bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1. bird in the...

26
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The Hand Theory Berdasarkan teori bird in the hand theory yang dijelaskan dalam Sitepu (2015:10) menyatakan bahwa pembagian dividen merupakan suatu pertanda bagi investor, dimana kenaikan dividen yang sangat besar menandakan bahwa manajemen merasa optimis atas masa depan perusahaan. Dividen yang meningkat mencerminkan para investor berorientasi pada dividen. Hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya harga saham atau dengan kata lain besarnya dividen dapat mempengaruhi harga saham perusahaan yang akan berdampak pada nilai perusahaan. Investor lebih suka menerima dividen yang dibagikan daripada memperoleh capital gain yang dihasilkan dari kenaikan nilai saham dibanding harga belinya (Brigham dan Houston, 2006). Investor memandang bahwa uang yang dihasilkan dari dividen lebih berharga dari uang yang dihasilkan dari capital gain, karena komponen bagi hasil dividen lebih kecil risikonya dibandingkan dengan komponen gain dalam persamaan total pengembalian yang diharapkan investor (Gordon dan Lintner, 1963). Namun, menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Deitiana (2011) sendiri menyangkal pernyataan di atas karena pernyataan bahwa biaya modal

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Bird in The Hand Theory

Berdasarkan teori bird in the hand theory yang dijelaskan dalam Sitepu

(2015:10) menyatakan bahwa pembagian dividen merupakan suatu pertanda bagi

investor, dimana kenaikan dividen yang sangat besar menandakan bahwa

manajemen merasa optimis atas masa depan perusahaan. Dividen yang meningkat

mencerminkan para investor berorientasi pada dividen. Hal tersebut akan

menyebabkan meningkatnya harga saham atau dengan kata lain besarnya dividen

dapat mempengaruhi harga saham perusahaan yang akan berdampak pada nilai

perusahaan.

Investor lebih suka menerima dividen yang dibagikan daripada

memperoleh capital gain yang dihasilkan dari kenaikan nilai saham dibanding

harga belinya (Brigham dan Houston, 2006). Investor memandang bahwa uang

yang dihasilkan dari dividen lebih berharga dari uang yang dihasilkan dari capital

gain, karena komponen bagi hasil dividen lebih kecil risikonya dibandingkan

dengan komponen gain dalam persamaan total pengembalian yang diharapkan

investor (Gordon dan Lintner, 1963).

Namun, menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Deitiana (2011)

sendiri menyangkal pernyataan di atas karena pernyataan bahwa biaya modal

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

12

sendiri dari laba ditahan tidak tergantung pada kebijakan dividen. Menurut

mereka, sebagian besar investor berencana untuk menginvestasikan kembali

dividen mereka ke dalam perusahaan yang bersangkutan atau sejenis dan tingkat

risiko return di masa depan tidak ditentukan oleh kebijakan dividen, melainkan

ditentukan oleh risiko investasi perusahaan.

2.1.2. Dividend Signaling Theory

Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon

oleh pasar. Pengumuman perubahan dividen yang tidak diharapkan merupakan

petunjuk bagi pasar tentang perubahan laba perusahaan yang akan memicu

perubahan harga saham (Miller dan Modigliani, 1961). Aharony dan Swary

(1980) mengemukakan bahwa informasi yang terkandung dalam pengumuman

dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Martono dan Harjito (2007)

menyebutkan bahwa pengumuman perubahan pembayaran dividen mengandung

suatu informasi. Fauzi dan Suhadak (2015:3) menyatakan dalam dividend

signaling theory bahwa kenaikan pembayaran dividen oleh perusahaan kepada

investor dianggap sebagai berita baik, karena mengindikasikan kondisi dan

prospek perusahaan dalam keadaaan yang baik, sehingga mengakibatkan reaksi

positif oleh investor.

