bab ii tinjauan pustaka a. dismenorea 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/409/4/bab ii.pdf ·...

24
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dismenorea 1. Pengertian Dismenorea Dismenorea atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum di alami wanita dari berbagai tingkat usia. (Bobak, dkk, 2005). Dismenorea sering dikaitkan dengan rasa sakit kram pada pinggang sampai ke bagian bawah dan dapat mengganggu aktivitas sehari hari saat dan menjelang menstruasi. (Manuaba,2010). Rasa sakit menjelang dan pada saat menstruasi di daerah perut bagian bawah pinggang sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari hari. (Manuaba,2010) 2. Klasifikasi Dismenorea Klasifikasi Dismenorea dibagi menjadi 2 yaitu Dismenorea Primer. Dismenorea sekunder (Judha dkk, 2012) : a. Dismenorea Primer Dismenorea primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca menarche (menstruasi yang pertama kali). Hal itu karena siklus menstruasi pada bulan bulan pertama setelah menarke biasanya bersifat anovulator yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama sama dengan menstruasi dan berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat di sertai mual,muntah, sakit kepala dan diare. Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenorea primer.

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Dismenorea

    1. Pengertian Dismenorea

    Dismenorea atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah

    satu masalah ginekologi yang paling umum di alami wanita dari berbagai tingkat

    usia. (Bobak, dkk, 2005). Dismenorea sering dikaitkan dengan rasa sakit kram

    pada pinggang sampai ke bagian bawah dan dapat mengganggu aktivitas sehari

    hari saat dan menjelang menstruasi. (Manuaba,2010). Rasa sakit menjelang dan

    pada saat menstruasi di daerah perut bagian bawah pinggang sedemikian rupa

    sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari hari. (Manuaba,2010)

    2. Klasifikasi Dismenorea

    Klasifikasi Dismenorea dibagi menjadi 2 yaitu Dismenorea Primer.

    Dismenorea sekunder (Judha dkk, 2012) :

    a. Dismenorea Primer

    Dismenorea primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca menarche

    (menstruasi yang pertama kali). Hal itu karena siklus menstruasi pada bulan bulan

    pertama setelah menarke biasanya bersifat anovulator yang tidak disertai nyeri.

    Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama sama dengan menstruasi dan berlangsung

    sampai beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya terbatas

    di perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat

    di sertai mual,muntah, sakit kepala dan diare. Menstruasi yang menimbulkan rasa

    nyeri pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenorea primer.

  • 8

    Beberapa faktor berikut ini memegang peranan penting sebagai penyebab

    disminore primer, antara lain:

    1) Faktor kejiwaan

    Gadis remaja yang secara emosional yang tidak stabil, apalagi jika mereka

    tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, mudah

    mengalami disminore primer. Faktor ini bersama dismenorea merupakan

    kandidiat terbesar penyebab gangguan insomnia. (Winkjosastro,1999).

    2) Faktor konstitusi

    Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga

    menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor faktor ini adalah anemia, penyakit

    menahun, dan sebagainya. (Winkjosastro,1999).

    3) Faktor obstruksi kanalis sevikalis (leher rahim)

    Salah satu teori yang oaling tua untuk menerangkan dismenorea primer

    adalah stenosis kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi di anggap

    sebagai faktor penting sebagai penyebab disminore primer, karena banyak

    perempuan menderita dismenorea primer tanpa stenosis servikalis dan tanpa

    uterus dalam hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya. Mioma submukosum

    bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot

    otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

    4) Faktor endokrin

    Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea

    primer disebabkan oleh kontraksi unterus yang berlebih. Hal itu disebabkan oleh

    endometrium dala fase sekresi (fase pramenstruasi) memproduksi prostaglandin

    F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa

  • 9

    berlebih di lepaskan dalam peredaran darah, makan selain disminore, dijumpai

    pula efek umum seperti diare, nausea (mual), dan muntah. (Winkjosastro,1999)

