikroskopik dan lokasi organ, jaringan, bangunan dan sel endokrin dengan menggunakan mikroskop cahaya. Mula-mula lihat sediaan secara keseluruhan dengan menggunakan pembesaran kecil (10x4 atau10x5). Untuk mengenali jaringan, bangunan dan sel, gunakan pembesaran besar secara bertahap (10x10, 10x20, 10x40, atau 10x45). Selanjutnya gambar dan berilah nama pada semua item bertanda * , pada buku tugas anda (semuanya ada 23 item). Cara penilaian: tiap item bernilai 4, bila berwarna ditambah bonus 8 (nilai max 100). Nilai praktikum akan dianggap sebagai nilai ujian praktikum Sediaan: Hipofisis Cari dan gambar : 1. Hipofisis pars anterior* Sel kromofil (sel Alfa* dan Beta*), sel kromofob*,

kapilar/sinusoid, jaringan ikat padat kolagen yang susunannya tidak teratur (kapsula fibrosa)

2. Hipofisis pars intermedia* Berupa kista yang ruangannya berisi substansi koloid

3. Hipofisis pars posterior* Badan Hering, Pituisit* Sediaan: Glandula Suprarenalis/ Adrenal Cari dan gambar : 1. Kapsula fibrosa* 2. Korteks* Zona glomerulosa*, zona fasikulata*, zona

retikularis*, kapilar/sinusoid

Praktikum HistologiPraktikum HistologiPraktikum HistologiPraktikum Histologi

Page 11: Buku Penuntun Praktikum 2012

3. Medula* Sel ganglion, sel kromafin*, kapilar/sinusoid, V. Medullaris*

Sediaan: Glandula Paratiroidea Cari dan gambar: 1. Sel oksifil* dan sel principal*

Sediaan: Glandula Tiroidea Cari dan gambar: 1. Folikel* kelenjar tiroid Substansia koloid*, sel epitel folikel*, sel

parafolikular* 2. Di antara folikel Jaringan ikat, pembuluh darah Sediaan: Pankreas Cari dan gambari: 1. Bagian eksokrin Asinus*, sel sentro asiner, duktus interkalaris,

saluran keluar (duktus) 2. Bagian Endokrin Pulau Langerhans* Daftar pustaka Sistem Endokrin dalam Buku Penuntun Praktikum Histologi, Wonodirekso S (editor), Hal 110, 119 - 123

Page 12: Buku Penuntun Praktikum 2012

12

Meny Hartati

SUSUNAN ENDOKRIN

Susunan endokrin terdiri atas golongan sejumlah kelenjar yang berhubungan erat satu dengan yang lain, dan sel neuroendokrin yang tersebar luas, serta mempunyai fungsi utama mengontrol keseimbangan. Kelainan endokrin dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:

1. Hormon terlalu banyak, dan 2. Hormon terlalu sedikit (sebutkan beberapa contoh). Yang paling sering menimbulkan masalah yaitu kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Keluhan

yang paling sering ialah pembesaran pada leher depan berupa tonjolan soliter / multipel / berbenjol-benjol yang ikut bergerak waktu menelan. Kadang-kadang disertai tanda-tanda lain misalnya: tremor, palpitasi, eksoftalmus, peninggian B.M.R. dan lain- lain.

SEDIAAN YANG DIPELAJARI

SEDIAAN MAKROSKOPIK E 1. STRUMA ADENOMATOSA Jaringan bertonjol-tonjol, tidak teratur. Pada penampang terdapat rongga berisi koloid

atau beku darah atau cairan jernih. Juga terdapat daerah-daerah fibrosis dan perkapuran. Simpai tidak melapisi seluruh permukaan. Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk diagnostik.

