bab ii tinjauan pustaka a. 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... ·...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelelahan
1. Pengertian
Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar
terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian
terjadilah pemulihan setelah istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan
suatu perasan yang subyektif.18
Pengertian lain kelelahan kerja merupakan keadaan yang
kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja serta
dipengaruhi oleh faktor internal berupa lingkungan kerja yang tidak
memadai dan eksternal berupa pengaruh kelelahan kerja yaitu masalah
psikososial.19
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan kelelahan
adalah keadaan yang ditandai dengan penurunan efisiensi dan
pertahanan tubuh dalam bekerja sebagai wujud perlindungan dari
kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologis pada proses kerja dan
faktor internal berupa lingkungan kerja.
2. Jenis Kelelahan
a. Kelelahan Tubuh
Kelelahan tubuh terjadi akibat dari perpanjangan kerja.
Kelelahan tubbuh adalah konsekuesi kehabisan persediaan energi
tubuh. Kelelahan ini akibat dari banyaknya tugas pekerjaan yang
sama dengan proses psikologis yang lebih halus, meskipun
pengalaman subyektif menunjukkan kesamaan.8
b. Kelelahan Mental
Kelelahan mental bersumber dari overload ataupun underload
dari suatu pekerjan yang menghasilkan kebutuhan yang berlebihan
dari pekerjaan yang tidak menarik dan mudah tersebut. Kondisi
tersebut dapat meningkatkan stres jika terjadi berkepanjangan
karena akan mengurangi gairah kerja. Pengamatan yang dilakukan
7
oleh Grandjean menyatakan bahwa suatu peminatan pekerjaan,
yang seharusnya meningkatkan gairah kerja, kenyataannya malah
sebaliknya.8
3. Faktor Kelelahan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan
kerja terdiri dari faktor lingkungan kerja yang tidak memadai untuk
bekerja dan masalah psikososial mereka ataupun fisik mereka.13
Sebab-sebab kelelahan kerja terdiri dari :
a. Umur
Kondisi, kemampuan dan kapasitas tubuh manusia akan
mengalami penurunan. Semakin bertambahnya umur akan semakin
rentan terjadinya kelelahan. Penuaan akan mengakibatkan
kerusakan secara bertahap pada sistem fisiologis, chyrcardian dan
tidur.14 Seseorang akan berada pada kapasitas kerja tertinggi pada
umur 20-39 tahun. Pada umur 40-49 tahun kondisi penurunan
mulai terlihat dari ditemukannya diagnosa-diagnosa penyakit dan
pada usia 50-55 tahun kapasitas kerja seseorang akan semakin
meurun.20Kelelahan akan semakin dirasakan menonjol seiringn
bertambahnya umur. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan
kekuatan dan ketahanan otot, sehingga kelelahan akan semakin
meningkat.18Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Kristanto
menjadi penguat akan hubungan umur dengan kelelahan, dimana
hasil penelitian menunjukkan pekerja yang berumur < 30 tahun
tampak lebih rentan akan rasa kantuk yang disebabkan oleh
kelelahan.21
b. Melakukan pekerjaan yang sama secara terus menerus (monoton)
Monoton merupakan bagian dari faktor endogen yang
terpisah dari keadaan netral (faktor endogen mirip seperti
kebosanan).22 Pekerjaan yang dilakukan secara berulang akan
menyebabkan kelelahan pasif, karena aktivitas yang dilakukan
sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Situasi yang monoton akan
8
menunjukkan gejala prediksi dari kelelahan yaitu mengantuk dan
penurunan kontrol diri, hal ini dapat mengakibatkan kelelahan yang
serius pada jangka panjang.23
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebosanan menjadi
salah satu faktor penyebab kelelahan. Dari sudut neuro-fisiologi
efek monotomi akan naik karena rangsangan awalnya tidak ada,
karena itu kesiagaan untuk bertindak dan bereaksi menurun dan
rasa lelah mudah terjadi.24
c. Beban kerja yang tinggi dan lama kerja
Beban kerja dalam kurun waktu tertentu akan mengakibatkan
berkurangnnya kinerja otot. Beban kerja yang tinggi dan
terakumulasi dalam kurun waktu yang lama akan menimbulkan
penurunan kesehatan yang dapat menyebabkan kelelahan klinis
atau kronik. Perasaan lelah pada keadaan ini biasanya muncul pada
saat bangun pagi, misalnya berupa perasaan kebencian yang
