bab iv hasil dan pembahasan 4.1 komposisi ikan hasil...
TRANSCRIPT
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komposisi Ikan Hasil Tangkapan Selama Penelitian
Ikan yang tertangkap selama penelitian di Perairan Suaka Margasatwa Muara
Angketepatnya yang berlokasi disekitar pesisir mangrove yang dilakukan pada bulan
Februari 2013 pada musim hujanmenggunakan jaring lempar (kecrik) dengan
meshsize 1cm berjumlah 74 ekor, yang terdiri dari 8 famili dan 8 spesies yaitu:
Famili Chanidae, Lutjanidae, Ophiochephalidae, Mugilidae, Scatophagidae,
Gobiidae, Hemiramphidae dan Eleotridae (Tabel 3).Ikan yang tertangkap dominan
berukuran ikan yang dapat dikonsumsi, seperti ikan Bandeng dan Belanak dengan
rata-rata ukuran 23 cm.
Tabel 3.Komposisi Ikan yang Tertangkap di Perairan Suaka Margasatwa Muara
Angke.
No Famili Spesies (Lokal/ Latin) Gambar
1 Chanidae Ikan Bandeng/Chanos chanos
2 Lutjanidae
Ikan tanda-tanda /Mahogoni Sp.
3 Ophiochephalidae Ikan Gabus /Channa striata
4 Mugilidae Ikan Belanak /Mugil Sp.
25
5 Schatopagidae Ikan Kiper /Scatophagus argus
6 Gobiidae Ikan Bloso /Glossogobius giuris
7 Hemiramphidae
Ikan Julung /Dermogenys pusilla
8 Eleotridae Ikan Betutu /Oxyeleotris
marmorata
Keterangan : Sumber foto : www.google.com
Ikan yang paling banyak tertangkap yaitu ikan Bandeng sebanyak 35,1 %
(Tabel 4) dibandingkan dengan jenis ikan yang lain, ikan bandeng juga merupakan
ikan yang tertangkap pada setiap kali pengambilan contoh. Ikan bandeng memiliki
nilai ekonomis yang tinggi sehingga banyak nelayan yang khusus untuk mencari ikan
ini. Urutan kedua terbanyak yang tertangkap yaitu jenis belanak sebanyak 24,32%.
Habitat dari kedelapan jenis ikan yang tertangkap tersebut memiliki habitat
yang relatif sama yaitu hidup di perairan dengan substrat lumpur dan banyak akar
bakau. Jenis dan jumlah ikan yang tertangkap di perairan Suaka Margasatwa Muara
Angke relatif rendah, rendahnya jenis dan jumlah ikan ini diduga oleh kondisi
perairan yang sangat tercemar limbah organik dan berbau tidak sedap. Warna air di
pinggir pantai terlihat berwarna hitam, lengket dan sedikit berminyak.
Mulyadi (2010) menyatakan bahwa populasi ikan di perairan Suaka
Margasatwa Muara Angke rendah. Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian tidak
26
sama dengan hasil penelitian Mulyadi (2010), hanya 3 famili yang memiliki
kesamaan yaitu famili Gobiidae (Ikan Bloso), Eleotrididae (Ikan Betutu), dan
Hemiramphidae (Ikan julung). Rendahnya hasil tangkapan disebabkan karena
berkurangnya jumlah ikan dalam perairan, seperti ikan dari famili Gobiidae hanya
didapatkan jenis ikan bloso selama 6 kali pengambilan sampel dan berjumlah
sebanyak 6 ekor saja. Bila dibandingkan dengan penelitian Mulyadi (2010) untuk
famili Gobiidae ditemukan 3 jenis ikan yaitu Drombus kranjiensis,
Periophthalmodonschlosseri, Schismatogobius marmoratus, adanya perbedaan
disebabkan karena waktu penelitian yang berbeda, selain itu diduga karena adanya
perubahan kondisi habitat dan pada saat pengambilan sampel kondisi air surut
sehingga hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan pada saat pasang dengan volume
air relatif besar (Sumijo, 2011).
Ikan yang tertangkap di perairan suaka Margasatwa Muara Angke memiliki
ukuran tubuh yang berbeda-beda. Jenis ikan yang memiliki ukuran tubuh terbesar
yaitu Bandeng (Chanos chanos) dengan panjang 35 cm dan bobot 420 gram, ikan
yang berukuran tubuh paling kecil yaitu pada ikan Julung (Dermogenys pusilla)
sepanjang 4,2 cm dan bobot 2,56 gram (Tabel 4).