    b. Dismenorea sekunder

    Dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan congenital di pelvis

    yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya

    kelainan pelvis, misalnya, endometriosis, mioma uteri (tumor jinak kandungan),

    stenosis serviks, dan malposisi uterus. Dismenorea yang tidak dapat di kaitkan

    dengan suatu gangguan tertentu. Biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun, tetapi

    jarang terjadi pada tahun tahun pertama setelah menarke, dismenorea merupakan

    nyeri bersifat kolik dan di anggap disebabkan oleh kontraksi uterus oleh

    progesterone yang di lepaskan saat pelepasan endometrium. Nyeri yang hebat

    dapat menyebar dari panggul ke punggung dan paha, seringkali disertai mual pada

    sebagian perempuan (Judha dkk, 2012).

    3. Gejala Dismenorea

    Gejala utama dismenorea pimer adalah nyeri, dimulai pada awal

    menstruasi. Seringkali gejala tesebut dapat lebih lama dari 1 hari tetapi jarang

    melebihi 72 jam. Nyeri pada bagian bawah/panggul, menjalar ke sepanjang paha

    depan terkadang sampai ke punggung bawah dan kadang dapat menimbulkan

    mual, muntah, diare, penurunan kesadaran, kelelahan, dan nyeri kepala (Manuaba,

    2010). Dismenorea terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram perut bagian

    bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai dengan

    gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum. Gejala

    dismenorea sekunder dimulai 2-3 hari sebelum haid, dapat mereda saat haid

    dimulai/akhir haid. Disertai dengan menoragia/dispareunia.

  • 10

    4. Etiologi Dismenorea

    Menurut Anugroho, D., & Wulandari, A. (2011). selama haid sel sel

    endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin, prostaglandin

    merangsang otot uterus berkontraksi dan mempengaruhi pembuluh darah yang

    menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi

    myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction (penyempitan pembuluh

    darah) akibat dari kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan gejala

    mengakibatkan munculnya dismenorea, dismenorea ringan sampai berat biasanya

    di tandai dengan rasa nyeri di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri di bagian

    dada. Setelah bertahun tahun normal dengan siklus mestruasi tanpa nyeri,

    peningkatan prostaglandin dapat menyebabkan dismenorea sekunder pada

    perempuan usia 20-30 tahun. Namun penyebab yang umum, diantaranya

    endometritis, ademyosis, polip endometrium, choronic pelvis inflamantory

    disease, dan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.

    Penyebab utama dismenorea primer adalah adanya prostaglandin F2a

    (PGF2A), yang di hasilkan di endometrium. PGF2A merupakan hormone yang di

    perlukan untuk menstimulasi kontraksi uterus selama menstruasi. Pada remaja

    yang mengalami dismenorea, jumlah produksi PGF2A lebih tinggi di atas nilai

    normal. Tindakan mengurangi PGF2A bisa di lakukan dengan memberikan terapi

    farmakologi dengan memberikan obat obatan (Varney, 2006). Selama haid, sel-sel

    endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin, prostaglandin

    perangsang otot uterus berkontraksi dan mempengaruhi pembuluh darah yang

    menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi

    myometrium (otot dinding rahim) dan vasocontriksi (penyempitan pembuluh

    darah).

  • 11

    5. Patofisiologi Dismenorea

    a. Dismenorea Primer

    Menurut Manuaba (2010) mekanisme terjadinya dismenorea primer

    diawali dari korpus luteum yang hanya berumur 8 hari yang disebut korpus

    luteum menstruasionis dan sejak umur 4 hari, telah terjadi penurunan pengeluaran

    estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang pincang. Penurunan dan