bersumber dari emosional.12
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara beban
kerja dengan terjadinya kelelahan pada perawat. Beban kerja
sedang yang dialami perawat dalam penelitian tersebut mencapai
61,54%, persentase ini masih mungkin meningkat pada kondisi
seiring dengan perubahan cuaca dan epidemiologi penyaki.15Untuk
lama kerja dibuktikan oleh penelitian Imama (2011), terdapat
perbedaan kelelahan antara shift kerja pagi dan malam. Hal ini
tidak hanya karena rytme chycardian tetapi juga karena lama waktu
yang ditempuh berbeda. Waktu yang ditempuh untuk shift pagi
adalah selama 7 jam sedangkan pada shift malam mencapai 10 jam. 25
d. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kelelahan pada
pekerja ditempat kerjanya. Lingkungan yang dapat mempengaruhi
kelelahan meliputi lingkungan fisik berupa intensitas penerangan,
9
kebisingan, getaran, ventilasi dan micromilat; dan lingkungan
sekitar yang dapat mempengaruhi stres kerja.26
Kebisingan dan pencahayaan merupakan contoh kecil faktor
lingkungan yang dapat mengakibatkan kelelahan pada pekerja. Hal
ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Noor fatimah
(2002) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
intesnsitas kebisingan dan pencahayaan dengan kelelahan.27
e. Faktor kejiwaan
Faktor kejiwaan yang sering terjadi dalam dunia kerja
adalah stres, emosi dan depresi. Keadaan psikologi yang tidak
seimbang dapat melemahkan dan mendorong timbulnya
kelelahan.28
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara
stres kerja dengan terjadinya kelelahan pada perawat. Stres kerja
sedang yang dialami perawat dalam penelitian tersebut mencapai
82,70%. 15
f. Kondisi kesehatan atau sakit
Riwayat penyakit yang dialami oleh pekerja akan
berdampak pada sistem fisiologis tubuh sehinggal memicu
kerentanan pada kejadian kelelahan. Beberapa penyakit tersebut
diantaranya: jantung, diabetes, anemia, gangguan tidur, dan
beberapa penyakit lainnya.28
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dengan
sindrom kelelahan kronis secara signifikan lebih sering terjadi pada
mereka yang memiliki riwayat kesehatan dengan gangguan sistem
endokrin.29 Penyakit paru juga menyumbang sebagai penyebab
kelelahan kronik. Pasien dengan kelelahan kronik dalam penelitian
mencapai 59%. 30
g. Status gizi
Gizi yang tepat dan kondisi fisik yang baik memberikan
pengaruh yang sangat penting pada efek kelelahan. Makan yang
10
cukup dan seimbang pada siang hari dan sebelum tidur secara
signifikan mempengaruhi kewaspadaan dan kualitas tidur. Menjaga
kesehatan dan kondisi berat badan tidak hanya meningkatkan
stamina tetapi juga dapat mengurangi kemungkinan gangguan
tidur.28
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara status gizi dengan waktu reaksi, namun ada
hubungan signifikan antara status gizi (hemoglobin, hematokrit,
IMT dan asupan gizi) dengan kejadian mengantuk yang merupakan
akibat dari rasa lelah yang dirasakan.31
Tanda-tanda kelelahan yang mendasar adalah hambatan
terhadap fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan yang terjadi
pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan. Orang
yang lelah akan dengan sendirinya mengalami penurunan perhatian,
perlambatan dan hambatan persepsi, menjadi lambat dan sukar
berpikir, penurunan kemampuan atau dorongan untuk kerja, kurang
efisiennya kegiatan-kegiatan fisik dan mental.32
4. Pencegahan
Perawat yang bekerja di budang kesehatan dan industri
mengalami kelelahan. Kelelahan yang dialami dapat mempengaruhi
kesehatan serta keselamatan perawat dalam bekerja.32 Untuk
meminimalkan kelelahan yang perlu dilakukan manajemen risiko
kelelahan.beberapa manajemen pencegahan yang bisa dilakukan
diantaranya :
a. Menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesusai dengan
ketentuan yang berlaku. Menyediakan tempat istirahat dengan
mempertimbangkan kebutuhan untuk kesegaran fisik dan
keharmonisan mental psikologis
b. Manajemen pemberian cuti yang tepat,
c. Manajemen organisasi yang tepat
11
d. Memperhatikan kenyamanan pekerja secara fisiologis dan
psikologis33
e. Menghindarkan Lingkungan kerja yang bebas dari zat-zat yang
berbahaya, pencahayaan sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dihadapi pekerja.
