bab ii tinjauan pustaka 2.1 usaha mikro kecil dan...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM berperan penting dalam mengembangkan perekonomian Indonesia. 2.1.1 Pengertian UMKM Pengertian UMKM menurut UndangUndang No. 20 Tahun 2008, yaitu : a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang No 20 Tahun 2008. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

Upload: dangquynh

Post on 11-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UMKM berperan penting dalam mengembangkan perekonomian Indonesia.

2.1.1 Pengertian UMKM

Pengertian UMKM menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2008, yaitu :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang–Undang No 20 Tahun 2008.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

No. 20 Tahun 2008.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

9

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang–Undang No. 20 Tahun 2008.

2.1.2 Kriteria UMKM

Kriteria UMKM menurut Undang–Undang No.20 Tahun 2008 yang tertera dalam

pasal 6 adalah:

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

Memilik kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,000 (dua milyar lima

ratus juta rupiah).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

10

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.0000.000,00 (lima

puluh milyar rupiah).

2.2 Ruang Lingkup SAK-ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas (SAK-ETAP)

dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa

akuntabilitas publik adalah entitas yang:

a. tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan; dan

b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik

yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga

pemeringkat kredit.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

11

Entitas akuntabilitas publik signifikan jika:

a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan

pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan

penerbitan efek di pasar modal; atau

b. entitas menguasai aset dalam kapasitas fidusia untuk sekelompok besar

masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana

pension, reksa dana dan bank investasi. (SAK-ETAP, 2009:5)

2.3 Akuntansi

Akuntansi (accounting) adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,

mencatat, dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi

kepada para pengguna yang berkepentingan. Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim,

2007:4)

2.4 Siklus Akuntansi

Siklus akuntansi adalah tahap-tahap kegiatan mulai dari terjadinya transaksi

sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatan

tansaksi periode berikutnya (Soemarso, 2005: 90). Tahap- tahap siklus akuntansi

adalah sebagai berikut Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008:77):

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

12

1. Mengidentifikasikan dan mencatat transaksi yang terjadi,

2. Melakukan penjurnalan,

3. Melakukan penggolongan dengan memposting ke buku besar,

4. Menyusun neraca saldo yang belum disesuaikan,

5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat ayat jurnal penyesuaian,

6. Menyusun neraca saldo yang telah disesuaikan,

7. Menyusun laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Laba Rugi, Laporan

Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Arus Kas,

8. Jurnal penutupan,

9. Neraca saldo pasca-penutupan, dan

10. Ayat jurnal pembalik.

2.5 Laporan Keuangan

Laporan keuangan penting untuk dimiliki setiap perusahaan untuk

menggambarkan perusahaan tersebut.

2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,

dan arus kas suatu entitas. (SAK-ETAP: 2009: 14).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

13

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan

utama kepada pihak-pihak di di luar korporasi. Kieso(terjemahan, Emil Salim,

2008:2).

2.5.2 Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan SAK-ETAP Tahun 2009 tujuan laporan keuangan adalah:

“Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam

posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi

tertentu”. (SAK-ETAP, 2009:6).

2.5.3 Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan berdasarkan SAK-

ETAP adalah sebagai berikut (SAK-ETAP, 2009:6-9):

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini,

pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi

tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, kepentingan agar

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

14

laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi yang

relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu

sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk

proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau

mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Materialitas

Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan

dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada

besarnya pos kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu dari kelalaian

dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement).

Namun demikian, tidak tepat membuat atau membiarkan kesalahan untuk

menyimpang secara material dari SAK-ETAP agar mencapai penyajian tertentu

dari pos keuangan, kinerja keuangan atau arus kas suatu entitas.

d. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan

penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

15

diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias (melalui

pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk mempengaruhi

perbuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil

tertentu.

e. Substansi Mengungguli Bentuk

Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi

dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk

meningkatkan keandalan laporan keuangan.

f. Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan

keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa

dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat dalam

menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-

hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi

ketidakpastian, sehingga asset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan

kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun demikian, penggunaan

pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan asset atau penghasilan

yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi.

