bahan makalah forensik

46
1. buku ijo 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Patologi_forensik 3. http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=10607 4. http://id.wikipedia.org/wiki/Ide ntifikasi_forensik Identifikasi forensik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi , cari Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata .Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang yang

Upload: priscilla-samuel

Post on 15-Feb-2015

102 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: bahan makalah forensik

1. buku ijo

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Patologi_forensik

3. http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=10607

4. http://id.wikipedia.org/wiki/Identifikasi_forensik

Identifikasi forensikDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Pemeriksaan sidik jari 2 Metode Visual 3 Pemeriksan Dokumen

Page 2: bahan makalah forensik

4 Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan 5 Identifikasi Medik 6 Pemeriksaan Gigi 7 Pemeriksaan Serologik 8 Metode Eksklusi 9 Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi) 10 Identifikasi Kerangka 11 Pemeriksaan Anatomik 12 Penentuan Ras 13 Daftar Pustaka

[sunting] Pemeriksaan sidik jari

Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang.

Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

[sunting] Metode Visual

Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

[sunting] Pemeriksan Dokumen

Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.

[sunting] Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan

Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.

Page 3: bahan makalah forensik

[sunting] Identifikasi Medik

Metode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.

Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.

Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

[sunting] Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.

Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.

[sunting] Pemeriksaan Serologik

Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.

Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya sangat tinggi.

[sunting] Metode Eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.

Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.

[sunting] Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)

Page 4: bahan makalah forensik

Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari manusia atau hewan.Bilamana berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh.

Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.

Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).

Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan otot.

[sunting] Identifikasi Kerangka

Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah.Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian.Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memeperhatikan kekeringan tulang.

Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data antemortem.Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang sama.Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.

[sunting] Pemeriksaan Anatomik

Dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia.Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).

[sunting] Penentuan Ras

Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya.Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid.

Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal.Sedangkan tinggi badan dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli.

Page 5: bahan makalah forensik

Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia;

TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) +1,0459(fib) (lk 4,8684) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) + (lk 4,9526) TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (lk 5,0226)

Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 milimeter dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tingi badan perlu diperhatikan.

Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita.Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio laki-laki banding wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang sangat dianjurkan.(Khusus untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh berikut kulit luarnya).

Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki juga dapat digunakan untuk menilai tinggi badan.Bila tidak diupayakan rekonstruksi wajah pada tengkorak dengan jalan menambal tulang tengkorak tersebut dengan menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.

5. buku ijo hal 197 identifikasi forensik

6, http://www.forensicresources.co.uk/Fingerprints.php

7. buku putih ijo hal 11

8. buku ijo traumatologi

9.http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:

1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.

2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat

perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.

Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang

disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.

1. Abrasi

2. Laserasi

3. Kontusi/ruptur

Page 6: bahan makalah forensik

4. Fraktur

5. Kompresi

6. Perdarahan

 

Abrasi

Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja

yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke

jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh

darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan

dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah

dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang

menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu

terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat

ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah

saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari),

beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi

dapat terjadi pada abrasi yang luas.  

 

 

 

Kontusio Superfisial

Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu

yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat

menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang

dengan kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang

ditimbulkannya.

Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu

tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart pasti

untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan

menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan

pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap.

Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu

terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut

pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah

dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan

syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di

bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat

Page 7: bahan makalah forensik

menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat

media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran

darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat

hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.

Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan subkutan.

Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel – sel lemak, cairan lemak kemudian

memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran darah dapat menyebabkan

emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ lain termasuk otak. Pada mayat dengan kulit

yang gelap sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan darah

pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan.

 

Kontusio pada organ dan jaringan dalam

Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang

berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan

kelainan fungsi dan bahkan kematian.

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi

peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi

peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran,

koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan

gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang

mengontrol pernapasan dan peredaran darah.

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada

daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan

gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot

jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung.

Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan

perdarahan pada rongga tubuh. 

 

Laserasi

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan

subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip

untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh

benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan

jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari

laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang

lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.

            Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya

tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler,

kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi

dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi

Page 8: bahan makalah forensik

laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar

juga  menunjukkan arah awal kekerasan.

            Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan

tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum

robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk

permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung

laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”.

Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

            Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan

tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang

berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan

darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau

krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi

saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan

selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan

struktur lain.

            Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka

atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari

beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat

korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.

            Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya

robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.

Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan

perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya

diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari

permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka  masuk ke dalam jaringan. Port d entree

tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.  Bila luka

terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di

gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.

Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat

menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada

organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati

dan limpa.

            Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat

terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.

 

Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi

Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat

menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada

pukulan selanjutnya.  Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu

pukulan.