f. Manajemen waktu dan istirahat yang proporsional19
Worksafe Victoria juga menganjurkan tempat kerja untuk
memiliki organisasi kesehatan dan keselamatan kerja untuk dapat
melakukan identifikasi dan merencanakan pengendalian guna
meminimalkan penyebab yang berhubungan dengan kelelahan
pekerja.32
5. Pengukuran
Untuk mengetahui dan menilai kelelahan dapat dilakukan
pengukuran/pengujian mengenai :
a. Waktu reaksi
b. Konsentrasi (pemeriksaan bourdon wiernes, uji KLT)
c. Uji fusi kelipat (flicker fusion test)
d. Elektro-ensefalogram (EEG)31
Reaksi terhadap stimulus yang dihitung dalam waktu reaksi
merupakan salah satu indikator status neuromuskuler.34 Waktu reaksi
dianggap salah satu penanda yang paling sensitif dari kerusakan
struktural dan fungsional dalam sistem saraf pusat.35 Pengukuran
waktu reaksi dapat digunakan untuk memantau kondisi individu dari
waktu ke waktu, untuk mengidentifikasi orang dengan perlambatan
yang ekstrim, atau untuk menentukan efektivitas intervensi.36Proses
kognitif, termasuk jenis pengolahan informasi yang diperlukan untuk
tugas-tugas dengan waktu reaksi, terkait dengan keseimbangan dan
jatuh risiko mengggunakan respon verbal terhadap rangsang cahaya
atau pendengaran.37
12
B. Toleransi Stres
1. Pengertian Stres
Stres adalah situasi ketegangan/tekanan emosional yang dialami
seseorang yang sedang mengalami tuntutan yang sangat besar,
hambatan-hambatan dan adanya kesempatan yang sangat penting yang
dapat mempengaruhi emosional pikiran dan kondisi fisik seseorang.38
Stres adalah stimulus yang berasal dari suatu kejadian atau
lingkungan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan
berada dalam tekanan sehingga menuntut individu untuk beradaptasi
atau menyesuaikan diri dengan.39
Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stressor yang
datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan
individu.40
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stres
kerja adalah perasaan tertekan yang dialami oleh pekerja berasal dari
stimulus dari lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi keadaan
fisik dan psikis seseorang.
2. Sumber Stres
Sumber stres yang disebut stressor yang perlu dipahami bahwa
pada dasarnya stres bisa bersumber dari pekerjaan dan lingkungan
kerja juga bisa bersumber dari luar pekerjaan. Stres yang dialami
pegawai bersumber dari beberapa stressor dan stressor yang
menyebabkan stres seseorang dapat berbeda antara satu dengan
lainnya. Stres yang dialami seseorang bisa berat atau ringan, ini
disebabkan kemampuan seseorang dalam menghadapi stressor
berbeda antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain.39 Sumber
atau penyebab stres psikologis, yaitu:
a. Frustasi
13
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena adanya
aral melintang. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,
pengangguran, perselingkuhan dan lain-lain) 41
b. Konflik
Konflik ditimbulkan karena tidak bisa memilih antara dua atau
lebih macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. 41Stimulus stres
muncul dari dua atau lebih faktor, dapat bersifat positif maupun
negatif. Secara garis besar konflik dibagi menjadi tiga,42yaitu:
1) Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflic) ialah
konflik yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada dua
tujuan yang sama-sama mengandung nilai positif.42
2) Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflic)
adalah konflik yang terjadi dengan melibatkan dua hal negatif
pada saat bersamaan.42
3) Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflic)
merupakan jenis konflik yang lebih sulit dipecahkan. Konflik
mendekat-menjauh terjadi apabila suatu hal mengandung unsur
positif dan negatif sekaligus.42
c. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat
berasal dari dalam diri individu dan di luar diri individu. 41dalam
arti paling sesderhana, tekanan adalah suatu sifat atau atribut dari
suat objek lingkungan atau orang yang memudahkan atau
menhalangi usaha-udaha individu untuk mencapai tujuan tertentu.