E 4. KARSINOMA Tampak tumor yang padat berwarna coklat muda berukuran agak besar. Perlu dilakukan

pemeriksaan mikroskopik untuk menentukan jenisnya. SEDIAAN MIKROSKOPIK e 1. STRUMA ADENOMATOSA Secara makroskopik dan mikroskopik, kelainan ini cukup khas, yaitu karena adanya

gambaran yang beraneka ragam, ruang-ruang besar berisi seperti agar- agar (koloid), merah hitam (perdarahan/nekrosis), ada yang lunak (degenerasi) dan keras (perkapuran).

Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum Patologi AnatomiPatologi AnatomiPatologi AnatomiPatologi Anatomi

Page 13: Buku Penuntun Praktikum 2012

Perhatikan folikel kelenjar yang berukuran besar kecil, kebanyakan penuh berisi koloid. Tampak folikel yang besar menyerupai kista. Pada satu bagian tampak perkapuran. Epitel dinding folikel berbentuk kubik/gepeng/torak.

e 2. ADENOMA FOLIKULAR Berbeda dengan struma adenomatosa, adenoma memberikan gambaran yang lebih

uniform, menunjukkan pertumbuhan soliter yang mendesak sekitarnya dan mempunyai simpai jaringan ikat. Perhatikan susunan tumor ini yang terdiri atas folikel yang banyak, umumnya berukuran kecil dan uniform (sama besar).Tampak proliferasi sel epitel dinding folikel berbentuk kubik, inti bulat hampir sama besar. Di bagian tepi terdapat simpai jaringan ikat. Disebut adenoma folikuler oleh karena tumornya membentuk susunan folikel-folikel.

e 3. KARSINOMA PAPILER Folikel kelenjar tumbuh papilar dengan tangkai jaringan ikat yang kaya akan

pembuluh darah. Sel-sel epitel folikel melapisi pertumbuhan papiler, terdiri atas satu lapis sel atau beberapa lapis. Sebagian inti berbentuk "ground glass". Sebagian kecil folikel masih berisi koloid. Beberapa tempat terlihat jisim Psamoma. Perhatikan adanya invasi simpai.

Page 14: Buku Penuntun Praktikum 2012

14

Suzanna Immanuel

PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin merupakan salah satu pemeriksaan penyaring. Beberapa pemeriksaan glukosa urin dilakukan berdasarkan prinsip pemeriksaan yang berbeda. Metoda yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai pereduksi, sedangkan metoda yang spesifik menggunakan enzim glukosa oksidase. A. REDUKSI URIN CARA BENEDICT Prinsip pemeriksaan :

Glukosa yang terdapat dalam urin akan mereduksi ion kupri dalam reagen menjadi ion kupro, yang menyebabkan perubahan warna reagensia dari warna biru kehijauan menjadi gradasi dari kuning sampai merah jingga. Hasil dilaporkan secara semikuantitatif. Oleh karena itu, perbandingan reagensia dan urin penting dalam melakukan test ini.

Pemeriksaan ini menentukan sifat reduksi suatu zat yang terkandung dalam urin. Zat pereduksi lain, seperti monosakarida lain, disakarida dan zat bukan gula seperti asam homogentisat dan vitamin C bisa menyebabkan hasil positif. Alat Dan Bahan

1. Tabung reaksi besar 2. Pipet tetes 3. Pipet volumetrik 4. Bunsen 5. Penjepit tabung. 6. Urin segar 7. Reagen Benedict

Cara Kerja

1. Masukkan 5 mL reagens Benedict ke dalam tabung reaksi. 2. Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes urin ke dalam tabung tersebut, jangan lebih. 3. Panaskan tabung sambil mengocok perlahan, sampai mendidih. 4. Angkat tabung, dan kocok. 5. Bacalah hasil reduksi

PraktikumPraktikumPraktikumPraktikum Patologi KlinikPatologi KlinikPatologi KlinikPatologi Klinik

Page 15: Buku Penuntun Praktikum 2012

Menilai Hasil

Hasil pemeriksaan reduksi dilaporkan secara semikuantitatif, sebagai berikut :