Singkatnya, pertimbangan sehat tidak mengijinkan bias.

g. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam

batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

16

mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu

tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.

h. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode

untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna

juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk

menevaluasi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative.

Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan

peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas,

antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai

tambahn, pengguna keuangan harus mendapat informasi tentang kebijakan

akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, perubahan

kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut.

i. Tepat Waktu

Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan

informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika

terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang

dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu

menyeimbangkan secara relative antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan

informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara relevansi dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

17

keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang terbaik untuk

memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi.

j. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Namun demikian,

evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial.

Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati

manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa

manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna

eksternal.

2.5.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Adapun jenis-jenis Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:

2.5.4.1 Neraca

a. Pengertian Neraca

Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal

tertentu-akhir periode pelaporan. (SAK-ETAP, 2009:23)

Neraca (Balance Sheet) yang kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi

keuangan, yaitu laporan keuangan yang melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas

pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu.

Kieso(terjemahan, Emil Salim, 2008: 190).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

18

b. Kegunaan Neraca

Dengan menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang

saham, neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan

mengevaluasi struktur modal perusahaan. Kieso(terjemahan, Emil Salim, 2008:

190)

c. Komponen Neraca

Adapun komponen-komponen umum dalam neraca adalah Kieso(terjemahan,

Emil Salim, 2008: 193-203):

1. Aset (assets). Manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan, atau

dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian

masa lalu. Aset dibagi menjadi beberapa sub bagian, yaitu :

Aset Lancar (current assets) adalah kas dan aset lainnya yang diharapkan

akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam satu

tahun atau dalam satu siklus operasi, tergantung mana yang paling lama.

Lima pos penting dari aset lancer adalah kas (cash), investasi jangka

pendek (short-term investment), piutang (account receivable), persediaan

(inventory), dan pembayaran di muka (prepaid items).

Investasi Jangka Panjang (long-term investment). Investasi jangka

panjang biasanya dipegang selama bertahun-tahun dan tidak diperoleh

dengan tujuan akan dilepas dalam waktu dekat.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

19

Properti, Pabrik, dan Peralatan (property, land, and equipment) adalah

kekayaan yang bersifat tahan lama yang digunakan dalam operasi regular

perusahaan.

Aset Tak Berwujud (intangible assets) tidak memiliki substansi fisik dan

biasanya mempunyai tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan

manfaat masa depannya. Aset tak berwujud meliputi paten, hak cipta,

waralaba, goodwill, merek dagang, nama dagang dan proses produksi

rahasia.

Aset lainnya (other assets). Umumnya pos-pos ini meliputi beban yang

ditangguhkan (beban dibayar di muka jangka panjang), piutang tidak

lancar dan lain-lain.

2. Kewajiban (liabilities). Pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi

di masa depan yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk

mentransfer aset atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan

sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu. Kewajiban dibagi menjadi

dua sub bagian yaitu:

Kewajiban lancar (current liabilities) adalah kewajiban yang

diperkirakan secara memadai akan dilikuidasi melalui penggunaan aset

lancar atau kewajiban lancar lainnya.

Kewajiban jangka panjang (long-term liabilities) adalah kewajiban

yang diperkirakan secara memadai tidak akan dilikuidasi dalam siklus

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

20

operasi yang normal, melainkan akan dibayar pada suatu tanggal di luar

waktu itu.

3. Ekuitas pemilik (owner’s equity). Kepentingan residu dalam aset sebuah

entitas setelah dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah

entitas bisnis, ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan. Kelompok ekuitas

pemilik biasanya dibagi ke dalam tiga bagian yaitu:

Modal saham. Nilai pari atau ditetapkan atas saham yang diterbitkan.

Modal disetor tambahan. Kelebihan jumlah yang dibayarkan di atas nilai

pari atau ditetapkan.