27
Tabel 4. Kelompok Ikan berdasarkan Ukuran Panjang Total dan Berat Total
No Jenis Ikan Jumlah
(ekor)(%)
Panjang total (cm) Bobot (gr)
Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata
1 Bandeng 26 (35,1) 15,0-35,0 23,0 50,5-420 148
2 Tanda-tanda 5 (6,75) 12,0-14,0 13,1 25,0-35,5 28
3 Gabus 5 (6,75) 15,0-17,0 16,0 40,0-60,0 49
4 Belanak 18 (24,32) 15,0-19,0 17,1 50,0-87,0 63
5 Kiper 3 (4,05) 6,0-7,5 6,5 5,0-7,0 6
6 Beloso 6 (8,10) 8,0-9,0 8,5 5,2-7,2 6,0
7 Julung 6 (8,10) 4,0-5,7 4,6 2,5-3,0 2,71
8 Betutu 5 (6,75) 12,0-14,0 13 21,3-30,0 24,92
Jumlah 74
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa ikan bandeng lebih banyak
tertangkap dibandingkan dengan ikan lain yang berukuran kecil, hal ini diduga karena
banyaknya nelayan yang melakukan penangkapan disekitar perairan Suaka
Margasatwa Muara Angke terutama di sekitar pesisir mangrove. Selain itu ada juga
persaingan ikan dalam mencari makanan. Hal ini disebabkan karena semakin
mengecilnya lahan bakau yang merupakan tempat untuk mencari makanan (feeding
ground) dan asuhan (nursery ground).
Suhu air pada wilayah penelitian yaitu pesisir Mangrove Suaka Margasatwa
Muara Angke memiliki nilai kisaran antara 28 – 30oC (Tabel 5). Suhu yang baik
untuk ikan yang hidup di daerah tropis yaitu berkisar 25 – 32oC (Boyd, 1990 dalam
Sumijo, 2011). Sehingga suhu lokasi penelitian merupakan suhu yang cukup baik
untuk kehidupan ikan dalam berkembang biak.
28
Hasil pengukuran kecerahan perairan pada wilayah pesisir Mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke yaitu antara 60 - 62 cm. Kedalaman perairan pada stasiun
pengamatan berkisar antara 1,5 - 2 m. Kemampuan penetrasi cahaya matahari
kedalam perairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan organik
maupun anorganik tersuspensi di perairan dan kepadatan plankton (Wardoyo, 1981
dalam Taofiqurohman dkk, 2007). Kondisi perairan di lokasi terlihat berwarna hitam,
hal ini diduga air terkontaminasi oleh limbah padat maupun cair yang berasal dari
industri terdekat.
Hasil pengukuran Derajat Keasaman (pH) pada wilayah penelitian, yaitu
berkisar antara 7,02 – 7,81. Menurut Boyd (1990) dalam Taofiqurohman dkk (2007)
pH perairan yang ideal bagi kehidupan ikan yaitu sebesar 6,5-9,0, sehingga dapat
disimpulkan nilai kisaran pH di perairan pesisir mangrove Suaka Margasatwa Muara
Angke berada pada kisaran cukup ideal pada tiap lokasi pengamatan.
Tabel 5. Aspek Fisik dan Kimia di perairan pesisir mangrove Suaka Margasatwa
Muara Angke
No Parameter Kisaran Rata-rata Standar
1 Suhu (oC) 28,0-30,0 29,2 25,0-32,0 *
2 Kecerahan perairan (cm) 60,0-62,0 60,91
3 Kedalaman perairan (m) 1,5-2,0 1,6
4 Derajat Keasaman (pH) 7,02-7,81 7,36 6,50-9,00 **
Keterangan : * Parameter Standar Suhu menurut Boyd, 1990 dalam Sumijo , 2011.
** Parameter Standar Pengukuran Derajat Keasaman menurut Boyd,
1990 dalam Taofiqurohman dkk, 2007.