    kepincangan E2/P = 0,01 menjadi pemicu pengeluaran dari enzim lipooksigenase

    dan sikooksigenase. Saat terjadi penurunan estrogen dan progesteron pada fase

    luteal pertengahan menyebabkan kekuatan dinding sel permeabilitas meningkat

    sehingga menyebabkan iskemik jaringan dan nekrosis endometrium. Dari nekrosis

    endometrium ini mengeluarkan mediator sehingga melepaskan enzim

    siklooksigenase 1 (COX-1). Iskemik ini memicu pelepasan enzim siklooksigenase

    (Siklooksigenase 1 dan Siklooksigenasen 2) (Manuaba, 2010). Saat menstruasi

    berlangsung terjadi peningkatan produksi fosfolipase karena adanya kematian

    jaringan. Fosfolipase mengubah fosfolipid bilayer menjadi asam arakidonat yang

    akan ditindaklanjuti secara temporal oleh siklooksigenase 2 (COX-2) menjadi

    prostaglandin, histamin dan tromboksan. Siklooksigenase 1 (COX-1) dibuat

    secara konstitutif sedangkan COX-2 diinduksi oleh faktor sitokin (sel mediator)

    dimana COX-2 akan lebih banyak dikeluarkan. Kondisi akan diperberat jika

    jaringan dalam kategori dipaksakan (tidak apoptosis). COX-2 inilah yang akan

    meningkatkan produksi prostaglandin. Pembentukan prostaglandin terus

    meningkat bergantung pada kerusakan iskemik dan nekrotik pada jaringan

    sehingga menyebabkan hiperaktivitas uterus dan miometrium berkontraksi.

    Kontraksi miometrium ini meningkatkan tekanan intrauterin dan jepitan ujung

  • 12

    serat syaraf. Tekanan intrauterin meningkat menyebabkan nyeri spasmodik dan

    jepitan ujung serat syaraf menimbulkan peningkatan sensitivitas serat syaraf

    aferen simpatikus, sehingga menimbulkan efek nyeri pada bagian abdomen

    (Manuaba, 2010).

    Dismenorea primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa menstruasi

    dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi. Selama siklus menstruasi

    ditemukan peningkatan dari kadar prostaglandin. Prostaglandin merangsang otot

    uterus dan memengaruhi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia uterus

    melalui kontraksi myometrium dan vasocontricstion (penyempitan pembuluh

    darah). Patogenesisi dismenorea primer adalah karena prostaglandin PGF2α, suatu

    stimulant miometrium yang kuat dan vasoconstriction yang ada di endometrium

    seketori, respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien denagn dismenorea.

    Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium

    perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri

    peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi pada fase

    folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama

    haid. Peningkatan prostaglandin mengikuti penurunan progesterone pada akhir

    fase luteal menimbulkan peningkatan tonus otot miometrium dan kontraksi uterus

    yang berlebihan. Leukotriane (suatu produk pengubahan metabolism asam

    arakidonat, bertanggung jawab atas terjadinya contraction (penyusutan atau

    penciutan) otot polos yang telah diterima ahli untuk mempertinggi sensitivitas

    nyeri serabut di uterus. Jumlah leukontriene yang signifikan telah ditunjukkan di

    endometrium perempuan yang tidak merespon terapi antagonis prostaglandin.

    (Anugroho, D., & Wulandari, A. 2011).

  • 13

    Hormone pituitary posterior, vasopressin terlibat pada hipersensitivitas

    miometrium, mengurangi aliran darah uterus, nyeri pada penderita dismenorea

    primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis

    dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis Neuronal telah direkomendasikan untuk

    patogenensis dismenorea primer. Neuron nyeri tipe C di stimulasi oleh metabolit

    anaerob yang di produksi oleh ischemic endometrium (berkurangnya suplai

    oksigen ke membral mukosakelenjar melapisi rahim). (Anugroho, D., &

    Wulandari, A. 2011).

    a. Dismenorea Sekunder

    Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder,

    tetapi, penyakit pada pelvis yang disertai haruslah ada. Penyebab umum terjadi,

    diantaranya termasuk endometriosis, adenomyosis, polip endometrium, chronic

    pelvic inflamantory disease, dan penggunaan alat kontrasepsi atau (IUD) hampir

    semua proses papun yang mempengaruhi Pelvic Viscera dapat mengakibatkan

    Nyeri Pelvis Siklik. (Anugroho, Wulandari, 2011)

    6. Penatalaksanaan Dismenorea

    Terdapat beberapa cara dalam menangani dismenorea, untuk membantu

    mengurangi rasa nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan

    non farmakologi, yaitu :

    1) Farmakologi

    Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-

    steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat

    efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari

  • 14

    1-2 menstruasi. Berikut ini daftar dosis inhibitor prostaglandin sintetase yang

    merupakan pengobatan untuk mengurangi dismenorea (Gant, 2011).