Laba ditahan. Laba korporasi yang tidak didistribusikan.

d. Format Neraca

Format Neraca dibagi menjadi 2 jenis yaitu format neraca akun (account form)

dan format laporan (report form)

1. Format Akun (account form) adalah salah satu bentuk susunan yang sering

digunakan dalam penyajian neraca berklasifikasi. Dalam format ini, kelompok

aset dicantumkan pada sisi kiri dan kelompok kewajiban serta ekuitas

pemegang saham pada sisi kanan. Kelemahan dari format ini adalah

diperlukan dua halaman untuk menyajikannya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

21

Tabel 2.1 Neraca Format Akun

PT X

NERACA

31 Desember 2002

ASET KEWAJIBAN DAN MODAL

Aset Lancar: Kewajiban Lancar :

Kas Rp xxx Utang wesel Rp xxx Surat berharga xxx Utang dagang xxx Piutang xxx Utang bank xxx Persediaan xxx Utang gaji xxx Perlengkapan xxx Utang bunga xxx Asuransi dibayar dimuka xxx Total Kewajiban Lancar Rpxxx

Total Aset Lancar Rp xxx

Kewajiban Jangka Panjang Rpxxx

Investasi Jangka Panjang Rp xxx Modal : Aset Tetap Modal disetor Rp xxx

Tanah Rp xxx Modal ditahan xxx Gedung xxx Total Modal Rpxxx Peralatan xxx akumulasi penyusutan xxx

Total Aset Tetap Rp xxx

Total Aset Rp xxx Total Kewajiban dan Modal Rp xxx

(Sumber : Soemarso, 2004: 228)

2. Format Laporan (report form). Untuk menghindari pemakaian dua halaman

yaitu format akun, format laporan menempatkan kewajiban dan pemegang

saham langsung tepat di bawah aset pada halaman yang sama.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

22

Tabel 2.2 Neraca Format Laporan

PT X

Neraca

31 Desember 2002 ASET

Aset Lancar :

Kas Rp xxx

Surat berharga xxx

Piutang xxx

Persediaan xxx

Perlengkapan xxx

Asuransi dibayar dimuka xxx

Total aset lancar xxx

Investasi Jangka Panjang xxx

Properti, pabrik dan peralatan

Tanah xxx

Gedung xxx

Peralatan xxx

Akumulasi penyusutan (xxx)

Total aset tetap xxx

Aset Tak Berwujud

Goodwill xxx

Total aset tak berwujud xxx

Total Aset xxx

KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Kewajiban Lancar :

Utang wesel Rp xxx

Utang dagang xxx

Utang bank xxx

Utang gaji xxx

Utang bunga xxx

Total Kewajiban Lancar xxx

Kewajiban Jangka Panjang

Utang obligasi xxx

Total kewajiban Jangka Panjang xxx

Modal :

Modal disetor xxx

Modal ditahan xxx

Total Modal xxx

Total Kewajiban dan Modal xxx

Sumber: Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008: 204)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

23

2.5.4.2 Laporan Laba Rugi

a. Pengertian Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi (income statement), yang sering juga disebut statement of

income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur keberhasilan

operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Kieso, dkk (terjemahan, Emil

Salim, 2008: 140)

b. Kegunaan Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan memprediksikan arus kas

masa depan dengan berbagai cara. Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008:

140)

c. Komponen-Komponen Laporan Laba Rugi

1. Bagian Operasi : Bagian yang melaporkan pendapatan dan beban dari operasi

utama perusahaan. Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008:145)

Bagian Penjualan atau Pendapatan. Sub bagian yang menyajikan

penjualan, diskon, retur penjualan, harga, dan informasi lainnya yang

berhubungan. Tujuannya adalah untuk memperoleh jumlah bersih

pendapatan penjualan.

Bagian Harga Pokok Penjualan. Sub bagian yang memperlihatkan harga

pokok barang yang dijual untuk mendapatkan penjualan.

Beban Penjualan. Sub bagian yang mencantumkan daftar beban-beban

yang berasal dari upaya perusahaan untuk melakukan penjualan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

24

Beban Administrasi atau Umum. Sub bagian yang melaporkan beban-

beban administrasi umum.