Page 9: bahan makalah forensik

 

Fraktur

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki sedikit

makna pada ilmu forensik.  Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit

atau terbuka.

            Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor

seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi

trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat

tanpa menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami

osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan. 

            Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada

tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto

polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.

            Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat

menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan.

Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan

fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari

penampang makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan,

sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan

berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur

dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup

tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya. 

            Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub

periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila

terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan

lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila

terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat

menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah

selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.

            Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada

emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat

menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat

terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli

sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.

            Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah

begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra

dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak

dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma

hingga kematian.

 

Kompresi

Page 10: bahan makalah forensik

Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal maupun

sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran

udara.  

 

Perdarahan

Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan

1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume darah

dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan ½ volume darah

dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan

yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan

yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi

perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa

sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan

mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan

mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari

dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu

perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari

vena.

Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi

perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan

perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan

gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu

alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga

cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan

oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau

kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.

 

Cedera Kepala

Cedera Kepala pada Penutup Otak

Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut duramater, atau

sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan tengkorak

kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut ruang

epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensik.

            Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat rapuh,

melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu

penting dalam bidang forensik.

            Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut arakhnoid.

Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural.

Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada

ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.

Page 11: bahan makalah forensik

            Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural atau

ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.

 

Perdarahan Epidural (Hematoma)

Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak. Apabila fraktur

mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian dalam tengkorak, umumnya

arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat.

Kumpulan darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang epidural

menjadi lebih luas. Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam, otak mendapatkan

kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri kepala,

penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian akan

terjadi bila tidak dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala

sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai “lucid

interval”

 

Perdarahan Subdural (Hematoma)

Perdarahan ini timbul apabila terjadi “bridging vein” yang pecah dan darah berkumpul di ruang

subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di

bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka “lucid interval” juga

lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa

hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan

perdarahan subdural yang fatal.

            Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus,

perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak,

sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain,

memerlukan tindakan operatif  segera untuk dekompresi otak.

            Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan pada

perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap meluas ke seluruh

permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami degradasi. Hasil akhir dari

penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan skar yang lunak dan tipis yang menempel

pada dura. Sering kali, pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga membuat skar

tersebut rentan terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali.

Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini bervariasi antar

individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu sendiri.

            Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma, meskipun

dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat terjadi pada orang-orang

dengan gangguan mekanisme pembekuan darah atau pada pecandu alcohol kronik, meskipun

tidak menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus perdarahan

subdural akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil yang tidak berisiko apabila terjadi pada

orang normal. Akan tetapi, pada orang-orang yang memiliki gangguan pada mekanisme

pembekuan darah, dapat bersifat fatal.

Page 12: bahan makalah forensik

            Adakalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan dari perdarahan di

tempat lain. Salah satu contohnya adalah perdarahan intraserebral yang keluar dari substansi

otak melewati pia mater, kemudian masuk dan menembus lapisan arakhnoid dan mencapai

ruang subdural.

 

 

 

Perdarahan Subarakhnoid

            Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi 2

kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan dengan trauma.

Penyebabnya antara lain:

1. Nontraumatik:

a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak

b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarakhnoid

2. Traumatik:

a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan

perdarahan subarakhnoid

b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang

menyebabkan robeknya arteri vertebralis

c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan

gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.

Arteri yang lemah dan membengkak seperti pada aneurisma, sangat rapuh dindingnya

dibandingkan arteri yang normal. Akibatnya, trauma yang ringan pun dapat menyebabkan

ruptur pada aneurisma yang mengakibatkan banjirnya ruang subarakhnoid dengan darah dan

akhirnya menimbulkan disfungsi yang serius atau bahkan kematian.

Yang menjadi teka-teki pada bagian forensik adalah, apakah trauma yang menyebabkan ruptur

pada aneurisma yang sudah ada, atau seseorang mengalami nyeri kepala lebih dahulu akibat

mulai pecahnya aneurisma yang menyebabkan gangguan tingkah laku  berupa perilaku mudah

berkelahi yang berujung pada trauma. Contoh yang lain, apakah seseorang yang jatuh dari

ketinggian tertentu menyebabkan ruptur aneurisma, atau seseorang tersebut mengalami ruptur

aneurisma terlebih dahulu yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid dan akhirnya

kehilangan kesadaran dan terjatuh. Pada beberapa kasus, investigasi yang teliti disertai dengan

otopsi yang cermat dapat memecahkan teka-teki tersebut.

