hubungan tingkat pengetahuan dismenorea …/hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA TERHADAP PERILAKU PENANGANAN DISMENOREA PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Muhammad Iqbal Sugiantoro G.0009140 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: vandat

Post on 05-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA TERHADAP

PERILAKU PENANGANAN DISMENOREA PADA MAHASISWI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA TAHUN 2012

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana

Muhammad Iqbal Sugiantoro

G.0009140

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenorea dengan

Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret SurakartaTahun 2012

Muhammad Iqbal Sugiantoro, G0009140, Tahun 2012

Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari , Tanggal 2012

Pembimbing Utama Penguji Utama

Dr. Abkar Raden, dr., Sp. OG (K) Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K)

NIP : 194 61019 197603 1001 NIP:19510421 198011 1002

Pembimbing Pendamping Penguji Pendamping

Erick Edwin, dr., Sp. OG Andi Yok Siswosoputro, drg., M. Kes

NIP : NIP : 195 211201986 01100 1

Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M. Kes

NIP : 19660702 199802 2 001

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Tingkat Pegetahuan Dismenorea terhadap

Perilaku Penanganan Dismenorea pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Muhammad Iqbal Sugiantoro, NIM: G0009140, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari ............... , Tanggal ...................... 2012

Pembimbing Utama

Nama : Dr. Abkar Raden, dr., Sp. OG (K) ................................................

NIP : 19461019 197603 1 001

Pembimbing Pendamping

Nama : Erick Edwin, dr., Sp. OG ................................................

NIP : -

Penguji Utama

Nama : Tri Budi Wiryanto, dr., Sp. OG (K) ................................................

NIP : 19510421 198011 1 002

Penguji Pendamping

Nama : Andi Yok Siswosoputro, drg., M. Kes ................................................

NIP : 19521120 198601 1 001

Surakarta, ...................... 2012

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM

NIP: 19660702 199802 2 001 NIP: 19510601 197903 1 002

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 23 Juli 2012

Muhammad Iqbal Sugiantoro

G0009140

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Muhammad Iqbal Sugiantoro, G.0009140, 2012. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dismenorea Terhadap Perilaku Penanganan Dismenorea Pada

Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kedokteran,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Dismenorea terjadi pada 72,4% wanita, dimana 15,4 persennya

mengalami dismenorea berat yang dapat menghalangi orang tersebut melakukan

aktifitas atau pekerjaannya. Perilaku penanganan dismenore dapat membantu

seseorang untuk mengurangi gejala yang dapat menghambat atau menghalangi

seseorang melakukan aktifitas. Pengetahuan merupakan determinan penting bagi

individu untuk berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan

dismenorea.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan potong

lintang dan menggunakan data primer. Sampel penelitain ini adalah Mahasiswi

Fakultas Kedokteran UNS Surakarta angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang

mengalami dismenorea.Sampel diambil dengan metode purpossive random

sampling sebanyak 64 sampel. Semua sampel tersebut diberikan kuesioner untuk

mengukur tingkat pengetahuan dismenorea dan perilaku penanganan dismenorea.

Setelah itu dilakukan analisis data menggunakan uji chi square.

Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan 53% tingkat pengetahuan dismenorea

sampel baik, dan 47% kurang. Perilaku penanganan dismenorea sampel 62%

dengan ditangani sendiri, dan 38% pergi ke dokter. Dari hasil analisis data

menggunakan uji chi square didapatkan p= 0,001 dan OR=3,04.

Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan

dismenorea pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Tahun 2012. Mahasiswi

dengan tingkat pengetahuan baik memiliki kemungkinan 3,04 kali untuk pergi ke

dokter dalam menangani masalah dismenoreanya.

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan Dismenorea, Perilaku Penanganan Dismenorea

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Muhammad Iqbal Sugiantoro, G0009140, 2012. The Relationship Between

Knowledge Level of Dysmenorrhea to Behavioral Treatment of Dysmenorrhea on

Medical Student Sebelas Maret University Surakarta. Mini Thesis, Faculty of

Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Dysmenorrhea occured in 72,4% women where 15,4% of them

suffered severe dysmenorrhea that may hinder the person doing activity or work.

Behavioral treatment of dysmenorrhea can help the person to reduce the symptoms

that may hinder or inhibit a person’s activity. Knowledge is an important

determinant for the individual to behave. This study aims to know relationship

between knowledge level of dysmenorrhea to behavioral treatment of

dysmenorrhea.

Methods: This study is analytical observational with cross sectional approach, and

using primary data. This sample is first, second, and third grade students of

Faculty of Medicine of Sebelas Maret University who suffering dysmenorrhea.

Samples taken by purpossive random sampling methods about 64 samples. All

samples were given questionnaire to measure the knowledge level and behavioral

treatment of dysmenorrhea. Data analysis using chi square test.

Result: The result showed 53% sample’s kowledge level of dysmenorrhea were

good, 47% were less. Behavioral treatment of dysmenorrhea sample’s, 62%

samples treated with his own, 38% went to doctor. From the analysis tih chi square

test p=0,001 and OR=3,04.

