bab ii tinjauan pustaka 2.1 usaha mikro, kecil, dan...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik UMKM
Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut
undang-undang no. 20 tahun 2008, adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.2 Peranan UMKM Dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia
Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan
kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM memberi
berbagai jenis kontribusi, antara lain sebagai berikut:
11
a. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional;
Pembentukan Investasi Nasional menurut harga berlaku:
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp 461,10 triliun
atau 52,99% dari total investasi nasional sebesar Rp 870,17 triliun.
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM mengalami peningkatan sebesar
Rp 179,27 triliun atau sebesar 38,88% menjadi Rp 640,38 triliun.
b. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ;
PDB Nasional menurut harga berlaku:
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut
harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.105,14 triliun atau sebesar
56,23%.
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut
harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.609,36 triliun atau sebesar
55,56%.
c. Kontribusi UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional; pada
tahun 2008, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar
90.896.207 orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja,
jumlah ini meningkat sebesar 2,43%.
d. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional; pada tahun
2008 kontribusi UMKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui
ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp 40,75 triliun
atau 28, 49%.
12
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan pilar utama
perekonomian Indonesia. Karakteristik utama UMKM adalah kemampuannya
mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan menanggung biaya yang relatif
rendah. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika keberhasilan UMKM diharapkan
mampu meningkatkan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Sumber: Kristanto Word, UMKM di Indonesia dan Peranan Akuntansi, available at:
(http://kristantoword.wordpress.com/2013/04/08/), Senin, 8 April 2013 at 12:28 WIB.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Pengertian Sistem
Menurut Mulyadi (2008:5), sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
2.2.2 Pengertian Informasi
Menurut Lilis Puspitawati (2011:13) data dan informasi adalah :
“Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan
kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan
lebih berarti bagi yang menerimanya.”
2.2.3 Pengertian Akuntansi
Fees, Reeve dan Warren (2008:10) menyatakan bahwa akuntansi adalah
sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
13
2.2.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Definisi Sistem Informasi Akuntansi menurut Mulyadi (2008:3)
mengemukakan definisi sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
“Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang
dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan
yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan.”
2.2.5 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2008:3), unsur-unsur sistem informasi akuntansi terdiri
dari:
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen,
karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi di
rekam (di dokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering pula
disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk
mencatat peristiwa yang terjadi di dalam organisasi ke dalam catatan.
Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi di
rekam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Contoh
formulir yaitu: faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek.
14
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama, yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
yang lainnya. Dalam jurnal ini terdapat kegiatan peringkasan data,
yang hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah transaksi tertentu)
kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
Contoh jurnal yaitu: jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal
penjualan, jurnal umum.
3. Buku Besar
Buku Besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini
disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan
dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat
di pandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di
pihak lain dapat di pandang pula sebagai sumber informasi keuangan
untuk penyajian laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Jika data keuangan yang di golongkan dalam buku besar di perlukan
rinciannya lebih lanjut, dapat di bentuk buku pembantu (subsidiary
ledger). Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu
15
yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu
dalam buku besar.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat
berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba yang di
tahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran,
laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang
akan di bayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.
Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi.
Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar
monitor komputer.
2.2.6 Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Azhar Susanto (2007:9), fungsi dan peran dari sistem informasi
akuntansi adalah:
1. Mendukung aktivitas sehari-hari perusahaan.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan.
3. Membantu dalam memenuhi tanggung jawab pengelolaan perusahaan.
2.3 Subsistem Sistem Informasi Akuntansi
Berdasarkan subsistem, sistem informasi akuntansi memiliki 5 bagian
subsistem yang saling berkaitan, yaitu:
1. Subsistem Pendapatan,
2. Subsistem Pengeluaran,
16
3. Subsistem Keuangan, dan
4. Subsistem Produksi.
Sumber: Ilmu Akuntansi, Pengertian Sistem Informasi Akuntansi, available at:
(http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-sistem-informasi-akuntansi/), Jum’at, 28
September 2012 at 17:09 WIB.
