bab ii tinjauan teoritis a. industri 1. definisi dan...
TRANSCRIPT
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Industri
1. Definisi dan Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa. (Godam, 2006)
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. (UU No.5 Tahun 1986 Tentang Perindustrian)
Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang penting. Ia
menghasilkan berbagai kebutuhan hidup manusia dari mulai makanan, minuman
pakaian dan perlengkapan rumah tangga sampai perumahan dan kebutuhan
lainnya. Selain menghasilkan keperluan hidup, industri juga merupakan nafkah
sebagian penduduk. (Idris dalam Erik, 2007)
Suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang
dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang
jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang
lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. (BPS)
Industri adalah usaha untuk memproduksi barang-barang jadi dan bahan
baku atau bahan mentah melalui suatu proses barang-barang itu bias diperoleh
dengan harga satuan yang serendah mungkin, tetapi tetap dengan mutu setinggi
mungkin. (Sandi dalam Erik, 2007)
Pengertian industri secara luas, yaitu sebagai kegiatan manusia
memanfaatkan sumberdaya, sedangkan dalam arti sempit industri adalah suatu
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kegiatan ekonomi yang mengolah barang jadi atau setengah jadi (Nursid dalam
Erik, 2007)
Jadi pengertian industri dapat disimpulkan yaitu, suatu kegiatan mengolah
bahan mentah dengan harga serendah mungkin menjadi barang yang memiliki
nilai yang lebih tinggi nilainya baik itu dalam bentuk barang ataupun juga berupa
jasa.
2. Jenis Jenis Industri
Jenis industri adalah bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri
khusus yang sama dan hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi. (UU No.5
Tahun 1986 Tentang Perindustrian)
Jenis industri menurut Godam (2006), yaitu dibedakan atas berdasarkan
tempat bahan baku, besar kecil modal, jumlah tenaga kerja dan produktifitas
perorangan.
a. Jenis / Macam Macam Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku
1) Industri Ekstraktif
2) Industri Nonekstraktif
3) Industri Fasilitatif
b. Golongan / Macam Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal (Godam, 2006)
1) Industri padat modal
2) Industri padat karya
c. Jenis / Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja (Godam, 2006)
1) Industri rumah tangga
2) Industri kecil
3) Industri sedang atau industri menengah
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4) Industri besar
d. Pembagian / Penggolongan Industri Berdasakan Pemilihan Lokasi (Godam,
2006)
1) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industry)
2) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor
(man power oriented industry)
3) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply
oriented industry)
e. Macam / Jenis Industri Berdasarkan Produktifitas Perorangan (Godam, 2006)
1) Industri primer
2) Industri sekunder
3) Industri tersier
Jenis indsutri menurut SK Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986, yaitu
dibedakan berdasarkan klasifikasi dan penjenisannya
a. Jenis / Macam Industri Berdasarkan Klasifikasi atau Penjenisannya
1) Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas dan
pupuk.
2) Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor dan tekstil.
3) Industri kecil Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan,
es dan minyak goreng curah.
4) Aneka industri misal seperti industri pakaian, industri makanan dan
minuman.
Menurut Sajo (2009), klasifikasi indsutri dibedakan berdasarkan bahan
mentah, lokasi unit usaha, proses produksi barang yang dihasilkan, subjek
pengelola dan cara pengorganisasian.
a. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Mentah
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Industri pertanian
2) Industri pertambangan
3) Industri jasa
b. Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi Unit Usaha
1) Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry)
2) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry)
3) Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry)
4) Industri berorientasi pada bahan baku
5) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry)
c. Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi
1) Industri hulu
2) Industri hilir
d. Klasifikasi Industri Berdasarkan Barang yang Dihasilkan
1) Industri berat
2) Industri ringan
e. Klasifikasi Industri Berdasarkan Subjek Pengelola
1) Industri rakyat
2) Industri negara
3. Teori Lokasi Industri
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu
ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Pada prinsipnya beberapa teori
lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu
lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai beberapa teori lokasi :
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Theory of Industrial Location (Teori Lokasi Industri) dari Alfred Weber
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan
mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan
asumsi sebagai berikut:
1) Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan
penduduknya relatif homogen.
2) Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum
Regional (UMR).
4) Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6) Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7) Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred
Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu)
dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja.
Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan
asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar
berikut ini :
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(a) (b) (c)
Gambar 2.1. Segitiga Weber
Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri (Sumber: Ilmu Pengetahuan
Populer, 2000)
Keterangan:
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
Gambar
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.
b. Teori Lokasi Industri Optimal (Theory of Optimal Industrial Location) dari
Losch
Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini
diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila
dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan
pendapatan paling besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai
oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh
dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya
semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini,
setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar
seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya
akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang
menghasilkan barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena
itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan
sehingga berbentuk heksagonal.
c. Teori Susut dan Ongkos Transport (Theory of Weight Loss and Transport
Cost)
Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses
pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara
mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling
menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila
memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya
transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:
1) Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar
kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah
(bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi
maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah
pemasaran.
d. Teori Tempat yang Sentral (Theory of Cental Place) dari Walter Christaller
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold
(ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang)
adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga
keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara
hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan
berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah
sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.
2) Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang
optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh
tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang
paling efisien.
3) Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif
yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian
wilayah-wilayah tetangganya.
Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di antaranya
sebagai berikut:
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif
seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau
pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu,
dan batubara.
4. Syarat Lokasi Industri
a. Menurut Keppres
Menurut Keppres Nomor 41 Tahun 1996 tentang kawasan industri,
disebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki
Izin Usaha Kawasan Industri. Salah satu peraturan pemerintah yang telah
ditetapkan untuk mengatur pemilihan lokasi kawasan industri adalah Keppres
Nomor 33 Tahun 1990 dan Keppres Nomor 41 Tahun 1996. Persyaratan
pemilihan lokasi kawasan industri berdasarkan peraturan tersebut adalah :
1) Kawasan industri tidak boleh terletak di kawasan tanaman pangan lahan
basah dengan pengairan dari jaringan irigasi dan tanah yang berpotensi
irigasi.
2) Tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi utama untuk
melindungi sumber alam dan warisan budaya.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Lahan untuk kawasan industri harus berada di daerah peruntukan industri,
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah daerah setempat.
4) Pembangunan kawasan industri tidak dilakukan pada kawasan hutan produksi
(kawasan hutan produksi yang eksploitasinya hanya dapat dilakukan dengan
tebang pilih tanam).
5) Tidak dilakukan pada kawasan lindung atau kawasan yang berfungsi lindung,
direncanakan atau ditetapkan oleh wilayah yang bersangkutan.
b. Menurut Griefen
Griefen (1975), salah satu anggota dewan perindustrian ULI Amerika
Serikat, dalam Setyawati (2005), mengemukakan bahwa dalam memilih lokasi
kawasan industri harus memperhatikan beberapa kriteria, yaitu :
1) Perkiraan jumlah luasan lahan yang diperlukan untuk dibangunnya kawasan
industri harus mempunyai luasan minimal tertentu.
2) Pencarian lokasi yang memiliki akses ke rute jalan raya utama atau pusat
transportasi lainnya.
3) Air, gas, listrik, telepon dan bila memungkinkan, selokan harus terjangkau
keberadaannya.
5. Kriteria Penentuan Lokasi Industri
Dalam perkembangan suatu lokasi industri sangat erat kaitannya dengan
pemilihan lokasi industri itu sendiri. Dalam pemilihan lokasi industri sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang berada di lokasi industri itu sendiri. Pengembangan suatu
kawasan industri juga memberikan dampak terhdapa fungsi-fungsi yang berada di sekitar
kawasan industri tersebut.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berikut merupakan kriteria dalam pertimbangan pemilihan suatu lokasi kawasan
industri :
Tabel 2.1. Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi Kawasan industri
No Kriteria Pemilihan
Lokasi
Faktor Pertimbangan
1 Jarak ke Pusat Kota Minimal 10 km
2 Jarak terhadap
permukiman
Minimal 2 km
3 Jaringan jalan yang
melayani
Arteri primer
4 Sistem Jaringan yang
melayani Jaringan listrik
Jaringan telekomunikasi
5 Prasarana angkutan Tersedia pelabuhan laut sebagai outlet
(export/import)
6 Topografi / kemiringan
tanah
Maksimal 15%
7 Jarak terhadap sungai Maks 5 km dan terlayani sungai tipe C dan
D atau kelas III dan IV
8 Daya dukung lahan Sigma tanah б : 0,7-1,0 kg/cm2
9 Kesuburan tanah Relatif tidak subur (non irigasi teknis)
10 Peuntukan lahan Non Pertanian
Non Permukiman
Non Konservasi
11 Ketersediaan lahan Minimal 50 Ha
12 Harga Lahan Relatif (bukan merupakan lahan dengan
harga yang tinggi di daerah tersebut)
13 Orientasi lokasi Aksesbilitas tinggi
Dekat dengan potensi tenaga kerja
14 Multiplier Effects Bangkitan lalu lintas = 5,5 smp/ha/hari
Kebutuhan lahan industri dan
multipiernya = 2 x luas perencanaan
Kl
Kebutuhan rumah (1.5 TK – 1 KK)
Kebutuhan Fasum - Fasos
(Sumber : Departemen Perindustrian, 2010)