Perdarahan subarakhnoid ringan yang terlokalisir dihasilkan dari tekanan terhadap kepala yang

disertai goncangan pada otak dan penutupnya yang ada di dalam tengkorak. Tekanan dan

goncangan ini menyebabkan robeknya pembuluh-pembuluh darah kecil pada lapisan

subarakhnoid, dan umumnya bukan merupakan perdarahan yang berat. Apabila tidak

ditemukan faktor pemberat lain seperti kemampuan pembekuan darah yang buruk, perdarahan

ini dapat menceritakan atau mengungkapkan tekanan trauma yang terjadi pada kepala.

Page 13: bahan makalah forensik

Jarang sekali, tamparan pada pada sisi samping kepala dan leher dapat mengakibatkan fraktur

pada prosesus lateralis salah satu tulang cervical superior. Karena arteri vertebralis melewati

bagian atas prosesus lateralis dari vertebra di daerah leher, maka fraktur pada daerah tersebut

dapat menyebabkan robeknya arteri yang menimbulkan perdarahan masif yang biasanya

menembus sampai lapisan subarakhnoid pada bagian atas tulang belakang dan akhirnya terjadi

penggenangan pada ruang subarakhnoid oleh darah. Aliran darah ke atas meningkat dan

perdarahan meluas sampai ke dasar otak dan sisi lateral hemisfer serebri. Pada beberapa

kasus, kondisi ini sulit dibedakan dengan perdarahan nontraumatikyang mungkin disebabkan

oleh ruptur aneurisma.        

Tipe perdarahan subarakhnoid traumatic yang akan dibicarakan kali ini merupakan tipe

perdarahan yang massif. Perdarahan ini melibatkan dasar otak dan meluas hingga ke sisi

lateral otak sehingga serupa dengan perdarahan yang berhubungan dengan aneurisma pada

arteri besar yang terdapat di dasar otak.Akan tetapi, pada pemeriksaan yang cermat dan teliti,

tidak ditemukan adanya aneurisma, sedangkan arteri vertebralis tetap intak. Penyebab

terjadinya perdarahan diduga akibat pecahnya pembuluh darah berdinding tipis pada bagian

bawah otak, serta tidak terdapat aneurisma. Terdapat 2 bukti, meskipun tidak selalu ada, yang

bisa mendukung dugaan apakah kejadian ini murni dimulai oleh trauma terlebih dahulu. Bukti

pertama yaitu adanya riwayat gerakan hiperekstensi tiba-tiba pada daerah kepala dan leher,

yang nantinya dapat menyebabkan kolaps dan bahkan kematian.

 

Kontusio otak

Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat

lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-

abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah  dengan terhambatnya

aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan  dan seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk

cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian

otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah

penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan

menyebabkan adanya fokus epilepsi.

Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan

dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam

pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala,

kranium, dan otak.

Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir,

hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala.

Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini

terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.

Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak

mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada

kranium  dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang

Page 14: bahan makalah forensik

diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang

berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.

Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua

komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang

ada., diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi.

Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan

terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya,

sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan

penjelasan mendetail.

Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih

atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar.

Perdarahan kecil dinamakan ‘ball hemorrhages’ sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal

tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang

lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan

apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau

tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma

dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.

Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya

melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal,

pons, dan serebelum.  Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena.

Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.

Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal

yang dapat ditemui adalah ‘foam cone’ busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan

hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit

jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan

adanya trauma kepala.

 

Pola trauma

Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah

kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :

1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat  terjadi

kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen

kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk

segiempat atau sudut.

2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang

panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya fraktur tersebut yang disertai

luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban

adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi

bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem

mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat

Page 15: bahan makalah forensik

mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat

kecelakaan terjadi.

3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka

pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan

adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.

4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan

tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun

menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada

bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat

pukulan pada kepala

 

Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala

sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung

memeriksa area per area , dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun

belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma.  Persiapan diagram tubuh yang

memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk

mengungkapkan pola trauma.

TRAUMA TAJAM

Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet menyebabkan luka

yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini :

 

Luka insisi

Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet. Karena

gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan

kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan keadaan

jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi adalah tepinya

yang rata.

 

Luka tusuk

Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang terjatuh di

atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam,

sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya

tajam.

Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan

elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk

senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area

tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek.

Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan

panjang.

Page 16: bahan makalah forensik

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi

korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi

tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan

mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :

1.     Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan

kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai

dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan

yang lebih dalam maupun pada organ.

2.     Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,

sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit

seperti ekor.

3.     Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga

saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan

dengan lebar senjata yang digunakan.

4.     Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam

sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar

pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata

yang digunakan.

5.     Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk

ireguler dan besar.

