bab ii tinjauan dan landasan pustaka 2.1. tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/bab...

34
10 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Silasahi, S. (2011). Dengan judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha Terhadap Likuiditas pada PT Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif dengan meneliti pada 1 perusahaan pada periode tahun 2004- 2009. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data dianalisis dengan metode analisis data, yang pertama adalah analis deskriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik yang terdiri dari uji asumsi klasik, analisis regresi berganda dan uji hipotesis. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa secara persial variabel perputaran piutang usaha berpengaruh terhadap likuiditas dan variabel rata-rata pengumpulan piutang usaha berpengaruh terhadap likuiditas. Sedangkan secara simultan, perputaran piutang usaha rata-rata pengumpulan piutang usaha tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan PT Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan periode tahun 2004 sampai dengan 2009. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu kebijakan piutang usaha dan satu variabel dependen yaitu likuiditas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel dependen, yaitu pada penelitian ini hanya memakai satu variabel dependen yaitu hanya likuiditas, serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

Upload: hoangmien

Post on 30-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

10

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Silasahi, S. (2011). Dengan judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Piutang

Usaha Terhadap Likuiditas pada PT Perkebunan Nusantara III

(PERSERO) Medan”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

asosiatif dengan meneliti pada 1 perusahaan pada periode tahun 2004-

2009. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Data dianalisis dengan metode analisis data, yang pertama adalah analis

deskriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik yang terdiri dari

uji asumsi klasik, analisis regresi berganda dan uji hipotesis. Hasil uji

hipotesis menunjukan bahwa secara persial variabel perputaran piutang

usaha berpengaruh terhadap likuiditas dan variabel rata-rata

pengumpulan piutang usaha berpengaruh terhadap likuiditas. Sedangkan

secara simultan, perputaran piutang usaha rata-rata pengumpulan piutang

usaha tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan PT Perkebunan

Nusantara III (PERSERO) Medan periode tahun 2004 sampai dengan

2009. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen

yaitu kebijakan piutang usaha dan satu variabel dependen yaitu likuiditas.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel dependen,

yaitu pada penelitian ini hanya memakai satu variabel dependen yaitu

hanya likuiditas, serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

Page 2: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

11

2.1.2. Pujiati, Dwi, A. (2014). Dengan judul “Pengaruh Perputaran Piutang dan

Perputaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas”. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian korelasional yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui sebab akibat. Populasi dalam penelitian ini

adalah Koperasi Mitra Perdana Surabaya selama periode 2008-2013.

Sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.

Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi

berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel

independen yaitu Perputaran Piutang (X1) dan Perputan Kas (X2) secara

persial masing-masing berpengaruh signifikan terhadap variabel

bebasnya yaitu likuiditas (Y) pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya. Hal

tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan SPSS, bahwa hasil uji parsial

masing-masing diperoleh T sign sebesar 0,014 dan 0,012, dimana jika

nilai σ (0,5) lebih besar dari nilai T sign yang diperoleh maka kedua

variabel tersebut memiliki korelasi. Persamaan dengan penelitian ini

terletak pada satu variabel independen yaitu piutang dan satu variabel

dependen yaitu likuiditas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

jumlah variabel independen dan dependen, yaitu pada penelitian ini

menggunakan dua variabel independen yaitu perputaran piutang dan

perputaran kas serta hanya memakai satu variabel dependen yaitu hanya

likuiditas, serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

Page 3: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

12

2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Piutang

Dagang Terhadap Likuiditas dan Rentabilitas (Studi Kasus pada

Perusahaan PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk Periode 1997-2001)”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan

demikian data mentah tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan

perhitungan rasio-rasio dan metode statistik. Untuk menunjukkan adanya

hubungan antara kebijakan piutang dagang dengan likuiditas dan

rentabilitas perusahaan menggunakan analisa korelasi dan uji regresi

dengan hipotesa. Hasil penelitian menunjukan hubungan korelasi antara

account receivable turover dengan rasio likuiditas perusahaan

menunjukan r = -0,9267 dan r = -0,90. Hasil tersebut menunjukkan

hubungan berlawanan arah yang kuat. Sedangkan hasil analisa korelasi

antara account receivable turnover dengan rasio rentabilitas perusahaan

menunjukkan r = -0,9066 dan r = -0,9499 hasil tersebut menunjukkan

hubungan negatif yang kuat. Untuk korelasi antara account receivable

turnover dengan return on equity tidak dianalisa karena terdapat anomaly

dalam perhitungan ROE yang akan dibahas lebih lanjut. Persamaan

dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu piutang dan

dua variabel dependen yaitu likuiditas dan rentabilitas. Perbedaan dengan

penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan data yang digunakan.