Tekanan memiliki hubungan dengan orang atau objek yang
mempunyai implikasi langsung terhadap usaha individu untuk
memuaskan kebutuhan.43
d. Krisis
14
Krisis merupakan keadaan yang mendadak, yang mnimbulkan stres
pada individu.41definisi lain tentang krisis yaitu pengalaman
menghadapi situasi akut tatkala kumpulan respon koping yang
dimiliki individu tidak cukup untuk mengatasi stres. Bagi individu,
krisis biasanya mewakili titik balik di dalam hidupnya dan upaya
reorganisasi beberapa aspek penting dalam struktur psikologi
individu tersebut. Tahapan krisis dalam individu melewati 4
ranngkaia, yaitu: syok, penurunan pertahanan diri, kesadaran dan
adaptasi.44
3. Gejala Stres
Stres sebagai ketegangan atau tekanan emosional yang dialami
seseorang yang gejalanya oleh para ahli deikelompokan menjadi tiga
kategori,45 yaitu :
a. Gejala fisik
Hormon stres akan merusal sel-sel darah putih yang akan
menyebabkan penurunan daya tahan tubuhterhadap penyakit dan
kesakitan. Beberapa gangguan umum yang sering muncul
diantaranya yaitu : sakit dan nyeri terutama pada kepala,
tempotomandibular joint disfinction (TMJ), masalah lambung,
cemas syaraf yang berakibat pada gangguan tidur dan beberapa
gejala lainnya.45
b. Gejala psikologis
Ketidakpuasan merupakan gejala psikologis sederhana yang
ditimbulkan akibat stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa
kondisi yang lain, misalnya : ketegangan, kecemasan, kejengkelan,
kejenuhan dan sikap suka menunda-nunda pekerjaan.45
c. Gejala perilaku
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi erubahan
dalam tingkat produktivitas, kemangkiran dan perputaran
karyawan, selain itu juga dalam kebiasaan makan, pola merokok,
konsumsi alkohol, dan ketidakteraturan tidur.46
15
4. Toleransi Stres
Toleransi terhadap stres (stres tolerance) adalah kemampuan
untuk menahan ketegangan juga penderitaan karena kegagalan, namun
tidak mempengaruhi keadaan psikologis atau fisiologis yang tidak
semestinya.47
Pengertian lain menyebutkan bahwa toleransi terhadap stres
adalah kemampuan untuk menghadapi kejadian yang tidak
menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadikan
keadaan tidak kondusif, dengan kemampuan menghadapi stres secara
aktif dan positif. 48
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa toleransi
terhadap stres adalah kemampuan untuk bertahan pada situasi yang
penuh dengan stres tanpa mempengaruhi keadaan psikis maupun
psikologis sehingga tetap dapat aktif dan positif.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Toleransi terhadap Stres
Toleransi terhadap stres bersifat individual. Setiap individu
memiliki toleransi terhadap stres yang berbeda satu sama lain, dari
yang rendah hingga yang tinggi. Hal ini dikarenakan faktor yang
menentukan tinggi rendahnya toleransi pada individu berbeda.38
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi toleransi terhadap stres
adalah:
a. Umur
Umur akan mempengaruhi sesitivitas dari neurofisiologis.
Neurofisiologis ini kemudian akan mempengaruhi proses individu
dalam menghadapi tekanan yang ada. Semakindewasanya
seseorang akan cenderung memiliki neuroticsim (kecenderungan
emosional yang lebih mudah marah) yang tinggi dibandingkan
mereka yang berada pada masa dewasa muda.49
Masa dewasa muda merupakan itilah untuk masa transisi
antara remaja dan dewasa.50 pada masa ini individu masih berada
pada masa remaja. Secara fisik, bentuk tubuh tampak seperti
16
oarang dewasa namun secara mental belum memiliki tanggung
jawab penuh.51Setelah melewati dewasa muda, seseorang akan
memasuki dewasa awal dimana sudah terbentuk kemandirian.50
b. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang akan membuat
seseorang secara sadar akan peran dan fungsinya, sehigga mereka
mengenali dan mengukur kemampuan mereka. Tingkat
kepercayaan terhadap diri yang berpengaruh pada sikap optimis
mereka. Keadaan demikian akan mempengaruhi kinerja mereka.
Kesadaran bekerja akan membuat toleransi yang baik terhadap
tekanan yang timbul dari pekerjaan. Tafazoli, Mahin; et.all. 2012.
Study hubungan antara kecerdasan emosional dan kinerja klinik
dalam bidang pelatihan mahsiswa keperawatan dan kebidanan. 52
c. Keadaan fisik
Keadaan fisik dalam hal ini adalah kesempurnaa fisik atau
kecacatan, akan cenderung memunculkan keterbatasan dalam
kapasitas dan kemampuan seseorang. Keterbatas akan mengganggu
kenyamana terlebih juka tidak didukung oleh lingkungan
sekitarnya. Ketidak sempurnaan fisik akan memunculkan stresor
pada individu tersebut. Fenomena stres secara umum akan
memunculkan penilaian yang berbeda sehingga penyesuaian atau
toleransi stres pada individu dengan keadaan fisik yang kurang
berbeda dengan pada umumnya.53
d. Lingkungan
Setiap individu memiliki reaksi stres yang berbeda.