Hasil Warna larutan

Negatif (-) Biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh

Positif + 1+ Hijau kekuningan dan agak keruh

Positif ++ 2+ Kuning keruh

Posifif +++ 3+ Jingga atau warna lumpur keruh

Positif ++++ 4+ Merah keruh

B. CARIK CELUP Prinsip Pemeriksaan

Carik celup dilekati kertas berisi dua macam enzim, yaitu glukosa oksidase dan peroksidase, dengan indikator warna yang akan berubah warna jika mengalami oksidasi. Jika terdapat glukosa dalam urin, oleh enzim glukosa oksidase akan di ubah menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Selanjutnya peroksida tersebut akan dipecah oleh enzim peroksidase akan dipecah menjadi H2O dan oksigen, yang kemudian akan mengoksidasi indikator warna menghasilkan warna tertentu sesuai dengan banyaknya oksigen yang dihasilkan.

Cara carik celup merupakan cara yang spesifik untuk menentukan adanya glukosa di dalam urin. Namun, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan, antara lain adanya zat-zat pereduksi seperti vitamin C, keton, dan asam homogentisat dapat menyebabkan hasil negatif palsu. Alat Dan Bahan

1. Urin segar. 2. Carik celup urin. 3. Kertas tissue.

Cara Kerja

1. Celupkan strip carik celup ke dalam botol penampung urin sampai seluruh indikator warna tercelup ke dalam urin.

2. Angkat strip carik celup, dan miringkan di atas kertas tissue untuk menyerap kelebihan cairan pada strip.

3. Baca perubahan warna indikator sesuai dengan waktu pembacaan yang tertera di tabung reagensia. Bandingkan warna yang terjadi dengan standar warna yang disertakan dalam setiap kit reagensia. Pembacaan strip carik celup dapat juga dilakukan secara otomatis menggunakan alat baca otomatis.

4. Hasil dilaporkan secara semikuantitatif.

Page 16: Buku Penuntun Praktikum 2012

16

PEMERIKSAAN ZAT KETON DALAM URIN Zat keton atau benda keton dalam urin adalah aceton, asam aceto-acetat dan asam beta-hidroksibutirat. Jika urin dibiarkan, asam aceto-acetat dan asam beta-hidroksi butirat akan diubah menjadi aceton. Aceton merupakan benda keton dalam urin mudah menguap, oleh karena itu urin yang diperiksa harus segar. Penundaan pemeriksaan dapat menyebabkan hasil negatif palsu. A. CARA ROTHERA Prinsip Pemeriksaan

Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi antara nitroprusida dan asam aceto-acetat dan aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Pemeriksaan ini sangat sensitif untuk asam aceto-acetat dan aceton, tetapi tidak dapat mendeteksi asam beta-hidroksi butirat. Alat dan Bahan

1. Urin segar 2. Reagens Rothera 3. Ammonium hidroksida pekat ( NH4OH 28%) 4. tabung reaksi besar. 5. Rak tabung reaksi

Cara Kerja

1. Masukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi. 2. Masukkan kira-kira 1 gram (sepucuk pisau) serbuk reagen Rothera ke dalam tabung,

dan kocok sampai larut. 3. Pegang tabung dalam posisi miring dan dengan hati-hati alirkan atau teteskan 1-2 mL

NH4OH 28% melalui dinding tabung, sampai terbentuk dua lapisan cairan yang tidak tercampur.

4. Letakkan tabung dalam posisi tegak di rak tabung, dan bacalah hasil setelah 3 menit. Menilai Hasil

Warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan menandakan adanya zat keton. Makin cepat warna terbentuk dan makin tua warnanya berarti makin banyak zat keton yang terkandung dalam sampel pemeriksaan. Warna coklat menandakan hasil negatif. Hasil dilaporkan secara kualitatif. B. CARA GERHARDT Prinsip pemeriksaan

Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi antara asam aceto-acetat dan ferri-chlorida dalam reagen yang akan menghasilkan suatu zat berwarna seperti anggur port (merah coklat). Pemeriksaan ini sangat kurang peka dibandingkan reaksi Rothera untuk mendeteksi asam aceto-acetat,