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Penginderaan Jauh
1. Definisi Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik.
Biasanya menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan
diinterpretasi untuk menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi sesuai
dengan kebutuhannya (Lo, 1996), teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra
yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang
bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi,
perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Mudhofir,2010)
Penginderaan Jauh adalah teknologi yang dapat menghasilkan data tanpa
harus kontak langsung dengan objeknya Teknologi ini memungkinkan identifikasi
lahan berdasarkan kenampakan pada citra satelit hingga dapat diketahui
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dengan
cepat dan tepat tanpa harus kontak langsung kelapangan sehingga tidak
membutuhkan banyak waktu dan lebih efektif (Lillesand dan Kiefer, (1994).
Selanjutnya menurut Lindgren (1985) penginderaan jauh merupakan
teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang
bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau
dipancarkan dari permukaan bumi. Sedangkan menurut lembaga NASA (National
Aeronautical and Space Administration) yang diterjemahkan oleh Arozaq (2009),
Penginderaan Jauh adalah “Pengambilan atau pengukuran data/ informasi
mengenai sifat dari sebuah fenomena, objek atau benda dengan menggunakan
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan bahan study.”
(http:/rst.gsfc.nasa.gov/Intro/etc)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penginderaan
jauh merupakan ilmu yang dapat diaplikasikan untuk mengkaji berbagai gejala
yang ada dipermukaan bumi secara tepat dan tepat tanpa kontak langsung dengan
objek yang membutuhkan analisis dan penafsiran lebih lanjut.
Keungggulan dari teknologi penginderaan jauh antara lain dapat mencakup
daerah yang luas, biaya yang murah, dapat diperoleh data yang relatif baru dan
berulang dalam periode waktu yang pendek, serta dapat diproses dengan waktu
yang lebih cepat. Identifkasi masing-masing RTH dan penggunaan lahan lainnya
didasarkan pada perbedaan kombinasi dasar nilai digital pixel yang terekam pada
pantulan dan pancaran spektral yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan
perbedaan pola spektral dan pola spasial berupa aspek tekstur citra, rona, bentuk
dan ukuran obyek, arah, hubungan serta posisi piksel yang berdekatan, maka suatu
tipe area RTH dapat diidentifikasikan untuk analisis lebih lanjut.
2. Komponen Penginderaan Jauh
Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) mengemukakan bahwa komponen
penginderaan jauh merupakan integrasi dari sensor yang ditempatkan di atmosfer
sampai objek di muka bumi, sebagai berikut.
1) Sumber tenaga, menyajikan tenaga pada seluruh panjang gelombang dengan
suatu keluaran tetap, diketahui kualitas tinggi serta tidak bergantung pada
waktu dan tempat.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Atmosfer yang tidak mengganggu, atmosfer yang tidak mengubah tenaga dari
sumbernya dengan cara apapun, baik tenaga dalam perjalanan ke bumi
maupun yang datang dari muka bumi.
3) Serangkaian interaksi yang unik antara tenaga dengan benda di muka bumi,
Interaksi ini akan mengakibatkan pantulan atau pancaran sinyal yang tidak
hanya selektif terhadap panjang gelombang, tetapi juga tidak berubah-ubah
dan unik terhadap setiap jenis dan macam penampakan di muka bumi yang
menjadi perhatian.