Conclusion: Based on result of the study can be concluded that there is a

relationship between knowledge level of dysmenorrhea to behavioral treatment of

dysmenorrhea. Student with good knowledge level of dysmenorrhea has 3,04

chance to go to the doctor treating dysmenorrhea.

Keywords: Knowledge Level of Dysmenorrhea, Behavioral Treatment of

Dysmenorrhea

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan

kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dismenorea terhadap Perilaku Penanganan Dismenorea pada

Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Tahun 2012”. Penyusunan skripsi

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati dan rasa hormat, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK

UNS Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes dan Ari Natalia Probandari, dr., MPH, Sri Enny

Narbrietty, S.H, M.H, dan Sunardi selaku Tim Skripsi FK UNS yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

3. DR. Abkar Raden, dr. Sp.OG (K), selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Erick Edwin, dr., Sp.OG, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K), selaku Penguji Utama yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Andi Yok Siswosoputro, drg., M. Kes, selaku Penguji Pendamping yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta, Indra Wirajuda dan Ibunda Atiek Kusumayati, adik

tersayang, Revina U dan M. Qadar yang senantiasa memberikan semangat

dan doa hingga skripsi ini terselesaikan.

8. Priyanka G. Utami, Muhammad Dzulfikar, Ariesta P., saudara, sahabat, rekan

seperjuangan Pendidikan Dokter angkatan 2009 atas segala dukungan,

kerjasama, dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Almira M. Deaneva, dan semua sahabat, serta orang-orang terdekat yang terus

memberi dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu atas bantuan dan

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna

memperbaiki skripsi ini nantinya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juli 2012

Muhammad Iqbal Sugiantoro

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Halaman Persetujuan ...............................................................................................ii

Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii

Halaman Pernyataan ...............................................................................................iv

Abstrak ....................................................................................................................v

Prakata .................................................................................................................. vii

Daftar Isi .............................................................................................................. viii

Daftar Tabel .............................................................................................................x

Daftar Gambar ....................................................................................................... xi

Daftar Lampiran .................................................................................................... xii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

Bab II Landasan Teori

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 6

B. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 29

C. Hipotesis ................................................................................................... 30

Bab III Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31

B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 31

C. Subjek Penelitian .......................................................................................31

D. Rancangan Penelitian .................................................................................33

E. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 33

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................. 34

G. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 35

H. Cara Kerja ................................................................................................. 37

I. Teknik Analisis Data ..................................................................................37

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Bab IV Hasil Penelitian

A. Karakteristik Responden ........................................................................... 38

B. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dismenore ............................. 43

C. Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Dismenore ............................. 44

D. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenore Terhadap

Perilaku Penanganan Dismenore .............................................................. 45

Bab V Pembahasan ............................................................................................... 47

Bab VI Simpulan dan Saran .................................................................................. 49

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penentuan skor jawaban tingkat pengetahuan dismenore ..................... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisioner tingkat pengetahuan dismenore .............................. 38

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden ...................................................... 41

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir ibu responden ....................... 42

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi sumber pengetahuan responden ........................... 44

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dismenore ............................ 45

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi perilaku penanganan dismenore ........................... 46

Tabel 4.6 Hasil analisis bivariat ............................................................................ 47

Tabel 4.7 Hasil analisis multivariat ...................................................................... 48

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran .......................................................................... 31

Gambar 3.1 Rancangan penelitian ........................................................................ 35

Gambar 4.1 Distribusi frekuensi usia responden .................................................. 41

Gambar 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir ibu responden ................... 43

Gambar 4.3 Distribusi frekuensi sumber pengetahuan responden ....................... 44

Gambar 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dismenore ........................ 45

Gambar 4.5 Distribusi frekuensi perilaku penanganan dismenore ....................... 46

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Hasil Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Analisis Statistik

Lampiran 3 : Kuisioner Tingkat Pengetahuan Dismenore

Lampiran 4 : Kuisioner Perilaku Penanganan Dismenore

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Haid atau menstruasi adalah sekret fisiologik darah dan jaringan mukosa

serta bersiklus yang melalui vagina dari uterus tidak hamil; di bawah

pengendalian hormon dan pada keadaan normal timbul kembali, biasanya

dalam interval sekitar empat minggu, kecuali selama kehamilan dan laktasi

selama periode reproduktif (Dorland, 2000). Haid merupakan suatu proses

yang fisiologis, namun sering terdapat gangguan-gangguan haid dan siklusnya,

yang dapat digolongkan menjadi: 1) kelainan dalam banyaknya darah dan

lamanya perdarahan pada haid, 2) kelainan siklus, 3) perdarahan di luar haid,

4) gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid (Prawirohardjo, 2007)

Gangguan yang sering menyebabkan wanita muda datang ke dokter untuk

konsultasi dan pengobatan adalah dismenorea (Calis et al., 2011).