Pengurangan dividen dianggap sebagai suatu sinyal buruk yang

meramalkan penurunan laba di masa depan. Ghosh dan Woolridge (1991)

menyatakan bahwa reaksi pasar terhadap perubahan dividen tergantung

pada kandungan informasi dalam pengumuman dividen. Pada intinya,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

13

pemotongan dan atau penghapusan dividen akan dianggap sebagai sinyal

buruk terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Fitriana (2014:19) memaparkan bahwa dividen merupakan alat bagi

manajer yang digunakan sebagai sinyal bagi para pemegang saham mengenai

kinerja perusahaan saat ini dan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Argumen ini didasarkan pada informasi asimetri antara manajer dan investor,

dimana manajer memiliki informasi lebih banyak tentang keadaan saat ini dan

masa depan perusahaan. Ross (1997) dalam Bhattacharya (1979:270),

membuktikan bahwa kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat menimbulkan

isyarat yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami

kemajuan.

2.1.3. Kinerja Perusahaan

Kinerja Perusahaan dapat diartikan sebagai prospek pertumbuhan dan

potensi perkembangan yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang

bergerak dibidang yang sama (Mulyadi, 2001:416). laporan keuangan perusahaan

merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat

untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan.

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap

para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

perusahaan. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan melalui laporan

keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua metode (Munawir, 2002:3), yaitu:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

14

a) Metode analisis horizontal (dinamis) adalah analisis dengan mengadakan

pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa

saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.

b) Metode analisis vertikal (statis) adalah apabila laporan keuangan yang

dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan

membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya dalam laporan

keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau

hasil operasi pada saat itu saja.

Munawir (2002:64) menyatakan rasio keuangan dapat menjelaskan atau memberi

gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi

keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan

dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. Salah satu rasio

keuangan yang sering digunakan untuk penganalisisan, yaitu profitabilitas.

2.1.4. Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu

diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Menurut (Husnan,

2001) Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas

merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa

mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan.

Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para

investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan dalam

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

15

menghasilkan laba dapat menarik investor dalam berinvestasi guna memperluas

usahanya. Sedangkan bagi perusahaan, profitabilitas dapat digunakan sebagai

evaluasi atas efektivitas pengelolaaan perusahaan tersebut.

Van Horne dan Wachowicz (2005:222) menyatakan bahwa rasio

profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukan profitabilitas

dalam kaitannya dengan penjualan dan profitabilitas dalam kaitannya dengan

investasi.

Brigham dan Houston (2010:146) menyatakan bahwa rasio profitabilitas

merupakan sekelompok rasio yang menunjukan kombinasi dari pengaruh

likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. Terdapat berbagai cara

untuk mengukur profitabilitas, yaitu:

1. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales)

Rasio ini mengukur laba bersih penjualan dihitung dengan membagi laba

bersih dengan penjualan.

Profit margin on sales = Laba bersih setelah pajak Penjualan bersih

2. Pengembalian atas total aset (Return On Asset)

Rasio ini dhitung dengan membagi laba bersih dengan total asset.

3. Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas merupakan perbandingan antara laba dengan total kekayaan yang

dimiliki perusahaan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

16

4. Return on Equity (ROE)

Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap modal sendiri.

Pada penelitian ini rasio yang akan digunakan adalah return on asset

(ROA). Menurut Tandelilin (2003:240) ROA menggambarkan sejauh mana

kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan untuk dapat menghasilkan laba.

Sedangkan menurut Kasmir (2012) dalam Nani Martikarini (2014) ROA adalah

rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas

profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam

menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

2.1.5. Return On Assets (ROA)

Menurut Kasmir (2010:201) adalah hasil pengembalian investasi atau

lebih dikenal dengan nama Return On Investment (ROI) atau Return On Total

Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang

digunakan dalam perusahaan. Menurut Munawir (2010:89) Return On Asset

adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat

mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang digunakan

untuk operasinya perusahaan untuk menghasilka laba. Sedangkan, menurut

Lukman Syamsuddin (2000:63) menyatakan bahwa return on asset adalah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

17

pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan

keuntungan dengan jalan keseluruhan aktiva yang tersedia.

Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat disimpulkan bahwa return

on asset adalah pengukuran kemampuan perusahaan dalam menggunakan

keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. ROI juga merupakan suatu ukuran

tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus yang

digunakan untuk menghitung rasio ini adalah :

2.1.6. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapar dihitung melalui

sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar atau aktiva

likuid. Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Aktiva lancar umumnya

meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Sedangkan kewajiban

lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang

kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama

gaji).

