bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengetahuan 2.1.1 pengertian...

17
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2007). 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam aspek yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan

Upload: dinhkien

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan untuk menumbuhkan

rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu

(Mubarak, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam

kognitif mempunyai enam aspek yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

9

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa

seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi

ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

10

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi

memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Syntesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain syntesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi

baru dari informasi-informasi yang ada, misalnya dapat menyusun,

dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat

kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003) yaitu:

1. Umur, semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin

banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

11

2. Pendidikan, tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi seseorang

untuk lebih menerima ide-ide dan tekhnologi baru.

3. Intelegensia, yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk belajar

dan berfikir untuk menyesuaikan diri secara mental dengan situasi

yang baru.

4. Lingkungan, lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang dimana seseorang mempelajari hal yang baik juga yang

buruk tergantung dari kelompoknya.

5. Sosial budaya, suatu kebudayaan diperoleh dalam hubunganya

dengan orang lain karena hubungan ini seseorang mengalami

proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

6. Sumber informasi, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

7. Pengalaman, semakin banyak pengalaman maka semakin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki.

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi

merupakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

12

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu

obyek, memihak atau tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu

dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan

(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya

(Azwar, 2005).

2.2.2 Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3. Menghargai (Valuation)

Mengajak orang lain untuk mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

13

2.2.3 Ciri-ciri Sikap

Menurut Sarwono (2008) sikap memiliki ciri-ciri tertentu yaitu:

1. Sikap adalah merupakan hasil belajar bukan bawaan. Sikap

diperoleh individu sepanjang perkembangannya yang merupakan

hasil interaksi individu dengan lingkungannya.

2. Sikap dapat berubah-ubah, karena sikap dipelajari atau dibentuk dari

lingkungan, sehingga sikap individu dapat berubah sesuai dengan

situasi pada suatu waktu dan kondisi tertentu.

3. Sikap akan berhubungan dengan objek tertentu. Jadi sikap tidak

dapat berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung reaksi

terhadap suatu objek. Objek tersebut dapat berupa objek tunggal

atau sekumpulan objek.

4. Sikap adalah afektif. Hal ini bearti bahwa afeksi atau perasaan

merupakan bagian sikap yang dapat positif dan negatif. Bentuk dari

sikap yang positif ini akan bermacam-macam seperti menyukai,

mendekati, memihak, menerima atau mendukung terhadap objek

sikap. Sebaliknya sikap yang negatif dapat ditunjukan dengan

perilaku seperti membenci, menjauhi dan menolak objek sikap.

5. Sikap evaluasi. Hal ini bearti bahwa sikap merupakan penilaiaan

terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu

bagi yang bersangkutan.

6. Sikap juga merupakan inferensi yaitu penafsiran dari perilaku yang

dapat dijadikan indikatornya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

14

2.2.4 Aspek-aspek Sikap

Menurut Azwar (2005) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang

saling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif:

1. Komponen kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima

yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk

bertindak.

2. Komponen afektif

Afektif menyangkut masalah emosional subjektif sosial terhadap

suatu objek, secara umum komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek.

3. Komponen konatif

Konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan

berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek

sikap yang dihadapinya.

2.3 Kemandirian

2.3.1 Kemandirian Anak Retardasi Mental

Anak yang mengalami retardasi mental cenderung mengalami

ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul

tanggung jawab sosial dengan bijaksana, mereka juga mudah dipengaruhi

dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya

(Somantri, 2006).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

15

2.3.2 Ciri-ciri Kemandirian Anak Retardasi Mental

Ciri-ciri kemandirian anak retardasi mental dilihat dari tingkat

kecerdasan atau standar intelegensinya (dalam Fadlilah, 2008) yaitu:

1. Retardasi mental berat atau imbecile berat, tingkat kecerdasan

20-35 umur mental 2-4 tahun. Ciri-cirinya: dapat dilatih dan tidak

dapat dididik, dapat dilatih merawat dirinya sendiri seperti: makan,

mandi, dan berpakaian sendiri. Perkembangan fisik dan berbicara

masih terlambat. Masih mudah terserang penyakit lain.

2. Retardasi mental sedang atau imbecile ringan, tingkat kecerdasan

35-50 umur mental 4-8 tahun. Ciri-cirinya: dapat dilatih dan dapat

dididik (Trainable dan Educable) sampai ke taraf kelas II-III SD,

dapat dilatih merawat dirinya sendiri seperti: makan, mandi, dan

berpakaian sendiri, koordinasi motorik biasanya masih sedikit

terganggu dan bisa menghitung 1-20, mengetahui macam-macam

warna dan membaca beberapa suku kata.

3. Retardasi mental ringan atau Debil, tingkat kecerdasan 52-67 umur

mental 8-11 tahun. Ciri-cirinya: dapat dilatih dan dididik, dapat

merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah, tidak

dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga atau sekolah

luar biasa dan koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.