Dismenorea didefinisikan sebagai sensasi nyeri yang hebat di perut bagian

bawah, dan disertai gejala biologis lain seperti berkeringat, frekuensi nadi

tinggi, sakit kepala, mual, muntah, diare, dan merinding, yang terjadi sebelum

atau selama siklus menstruasi (Katz, 2007). Dismenorea diperkirakan terjadi

pada 25% wanita dan hampir 90% terjadi pada usia remaja, dan tidak ada

perbedaan yang signifikan dari prevalensi dismenorea pada ras yang berbeda

(Holder et al., 2011). Dari hasil survey yang dilakukan kepada 113 pasien di

tempat praktik keluarga di Amerika, didapatkan prevalensi dismenorea

1

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

berkisar 29 – 44% (Calis, 2011). Dari penelitian yang dilakukan terhadap

wanita usia 19 tahun di Swedia, didapatkan hasil 27,6% tidak mengalami

dismenorea, 34,3% mengalami dismenorea ringan, 22,7% mengalami

dismenorea sedang, dan 15,4% mengalami dismenorea berat (Katz et al, 2007).

Dari penelitian yang dilakukan di Dumplunipar University, Kutahya, sebuah

sekolah kesehatan di Turki, didapatkan hasil dari 623 wanita, 71,7%

mengalami dismenorea, dan umur rata-rata penderita dismenorea adalah 20,8 ±

1,8 (Unsal et al., 2009). Di Indonesia belum diketahui secara pasti berapa

prevalensi dari dismenorea, namun dari hasil penelitian terhadap siswi sebuah

SMA di Jakarta didapatkan hasil bahwa 54,5% siswi mengalami gangguan

menstruasi berupa dismenorea (Sianipar et al., 2009). Sedangkan pada

penelitian lainnya yang dilakukan pada mahasiswi salah satu perguruan tinggi

di Jakarta ditemukan bahwa sebanyak 83,5% mahasiswi mengalami

dismenorea (Vegas et al., 2004). Meskipun prevalensi dismenorea di Indonesia

cukup tinggi, namun hanya sedikit yang berobat ke pelayanan kesehatan

masyarakat, yaitu hanya 1% - 2% (Abidin, 2004).

Meskipun dismenorea bukan hal yang mengancam jiwa, tetapi hal ini dapat

melemahkan dan berpengaruh terhadap psikologis wanita (Holder et al, 2011).

Dari hasil penelitian di Swedia, sebanyak 15,4% wanita yang mengalami

dismenorea berat, tidak dapat terkompensasi dengan analgesik, dan secara

nyata menghambat kemampuannya dalam bekerja (Katz et al, 2007).

Pengetahuan mengenai dismenorea sangat penting, terutama untuk mencari

solusi dari masalah dismenorea pada setiap wanita. Berdasarkan penyebabnya,

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dismenorea dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu dismenorea primer dan

sekunder. Dismenorea primer adalah dismenorea tidak disebabkan oleh

kelainan ginekologi, sedangkan dismenorea sekunder adalah dismenorea yang

disebabkan oleh kelainan ginekologi (salpingitis kronik, endometriosis,

adenomiosis uteri, stenosis serviks uteri, dan lain-lain) (Prawirohardjo, 2007).

Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan dismenorea dirasa penting untuk

diketahui oleh wanita, karena bisa jadi dismenorea yang dirasakan adalah suatu

tanda untuk penyakit yang lebih berat.

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa

arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya (Notoatmodjo, 2007). Oleh

karena itu, tingkat pengetahuan mengenai dismenorea akan sangat berpengaruh

pada perilaku seseorang dalam menangani dismenorea tersebut.

Sebagai calon tenaga kesehatan, mahasiswa fakultas kedokteran dituntut

untuk berperilaku sehat yang didasari oleh pengetahuan-pengetahuan yang

mereka dapatkan dari hasil pembelajaran di kampus.

Penelitian sebelumnya mengenai dismenorea sudah dilakukan oleh Dyah

(2010) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenoreaa

dengan Perilaku Penanganan Dismenoreaa pada Siswi SMK YPKK 1 Sleman

Yogyakarta dengan responden adalah siswi SMK. Terdapat perbedaan stressor

dari siswi SMA dan mahasiswi, oleh karena itu mungkin mempengaruhi

kejadian dismenorea. Perbedaan tingkat pengetahuan antara siswi SMA dan

mahasiswi fakultas kedokteran juga mungkin akan memberikan perbedaan dari

perilaku penanganan terhadap dismenorea.

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan

dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadap

perilaku penanganan dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS

Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadapt perilaku penanganan

dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam

bidang obstetri ginekologi serta ilmu kesehatan masyarakat mengenai

hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku

penanganan dismenorea.

2. Manfaat praktis

a. Diharapkan dari hasil penelitian ini, akan ada kegiatan tindak lanjut

seperti edukasi atau penyuluhan untuk meningkatkan tingkat

pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai

dismenorea.