Rasio likiuditas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi

kewajiban (utang) jangka pendek tepat pada waktunya, termasuk melunasi bagian

utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan. Rasio ini terbagi

menjadi current ratio, quick ratio, dan cash ratio.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

18

1) Current Ratio

Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban

lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi

kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan

kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi

kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio yang rendah biasanya dianggap

menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio

yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana

menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan

(Sawir, 2009:28). Rumus untuk menghitung rasio ini adalah :

Current ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar

2) Quick Ratio

Rasio ini disebut juga acid test ratio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Perhitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar

dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva

lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta

menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditasi. Jadi rasio ini merupakan rasio

yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu

menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

19

umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik

kondisi perusahaan. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah :

Quick ratio = Aktiva lancar – Persediaan Hutang lancar

3) Cash Ratio

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat

menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen

kewajiban lancar tahun yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung rasio

ini adalah :

Cash ratio = Kas Hutang lancar

2.1.7. Rasio Solvabilitas

Menurut Hery (2015:190) menyatakan bahwa rasio solvabilitas atau

leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset

perusahaan dibiayai dengan utang. Dengan kata lain, rasio solvabilitas merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban utang yang harus

ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Menurut Supranoto

(1990:198) disebutkan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo.

Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang

menunjukan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar.

Kasmir (2012:151) menyebutkan bahwa rasio solvabilitas atau leverage

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

20

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiaya dengan hutang.

Rasio hutang atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang atau dengan kata

lain rasio ini menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai

dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan

dibandingkan dengan aktivanya. Perusahaan yang tidak memiliki leverage atau

rasio hutangnya bernilai nol, maka perusahaan beroperasi sepenuhnya dengan

menggunakan modal sendiri tanpa menggunakan hutang. Rumus untuk

menghitung rasio ini adalah :

Debt ratio= Total hutang Total aktiva

2.1.8. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan

setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak

perusahaaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini (Septia, 2015). Suatu

perusahaan mempunyai nilai yang baik jika mempunyai kinerja perusahaan yang

baik. Nilai saham juga dapat dilihat dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya

tinggi maka nilai perusahaannya juga baik. Tujuan utama dari nilai perusahaan

adalah memaksimalkan nilai kekayaan dari para pemegang saham karena dengan

nilai perusahaan yang tinggi akan menunjukan tingkat kemakmuran pemegang

saham juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

21

dengan kinerja perusahaan yang baik pada saat ini dan juga pada prospek

perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Husnan (2001:7) nilai perusahaan merupakan harga yang

bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Pada

dasarnya, membeli saham berarti membeli prospek perusahaan dimasa

mendatang. Oleh karena itu nilai perusahaan sangat penting bagi para investor

dalam menetapkan keputusan investasi. Terdapat indikator-indikator yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya, yaitu:

1. PER (Price Earning Ratio)

PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan

antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para

pemegang saham. Menurut Husnan (2001) secara fundamental rasio ini

diperhatikan oleh investor dalam memilih saham karena perusahaan yang

mempunyai nilai PER yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang tinggi

pula atas saham tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh

investor dan hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga

saham sebaliknya apabila perusahaan mempunyai PER yang rendah

menunjukkan nilai pasar yang rendah sehingga akan berdampak terhadap

penurunan harga saham.

Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah:

a. Tingkat pertumbuhan laba

b. Dividend Payout Ratio

c. Tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

22

2. PBV (Price Book Value)

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006) Rasio ini menujukan

berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan

oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan

kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik. PBV menunjukan

seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan.

Perusahaan yang berjalan baik umumnya mempunyai PBV diatas 1, yang

menunjukkan nilai pasar lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi

PBV semakin tinggi pula return saham. Semakin tinggi return saham akan

menambah pendapatan perusahaan sehingga meningkatkan kemampuan

perusahaan untuk membagikan dividen.

Nilai perusahaan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio

PBV. Price to Book Value (PBV) Merupakan pembagian harga pasar per lembar

saham dengan nilai buku per lembar saham. PBV merupakan rasio yang paling

banyak digunakan oleh investor. Bagi Investor yang kurang percaya terhadap

estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk

membandingkannya (Ningsih dan Indarti, 2012).