2. Bagian Non Operasi: Laporan pendapatan dan beban yang berasal dari

aktivitas sekunder atau tambahan perusahaan. Selain itu, keuntungan dan

kerugian khusus yang jarang muncul atau tidak biasa, tetapi tidak keduanya,

biasanya juga dilaporkan dalam bagian ini. Umumnya pos-pos ini dibagi

menjadi dua sub bagian utama:

Pendapatan dan Keuntungan Lain. Daftar pendapatan yang dihasilkan atau

keuntungan yang terjadi dari trasaksi nonoperasi, yang umumnya berupa

nilai bersih dari beban yang terkait.

Beban dan Kerugian Lain. Daftar beban atau kerugian yang terjadi dari

transaksi nonoperasi, yang umumnya berupa nilai bersih dari setiap

pendapatan yang berhubungan.

3. Pajak Penghasilan: Bagian pendek yang melaporkan pajak penghasilan federal

dan negara bagian yang dikenakan atas laba dari operasi berlanjut.

4. Operasi yang Dihentikan : keuntungan atau kerugian material yang berasal

dari disposisi segmen bisnis.

5. Pos-pos Luar Biasa: keuntungan dan Kerugian Material yang bersifat tidak

biasa dan jarang terjadi.

6. Pengaruh Kumulatif dari Perubahan Prinsip Akuntansi

7. Laba per Saham.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

25

d. Format Laporan Laba Rugi

Format Laporan Laba Rugi ada 3 jenis, yaitu:

1. Laporan Laba Rugi Bentuk Langsung.

Dalam melaporkan pendapatan, beban, dan kerugian, format yang dikenal

dengan laba rugi bentuk langsung (single-step income statement)

Tabel 2.3 Format Laporan Laba Rugi Bentuk Langsung

Sumber: Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008:145)

2. Laporan Laba Rugi Bertahap

Laporan laba rugi bertahap (multiple-step income statement) digunakan untuk

mengakui hubungan tambahan. Laporan ini memisahkan transaksi operasi

dari transaksi non-operasi, serta menandingkan biaya dan beban dengan

PT X Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2002

Pendapatan Penjualan Bersih xxx Pendapatan dividen xxx Pendapatan Sewa xxx + Total Pendapatan xxx Beban Harga pokok penjualan xxx Beban Penjualan xxx Beban administrasi xxx Beban pajak penghasilan xxx + Total beban xxx Laba bersih xxx Laba per saham biasa xxx

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

26

pendapatan yang berhubungan. Format bertahap berbagai komponen laba

yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai

kinerja perusahaan.

Tabel 2.4 Format Laporan Laba Rugi Bentuk Bertahap

PT X Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2002 Pendapatan Penjualan Penjualan xxx Dikurangi : Diskon penjualan xxx Retur penjualan dan penurunan harga xxx + xxx Pendapatan penjualan bersih xxx Harga Pokok Penjualan Persediaan barang dagang, 1 Januari 2002 xxx Pembelian xxx Dikurangi : Diskon pembelian (xxx) Pembelian bersih xxx Biaya pengangkutan dan transportasi-masuk xxx+ xxx Total barang dagang yang tersedia untuk dijual xxx Dikurangi : Persediaan barang dagang, 31 Des. 2002 (xxx) Harga Pokok Penjualan (xxx) Laba kotor atas penjualan xxx Beban Operasi Beban penjualan Gaji dan komisi penjualan xxx Gaji kantor-penjualan xxx Beban iklan xxx Beban pengangkutan dan transportasi-keluar xxx Penyusutan peralatan penjualan xxx Beban telepon dan internet xxx xxx Beban Administrasi Gaji pejabat xxx Gaji kantor xxx Beban utilitas xxx Penyusutan bangunan xxx Penyusutan peralatan kantor xxx

Beban kantor rupa-rupa xxx xxx + (xxx)

Laba dari operasi xxx

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

27

Pendapatan dan keuntungan lainnya Pendapatan dividen xxx

Pendapatan sewa

xxx+ xxx+ xxx Beban dan kerugian lainnya Bunga obligasi dan wesel (xxx) Laba sebelum pajak-penghasilan xxx pajak penghasilan (xxx)

Laba bersih xxx

Laba per saham biasa xxx

Sumber: Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008: 147)

3. Format Laporan Laba Rugi Ringkas

Format ini hanya mencantumkan total kelompok beban dalam laporan laba-

rugi, dan menyusun skedul beban tambahan untuk mendukung total-total

tersebut.