Dalam hal ini penulis akan lebih detail menjelaskan mengenai subsistem
produksi untuk perusahaan manufaktur, yang didalamnya juga akan lebih detail
menjelakan mengenai subsistem dari subsistem produksi. Di antaranya, yaitu
subsistem pemakaian bahan baku, subsistem tenaga kerja langsung, dan subsistem
overhead pabrik.
2.3.1 Subsistem Produksi
Menurut Mulyadi (2008:413), sistem produksi dalam perusahaan manufaktur
memiliki hubungan yang erat dengan sistem produksi, karena sebagian besar kegiatan
perusahaan manufaktur berada di dalam fungsi produksi. Sistem pengawasan
produksi ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan order produksi yang dikeluarkan
oleh fungsi produksi.
Sistem Produksi adalah suatu gabungan dari komponen-komponen yang
saling berhubungan dan saling mendukung untuk melaksanakan pengolahan bahan
baku atau bahan mentah menjadi barang jadi, dalam suatu perusahaan. Sistem
perusahaan manufaktur melakukan konversi bahan mentah menjadi barang jadi sesuai
dengan desain produk didasarkan pada keinginan konsumen sehingga terjadi
pertambahan nilai yang lebih tinggi.
17
Dalam perusahaan manufaktur terdapat dua cara melakukan proses produksi
yaitu, produksi berdasarkan pesanan atau job order costing dan produksi berdasarkan
proses atau process costing.
• Job order costing adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan
berdasarkan pesanan yang diminta oleh pelanggan.
� Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan :
� Proses pengolahan produk yang terjadi secara terputus-putus.
� Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi
mulai dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya.
� Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasinya yang
ditentukan oleh pemesan yang satu dapat berbeda dengan yang
lainnya.
� Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk
memenuhi persediaan di gudang.
• Process costing adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan
yang dilakukan secara berkala untuk memenuhi persediaan di gudang.
� Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan proses :
� Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan
terus menerus.
� Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan
bersifat seragam (homogen).
18
� Tujuan produksinya adalah untuk membentuk persediaan
(inventory).
Sumber: Qahhar, Perbedaan Harga Pokok Proses dan Harga Pokok Produksi,
available at: (http://qahharjdf.blogspot.com/2012/12/perbedaanhargapokok), Senin,
10 Desember 2012 at 18:30 WIB.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:413), dokumen yang digunakan dalam sistem
produksi, adalah:
a. Surat Order Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.1 Surat Order Produksi
Surat perintah yang dikeluarkan oleh Departemen Produksi, yang
ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait dengan proses
Jumlah Unit yang Diperlukan
Nama Produk
Nomor Surat Order Produksi
Tanggal Produk Diperlukan
Tanggal Surat Order Produksi
Tanggal Produk Selesai
Jumlah Produk Selesai
Bagian Perencanaan & Pengawasan
Produksi
Bagian Produksi Kepala Departemen
Produksi
INSTRUKSI KHUSUS
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
Nomor Kode Produk
SURAT ORDER PRODUKSI
PT Risa Rimendi
Jln. Sawa CT 8/94
Yogyakarta
19
pengolahan produksi untuk memproduksi sejumlah produk dengan
spesifikasi, cara produksi, fasilitas produksi, dan jangka waktu
seperti yang tercantum dalam surat order produksi tersebut.
b. Daftar Kegiatan Produksi
DAFTAR KEGIATAN PRODUKSI
Nomor Surat Order Produksi Tanggal Surat Order Produksi
Nama Produk Nomor Kode Produk
Nomor Kegiatan
Prduksi Nomor Mesin
Jam per 100
unit Penjelasan Kegiatan Produksi
Kepala Departemen Produksi Bagian Perencanaab & Pengawasan Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.2 Daftar Kegiatan Produksi
Merupakan daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin yang
diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum
dalam surat order produksi.
c. Laporan Produk Selesai
Dibuat oleh fungsi produksi untuk memberitahukan selesainya
produksi pesanan tertentu kepada fungsi perencanaan dan
pengawasan produksi, fungsi gudang, fungsi penjualan, dan fungsi
akuntansi persediaan dan fungsi akuntansi biaya.