 

Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada

luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan

Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang

digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat

autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata

yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh

untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan

adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari

beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman

biasanya ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.

Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai

tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat

melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah

pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang

tertancap pada tulang dengan pasangannya.

 

 

 

 

Luka Bacok

Page 17: bahan makalah forensik

Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan menggunakan

instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak kecil, atau parang.

Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang

disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat senjata.

Makin tajam instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh

instrument tajam yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi

lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat penipisan, yang

disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang diarahkan pada

kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi

pipih bilah bisa meninggalkan cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain

dapat tajam atau menipis.

Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di bawah

luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan

instrumen yang lebih berat. Pernah dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi

lepas. Kerusakan tulang yang hebat tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu

dicatat kemungkinan diakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya

melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan

pergeseran tulang, umumnya didekat kaki-kaki luka bacok.

Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan. Disfungsi

karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat

mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat

menyebabkan luka kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup

setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan

hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada

pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh karena luka

tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan yang sama yang

disebabkan luka tembak.

Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka tusuk,

lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh,

pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol pecah,

dan objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek atau

menusuk. Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang

mematikan.

Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh instrumen

tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata dua atau sejata sejenis

digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan kaki-

kaki bersudut akut. Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut

tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat memeberi

perkiraan ciri-ciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat penting

nilainya apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara lebih

akurat untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk menilai apakah

Page 18: bahan makalah forensik

senjata benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya. Beberapa individu yang

menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka sedikit bagian pakaiannya

sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada

pakaian yang dipakai oleh korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian,

dapat menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.

Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan memiliki

ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. ”tanda percobaan” adalah insisi dangkal, luka tusuk

atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri.

Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di

daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat

luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok superfisial di

kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran

dan/atau kematian.

Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka perlawanan”. Luka

jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat lain) dari

korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan

menggenggam bilah dari instrumen tajam.

Jelas bahwa ”tanda percobaan” merupakan ciri khas bunuh diri dan ”tanda perlawanan”

menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh saja berpikir bahwa luka lecet dapat

ditemukan, umumnya pada leher atau sekitar leher, disebabkan oleh penyerang pada kasus

pembunuhan. Luka lecet multipel di lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi tanda

perlawanan, namun tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda perlawanan dan

percobaan yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah pemeriksaan yang lengkap dan

seksama.

 

Luka Tembak

Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3 substansi

berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas. Gas

tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan tekanan pada anak peluru

untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut akan menghasilkan jelaga. Ada bagian yang

berbentuk keras seperti isi pensil untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya tidak semua

bubuk mesiu akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian besar lainnya

diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing memiliki kecepatan

inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa materi yang terlontar dari laras pada

saat penembakan dapat menjadi patokan jarak yang ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga

terkandung jelaga, sangat jelas dan dapat melalui jarak yang sangat pendek yang diukur

dengan satuan inch. Bubuk mesiu yang tidak terbakar, dengan massa yang lebih besar, dapat

terlontar lebih jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya, kemampuan bubuk mesiu untuk

terlontar bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m). Makin berat anak peluru tentu saja membuatnya

terlontar lebih jauh menuju target yang ditentukan atau tidak ditentukan.

 

Page 19: bahan makalah forensik

Jarak Tembakan

Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan

forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut

memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk

menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka

akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut,

luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti

yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut

disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis.

 

Tabel 1

  Senapan Pistol

1.Kontak    

a. Keras, dangkal disekitar

tulang

Penampakkan ”eksplosif”

Jelaga pada tepi luka dan

dalam di dalam jaringan, di

atas tulang

Gambaran moncong

senjata

Penampakkan ”eksplosif”

Jelaga pada tepi luka dan

dalam di dalam jaringan, di

atas tulang

Gambaran moncong

senjata

b. keras, tidak dangkal

disekitar tulang

Defek sirkular

Jelaga pada jaringan yang

lebih dalam

Defek sirkular

Jelaga pada jaringan yang

lebih dalam

c. longgar Korona (ditambah dengan

B)

Sama dengan B

2. Jarak dekat Jelaga (gas mesiu) Jelaga (gas mesiu)

Terbakar (gas mesiu)Bubk mesiu bebas Bubuk mesiu bebas

Tanda gumpalan cabang3. Jarak sedang Kelim tato (bubuk mesiu) Kelim tato (bubuk mesiu)

Tepi luka yang tidak rata

Stippling (isi plastik pada selongsong)

4. Jarak jauh Luka saja Luka tidak rata dengan

defek satelit

Makin jauh jarak tembak: satelit makin banyak, terlihat penggumpalan

 

 

Luka tembak tempel

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat tembakan terjadi

menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak peluru keluar dari

Page 20: bahan makalah forensik

selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas

dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan

yang gelap.

