bab iv hasil dan pembahasan 4.1. kelangsungan hidup...

14
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan. Kelangsungan hidup tertinggi sebesar 100% pada akuarium dengan perlakuan 0 mL EM 4 /L air dalam biofilter, perlakuan 9 mL EM 4 /L air dalam biofilter dan 15 mL EM 4 /L air dalam biofilter. Kelangsungan hidup terendah terjadi pada perlakuan 12 mL EM 4 /L air dalam biofilter dan 18 mL EM 4 /L air dalam biofilter, yaitu sebesar 97,67%. Tingkat kelangsungan hidup nilem tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsungan hidup ikan nilem dapat dipengaruhi oleh keberadaan parasit, serangan penyakit, perubahan lingkungan dan ketersediaan makanan (Wicaksono, 2005). Pengamatan visual terhadap tingkah laku maupun tubuh ikan uji menunjukkan bahwa ikan uji berada dalam kondisi yang sehat. Tingkat 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 9 12 15 18 Kelangsugan Hidup (%) Konsentrasi Perlakuan (mL EM4/L air)

Upload: duongdang

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelangsungan Hidup Nilem

Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi

kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan. Kelangsungan

hidup tertinggi sebesar 100% pada akuarium dengan perlakuan 0 mL EM4/L air

dalam biofilter, perlakuan 9 mL EM4/L air dalam biofilter dan 15 mL EM4/L air

dalam biofilter. Kelangsungan hidup terendah terjadi pada perlakuan 12 mL

EM4/L air dalam biofilter dan 18 mL EM4/L air dalam biofilter, yaitu sebesar

97,67%. Tingkat kelangsungan hidup nilem tiap perlakuan selama penelitian

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Kelangsungan hidup ikan nilem dapat dipengaruhi oleh keberadaan

parasit, serangan penyakit, perubahan lingkungan dan ketersediaan makanan

(Wicaksono, 2005). Pengamatan visual terhadap tingkah laku maupun tubuh ikan

uji menunjukkan bahwa ikan uji berada dalam kondisi yang sehat. Tingkat

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 9 12 15 18

Ke

lan

gsu

gan

Hid

up

(%

)

Konsentrasi Perlakuan (mL EM4/L air)

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

25

kelangsungan hidup yang tinggi pada akuarium kontrol maupun pada akuarium

perlakuan yang ditambahkan EM4 pada media biofilter-nya ini disebabkan oleh

kondisi lingkungan yang terkontrol, penelitian yang dilakukan didalam ruangan

(indoor) memberikan proteksi kepada ikan dari ancaman penyakit dan parasit

yang datang dari lingkungan luar. Sistem continuous flow yang digunakan dalam

penelitian ini juga bekerja dengan baik dalam menjaga kualitas air sehingga

berpengaruh positif terhadap kelangsungan hidup ikan nilem. Pengunaan sistem

continous flow disertai dengan penggunaan media biofilter pada penelitian ini

menekan peningkatan jumlah amonia dalam air.

Fokus utama dalam sistem akuaponik adalah untuk menghilangkan

amonia, yaitu produk limbah dari proses metabolisme ikan. Amonia masuk ke

tubuh ikan melalui insang. Amonia akan terakumulasi dan mencapai tingkat

beracun, kecuali jika amonia diubah melalui proses nitrifikasi. Dalam proses ini,

amonia akan teroksidasi menjadi nitrit, yang besifat racun, dan kemudian diubah

menjadi nitrat, yang bersifat tidak beracun oleh bakteri. Ada dua kelompok

bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter) yang secara alami melakukan proses ini.

Bakteri nitrifikasi akan tumbuh membentuk lapisan (film) pada permukaan suatu

benda atau akan melekat pada partikel-partikel organik (Rakocy et al. 2006).

Konsentrasi nitrit yang tinggi dalam air menyebabkan brown blood

disease. Nitrit masuk aliran darah melalui insang dan mengubah darah menjadi

bewarna kecoklatan. Hemoglobin yang berperan mengangkut oksigen dalam

darah, bergabung dengan nitrit membentuk methemoglobin, sehingga tidak dapat

melakukan pengangkutan oksigen. Ketika ikan terserang bakteri maupun parasit,

kepekaan terhadap nitrit menjadi besar. Ikan yang mempertahankan diri dari

brown blood disease atau stres nitrit lebih mudah terkena infeksi bakteri,

anaemia (bibir menjadi pucat atau tidak ada darah), dan penyakit lain yang

berkaitan dengan stress. Serangan Aeromonas maupun infeksi Columnaris juga

sering menyerang antara 1 sampai 3 minggu setelah brown blood disease terjadi.

Pemeliharaan mutu pH air dapat mempercepat penyerapan nutrisi oleh tanaman,

memaksimalkan proses nitrifikasi, memperkecil terjadinya keracunan ammonia,

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

26

memaksimalkan oksigenasi dan memelihara keseimbangan tingkat stres ikan

dalam sistem (Burgess, 2009).

Perlakuan penambahan EM4 menunjukkan kelangsungan hidup ikan yang

tinggi dan mengindikasikan media hidup ikan yang sesuai kebutuhan ikan. Peran

EM4 terhadap kelangsungan hidup terlihat pada 10 hari pertama dimana biofilter

yang diberi EM4 mengalami peningkatan konsentrasi amonia lebih sedikit (0

mg/L – 0,83 mg/L) dibanding akuarium kontrol yang mengalami kenaikan

konsentrasi amonia sampai 0,25 mg/L. Dengan melakukan penambahan EM4 pada

biofilter, selain oleh bakteri nitrifikasi, kinerja penguraian juga dibantu oleh

mikroorganisme yang terkandung dalam EM4. EM4 mengandung bakteri

photosynthetic yang dapat meningkatkan kapasitas fiksasi nitrogen (Kyan et al.

1999).

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian EM4 pada biofilter

memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup nilem.

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa pemberian 12

mL EM4/L air pada media biofilter dapat memberikan kelangsungan hidup

tertinggi. Pemberian EM4 pada media biofilter dalam penelitian ini menghasilkan

tingkat kelangsungan hidup > 97% pada tiap perlakuan, sehingga masih sangat

memungkinkan untuk dilakukan penambahan konsentrasi EM4 pada media

biofilter.

4.2. Laju Pertumbuhan Nilem

Pertambahan panjang dan bobot nilem selama penelitian cukup baik.

Pertumbuhan nilem dapat semakin ditingkatkan jika pakan yang diberikan cocok

dengan kebiasaan makan nilem sehingga pakan dapat dimanfaatkan dengan baik

oleh tubuh ikan. Kandungan protein yang tinggi pada pakan (PF 1000) dengan

persentase 40% ternyata tidak dapat diserap maksimal oleh tubuh nilem yang

memiliki sifat herbivora.

Wicaksono (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh padat tebar

terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nilem (Osteochilus hasselti

C.V) yang dipelihara dalam keramba jaring apung di waduk Cirata dengan pakan

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

27

perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan berukuran 7,1-

7,4 cm dengan berat 4,6-5,3 g dan dipelihara selama 48 hari. Hasil dari penelitian

Wicaksono (2005) adalah pertumbuhan harian nilem di kepadatan 35 ekor/m3, 70

ekor/m3 dan 105 ekor/m3 masing-masing menunjukkan nilai sebesar 1,66%,

1,50% dan 0,88% dengan kelangsungan hidup bernilai > 90% pada tiap perlakuan.

Dalam penelitian ini, rata-rata nilai pertumbuhan harian ikan nilem yang

dihasilkan berkisar antara 2,36% – 2,83% dengan tingkat kelangsungan hidup >

97% pada tiap perlakuan. Jika dilakukan perbandingan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wicaksono (2005), hasil yang diperoleh dalam penelitian ini lebih

tinggi nilainya dalam hal pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup nilem.

Pertumbuhan ikan nilem yang ditambahkan EM4 pada biofilternya lebih

tinggi dari perlakuan yang tidak ditambahkan EM4 (kontrol). Kandungan

mikroorganisme pada EM4 terbukti dapat meningkatkan laju pertumbuhan nilem.

Bakteri asam laktat (Lactobacillus spp) memiliki kemampuan untuk menekan

pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit. Ragi (Saccharomyces spp)

berperan dalam pertumbuhan merupakan mikroorganisme dalam EM4 yang

meningkatkan laju pertumbuhan nilem (Kyan et al. 1999). Mikroorganisme pada

EM4 yang diintroduksi pada media air dapat masuk ke dalam tubuh ikan

dikarenakan aktivitas ikan yang meminum air pada proses osmoregulasi, sehingga

mikroorganisme tinggal dalam organ pencernaan.

Pengukuran terhadap panjang nilem selama penelitian menunjukkan

pertambahan panjang yang berbeda tiap perlakuan. Sistem akuaponik yang diberi

EM4 pada media biofilter-nya menghasilkan pertambahan panjang yang lebih

tinggi dibanding dengan sistem akuaponik tanpa pemberian EM4 pada media

biofilter-nya.

Pertambahan panjang tertinggi terjadi pada perlakuan 18 mL EM4/L air,

sebesar 1,27 cm. Pertambahan panjang terendah terjadi pada perlakuan 0 mL

EM4/L air (kontrol), sebesar 0,83 cm. Rata-rata pertambahan panjang yang sama

terjadi pada perlakuan 9 mL EM4/L air dengan 15 mL EM4/L air. Perlakuan 18

mL EM4/L air memberikan pertambahan panjang rata-rata tertinggi, hasil ini

membantah hipotesis awal yang menyatakan pertambahan panjang tertinggi

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

28

terjadi pada perlakuan 12 mL/L EM4. Pertambahan panjang ikan nilem tiap

perlakuan selama penelitian dilakukan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pertambahan Panjang Nilem tiap Perlakuan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian EM4 pada biofilter

memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada terhadap pertambahan panjang

nilem.

Hasil penelitian menunjukkan pertambahan bobot yang berbeda pada tiap

perlakuan. Dalam penelitian ini, sistem akuaponik yang diberi EM4 pada media

biofilter-nya menghasilkan pertambahan bobot yang lebih tinggi dibanding

dengan sistem akuaponik tanpa pemberian EM4 pada media biofilter-nya.

Pertambahan bobot rata-rata tertinggi terjadi pada perlakuan 15 mL EM4/L air,

yaitu sebesar 2,89 gr. Pertambahan bobot rata-rata terendah terjadi pada perlakuan

0 mL EM4/L air (kontrol), yaitu sebesar 2.37 g. Pertambahan bobot ikan nilem

tiap perlakuan selama penelitian dilakukan dapat dilihat pada Gambar 6.

4

5

6

7

0 7 14 21 28

Pan

jan

g (c

m)

Waktu (Hari)

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

29

Gambar 6. Pertambahan Bobot Nilem tiap Perlakuan

Hasil penelitian juga menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan spesifik

lebih tinggi pada sistem akuaponik yang diberi EM4 pada biofilter-nya dibanding

dengan sistem akuaponik tanpa EM4. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik (specific

growth rate) tertinggi terjadi pada perlakuan 15 mL EM4/L air, yaitu sebesar

2,84%. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik terendah terjadi pada perlakuan 0 mL

EM4/L air (kontrol). Laju pertumbuhan spesifik nilem selama penelitian dapat

dilihat pada Gambar 7.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

0 7 14 21 28

Bo

bo

t (g

r)

Waktu (Hari)

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

30

Gambar 7. Laju Pertumbuhan Spesifik Nilem tiap Perlakuan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian EM4 pada biofilter

memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada terhadap pertambahan bobot

nilem.

4.3. Pertumbuhan Kangkung Darat

Metode continuous flow (Tezel, 2009) yang diterapkan pada sistem

akuaponik dalam penelitian ini mampu melakukan resirkulasi air (Gambar 8)

sebanyak 500 mL/menit. Air akan terus mengalir selama 24 jam sehingga

menggenangi media tumbuh (Gambar 9). Air yang mengalir dari akuarium akan

membawa nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan kangkung darat.

Gambar 8. Resirkulasi Air Gambar 9. Air Menggenangi

Media Tanam

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

1 2 3

SGR

(%

)

Ulangan

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

31

Pada penelitian yang dilakukan, pertumbuhan kangkung cenderung

lambat, diduga kangkung darat tidak mendapat nutrisi yang cukup untuk

menopang pertumbuhan yang optimal. Pada hari ke-1 sampai hari ke-7 kangkung

tumbuh mencapai tinggi rata-rata 13 cm. Pada hari ke-8 sampai hari ke-15

pertumbuhan mengarah ke pertambahan volume batang dan jumlah daun. Pada

hari ke-16 sampai hari ke-20 pertambahan tinggi kangkung cenderung stagnan.

Pertumbuh kangkung saat penelitian dilakukan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pertumbuhan Kangkung Darat saat Penelitian

Lambatnya pertumbuhan kangkung dikarenakan sedang terjadi musim

hujan dan sering terjadi mendung sehingga sinar matahari menjadi terhalang

awan, kemudian intensitas cahaya yang masuk kedalam ruang hatchery

berkurang. Lampu yang digunakan sebagai sumber pencahayaan ternyata tidak

memberikan kebutuhan cahaya yang cukup untuk pertumbuhan kangkung. Untuk

mendukung pertumbuhan kangkung dibutuhkan lampu dengan kekuatan

pencahayaan yang lebih besar.

Pada hari ke-21 sebagian tanaman terserang jamur yang menyebabkan

bagian batang kangkung layu dan membusuk. Serangan jamur ini diperkirakan

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

32

terjadi karena keadaan lingkungan yang lembab, berlangsungnya musim hujan

pada penelitian ini sangat mempengaruhi kelembapan ruangan. Kangkung yang

mati karena serangan jamur dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kangkung yang Mati Karena Serangan Jamur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tertinggi

kangkung terjadi pada perlakuan 15 mL EM4/L air, yaitu sebesar 17 cm. Rata-rata

pertumbuhan terendah terjadi pada perlakuan 0 mL EM4/L air, yaitu sebesar 16

cm. Pertambahan tinggi rata-rata kangkung tiap perlakuan selama penelitian

dilakukan dapat dilihat pada Gambar 12.

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian EM4 pada biofilter

memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan tinggi

kangkung darat.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

33

Gambar 12. Pertambahan Tinggi Kangkung Darat tiap Perlakuan

4.4. Kualitas Air

4.4.1. Suhu

Hasil pengukuran terhadap suhu air selama penelitian berlangsung

menunjukkan kisaran suhu sekitar 24°C-28°C. Pengukuran suhu dilakukan setiap

7 hari pada pukul 11.00 WIB. Suhu terendah terjadi saat sampling pertama

dilakukan (hari ke-0), yaitu 24°C. Rendahnya suhu rata-rata pada awal penelitian

ini terjadi karena pemasangan heater baru dilakukan. Pada sampling berikutnya,

kisaran suhu sektar 27°C-28°C. Pengukuran terhadap suhu air tiap perlakuan

dapat dilihat pada Gambar 13.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Tin

ggi

(cm

)

Waktu (Hari)

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

34

Gambar 13. Suhu Air tiap Perlakuan

4.4.2. Amonia Total

Pengukuran terhadap kadar amonia dalam air menghasilkan kisaran sekitar

0 – 0,67 mg/L. Peningkatan konsentrasi amonia mulai terlihat pada sampling ke-2

(hari ke-10), biofilter yang diberi EM4 mengalami peningkatan konsentrasi

amonia lebih sedikit (0 mg/L – 0,83 mg/L) dibanding kontrol (0,25 mg/L). Kadar

rata-rata amonia tertinggi terjadi pada sampling ke-4, yaitu pada perlakuan 12 mL

EM4/L air dan 18 mL EM4/L air, sebesar 0,67 mg/L, pada perlakuan lainnya,

kadar amonia total tetap pada 0,25 mg/L.

Kondisi amonia total pada sistem akuaponik selama penelitian masih aman

untuk nilem. Normalnya, ikan air tawar masih toleran terhadap total amonia

sampai 1,0 mg/L (Molleda, 2007). Hasil pengukuran amonia rata-rata tiap

perlakuan dapat dilihat pada Gambar 14.

22

23

24

25

26

27

28

29

0 7 14 21 28

Suh

u(°

C)

Waktu (hari)

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

35

Gambar 14. Konsentrasi Amonia dalam Air tiap Perlakuan

Kematian pada sebagian tanaman dikarenakan serangan jamur

menyebabkan peningkatan kadar amonia pada perlakuan 18 mL EM4/L air dan 12

mL EM4/L air. Terjadi proses dekomposisi pada tanaman yang mati sehingga

meningkatkan kandungan bahan organik pada air.

Pengukuran amonia total pada biofilter (Gambar 15) selama penelitian

berlangsung menunjukkan nilai 0 mg/L pada setiap perlakuan. Pada biofilter

terlihat sedimen yang berasal dari proses filtrasi air (Gambar 16). Hasil ini

membuktikan bahwa biofilter bekerja dengan baik dalam melakukan filtrasi air.

Gambar 15. Pengukuran Amonia

dengan Menggunakan Test Kit Gambar 16. Sedimen yang Tersaring

oleh Biofilter

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0 10 20 30

Am

on

ia (

mg/

L)

Waktu (Hari)

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

36

4.4.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxigen) Air

Pengukuran terhadap DO air selama penelitian menunjukkan terjadinya

fluktuasi. Kisaran DO air pada semua perlakuan sekitar 7,5 mg/L – 9,6 mg/L.

Nilai DO air tiap sistem pada penelitian ini masih dalam batas normal untuk

pertumbuhan nilem. Nilai DO air minimum untuk kebutuhan oksigen budidaya

ikan air tawar sebaiknya lebih dari 5 mg/L (Summerfelt, 1998). Hasil pengukuran

rata-rata DO air tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. DO Air tiap Perlakuan

4.4.4. Derajat Keasaman (pH) Air

Pengukuran terhadap pH air menunjukkan kisaran antara 7,33 – 8,4.

Terjadi penurunan nilai pH air tiap minggu. Penurunan pH terjadi karena

degradasi kualitas air yang disebabkan oleh sisa pakan, feses, respirasi alga dan

berkurangnya CO2 dalam air (Molleda, 2007). Proses nitrifikasi adalah proses

yang menghasilkan zat asam (acid producing process), sehingga berpengaruh

terhadap pH air. Kisaran pH optimum air untuk proses nitrifikasi adalah 7.0 - 9.0.

Adapun kisaran pH yang cocok untuk pertumbuhan tanaman hidroponik ada lah

5

5,5

6

6,5

7

7,5

8

8,5

9

9,5

0 7 14 21 28

DO

(mg/

L)

Waktu (Hari)

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilemmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2008/230110080003_4_5446.pdf · 27 perifiton. Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang digunakan

37

5.5 - 6.5. Nilai pH dalam air akan mempengaruhi daya larut nutrisi. Nutrisi seperti

besi (iron), mangan, tembaga (copper), seng (zinc) dan boron akan lebih sedikit

diperoleh tanaman pada pH > 7.0. Daya larut fosfor, calsium, magnesium dan

molybdenum akan sangat berkurang pada pH < 6.0. Kesesuaian antara proses

nitrifikasi dan ketersediaan nutrisi akan didapat dalam sistem akuaponik jika pH

air tetap dipelihara pada nilai pH sekitar 7.0 (Rakocy, 2006). Nilai pH air yang

paling produktif normalnya berkisar antara 6.5 – 8.5 (Summerfelt, 1998).

Dalam penelitian ini, nilai pH dalam tiap akuarium masih normal untuk

menunjang pertumbuhan ikan, namun masih belum sesuai dengan pH yang cocok

untuk kangkung darat sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

kangkung. Hasil pengukuran pH air tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat

pada Gambar 18.

Gambar 18. pH Air tiap Perlakuan

6,8

7

7,2

7,4

7,6

7,8

8

8,2

8,4

8,6

0 7 14 21 28

pH

Waktu (Hari)

0 mL EM4/L air

9 mL EM4/L air

12 mL EM4/L air

15 mL EM4/L air

18 mL EM4/L air