Page 4: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

13

2.1.4. Putri, Dewi (2012). Dengan judul “Pengaruh Perputaran Piutang

Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada PT Kalbe Farma Tbk”. Penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif, dengan demikian data mentah

tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan perhitungan rasio-rasio

dan metode statistik. Penelitian menggunakan analisis regresi linier

sederhana dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yaitu dengan

hasil Y=1,725+2,628x yang digunakan untuk mengetahui besarnya

hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil

analisis menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa secara parsial

perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi

pada PT Kalbe Farma Tbk. Hal ini dibuktikan dengan nilai Thitung >

Ttabel yaitu 10,060 > 2,024 . Nilai R2 sebesar 0,771 yang berarti bahwa

sebesar 77,1% variabel rentabilitas ekonomi dapat dijelaskan oleh

perputaran piutang, sedangkan sisanya sebesar 22,9% dipengaruhi oleh

variabel lain seperti perputaran persediaan dan perputaran kas yang tidak

dijelaskan didalam model penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini

terletak pada variabel independen yaitu kebijakan piutang usaha dan satu

variabel dependen yaitu rentabilitas. Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada jumlah variabel dependen, yaitu pada penelitian ini hanya

memakai satu variabel dependen yaitu hanya rentabilitas, serta lokasi

penelitian dan data yang digunakan.

Page 5: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

14

2.1.5. Widhiatmojo, LV dan Supriyanto (2013) dengan judul “Pengaruh

Perputaran Piutang, Kas, Dan Persediaan Barang Terhadap Tingkat

Likuiditas Koperasi”. Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh

perputaran piutang, kas, dan persediaan barang secara simultan dan

parsial terhadap likuiditas koperasi. Populasi penelitian ini sebanyak 120

koperasi di Kabupaten Purworejo. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling sebanyak 21 koperasi. Pengambilan

data menggunakan dokumentasi dan wawancara sedangkan analisa data

menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada

pengaruh yang signifikan perputaran piutang terhadap likuiditas

ditunjukan hasil T 0,248 sig. 0,807. Perputaran kas memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap likuiditas ditunjukkan dengan hasil T 2,308 sig.

0,034. Perputaran persediaan barang tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap likuiditas ditunjukkan dengan hasil T 1,730 sig.

0,102. Perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan

barang secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap likuiditas. Hal ini ditunjukan dengan nilai F 3,059 dengan sig.

0,057 dan koefisien determinasi sebesar 0,351. Persamaan dengan

penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu piutang dan satu

variabel dependen yaitu likuiditas

. Perbedaan dengan penelitian ini terletak

pada jumlah variabel independen, yaitu pada penelitian ini memakai 3

variabel independen yaitu hanya perputaran piutang, kas, persediaan

barang serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

Page 6: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

15

2.1.6. Ezwita, Yesi (2014) dengan judul “ Pengaruh Perputaran Piutang,

Perputaran Persediaan, Return On Asset dan Rasio Utang Terhadap

Likuiditas Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Listing Di

BEI Periode 2010-2013”. Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan industry dasar dan kimia yang listing di BEI periode 2010-

2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposive

sampling. Dari 60 perusahaan, telah didapatkan 17 perusahaan yang

memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian. Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisa data

sampel yang digunakan dalam penelitian adalah analisa regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang

tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, perputaran persediaan

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, return on assets tidak

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas dan rasio utang berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang,

persediaan, return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan

terhadap likuiditas. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada

variabel independen yaitu piutang dan satu variabel dependen yaitu

likuiditas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel

independen, yaitu pada penelitian ini memakai 4 variabel independen

yaitu hanya perputaran piutang, perputaran persediaan, ROA, dan rasio

utang serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

Page 7: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

16

TABEL 2.1

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITIAN TERDAHULU

JUDUL PERSAMAAN PERBADAAN HASIL

Silasahi, S. (2011).

Analisis Pengaruh

Kebijakan Piutang Usaha

Terhadap Likuiditas pada

PT Perkebunan Nusantara

III (PERSERO) Medan.

terletak pada variabel

independen yaitu

kebijakan piutang

usaha dan satu variabel

dependen yaitu

likuiditas.

terletak pada jumlah

variabel dependen,

yaitu pada penelitian

ini hanya memakai

satu variabel dependen

yaitu hanya likuiditas,

serta lokasi penelitian

dan data yang

digunakan.

secara persial variabel

perputaran piutang usaha

berpengaruh terhadap

likuiditas dan variabel rata-

rata pengumpulan piutang

usaha berpengaruh

terhadap likuiditas. secara

simultan, perputaran

piutang usaha rata-rata

pengumpulan piutang

usaha tidak berpengaruh

terhadap likuiditas.

Pujiati, Dwi, A. (2014).

Pengaruh Perputaran

Piutang dan Perputaran

Kas Terhadap Tingkat

Likuiditas.

terletak pada satu

variabel independen

yaitu piutang dan satu

variabel dependen

yaitu likuiditas.

terletak pada jumlah

variabel independen

dan dependen, yaitu

pada penelitian ini

menggunakan dua

variabel independen

yaitu perputaran

piutang dan perputaran

kas serta hanya

memakai satu variabel

dependen yaitu hanya

likuiditas.

secara persial masing-

masing berpengaruh

signifikan terhadap

variabel bebasnya yaitu

likuiditas (Y) pada

Koperasi Mitra Perdana

Surabaya.