4. Retardasi mental taraf perbatasan atau subnormal, tingkat

kecerdasan 68-85 umur mental 12-16 tahun. Ciri-cirinya: dapat

dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas di capai dalam 2 tahun,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

16

dapat berfikir secara abstrak dan dapat membedakan hal yang baik

dan buruk.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Retardasi

Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak retardasi

mental (dalam Fadlilah, 2008) antara lain:

1. Jenis kelamin.

Anak laki-laki biasanya lebih mandiri dari pada anak perempuan,

karena anak laki-laki memiliki sifat yang agresif dominan dan

maskulin dibandingkan anak perempuan yang sifatnya pasif, lemah

lembut dan feminim.

2. Urutan posisi anak.

Anak pertama sangat diharapkan sebagai pengganti orangtua

dituntut untuk bertanggung jawab, sedangkan anak tengah memiliki

peluang untuk mandiri, anak bungsu yang memperoleh perhatian

berlebihan dari orangtua dan kakak-kakaknya lebih banyak

bergantung dan tidak mandiri.

3. Usia.

Semenjak kecil anak melihat dan mengeksplorasi lingkungannya

atas kemampuannya sendiri dan melakukan apa yang menjadi

kemauannya sendiri. Semakin bertambah usia anak, maka semakin

tinggi tingkat kemandirian anak, karena anak belajar dan berproses

dari lingkungan dan dirinya sendiri.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

17

4. Pendidikan.

Anak yang mendapatkan pendidikan akan bertindak lebih kreatif

daripada anak yang tidak mendapatkan pendidikan. Pendidikan

mengajarkan berbagai ketrampilan dan pengembangan bagi dirinya,

sehingga anak mampu belajar untuk mandiri.

2.4 Retardasi Mental

2.4.1 Pengertian Retardasi Mental

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang

(subnormal) sejak masa perkembangan, baik sejak lahir atau sejak masa

kanak-kanak. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau

sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2005).

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) III, retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan jiwa yang

terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya kendala

keteramplian selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada

tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif,

bahasa, motorik dan sosial (Maslim, 2002).

Definisi yang dikemukakan oleh DSM IV TR retardasi mental

merupakan gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual yang di bawah

rata-rata kira-kira 70 atau lebih rendah, yang bermula sebelum usia 18

tahun dan kurangnya fungsi adaptif (kemampuan individu tersebut secara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

18

efektif menghadapi kebutuhan untuk berdikari yang dapat diterima oleh

lingkungan sosialnya) (Lumbantobing, 2006 ).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

retardasi mental ialah keadaan perkembangan jiwa yang tidak lengkap yang

ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam

interaksi sosial.

2.4.2 Penyebab Retardasi Mental

Penyebab retardasi mental menurut Sandra (2010), antara lain

adalah:

1. Infeksi

Adalah keadaan retardasi mental karena adanya kerusakan jaringan

otak akibat adanya infeksi intrakcranial, penggunaan obat-obatan,

atau zat toksin lainnya.

2. Masalah Pre natal

Keadaan retardasi mental yang timbul akibat adanya masalah

kesehatan sebelum bayi dilahirkan. Termasuk didalammnya adalah

anomali cranial primer (misalnya hidrosefalus, mikrosefali) atau efek

congenital yang tidak diketahui penyebabnya. Dapat juga akibat

terpapar sinar X atau radiasi, penggunaan alat kontrasepsi, atau

usaha melakukan aborsi saat ibu mengandung (hamil).

3. Masalah Post natal

Retardasi mental yang disebabkan oleh adanya neoplasma dan

beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tapi belum diketahui

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

19

penyebabnya (diduga bersifat herediter). Salah satu penyebab

retardasi mental saat post natal adalah kelahiran bayi sebelum

waktunya atau prematuritas.

4. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi

Semua keadaan retardasi mental yang disebabkan oleh gangguan

metabolisme, baik metabolisme lemak, karbohidrat dan protein yang

dapat mengganggu proses penyerapan zat-zat gizi di dalam tubuh.

Termasuk diantaranya adalah kurang gizi dan nutrisi pertumbuhan.

Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak

berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan

dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan ini dapat diperbaiki

dengan memperbaiki asupan gizi sebelum anak berusia 6 tahun.

Sesudah usia 6 tahun, biarpun anak diberikan makanan yang kaya

akan gizi, tetap akan sulit meningkatkan tingkat intelegensi yang

rendah akibat kekurangan gizi sebelumnya.

5. Kelainan kromosom

Retardasi mental yang diakibatkan kelainan kromosom, baik dalam

jumlah atau bentuk kromosom, misalnya Down Syndrome (DS).

6. Gangguan jiwa yang berat

Untuk membuat diagnosis ini, harus jelas terjadi gangguan jiwa yang

berat dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

20

7. Deprivasi psikososial

Retardasi mental yang disebabkan oleh faktor-faktor biomedis atau

sosial budaya.