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan

anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2) efektivitas

pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang

terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang  diproduksi oleh bubuk mesiu yang

terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan

dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru.

Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan

dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung

antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal

ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di

jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di

bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan

ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam.

 

Luka Tembak Jarak Dekat

Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inch adalah adanya kelim

jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas

yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk

menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan

didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang saluran luka. ”kelim tato” yang biasa tampak

pada luka jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek

penapisan oleh jelaga.

Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit secara

langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada area

tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh

sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan

pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun.

 

Luka Tembak Jarak Sedang

Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang tidak terbakar

yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona kecil berwarna magenta.

Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil

dan menghasilkan perdarahan kecil.

Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.

Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung

bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya.

Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau

Page 21: bahan makalah forensik

titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim

tato pada gumpalan lebih halus.

Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin besar

area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai adalah dengan

mengukur 2 koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka

percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan

yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak

tembak.

Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang terbungkus dapat

dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan ditemukan lagi bila jarak tembak melebihi

4-5 kaki.

 

Luka tembak jarak jauh

Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya anak peluru

yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak

peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk

sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan

gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu

sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.

Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan

perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri

sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set

sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2)

kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak jarak

jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk

mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila

tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan.

 

Luka Tembak Keluar

Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak keluar.

Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular

melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping).

Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah

sebagai berikut:

1. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk

2. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga memberi

bentuk iregular saat keluar.

3. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan melainkan

dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket dapat terpisah komplit

atau sebagian.

Page 22: bahan makalah forensik

4. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen tulang

tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.

5. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi apapun akan

membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan bentuk anak peluru

yang menyebabkannya.

Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat

keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak

sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki

ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak

masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan

kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang

digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.

Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada

posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari celana

panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga

terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien

tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras.

Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan

padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang,

terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak.

Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit.

Kulit adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.

Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian

tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung,

mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

 

KECEPATAN ANAK PELURU

Jarak tembakan harus ditentukan atau dipikirkan untuk menilai kecepatan tolakan anak peluru.

Perkiraan kecepatan bisa dinilai dengan melakukan pemeriksaan cartridge manufacturer’s

range tables atau untuk lebih tepat dapat menggunakan kronografi, menguji ulang tembakan

dengan menggunakan tipe senjata yang sama dan tipe amunisi yang sama yang dicoba-coba

pada beberapa jarak tertentu.

Kecepatan pistol untuk melontar umumnya antara 350 dan 1500 kaki per detik. Terdapat

sebuah rumus untuk menilai energi kinetik yaitu KE = mv2/2g

Keterangan :   KE adalah energi kinetik dalam satuan foot-pounds

                        m adalah massa anak peluru (pounds)

                        v adalah kecepatan (feet)

                        g adalah gaya gravitasi

 

Area yang tidak terluka pada kasus luka tembak

Page 23: bahan makalah forensik

Ada 4 situasi yang akan diterangkan pada bab ini, yaitu mengenai peluru yang berhubungan

dengan efek yang terlihat pada tubuh yang berupa kelainan abnormal. Situasi tersebut adalah:

1.     Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan. Kondisi ini sering

ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah atau jaringan pada tangan terjadi ketika

kontak antara senjata api dengan tangan yang memegang pelatuk senjata. Selian itu juga

sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada korban penyerangan atau pembunuhan,

pada tangan penyerang sering ditemukan percikan darah/jaringan korban, namun seringkali

penyerang sudah membersihkan percikan tersebut.

2.     Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki atau bagian bawah yang lain dari korban.

3.     Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa menggambarkan posisi

dan waktu korban itu ditembak. Percikan api atau bubuk mesiu yang keluar dari lubang

yang berbentuk silinder senjata bisa menggambarkan posisi tembakan dan jenis senjata

yang digunakan. Percikan bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada luka korban.

4.     Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api berupa jelaga dan bubuk

mesiu korban bunuh diri.