4) Sensor sempurna, Sensor merupakan alat yang mempunyai kepekaan tinggi
terhadap seluruh panjang gelombang dan menghasilkan data spasial rinci
dengan kecerahan absolut dari daerah kajian sebagai fungsi panjang
gelombang pada seluruh spektrumnya.
5) Sistem pengolahan data tepat waktu, Data yang diperoleh akan memberikan
informasi tentang keadaan fisik, kimiawi, dan biologi setiap benda yang
diinginkan.
Menurut Lillesand dan Kiefer, 1993, penginderaan jauh meliputi dua
proses utama, yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen proses
pengumpulan data meliputi: a) sumber energi, b) perjalanan energi melalui
atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d) sensor
wahana pesawat terbang dan/atau satelit, dan e) hasil pembentukan data dalam
bentuk piktoral dan/atau bentuk numerik. Sedangkan proses analisis datanya
meliputi: f) pengujian data dengan menggunakan alat interpretasi dan alat
pengamatan untuk menganalisis data piktoral dan/atau komputer untuk
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menganalisis data sensor numerik, g) biasanya dalam bentuk peta, tabel, dan
suatu bahasan tertulis atau laporan, h) yang memanfaatkannya untuk proses
pengambilan keputusan (user).
Gambar 2.2. Penginderaan jauh elektromagnetik
(Sumber: komponenpj/image/google-search.go.id)
3. Data Penginderaan Jauh
Data penginderaan jauh digital (citra digital) direkam menggunakan sensor
non-kamera, antara lain scanner, radiometer, spectometer. Detektor yang
digunakan dalam sensor penginderaan jauh adalah detektor elektronik dengan
menggunakan tenaga elektromagnetik yang luas, yaitu spektrum tampak,
ultraviolet, inframerah dekat, inframerah thermal, dan gelombang mikro. Citra
digital dibentuk dari elemen-elemen gambar atau pixel (picture element) yang
menyatakan tingkat keabuan pada gambar (Purwadhi, 2001).
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Data yang diperoleh dari Penginderaan Jauh memungkinkan identifikasi
lahan berdasarkan kenampakan pada citra satelit hingga dapat diketahui
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dengan
cepat dan tepat tanpa harus kontak langsung kelapangan sehingga tidak
membutuhkan banyak waktu dan lebih efektif.
Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) data yang diperoleh melalui
perekaman elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan objek berdasarkan
sistem penginderaan jauh maka hasilnya disebut dengan data penginderaan jauh.
B. Penginderaan Jauh Sistem Quickbird Pankromatik
Satelit Quickbird Diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001 oleh Digital
Globe, merupakan citra satelit dengan resolusi tertinggi saat ini, yaitu 0.61 meter.
Satelit ini mengorbit bumi sinkron dengan matahari setinggi 450 km. Waktu
revolusinya adalah 93.4 menit. Resolusi spasialnya adalah 3-7 hari, mempunyai
sapuan (swath ) yang lebar, penyimpanan data onboard yang besar, dan resolusi
spasial yang tertinggi dari beberapa satelit 14 komersial pada saat ini. Quickbird
didisain untuk efesiensi dan keakuratan citra untuk area yang luas dengan
kemampuan akurasi terdepan. Quickbird mampu memperoleh lebih dari 75 juta
kilometer per segi data citra satelit tiap perekamannya. (Digital Global, Inc, 2004)
Tabel 2.3. Karakteristik satelit Quickbird
Karakteristik Quickbird
Tanggal peluncuran 18 Oktober 2001
Kendaraan peluncuran Boeing Delta II
Lokasi peluncuran Vandenberg Air Force Base, California
Ketinggian orbit 450 km
Inklinasi orbit 97.2 derajat, sinkron matahari
Kecepatan 7,1 km/detik
Waktu melewati ekuator 10:30 a.m. (descending node)
Waktu orbit 93.5 menit
Waktu merekam kembali
1 – 3.5 hari tergantung pada latitude
(30°off-nadir)
Lebar swath 16.5 km x 16.5 km pada nadir
Digitisasi 11 bits
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Resolusi Pankromatik 61 cm (nadir) s.d. 72 cm
(25° off-nadir)
Multispektral : 2.44 m (nadir) s.d. 2.88
m (25° off-nadir)
Saluran Citra Pan: 450 – 900 nm
Biru: 450 – 520 nm
Hijau: 520 – 600 nm
Merah: 630 – 690 nm
Inframerah dekat: 760 – 900 nm
(Sumber : Digital Globe, Inc, 2004)
Catatan: Maksimum order ukuran polygon tunggal dengan scene 14 km x 14 km
1. Interpretasi Citra
Data penginderaan jauh yang berupa data visual (citra) dan data digital
(numerik) belum memberikan arti dan manfaat meskipun data yang diperoleh
akurat dan mutakhir. (Lillesand dan Kiefer, 1979).