2.4.3 Karakteristik Anak Retardasi Mental

Karakteristik umum anak retardasi mental (Sandra, 2010) yaitu:

1. Keterbatasan intelegensi

Adalah kemampuan belajar anak sangat kurang, khususnya yang

bersifat abstrak, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Anak

retardasi mental sering tidak mengerti apa yang sedang dipelajari

atau cenderung belajar dengan meniru.

2. Keterbatasan sosial

Anak yang mengalami retardasi mental mengalami kesulitan dalam

melakukan perawatan diri dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Anak retardasi mental cenderung berteman dengan anak yang lebih

muda usianya, memiliki ketergantungan terhadap orang tua sangat

besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan

bijaksana, mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung

melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

3. Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya

Anak retardasi mental memerlukan waktu lebih lama untuk

menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya, mereka

akan memperlihatkan reaksi bila mengikuti hal-hal yang rutin dan

secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak retardasi mental

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

21

juga mengalami keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Selain itu,

anak yang mengalami retardasi mental kurang mampu untuk

mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan

yang buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Ini

semua dialami karena terbatasnya kemampuan yang dimiliki anak

retardasi mental sehingga mereka tidak dapat membayangkan

terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.

2.4.4 Klasifikasi Retardasi Mental

Retardasi mental dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu

retardasi mental ringan, retardasi mental sedang, dan retardasi mental berat

(Somantri, 2006) yaitu:

1. Retardasi Mental Ringan

Retardasi mental ringan disebut juga moron atau debil. Menurut

Binet, tingkat kecerdasan retardasi mental ringan berkisar antara

68-52, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC), tingkat

kecerdasan retardasi mental ringan berkisar antara 55-69. Penderita

retardasi mental ringan masih dapat belajar membaca, menulis dan

berhitung sederhana. Pada umumnya, penderita retardasi mental

ringan tidak mengalami gangguan fisik. Secara fisik, penderita

retardasi mental ringan tampak seperti anak normal. Penderita

retardasi mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-

skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan

rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik dapat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

22

pula bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun,

penderita retardasi mental ringan tidak mampu melakukan

penyesuaian sosial secara mandiri. Penderita retardasi mental

ringan biasanya akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak

dapat merencanakan masa depan dan bahkan suka berbuat

kesalahan.

2. Retardasi Mental Sedang

Retardasi mental sedang disebut juga imbesil. Menurut Binet, tingkat

kecerdasan retardasi mental sedang berkisar antara 36-51,

sedangkan menurut Skala Weschler (WISC), tingkat kecerdasan

retardasi mental sedang berkisar antara 40-54. Penderita retardasi

mental sedang dapat dididik mengurus diri sendiri, misalnya mandi,

berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah yang

sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot rumah tangga,

dan sebagainya. Penderita retardasi mental sedang dapat pula

dididik untuk melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari

kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan

sebagainya. Penderita retardasi mental sedang sangat sulit, bahkan

tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis,

membaca, dan berhitung walaupun masih dapat menulis secara

sosial, misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya, dan

lain-lain.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

23

3. Retardasi Mental Berat

Retardasi mental berat disebut juga idiot. Menurut Binet, tingkat

kecerdasan retardasi mental sedang berkisar antara 20-35,

sedangkan menurut Skala Weschler (WISC), tingkat kecerdasan

retardasi mental sedang berkisar antara 25-39. Penderita retardasi

mental berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal

berpakaian, mandi, makan, dan lain-lain.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep membahas saling ketergantungan antarvariabel

yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang

sedang atau akan diteliti. Penyusunan kerangka konsep akan membantu

untuk membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu, dan membantu

peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya

dapat diamati atau diukur melalui variable (Nursalam, 2003). Berikut adalah

kerangka konsep dalam penelitian ini:

X1

Y

X2

Gambar 2.1: Kerangka Konsep

Pengetahuan Orangtua

Kemandirian Anak

Retardasi Mental Sikap Orangtua

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6694/2/T1_462007017_BAB II.pdf · orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

24

Keterangan :

X1 dan X2 = Variabel Bebas

Y = Variabal Terikat

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban

sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian

(Nursalam, 2003). Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori

yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis:

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap kemandirian

anak usia sekolah dengan retardasi mental di SLB Bina Putra

Salatiga.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan orangtua

terhadap kemandirian anak usia sekolah dengan retardasi mental di

SLB Bina Putra Salatiga.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara sikap orangtua terhadap

kemandirian anak usia sekolah dengan retardasi mental di SLB

Bina Putra Salatiga.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap orangtua

terhadap kemandirian anak usia sekolah dengan retardasi mental di

SLB Bina Putra Salatiga.