Pengalaman tugas dan stressor yang diterima akan memengaruh
ukuran kerentanan stres yang berbeda, seperti halnya seseorang
yang memiliki paparan bising dengan yang mendapat paparan
panas dari lingkungan akan berbeda reaksinya. Penilaian kognitif
memprediksi suatu peristiwa akan berpengaruh tergantung dari
intesitas reaksinya terhadap stressor yang diterima. Adaptasi yang
17
dilakukan terhadap lingkungan yang terbentuk memunculkan
ketahanan pekerja untuk tetap stabil dalam kinerjanya. Situasi
lingkungan yang cenderung memicu stressor adalah kebisingan,
heat stres, beban kerja, waktu kerja, kelelaha dan beberapa faktor
lainnya.54
Berdasarkan uraian di atas, faktor yang mempengaruhi toleransi
stres pada individu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksterneal. Faktor internal yang
mempengaruhi toleransi terhadap stres diantaranya: umur, keadaan
fisik, pendidikan, intelegensi. Adapun faktor eksternal yang
mempengaruhi toleransi terhadap stres yaitu, lingkungan penyesuaian
diri, sosial budaya, dan status sosial.55
6. Pengukuran Toleransi Stres
Untuk mengetahui toleransi stres dari seseorang telah
dikembangkan semacam alat ukur yang dikenal dengan sebutan Skala
Miller and Smith. Pada alat ukur ini terdapat 20 aktivitas kehidupan
sehari-hari yang dilakukan oleh orang, yang masing-masing jenis
aktivitas diberi nilai 1 sampai dengan 5. Nilai 1 artinya hampir selaku
dilakukan, sedangkan nilai angka 5 artinya tidak pernah dilakukan,
dan nilai 2,3 juga 4 berada diantara nilai 1 dan 5. Pengukuran ini dapat
dilakukan oleh diri yang bersangkutan.56
Untuk memperoleh nilai sejauh mana derajat toleransi stres
seseorang terhadap stres, maka nilai angka dari ke-20 butir aktivitas
keseharian dijumlahkan, dari penjumlahan keseluruhan kemudian
dikurangi dengan angka 20, kemudian diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Mempunyai toleransi baik jika nilai kurang dari 30
b. Mempunyai toleransi kurang baik jika nilai berada diantara angka
30 sampai dengan 50
c. Tidak mempunyai toleransi jika nilai di angka 51-80 atau lebih.56
7. Hubungan antara Stres dengan Kelelahan
18
Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS)
adalah gambaran efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang
ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahapan, yaitu
tahap peringatan, tahap perlawanan dan tahap kelelahan.Pada tahap
peringatan atau alarm, individu memasuki kondisi shock yang bersifat
sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stres ada di bawah
normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba
menghilangkannya. Tahap alarm berlangsung secara singkat, tidak
lama kemudian individu akan bergerak memasuki tahapan selanjutnya
yaitu tahap perlawanan (resistance), dimana pertahanan terhadap stres
menjadi semakin intensif dan semua upaya yang dilakukan untuk
melawan stres.50
Pada tahap pertahanan, tubuh dipenuhi oleh hormon stres,
tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan semua
meningkat, jika semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres
ternyata gagal dan stres tetap ada, individu akan memasuki tahap
kelelahan (exhaused) dimana kerusakan pada tubuh semakun
meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan
ditahap kelelahan ini dan kerentanan terhadap penyakit akan
meningkat.50
C. Shift Kerja
1. Pengertian
Shift kerja adalah periode waktu 24 jam yang satu atau
kelompok orang dijadwalkan atau diatur untuk bekerja di tempat
kerja.57
Pengertian lain menyebutkan shift kerja sebagai suatu periode
waktu yang dikerjakan oleh sekompok pekerja yang mulai bekerja
ketika kelompok yang lain selesai.58
19
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
shift kerja adalah waktu kerja yang ditempuh pekerja dalam satu
periode (24 jam).
2. Karakteristik dan Kriteria Shift Kerja
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk manajemen kerja
shift adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan jam kerja pada shift malam tanpa mengurangi benefit
lainnya jika memungkinkan.
b. Pengurangan pekerja pada shift malam untuk mengurangi jumlah
hari kerja pekerja shift malam.
c. Lamanya kerja shift tidak melebihi 8 jam.
d. Tiap shift siang atau malam sebaiknya diikuti dengan paling sedikit
24 jam libur dan tiap shift malam dengan paling sedikit 2 hari
libur, sehingga pekerja dapat mengatur kebiasaaan tidur mereka.
e. Melakukan interaksi sosial dengan teman kerja.