Page 8: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

17

Harsono, M. (2003).

Analisis Pengaruh

Kebijakan Piutang Dagang

Terhadap Likuiditas dan

Rentabilitas (Studi Kasus

pada Perusahaan PT

Sumalindo Lestari Jaya

Tbk Periode 1997-2001.

terletak pada variabel

independen yaitu

piutang dan dua

variabel dependen

yaitu likuiditas dan

rentabilitas.

Perbedaan dengan

penelitian ini terletak

pada lokasi penelitian

dan data yang

digunakan.

Hasil penelitian

menunjukan hubungan

korelasi antara account

receivable turover dengan

rasio likuiditas perusahaan

menunjukan r = -0,9267

dan r = -0,90. Hasil

tersebut menunjukkan

hubungan berlawanan arah

yang kuat. Sedangkan hasil

analisa korelasi antara

account receivable

turnover dengan rasio

rentabilitas perusahaan

menunjukkan r = -0,9066

dan r = -0,9499 hasil

tersebut menunjukkan

hubungan negatif yang

kuat.

Putri, Dewi (2012).

Pengaruh Perputaran

Piutang Terhadap

Rentabilitas Ekonomi Pada

PT Kalbe Farma Tbk.

Persamaan dengan

penelitian ini terletak

pada variabel

independen yaitu

kebijakan piutang

usaha dan satu

variabel dependen

yaitu rentabilitas.

Perbedaan dengan

penelitian ini terletak

pada jumlah variabel

dependen, yaitu pada

penelitian ini hanya

memakai satu variabel

dependen yaitu hanya

rentabilitas, serta

lokasi penelitian dan

data yang digunakan.

secara parsial perputaran

piutang berpengaruh

signifikan terhadap

rentabilitas ekonomi pada

PT Kalbe Farma Tbk.

Page 9: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

18

Widhiatmojo, LV dan

Supriyanto (2013)

Pengaruh Perputaran

Piutang, Kas, Dan

Persediaan Barang

Terhadap Tingkat

Likuiditas Koperasi.

Persamaan dengan

penelitian ini terletak

pada variabel

independen yaitu

piutang dan satu

variabel dependen

yaitu likuiditas.

Perbedaan dengan

penelitian ini terletak

pada jumlah variabel

independen, yaitu pada

penelitian ini memakai

3 variabel independen

yaitu hanya perputaran

piutang, kas,

persediaan barang serta

lokasi penelitian dan

data yang digunakan.

Hasil penelitian

menunjukkan tidak ada

pengaruh yang signifikan

perputaran piutang

terhadap likuiditas

ditunjukan hasil T 0,248

sig. 0,807.

Ezwita, Yesi (2014)

Pengaruh Perputaran

Piutang, Perputaran

Persediaan, Return On

Asset dan Rasio Utang

Terhadap Likuiditas Pada

Perusahaan Industri Dasar

Dan Kimia Yang Listing

Di BEI Periode 2010-2013

Persamaan dengan

penelitian ini terletak

pada variabel

independen yaitu

piutang dan satu

variabel dependen

yaitu likuiditas.

Perbedaan dengan

penelitian ini terletak

pada jumlah variabel

independen, yaitu pada

penelitian ini memakai

4 variabel independen

yaitu hanya perputaran

piutang, perputaran

persediaan, ROA, dan

rasio utang serta lokasi

penelitian dan data

yang digunakan.

secara parsial perputaran

piutang tidak berpengaruh

signifikan terhadap

likuiditas, perputaran

persediaan berpengaruh

signifikan terhadap

likuiditas, return on assets

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

likuiditas dan rasio utang

berpengaruh signifikan

terhadap likuiditas. Secara

simultan perputaran

piutang, persediaan, return

on assets dan rasio utang

berpengaruh signifikan

terhadap likuiditas.

Page 10: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

19

2.2. LANDASAN TEORI

2.2.1. Teori Piutang

Piutang adalah bentuk penjualan yang dilakukan oleh suatu

perusahaan dimana pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, namun

bersifat bertahap. Penjualan piutang artinya lebih jauh perusahaan

menerapkan manajemen kredit. Dan salah satu target dari manajemen

kredit adalah tercapainya target penjualan sesuai dengan perencanaan,

serta selanjutnya menunggu masuknya dana angsuran ke kas perusahaan

(Fahmi, 2015 : 62).

Manulang dan Sinaga (2005) menyebutkan bahwa piutang adalah

tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan

barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara

formal.

Subramanyam dan John J.Wild (2010) memberikan pendapat

sebagai berikut : “Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang

berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman

uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas

seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (account receivable) mengacu

pada janji lisan untuk membayar yang berasal dari penjualan produk dan

jasa secara kredit. Wesel tagih (notes receivable) mengacu pada janji

tertulis untuk membayar”.

Page 11: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

20

Dari pendapat ketiga ahli tersebut dapat ditarik pengertian bahwa

piutang dalam koperasi adalah salah satu unsur dari aktiva lancar dalam

neraca koperasi yang timbul akibat adanya penjualan barang jasa atau

dari pemberian pinjaman uang yang dibayarkan secara kredit atau

bertahap dan dalam tempo yang telah ditentukan oleh koperasi.