29
4.2 Kebiasaan Makanan
Hasil analisis kebiasaan makanan ikan, pakan dikelompokkan menjadi lima
kelompok pakan yaitu fitoplankton, zooplankton, bagian tumbuhan, bagian hewan
dan detritus. Menurut Muus (1999) dalam Sugiyanto(2007), setiap kelompok pakan
dapat dikategorikan berdasarkan nilai Indeks of Preponderan (IP) yaitu sebagai
kelompok pakan utama bagi ikan apabila nilai IP lebih besar dari 20%, pakan
pelengkap apabila 5% = IP = 20% dan pakan tambahan apabila IP kurang dari 5%.
Berdasarkan hasil penelitian, Index of Preponderan ikan sampel berkisar antara
1,18% sampai 72,32% (Tabel 6, Gambar 3 dan Lampiran 2).
Tidak semua ikan yang tertangkap dapat diteliti kebiasaan makanannya
dikarenakan beberapa ikan memiliki ukuran sangat kecil dan lambung tidak berisi
makanan, akan tetapi, ikan yang berukuran besar dan di didalam pencernaannya ada
makanan dapat diidentifikasi masing – masing kebiasaan makanannya.
30
Tabel 6.Indeks Propenderan per Jenis Ikan di perairan pesisir Mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke.
No Jenis Ikan
Nilai Indeks of Preponderan (%)
Fitoplankton Zooplankton Bag.
Tumbuhan
Bag.
Hewan Detritus
1 Bandeng 62,39* 3,86*** 14,21** - 19,54**
2 Belanak 70,85* 1,18*** 18,11** - 9,86**
3 Gabus 22** 34,21* 4,26*** 23,12** 8,41**
4 Betutu 15,61** 64,31* - 14,22** 5,86**
5 Bloso 14,76** 42,1* 6,2** 16,03** 20,91**
6 Tanda-tanda 38,24* 2,16*** 9,05** 38,7* 11,85**
7 Kiper 39,63* 2,16*** 29,15* - 29,06*
8 Julung - - 72,32* - 27,68*
Keterangan : * Makanan Utama ** Makanan Pelengkap ***Makanan Tambahan
Kriteria : IP > 20% : makanan utama
5% ≤ IP ≥ 20% : makanan pelengkap
IP < 5% : makanan tambahan
Gambar 3. Grafik Indeks of Preponderan Ikan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Detritus
Bag. Hewan
Bag. Tumbuhan
zooplankton
fitoplankton
31
Berdasarakan hasil perhitungan indeks preponderan, Ikan bandeng (Chanos
chanos) makanan utamanya adalah fitoplankton, makanan pelengkapnya adalah
detritus dan bagian tumbuhan, makanan tambahannya adalah zooplankton. Ikan
Tanda-tanda (Mahogoni Sp.) makanan utamanya adalah fitoplankton dan bagian
hewan, makanan pelengkap detritus dan bagian tumbuhan, sementara makanan
tambahannya adalah zooplankton. Ikan Gabus (Channa striata) makanan utamanya
adalah zooplankton, makanan pelengkapnya adalah fitoplankton bagian hewan dan
detritus, makanan tambahannya adalah bagian tumbuhan. Ikan Belanak (Mugil Sp.)
makanan utamanya adalah fitoplankton, makanan pelengkapnya adalah bagian
tumbuhan dan detritus, makanan tambahannya adalah zooplankton. Ikan Kiper
(Scatophagus argus) makanan utamanya fitoplankton, bagian tumbuhan dan detritus,
makanan, makanan tambahannya adalah zooplankton. Ikan Bloso (Glossogobius
giuris) makanan utamanya adalah zooplankton, makanan pelengkapnya adalah
fitoplankton, bagian hewan, detritus dan bagian tumbuhan. Ikan Julung (Dermogenys
pusilla) makanan utamanya adalah bagian tumbuhan dandetritus. Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmorata) makanan utamanya adalah zooplankton, makanan
pelengkapnya adalah fitoplankton bagian tumbuhan dan detritus.
Pada umumnya ikan yang tertangkap di perairan pesisir mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke memakan fitoplankton, hal ini disebabkan karena
ketersediaan makanan alami yang paling banyak adalah fitoplankton, sehingga jenis -
jenis ikan yang dapat beradaptasi dengan pakan alami berupa fitoplankton banyak
ditemukan di perairan.