    2) Non farmakologi

    a) Kompres air hangat

    b) Minum minuman hangat

    c) Minum ai putih 8 gelas sehari

    d) Mandi air hangat

    e) Istirahat yang cukup

    f) Tidur dengan baik pada malam hari

    g) Olahraga secara teratur

    h) Aroma theraphy

    i) Akupresure dan akupuntur

    j) Mendengarkan music

    k) Relaksasi

    l) Senam abdominal streaching

    m) Kunyit

    n) Asam jawa

    o) Jahe

    p) Kayumanis

    q) Jus wortel

    r) Temulawak (Laila, 2011)

    3) Pembedahan

    Terapi pembedahan pada penderita dismenorea adalah alternative akhir

    bila terapi farmakologis dan non farmakologis tidak berhasil sehingga

    memerlukan tindakan pembedahan dalam menangani dismenorea. Sekitar 70 %

  • 15

    wamita yang menjalani neurektomi dan simpatektomi berhasil meredakan

    dismenorea ini (Bobak,2005).

    B. Nyeri

    1. Pengertian Nyeri

    Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak

    menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

    terlokalisasi pada suatu bagian tubuh (Judha dkk, 2012). Nyeri merupakan kondisi

    berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan

    nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya

    orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

    dialaminya.

    2. Fisiologi Nyeri

    Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.

    Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf

    sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang

    tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,

    hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat

    adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi

    seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas

    apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi

    yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang

    diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke

    sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut

  • 16

    A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh

    serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C.

    Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta

    sinaps pada dorsal horn. Dorsalhorn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae

    yang saling bertautan. Di antaralapisan dua dan tiga terbentuk substantia

    gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri

    menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur

    spinal asemdens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau

    jalur spinothalamus dan spinoreticulartract (SRT) yang membawa informasi

    tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari prosestransmisi terdapat dua jalur mekanisme

    terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh

    pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari

    thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum

    tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin

    merupakan neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih

    mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur

    nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap

    naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya.

    3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

    Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di

    antaranya adalah :

    a. Arti Nyeri

    Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian

    arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-

  • 17

    lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin,

    latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman.

    b. Persepsi Nyeri

    Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada

    korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang

    dapat memicu stimulasi nociceptor.

    c. Toleransi Nyeri

    Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat

    memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat

    memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,

    hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan

    sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan,

    rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

    d. Reaksi terhadap Nyeri

    Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap

    nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini

    merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,

    harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

    4. Pengukuran Skala Nyeri

    Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah

    nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

    individual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

  • 18

    berbeda oleh dua orang yang berbeda. Intensitas nyeri dapat diketahui dengan

    bertanya kepada pasien melalui skala nyeri berikut (Prasetyo, 2010):

    a. Numerical Rating Scale (NRS)

    Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai

    pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala

    0 sampai 10.Angka 0 diartikan kondisi pasien tidak merasakan nyeri, angka 10

    mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan pasien. Skala ini efektif

    digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi

    teraupetik (Prasetyo, 2010).

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Tidak ada Nyeri Nyeri

    Nyeri Sedang Paling

    Hebat

    Gambar 1

    Skala Penilaian Nyeri Numerical Rating Scale (NRS)

    Sumber : Prasetyo S N, 2010

    5. Pengkajian Terhadap Nyeri (Judha dkk, 2012)

    Individu yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik untuk

    menggambarkan nyeri yang dialaminya. Beberapa hal yang harus dikaji untuk

    menggambarkan nyeri seseorang antara lain:

    a. Intensitas nyeri

    Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal.

    Misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, hebat atau sangat

  • 19

    nyeri, atau dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif

    menjadi bersifat kuantitatif dengan menggunakan skala 0 = 10 yang bermakna 0 =

    tidak nyeri dan 10 = nyeri sangat hebat.

    b. Karakteristik nyeri

    Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,

    durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus-menerus,

    hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri

    seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di

    gencet).