Dalam melakukan interpretasi, maka ada beberapa unsur interpretasi citra
yang harus diperhatikan terlebih dahulu. Unsur interpretasi citra tersebut dibagi
menjadi delapan bagian yaitu: bentuk, bayangan, rona atau warna, tekstur, pola,
lokasi, asosiasi, dan pemusatan bukti (Paine, 1993), sedangkan menurut Lo (1976)
mengemukakan bahwa pada dasarnya kegiatan penafsiran citra terdiri atas dua
tingkat, yaitu tingkat pertama yang berupa pengenalan objek melalui proses
deteksi dan identifikasi. Adapun tingkat kedua yang berupa penilaian atas
pentingnya suatu objek yang telah dikenali tersebut. Tingkat pertama berarti
perolehan data, sedangkan tingkat kedua berupa interpretasi atau analisis data.
Beberapa studi mengungkapkan unsur-unsur interpretasi citra (Lo, 1976;
Lillesand & Kiefer, 1979; Sutanto, 1999) menujukan bahwa
a. Rona atau Warna
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rona atau warna merupakan sebuah tingkat kecerahan pada objek citra
atau tingkat kegelapan dari hitam ke putih ataupun sebaliknya.Sedangkan warna
merupakan sebuah wujud yang terlihat oleh indra penglihat dengan menggunakan
cara kuantitatif. Keduanya menunjukan tingkat kegelapan dari berbagai macam
warna yang ada dengan menggunakan alat sehingga dapat dibedakan secara pasti
dan terukur.
b. Bentuk
Bentuk merupakan sebuah konfigurasi atau kerangka dari suatu objek.
Bentuk juga dapat dikatakan sebagai atribut yang jelas sehingga banyak objek
yang nantinya dapat dikenali sesuai dengan bentuknya sehingga citra tersebut
dapat diidentifikasi secara langsung berdasarkan kriteria tersebut.
c. Ukuran
Ukuran merupakan atribut dari obyek yang antara lain adalah jarak, luas,
tinggi, lereng dan volume. Karena ukuran obyek pada citra tidak lepas dari fungsi
skala, maka perlu diingat bahwa memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi
citra harus memperhatikan skala.
d. Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand and
Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual. Kekerasan tekstur beberapa obyek sangat tergantung
pada skala foto udara dan merupakan gabungan dari bentuk, ukuran, pola,
bayangan dan ronanya. Bentuk, ukuran dan tekstur dikelompokan sebagai susunan
keruangan rona sekunder dalam segi kerumitan.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
e. Pola
Pola ialah hubungan susunan spasial objek atau susunan keruangan
merupakan kunci yang memadai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi
beberapa objek alamiah sehingga memberikan suatu pola yang membantu penafsir
untuk mengenali objek pada citra.
f. Bayangan
Bayangan selain bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada
di daerah gelap, tetapi juga merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya. Pola, tinggi dan
bayangan dikelompokan ke dalam tingkat kerumitan tersier.
g. Situs
Situs bukan merupakan ciri objek secara langsung, melainkan dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitarnya atau lokasi objek dalam hubunganya
dengan objek yang lain.
h. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan
yang lain pada citra yang sering menjadi petunjuk bagi adanya objek lain.