20
LAPORAN PRODUK SELESAI
Nomor laporan
produk selesai Tanggal
Nomor Surat Order
Produksi
Kode
Produk Nama Produk Satuan
Kuantitas yang
Dipesan
Kuantitas yang
Diproduksi
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.3 Laporan Produk Selesai
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:437), catatan akuntansi yang digunakan
dalam sistem produksi dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Ref.
Dr. Cr.
Barang
Jadi
Barang
dalam
Proses
xxx xxx
xxx xxx
Gambar 2.4 Jurnal Produksi
21
3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:421), jaringan prosedur yang membentuk
sistem dalam sistem produksi adalah:
a. Prosedur Order Produksi
Surat order produksi dikeluarkan oleh Departemen Produksi
berdasarkan order dari pembeli yang diterima dari fungsi
penjualan atau berdasarkan dari fungsi gudang. Menurut
karakteristik produksinya, prosedur order produksi dalam
perusahaan manufaktur yang menggunakan process costing
adalah:
Prosedur produksi berulang kali, umumnya digunakan dalam
perusahaan yang berproduksi massa, yang merupakan prosedur
pemberian perintah produksi kepada fungsi produksi untuk
memproduksi sejumlah produk tertentu dalam periode waktu
tertentu guna memenuhi kebutuhan persediaan.
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait di dalam prosedur
order produksi, yaitu:
• Fungsi Penjualan
Perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan adalah fungsi
penjualan bertanggung jawab atas penerimaan order dari
langganan dan meneruskan order tersebut ke fungsi produksi.
22
Perusahaan berproduksi berdasarkan massa adalah fungsi
penjualan melayani order dari langganan berdasarkan persediaan
produk jadi yang ada di gudang.
• Fungsi Perencanaan dan Pengawasan Produksi
Berfungsi membantu fungsi produksi dalam merencanakan dan
mengawasi kegiatan produksi.
• Fungsi Produksi
Bertanggung jawab atas pembuatan perintah produksi bagi fungsi-
fungsi yang ada di bawahnya bertanggung jawab atas pelaksanaan
proses produksi sesuai dengan surat order produksi,daftar
kebutuhan bahan baku, dan daftar kegiatan produksi.
b. Prosedur Produk Selesai
Prosedur produk selesai merupakan prosedur penyerahan produk
selesai dari fungsi produksi ke fungsi gudang.
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait di dalam prosedur
produk selesai adalah:
• Fungsi Produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas produk jadi yang telah
selesai diproduksi ke fungsi gudang.
23
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima produk jadi
yang diserahkan oleh fungsi produksi.
2.3.1.1 Sistem Pemakaian Bahan Baku
Sistem dan prosedur biaya bahan baku merupakan bagian penting dalam
proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi bisa sama
sekali masih mentah dari alam atau sudah diproses sebelumnya oleh pabrik lain
sebelum diproses lebih lanjut di dalam perusahaan. Biaya bahan sebenarnya terdiri
atas bahan baku itu sendiri dan ada bahan penolong. Bahan baku merupakan
komponen utama dalam barang jadi dan nilainya sangat material, berbeda dengan
bahan penolong yang sifatnya adalah melengkapi proses pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi dan di samping itu pula, nilainya relatif kecil dibanding dengan
nilai bahan baku yang diolah. Biaya bahan penolong jika tidak dimasukkan dalam
kelompok biaya overhead pabrik digabungkan menjadi satu kelompok dalam bahan
baku dengan nama biaya bahan baku dan penolong.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:414), dokumen yang digunakan dalam sistem
pemakaian bahan baku, adalah:
24
a. Daftar Kebutuhan Bahan
DAFTAR KEBUTUHAN BAHAN BAKU
Nomor Surat Order Produksi Tanggal Surat Order Produksi
Nama Produk Nomor Kode Produk
No Kode Barang No Suku Cadang Satuan Jumlah yang
Diperlukan Keterangan
Kepala Departemen Produksi Bagian Perencanaan & Pengawasan
Produksi
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.5 Daftar Kebutuhan Bahan Baku
Merupakan daftar jenis dan kuantitas bahan baku yang diperlukan
untuk memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat
order produksi.