f. Jika memungkinkan menyediakan musik yang tidak monoton
selama bekerja shift malam sangat berguna.59
Ada lima kriteria dalam mendesain suatu shift kerja, antara lain:
a. Ada jarak, setidaknya 11 jam antara permulaan dua shift yang
berurutan
b. Sebaiknya tidak bekerja selama tujuh hari berturut-turut
(seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur)
c. Usahakan memberikan waktu libur di akhir pekan (sebaiknya 2
hari)
d. Rotasi shift mengikuti rotasi matahari
e. Jadual yang dibuat ssebaiknya sederhana dan mudah diingat.8
3. Pengaruh Shift kerja terhadap Kesehatan Fisik
Pekerja shift dan yang telah bekerja denggan sistem shift
menunjukkan tanda-tanda lebih sakit daripada orang pada hari tetap
kerja. Masalah kesehatan jangka pendek mungkin muncul setelah
20
bertugas shift atau mungkin hanya terlihat setelah beberapa
tahun.59 Masalah kesehatan umum yang sering dikaitkan dengan shift
meliputi:
a. Gastro-intestinal keluhan
Selama lebih dari 50 tahun, para peneliti telah memperhatikan
bahwa kerja shift tampaknya meningkatkan risiko tukak
lambung. Hal ini juga tampaknya meningkatkan risiko gejala
umum Gastro-Intestinal (seperti mual, diare, dan sembelit) dan
mungkin beberapa jenis penyakit usus fungsional (seperti sindrom
iritasi usus besar.) Salah satu studi pada tahun 2008 menemukan
bukti yang mengaitkan shift kerja dengan mulas kronis.60
b. Depresi dan gangguan kejiwaan lainnya
Beberapa studi telah menemukan bahwa pekerja shift lebih
mungkin untuk menderita gejala depresi dan gangguan suasana hati
lainnya. Isolasi sosial shift kerja pasti membutuhkan tol
psikologis.Shift kerja juga dapat mempengaruhi kimia otak secara
langsung. Satu studi 2007 menemukan bahwa bila dibandingkan
dengan pekerja hari, pekerja malam memiliki tingkat signifikan
lebih rendah dari serotonin, zat kimia otak yang memainkan peran
penting dalam suasana hati. 60
c. Umur
Pekerja dengan sistem shift dapat menjadi toleran terhadap
jadwal kerja mereka ketika mereka mencapai usia 40-an dan 50-an,
meskipun telah melakukan shift berhasil selama bertahun-
tahun. Karyawan yang lebih tua mungkin merasa lebih sulit untuk
beralih dari delapan jam sampai 12 jam shift. 59
d. Obat-obatan untuk kondisi medis
Efektivitas obat-obat tertentu mengikuti jam tubuh sehingga
pembalikan pola tidur / bangun dapat mengganggu pengobatan
beberapa penyakit. 59
4. Perputaran dan Rekomendasi Shift Kerja
21
Merancang perputaran shift perlu dilakukan beberapa
pertimbangan, ada hal-hal yang harus diperhatikan dan diingat, yaitu:
a. Desain jadwal
Mengoptimalkan desain perlu dipertimbangkan untuk benar-
benar efektif sesuai dengan kebutuhan pekerja dan beban kerja.
Penggunaan shift tetap dengan baik, 8-jam atau 10-jam akan
memunculkan kebutuhan jumlah pekerja.61
b. Panjang periode rotasi
Panjang periode rotasi akan mempengaruhi keseimbangan
karyawan akan bebankerja yang ada.61 Rotasi perubahan dua
hingga tiga hari dapat mengurangi gangguan ritme tubuh dan
memungkingkan ritme cyrchardian untuk menyesuaikan diri.62
c. Arah rotasi
Disarankan agar menggunakan arah rotasi maju yaitu dari sore
ke malam, karena ritme cyrchardian dapat menyesuaikan lebih
baik dengan rotasi maju.62
d. Panjang istirahat antar shift
Waktu istirahat yang baik minimal 24 jam setelah shift malam.
Jika shift malam berturut-turut sebaiknya ada waktu pemenuhan
istirahat yang cukup sebelumnya.63
e. On-off work
Pola kerja on-off akan menggambarkan jam efektif kerja dan
jumlah jam tidak kerja.oliver, bruce.63
Teori schwertzenau yang menyebutkan bahwa ada beberapa
saran yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja,
yaitu :
a. Pekerja shift idealnya berumur 25-50 tahun
b. Pekerja yang mempunyai maslah perut dan usus, serta emosi yang
tidak stabil disarankan untuk tidak ditempatkan di shift malam
22
c. Pekerja yang tempat tinggal dan tempat kerja mempunyai jarak
yang jauh atau berada di lingkungan yang ramai sebaiknya tidak
ditempatkan pada shift.
d. Sistem shift dengan 3 rotasi yang menggunakan waktu ganti pada
pukul 6-14-22 lebih baik diganti pada pukul 7-15-23 atau 8-16-24
e. Rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang dan disarankan
untuk menghindari kerja malam secara terus menerus
f. Pola rotasi kerja yang baik adalah 2-2-2 (metropolitan pola) atau 2-
2-3 (continental pola).
g. Kerja malam 3 hari secara berturut-turut seharusnya diikuti istirahat
paling sedikit 24 jam.
h. Perancangan shift perlu mempertimbangkan waktu libur 2 hari
berurutan baik pada akhir pekan maupun sebagai ganti akhir pekan.
i. Perencanaa shift dsarankan memenuhi satu kali istirahat yang
cukup untuk makan8
5. Hubungan antara Shift Kerja dan Kelelahan
Keseimbangan yang buruk antara pekerjaan dan waktu kerja
yang disediakan untuk istirahat dan pemulihan, jadwal kerja dan jam
kerja yang panjang akan mengakibatkan kelelahan kronis.