C. Interpretasi Objek Perkotaan dari Citra Penginderaan Jauh
Pada saat proses interpretasi citra diperlukan pemahaman dalam mengenal
objek-objek yang ada dalam citra, sehingga nantinya dalam proses interpretasi
dapat dipahami secara visual mengenai citra tersebut dan dapat di lakukan proses
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengklasifikasian menurut objek-objek yang ada pada citra. Berikut merupakan
tabel interpretasi objek perkotaan :
Tabel 2.4. Interpretasi Objek Perkotaan
A. Pemukiman
1. Pemukiman Padat
Bentuk persegi, limas, dengan rona
cerah dan menggerombol
2. Pemukiman Kurang Padat Bentuk persegi, limas, dengan rona
cerah, dan pola kurang teratur
3. Pemukiman Jarang Bentuk: Persegi, limas, dengan rona
cerah, letak/situs tidak teratur dan
jarak antar rumah berjauhan
4. Pemukiman Campuran Bentuk Persegi, limas, dengan rona
hijau, letak/situs tidak teratur dan
terdapat vegetasi yang lebih banyak
dibanding pemukimannya
B. Komersial & Pelayanan
1. Retail dan Jasa
Tekstur teratur, menggerombol,
bentuk persegi panjang
2. Gudang Bentuk persegi panjang dengan rona
cerah, pola teratur
3. Perkantoran Tekstur kasar, menggerombol
dengan rona cerah
4. Hotel dan Motel Bentuk persegi panjang limas, rona
cerah, tekstur kasar
5. Taman Budaya Area luas, rona cerah, terdapat lahan
kosong ditengahnya
6. Campuran Tekstur kasar, area kecil,
bervegetasi, rona agak gelap
C. Industri
1. Industri
Rona coklat kekuningan, bentuk
memanjang,ukuran besar, tekstur
kasar
D. Institusi
1. Pendidikan
Bentuk huruf U / O ditengah terdapat
lapangan dengan rona cerah
Tabel lanjutan 2.4. Interpretasi Objek Perkotaan
2. Keagamaan Tekstur kasar, rona cerah, letak tidak
teratur
3. Lembaga Bentuk persegi panjang limas, area luas,
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Permasyarakatan rona agak gelap, tekstur kasar, ditengah
terdapat lapangan
4. Rumah Sakit Bentuk persegi panjang limas, area cukup
luas, rona agak gelap, tekstur kasar
5. Fasilitas Militer Rona agak gelap, ukuran kecil, bentuk
persegi panjang, situs mudah dijangkau
6. Pemerintahan Rona agak gelap, area kecil, bentuk
persegi panjang, pola memanjang
7. Kuburan Rona gelap, area kecil, tekstur halus, situs
mudah dikenali
E. Transportasi
1. Lapangan Terbang
Rona cerah, area luas, pola memanjang,
situs jarang
2. Kereta Api Bentuk memanjang dengan lebar yang
sempit, warna hitam,dengan pola teratur
3. Jalan Raya Bentuk memanjang, ukuran cukuplebar,
warna hitam, dengan pola teratur
4. Terminal Rona terang, tekstur kasar, pola
melingkar, dengan ukuran yang cukup
besar
F. Rekreasi
1. Lapangan Olahraga
Area cukup luas, rona cerah, bentuk
persegi, situs berpencar
2. Taman Area cukup luas, rona agak gelap, bentuk
persegi, situs berpencar
G. Pertanian
1. Sawah
Rona cerah, tekstur halus, area luas, situs
berpencar
2. Kebun Campuran Tekstur kasar, rona gelap, situs berpencar,
pola terputus-putus
H. Lahan Kosong
1. Lahan Kosong
Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa
vegetasi
I. Sungai
1. Sungai
Rona gelap, teksturhalus, area
memanjang.