Bagi koperasi semakin besar piutang usaha maka artinya semakin

besar pula kepemilikan finansial yang berada di luar yang akan masuk

secara bertahap dan sistematis ke kas koperasi. Penjualan barang jasa

secara kredit atau piutang usaha dilakukan dengan maksud untuk

menggenjot penjualan agar tercapai sesuai dengan target yang

diinginkan. Namun persoalan sering terjadi pada saat angka piutang

usaha diperbesar menjadi seiring dengan meningkatnya piutang ragu-

ragu (bad debt), dan semakin besar piutang ragu-ragu maka semakin

besar permasalahan yang ditanggung oleh koperasi dikemudian hari, dan

ini jauh berakibat pada mengecilnya perolehan keuntungan yang akan

diterima. Pendapat ini dipertegas oleh Subramanyam dan John J. Wild

(2010) : “Pengalaman menunjukan bahwa perusahaan tidak dapat

menagih semua piutangnya“.

Oleh karena itu, menurut Fahmi (2015) ada beberapa acuan yang

harus diterapkan oleh suatu perusahaan untuk memperkecil resiko

timbulnya Bad Debt , yaitu :

Page 12: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

21

a. Menghindari keputusan penjualan produk saat pasar dalam kondisi

fluktuatif atau akan berada dalam kondisi menuju krisis moneter.

b. Membatalkan penjualan produk pada konsumen yang memiliki reputasi

buruk dalam dunia bisnis.

c. Menghindari produksi dan penerimaan order pada saat pasar tidak

menentu.

d. Melakukan dan menerapkan tindakan prudential principle (prinsip kehati-

hatian) pada saat tingkat persaingan bisnis semakin tinggi, dan inovasi

produk perusahaan berlangsung secara lambat.

e. Ada ukuran presentase yang layak diterapkan untuk besaran piutang.

Misalnya 30-40 % dari total penjualan, atau pada kondisi ekonomi sangat

stabil perusahaan boleh memperbesar hingga 45 %. Namun jika

prosentase itu ingin ditingkatkan lagi maka pembahasan dengan seluruh

manajer bidang harus dilakukan. Seluruh manajer yang dimaksud disini

adalah mulai dari marketing, finance, production, hingga human resource

dilibatkan secara intensif dan fokus.

Riyanto (2001) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi piutang, yaitu volume penjualan kredit, syarat

pembayaran kredit, ketentuan pembatasan kredit, kebijakan dalam

penagihan piutang, serta kebiasaan pembayaran pelanggan. Mengingat

piutang adalah harta yang likuid maka harus dilakukan prosedur-prosedur

Page 13: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

22

yang wajar, tegas dan dengan cara yang memuaskan para debitur

sehingga perlu disusun prosedur yang baik demi kemajuan koperasi.

Dalam praktiknya, koperasi melaporkan piutang sebesar nilai

realisasi bersih (net realizable value) jumlah piutang total dikurangi

penyisihan piutang tak tertagih (kadang-kadang disebut juga piutang

sangsi atau piutang ragu-ragu). Memang pihak manajemen bagian

penjualan dan simpan pinjam sudah melakukan analisis secara sangat

mendalam dalam menentukan ke pihak-pihak mana yang paling tepat

menerima order, artinya bonafit, trust analysis, kajian mikro dan makro

ekonomi, metodologi analisis, advis konsultan, dan lain sebagainya. Tapi

sebagai manusia biasa yang terbiasa mengandalkan data masa lalu

sebagai alat prediksi di masa depan, maka memungkinkan ada beberapa

data yang tidak layak lagi untuk dipergunakan atau tidak sesuai dengan

realita masa depan. Disinilah kesalahan itu terjadi, dan piutang ragu-ragu

menjadi salah satu sebab yang harus ditanggung oleh pihak manajemen

koperasi (Fahmi, 2015 : 62-64) .

Munawir (2014) menyebutkan bahwa ada beberapa jenis piutang,

yaitu:

a. Piutang Wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang

dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-

undang. Karena wesel pembuatannya diatur dengan undang-undang,

maka wesel ini lebih mempunyai kekuatan hukum dan lebih terjamin

Page 14: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

23

pelunasannya, dan piutang wesel ini dapat diperjual belikan atau

didiskontokan. Dengan didiskontokannya piutang wesel tersebut

timbulah “contingent liability”, yaitu hutang yang mungkin akan terjadi

di masa mendatang pada saat jatuh tempo wesel yang bersangkutan

karena pembuat wesel tersebut tidak mampu membayar wesel yang

bersangkutan.

b. Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya

penjualan barang secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak

hanya karena penjualan barang dengan secara kredit, tetapi bisa karena

hal lain, misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan

aktiva tetap secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara

angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian. Piutang-piutang

yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca secara

informatif.

c. Piutang penghasilan adalah penghasilan yang sudah menjadi hak

perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya,

tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan.