32
Indeks pilihan (indeks of electivity) merupakan perbandingan antara
organisme pakan ikan yang terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan
yang terdapat dalam perairan. Kelompok plankton yang terdapat pada perairan terdiri
atas 8 famili terdiri dari Baccilariophyceae, Cyanophyceae, Dynophyceae, Crustacea,
Polychaeta, Ciliata, Hydrozoa, Stadia Larvae. Kelompok yang dimanfaatkan oleh
ikan sebagai makananya adalah 7 famili yaitu Bacillariophyceae, Dynophyceae,
Cyanophyceae, Crustacea, Polychaeta, Ciliata, Hydrozoa dan 1 famili lain yang tidak
ditemukan dalam perairan pengambilan sampel yaitu Calanoida (Tabel 7 Gambar 4).
Gambar 4. Grafik Indeks Pilihan Ikan
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2
Bandeng
Tanda-tanda
Gabus
Belanak
Kiper
Bloso
Sapu-sapu
Julung
Betutu Calanoida
hydrozoa
ciliata
Polychaeta
Crustacea
Cyanophyceae
Dynophyceae
Bacillariophyceae
33
Tabel 7. Indeks Pilihan Ikan Terhadap Sumber Makanan
Jenis Ikan 1 2 3 4 5 6 7 8
Bandeng 0.14^^ 0,00^^^ -0.43^ -0.33^ - -0.33^ - -
Tanda-tanda -0.2^ 0,00^^^ - -0.43^ - - - -
Gabus 0,00^^^ -0.33^ - - -0.2^ - - -
Belanak 0.14^^ -0.33^ - -0.67^ - - 0,00^^^ -
Kiper 0,00^^^ -0.33^ - -0.67^ - 0,00^^^ - -
Bloso -0.2^ - 0,00^^^ - - - - 0,00^^^
Julung - - - - - - - -
Betutu -0.2^ -0.33^ 0,00^^^ - - 0,00^^^ - -
Keterangan : 1 = Bacillariophyceae, 2 = Dynophyceae, 3 = Cyanophyceae
4 = Crustacea, 5 = Polychaeta, 6 = Ciliata, 7 = Hydrozoa
8 = Calanoida
(^) Tidak digemari, (^^) Digemari, (^^^) Tidak ada seleksi
Kriteria : 0 < E < 1, pakan digemari
-1 < E < 0, pakan tidak digemari
E = 0, tidak ada seleksi terhadap pakan
Berdasarkan Indeks pilihan menunjukkan bahwa rata-rata ikan yang
tertangkap selama penelitian kurang menyukai pakan alami berupa plankton yang ada
di dalam periran, kecuali ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Belanak (Mugil Sp.)
menyukai plankton yang sama dari famili Bacillariophyceae. Jenis - jenis ikan yang
tidak selektif terhadap plankton yaitu Bandeng (Chanos chanos) dan Tanda-tanda
(Mahogoni Sp.) tidak selektif pada plankton Dynophyceae, Belanak (Mugil Sp.)
tidak selektif pada plankton Coelentrata, Kipper (Scatophagus argus) tidak selektif
pada Protozoa, Bloso (Glossogobius giuris) tidak selektif pada Cyanophyceae dan
Calanoida, Betutu (Oxyeleotris marmorata) tidak selektif pada Cyanophyceae dan
Protozoa. Berdasarkan hasil tersebut di atas, dalam perairan pakan alami yang
34
melimpah belum tentu dapat dimanfaatkan oleh ikan karena tingkat kesukaan ikan
terhadap pakan alami yang tersedia berbeda-beda.
4.2.1 Tingkat Trofik
Tingkat Trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau
material dari energi seperti yang tergambarkan dalam rantai makanan. Untuk
mengetahui tingkat trofik ikan, ditentukan berdasarkan pada hubungan antara tingkat
trofik organisme pakan dan kebiasaan makanan ikan sehingga dapat diketahui
kedudukan ikan tersebut dalam ekosistem (Caddy dan Sharp, 1986 dalam Tjahjo,
2001 dalam Nugraha, 2011). Ikan-ikan yang berada di pesisir mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke menempati tingkat trofik antara 2,11 – 2,84 (Gambar 5
Lampiran 6 dan 7).
Batas Karnivor
Batas Omnivor
Batas Herbivor
Gambar 5. Grafik Tingkat Trofik ikan di Lokasi Penelitian.