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

b. Diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan

acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengetahuan

berasal dari kata tahu, yang berarti mengerti sesudah melihat,

sedangkan pengetahuan sendiri didefinisikan segala sesuatu yang

diketahui (KBBI, 2008).

Pengetahuan merupakan proses dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo,

2007).

b. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

6

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

sebab itu, tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada (Notoatmodjo, 2007).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu

obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap

seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif

dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin

positif terhadap obyek tersebut .

2) Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini

(Erfandi, 2009).

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,

2007).

2. Dismenorea

a. Definisi Dismenorea

Dismenorea didefinisikan sebagai sensasi nyeri yang hebat di perut

bagian bawah, dan disertai gejala biologis lain seperti berkeringat,

frekuensi nadi meningkat, sakit kepala, mual, muntah, diare, dan

merinding, yang terjadi sebelum atau selama siklus menstruasi (Katz

et al., 2007).

b. Jenis-jenis Dismenorea

Dismenorea dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum,

yaitu:

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

1) Dismenorea primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa

kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer

terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12

bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan

pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang

tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama

sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus

dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang

berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi

dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan rasa

nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea,

iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2007).

2) Dismenorea sekunder (ekstrinsik, acquired)

Dismenorea sekunder disebabkan oleh kelainan

ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis

uteri, stenosis, servisis uteri, dan lain – lain) (Prawirohardjo,

2007).

c. Derajat Dismenorea

Derajat dismenorea dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu:

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1) Ringan

Tidak terdapat gejala sistemik, jarang membutuhkan

pengobatan, jarang mengganggu pekerjaan

2) Sedang

Terdapat beberapa gejala sistemik, membutuhkan

pengobatan, mengganggu pekerjaan

3) Berat

Banyak terdapat gejala sistemik, respon yang buruk

terhadap pengobatan, menghalangi pekerjaan (Katz et al., 2007).

d. Patofisiologi Dismenorea

Patofisiologi dismenorea dibedakan menurut jenisnya,

1) Dismenorea Primer

Dismenorea primer biasanya dimulai 6 bulan setelah

terjadinya haid pertama atau menarche. Selama proses

menstruasi, saat terjadi peluruhan sel-sel endometrium terjadi

pelepasan prostaglandin yang menyebabkan uterus mengalami

iskemik melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi.

Peningkatan kadar prostaglandin dijadikan ukuran dalam jumlah

cairan menstruasi pada wanita yang mengalami dismenorea

berat.

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder dapat terjadi kapanpun setelah

menarche. Peningkatan kadar prostaglandin berperan dalam

patofisiologi dismenorea sekunder, tetapi juga harus disertai

dengan kelainan pelvic. Penyebab tersering dismenorea sekunder

adalah endometriosis, leiomioma, adenimiosis, PID, dan IUD

(Holder et al., 2011).

e. Penanganan Dismenorea

Penganganan dismenorea primer difokuskan untuk

memberhentikan produksi prostaglandin, sedangkan penanganan

dismenorea sekunder didasarkan pada penyakit penyebabnya itu

sendiri (Chudnoff, 2005).

Penanganan dismenorea primer yaitu :

1) Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah

gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya

diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,

kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah

informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhyul

mengenai haid perlu dibicarakan. Nasehat-nasehat mengenai

makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin

berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi (Prawirohardjo,

2007).

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2) Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat analgesik yang dapat

diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika nyerinya berat,

diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada

perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang

sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin,

dan kafein (Prawirohardjo, 2007).

3) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan

ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan

bahwa gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk

memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada

waktu haid tanpa gangguan (Prawirohardjo, 2007).

4) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Pemberian indometasin, ibuprofen, dan naproksen pada

kurang lebih 70% penderita mengalami banyak perbaikan.

Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai

3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid (Prawirohardjo,

2007).

5) Dilatasi canalis cervicalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberi keringanan

karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin

di dalamnya. Neurektomi prasakral ditambah dengan neurektomi

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

ovarial merupakan tindakan terakhir apabila usaha-usaha lain

gagal (Prawirohardjo, 2007).

6) Pemberian kontrasepsi oral dan DMPA

Pemberian kontrasepsi oral dan depot medroxyprogesteron

acetat (DMPA) efektif pada beberapa kasus (Chudnoff, 2005).

7) Pemberian Guaifenesin

Pemberian guaifenesin dapat menyebabkan dilatasi serviks

dan penipisan mukosa serviks (Marsden et al., 2004).

8) Akupuntur

Akupuntur dapat digunakan sebagai terapi alternatif disaat

penggunaan NSAID dan kontrasepsi oral dikontraindikasikan

(Iorno et al., 2008).

9) Pengobatan tambahan

Pemberian thiamin, vitamin E, minyak ikan, diet vegetarian

dan rendah lemak, kompres hangat dapat dijadikan terapi

alternatif untuk mengurangi dismenorea (Chudnoff, 2005).

