bahan forensik

Upload: rini-resmina-pangaribuan

Post on 13-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bahan forensik

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 bahan forensik

    1/26

    Sken 1

    Agrippina Perdiani

    102010264

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    [email protected]

    Pendahuluan

    Tanatologi

    Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan

    logos(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari

    kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi

    perubahan tersebut.

    Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa

    tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul

    dini pada saat meninggal ataubeberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran

    darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya danrefleks kornea mata hilang, kulit pucat

    dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang

    memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti

    kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau ilvidiias pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis),penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.

    Tanda pasti kematian.

    Lebam mayat (livor mortis)

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 5/24/2018 bahan forensik

    2/26

    Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi

    (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada bagian

    terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras.

    Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah.

    Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya

    bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat

    masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah.

    Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan

    posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun

    setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan

    membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Kadang-kadang dijumpai bercak per-

    darahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam mayat

    disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit

    berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit

    perpindahan tersebut.

    Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian,

    misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada

    keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukansetelah terjadinya lebam mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.

    Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan

    perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat

    baru di daerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada

    penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

    Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah, maka keadaan ini

    digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi). Bila pada

    daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah

    akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

    Kakumayat (rigor mortis)

  • 5/24/2018 bahan forensik

    3/26

    Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih

    berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini

    digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin

    dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk

    lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

    Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2

    jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam

    (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah

    mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian

    menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut

    otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku

    mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot. Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku

    mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan

    otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan

    tanda pasti kematian dan memperkirakan saat kematian.

    Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat:

    Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat

    kematian dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul

    dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat

    habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena

    kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang

    dijumpai, tetapi sering terjadi dalam masa perang. Kepentingan medikolegalnya adalah

    menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda

    yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.

    Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot berwarna

    merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati

    terbakar. Pada heat stiffeningserabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi

    leher, siku, paha dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini

  • 5/24/2018 bahan forensik

    4/26

    tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara

    kematian.

    Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan

    cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila

    sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi.

    Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

    Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang

    lebih dingin, melalui cara radiasi,konduksi, evaporasi dan konveksi. Grafik penurunan suhu

    tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan penurunan suhu

    dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh,

    pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.

    Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin

    dengan kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau

    berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.

    Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan sebagai hasil dari

    penelitian di negara barat, namun ternyata sukar dipakai dalam praktek karena faktor-faktor yang

    berpengaruh di atas berbeda pada setiap kasus, lokasi, cuaca dan iklim. Meskipun demikiandapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare (1962) yang dibuat dari hasil penelitian

    terhadap mayat telanjang dengan suhu lingkungan 15.5 derajat Celcius, yaitu penurunan suhu de-

    ngankecepatan 0.55 derajat Celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat Celcius

    tiap jam pada 6 jam berikutnya, dan kira-kira 0.8 derajat Celcius tiap jam pada periode

    selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. Peng-

    gunakan formula ini harus dilakukan dengan hati-hati mengingat suhu lingkungan di Indonesia

    biasanya lebih tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).

    Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui pengukuran

    suhu tubuh pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Caranya adalah

    dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15

    menit). Suhu lingkungan diukur dan dianggap konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat

    menetap, sedangkan suhu saat mati dianggap 37 derajat Celcius bila tidak ada penyakit demam.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    5/26

    Penelitian membuktikan bahwa perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat Celcius tidak

    mengakibatkan perubahan yang beimakna. Dari angka-angka di atas, dengan menggunakan

    rumus atau grafik dapat ditentukan waktu antara saat mati dongan, saat pemeriksaan. Saat ini

    telah tersedia program kom puter guna penghitungan saat mati melalui cara ini.

    Pembusukan (decomposition, putrefaction)

    Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan keija bakteri.

    Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Autolisis

    timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya dapat dicegah

    dengan pembekuan jaringan.

    Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan.

    Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri

    berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini

    terbentuk gas-gas alkana, H2Sdan HCN, serta asam amino dan asam lemak.

    Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan

    bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat

    dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemo-globin. Secara

    bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulaitercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau

    kehitaman. Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan

    kemerahan berbau busuk.

    Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan mengakibatkan

    tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung. Gas yang terdapat di

    dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini me-

    nyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerahdengan jaringan longgar, seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti

    petinju (pugilistic attitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat

    terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga sendi.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    6/26

    Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggembung dan

    berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah

    membengkak dan sering terjulur diantara gigi. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan wajah

    asli korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga. Hewan pengerat akan merusak

    tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah

    rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi

    bergerigi.

    Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira 36-48 jam

    pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati, di alis mata,

    sudut mata, lubang hidung dan diantara bibir. Telur lalat tersebut kemudian akan menetas

    menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang

    larva, maka dapat diketahuf usia larva tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan

    saat mati, dengan asumsi bahwa lalat biasanya secepatnya meletakkan telur setelah seseorang

    meninggal (dan tidak lagi dapat mengusir lalat yang hinggap).

    Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang berbeda. Perubahan

    warna terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus, menjadi ungu kecoklatan. Mukosa

    saluran napas menjadi kemerahan, en-dokardium dan intima pembuluh darah juga kemerahan,

    akibat hemolisis darah. Difusi empedu dari kandung empedu mengakibatkan warna coklatkehijauan di jaringan sekitarnya. Otak melunak, hati menjadi berongga seperti spons, limpa

    melunak dan mudah robek. Kemudian alat-dalam akan mengerut. Prostat dan uterus non gravid

    merupakan organ padat yang paling lama bertahan terhadap perubahan pembusukan.

    Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26.5 derajat Celcius hingga

    sekitar suhu normal tubuh), kelembaban dan udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh

    gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat terdapat juga berperan.

    Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan yang terdapatdalam air atau dalam tanah. Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam

    tanah : air : udara adalah 1 : 2 : 8. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat membusuk, karena

    hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat pada bayi

    akan menghambat pertumbuhan bakteri.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    7/26

    Adiposeraatau lilin mayat

    Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau

    tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi,

    tetapi istilah adiposera lebih disukai karena menunjukkan sifat-sifat dian-tara lemak dan lilin.

    Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak

    dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur

    dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi (Mant dan Furbank, 1957)

    dan kristal-kristal sferis dengan gambaran radial (Evans, 1962). Adiposera terapung di air, bila

    dipa-naskan mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam alkohol panas dan eter.

    Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak

    superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di

    pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah

    menjadi adiposera.

    Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-

    tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih dimungkinkan. Faktor-

    faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh yang

    cukup, sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit. Udarayang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat akan mempercepat. Invasi

    bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan mempercepat pembentukannya.

    Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman dan dehidrasi

    jaringan bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0.5% asam lemak bebas, tetapi

    dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12 minggu menjadi 70%

    atau lebih. Pada saat ini adiposera menjadi jelas secara makroskopik sebagai bahan berwarna

    putih kelabu yang menggantikan atau menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada stadiumawal pembentukannya sebelum makroskopik jelas, adiposera paling baik dideteksi dengan

    analisis asam palmitat.

    Mummifikasi

  • 5/24/2018 bahan forensik

    8/26

    Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat

    sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.

    Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk

    karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila

    suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang

    lama (12-14 minggu). Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.

    Perkiraan saat kematian

    Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk

    memperkirakan saat mati.

    1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, skiera di kiri-kanan

    kornea akan berwarna kecolkatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di

    tepi kornea (taches noires sclrotiques).Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis.Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air,

    tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan

    tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik

    dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam

    pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas. Setelah kematian

    tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata.

    Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati. Perubahan pada retina

    dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati

    tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1

    jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi. Selama dua jam pertama

    pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning. Warna kuning juga

    tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola vaskular koroid

    yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang merah dengan pola segmentasiyang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam

    menjadi homogen dan lebih pucat. Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur

    dan hanya pembuluhpembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat

    dengan latar belakang kuning-kelabu. Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai

    tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya

  • 5/24/2018 bahan forensik

    9/26

    dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang

    tersisa. Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina

    dan diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.

    2. Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga

    tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan

    saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu dalam membuat

    kepu-tusan. Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-bijian) dalam isi

    lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah

    makan makanan tersebut.

    3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0.4

    mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan

    saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan

    mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.