Kuswandi (2008) menyebutkan bahwa perputaran piutang adalah

besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata

selama periode tertentu. Periode dimaksut biasanya untuk satu tahun.

Walaupun demikian, untuk kepentingan analisis dapat digunakan satuan

waktu berdasarkan kuartalan, bulanan dan seterusnya. Rasio perputaran

Page 15: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

24

piutang dapat dihitung dengan :

Munawir (2014) menyebutkan bahwa piutang yang dimiliki suatu

perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan

kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai

dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (Turn Over

Receivable) yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang

rata-rata. Rata-rata piutang kalau memungkinkan dapat dihitung secara

bulanan (saldo tiap-tiap akhir bulan dibagi dua belas) atau tahunan yaitu

saldo awal tahun ditambah saldo akhir tahun dibagi dua. Semakin tinggi

rasio (turn over) menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam

piutang rendah, sebaliknya jika rasio semakin rendah maka ada over

investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut,

mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau

mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

Penurunan rasio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu turunnya penjualan dan naiknya

piutang, turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah

lebih besar, naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah

yang lebih besar, turunnya penjualan dengan piutang yang tetap, serta

naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah. Dengan

Penjualan Kredit Satu Tahun

Piutang Rata-Rata

Page 16: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

25

menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu rata-rata

pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam

satu tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara

piutang rata-rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan

kredit, hasilnya akan menunjukkan beberapa hari piutang tersebut rata-

rata tidak dapat ditagih atau days of receivable yang umumnya antara

satu sampai dua bulan. Days of receivable dapat dihitung dengan rumus :

Piutang rata-rata x 360

Penjualan Kredit

Dalam menganalisa perusahaan, yang mendapat perhatian pertama

adalah kemampuan perusahaan dalam menagih piutangnya, karena hal ini

akan menimbulkan kemungkinan adanya overdraft perusahaan yang

bersangkutan. Kalau hari rata-rata penagihan piutang lebih dari 60 hari

menunjukan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan

sehingga tidak mampu menagih piutang pada waktunya, atau perusahaan

tersebut telah memberikan syarat kredit yang terlalu lunak kepada

langganannya. Disamping itu semakin besar days of receivable suatu

perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya

piutang, dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap

kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang

berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar

(Munawir,2014 : 75-77).

Page 17: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

26

2.2.2. Rasio Keuangan

Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1999) menyebutkan bahwa rasio

merupakan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya. Dimana

Agnes Sawir (2012) menambahkan perbandingan tersebut dapat

memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi

perusahaan. Atau secara sederhana rasio disebut sebagai perbandingan

jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat

perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang

selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.

Penggunaan kata rasio ini sangat fleksibel penempatannya, dimana itu

sangat dipengaruhi oleh apa dan dimana rasio itu dipergunakan yaitu

disesuaikan dengan wilayah keilmuannya.

Fahmi (2015) menyebutkan bahwa rasio keuangan atau financial

ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi

keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada

umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek

dan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden yang memadai.

Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu

dengan menghitung rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Secara

jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan

dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan,. Dalam penilaian

suatu kondisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

Page 18: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

27

turut menyebabkan perubahan pada kondisi keuangan seperti kondisi

mikro dan makro ekonomi baik yang terjadi di tingkat domestik dan

internasional. Analisis rasio keuangan itu sendiri dimulai dengan laporan

keuangan dasar yaitu dari neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan arus

kas. Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika dihubungkan

antara lain dengan menggunakan pola historis perusahaan tersebut, yang

dilihat perhitungan pada sejumlah tahun guna menentukan apakah

perusahaan membaik atau memburuk, atau melakukan perbandingan

dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.

Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio

keuangan, yaitu analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan

sebagai alat menilai kinerja dan prestasi keuangan, sangat bermanfaat bagi

pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan, analisis

rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi

suatu perusahaan dari perspektif keuangan, analisis rasio keuangan juga

bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan

potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan

kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman, dan

juga dapat digunakan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.

Fahmi (2015) menyebutkan bahwa keunggulan analisis rasio

keuangan adalah dapat dipergunakan dalam melihat suatu perusahaan serta

akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan dapat

Page 19: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

28

dijadikan sebagai alat prediksi bagi perusahaan tersebut di masa yang akan

datang. Ini dikarenakan rasio keuangan juga memungkinkan manajer

keuangan memperkirakan reaksi kreditor dan investor dalam

memperkirakan bagaimana memperoleh kebutuhan dana, serta seberapa

besar dana sanggup diperoleh. Selain keunggulan ada juga kelemahan

dengan dipergunakannya analisa laporan keuangan, yaitu :

a. Penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang relatif

terhadap suatu kondisi perusahaan. Sisi relatif disini yang dimaksut bahwa

seperti yang dikemukakan oleh Helfert (2000) dimana rasio-rasio

keuangan bukanlah merupakan kriteria mutlak. Pada kenyataanya, analisis

rasio keuangan hanyalah satu titik awal dalam analisis keuangan

perusahaan.

b. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan

bukan kesimpulan akhir. Ini sebagaimana yang dikatakan oleh Friedlob

dan Plewa (2000) menyebutkan analisis rasio tidak memberikan banyak

jawaban kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya

diharapkan.

c. Setiap data yang diperoleh dan dipergunakan dalam menganalisis adalah

bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Maka sangat

memungkinkan data yang diperoleh tersebut adalah data yang angka-

angkanya tidak memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, dengan alasan

mungkin saja data tersebut diubah dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan

Page 20: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

29

d. Pengukuran rasio keuangan banyak bersifat artificial, disini artinya

perhitungan rasio keuangan tersebut dilakukan oleh manusia, dan setiap

pihak memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menempatkan ukuran

dan terutama justifikasi dipergunakannya rasio-rasio tersebut. Dimana

kadang kala justifikasi penggunaan rasio tersebut sering tidak mampu

secara maksimal menjawab kasus-kasus yang dianalisis.

Namun seiring adanya kelemahan dalam penggunaan analisis rasio

keuangan, disini ada juga solusi dalam mengatasinya, yaitu :

a. Rasio keuangan adalah sebuah formula yang dipakai sebagai alat

pengujian, karena formula maka bisa saja hasil yang diperoleh belum tentu

benar-benar sesuai untuk dijadikan alat prediksi. Sehingga dibutuhkan

pendekatan lain untuk melihat permasalahan itu secara lebih terang yaitu

dengan melihat kondisi non keuangan, seperti kondisi kualitas SDM

karyawan dan manajer perusahaan baik dibidang administrasi, pemasaran,

produksi, dan keuangan.

b. Hasil perhitungan yang telah dilakukan kemudian diadakan rekonsiliasi

atas berbagai bentuk perbedaan pokok tersebut. Arti dipergunakannya

rekonsiliasi disini adalah menyesuaikan perbedaan antar pos dan mencari

apa yang menyebabkan perbedaan itu terjadi. Perbedaan itu kemudian

dilakukan analisa yang mendalam untuk mengetahui apa penyebabnya,

dan kemudian penyebab itu dicariakn solusinya.

Page 21: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

30

c. Bagi seorang manajer keuangan diperlukan pemahaman yang mendalam

serta prinsip kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan. Bila

analisis yang dilakukan adalah memberikan gambaran dimana pola

perusahaan yang menyimpang dari norma industri, maka hal ini

merupakan gejala adanya masalah dan perlu diadakan analisis dan

penelitian lebih lanjut. Secara sederhana ini seperti jika suatu rasio

perputaran persediaan yang tinggi bisa menunjukan adanya kekurangan

persediaan yang serius dan besar, kemungkinan terjadi kehabisan

persediaan (Fahmi,2015: 106-112).

2.2.3. Likuiditas

Sugiyarso dan Winarni (2005) menyebutkan bahwa likuiditas

adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban uang jangka pendek. Likuiditas dibedakan menjadi dua, yaitu

likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha

merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat likuid

sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansial saat

ditagih. Sementara itu, likuiditas perusahaan merupakan kemampuan

perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga

perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi.

Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera

dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

Page 22: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

31

keuangan pada saat ditagih (Munawir,2014). Perusahaan yang mampu

memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti

perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan dikatakan

mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila

perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar

yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek.

Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban

keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan dalam keadaan

“ilikuid”.

Munawir (2014) menyebutkan bahwa untuk menilai posisi

keuangan jangka pendek (Likuiditas) berikut ini adalah beberapa rasio

yang digunakan oleh peneliti untuk digunakan sebagai alat untuk

menganalisa dan menginterprestasikan data tersebut.

2.2.3.1. Current Ratio

Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa

posisi likuiditas adalah current ratio yaitu pembanding jumlah

aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukan bahwa

nilai kekayaan lancar ada sekian kalinya hutang jangka pendek.

Munawir (2014) menyatakan bahwa Current ratio sebesar 200%

sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal

kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor , suatu

standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh

Page 23: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

32

perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan dan

akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian

atau analisa yang lebih lanjut.

Munawir (2014) mengemukakan bahwa Current ratio ini

menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau

kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut.

Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum

tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang

sudah jatuh tempo, karena proporsi atau distribusi dari aktiva

lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan

yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang

akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan

menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut

atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk

ditagih.

Current ratio yang terlalu tinggi menunjukan kelebihan

uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang

dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada

aktiva lancar dan sebaliknya.

Page 24: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

33

Jadi sebelum membuat kesimpulan akhir analisa current

ratio harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti yang

dikemukakan oleh Munawir (2014) yaitu :

a. Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancar.

b. Data trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka

waktu 5 tahun atau lebih dari waktu yang lalu.

c. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam

mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh

perusahaan.

d. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada

kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup

besar tetapi piutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit untuk

ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan

dengan yang dilaporkan.

e. Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar, kalau persediaan

semakin turun, maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan

dalam persediaan) maka tidak menjamin likuiditas perusahaan.

f. Perubahan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan

sekarang atau dimasa yang akan datang, yang mungkin adanya over

investment dalam persediaan.