    Karakteristik dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode PQRST, P =

    Provocate, Q = Quality, R = Region, S = Severe, T = Time. Berikut keterangan

    lengkapnya :

    1) P : Provocate, tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya

    nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian

    tubuh mana yang mengalami cidera termasuk menghubungkan antara nyeri

    yang diderita dengan faktor psikologisnya, karena biasa terjadinya nyeri hebat

    karena dari faktor psikologis bukan dari lukanya.

    2) Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang

    diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri dengan

    kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau

    bahkan seperti di gencet.

    3) R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk

    menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk

    melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan meminta

    penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kedaerah

  • 20

    nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang

    dirasakan bersifat menyebar atau difuse.

    4) S : Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling subjektif yang

    dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri,

    kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya

    kuantitas.

    5) T : Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian

    nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama

    menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.

    c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri

    Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan

    tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya.Selain itu adalah

    apa-apa yang dipercaya yang sifatnya psikologis pada penderita dapat membantu

    mengatasi nyeri.

    d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari

    Kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya nyeri seperti sulit

    tidur, tidak nafsu makan, sulit konsentrasi.Nyeri akut sering berkaitan dengan

    ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.

    e. Kekhawatiran individu tentang nyeri

    Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan oleh nyeri seperti

    beban ekonomi, aktivitas harian, prognosis, pengaruh terhadap peran dan

    perubahan citra diri.

  • 21

    f. Mengkaji respon fisiologik dan perilaku terhadap nyeri

    Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator nyeri yang

    lebih akurat. Respon involunter seperti meningkatnya frekuensi nadi dan

    pernafasan, pucat dan berkeringat adalah indikator rangsangan saraf otonom dan

    bukan nyeri.Respon perilaku terhadap nyeri dapat berupa menangis, merintih,

    merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau menarik diri. Respon

    lain dapat berupa mudah marah atau tersinggung.

    C. Jus Wortel

    1. Pengertian Wortel

    Wortel (Daucus Carota L) adalah tanaman sayuran yang di ambil

    umbinya. Umbi wortel berwarna oranye jelas, terasa gurih, renyah serta sedikit

    manis. Menurut Cahyono (2002), wortel merupakan tanaman sayuran umbi

    semusim yang berbentuk semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian

    antara 30 cm – 100 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietasnya. Wortel

    tergolong sebagai tanaman semusim karena hanya berproduksi satu kali dan

    kemudian mati.Tanaman wortel memiliki umur yang pendek yaitu sekitar 70 –

    120 hari tergantung varietasnya.

    Kulit dan daging umbi wortel berwarna kuning atau jingga. Wortel

    memiliki batang pendek yang hampir tidak tampak.Warna kuning dari umbi

    wortel berwarna kemerahan dikarenakan adanya pigmen karoten. Kulitnya tipis

    dan rasanya enak, renyah, gurih, dan agak manis.

  • 22

    2. Kandungan Wortel

    Wortel merupakan bahan pangan yang kaya manfaat. Menurut Cahyono

    (2002), wortel sarat dengan karoten total dan betakaroten (754 g) serta air. Kadar

    betakarotennya hampir dua kali lebih banyak dari pada kangkung (380 g), dan tiga

    kali lebih banyak daripada daun caisim (286 g). Kadarnya bahkan lebih tinggi dari

    pada bayam (409 g). Wortel juga kaya akan zat-zat lain yang berguna bagi tubuh.

    Kandungan gizi dari wortel dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1.