    4. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertumbuhan kuku yang

    diperkirakan sekitar 0,1 mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat

    kematian bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.

    5. Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg%

    menunjukkan ke-matian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari

    80mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10

    mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.

    6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar Kalium yang cukup akurat untuk

    memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati.

    7. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca

    mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.

    Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan

    permeabilitas dari sel yang telah mati. Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses

    ke-matian dapat menimbulkan perubahan dalam darah bahkan sebelum kematian itu

  • 5/24/2018 bahan forensik

    10/26

    terjadi. Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan

    untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.

    8. Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama

    seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan

    terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan

    kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar

    keringat sampai 60-90 menir pasca mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan

    perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati.

    TRAUMATOLOGI FORENSIK

    Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan

    berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu

    keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

    Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:

    Mekanik:

    Kekerasan oleh benda tajam

    Kekerasan oleh benda tumpul

    Tembakan senjata api

    Fisika:

    Suhu

    Listrik dan petir

    Perubahan tekanan udara

    Akustik

    Radiasi

  • 5/24/2018 bahan forensik

    11/26

    Kimia:

    Asam atau basa kuat

    LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA SETENGAH TAJAM

    Yang dimaksud dengan kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan

    benda tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya tepi meja, lempengan besi, gigi dan

    sebagainya. Luka yang terjadi adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan tumpul namun

    bentuknya beraturan.

    Jejas-gigit (bite-mark) merupakan luka lecet tekan atau hematoma berbentuk garis lengkung

    terputus-putus. Pada luka tersebut dilakukan pengukuran, pemotretan berskala dan swab air liur

    (untuk penentuan golongan darah pelaku). Cetakan gigi tersangka perlu dibuat untuk digunakan

    pada perbandingan. Pada korban hidup, luka gigitan umumnya masih 'baik' bentuk dan

    ukurannya sampai 3 jam pasca trauma, setelah itu dapat berubah bentuk akibat elastisitas kulit.

    LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TAJAM

    Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adaiah benda yang

    memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti

    pisau golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, bahkan tepi kertas atau

    rumput.

    Gambaran umum luka yang diakibatkannya adaiah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk

    garis, tidak terdapat jembatan-jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat

    kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka bacok.

    Selain gambaran umum luka tersebut di atas, luka iris atau sayat dan luka bacok mempunyaikedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip

    dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik atau

    akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang tidak

    selalu berupa garis.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    12/26

    Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa

    pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti

    benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip, luka tersebut

    dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan

    luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang

    menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya. Kulit di sekitar luka

    akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya luka lecet atau luka memar,

    kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.

    Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya,

    demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut.

    Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban. Umumnya luka akibat

    kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan memiliki ciri-ciri

    berikut:

    Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan

    Lokasi luka sembarang terpilih terpapar

    Jumlah luka banyak banyak tunggal/banyak

    Pakaian terkena tidak terkena terkena

    Luka tangkis ada tidak ada tidak ada

    Luka percobaan tidak ada ada tidak ada

    Cedera sekunder mungkin ada tidak ada mungkin ada

    Ciri-ciri pembunuhan di atas dapat dijumpai pada kasus pembunuhan yang disertai perkelahian.

    Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan dapat tunggal.

    Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan

    pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    13/26

    Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-

    kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi

    biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan pemeriksaan terhadap

    bercak darahnya.

    Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat yang cepat

    mematikan misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut (harakiri) dan lipat paha. Bunuh

    diri dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan luka-luka pada tempat yang terjangkau

    oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umumnya korban

    menyingkap pakaian terlebih dahulu.

    Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata tajam,

    sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan tersebut dapat berupa luka sayat

    atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.

    Yang dimaksud dengan kecelakaan pada tabel di atas adalah kekerasan tajam yang terjadi tanpa

    unsur kesengajaan misalnya kecelakaan industri, kecelakaan pada kegiatan sehari-hari;

    sedangkan cedera sekunder adalah cedera yang terjadi bukan akibat benda tajam penyebab,

    misalnya luka yang terjadi akibat terjatuh.