Page 17: Buku Penuntun Praktikum 2012

sedangkan untuk aceton dan asam beta-hidroksi butirat tidak bereaksi. Untuk pemeriksaan ini juga harus menggunakan urin segar. Alat dan Bahan

1. Urin segar 2. Ferrichlorida 10% dalam botol tetes 3. kertas saring 4. corong 5. tabung reaksi 6. pipet volumetrik

Cara Kerja

1. Masukkan 5 mL urin segar ke dalam tabung reaksi. 2. Teteskan larutan ferrichlorida ke dalam tabung tersebut sambil mengocok. 3. Jika terbentuk presipitat putih ferrifostaf berhenti, saringlah cairan tersebut. 4. Teteskan beberapa tetes larutan ferrichlorida lagi pada filtrat. 5. Warna merah-coklat menandakan tes ini positif.

Menilai Hasil

Warna merah angggur tidak hanya ditimbulkan oleh asam aceto-acetat, tetapi juga dapat ditimbulkan oleh fenol, salisilat, antipyrin dan natrium bikarbonat. Tes Gerhardt positif harus disertai tes Rothera positif. Seandainya tes Gerhardt positif dengan tes Rothera negatif, berarti tes Gerhardt positif palsu.

Bila tes Gerhardt positif disertai dengan tes Rothera positif menunjukkan ketonuria yang lebih berat dibandingkan dengan tes Rothera saja yang positif. Hasil tes Gerhardt dilaporkan secara kualitatif.

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH MENGGUNAKAN GLUKOSAMETER Prinsip Pemeriksaan Alat dan Bahan

1. Alat glukosa meter 2. Strip glukosa meter yang sesuai dengan alat 3. Kapas / swab alkohol 4. Lanset

Cara Kerja

1. Sebelum melakukan pemeriksaan masukkan penyesuaian kode alat dengan strip, dengan cara masukkan strip ke alat. Pada layar monitor di alat akan tampak - - -, yang artinya belum ada kode yang tersimpan di memori alat. Masukkan nomor kode yang tertera di tabung strip pemeriksaan.

Page 18: Buku Penuntun Praktikum 2012

18

2. Pilih daerah pengambilan darah kapiler, seperti ujung jari keempat, atau daerah voler lengan bawah.

3. Bersihkan daerah yang dipilih dengan kapas alkohol, biarkan mengering. 4. Tusuk daerah yang tersebut dengan lanset. 5. Ketika muncul simbol S pada layar monitor alat, sentuh dan tahan setetes darah pada

bagian atas strip, darah akan terserap oleh gaya kapilaritas dari strip. 6. Jika darah yang terserap cukup, jendela konfirmasi pada strip akan terisi penuh, dan

alat akan mulai menghitung mundur mulai dari 5 hingga 1, kemudian hasil pemeriksaan akan muncul di layar monitor.

7. Bila strip tidak cukup mengisap darah, jendela konfirmasi tidak terisi penuh, jangan menambahkan darah pada strip pemeriksaan. Buang strip pemeriksaan dan ulangi dengan memakai strip yang baru.

Page 19: Buku Penuntun Praktikum 2012

Suharti K. Suherman Diskusi Khusus Mengenali & Menangani Efek Samping Obat (ESO) & Interaksi Obat (IO) pada Sistem Metabolik Endokrin Tujuan Umum :

Mampu merencanakan pencegahan dan penanggulangan efek samping obat (ESO) dan interaksi obat (IO) pada sistem endokrin dan metabolisme, sebagai dasar penggunaan obat yang aman dan tepat serta memberikan informasi yang tepat kepada pasien. TujuanKhusus :

1. Menjelaskan definisi efek samping dan interaksi obat. 2. Menjelaskan klasifikasi efek samping obat dan interaksi obat secara umum dan

khususnya pada sistem endokrin dan metabolisme. 3. Menjelaskan faktor penentu terjadinya ESO & IO agar dapat mencegah ESO dan

interaksi obat. 4. Menjelaskan beberapa mekanisme terjadinya berbagai efek samping dan interaksi obat.