25
b. Bukti Pengembalian Barang Gudang
BUKTI PENGEMBALIAN BARANG GUDANG
Departemen Bagian Nomor Surat Order
Produksi
Tanggal Nomor Bukti
Nomor
Urut
Kode
Barang Nama Barang Satuan
Jumlah yang
Dikembalikan
Alasan
Pengembalian
Diisi oleh Departemen
Akuntansi
Harga
Satuan Total Harga
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.6 Bukti Pengembalian Barang Gudang
Merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk
mengembalikan bahan baku dan bahan penolong ke fungsi
gudang.
26
c. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
BUKTI PERMINTAAN DAN PENGELUARAN
BARANG GUDANG
Departemen Bagian Nomor Surat Order
Produksi
Tanggal Nomor BPPBG
Nomor
Urut
Kode
Barang Nama Barang Satuan
Jumlah yang
Diminta
Jumlah
yang
Diserahkan
Diisi oleh Departemen
Akuntansi
Harga
Satuan Total Harga
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian
Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.7 Bukti Permintaan dan Pengeluaran Batang Gudang
Merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk
meminta bahan baku dan bahan produksi untuk memproduksi
produk yang tercantum dalam surat order produksi.
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), catatan akuntansi yang digunakan
dalam sistem pemakaian bahan baku dengan jurnal sebagai berikut:
27
Tgl. Keterangan Ref.
Dr. Cr.
Barang
dalam Proses
Bahan
Baku
xxx xxx
xxx xxx
Gambar 2.8 Jurnal Pemakaian Bahan Baku
3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:421,429), jaringan prosedur yang membentuk
sistem dalam sistem pemakaian bahan baku, adalah:
a. Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Digunakan oleh fungsi produksi untuk meminta bahan baku dari
fungsi gudang. Jika perusahaan tidak menyelenggarakan
persediaan bahan baku tertentu di gudang, maka diperlukan
prosedur permintaan pembelian untuk memenuhi order produksi.
Permintaan bahan baku dibuat oleh fungsi perancanaan dan
pengawasan produksi.
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait dalam prosedur
permintaan dan pengeluaran barang gudang adalah:
28
• Fungsi produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas perintah pembuatan
produksi dan meminta bahan baku, bahan penolong, dan
barang lain yang digudangkan yang akan digunakan ke fungsi
gudang.
• Fungsi Gudang
Bertanggung jawab atas pelayanan permintaan bahan baku,
bahan penolong dan barang lain yang digudangkan dari fungsi
produksi.
b. Prosedur Pengembalian Barang Gudang
Digunakan untuk mengembalikan barang ke gudang. Adakalanya
bahan baku yang telah diambil dari gudang untuk kepentingan
produksi pesanan tertentu tidak seluruhnya habis digunakan.
Pengembalian bahan baku tersebut ke gudang, dilakukan oleh
fungsi produksi melalui prosedur pengembalian barang gudang.
Dengan prosedur ini dihasilkan dokumen sumber berupa bukti
pengembalian barang gudang yang digunakan untuk mengurangi
biaya bahan baku yang dicatat dalam kartu harga pokok pesanan
yang bersangkutan dan menambah persediaan bahan baku yang
dicatat dalam kartu persediaan.