3. Perilaku

a. Definisi Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan

(KBBI, 2008). Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun tidak

dapat diamati oleh pihak luar.

Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan

bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon stimulus tersebut. Skinner

membedakan adanya dua respons.

1) Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena

menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua.

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara

jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan

mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,

2007).

b. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi

tiga kelompok.

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha

penyembuhan bilamanan sakit.

2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian

pengobatan (health seeking behavior)

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

Tindakan ini mulai dari mengobati sendiri sampai mencari

pengobatan ke luar negeri.

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang

perilaku kesehatan ini.

1) Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya.

2) Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap

sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan

tentang: penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,

dan sebagainya.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang

mencakup hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang

sakit. Perilaku ini meliputi: 1) tindakan untuk memperoleh

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kesembuhan, 2) mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana

pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak, 3) mengetahui

hak dan kewajiban orang sakit (Notoatmodjo, 2007).

c. Determinan Perilaku

Manusia berperilaku sebagai respons suatu stimulus yang

diterimanya, diawali dengan proses penginderaan sebgagai awal

kontaknya individu dengan lingkungan sebagai proses fisik,

dilanjutkan dengan terjadinya pemaknaan terhadap stimulus tadi

sebagai proses psikologis dan demekian seterusnya terjadi proses

perilaku yang demikian kompleks, melibatkan faktor fisik dan psikis

sebagai kesatuan (Noor, 2009). Meskipun perilaku adalah bentuk

respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar,

namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain yang bersangkutan. Hal ini

berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun

respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan

respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya: tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor

dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2007g).

Manusia memiliki determinan atau atribut psikologis yang bersifat

typical performance, artinya respon individu terhadap stimulus tidak

dapat dinilai dengan benar atau salah karena tidak ada standar seperti

apa respon yang diharapkan. Respon individu bersifat situasional,

artinya respon yang muncul bisa berbeda walaupun stimulusnya

sama, jika individu berada pada situasi yang berbeda. Respon

ditampilkan sesuai dengan karakteristik individu yang berbeda

sehingga dinamakan respon tipikal berupa kecenderungan apa yang

dirasakan dan apa yang difikirkan bukan berdasarkan pada apa yang

mampu dilakukan atau respon terbaik yang dapat ditampilkan (Noor,

2009b).

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan

membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain, yakni: a) kogniif,

b) afektif, c) psikomotor, dalam perkembangannya, teori ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

3) Praktik atau tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, diantaranya fasilitas dan dukungan

(Notoatmodjo, 2007).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

1) Faktor Internal

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat

dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor

intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis

kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-

faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah

ini.

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a) Jenis Ras/ Keturunan

Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan

tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada

setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku

ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan

menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras

Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong

royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan

upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki

ciri perilaku yang berbeda pula.

b) Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin

antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-

hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa

dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun

norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku

berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug

berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.

c) Sifat Fisik

Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku

seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang

pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis.

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul,

humoris, ramah dan banyak teman

d) Kepribadian

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia

yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk

bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang

baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari

lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu

merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk

manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian

seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku

sehari-harinya

e) Intelegensia

Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan

individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan

efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku

individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku

yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku

intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat,

tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan

f) Bakat

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang

memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus,

misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis,

olah raga, dan sebagainya

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar

mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah

seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian

pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku

seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan

berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan

rendah.

b) Agama

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku

sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama

yang diyakininya.

c) Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat

atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam

kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup

pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang

Jawa dengan tingkah laku orang Papua.

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

d) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di

sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun

sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan

perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan

lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.

Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga

menjadi jinak dan dapat dikuasainya.

e) Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi perilaku seseorang (Azzahy, 2008).

e. Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus terlebih dahulu

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3) Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi,

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melalui tahap-

tahap diatas (Notoatmodjo, 2007).

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk membentuk tidakan seseorang. Pengetahuan dapat merangsang

seseorang untuk berperilaku, karena salah satu bentuk perilaku yang

sudah dijelaskan sebelumnya perilaku bersifat operant respon yakni

respons yang berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsangan tertentu. Adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan,

kesadaran, sikap positif, maka perilaku tersebut bersifat langgeng.

Pengetahuan merupakan salah satu dari determinan perilaku yang

mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

B. Kerangka Pemikiran

Faktor Internal Faktor Eksternal

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Tingkat pengetahuan

Agama

Kebudayaan

Sosial Ekonomi

Lingkungan

Ras

Jenis Kelamin

Sifat Fisik

Kepribadian

Bakat

Kecerdasan

Fasilitas

Dukungan

Reaksi : Perilaku Penanganan

(Terbuka)

Stimulus Rangsangan :

Nyeri Haid

Proses Stimulus

Sikap (tertutup)

Pergi ke Dokter

Ditangani Sendiri

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

C. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea dengan

perilaku penanganan dismenorea pada mahasiswa FK UNS.