KegiatanPraktikum :

1. 10 menitpertama penjelasan mengenai ESO & IO 2. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing ditempatkan pada 1 meja dan

dibimbing oleh seorang instruktur 3. Mahasiswa melakukan anamnesis, terutama ditekankan pada anamnesis riwayat

pengobatan penyakit yang diderita /pernah diderita. 4. Instruktur memberikan suatu resep untuk pasien tersebut disertai data tambahan

mengenai hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. 5. Mahasiswa menilai dan menganalisis efek samping serta interaksi obat yang mungkin

terjadi pada pasien tersebut. 6. Diakhir waktu diskusi Instuktur memberikan kesimpulan tentang hasil yang didapat. 7. Masing-masingmejadiberi KASUS YANG BERBEDA dan RESEP YANG BERBEDA.

Diskusi Khusus FarmakologiDiskusi Khusus FarmakologiDiskusi Khusus FarmakologiDiskusi Khusus Farmakologi

Page 20: Buku Penuntun Praktikum 2012

20

Ninik Mudjihartini Pengaruh Puasa Terhadap Kadar Glukosa darah dan Kandungan Glikogen Hati Tikus

Tujuan:

Mempelajari pengaruh puasa terhadap kadar glukosa darah dan glikogen hati tikus

Pelaksanaan Praktikum: Percobaan dilakukan terhadap 2 kelompok tikus, yaitu tikus yang dipuasakan selama 48 jam dan yang diberi makan sepuasnya (ad libitum). Mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa grup. Tiap grup akan melakukan percobaan terhadap tikus puasa atau tikus dengan diet ad libitum. Setelah 48 jam puasa, dilakukan euthanasia dengan pembiusan eter terhadap tikus coba, segera dilakukan pengambilan darah untuk penetapan kadar glukosa darah melalui pungsi jantung dan pengambilan jaringan hati untuk penetapan kadar glikogen hati. Kandungan glikogen hati dinyatakan/diukur secara tidak langsung dengan menetapkan jumlah glukosa yang berasal dari hasil hidrolisis glikogen hati. Petunjuk praktikum secara rinci: Merujuk ke: BIOKIMIA EKSPERIMEN LABORATORIUM, halaman 92-94 & 102-105. Penyusun: Staf Pengajar Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Penerbit: WIDYA MEDIKA

PraktikumPraktikumPraktikumPraktikum BiokimiaBiokimiaBiokimiaBiokimia

Page 21: Buku Penuntun Praktikum 2012

Peni K Samsuria 1. Obesitas Sentral (Apple-shape Obese): Proses Adiabatik Pendahuluan/ Pengantar: Praktikum ini untuk memahami bagaimana timbulnya panas dan energi dalam kasus metabolik endokrin. Penjelasan tentang praktikum yang akan dilakukan - Deskripsi praktikum: Demo dan Coba - Tujuan: Mengenal proses terjadinya panas dibentuk oleh proses adiabatik - Alat dan Bahan: Model Adiabatik Pasco - Cara Kerja/ Prosedur: Mahasiswa melihat bahwa dengan waktu yang cepat (x=Time) dan

y= Panas akan meningkat. Peristiwa ini melengkapi hubungan dengan parameter lain sebagai x/y: P, V (gas law: Boyle, Gay-Lussac, Charles Law) yaitu Pressure(Tekanan) dan Volume

- Interpretasi Hasil: Hubungan antara kecepatan perubahan P/V: panas yang timbul semakin tinggi

Tugas: Laporkan bagaimana hanya F0 thermogenin/ UCPs/ uncoupling protein (Kompleks V rantai respirasi tanpa F1 ATP sintase) bukannya Energi (ATP) melainkan panas yang akan terbentuk. Kepustakaan:

1. Giancoli DC. Fisika jilid I. Erlangga 2000, Jakarta 2. Pasco Physics Education Instrument 3. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Biochemistry. 25th

edition. International edition. Mc Graw Hill-Lange medical books, New York 2000: p282-283.