29
Menurut Mulyadi (2008:419), fungsi yang terkait dalam prosedur
pengembalian barang gudang adalah:
• Fungsi Produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas pengembalian bahan-bahan
yang ada di gudang, dimana bahan-bahan tersebut merupakan
sisa dari bahan-bahan yang tidak habis digunakan saat
produksi.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan bahan-bahan
yang digunakan saat produksi yang tidak seluruhnya habis
digunakan dari fungsi produksi.
2.3.1.2 Sistem Biaya Tenaga Kerja Langsung
Suatu gabungan dari komponen-komponen, bagian dari upah atau gaji yang
dapat secara khusus dan konsisten ditugaskan atau berhubungan dengan pembuatan
produk, urutan pekerjaan tertentu atau penyediaan layanan juga, kita juga dapat
mengatakan hal itu adalah biaya pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja yang
benar-benar membuat produk pada lini produksi.
Kegiatan dalam sistem tenaga kerja langsung meliputi: pencatatan waktu
hadir, pembuatan daftar gaji dan upah, pembayaran, dan distribusi kerja.
Pada perusahaan yang relatif besar, sifat produksinya massa, dan memiliki
karyawan yang jumlahnya relatif banyak sistem penggajian dapat digunakan dasar
30
kontrak perjanjian kerja dengan organisasi karyawan, penelitian atas produktivitas,
evaluasi jabatan atau pekerjaan, program pembagian laba, program insentif, program
jaminan upah minimum, dan sebagainya.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:417), dokumen yang digunakan dalam sistem
biaya tenaga kerja langsung, adalah:
a. Kartu Jam Kerja
KARTU JAM KERJA
Box Potong Box Potong Nama Jam
Kerja Waktu
TGL No. Kartu Jam
Kerja
Nama barang No Order
Jumlah ptong barang
Mandor Kepala Bagian Total
jam kerja
Sumber: Sistem Akuntansi, Mulyadi
Gambar 2.9 Kartu Jam Kerja
31
Merupakan kartu untuk mencatat jam kerja tenaga kerja langsung
yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercantum
dalam surat order produksi.
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), catatan akuntansi yang digunakan
dalam sistem biaya tenaga kerja langsung dengan jurnal sebagai berikut:
Tgl Keterangan Ref.
Dr. Cr.
Barang dalam
Proses
Biaya
Upah-
bagian
Produksi
Biaya
Upah-
bagian
Gudang
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
Gambar 2.10 Jurnal Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:421), jaringan prosedur yang membentuk
sistem dalam sistem biaya tenaga kerja langsung, adalah:
32
a. Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung yang
dikonsumsi untuk mengerjakan order produksi tertentu atau yang
dikeluarkan dalam periode waktu tertentu.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur
biaya tenaga kerja langsung adalah:
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat konsumsi
berbagai sumber daya yang digunakan untuk memproduksi
pesanan. Pencatatan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik untuk pesanan tertentu
dilakukan oleh fungsi ini dalam kartu harga pokok produk.
b. Prosedur Pencatatan Jam Tenaga Kerja Langsung
Surat order produksi yang dikeluarkan oleh Departemen Produksi
dilampiri dengan daftar kebutuhan bahan baku dan daftar kegiatan
produksi (operation list). Daftar kegiatan produksi berisi kegiatan
yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk seperti
yang tercantum dalam surat order produksi. Pelaksanaan kegiatan
seperti yang tercantum dalam daftar kegiatan produksi tersebut
memerlukan prosedur pencatatan jam tenaga kerja langsung yang
dikonsumsi dalam pengolahan order produksi yang bersangkutan.
33
Menurut Mulyadi (2008:417), fungsi yang terkait dalam sistem biaya
tenaga kerja langsung, adalah:
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab atas pencatat transaksi terjadinya
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik,
dan biaya nonproduksi ke dalam jurnal pemakaian bahan baku
dan jurnal umum serta posting ringkasan jurnal tersebut ke
rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
2.3.1.3 Sistem Biaya Overhead Pabrik
Overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung
ke pesanan tetapi terjadi dalam produksi (diluar pemasaran dan administrasi). Biaya
overhead diakumulasikan tanpa mengacu ke pesanan tertentu, dan total biaya
overhead kemudian dialokasikan ke semua pesanan.
1. Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), dokumen yang digunakan dalam sistem
biaya overhead pabrik, adalah:
a. Bukti Memorial (Journal Voucher)
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan depresiasi aktiva
tetap berwujud, amortisasi sewa dan aktiva tidak berwujud, dan
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk berdasarkan
tarif yang ditentukan di muka.
34
b. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini digunakan untuk mencatat biaya-biaya yang dibayar
lewat kas.
2. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2008:426), catatan akuntansi yang digunakan
dalam sistem biaya overhead pabrik, dengan jurnal sebagai berikut:
Tgl Ket. Ref.
Dr. Cr.
Barang
dalam
Proses
Barang
dalam
Proses-
BOP
Biaya
Bahan
Penolong
Biaya
Penyusut
an Aset
Biaya
Tenaga
Kerja
Langsu
ng
Biaya
Lain-
lain
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Gambar 2.11 Jurnal Biaya Overhead Pabrik
3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Menurut Mulyadi (2008:429), jaringan prosedur yang membentuk
sistem dalam sistem biaya overhead pabrik, adalah:
35
a. Prosedur Produk Selesai dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik
yang dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka dan total harga pokok produk selesai yang
ditransfer dari fungsi produksi ke fungsi gudang.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur
produk selesai dan pembebanan biaya overhead pabrik adalah:
• Fungsi Produksi
Fungsi ini bertanggung jawab atas penyerahan total harga
pokok produk selesai ke fungsi gudang.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertangguung jawab atas penerimaan total haraga
pokok produk selesai dari fungsi produksi.
b. Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya
Administrasi dan Umum dan Biaya Pemasaran
Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya, biaya administrasi umum, serta biaya
pemasaran.
Menurut Mulyadi (2008:427), fungsi yang terkait dalam prosedur
prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, biaya
administrasi dan umum dan biaya pemasaran adalah:
36
• Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat konsumsi
berbagai sumber daya yang digunakan untuk memproduksi
pesanan. Pencatatan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik untuk pesanan tertentu
dilakukan oleh fungsi ini dalam kartu harga pokok produk.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat oleh
fungsi ini dalam kartu biaya.
2.4 Sistem Pengendalian Intern
2.4.1 Definisi Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern merupakan suatu proses yang melibatkan dewan
komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan.
Sumber: Keuangan LSM, Definisi Pengendalian Intern versi COSO, available at:
(http://keuanganlsm.com/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/), Selasa, 12
Februari 2013.
2.4.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan sistem pengendalian intern menurut definisi tersebut adalah:
1. Efektivitas dan efisiensi operasi
2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Kepatuhan kerhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
37
2.4.3 Unsur Pengendalian Intern
COSO memandang pengendalian intern merupakan rangkaian tindakan yang
mencakup keseluruhan proses dalam organisasi. Pengendalian intern berada dalam
proses manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.
Pengendalian bukanlah sesuatu yang ditambahkan dalam proses manajemen
tersebut, akan tetapi merupakan bagian integral dalam proses tersebut.
Komponen pengendalian intern menurut COSO adalah :
1. Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor
lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi
dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara
manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta
mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian dan
pengarahan yang diberikan oleh board.
2. Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk
mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang
berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.
3. Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk
membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.
4. Informasi dan komunikasi (informasi and communication). Sistem
yang memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar
38
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan
mengendalikan operasinya.
5. Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau,
proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu.
Ini dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi
yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.
Sumber: Keuangan LSM, Definisi Pengendalian Intern versi COSO, available at:
(http://keuanganlsm.com/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/), Selasa, 12
Februari 2013.