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional dan menggunakan data primer.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi :

Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Angkatan 2009, 2010 dan

2011.

2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi :

Kriteria inklusi, yaitu mahasiswi fakultas kedokteran universitas

Sebelas Maret Angkatan 2009, 2010 dan 2011 yang mengalami

dismenorea sebelum dan saat menstruasi.

Kriteria eksklusi, yaitu mahasiswi fakultas kedokteran

Universitas Sebelas Maret angkatan 2009, 2010 dan 2011 yang

mempunyai riwayat penyakit ginekologi dan tidak mengisi kuesioner

atau tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

31

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Besar Sampel :

Penelitian cross sectional mempunyai tujuan untuk

mendiskripsikan karakter populasi berdasarkan pengamatan pada

sampel. Oleh karena itu sifat representativitas sampel menjadi sangat

penting agar taksiran karakteristik populasi tidak menyimpang jauh.

Rumus untuk menghitung besar sampel untuk rancangan cross

sectional adalah:

n= Z2pq / d

2

Keterangan:

p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada

populasi

q : 1 – p

Z : nilai statistik Z pada kurve normal standart pada tingkat

kemaknaan

d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi

(Taufiqurrahman, 2008)

Dari rumus di atas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah:

n= (1,96)2(0,853)(0,165) / (0,1)

2

= 52,9 = 53 orang

Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 53 orang

4. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan purposive random sampling, yaitu peralihan subyek

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan

karakteristik populasi (Taufiqurrohman, 2008). Dan selanjutnya

pemilihan besar sampel dari total populasi yang ada dilakukan dengan

cara random sampling.

D. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan penelitian

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Tingkat Pengetahuan Dismenorea

2. Variabel terikat : Perilaku Penanganan Dismenorea

Populasi

Sampel: mahasiswi dengan riwayat dismenorea

Pemberian kuisoner

Purposive random sampling

Analisis Statistik Data

Tingkat pengetahuan baik

Perilaku penanganan

Ditangani

sendiri Pergi ke

Dokter

Tingkat pengetahuan kurang

Perilaku penanganan

Ditangani

sendiri

Pergi ke

Dokter

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3. Variabel luar

a. Dapat dikendalikan : usia, riwayat penyakit ginekologi, akseptor

KB, riwayat operasi organ reproduksi, tingkat pendidikan.

b. Tidak dapat dikendalikan : faktor genetik, kondisi stress

psikososial, aktivitas sehari-hari, asupan nutrisi dan olahraga,

tingkat pendidikan ibu.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Tingkat pengetahuan dismenorea adalah skor yang

didapatkan dari jawaban kuesioner responden yang menggambarkan

kemampuan kognitif: mengetahui, memahami, menerapkan,

menganalisis, sintesis, dan evaluasi responden mengenai dismenorea .

Skala : Ordinal

Kategori : a) Baik (persentase jawaban benar 65-100 %)

b) Kurang (persentase jawaban benar <65 %)

Cara Pengukuran : Pengisian kuesioner

2. Variabel terikat : Perilaku penanganan dismenorea adalah perilaku

penanganan responden saat terjadi dismenorea.

Skala : Nominal

Kategori : a) Pergi ke dokter

b) Ditangani sendiri

Cara Pengukuran : Pengisian kuesioner

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

G. Alat dan bahan penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel

dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan

tertutup.

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan

tentang dismenorea, yang terdiri dari pertanyaan favorable dan

unfavorable sejumlah 25 item dengan pilihan jawaban sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju yang merupakan jawaban

interval yang setiap item jawaban diberikan skor menggunakan skala

likert dengan skor maksimal 100%. Isi kuesioner meliputi kemampuan

pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, penilaian. Kuesioner yang

dipakai telah divalidasi oleh Dyah (2010) dalam karya tulis ilmiahnya

yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenorea

Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Siswi SMK YPKK 1

Sleman Yogyakarta.

Tabel 3. 1. Penentuan Skor Jawaban Tingkat Pengetahuan Dismenorea

No Jawaban Responden Favorable Unfavorable

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dismenorea

No.

Pengetahuan

Tentang

Dismenorea

Butir Pertanyaan

Favorable Unfavorable

1

Kemampuan

Pengetahuan

1 2

2

Kemampuan

Pemahaman

3,5 4

3

Kemampuan

Penerapan

7,9 6,8

4

Kemampuan

Analisis

10,11,12,14,15,16,17,18 13

5

Kemampuan

Sintesis

20,21,23 19,22

6

Kemampuan

Penilaian

24,25

Penghitungan skor untuk kuesioner tingkat pengetahuan

dismenorea adalah skor X 100%.

Sedangkan kuesioner untuk mengukur variabel perilaku

penanganan dismenorea adalah pertanyaan tertutup dengan jawaban

ditangani sendiri atau pergi ke dokter.