2. Kalorimeter Bom dan Termistor: Pengukuran temperatur dan kelembaban permukaan kulit dengan sensor termistor. Pendahuluan/ Pengantar Praktikum ini untuk memahami bagaimana sensor/termistor dapat mengukur temperatur dan kelembaban permukaan kulit.

PraktikumPraktikumPraktikumPraktikum FisikaFisikaFisikaFisika

Page 22: Buku Penuntun Praktikum 2012

22

Penjelasan tentang praktikum yang akan dilakukan - Deskripsi praktikum: Demo dan coba - Tujuan: Agar mahasiswa memahami berbagai logam mempunyai sifat termistor yang

berbeda - Alat dan Bahan: Model termistor Pasco, alat pengukur temperatur kulit dan kelembaban

kulit - Cara Kerja/ Prosedur: Mahasiswa melihat, membaca, memahami prinsip kerja termistor

sebagai sensor. - Interpretasi Hasil: Laporkan jalannya praktikum/demo

Tugas: Hubungan antara berbagai jenis termistor dan bagaimana dapat berfungsi sebagai sensor panas dan kelembaban kulit Referensi:

1. Giancoli DC. Fisika jilid I. Erlangga, Jakarta 2000: 490 2. Pasco Physics Education Instrument

Selain itu dipelajari pula alat tara kalor mekanik dan tara kalor listrik. Pelajari bagaimana perubahan suatu energi mekanik/listrik/makanan(brownies) dapat diukur besaran kalori yang terkandung. Tugas: Gambar skema Kalorimeter Bom! Sebutkan persamaan dan perbedaannya dengan instrument tara kalor mekanik dan tara kalor listrik. 3. Kelembaban Relatif-KR(Relative Humidity-RH) Pendahuluan/ Pengantar Praktikum ini untuk mengetahui bagaimana proses penglepasan panas terjadi di negara dingin-kering, dingin-lembab, savanna, sahara dan di Indonesia yang terletak dalam area geografis Tropical Rain Forest (hangat-lembab). Penjelasan tentang praktikum yang akan dilakukan - Deskripsi praktikum: Peragaan berbagai instrument pengukur kelembaban relatif. - Tujuan: Memahami KR tinggi sebagai faktor pengganggu penglepasan panas dan dapat

mempengaruhi metabolisme tubuh hingga dapat terjadi heat stress (heat collaps, heat cramps, heat exhaustion, heat stroke)

- Alat dan Bahan: Instrumen pengukur Kelembaban relative di museum fisika FKUI dan dari pasar

- Cara Kerja/ Prosedur: Klasifikasi kerja instrumen, membaca dan menganalisis KR - Interpretasi Hasil: Hubungan KR dan Radiasi, Konduksi, Konveksi, Evaporasi dan

Berkeringat. Beda lokasi, waktu, situasi-kondisi.

Page 23: Buku Penuntun Praktikum 2012

Tugas Laporan KR di berbagai kota, negeri, sauna, hutan, dll. Catat temperatur dan kelembaban relatif di bulan Juli di daerah hutan hujan tropis, Sahara, Nordik dan Tundra. Apa artinya bagi kesehatan di area hutan hujan tropis? Bagaimana pencegahannya? Referensi:

1. Giancoli DC. Fisika jilid I. Erlangga, Jakarta 2000 474-477. 2. Anwar Soefi Ibrahim. Poster Relative Humidity Measurements: Departemen Fisika

FKUI, Jakarta 2010. 3. Dangsina Moeloek. What is High Relative Humidity? What is the different in many location, time, season, reason. URL: http://scele.ui.ac.id/mod/resource/view.php?id=165301

4. Dangsina Moeloek. HRH-TROPHID course 2012-2013 URL: http://scele.ui.ac.id/course/view.php?id=1925 Free for SIAK-NG user and get the FMUI Education Manager certificate