Page 25: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

34

g. Kebutuhan jumlah modal kerja dimasa mendatang, semakin besar

kebutuhan modal kerja dimasa yang akan datang maka dibutuhkan

adanya rasio yang besar pula.

h. Tipe atau jenis perusahaan (perusahaan yang memproduksi sendiri

barang yang dijual, perusahaan dagang atau perusahaan jasa).

Dalam menganalisa atau menghitung current ratio ini perlu

diperhatikan kemungkinan adanya manipulasi data yang disajikan

oleh perusahaan, yaitu dengan cara mengurangi jumlah hutang lancar

yang mungkin diimbangi dengan mengurangi jumlah aktiva lancar

yang sama (lebih-lebih adanya pengurangan hutang lancar yang

tidak diimbangi dengan penurunan aktiva lancar). Pengurangan

jumlah hutang lancar dan aktiva lancar dalam jumlah yang sama

akan menaikkan atau mempertinggi current ratio yang dihitung.

Untuk menghitung likuiditas dengan menggunakan current ratio

dapat menggunakan rumus :

Sebagai contoh jika current ratio suatu perusahaan adalah

2:1 atau 200% yang berarti bahwa jumlah aktiva lancar adalah dua

Aktiva Lancar

Hutang Lancar

Page 26: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

35

kali lipat dari hutang lancar atau setiap Rp 1,- hutang lancar

dijamin dengan Rp 2,- aktiva lancar (Munawir , 2014 : 71-72).

2.2.3.2. Quick Ratio

Quick Ratio atau biasa disebut dengan rasio cepat, adalah

ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada current

ratio karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang

dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan

menjadi sumber kerugian. Adapun rumus untuk menghitung Quick

Ratio adalah :.

Aktiva Lancar – Persediaan

Hutang Lancar

Dimana persediaan terdiri dari alat-alat kantor, persediaan

bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan

barang jadi. Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan

persediaan yang dibutuhkan untuk operasional yang berkelanjutan

pada biaya yang minimum. Menurut Bambang Riyanto (2001)

“apabila menggunakan Quick Ratio untuk menentukan tingkat

likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu

perusahaan yang mempunyai Quick Ratio kurang dari 1:1 atau

100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya“ (Fahmi, 2015

:125-126).

Page 27: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

36

2.2.3.3. Cash Flow Liquidity Ratio

Rasio ini disebut juga dengan rasio likuiditas arus kas,

munurut Lyn dan Aileen (2008) rasio likuiditas arus kas

menggunakan pembilang sebagai suatu perkiraan sumber kas, kas

dan surat berharga menyajikan jumlah kas yang dihasilkan dari

operasional perusahaan seperti kemampuan menjual persediaan dan

menagih kas. Adapun rumus rasio likuiditas arus kas adalah :

2.2.3.4. Net Working Capital Ratio

Rasio ini disebut juga dengan rasio modal kerja bersih.

Modal kerja merupakan suatu ukuran dari likuiditas perusahaan.

Sumber modal kerja adalah pendapatan bersih, peningkatan

kewajiban yang tidak lancar, kenaikan ekuitas pemegang saham,

dan penurunan aktiva yang tidak lancar. (Joel G.Siegel dan Jae

K.Shim, 1999). Adapun rumus untuk menghitung rasio modal

bersih adalah :

Kas + Surat Berharga + Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

Kewajiban Jangka Pendek

Current Assets – Current Liabilities

Page 28: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

37

2.2.4. Rentabilitas

Munawir (2014) menyebutkan bahwa rentabilitas adalah rasio yang

menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan

perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif,

dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan

memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode

dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Modal

perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal

sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya

dua sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat

dihitung dengan dua cara, yaitu perbandingan antara laba usaha dengan

seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang

disebut dengan rentabilitas ekonomis, dan yang kedua adalah

perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan

jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut,

yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha.

Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau

trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat

penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa didalam menilai

rentabilitas suatu perusahaan. Rentabilitas sering digunakan untuk

mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan

membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam

Page 29: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

38

operasional, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau

bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel, oleh

karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi

lebih penting daripada keuntungan yang besar. Jadi rentabilitas merupakan

jaminan utama bagi para kreditur tanpa mengabaikan faktor-faktor yang

lain. Betapapun besarnya likuiditas suatu perusahaan, kalau perusahaan

tersebut tidak mampu menggunakan modalnya secara efisien atau tidak

mampu memperoleh laba yang besar, maka perusahaan tersebut pada

akhirnya akan mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan

hutang-hutangnya. Suatu perusahaan yang rendabel, maka perusahaan

tersebut pada umumnya akan dapat beroperasi secara stabil pula

(Munawir,2014 : 33-34). Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk

menghitung tingkat rentabilitas suatu perusahaan, yaitu :

2.2.4.1. Return On Assets

Irawati, S (2006) mengemukakan bahwa ROA adalah

kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja

didalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan (EBIT) atau

perbandingan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang

digunakan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam

presentase. Adapun rumus untuk menghitung ROA adalah :

Page 30: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

39

2.2.4.2. Return On Equity

Menurut Sutrisno (2009) ROE adalah kemampuan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.