Menurut Weston dan Copelan (2008:244) pengukuran nilai perusahaan

terdiri dari:

a. Price Earning Ratio (PER)

PER adalah perbandingan antara harga saham perusahaan dengan earning

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

23

per share dalam saham. PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan

laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER,

maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh

sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. PER dapat dihitung dengan

rumus :

PER = Harga per lembar saham Laba per lembar saham

b. Price to Book Value (PBV)

mengambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu

perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek

perusahaan tersebut. PBV juga menunjukan seberapa jauh suatu

perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap

jumlah modal yang diinvestasikan. PBV dapat dihitung dengan rumus :

PBV = Harga per lembar saham Nilai buku per lembar saham

c. Tobin’s Q

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan

adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ini dikembangkan

oleh professor James Tobin (Weston dan Eugene, 2004). Rasio ini

merupakan konsep yang sangat berharga karena menunjukkan estimasi

pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar

investasi incremental. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio

nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.

Rumusnya sebagai berikut :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

24

q = (EMV + D) (EBV + D)

Keterangan:

q = nilai perusahaan

EMV (nilai pasar ekuitas) = closing price saham x jumlah

saham yang beredar

D = nilai buku dari total hutang

EBV = nilai buku dari total asset

2.1.9. Kebijakan Dividen

Dividen merupakan pembagian laba yang diperoleh perusahaan yang

dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dibagikan kepada

para pemegang saham sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh

masing-masing pemilik.

Kebijakan dividen merupakan kebijakan dari perusahaan untuk

membagikan dividen kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali

pada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning) untuk membiayai

investasi dimasa yang akan datang. Kebijakan dividen optimal adalah kebijakan

dividen yang menghasilkan keseimbangan antara dividen saat ini, pertumbuhan di

masa depan dan memaksimalkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston,

2011).

Turnip (2009) menyatakan bahwa tujuan dari kebijakan dalam pembagian

dividen yaitu:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

25

1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham,

karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga

saham.

2. Untuk menunjukkkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya

dividen, diharapkan kinerja perusahaan mampu menghadapi gejolak

ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.

3. Sebagian investor memandang bahwa resiko dividen adalah lebih

rendah dibanding resiko capital gain.

4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan

tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.

5. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan

pemegang saham.

Menurut Van Home dkk (2009:215) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen, faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Likuiditas perusahaan

Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang

harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan

besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.

Oleh karena itu, semakin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, maka

makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Hal ini berarti

bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek

kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, maka makin tinggi rasio

pembayaran dividennya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

26

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan

diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian

besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Hal ini berarti bahwa

hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earnings yang dapat

dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain, perusahaan harus

menetapkan dividend payout ratio yang rendah.

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin besar

kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.

Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk membiayai

pertumbuhannya, maka perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk

menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para

pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini

berarti bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, maka

semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar

bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti

semakin rendah dividend payout ratio nya.

4. Peluang ke pasar modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, mempunyai

catatan profitabilitas dan stabilitas data. Hal ini merupakan peluang besar

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

27

untuk masuk ke pasar modal dan bentuk pembiayaan-pembiayaan

eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan yang baru atau bersifat coba-coba

akan lebih banyak resiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan

perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar

modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih

banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi, perusahaan yang sudah

mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran yang lebih tinggi

daripada perusahaan kecil atau baru.

5. Pengawasan dana yang berasal dari internal perusahaan

Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai

ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan

tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansinya

dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan

melemahkan control dari kelompok dominan didalam perusahaan.

Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan hutang akan

memperbesar resiko finansialnya. Mempercatakan pada pembelanjaan

intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan,

berarti mengurangi dividend payout ratio.

Jadi, pada dasarnya kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan

pembagian pendapatan. Perusahaan yang berhasil pasti meraih laba. Laba tersebut

kemudian dapat diinvestasikan kembali dalam aktiva operasi, digunakan untuk

membeli sekuritas, melunasi utang atau dibagikan kepada pemegang saham.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

28

2.1.10. Rasio pembayaran dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan

pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)

menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin

besar laba ditahan, maka semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk

pembayaran dividen. Menurut Sartono (2008:491) menyatakan bahwa rasio

pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk

dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total

laba yang tersedia bagi pemegang saham.