    Kandungan Gizi Wortel dalam tiap 100 gram

    Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference (2007)

    Komposisi Zat Gizi Satuan Jumlah

    Energi Kcal 42

    Protein Gr 0.93

    Lemak Gr 0.24

    Karbohidrat Gr 9.58

    Serat Gr 2.8

    Abu Gr 0.97

    Gula Total Gr 4.74

    Pati Gr 1.43

    Air Gr 88.29

    Kalsium Mg 33

    Besi Mg 0.30

    Magnesium Mg 12

    Fosfor Mg 35

    Kalium Mg 320

    Natrium Mg 69

    Seng Mg 0.24

    Tembaga Mg 0.045

    Mangan Mg 0.143

    Flour Mcg 3.2

    Selenium Mcg 0.1

    Vitamin C Mg 6,00

    Vitamin A Iu 16.706,00

    Vitamin B Mg 0.06

    Vitamin E Mg 0.66

    Vitamin K Mcg 13.2

    Karoten Beta Mcg 8285

    Karoten Alpha Mcg 3477

  • 23

    Kandungan betakaroten wortel banyak terdapat tepat di bawah kulit.

    Proses pengupasan wortel menyebabkan 20 – 30% betakaroten terbuang. Wortel

    memiliki peranan penting bagi tubuh, karena wortel memiliki kandungan α dan ß-

    karoten. Kedua jenis karoten ini penting dalam gizi manusia sebagai provitamin

    A. Senyawa ß-karoten dalam tubuh diubah menjadi vitamin A yang berperan

    dalam menjaga pertahanan dan kekebalan tubuh, menjaga kesehatan kulit, paru-

    paru, dan membantu pertumbuhan sel-sel baru. Wortel merupakan sumber

    makanan detoksifikasi yang mempunyai kemampuan untuk mengatur

    ketidakseimbangan dalam tubuh. Menurut Cahyono, (2002) wortel memiliki

    senyawa bioaktif seperti karotenoid dan serat yang cukup untuk meningkatkan

    kesehatan secara signifikan. Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat,

    lemak, serat, abu, nutrisi anti kanker, pektin, mineral (kalsium, fosfor, besi, dan

    natrium), vitamin (βetakaroten, B1 dan C) serta asparagin. Vitamin C, vitamin B,

    dan mineral terutama kalsium, dan fosfor yang terkandung dalam wortel

    merupakan sumber gizi yang baik untuk pertumbuhan.

    Sayuran berwarna hijau terutama bayam banyak mengandung β-karoten,

    demikian juga dengan wortel, brokoli, labu, pepaya, mangga, dan paprika merah.

    Semakin tua warna sayuran tersebut, maka semakin banyak kandungan β-

    karotennya. β-karoten merupakan anti oksidan yang menjaga kesehatan dan

    menghambat proses penuaan. Jika tubuh memerlukan vitamin A, maka

    betakaroten di hati akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin A bisa

    mencegah buta senja, mempercepat penyembuhan luka dan mempersingkat

    lamanya sakit campak. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan

    pengobatan, umbi wortel juga dapat digunakan untuk keperluan kosmetik, yakni

  • 24

    untuk merawat kecantikan wajah dan kulit, menyuburkan rambut dan lain-lain.

    Karoten dalam umbi wortel bermanfaat untuk menjaga kelembaban kulit dan

    memperlambat timbulnya kerutan pada wajah. (Hembing, 2007).

    3. Khasiat wortel

    Wortel mempunyai khasiat mencegah da mengatasi mata minus, rabun

    senja, infeksi pada mata, menurunkan kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi,

    mencegah stroke, mengurangi resiko terkena kanker, mencegah dan mengatasi

    sembelit, ggangguan lambung dan usus, batuk, bronkhitis, influeza, saki kepala,

    radang tenggorokan, haid tidak teratur, cacingan, gangguan kelenjar, gangguan

    kulit, seperti alergi kulit, campak, cacar, akzema, dan luka bakar ringan.

    (Hembing, 2007).

    4. Cara Membuat Jus Wortel

    a. Bahan

    1) 1 buah wortel segar

    2) 150 ml air

    b. Cara membuat

    Setelah bahan – bahan siap, masukan semua bahan ke blender, blender

    hingga halus kemudian dapat dikonsumsi langsung. Usahakan untuk meminum

    ramuan ini dua kali dalam sehari.