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

H. Cara kerja

Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner oleh responden yang

kemudian dihitung skor dari kuesioner tersebut dan dikategorikan sesuai

dengan kategori yang telah disebutkan. Kemudian dilakukan uji statistik

I. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dismenorea

terhadap perilaku penanganan dismenorea data yang diperoleh dianalisis

secara statistik dengan menggunakan Uji Chi Square dengan bantuan

software SPSS for Windows, dikarenakan masalah penelitian adalah

kategorik dan data tidak berpasangan, setelah itu dilakukan uji regresi

logistik untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti dipengaruhi juga

oleh variabel luar, dalam penelitian ini variabel luar yang diteliti adalah

pendidikan terakhir ibu.

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan kepada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS

angkatan 2009, 2010, dan 2011 pada tanggal 12-13 Maret 2012. Penelitian

menggunakan responden sebanyak 194 orang. Responden adalah mahasiswa

Fakultas Kedokteran UNS yang hadir saat dilakukan penelitian. Setelah itu

dilakukan pemilahan dari kelengkapan pengisian kuesioner yang mancakup

biodata, kuesioner tingkat pengetahuan dismenorea, dan kuesioner perilaku

penanganan dismenorea. Didapatkan 145 responden yang mengisi lengkap

kuesioner. Kemudian dilakukan pemilahan terhadap mahasiswi yang mengalami

dismenorea berjumlah 96 orang. Setelah itu dilakukan random sampling dengan

menggunakan undian untuk mengambil 64 sampel sesuai dengan jumlah sampel

minimal yang dibutuhkan pada penelitian.

A. Karakteristik Responden

1. Usia Responden

Sesuai hasil penelitian, diperoleh karakteristik usia responden sebagai

berikut:

38

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia Responden

Usia Responden Frekuensi Persentase

17

18

19

20

21

22

3

15

22

16

7

1

5%

23%

32%

25%

10%

2%

Jumlah 64 100%

Hasil penelitian tersebut juga dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden

Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat dilihat paling banyak responden

berusia 19 tahun yaitu 22 responden (32%), dan jumlah responden paling

5%

23%

34%

25%

11%

2%

Usia Responden

17 18 19 20 21 22

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

sedikit adalah berusia 22 tahun sebanyak 1 responden (2%). Usia termuda

responden adalah 17 tahun sedangkan usia tertua responden adalah 22

tahun.

2. Pendidikan Terakhir Ibu Responden

Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik pendidikan terakhir ibu

responden sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Responden

Pendidikan Terakhir Ibu Frekuensi Persentase (%)

SD

SMP

SMA

D1

D3

S1

S2

1

0

12

1

15

25

10

1%

0%

19%

2%

23%

39%

16%

Jumlah 64 100%

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Hasil penelitian tersebut juga dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Responden

Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir ibu

paling banyak adalah S1 sebanyak 25 responden (39%) dan paling sedikit

adalah SMP sebanyak 0 responden (0%).

3. Sumber Pengetahuan Responden

Dari hasil penelitian dapat dilihat karakteristik sumber pengetahuan

responden sebagai berikut:

1% 0%

19%

2%

23% 39%

16%

Pendidikan Terakhir Ibu

SD SMP SMA D1 D3 S1 S2

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sumber Pengetahuan Responden

Sumber Pengetahuan Frekuensi Persentase

Buku

Media Elektronik

Sekolah

Orangtua

Teman

18

14

15

14

3

28%

19%

25%

23%

5%

Jumlah 64 100%

Hasil penelitian tersebut juga dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Sumber Pengetahuan Responden

Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa sumber pengetahuan

terbesar pada responden berasal dari buku sebanyak 18 responden (28%),

dan terkecil berasal dari teman sebanyak 3 responden (5%).

28%

19% 25%

23%

5%

Sumber Pengetahuan Responden

Buku Media Elektronik Sekolah Orangtua Teman

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. Tingkat Pengetahuan Dismenorea

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik tingkat pengetahuan responden

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dismenorea

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase`

Baik 34 5 %

Kurang 30 47%

Jumlah 64 100%

Atau dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dismenorea

Dari tabel dan gambar di atas, tingkat pengetahuan responden terbanyak

adalah baik sebanyak 34 responden (53%), dan tingkat pengetahuan

responden dengan jumlah paling sedikit adalah tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 30 responden (47%).

53% 47%

Tingkat Pengetahuan

Baik Kurang

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

C. Perilaku Penanganan Dismenorea

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik perilaku penanganan dismenorea

responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Dismenorea

Perilaku Penanganan Frekuensi Persentase

Ditangani Sendiri

Pergi Ke Dokter

40

24

62%

38%

Jumlah 64 100%

Atau dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Dismenorea

Dari tabel dan gambar di atas, didapatkan bahwa sebagian besar responden

menangani sendiri jika responden mengalami dismenorea (62%). Perilaku

penanganan dismenorea pada responden yang menangani sendiri adalah tidur,

62%

38%

Perilaku Penanganan Dismenore

Ditangani Sendiri Pergi Ke Dokter

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dibiarkan saja, dikompres, minum jamu, minum obat, dan diolesi minyak

kayu putih.