Sumber : (Pengembangan dari Unsur interpretasi visual Sutanto dalam Dian,
2007)
Tujuan utama dari penginderaan jauh yaitu untuk mengumpulkan data
sumberdaya alam dan lingkungan. Penginderaan jauh makin banyak dimanfaatkan
untuk kajian industri karena berbagai macam alasan sebagai berikut :
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Menentukan arah pengembangan suatu wilayah industri
2. Menentukan lokasi pembangunan industri
3. Menentukan model pengembangan suatu wilayah industri
4. Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan industri jangka
panjang
5. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah industri, serta keserasian antarsektor
6. Menentukan penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
Pada proses interpretasi citra untuk industri, bangunan industri terdiri atas
pabrik dan gudang. Pabrik dapat dikenali dari atapnya yang memiliki rona cerah
karena terbuat dari seng atau asbes. Pada atap yang telah lama memiliki rona yang
gelap. Pabrik memiliki ukuran yang sangat besar jika dibandingkan dengan
ukuran rumah, bentuknya bervariasi, tetapi umumnya persegi panjang, dan
polanya sejajar, terdapat areal parkir dan dekat dengan jalan raya, ada beberapa
yang terlihat cerobong asapnya. (Lili, 2008)
Bangunan gudang hampir sama dengan pabrik, tetapi gudang hanya
memiliki satu atau beberapa bangunan. Hal ini karena fungsi gudang hanya
sebagai tempat penyimpanan barang. Gudang umumnya memiliki lahan parkir
yang luas untuk tempat parkir kendaraan barang dan selalu berasosiasi dengan
jalan raya untuk kemudahan keluar masuk barang. (Lili, 2008)
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.3. Kenampakan kawasan pabrik pada citra Quickbird dan hasil survei lapangan
(Posisi kawasan pabrik X = 785,019,54 mT Y= 9,232,390,33 mU, Lili, 2008)
D. Rencana Tata Ruang Wilayah
1. Tata Ruang
Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya land use adalah wujud struktur
ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional
disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
(RTRWK).
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
(UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang)
a. Struktur ruang
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. (UU
No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang)
b. Pola ruang
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya. (UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang)
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Tata ruang kota
Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga
perlu lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah
perkotaan dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut:
1) Perumahan dan permukiman
2) Perdagangan dan jasa
3) Industri
4) Pendidikan
5) Perkantoran dan jasa
6) Terminal
7) Wisata dan taman rekreasi
8) Pertanian dan perkebunan
9) Tempat pemakaman umum
Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak diikuti
adalah kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh
yang berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya
mengatasi dampak lingkungan yang berimplifikasi kepada kesehatan, sulitnya
mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota disingkat RTRWK disebut juga
sebagai Urban Planning atau Urban Land use Plan dalam bahasa Inggrisnya
adalah dukumen rencana tata ruang wilayah kota yang dikukuhkan dengan
Peraturan Daerah.
a. Tujuan penyusunan RTRWK
Tujuan penyusunan rencana tata ruang adalah:
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;
2) Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan
kawasan budidaya;
3) Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :
a) mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan sejahtera
b) mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
c) meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia
d) mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi
dampak negatif terhadap lingkungan (contoh yang paling sering kita alami
adalah banjir, erosi dan sedimentasi)
e) mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Di Indonesia, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan
untuk perencanaan jangka panjang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan:
1) Pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional
2) Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional
4) Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor
5) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6) Penataan ruang kawasan strategis nasional
7) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
E. Penelitian Sebelumnya
Berikut ini merupakan beberapa penelitian sebelumnya yang sesuai dengan
penelitian ini :
Tabel 2.5. Penelitian Yang Dilakukan Peneliti Sebelumnya
Nama dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Tono Junaidi
1986 (Skripsi)
Analisis
Kawasan
Industri Di
Kabupaten
Dati II
1. Mengidentifik
asi lokasi
potensial
untuk
kawasan
Analisa
data
sekunder
Kecamatan yang
mempunyai skor
tertinggi dan
penjumlahan semua
variabel maka
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kulonprogo industri
2. Untuk
mengetahui
kebijaksanaan
-
kebijaksanaan
pemerintah
dalam
menentukan
kawasan
industri
kecamatan tersebut
cocok untuk didirikan
sebagai kawasan
industri dan
mengevaluasi
kebijaksanaan
pemerintah dalam
menentukan kawasan
industri. Setelah
cocok kecamatan
mana paling potensial
sebagai kawasan
industri
Sidik
Purnomo
1997 (Skripsi)
Studi Potensi
Daerah Untuk
Industri
Pedesaan di
Kabupaten
Dati II
Boyolali
Propinsi Jawa
Tengah
1. Mengidentifik
asi lokasi
potensial
industri
2. Menilai
kesesuaian
antara
persebaran
industri
dengan
potensi ditiap
kecamatan
Analisa
data
sekunder
Lokasi potensial
untuk industri
pedesaan produk
pangan dan industri
pedesaan produk non
pangan di kabupaten
Dati II Boyolali
berada di kecamatan
Boyolali, Ngemplak,
Teras dan
Banyudono.