    D. Pengaruh Konsumsi Jus Wortel Terhadap Dismenorea

    Wortel memiliki agen agen aktif alami yang berfungsi sebagai analgetik,

    antipireutik dan anti imflamasi agen aktif dalam kunyit yang berfungsi sebagai

  • 25

    antipiretik dan anti imflamasi adalah betakaroten. vitamin E yang bermanfaat

    untuk mengurangi dismenore dan membantu mengatasi efek peningkatan produksi

    hormon prostaglandin. Semakin banyak mengkonsumsi jus wortel maka tingkat

    dismenorea primer akan semakin menurun (Hembing, 2007).

    Inflamasi adalah respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi

    yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yaitu

    histamin, serotonin, bradikinin dan prostaglandin yang menimbulkan reaksi

    radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan di sertai gangguan fungsi.

    Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selaput membran

    sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim enzim lisosomal dan asam

    arakidonat, selanjutnya di lepaskan dari persenyawaan-persenyawaan terdahulu

    jalur siklooksigenase (COX) dari metabolisme arakidonat menghasilkan

    prostaglandin yang berperan menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan

    permeabbelitas vaskular. Mekanisme betakaroten sebagai antioksidan dan

    antiinflamasi efektif mencegah dan mengobati kondisi stres oksidatif dan

    inflamasi, dengan cara mengurangi pengeluaran Thromboxane B2 (TxB2) dan

    Prostaglandin E2 (PGE2), yaitu dengan menghambat aktifitas siklooksigenase.

    Pada saat menstruasi, saat tidak ada pembuahan ovum pasca ovulasi,

    hormon hormon reproduksi wanita turun drastis karena korpus luteum berinvolusi.

    Hal ini berakibat segala kondisi endometrium yang telah di persiapkan

    sebelumnya untuk implantasi hasil fertilisasi menjadi luruh. Semua kelenjar

    meluruh, terjadi penurunan nutrisi, dan vasospasme yag menyebabkan reaksi

    imflamasi yang akan mengbaktifkan metabolisme asam arbakhidonat dan pada

    akhirnya akan melepaskan prostaglandin (PG). Terutama PGF- alfa yag akan

  • 26

    menyebabkan vasokontriksi dan hipertonus pada miometrium. Hipertonus inilah

    yang akan menyebabkan dismenorea.

    Setelah seorang makan, vitamin A yang sudah terbentuk dan karotenoid di

    lepaskan oleh kerja pepsin dan oleh berbagai enzim-enzim proteolitik dalam

    saluran usus bagian atas. Karetenoid dan turunan- turunan vitamin A mengumpul

    ke dalam globula- globula lipida yang kemudian terdispersi dalam usus bagian aas

    oleh asam-asam empedu yang terkojugasi. Ester- ester santofil dan vitami A

    dalam emulsi lipida ini selanjutnya dihidrolisis oleh berbabagai enzim esterase

    dalam cairan pankreas, menghasilkan karotenoid dan vitamin A yang bebas.

    (Nasoetion Hakim A & Karyadi D. : 1991). Tujuh puluh sampai sembilan puluh

    persen vitamin A dari makanan diserap dalam usus. Efisiensi penyerapan vitamin

    A terus menigkat menjadi 60-80% sebagai asupan yang terus meningkat. Lebih

    dari 90% dari retinol dalam tubuh berbenuk ester retinil. Ester retinil di temukan

    dalam lipid dari kilomikron.

    Penyerapan vitamin A setelah penyerapan maksimum 2-6 jam setelah

    pencernaan. Proses dalam usus, vitamin di masukkan ke dalam misel dab di serap

    ke dalam eritrosit. Prekursor vitamin A (karotenoid) di koversi ke dalam bentuk

    aktif dari vitamin A dalam eritrosit. Produk baru terbentuk dan prekursor

    tambahan kemudian dimasukkan ke dalam kilomikron dan disiapkan untuk

    transportasi di seluruh tubuh. (Sumbono, A. : 2016). Kontraindikasi dari vitamin

    A adalah hipersensitivitas terhadap bahan tambahan, pengawet dan pewarna.