    INTRAVITALITAS ATAU REAKSI VITAL TERHADAP LUKA

    Pada tubuh manusia yang masih hidup, adanya trauma akan menyebabkan timbulnya reaksi

    tubuh terhadap trauma tersebut. Dengan menemukan reaksi tubuh terhadap trauma, maka dapat

    dipastikan bahwa saat terjadi trauma, yang bersangkutan masih hidup, atau dengan perkataan

    lain, luka terjadi intravital. Reaksi vital yang umum adalah perdarahan berupa ekimosis,

    petechiae dan terjadinya emboli.

    Pada penilaian terhadap perdarahan, harus diiakukan dengan teliti terutama bila luka terletak di

    daerah hipostasis. Luka-luka pada korban harus diperhatikan dengan seksama termasuk saluran

    luka/ kerusakan jaringan bawah kulit.

    Emboli lemak dapat terjadi pada kasus patah tulang dan trauma tumpul jaringan lemak

    sedangkan emboli udara terjadi bila ada vena superfisial yang terbuka dan emboli jaringan dapat

    terjadi bila alat dalam, misalnya hati mengalami kerusakan.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    14/26

    Kadar laktat darah dapat digunakan sebagai cerminan reaksi adrenergik, adalah parameter

    terjadinya suatu situasi stres premortal, misalnya pada kecelakaan pesawat terbang.

    Reaksi radang, sepsis dan terjadinya ulcus duodeni/ventrikulus (curling's ulcer) dapat pula

    sebagai indikator intravitalitas. Luka bakar intravital dapat ditentukan dengan dengan melihat

    adanya eritema di sekeliling vesikel/bullae dan pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

    pelebaran kapiler, sebukan lekosit PMN, perdarahan dan edema.

    Adanya jelaga pada saluran napas dan lambung serta CO-Hb darah (10%), serta cyanida

    (kadang-kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup sewaktu terbakar. Reaksi

    intravital terhadap trauma dapat pula tampak sebagai peningkatan kadar histamin bebas serta

    serotoninpada jaringan yang mengalami trauma. Demikian pula perubahan aktivitas enzimatik

    LDH pada jaringan yang mengalami perlukaan, reaksi penyembuhan dan terjadinya granulasi

    serta terjadinya sebukan sel radang baik yang akut maupun yang kronik, semuanya menunjukkan

    bahwa luka yang terjadi adalah luka semasa korban masih hidup.

    IDENTIFIKASI FORENSIK

    Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk

    menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam

    kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam

    penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

    Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode idetiiikasi sidik jari, visual, dokumen,

    pakaian dan perhiasan, medik, gigi, seiologik dan secara eksklusi. Akhir akhir ini dikembangkan

    pula metode identifikasi DNA.

    PEMERIKSAAN SIDIK JARI

    Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem.

    Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi

    ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    15/26

    Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap {ari tangan

    Jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah

    dengan kantung plastik.

    METODE VISUAL

    Metode Ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa

    kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum

    membusuk sehingga masih mungkin dikenal wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu

    orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut

    berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

    PEMERIKSAAN DOKUMEN

    Dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, Paspor dsb.) yang kebetulan dijumpai dalam

    saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.

    Perlu diingat bahwa pada kecelakaan masai, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang

    berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.

    PEMERIKSAAN PAKAIAN DAN PERHIASAN

    Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama

    pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi

    walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.

    Khusus anggota ABRJ, masalah identifikasi dipermudah dengan adanya nama serta NRP yang

    tertera pada kalung logam yang dipakainya.

    IDENTIFIKASI MEDIK

    Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,

    cacat/kelainan khusus, tatu (rajah).

    Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan

    menggunakan berbagai cara/modifikasi {termasuk pemeriksaan dengan sinar-X}, sehingga

  • 5/24/2018 bahan forensik

    16/26

    ketepatannya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangkapun masih dapat dilakukan metode

    identifikasi ini.

    Melalui metode ini, diperoleh data tentang jenis kefamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan,

    kelainan pada tulang dan sebagalnya.

    PEMERIKSAAN GIGI

    Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan

    dengan menggunakan pemeriksaan manual. sinar-X dan pencetakan gigi serta rahang.

    Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambatan, protesa gigi dan

    seoagainya.

    Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap Individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan

    demikian, dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data

    pembanding ante mortem.

    PEMERIKSAAN SEROLOGIK

    Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan

    golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut,

    kuku dan tulang.