Sementara itu
kecamatan yang
mempunyai
perkembangan
industri pedesaan
yang belum sesuai
dengan potensi yang
dimiliki adalah
kecamatan Musuk
dan Andong
Slamet Edi
Prasetyo 2007
(Skripsi)
Evaluasi
Persebaran
Industri Di
Kota
Surakarta
1. Mengetahui
perkembanga
n dan pola
distribusi
sentra industri
kecil,
menengah dan
besar yang
ada di Kota
Surakarta
tahun 1998-
2002
2. Mengevaluasi
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i pola
distribusi
industri kecil,
menengah dan
besar yang
Analisa
data
sekunder
Perkembangan
jumlah industri yang
ada di Kota Surakarta
selama tahun 1998 –
2005 adalah untuk
jenis industri kecil
yang mengalami
peningkatan paling
besar dalam jumlah
unit usahanya adalah
industri kecil kain
perca sedangkan yang
menglami
peningkatan paling
kecil adalah industri
kecil sangkar burung.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ada di Kota
Surakarta
Saiful Bahri
2007 (Tesis)
Evalusai
lokasi lahan
industri di
Kota Kragilan
Kabupaten
Serang
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengevaluasi
penetapan lokasi
lahan industri di
Kota Kragilan
Kabupaten Serang
Deskripsi /
survei
Kota Kragilan cukup
layak ditetapkan
sebagai lokasi atau
area industri.
Meskipun demikian,
berdasarkan
peraturan
penggunaan lahan
(zoning), lokasi
industri yang ada di
Kelurahan Tegalmaja
dan Kragilan tidak
bisa dikembangkan
lagi, karena alokasi
lahan peruntukkan
industri sudah
maksimal.
Betha Patria
Inkantriani
2008 (Tesis)
Evaluasi daya
dukung
lingkungan
zona industri
genuk
Semarang
Mengajukan
usulan
pengembangan
zona industri
Genuk agar
sesuai dengan
karakterisitik
lahannya sebagai
tindak lanjut dari
evaluasi daya
dukung
lingkungan.
Deskriptif Lahan di kawasan
industri ini dapat
dikatakan telah
mengalami degradasi
lahan, yaitu terjadi
karena pemanfaatan
lahan yang tidak
diikuti dengan
tindakan konservasi
tanah dan air,
sehingga terjadi
penurunan kualitas
lingkungan yang
dapat berpengaruh
terhadap daya dukung
lingkungan.
Beberapa hasil penelitian di atas manjadi acuan dan rujukan guna
melakukan penelitian di Wilayah Tegallega untuk mengevaluasi lokasi industri.
Sedangkan perbedaan hasil penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah pada
tujuan akhirnya.
F. Kerangka Penelitian
Saat ini perkembangan suatu wilayah sangat dituntut dengan cepat.
Persaingan antar perkembangan antar wilayahlah yang menyebabkan
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perkembangan suatu wilayah semakin cepat. Ada beberapa sektor yang
menyebabkan suatu wilayah dapat bekembang menjadi sangat pesat. Industri
merupakan salah satu sektor yang dapat mengangkat suatu wilayah menjadi
wilayah dengan perkembangan yang sangat pesat.
Luas wilayah Kota Bandung untuk ukuran sebagai lokasi pengembangan
kawasan industri memang tidak luas. Namun perkembangan di bidang
perekonomian sangatlah pesat. Kota Bandung sudah menjadi pusat perhatian
wisata baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan Seiring
perkembangannya Kota Bandung, perkembangan industri di dalamnya pun ikut
berkembang dengan pesat.
Hasil evaluasi lokasi industri di Wilayah Tegallega, muncul setalah adanya
proses interpretasi dari citra Quickbird, yang kemudian dilanjutkan dengan cek
langsung terhadap lokasi industri di lapangan. Sehingga muncul peta sebaran
industri yang nantinya akan di overlay terhadap peta RTRW Wilayah Tegallega
dan akhirnya muncul hasil evaluasi lokasi industri di Wilayah Tegallega yang
sesuai dan tidak sesuai.
Citra Quickbird
Interpretasi
Cek Lokasi Industri Lapangan
Peta Sebaran Industri RTRW Wilayah Tegallega
Overlay
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.6. Diagram Alur Penelitian
Sumber : Penulis, 2012