2.23
2.53 2.74
2.11 2.31
2.79
2.28
2.84
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Tin
gkat
Tro
fik
35
Tabel 8. Tingkat Trofik Ikan berdasarkan Kebiasaan Makanan.
Tingkat Trofik
Jenis Ikan Kisaran Kelompok
2,0-2,5 Herbivora Bandeng, Belanak, Julung, Kiper
2,5-3,0 Omnivora Tanda-tanda, Gabus, Bloso, Betutu
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat trofik, dari 8 spesies ikan yang
tertangkap dapat dianalisis bahwa, 3 spesies yaitu ikan Bandeng (Chanos chanos),
Julung (Dermogenys pusilla) dan Belanak (Mugil Sp.) merupakan ikan yang termasuk
golongan herbivora, dan 1 spesies yaitu ikan Kiper (Scatophagus argus) merupakan
ikan yang termasuk golongan herbivora cenderung omnivora. Ikan Tanda-tanda
(Mahogoni Sp.) dan ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan yang termasuk
golongan omnivora, sedangkan ikan Bloso (Glossogobius giuris) dan ikan Betutu
(Oxyeleotris marmorata) merupakan ikan yang termasuk golongan omnivora
cenderung karnivora. Ikan Kiper (Scatophagus argus) yang termasuk golongan
herbivora cenderung omnivora memiliki nilai tingkat trofik 2,31 serta ikan Beloso
(Glossogobius giuris) dan ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) termasuk golongan
omnivora cenderung karnivora memiliki nilai tingkat trofik 2,8 dan 2,84. Berdasarkan
tingkat trofik pada umumnya ikan yang berada di perairan pesisir Mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke bersifat herbivora dan omnivora cenderung karnivora
dengan jumlah spesies yang sama namun berbeda jumlah ikan yang tertangkap.
36
4.2.2 Luas Relung
Luas relung pakan menggambarkan proporsi jumlah jenis sumber daya
makanan yang dimanfaatkan oleh suatu jenis ikan (Giller, 1984 dalam Tjahjo, 2000).
Tidak ada kriteria nilai luas relung, karena ikan yang memiliki nilai luas relung yang
luas berarti ikan tersebut dapat memanfaatkan makanan yang tersedia dalam jumlah
besar (generalis), dan ikan yang memiliki luas relung yang sempit berarti ikan
tersebut selektif dalam memilih makanan yang tersedia diperairan (spesialis). Luas
relung ikan selama penelitian di perairan Mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke
dapat dilihat pada gambar 6 (Lampiran 8 dan 9).
Gambar 6. Grafik Luas Relung Ikan Selama Penelitian
Luas relung ikan-ikan yang terdapat pada perairan mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke yaitu berkisar antara 1,67 – 3,71 (Gambar 6). Relung yang
2,23
3,14
3,46
1,84
3,06
3,67
1,67
2,17
0
1
2
3
4
Lu
as
Rel
un
g
37
paling luas yaitu ikan Bloso (Glossogobius giuris) bernilai 3,67 yang berarti ikan
Bloso (Glossogobius giuris) dapat memanfaatkaan makanan yang tersedia dalam
jumlah besar (generalis) dan dapat menyesuaikan diri terhadap ketersediaan makanan
dalam perairan. Hal ini dapat dilihat dari hasil indeks of preponderan (Tabel 6),
bahwa ikan Bloso (Glossogobius giuris) menempati seluruh kelompok makanan
mulai dari makanan utama, makanan pelengkap dan makanan tambahan. Luas relung
kedua yang luas adalah ikan Gabus (Channa striata) dengan nilai relung 3,46 dengan
tingkat trofik 2,74 termasuk kelompok omnivora cenderung karnivora yang mana
ikan ini dapat memanfaatkan semua jenis makanan yang ada dalam perairan. Ikan
yang memiliki luas relung paling kecil adalah ikan julung dengan nilai 1,67. Hal ini
dikarenakan ikan julung (Dermogenys pusilla) sangat selektif dalam memilih
makanan yang tersedia diperairan (spesialis) dan memiliki tingkat trofik sebesar 2,28
yang termasuk pada golongan herbivora.