    METODE EKSKLUSI

    Metode ini digunakan pada kecelakaan masai yang melibatkan sejumlah orang yang dapat

    diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.

    Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya

    dengan menggunakan metode-metode identifikasi /ain, sedangkan Identitas sisa korban tidak

    dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut di atas. maka sisa korban diidentifikasi

    menurut daftar penumpang.

    IDENTIFIKASI POTONGAN TUBUH MANUSIA (KASUS MUTILASI)

  • 5/24/2018 bahan forensik

    17/26

    Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang.

    Bila terasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut berasal dari satu tubuh.

    Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan dan keterangan lain seperti cacat

    tubuh, penyakit yang pernah diderita, status sosial ekonomi, kebiasaan-kebiasaan tertentu dan

    sebagainya serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.

    Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa

    pemeriksaan seperti pengamatan Jaringan secara makroskopfk, mikroskopik dan pemeriksaan

    serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipilin).

    Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pemeriksaan mak-roskopik dan diperkuat dengan

    pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita seperti drum stick

    pada lekosit dan Barr body pada sel epitel.

    IDENTIFIKASI KERANGKA

    Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah

    kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-cin khusus, detormitas

    dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada

    tulang. Perkirakan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.

    Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan Identifikasi dengan

    membandingkannya dengan data ante mortom. Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut

    semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto

    rontgen tuteng tengkorak di atas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut

    pemotretan yang sama. Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.

    Pemeriksaan anatomik dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia. Kesalahan

    penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal Ini perlu dilakukanpemeriksaan serologik (reaksi presipilin) dan histologik (jumlah dan diameter kanal-kanal

    Havers).

  • 5/24/2018 bahan forensik

    18/26

    Penentuan ras mungkin dilakukan dengan pemeriksaan antro-pologik pada tengkorak, gigi geligi

    dan tulang panggul atau tulang (ainnya. Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang

    ber-bentuk seperti sekop memberi petunjuk kearah ras Mongoloid.

    Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum.

    tulang panjang serta skapuJa dan metakarpal Pada panggul, indeks isio-pubis (panjang pubis

    dikali seratus dibagi panjang isium) merupakan ukuran yang paling sering digunakan. Nilai laki-

    laki sekitar 83.6, wanita 99,5.

    Ukuran anatomik lain seperti indeks asetabulo-isiadikum, indeks cotulo-isiadikum, ukuran pintu

    atas, tengah dan bawah panggul serta morfologi deskriptif seperti insisura isiadikum mayor yang

    sempit dan dalam pada laki-laki, suikus preaurlkularli yang menonjol pada wanita, a/ku* sub-

    pubis dan krista iliaka, juga jumlah beberapa ukuran pada tulang dada seperti panjang sternum

    tanpa xyphoid, lebar sternum pada segmen I dan II, tebal minimum manubriun dan korpus

    sternum segmen I dapat untuk menentukan jenis kelamin.

    Tabel berikui menunjukkan ciri seks pada tengkorak:

    Tanda Pria Wanita

    Ukuran, volume endokranial besar Kecil

    Arsitektur kasar Halus

    lonfolan Suoraorbital sedana -> besar kecil > sedana

    Prosesus mastotdeus sedana > besar kecil > sedang

    Daerah oksipital, linea

    muskularis dan Protuberensia

    tidak jelas jelas/menonjol

    Eminensia frontalis kecil besar

  • 5/24/2018 bahan forensik

    19/26

    Eminensia parietale kecil besar

    Orbita persegi, rendah relatif

    kecil tepi tumpul

    bundar, tinggi relatif besar tepi tajam

    Dahi curam kurang

    membundar

    Membundar, penuh, infantil

    Tulang pipi berat, arkus lebih ke

    lateral

    ringan, lebih memusat

    Mandbula besar, simfisisnya tinggi,

    ramus asendinanva lebar

    kecil, dengan ukuran korpus dan

    ramus lebih kecil

    Palatum Besar dan tebar,

    cenderung seperti huruf

    U

    kecil, cedecung seperti parabola

    Kondilus oksipitalis

    Gigi-geligi

    Besar

    besar, M1 bawah sering

    5 kuspid.