Dividen merupakan pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang

saham yang dibayarkan dalam bentuk uang (dividen cash) dan atau saham

(dividen stock), yang besarnya akan ditetapkan berdasarkan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). Apabila dividen yang dibagikan perusahaan berupa

dividen stock, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah

saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian

dividen saham tersebut. Namun, apabila yang diberikan adalah dividen cashnya,

maka pemegang saham memperoleh laba yang dibagikan per lembar saham atau

Dividen Per Share atas kepemilikan yang mereka miliki.

Dividend Per Share (DPS) adalah pembagian laba perusahaan kepada para

pemegang saham yang besarnya sebanding dengan jumlah lembar saham yang

dimiliki. Dividend Per Share (DPS) merupakan total semua dividen tunai yang

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

29

Earning After Tax

Jumlah Saham Beredar

dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar (Intan, 2009).

Informasi mengenai dividen per share sangat diperlukan untuk mengetahui berapa

besar keuntungan setiap lembar saham yang akan diterima oleh para pemegang

saham. Jika dividen per share yang diterima naik maka akan mempengaruhi harga

saham di pasar modal. Karena dengan naiknya dividen per share kemungkinan

besar akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan

banyaknya saham yang dibeli maka harga saham suatu perusahaan akan naik di

pasar modal. Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus:

DPS = Dividen Tunai Yang Dibagikan Perusahaan x 100%

Sedangkan, menurut Sutrisno (2009) dividend payout ratio adalah

prosentase laba yang dibagikan sebagai dividen, dimana semakin besar dividend

payout ratio, maka semakin kecil porsi dana yang tersedia untuk ditanamkan

kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. Secara matematis dividend payout

ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

DPR = Dividen Yang Dibagikan

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang perataan laba diantaranya adalah Mahaputra

dan Wirawati (2013) yang berjudul Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow, dan

Investment Opportunity Set terhadap Dividend Pay Out Ratio. Hasil analisis

menunjukkan bahwa variabel independen Profitabilitas (ROA) berpengaruh

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

30

positif dan signifikan terhadap Diviend Pay Out Ratio, sedangkan variabel Free

Cash Flow dan Investment Opportunity Set tidak berpengaruh terhadap Dividend

Pay Out Ratio.

Lopulusi (2013) yang berjudul Pengaruh Likuiditas, ukuran utang,

pertumbuhan perusahaan dan free cash flow terhadap kebijakan dividen.

Penelitian ini meliputi variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran, utang,

pertumbuhan, dan free cash flow. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel profitabilitas menunjukkan pengaruh negatif, tetapi tidak signifikan

terhadap kebijakan dividen.

Bagita dan Sihar Tambun (2016) yang berjudul Pengaruh Good Corporate

Governance (GCG) dan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Hasil penelitian yakni

GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kinerja keuangan

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, GCG

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, kinerja keuangan perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, GCG tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen, dan

kinerja keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

melalui kebijakan dividen.

Prisilia Karauan, Sri Murni, dan Joy Tulung (2017) yang berjudul

Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Bank

BUMN Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan berupa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

31

Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets

(ROA), Return On Equity (ROE) terhadap kebijakan dividen pada bank bumn

yang terdaftar di bursa efek indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahawa

Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets

(ROA), Return On Equity (ROE) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

Deviden Payout Ratio (DPR) pada Bank BUMN. Secara parsial Loan to Deposit

Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR),

secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan

terhadap Deviden Payout Ratio (DPR), secara parsial Return On Assets (ROA)

tidak berpengaruh signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR), secara parsial

Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhjadap Deviden Payout

Ratio (DPR).