D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenorea terhadap Perilaku Penanganan

Dismenorea

Setelah didapatkan data dari penelitian, dilakukan analisis bivariat terhadap

masing-masing variabel, yaitu variabel tingkat pengetahuan dismenorea

terhadap perilaku penanganan dismenorea, dan pendidikan terakhir ibu

terhadap perilaku penanganan dismenorea, setelah itu dilakukan analisis

multivariat dengan uji regresi logistik untuk mengetahui variabel mana yang

paling berpengaruh terhadap variabel terikat yang diteliti. Dari hasil uji

statitstik didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat

Pergi ke

dokter

Ditangani

sendiri P OR

IK95%

N % n % Min Maks

Tingkat

pengetahuan

Baik

Kurang

19

5

56,0

17,0

15

25

44,0

83,0

0,001 6,333 1,956 20,505

Pendidikan

terakhir ibu

≤ SMA

> SMA

S

M

A

0

24

0,0

45,0

13

27

100

55,0

0,002 0,00 0,00 0,00

Total 24 38,0 40 62,0

Tabel 4.7 Hasil Analisis Multivariat

Variabel Koefisien p OR

Langkah 1

Tingkat pengetahuan

Pendidikan terakhir ibu

1,112

-20,327

0,80

0,999

3,04

0,00

Dari hasil analisis statistik didapatkan nilai p untuk tingkat pengetahuan

dismenorea adalah 0,001 , sedangkan nilai p untuk pendidikan terakhir ibu

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

adalah 0,002. Nilai OR untuk tingkat pengetahuan dismenorea adalah 3,04

sedangkan nilai OR untuk pendidikan terakhir ibu adalah 0,00.

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dismenorea

pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS yang berpengetahuan baik sebanyak 34

responden (53%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 30 responden (47%).

Menurut Erfandi (2009), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, usia, sumber informasi, lingkungan, sosial budaya, dan pengalaman.

Dengan terdapatnya perbedaan usia, tingkat pendidikan, sumber informasi, dan

lingkungan dari sampel, maka didapatkan pula perbedaan tingkat pengetahuan

sampel.

Perilaku penanganan dismenorea dari sampel adalah ditangani sendiri

sebanyak 40 sampel (62%), dan 24 sampel (32%) pergi ke dokter. Sesuai dengan

yang diungkapkan Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan domain

penting pembentuk perilaku, dimana pengetahuan dapat merangsang seseorang

dalam berperilaku, dengan adanya perbedaan tingkat pengetahuan sampel maka

terdapat perbedaan dari perilaku penanganan dismenorea pada sampel.

Dari data tingkat pengetahuan dismenorea dan perilaku penanganan

dismenorea kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan uji chi square

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan

dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea. Dari hasil analisis statistik,

didapatkan expected count > dari 5.0, maka data tersebut dapat dianalisis

menggunakan uji chi square dan dinilai ukuran kekuatan hubungan dengan Odds

48

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Ratio. Kemudian untuk mengetahui apakah penelitian ini dipengaruhi oleh

variabel luar, dimana dalam penelitian ini variabel luar yang ditelitit adalah

pendidikan terakhir ibu, maka dilakukan analisis bivariat terhadap pendidikan

terakhir ibu, didapatkan hasil p = 0,002, maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan terakhir ibu berpengaruh terhadap perilaku penanganan dismenorea,

namun ukuran kekuatan hubungan tidak dapat dinilai dikarenakan jumlah sampel

yang tidak mencukupi. Kemudian dilakukan analisis multuvariat untuk

mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap perilaku penanganan

dismenorea. Dilihat dari nilai OD, maka tingkat pengetahuan dismenorea lebih

berpengaruh terhadap perilaku penanganan dismenoe dibandingkan dengan

pendidikan terakhir ibu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan

dismenorea., yaitu remaja putri yang memiliki tingkat pengetahuan dismenorea

baik mempunyai kemungkinan 3,04 kali pergi ke dokter untuk menangani masalah

dismenoreanya.

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F SURAKARTA TAHUN 2012 commit to user i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pada penelitian hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap

perilaku penanganan dismenorea didapatkan hasil terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan dismenorea.

Remaja putri yang memiliki tingkat pengetahuan dismenorea baik mempunyai

kemungkinan 3,04 kali untuk pergi ke dokter dalam menangani masalah

dismenoreanya.

B. Saran

1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian terhadap variabel-

variabel yang mempengaruhi perilaku penanganan dismenorea seperti

tingkat stimulus atau derajat dismenorea.

2. Edukasi atau penyuluhan mengenai dismenorea sebaiknya diberikan pada

remaja putri sedari dini agar mengurangi gangguan aktifitas akibat

dismenore dan dapat menemukan penyakit ginekologi pada stadium dini

dengan perilaku remaja putri yang melakukan kontrol ke dokter dari

masalah dismenoreanya.

50