Konsekuensi dari kelelahan akan mengurangi kewaspadaan yang
melamban dalam bereaksi dan mengantuk, yang pada akhirnya akan
meningkatkan risiko.64Pekerja pada shift malam akan cenderung
memiliki kelelahan lebih tinggi daripada shift pagi maupun siang, hal
ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan Anita Mayasari adanya
perbedaan kelelahan pada perawat terutama wanita pada shift pagi dan
shift malam. Tingkat kelelahan pada perawat shift malam lebih tinggi
daripada shift pagi dikarenakan manusia mempunyai circardian
rhythem yaitu fruktuasi dari berbagai macam fungsi tubuh selama 24
jam.17
D. Status Gizi
23
1. Pengertian Gizi
Kata gizi berasal dari kata “nutrition”, artinya sesuatu yang
mempengaruhi proses perubahan semua jenis makanan yang masuk ke
dalam tubuh, yang dapat mempertahankan kehidupan. Zat gizi adalah
elemen yang ada ddalam makanan yang dapat dimanfaatkan secara
langsung dalam tubuh, seperti : karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air.65
WHO mengartikan gizi adalah proses organisme dalam
menggunakan makanan yang dikonsumsi secar normal melalui proses
digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan tubuh yang diperlukan untuk
memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan
menghasilkan energi.66
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat –zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB)
ideal.67
2. Kebutuhan Gizi Berkaitan dengan Proses Tubuh
Makanan sehari-hari yang dikonsumsi sebaiknya dipilih dengan
baik agar dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan
untuk fungsi normal tubuh, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi
tidak dapat dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan
zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang
harus diterima tubuh dari makanan.67
Bila dikelompokkan dalam tiga fungsi zat gizi dalam tubuh :
a. Memberi energi
Energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas berasal dari
proses pembakaran zat makanan dalam tubuh. Dalam proses
metabolisme, energi makanan hanya sebagian diubah ke dalam
energi kerja, sedangkan sebagian lagi diubah menjadi energi panas.
24
Dalam proses pembakaran tidak terlepas dari kebutuhan oksigen
yang berperan dalam oksidasi zat makanan. Zat makanan yang
dapat dioksidasi untuk mendapatkan energi ada tiga golongan,
yaitu: protein, lemak dan karbohidrat.68
b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh
Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Ketiga
zat tersebut berperan dalam degenerasi sel. Dilihat dari fungsinya
makan ketiga zat gizi ini dinamakan zat pembangun.67
c. Mengatur proses tubuh
Protein, mineral air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses
tubuh. Protein mengatur keseimbangna air dalam sel, bertindak
sebagai buffer untuk memelihara netralitas tubuh termasuk
membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat
infektif dan bahan-bahan asing yang masuk dalam tubuh,
sedangkan mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam
proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses
lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air
diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan didalam tubuh, seperti :
darah, cairan pencernaan, jaringan dan proses tubuh lainnya.
Melihat fungsinya ketiga zat ini dinamakan zat pengatur.67
3. Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi Tubuh
Konsumsi makanan erat kaitannya dengan status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi jika tubuh memperoleh
zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup sehingga dapat
digunakan secara efisien untuk pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kamampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang
setinggi mungkin. Status gizi yang kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial yang
dibutuhkan oleh tubuh.67
25
Gangguan gizi sisebabkan oleh faktor primer atau sekunder :
a. Faktor primer bila susunan makanan yang dikonsumsi seseorang
salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan
penyediaan pangan, kurang baiknya proses distribusi pangan,
kemiskinan dan ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan
sebagainya.
b. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat
gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi.67
4. Indeks Masa Tubuh
Pengaruh lingkungan terutama gizi lebih penting daripada latar
belakang genetik atau faktor biologi lainnya, terutama pada masa
pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan
mengenai malnutrisi. Indeks Massa Tubuh merupakan rumus
matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa.69
FAO/WHO/UNU (1985 dalam I Dewa Nyoman 2002)
melaporkan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa
ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI), Body Mass
Index di Indonesia diterjemahkan menjadi indeks massa tubuh (IMT).
IMT merupakan alat ukur sederhana yang digunakan untuk memantau
status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan, sehingga memungkinkan seseorang untuk
mencapai harapan hidup lebih panjang dengan mempertahankan berat
badan normal.70
IMT hanya dapat digunakan pada orang dewasa berumur diatas
18 tahun atau antara 19-70 tahun, tidak dapat digunakan untuk
pengukuran pada bayi, anak, remaja, ibu hamil danibu menyusui,
olahragawan dan pada orang yang struktur tulang belakangnya tidak
normal.71 IMT juga tidak daat digunakan pada oarang dengan keadaan
26
khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites dan
hepatomegali.70
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan
perempuan. Batas ambang normal laki-laki berkisan dalam nilai 20, 1
– 25,0 dan untuk perempuan berkisar dalam nilai 18,7 – 23,8, untuk
kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat
kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan untuk
menggunakan batas ambang laki-laki untuk kategori kurus tingkat
berat dan menggunakan batas ambang batas perempuan kategori
gemuk tingkat berat.70
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Rumus perhitungan gai berikut : IMT adalah seba
IMT =
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat
ringan
17,0 – 18,5
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebuhan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber :65
Berat badan normal merupakan idaman setiap orang untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan berta badan
normal adalah penampilan menarik, lincah dan risiko sakit rendah.
Berat badan yang kurang dan berlebihan akan berisiko terhadap
berbagai macam penyakit.70
5. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Masalah Gizi
27
Pola makanan seseorang sangat berbeda karena hal ini
dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi, budaya dam kepercayaan-
kepercayaan lainnya. Masalah gizi utama di Indonesia adalah masalah
Gizi Kurang Energi Protein (KEP) atau busung lapar, masalah anemia
besi, masalah gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKY) dan
masalah kurang Vitamin A (KVA), 68disamping itu juga ada masalah
gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink yang sampai sekarang belum
diketahui penyebabnya dikarenakan keterbatasan iptek gizi.Konsep
terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks.65
Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi yang
timbul sangat dipengaruhi oleh faktor pejamu, agens dan lingkungan.
Faktor pejamu meliputi fisiologis, metabolisme dan kebutuhan zat
gizi. Faktor agens meliputi zat gizi yaitu zat gizi makro seperti
karbohidrat, protein dan lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin
dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan,
pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan hygiens, serta sanitasi
makanan.70
Faktor yang sangat berpengaruh tehadap gizi di negara
berkembang yaitu :
a. Produksi pangan untuk keperluan rumah tangga
b. Pengeluaran uang untuk keperluan pangan dalam rumah tangga
c. Pengetahuan tentang gizi
d. Persediaan pangan yang dipengaruhi oleh produksi pangan dan
pengeluaran uang untuk keperluan pangan 72
Masalah lain yang menjadi faktor adalah masalah gizi pekerja.
Masalah yang sering ditemui oleh pakerja yaitu defisiensi energi dari
zat gizi makro (vitamin dan zat besi) yang disebabkan oleh jam kerja
yang panjang, pengawasan kerja yang ketat yang mengakibatkan
pekerja tidak dapat memaksimalkan waktu istirahat dan waktu istirahat
yang terbatas.73
6. Hubungan antara Status Gizi dengan Kelelahan
28
29
Pekerja memerlukan energi untuk dapat bekerja. Pemenuhan
gizi untuk dapat bekerja tidak hanya harus dipenuhi secara
kuantitatifnya saja, tetapi juga secara kualitas gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Penelitian menunjukkan bahwa selain jumlah kalori yang
tepat, penyebaran persediaan kalori selama bekerja sangat penting.
Kalori yang dibutuhkan oleh tubuh tidak hanya terdapat pada
makanan pokok tetapi bisa diganti dengan pemberian snack atau
makanan ringan, minuman manis setiap 1,5 - 2 jam setelah kerja
terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja dibandingkan dengan
hanya diberikan sekali makan siang pada saat jam istirahat.30
E. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Kelelahan
Shift Kerja
Lingkungan Beban kerja
Kelelahan Tubuh Kelelahan mental
Sakit Status Gizi Monoton
Toleransi Stres
Asupan Makanan
Penyakit Infeksi
Faktor Kejiwaan
(Stres)
Umur
Pendidikan
Sosial Budaya
Keadaan Fisik
Lingkungan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi dari 8, 14, 32, 55, 74
30
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Status gizi
Toleransi Stres
Penyakit*
Shift Kerja Kelelahan
Variabel Penganggu
Keterangan :
* = dikendalikan melalui kriteria inklusi
Gambar 2.2 Kerangka konsep
G. Hipotesis
1. Ada hubungan antara toleransi stres dengan kejadian kelelahan
2. Ada hubungan antara shift kerja dengan kejadian kelelahan
3. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian kelelahan
31