4.3 Pakan Alami
4.3.1 Plankton
Komposisi plankton yang terdapat pada perairan mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke terdiri dari 3 kelas fitoplankton sebanyak 8 genus dan
zooplankton terdiri dari 5 kelas sebanyak 12 genus (Tabel 9 Lampiran 5).
Zooplankton terdiri atas Custacea sebanyak 5 genus, Polychaeta sebanyak 3 genus,
Ciliata sebanyak 2 genus, Hydrozoa sebanyak 1 genus, Larvae sebanyak 1 genus.
38
Fitoplankton terdiri atas Bacillariophyceae sebanyak 4 genus, Cyanophyceae
sebanyak 2 genus dan Dynophyceae sebanyak 2 genus.
Total kelimpahan plankton di perairan mangrove Suaka Margasatwa Muara
Angke yaitu 181 individu per Liter. Fitoplankton yang paling tinggi didominasi oleh
kelompok kelas Bacillariophyceae yaitu 45 individu per Liter. Pada zooplankton yang
paling rendah kelimpahannya terdapat pada kelompok kelas Veliger yaitu 1 individu
per Liter (Tabel 9 Gambar 7).
Tabel 9. Jumlah Fitoplankton dan Zooplankton (Ind/Liter) dalam Setiap Sampling
Selama Penelitian.
Plankton (kelas) Jumlah ind/L
Fitoplankton
Bacillariophyceae 45
Cyanophyceae 38
Dynophyceae 23
Jumlah Fitoplankton : 106
Zooplankton
Crustacea 41
Polychaeta 21
Ciliata 9
Hydrozoa 3
Veliger 1
Jumlah Zooplankton : 75
Total Plankton 181
39
Fitoplankton
Zooplankton
Sumber :www.google.com
Gambar 7. Jenis Plankton yang teridentifikasi dalam perairan Suaka Margasatwa
Muara Angke
(a)Skeletonema costatum (b) Rhizosolenia sp (c) Nitzschia closterium (d) Nitzschia paradoxa
(e) Gloeotrichia echinulata (f) Oscillatoria limosa (g) Gymnodinium sp (h) Peridinium sp
(a) Cypris (b) Nauplius (c) Brachionus (d) Corycaeus
(e) Acart (f) Clamydodon (g) Favella (h) Solmaris
40
Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dalam perairan mangrove Suaka
Margasatwa Muara Angke dapat dilihat perbandingannya bahwa fitoplankton
kelimpahannya lebih besar daripada zooplankton. Pada suatu ekosistem hal tersebut
adalah normal karena dalam piramida makanan produsen primer letaknya selalu
paling bawah dan menempati ruangan dengan jumlah yang lebih besar
(Taofiqurohman dkk., 2007).
4.3.2 Bentos
Pengamatan organisme bentos pada sedimen yang diambil sekitar pesisir
mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke dengan menggunakan alat Eckman Greb
tidak ditemukan organisme makrozoobentos. Substrat yang di dapat berupa lumpur
dan tanah liat. Menurut hasil pengamatan Sidauruk (2001) yang dilakukan diperairan
teluk Jakarta pada bulan September 2000 – Januari 2001 telah ditemukan tiga
kelompok organisme yaitu Pelecypoda, Gastropoda dan Echinodermata. Organisme
yang tidak dapat ditemukan disebabkan waktu pengambilan sampel yang berbeda
dengan peneliti sebelumnya dan adanya kesalahan lokasi dalam pengambilan sampel
makrozoobentos sehingga makrozoobentos tidak ditemukan.Pengambilan sampel
makrozoobentos dilakukan pada tempat yang bukan habitatnya.
4.3.3 Tanaman Air
Pengamatan tanaman air selama penelitian yang dilakukan di perairan
mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke yaitu tanaman Eceng Gondok
41
(Eichhornia crassipes) yang lebih mendominasi perairan sekitar 30 % selain
komponen utama vegetasi di Suaka Margasatwa Muara Angke yaitu mangrove
(Gambar 8). Tanaman air merupakan tempat naungan ikan dan biota lainnya,
sehingga dengan kondisi tanaman air yang sangat krisis mengakibatkan jenis-jenis
ikan yang ditemukan tahun sebelumnya dalam perairan semakin berkurang atau
bahkan tidak dapat ditemukan kembali.
Sumber : Documen Pribadi.
Gambar 8. Tanaman air Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) di perairan Suaka
Margasatwa Muara Angke