Tabel 2.5 Format Laporan Laba Rugi Bentuk Ringkas

Sumber: Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008:148)

PT X Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2002

Penjualan bersih xxx Harga pokok penjualan xxx Laba kotor xxx beban penjualan xxx Beban administrasi xxx xxx laba operai xxx Pendapatan dan Keuntungan lainnya xxx xxx Beban dan kerugian lainnya xxx laba sebelum pajak penghasilan xxx Pajak penghasilan xxx laba bersih xxx laba per saham xxx

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

28

2.5.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas

a. Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas (Owner’s equity statements) adalah laporan yang

menyajikan peningkatan dan penurunan aset bersih perusahaan atau kekayaan

perusahaan selama periode yang bersangkutan termasuk keputusan atas kebijakan

direksi terhadap para pemilik modal.

b. Kegunaan Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas ini berguna untuk menyajikan informasi yang

berhubungan dengan komponen laba komprehensif lainnya.

c. Format Laporan Perubahan Modal

Adapun format laporan perubahan modal adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6 Format Laporan Perubahan Modal

.

(Sumber:Soemarso, 2004: 231)

PT X Laporan Perubahan Modal

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2002

Laba ditahan, awal tahun

xxx

Laba bersih xxx

Pembayaran Dividen

(xxx) xxx

Laba ditahan, akhir tahun

xxx

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

29

2.5.4.4 Laporan Arus Kas

a. Pengertian Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan ringkasan terinci mengenai

dari mana datangnya kas dan bagaimana penggunaannya. Kieso, dkk (terjemahan,

Emil Salim, 2008: 323)

b. Keguanaan Laporan Arus Kas

Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan

bersih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan

selama satu periode.

c. Penggolongan Arus Kas

Laporan arus kas menggolongkan penerimaan kas dan pembayaran kas menjadi

aktivitas dan karakteristik kejadian lainnya dari setiap jenis aktivitas dijelaskan

sebagai berikut Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008:324):

1. Aktivitas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan

pendapatan dan beban. Pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan

dalam penentuan laba bersih.

2. Aktivitas investasi mencakup memperoleh dan menjual investasi dan aset

tetap serta meminjam uang dan menagih uang.

3. Aktivitas pendanaan mencakup memperoleh kas dari penerbitan utang dan

membayarkan jumlah yang dipinjam, dan memperoleh kas dari pemegang

saham dan memberikan pengembalian atas investasi pemegang saham.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

30

d. Format Laporan Arus Kas

Adapun format laporan arus kas adalah sebagai berikut:

Tabel 2.7 Format Laporan Arus Kas

PT X

Laporan Arus Kas

31 Desember 2002 Arus kas dari aktivitas operasi

Kas masuk xxx

Kas keluar (xxx)

xxx

Arus kas dari aktivitas investasi

Kas masuk xxx

Kas keluar (xxx)

xxx

Arus ka dari aktivitas pendanaan

Kas masuk xxx

Kas keluar (xxx)

xxx

Kenaikan (penurunan) bersih pada kas xxx

Kas pada awal periode xxx

Kas pada akhir periode xxx

Sumber: Kieso, dkk (terjemahan, Emil Salim, 2008: 326)

Disamping itu sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan terdapat Catatan Atas Laporan Keuangan. Berdasarkan SAK-ETAP Tahun

2009 Catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement) berisi informasi

sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas

laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan

dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria

pengakuan dalam laporan keuangan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengahmedia.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100199_2_2701.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

31

Adapun Struktur Catatan atas Laporan Keuangan berdasarkan SAK-ETAP Tahun

2009 catatan atas laporan keuangan harus:

1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan,

2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK-ETAP tetapi tidak

disajikan dalam laporan keuangan, dan

3. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan,

tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal tersebut

praktis. Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk silang ke informasi terkait

dalam catatan atas laporan keuangan.