Petunjuk Laporan Praktikum Thermodinamika dalam Metabolisme 2011

- Laporan dibuat per kelompok (10 mahasiswa) - Judul dapat dipilih sendiri - Penilaian sesuai kelengkapan pemahaman dari 3 topik berikut. 1. Kasus Obesitas (Risiko untuk populasi Asia: BMI >/ 25 (overweight>/ 23)

a. Diskusikan besar kalori sepotong brownies, sebungkus nasi Kapau dan es krim b. Pengeluaran kalori 15’ pemain voli, bercocok tanam, kegiatan ibu rumah tangga, dan lari

maraton/ treadmill di Gym. c. Diskusikan beda dan persamaan metabolisme penderita obese sentral, hipertiroid

(memiliki BMR tinggi) dan Diabetes Mellitus. Apa beda antara proses pembentukan panas vs. energi (ATP) dalam tubuh kita di tingkat oksidatif fosforilasi. Apakah isotermik, isobarik, isochorik atau adiabatik?

d. UCPs atau thermogenin adalah kompleks V rantai respirasi yang hanya terdiri dari F0 tanpa F1 (ATP sintase).

Instrumen: Adiabatik untuk memahami termodinamika Panas, Energi, Kerja dalam metabolisme tubuh.

Kepustakaan:

1. Giancoli DC. Fisika jilid I. Erlangga, Jakarta 2000: 490 2. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Biochemistry. 25th edition.

International edition. Mc Graw Hill-Lange medical books, New York 2000: p282-283. 3. Isobaric, isothermal, isochoric, adiabatic: URL

http://stanleyhoward.sdsmt.edu/MET320/Handouts/Chapter%200-3a.pdf 4. Thermogenin/UCPs for heat production fig.1: URL http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1095643304002508

Page 24: Buku Penuntun Praktikum 2012

24

2. Kasus heat stress (heat collaps, heat cramps, heat exhaustion, heat stroke) yang banyak

terjadi di daerah hutan hujan tropis dan dikenal sebagai kasus kerauhan (kerasukan). Ceritakan hubungan antara produksi panas (fisik-psikis) dengan gangguan penglepasan panas. Bagaimana peran radiasi, konduksi, konveksi, evaporasi dan berkeringat (perspiration). Apa hubungan tekanan uap jenuh dan kelembaban? Pada penderita Cushing’s syndrome, adanya ‘skin atrophy’ mengurangi proses penglepasan panas lewat berkeringat, penglepasan panas mengandalkan peningkatan aliran darah. Penglepasan panas dengan media molekul yang bergerak/mengalir ini disebut apa? Pembuluh darah perifer melebar untuk membawa panas hasil metabolism dari tengah tubuh ke permukaan tubuh merupakan penjelasan terjadinya kemerahaan di pipi (facial malar flush).

Instrumen: Sebutkan berbagai alat pengukur Kelembaban Relatif. Apa nama alat pengukur risiko heat stress? Mengapa atlet tenis Cina tidak mau bertanding ketika dengan WBGT di nyatakan tidak dianjurkan melanjutkan pertandingan. Kepustakaan:

1. Giancoli DC. Fisika jilid I. Erlangga, Jakarta 2000: 477, 501, 504, 506. 2. Internet Search engine

3. Kasus pentingnya diet dan olahraga.

Buatlah skema instrumen Tara Kalor Listrik, Tara Kalor Mekanik, Bom-Kalorimeter dan penghitung panas jenis (kalor jenis) zat tertentu dalam kaitan dengan membuang kelebihan makan sekitar 500 Kalori untuk dua orang dengan BB 60 kg. Untuk membuangnya mereka ingin melakukan kerja yang sesuai dengan menaiki tangga/ gunung. Instrumen: - Tara Kalor Listrik - Alat penghitung panas jenis dengan sensor termistor. Kepustakaan:

1. Giancoli DC. Fisika jilid I. Erlangga, Jakarta 2000: 495, 496, 489, 490, 491.