 

Perubahan Luka pada Luka Tembak

Ada beberapa kondisi yang bisa merubah gambaran luka tembak dengan cepat. Perubahan itu

dapat disebabkan antara lain oleh:

1.     luka terbuka yang sudah mengering

2.     proses pembusukan tubuh

3.     penyembuhan dari luka itu sendiri

4.     intervensi tenaga medis

5.     intervensi bedah

6.     intervensi oleh personel atau orang yang tidak profesional

7.     pencucian atau pembersihan luka setelah korban mati

 

Residu senjata api

Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian ini akan dibahas mengenai

beberapa hal yang memiliki arti yang sama dengan residu. Tiap inevestigator akan cenderung

tertarik melihat residu senjata api dengan sudut pandang yang berbeda. Para petugas hukum

akan mengartikan residu dengan menghubungkan yang tersisa di tangan penyerang dengan

senjata api penyerang. Sedangkan ahli senjata lebih tertarik dengan residu yang dihubungkan

dengan senjata api yang digunakan. Ahli patologi forensik menguraikan antara residu yang

terdapat pada tubuh korban dan luka tembak yang ditemukan.

Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks, meliputi identifikasi,

pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi yang baik. Namun hal ini

agak kurang dilakukan.

Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu) yang terjadi akibat

proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu yang terdapat setelah proses

penembakan menurut investigasi medikolegal.

Page 24: bahan makalah forensik

Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk kepentingan

forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru seringkali digunakan oleh pemeriksa

medikolegal untuk menemukan jenis senjata api yang digunakan.

Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan digambarkan sebagai

sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai tambahan, bubuk mesiu peluru dan

fragmennya bisa terlihat pada bagian atas kulit atau bagian bawah kulit dan bisa juga tidak

teridentifikasi. Studi mengenai residu ini adalah baru awal, tidak pernah ada pertanyaan yang

menganalisa detail mengenai keberadaan residu pada luka tembak dalam atau luka tembak

luar pada bagian tubuh korban yang telah mengalami pembusukan.

 

Residu Senjata Api pada Tangan  Tersangka

Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan tersangka pada kasus

pembunuhan dengan luka tembak senjata api. Sedangkan ahli patologi forensik mengecek

tangan korban bunuh diri untuk mendapatkan bukti tambahan bahwa memang kematian

disebabkan oleh korban sendiri. Ahli patologi forensik juga mendemonstrasikan hubungan

residu yang tertinggal dengan korban melalui bahasa tubuh (gesture) korban yang bertahan

atau terdapat perlawanan korban terhadap kontrol senjata api.

 

Residu Senjata Api

Residu                                     Asal                             Terlihat dengan mata telanjang

partikel bubuk                          bubuk                          ya

jelaga                                      bubuk                          ya

grafit                                        bubuk                          ya, sebagai jelaga

karbonmonoksida                    bubuk                          ya, sebagai karboksihemoglobin

                                                                                    ya, sebagai karboksimioglobin

fragmen/kepingan                   peluru                          ya

minyak pelumas                      peluru                          ya

timah,antimoni,perak               peluru                          tidak

timah,barium,antimoni primer                          tidak

tembaga,besi                           selongsong peluru       tidak

 

Residu pada tangan mungkin bisa terlihat, pada kasus ini keberadaan residu harus

dideskripsikan dan diobservasi, dan mungkin harus difoto dan didokumentasikan. Pada

kebanyakan kasus, residu tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Ada teknik-teknik tertentu

untuk melihat adanya residu. Teknik pertama yang diperkenalkan sekitar tahun 1930an adalah

teknik parafin. Teknik ini mendemonstrasikan nitrat dengan menggunakan parafin untuk

mengumpulkan partikel. Nitrat mampu mengoksidasi substansi dari bubuk mesiu dengan jumlah

yang besar. Adanya partikel tersebut akan menyebabkan efek warna setelah diberikan parafin.

Tetapi teknik nitrat dengan menggunakan parafin ini hanya bagus pada teori. Teknik ini tidak

sensitif dan susah untuk dilakukan (tidak praktis).

Page 25: bahan makalah forensik

Dengan alasan yang tidak jelas, beberapa petugas hukum masih melakukan tes parafin

ini, dan laboratorium kriminal di AS juga masih menggunakan prosedur ini.

Pada tahun 1960an, dikembangkan teknik aktivasi neutron yang lebih digunakan dan akurat.

Bahan yang diambil dari tangan dengan menggunakan parafin atau larutan asam. Kemudian

dilihat dengan sinar radiasi emisi neutron. Radioaktif sekunder akan memisahkan partikel-

partikel residu dengan teliti dan akurat. Teknik ini sangat sensitif dengan membutuhkan sedikit

residu. Meskipun demikian hanya beberapa laboratorium di AS dapat mengerjakannya karena

biaya yang mahal.

Absorbsi percikan nyala api dari senjata api yang berupa partikel atom merupakan salah

satu cara untuk mendeteksi residu primer.  Teknik ini dilakukan menggunakan temperatur yang

sangat tinggi untuk menguapkan partikel metalik dari primer residu kemudian dinilai dengan

spektrofotometri. Teknik ini sangat cepat, sensitif, dan ekonomis. Teknik yang lain adalah

skanning dengan mikroskop elektron sebagai alat sentral analisis residu primer yang

dikembangkan oleh aerospace corporation.

Semua prosedur yang telah diterangkan diatas akan berguna apabila pada tangan

korban atau suspek dijaga dan dilindungi dengan cepat  supaya residu tidak hilang atau

terkontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kertas, bukan plastik untuk

menutupi bagian tangan sebelum mendapat manipulasi atau perubahan posisi. Pada suspek

hidup, tidak dibenarkan bagi mereka untuk mencuci tangan, memasukkan tangan ke dalam

saku, atau menyentuh apapun.

 

Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk luka

Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa jelaga, minyak

pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang berupa jelaga yang berasal dari celah

silinder dari pistol. Residu yang tidak terlihat bisa berupa material primer dan partikel metal

yang telah menguap yang berasal dari peluru, jaket, atau selongsong peluru.

Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan masuknya luka

(pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh residu dari senjata api apabila

tembakan yang dilakukan pada jarak dekat. Pada luka akibat tembakan, residu tidak terlihat

secara eksternal, kecuali tepi luka yang rusak itu berwarna kehitaman, hal itu terjadi karena

deposit residu peluru pada jaringan. Deteksi yang terbaik adalah dengan mengambil bagian

sekeliling kulit yang rusak akibat tembakan, dan termasuk lapisan subkutan dan mungkin

jaringan yang lebih dalam lagi untuk menemukan bubuk mesiu. Hal ini sangat baik dilakukan

dengan mikroskop dan dilakukan pada ruang otopsi. Prosedur ini juga dilakukan untuk

membedakan luka tembak dalam dan luka tembak luar pada tubuh yang sudah membusuk atau

berubah karena dibakar, temabakan yang dilakukan dalam jarak dekat atau jarak jauh, dan luka

oleh kaliber 22.

Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan histologis. Teknik ini

digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian setelah itu bisa dilakukan

pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman penulis, sejauh ini teknik ini lebih

Page 26: bahan makalah forensik

bermanfaat dibandingkan pemeriksaan dengan mikroskop saja pada jaringan yang masih baru

(fresh).

Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka tembak,

pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari alat-alat X-ray akan sangat

menguntungkan. Dengan teknik ini komponen primer dan jumlah yang sangat kecil dari deposit

metal yang tersisa dari peluru, jaket maupun selongsongnya bisa dideteksi semikuantitatif.

Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini diproduksi akibat

proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak dengan kulit, karbonmonoksida akan

dideposit dibawah lapisan kulit dan terdifusi pada jaringan. Gas karbonmonoksida akan

bergabung dengan hemoglobin darah dan mioglobin otot dan membentuk karboksihemoglobin

dan karboksimioglobin.

 

Deskripsi luka senjata api

Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada

besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan

tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tenggung jawab yang utama untuk memberikan

penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi,

debridement  dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien

bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti., setelah semua kondisi

gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk

mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk

mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:

1. lokasi luka

2. ukuran dan bentuk defek

3. lingkaran abrasi

4. lipatan kulit yang utuh dan robek

5. bubuk hitam sisa tembakan, jika ada

6. tattoo, jika ada

7. bagian yang ditembus/dilewati

8. titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing dan

susunannya

9. penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut,

pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka

 

Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun demikian,

tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat atau pihak

lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang

mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk

menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk

penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa

Page 27: bahan makalah forensik

dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka

sebenarnya.

 

Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak :

1.     Lokasi

a.     jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan

tubuh

b.     lokasi secara umum terhadap bagian tubuh

2.     Deskripsi luka luar

a.     ukuran dan bentuk

b.     lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya

c.      luka bakar

d.     lipatan kulit, utuh atau tidak

e.     tekanan ujung senjata

3.     Residu tembakan yang terlihat

a.    grains powder

a.     deposit bubuk hitam, termasuk korona

b.     tattoo

c.      metal stippling

4.     Perubahan

a.     oleh tenaga medis

b.     oleh bagian pemakaman

5.     Track

a.     penetrasi organ

b.     arah

-        depan ke belakang (belakang ke depan)

-        kanan ke kiri(kiri ke kanan)

-        atas ke bawah

c.      kerusakan sekunder

-        perdarahan

-        daerah sekitar luka

d.     kerusakan organ individu

6.     Penyembuhan luka tembakan

a.     titik penyembuhan

b.     tipe misil

c.      tanda identifikasi

d.     susunan

7.     Luka keluar

a.     lokasi

b.     karakteristik

8.     Penyembuhan fragmen luka tembak

Page 28: bahan makalah forensik

9.     Pengambilan jaringan untuk menguji residu

 

Deskripsi medikolegal harus lebih detail dan harus mencakup juga perubahan yang terjadi oleh

orang lain maupun karena reaksi penyembuhan.

 

Fasilitas Otopsi untuk korban luka tembak

Fasilitas merupaka bagian penting dalam melakukan pemeriksaan yang adekuat bagi korban

luka tembak. Fasilitas yang perlu dievaluasi adalah tempat, tenaga kerja dan peralatan.

 

Tempat

Tempat untuk otopsi bagi otopsi medikolegal dapat disediakan oleh bagian peradilan, atau oleh

ahli patologi. Lokasi yang paling ideal adalah fasilitas otopsi patologi forensik. Ini

memungkinkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa mengeluarkan banyak

tenaga. Masalah lain yang perlu dipikirkan adalah tempat penyimpanan tubuh yang baik untuk

mencegah perubahan yang berkaitan dengan pembusukan. Penyimpanan yang baik adalah

suhu dingin 2-6° C, dan aman dari ‘tangan-tangan jahil’. Juga diperlukan adanya cahaya yang

cukup untuk pemeriksaan dan fotografi.

 

 

Tenaga kerja

Ahli patologi tidak mungkin bekerja seorang diri.  Asisten yang dapat membantu otopsi agar

mendapatkan hasil yang adekuat adalah orang-orang dari bagian patologi, residen patologi,

teknolog medis, perawat dan orang dari petugas ruang patologi.

 

Peralatan

Pemeriksan X-Ray harus tersedia. Hal ini dapat melancarkan pemeriksaan otopsi.

 

Konsep-konsep yang salah dalam investigasi tembakan senjata

 

1.     Luka tembak masuk selalu lebih kecil daripada luka tembak keluar

2.     Ketika luka tembak masuk lebih tinggi dibanding luka tembak keluar, arah serangan dari

bawah ke atas

3.     Peluru selalu berjalan dalam garis lurus di dalam tubuh, mulai dari tempat masuk sampai

keluar dari tubuh, atau bila tertinggal di dalam tubuh

4.     Ketika peluru diketahui dari luka terbuka senjata api, berefek sangat panas sehingga

membakar kulit

5.     Peluru tembakan dari senjata yang beralur(spiral), mengalami perputaran dengan

kecepatan yang sangat tinggi, menuntun jalannya pada dan melalui target. Gerakan

berputar atau mengebor menghasilkan lingkaran abrasi pada luka tembak masuk

6.     Peluru yang dihasilkan senjata atau revolver dengan setengah jaket atau peluru berlubang

membuat ‘hamburger’ pada organ daerah dada dan abdomen

Page 29: bahan makalah forensik

7.     Beberapa individu meninggal karena komplikasi akibat perlakuan saat membersihkan luka

8.     Individu yang dominan tangan kanan membunuh diri dengan memegang senjata dengan

tangan kanan dengan luka terbuka pada kontak dengan atau dekat dengan pelipis kanan

9.     Adalah mungkin untuk memperkirakan berapa lama korban hidup setelah cedera fatal dari

pemeriksaan luka

10.  Otopsi pada korban luka tembak merupakan prosedur yang sederhana. Yang penting

adalah menemukan luka masuk dan luka keluar, lokasi peluru, dan jaringan serta organ

yang terluka

9. buku ijo traumatologi forensik hal 37

10.http://yasinfadillah.blogspot.com/2008/05/ilmu-kedokteran-forensik-dan_22.html

PENGERTIAN TANATOLOGI

Tanatologi merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu: definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulai dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak.

WAKTU KEMATIAN

Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian adalah:

1. Livor mortis (lebam jenazah)

2. Rigor mortis (kaku jenazah)

3. Body temperature (suhu badan)

4. Degree of decomposition (derajat pembusukan)

5. Stomach Content (isi lambung)

6. Insect activity (aktivitas serangga)

7. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)

Livor mortis

Page 30: bahan makalah forensik

Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam.

Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).

Rigor Mortis

Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.

Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:

1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.

2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.

Body Temperature

Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan.

Page 31: bahan makalah forensik

Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut.

Formula untuk suhu dalam o Celcius

PMI = 37 o C-RT o C +3

Formula untuk suhu dalam o Fahrenheit

PMI = 98,6 o F-RT o F

1,5

Decomposition

Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.

Proses-Proses Spesifik pada Jenazah Karena Kondisi Khusus

Mummifikasi

Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.

Adipocere

Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.

Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

Gastric Emptying

Page 32: bahan makalah forensik

Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian. Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.

Aktivitas Serangga

Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.

11. Buku ijo tanatologi12. Buku biru sebab mati13. Buku biru visum @repertum