    (Setiabudy Rianto: 1987). Interaksi dari vitamin A piridoksin dalam jumlah

    banyak dapat mempengaruhi efektivitas levodopa. Kolestiramin, kolestipol, dan

  • 27

    minyak mineral menurunkan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak. (Setiabudy

    Rianto: 1987).

    Hasil penelitian dari Hastuti dkk (2017) pada Program Kebidanan Diplom

    III di Purwokerto Populasi dalam penelitian ini 172 siswa, 57 siswa dari kelas

    satu, 39 siswa di kelas dua dan 76 siswa di kelas tiga. Dari hasil analisis Wilcoxon

    Match Paired Test didapatkan hasil Asymp. Sign 0,001 (P

  • 28

    dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh

    pemberian Jus wortel terhadap Nyeri Dismenorea pada remaja putri diasrama

    Abim Kota Kediri tahun 2018.

    E. Kerangka teori

    Tinjauan teori berdasarkan dengan masalah yang akan di teliti, variabel

    variabel yang akan di teliti. Dasar membuat kerangka konsep adalah kerangka

    teori. Maka kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Gambar 2

    Kerangka Teori (Laila, 2011)

    Non farmakologi

    a. Kompres air hangat b. Minum minuman hangat c. Minum ai putih 8 gelas

    sehari

    d. Mandi air hangat e. Istirahat yang cukup f. Tidur dengan baik pada

    malam hari

    g. Olahraga secara teratur h. Aroma theraphy i. Akupresure dan akupuntur j. Mendengarkan music k. Relaksasi l. Senam abdominal

    streaching

    m. Kunyit n. Asam jawa o. Jahe p. Kayumanis q. Jus wortel r. Temulawak

    Dismenorea

  • 29

    F. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

    antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

    yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

    Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Gambar 3

    Kerangka Konsep Penelitian

    G. Variabel

    1. Variabel Independen

    Variabel independen disebut juga variabel bebas/variabel sebab/variabel

    mempengaruhi/ variabel resiko (Notoadmojo, 2010). Pada penelitian yang akan

    di lakukan ini variabel bebasnya adalah Jus Wortel.

    2. Variabel Dependen

    Variabel dependen disebut juga variabel tergantung, variabel terikat,

    variabel akibat, variabel terpengaruh atau variabel yang di pengaruhi

    (Notoadmojo, 2010). Pada penelitian ini yang akan dilaksanakan ini variabel

    dependennya adalah dismenorea.

    H. Hipotesis

    Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

    Biasanya hipotesis ini di rumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel,

    Variabel Independen Variabel Dependen Dependen

    Jus Wortel Dismenorea

  • 30

    variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis ini berfungsi untuk menentukan arah

    pembuktian, artinya hipotesis ini adalah pertanyaan yang harus di buktikan.

    Sesuai dengan tujuan dari penelitian, dapat di rumuskan hipotesis penelitian

    adalah “Ada pengaruh jus wortel terhadap dismenorea pada siswi Madrasah

    Aliyah Darul A’mal Metro.

    I. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah batasan pada variabel variabel yang di amati

    untuk mengarahkan ke pengukuran atau pengamatan terhadap variabel variabel

    yang bersangkutan dn pengembangan instrument atau alat ukur (Notoadmojo,

    2010).

    Tabel 2

    Definisi Operasional

    Variabel Definisi

    Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    Dismenorea Rasa sakit yang di

    rasakan wanita di

    perut bagian bawah

    seperti kram,

    menjelang dan atau

    saat menstruasi

    berlangsung

    Wawancara,

    Observasi.

    Kuisioner 0 : tidak

    nyeri

    1-3 : nyeri

    ringan

    4-6 : nyeri

    sedang

    7-9 : nyeri

    berat

    Ordinal

    Jus wortel Minuman jus

    wortel dalam 1

    gelas jus wortel

    (100cc) terdiri dari

    1 buah wortel

    100gr, 150 cc air,

    1-2 sdm madu.

    Frekuensi 2 kali

    sehari interval 6

    jam, pada saat

    dismenorea.

    Check List Observasi Konsumsi Jus

    Wortel

    Nominal

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Tidak ada Nyeri Nyeri Nyeri Sedang PalingHebat