    Kecil

    kecil, molar biasanya 4 kuspid

    Sumber: Krogmann (1955)

    Tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan tulang wanita

    dengan perbandingan 100:90. Pada tulang-tulang lamur, humanis dan ulna terdapat be berapa ciri

    khas yang menunjukkan jenis kelamin seperti ukuran kaput dan kondilus, sudut antara kaput

    femoris terhadap batangnya yang lebih kecil pada laki-laki. perforasi fosa olekrani menunjukkan

    jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch pada laki-laki.

    Krogman menyimpulkan, penentuan jenis kelamin pada kerangka dewasa berketepatan 100% bla

    lengkap, 90% bila tengkorak saja, 95% bila panggul saja, 98% bila tengkorak dan panggul dan

    80% bila hanya tulang-tulang panjang. Kemungkinan penentuan jenis kelamin pada kerangka

    pre-pubertas adalah 50% dengan harapan ketepatan maksimal sebesar 75-60 %.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    20/26

    Pemeriksaan terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis tulang sering

    digunakan untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pemeriksaan ini dapat

    dilakukan menggunakan foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap

    pusat penulangan pada tulang.

    Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak guna perkiraan umur

    sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode, namun pada akhirnya hampir semua

    ahli menyatakan bahwa cara Ini tidak dapat dipercaya/tidak akurat dan hanya dipakai dalam

    lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-45 tahun) saja.

    Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari 16 hingga 50 th, baik

    yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi

    simfisis pubis menjadi 3 komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah miai tersebut

    menunjukkan umur berdasarkan sebuah tabel.

    Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan femur guna penentuan umur.

    Demikian pula tulang kavikula, sternum, tulang iga dan tulang belakang mempunyai ciri yang

    dapat digunakan untuk memperkirakan umur.

    Nemeskeri, Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial,

    relief permukaan simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimal/epifise femur, dan

    mereka dapat menentukan umur dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun.

    Perkiraan umur dari gigi dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi

    (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun, masa statis gigi susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12

    tahun).

    Selain itu dapat juga digunakan metode Gustafson yang memperhatikan alrisj (keausan),

    penurunan tepi gusi, pembentukan dentln sekunder, semen sekunder, transparansi dentin dan

    penyempitan/penutupan foramen apikalis.

    Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, menggunakan rumus

    yang dibuat oleh banyak ahli. Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa):

    Tinggi Badan= 897 + 1,74 y (femur kanan)

  • 5/24/2018 bahan forensik

    21/26

    Tinggi Badan = 822 + 1,90 y (femur kiri)

    Tinggi Badan = 679 -f 2,12 y (tibia kanan)

    Tinggi Badan = 847 + 2,22 y (tibia kiri)

    Tinggi Badan = 867 + 2.19 y (fibula kanan)

    Tinggi Badan= 883 + 2.14 y (fibula kiri)

    Tinggi Badan = 847 + 2.60 y (humerus kanan)

    Tinggi Badan = 605 + 2.74 y (humerus kiri)

    Tinggi Badan = 842 + 3,45 y (radius kanan)

    Tinggi Badan = 662 + 3,40 y (radius kiri)

    Tinggi Badan = 819 + 3,15 y (ulna kanan)

    Tinggi Badan = 847 + 3,06 y (ulna kiri)

    Catatan: Semua ukuran dalam satuan mm.

    Humus Trotier dan Gleser untuk Mongoloid:

    1.22 (fem + fib) + 70.24 (3,18 cm)

    1.22(fem + fib) + 70,37 (3,24 cm)

    2.40 (fib) +80,56 (3,24 cm)

    2,39 (tib) + 61,45 (3,27 cm)

    2,15 (fam) +72.57 ( 3,80 cm)

    1,68 (hum+ ulna) +71,18 (4,14 cm)

    1.67(hum + rad) + 74,83 (4,16 cm)

    2,68 (hum) +83,19 ( 4,25 cm)

  • 5/24/2018 bahan forensik

    22/26

    3,54 (rad) + 82,00 ( 4,60 cm)

    3,48 (ulna) + 77,45( 4,66 cm)

    Melari suatu. penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda

    di Indonesia:

    Pria: TB = 72.9912 + 1,7227 (tib) + 0,7646 (fib) (+ 4.2961 cm)

    TB = 75.9600 + 2.3922 (tib) ( 4.3672 cm) TB = 80,3078 + 2,2788 (fib) ( 4,6186 cm)

    Wanita : TB = 71,2317 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) ( 4.6634 cm)

    TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) ( 4,9526 cm) 78 76.2772 + 2,2522 (fib) ( 5,0225 cm) Tul. r .9

    yang diukur dalam keadaaan kering biasanya lebih pendek 2 mrr dari tulang yang segar,

    sehingga dalam menghitung tinggi badan pe.lu diperhatikan.

    Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-

    laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio laki-laki wanita adalah

    100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang dianjurkan. (Khusus untuk rumus Djaja SA,

    panjang tulang yang diguna-kan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh, berikut kulit

    di luarnya).

    Ukuran pada tengkorak, tulang dada dan telapak kaki juga dapat digunakan untuk menilai tinggi

    badan.

    Bila tidak ada individu yang dicurigai sebagai korban, maka dapat dilakukan upaya rekonstruksi

    wajah pada tengkorak dengan Jalan 'menambal1 tulang tengkorak tersebut menggunakan data

    ketebalan jaringan funak pada pelbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada

    masyarakat untuk memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.

    4. Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Jiwa Manusia

    Pasal 89 KUHP

    Membuat orangpingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    23/26

    Pasal 90 KUHP

    Luka berat berarti:o jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,

    atau yang menimbulkan bahaya maut;

    o tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;

    o kehilangan salah satu pancaindra;

    o mendapat cacat berat;

    o menderita sakit lumpuh;

    o terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;o gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

    Pasal 170

    (1)Barangsiapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap

    orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

    (2)Yang bersalah diancam:

    1: dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja menghancurkan barang

    atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka

    2: dengan pidana penjara paling lama 9 tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat.

    3:dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

    (3)Pasal 89 tidak berlaku bagi pasal ini

    Pasal 338 KUHP

    Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan

    pidana penjara paling lama lima belas tahun.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    24/26

    Pasal 339 KUHP

    Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan

    dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk

    melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,

    ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,

    diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh

    tahun.

    Pasal 340 KUHP

    Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,

    diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara

    seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.

    Pasal 351 KUHP

    (1)Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau

    pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

    (2)Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara

    paling lama 5 tahun.

    (3)Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

    (4)Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

    (5)Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

    HR 25 Juni 1894

    Menganiaya adalah dengan sengaja menimbulkan sakit atau luka. Kesengajaan ini harusdituduhkan dalam surat tuduhan.

    HR 21 Oktober 1935

  • 5/24/2018 bahan forensik

    25/26

    Kesengajaan harus ditujukan untuk menimbulkan luka pada badan atau terhadap kesehatan.

    Dalam hal ini dalam surat tuduhan cukup dengan menyatakan ada "penganiayaan. Ini bukan

    saja merupakan suatu kwalifikasi akan tetapi juga suatu pengertian yang nyata.

    HR 8 April 1929

    Adalah cukup bahwa terdapat suatu hubungan sebab akibat antara penganiayaan dan adanya

    luka-luka berat. Tidaklah menjadi persoalan bahwa dalam keadaan normal akibatnya tidaklah

    demikian.

    Pasal 352 KUHP

    (1)Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan

    penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai

    penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling

    banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertigabagi orang yangmelakukan kejahatanitu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.(2)Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

    Pttsal 353 KUHP

    (1)Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4

    tahun.

    (2)Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling

    lama tujuh tahun,

    (3)Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjarapaling lama 9tahun.Pasal 354 KUHP

    (1)Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan

    penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

    (2)Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama

    sepuluh tahun.

  • 5/24/2018 bahan forensik

    26/26

    Pasal 355 KUHP

    (1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dabulu, diancam dengan pidana

    penjara paling lama dua belas tahun.

    (2)Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 15tahun.

    Pasal 356 KUHP

    Pidana yang ditemukan dalam pasal 351,353,354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:

    1: bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya, menurut undang-undang,

    isterinya atau anaknya;

    2: jika kejahatan dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan tugasnya

    yang sah.3: jika kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau

    kesehatan untuk dimakan atau diminum.