Analisis ROE ini berguna untuk menarik investor untuk melakukan

investasi. Sedangkan bagi investor, analisis ROE sangat berguna

karena dengan analisis ini investor dapat mengetahui keuntungan

yang dapat diperoleh dari investasi yang dilakukan (Syaiful, 2012).

Adapun rumus untuk menghitung ROE adalah :

2.2.4.3. Return On Investment

Penulis hanya memilih untuk menggunakan ROI (Return

on Investment) karena ROI sudah bersifat menyeluruh. Analisa ROI

dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting, analisa

ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh

pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan

operasional perusahaan. ROI adalah salah satu bentuk rasio

rentabilitas yang dimaksutkan untuk dapat mengukur kemampuan

perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva

yang digunakan untuk operasional perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan

Page 31: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

40

yang diperoleh dari operasional perusahaan dengan jumlah investasi

atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

operasional tersebut. Sebutan lain untuk rasio ini adalah “ Net

Operating Profit Rate of Return “ atau “Operating Earning Power”.

Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

Turnover dari operasional asset (tingkat perputaran aktiva yang

digunakan untuk operasional) dan profit margin yaitu besarnya

keuntungan operasional yang dinyatakan dalam prosentase dan

jumlah penjualan bersih, ini mengukur tingkat keuntungan yang

dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau

asset turnover, baik masing-masing atau keduanya. (Munawir, 2014

: 89)

. Kasmir (2012) menyebutkan bahwa besarnya ROI dapat

diketahui dengan dengan rumus :

Page 32: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

41

2.2.5. Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha terhadap Likuiditas Perusahaan

Menurut Riyanto (2001), semakin cepat suatu piutang berputar,

maka semakin likuid piutang itu. Ini berarti bahwa periode piutang

menjadi semakin pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka

semakin likuid piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan,

hutang dan kas.

Adanya pengaruh kebijakan piutang usaha terhadap likuiditas juga

diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu (Silasahi, 2011) “Analisis

Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha Terhadap Likuiditas pada PT

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”, pada penelitian ini diperoleh

hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa secara parsial variabel

perputaran piutang usaha berpengaruh terhadap likuiditas dan variabel

rata-rata pengumpulan piutang usaha berpengaruh juga terhadap likuiditas.

Namun didalam penelitian Ezwita, Yesi (2014) dengan judul “

Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Asset

dan Rasio Utang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Dasar

Dan Kimia Yang Listing Di BEI Periode 2010-2013”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas, perputaran persediaan berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas, return on assets tidak berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas dan rasio utang berpengaruh signifikan

terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang, persediaan,

Page 33: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

42

return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap

likuiditas.

Dari kedua fenomena penelitian terdahulu tersebut, maka penulis

menarik sebuah hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap

tingkat likuiditas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta.

H1 : Ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap tingkat

likuiditas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta

2.2.6 . Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha terhadap Rentabilitas Perusahaan

Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu Turnover dari

operasional asset (tingkat perputaran aktiva termasuk didalamnya

perputaran piutang) dan profit margin yaitu besarnya keuntungan

operasional yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan

bersih, ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh

perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Besarnya ROI akan

berubah kalau ada perubahan profit margin atau asset turnover, baik

masing-masing atau keduanya. (Munawir, 2014 : 89)

Adanya pengaruh kebijakan piutang usaha terhadap rentabilitas

juga diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu (Putri, 2012)

“Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada PT

Kalbe Farma. Tbk.”, pada penelitian ini diperoleh hasil analisis dengan

Page 34: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/206/3/BAB II.pdf · 2017-08-09 · 12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul “Analisis Pengaruh

43

menggunakan SPSS menunjukkan bahwa secara parsial perputaran

piutang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi pada PT

Kalbe Farma. Tbk. Hal ini dibuktikan dengan T hitung > T tabel yaitu

10,060 > 2,042.

Namun didalam penelitian Susanti, KD (2016) yang berjudul

“Pengaruh Perputaran Kas Dan Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomis

Pada Koperasi Simpan Pinjam Swasthi Mandiri Singaraja Tahun 2012-

2015” menunjukkan hasil bahwa perputaran kas berpengaruh secara

signifikan terhadap rentabilitas ekonomis ditunjukan dengan

Thitung=4,961 > Ttabel= 1,299 atau P-value= 0,00 < α =0,05. Perputaran

piutang tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis ditunjukkan

dengan Thitung= 1,080 < Ttabel= 1,299 atau P-value= 0,286 > α= 0,05.

Namun secara keseluruhan perputaran kas dan piutang berpengaruh

terhadap rentabilitas ekonomis ditunjukan dengan Fhitung= 13,173 >

Ftabel= 2,41 atau P-value= 0,00 < α= 0,05.

Dari kedua fenomena penelitian terdahulu tersebut maka penulis

menarik sebuah hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap

tingkat rentabilitas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta.

H1 : Ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap tingkat

rentabilitas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta