bab iii dan bab iv

12
78 BAB III PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan kesenjangan yang ada antara teori dengan kenyataan yang ditemukan pada kasus ini serta solusi yang diambil untuk mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada klien JT dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran di ruang Kunti RSJ Provinsi Bali tanggal 24 s/d 26 september 2012. Pembahasan ini meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. A. Pengkajian Setelah dibandingkan antara teori dengan kasus terdapat beberapa perbedaan/kesenjangan yaitu beberapa tanda dan gejala yang ada diteori tidak terdapat didalam kasus. Tanda dan gejala yang terdapat didalam teori seperti usaha bunuh diri/membunuh orang lain, menolak makan atau obat, tidak ada perhatian terhadap asuhan mandiri, ekspresi muka sedih/gembira, ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai kenyataan, tidak bisa membedakan antara yang nyata dan yang tidak nyata, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, bicara kasar, kegiatan agama secara berlebihan / sama sekali tidak

Upload: two-k-chi

Post on 05-Aug-2015

115 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

about menthal health

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III dan BAB IV

78

BAB III

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan kesenjangan yang ada antara teori dengan

kenyataan yang ditemukan pada kasus ini serta solusi yang diambil untuk

mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada klien

JT dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran di ruang Kunti RSJ Provinsi Bali

tanggal 24 s/d 26 september 2012. Pembahasan ini meliputi pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Setelah dibandingkan antara teori dengan kasus terdapat beberapa

perbedaan/kesenjangan yaitu beberapa tanda dan gejala yang ada diteori tidak

terdapat didalam kasus. Tanda dan gejala yang terdapat didalam teori seperti

usaha bunuh diri/membunuh orang lain, menolak makan atau obat, tidak ada

perhatian terhadap asuhan mandiri, ekspresi muka sedih/gembira, ketakutan,

gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai

kenyataan, tidak bisa membedakan antara yang nyata dan yang tidak nyata,

menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, bicara kasar, kegiatan

agama secara berlebihan / sama sekali tidak melaksanakannya, perubahan

kegiatan sosial, peningkatan aktivitas motorik, kecurigaan terhadap orang lain,

tindakan menyombongkan diri, menyiksa orang lain secara psikologis, sukar

berinteraksi dengan orang lain. Dari semua tanda dan gejala diatas ada gejala

yang tidak muncul pada kasus sesuai dengan teori yaitu usaha bunuh

diri/membunuh orang lain, tidak ada perhatian terhadap asuhan mandiri,

ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, menghindar dari

orang lain, bicara kasar, kegiatan agama secara berlebihan / sama sekali tidak

melaksanakannya, perubahan kegiatan sosial, kecurigaan terhadap orang lain,

tindakan menyombongkan diri, menyiksa orang lain secara psikologis,

peningkatan aktivitas motorik, sukar berinteraksi dengan orang lain. Ini

disebabkan karena klien sudah mendapatkan perawatan selama 1 bulan 5 hari

Page 2: BAB III dan BAB IV

79

di RSJ Provinsi Bali dengan therapy Trihexyphenidyl 2x2 mg,

Chlorpromazine 2x100 mg, stelosi 2x5mg dimana indikasi dari obat tersebut

adalah untuk sindrom psikosis yaitu ketidakmampuan menilai realitas dalam

fungsi – fungsi mental seperti waham dan halusinasi. Sedangkan gejala yang

terlihat pada klien JT yang tidak terdapat pada teori adalah klien banyak

berbicara, bila ditanya jawabnya berlebihan, pembicaraan klien cepat, Klien

selalu mengarahkan pembicaraan ke arah wahamnya, klien tampak defensif

(selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya) hal ini disebabkan

karena manusia itu unik, sehingga respon dari setiap individu tidak sama

dalam menghadapi stress yang ada.

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah

membuat daftar masalah, pohon masalah dan diagnosa keperawatan. Dari hasil

pengkajian klien JT didapatkan lima masalah keperawatan yaitu : gangguan isi

pikir : waham kebesaran, resiko mencederai diri sendiri dan orang lain, koping

individu tidak efektif dan penatalaksanaan aturan terapeutik tidak efektif

dirumah, dan gangguan konsep diri : ideal diri tak realistis dari kelima

masalah tersebut jika dibandingkan dengan konsep teori askep ada yang tidak

sesuai dengan teori. Sedangkan masalah yang terdapat pada teori tetapi tidak

muncul pada kasus adalah gangguan pola tidur, hal ini disebabkan karena

klien mengatakan biasa tidur siang ± 60 menit dan tidur malam ± 8 – 9 jam.

Kurang perawatan diri, masalah ini tidak muncul karena klien mampu

melakukan perawatan dirinya secara mandiri dan saat pengkajian klien

mengatakan biasa mandi 2 kali sehari. Kerusakan interaksi sosial : menarik

diri, masalah ini tidak muncul karena klien mengatakan dirinya biasa bergaul

dengan keluarga, teman-temannya dan petugas, klien mau berkomunikasi

bersama teman-temannya dan petugas. Harga diri rendah tidak muncul karena

Saat ditanya apakah klien malu berinteraksi dengan orang lain, klien

mengatakan tidak pernah malu.

Setelah pembuatan pohon masalah maka dilakukan penyusunan diagnosa

keperawatan. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada klien JT sebanyak

lima, diagnosa yang digunakan yaitu diagnose tunggal. Kelima diagnosa

Page 3: BAB III dan BAB IV

80

tersebut meliputi : gangguan isi pikir ; waham kebesaran, resiko mencederai

diri sendiri dan orang lain, gangguan konsep diri; ideal diri tidak realistis,

penatalaksanaan regimen terapeutik tak efektif dan koping individu tak efektif.

Dibandingkan dengan konsep teori, diagnosa yang tidak muncul pada kasus

sesuai dengan teori adalah, gangguan pola tidur hal ini disebabkan karena

klien mengatakan biasa tidur siang ± 60 menit dan tidur malam ± 8 – 9 jam,

kurang perawatan diri karena klien mampu melakukan perawatan dirinya

secara mandiri dan saat pengkajian klien mengatakan biasa mandi 2 kali

sehari, kerusakan interaksi sosial : menarik diri karena saat ditanya apakah

klien malu berinteraksi dengan orang lain, klien mengatakan tidak pernah

malu, dan gangguan konsep diri : harga diri rendah karena klien biasa bergaul

dengan teman – temannya dan klien mengatakan tidak menginginkan menjadi

apapun. Dalam penyusunan laporan kasus dengan waham kebesaran penulis

menggunakan konsep teori waham secara umum.

B. Perencanaan

Pada perencanaan terdiri dari prioritas diagnosa keperawatan dan

rencana keperawatan. Untuk prioritas diagnosa keperawatan ditulis

berdasarkan masalah utama (core problem). Dalam kasus, prioritas diagnosa

keperawatan sudah sesuai dengan teori yaitu gangguan isi pikir ; waham

kebesaran. Dalam kasus diagnosa gangguan isi pikir ; waham kebesaran

dijadikan prioritas karena merupakan akibat dari masalah utama (core

problem) dimana core problem yaitu gangguan isi pikir : waham kebesaran.

Penyusunan rencana keperawatan meliputi langkah – langkah

menentukan tujuan yaitu tujuan umum yang mengacu pada masalah dan

tujuan khusus yang mengacu pada penyebab, menentukan kriteria evaluasi,

rencana, intervensi serta membuat rasional atas intervensi yang dilakukan.

Rencana tindakan yang dibuat mengacu pada standar asuhan keperawatan

yang lazim pada klien dengan waham yaitu bina hubungan saling percaya,

bantu klien mengenal wahamnya, observasi kebutuhan klien sehari – hari, bila

klien selalu berbicara tentang wahamnya dengarkan dengan tidak menyangkal

Page 4: BAB III dan BAB IV

81

dan mendukungnya, berbicara dengan klien dengan konteks realita diri,

lingkungan, orang lain, tempat dan waktu, diskusikan dengan keluarga tentang

gejala waham, cara mengatasi, lingkungan keluarga dan follow up obat,

diskusikan dengan keluarga dan klien tentang obat : dosis, frekuensi, manfaat,

efek samping dan akibat bila berhenti.

C. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien JT dilaksanakan selama

tiga hari yaitu dari tanggal 24 sampai dengan 26 September 2012. Pelaksanaan

tindakan keperawatan dilakukan secara tim dengan petugas diruang Kunti.

Secara umum semua tindakan keperawatan sudah dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Hal ini disebabkan karena klien kooperatif, ketersediaan waktu,

tempat, sarana dan pra sarana serta kerja sama yang baik dengan perawat

diruang Kunti. Kerusakan komunikasi verbal tindakan keperawatan yang

dilaksanakan sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan dan

kriteria waktu yang ditetapkan. Kemudian untuk gangguan isi pikir : waham

kebesaran juga sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan dan

kriteria waktu yang ditetapkan.

D. Evaluasi

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu : evaluasi proses dilakukan

terhadap respon klien setelah melaksanakan tindakan keperawatan, sedangkan

evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan tujuan serta sesuai dengan kriteria

waktu yang telah ditetapkan. Waktu yang ditetapkan dalam asuhan

keperawatan pada klien JT adalah selama tiga hari, dari evaluasi yang telah

dilakukan satu diagnosa yaitu gangguan isi pikir : waham kebesaran sudah

dapat diatasi sesuai rencana yang telah ditetapkan. Upaya yang telah dilakukan

yaitu membuat kontrak yang kedua kalinya untuk membicarakan tentang

mengenal realita juga masih belum berhasil. Hal ini disebabkan karena

mengubah keyakinan yang tidak nyata dan mengahadirkan realita pada klien

dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran sangat sulit dan memerlukan

Page 5: BAB III dan BAB IV

82

tindakan keperawatan dalam jangka waktu yang lama, sehingga untuk

tercapainya tujuan ini penulis telah bekerjasama dengan petugas diruangan

untuk melanjutkan tindakan agar masalah klien dapat teratasi.

Page 6: BAB III dan BAB IV

83

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat

menggambarkan tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan

gangguan isi pikir : waham kebesaran meliputi pengumpulan data yang

dilakukan pada JT tanggal 24 September 2012, dimana data diperoleh melalui

teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan status klien. Data yang

diperoleh pada klien JT yaitu : Klien mengatakan dirinya adalah seorang balian

sakti yang telah banyak membantu ibu-ibu melahirkan, klien mempunyai

keyakinan yang berlebih terhadap kemampuan yang disampaikan berulang

yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Klien tampak defensif (selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran

dirinya), klien tampak tersenyum saat menceritakan dirinya adalah seorang

Balian, bila ditanya klien menjawab berlebihan seperti menanyakan tentang

keluarga klien menambahkan dengan menceritakan wahamnya secara

berulang-ulang, klien tampak selalu mengarahkan pembicaraan ke arah

wahamnya terkadang antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sehingga

sulit untuk dimengerti. Klien mengatakan klien kambuh sekarang akibat tidak

mau minum obat lagi mengatakan dirinya sudah sembuh, klien mengatakan

bila punya masalah jarang menceritakan dengan orang lain lebih dipendam

sendiri.Klien mengatakan merasa mampu untuk menyelesaikan sendiri dan

adanya riwayat putus obat. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa dan

dapat dirumuskan masalah keperawatan yaitu : gangguan isi pikir : waham

kebesaran, resiko mencederai diri sendiri dan orang lain, penatalaksanaan

regimen terapiutik tak efektif, gangguan konsep diri : ideal diri tak realistis dan

koping individu tak efektif. Sehingga muncul diagnosa keperawatan seperti :

dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran

Perencanaan yang disusun sudah sesuai dengan teori dan dilihat dari

keadaan klien. Adapun diagnosa yang diprioritaskan berdasarkan Masalah

85

Page 7: BAB III dan BAB IV

84

utama (core problem) yaitu gangguan isi piki : waham kebesaran. Dalam

konsep keperawatan jiwa rencana tindakan ditujukan pada penyelesaian

etiologi untuk mencegah atau mengatasi masalah. Rencana tindakan

difocuskan pada tujuan umum yang telah disusun dan ingin dicapai.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien MS dilaksanakan sesuai dengan

rencana tindakan yang telah disusun. Pada tahap evaluasi terdapat diagnosa

yang tercapai sebagian yaitu gangguan isi pikir : waham kebesaran karena

klien belum dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata serta menerima

realita, namun untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan waktu yang

cukup banyak karena mengubah keyakinan yang tidak nyata dan

menghadirkan realita pada klien dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran

sangat sulit. Peran serta aktif keluarga sanagat diperlukan dalam memberi

dukungan bagi kesembuhan klien.

B. Saran

Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien

dengan prilaku waham, maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kepada staf perawat ruang Kunti RSJ Provinsi Bali diharapkan dapat

melanjutkan perawatan klien dan lebih memfokuskan perawatan mandiri

seperti komunikasi therapiutik dari pada tindakan delegatif pemberian

obat.

2. Kepada klien diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan rajin kontrol

ke dokter serta rajin minum obat bila sudah dirumah.

3. Kepada keluarga diharapkan untuk memberi dukungan yang optimal dan

ikut berperan aktif dalam proses penyembuhan klien serta mencegah faktor

– faktor pencetus karena keluarga merupakan unit terpenting yang

berperan dalam penyembuhan klien dirumah sehingga proses kekambuhan

dapat diminimalkan. Keluarga juga harus mengawasi klien dalam

pemberian obat.