Maya Puspita Sari (2018) yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Penjualan

Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa

pertumbuhan penjualan dan rasio leverage berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan dividen, rasio profitabilitas berpengaruh positif signifikan

terhadap kebijakan dividen, dan rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan dividen.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Hasil 1 Mahaputra dan

Wirawati (2013)

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow, dan Investment Opportunity Set

X : Profitabilitas,

Free Cash Flow,dan Investment

Variabel independen Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Diviend Pay Out Ratio,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

32

terhadap Dividend Pay Out Ratio

Opportunity Set. Y: Dividend Pay Out Ratio

sedangkan variabel Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set tidak berpengaruh terhadap Dividend Pay Out Ratio.

2 Lopulusi (2013)

Pengaruh Likuiditas, ukuran utang, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow terhadap kebijakan dividen.

X : Likuiditas, ukuran utang, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow.

Y : kebijakan dividen.

Variabel profitabilitas menunjukkan pengaruh negatif, tetapi tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

3 Bagita dan Sihar Tambun (2016)

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening

X : Good Corporate Governance (GCG) dan Kinerja Keuangan Perusahaan

Y : Nilai Perusahaan.

Z : Kebijakan Dividen

GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kinerja keuangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, GCG berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, kinerja keuangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen, dan kinerja keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen.

4 Prisilia Karauan, Sri Murni, dan Joy Tulung (2017)

Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kebijakan

X : Kinerja Keuangan Perusahaan

Y : Kebijakan

Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

33

Dividen Pada Bank BUMN Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

Dividen

(ROA), Return On Equity (ROE) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR) pada Bank BUMN. Secara parsial Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR), secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR), secara parsial Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR), secara parsial Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhjadap Deviden Payout Ratio (DPR).

5 Maya Puspita Sari (2018)

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Dan Kinerja Keuangan PerusahaanTerhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

X : Pertumbuhan Penjualan Dan Kinerja Keuangan Perusahaan

Y : Kebijakan Dividen

Pertumbuhan penjualan dan rasio leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, rasio profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen, dan rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

34

2.3. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Konseptual

2.3.1. Kinerja Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen

Profitabilitas dapat digunakan sebagai informasi bagi pemegang saham

untuk melihat keuntungan yang benarbenar diterima dalam bentuk dividen.

Investor menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar perubahan

nilai atas saham yang dimiliki. Kreditor menggunakan profitabilitas untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar pokok dan bunga pinjaman

bagi kreditor.

ROA merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk

menghitung tingkat profitabilitas suatu perusahaan (Asnawi dan Wijaya,

2015:27). Rasio ini juga digunakan untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi

manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva yang menunjukan

kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva perusahaan.

Menurut Teori bird in the hand menyatakan bahwa laba tahun berjalan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen saat ini

selain dividen tahun sebelumnya dan Profitabilitas adalah metode mengukur

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba (Astuti,2004). Jika

perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka laba yang

diperoleh perusahaan juga tinggi dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk

dibagikan kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar

laba yang tersedia bagi pemegang saham, maka pembayaran dividen kepada

pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

35

(Darminto, 2008). Hasil penelitian Mahaputra dan Wirawati (2013) menunjukkan

bahwa variabel independen Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR) pada Bank BUMN. Berdasarkan

uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan, yaitu

H1: Kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2.3.2. Nilai Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan

setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun (Septia, 2015:9).

Tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan para

pemegang saham, yang berarti meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan

ukuran nilai objektif oleh publik dan orientasi pada kelangsungan hidup

perusahaan (Harmono, 2014:1).

Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar.

Berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan

refleksi penilaian oleh public terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan

secara riil karena terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik

kestabilan kekuatan permintaan dan penawaran harga antara pihak emiten dan

investor. Sementara itu, Rika Susanti (2010) menyatakan bahwa nilai sebuah

perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham

perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi

disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pada bursa efek dianggap cerminan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bird in The …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4849/3/BAB 2.pdf · 2019. 2. 21. · 11 . BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Landasan

36

H1

H2

nilai asset perusahaan sesungguhnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ria Esana dan Ari Darmawan (2017) menyimpulkan bahwa variabel

kebijakan dividen memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan

arah hubungan positif . Hasil tersebut memperkuat hasil penelitian yang dilakukan

oleh Utomo (2009) dan Sitepu (2015), Sehingga, berdasarkan uraian di atas, maka

hipotesis yang diajukan, yaitu

H2: Nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Gambar 2.1.Kerangka Konseptual Penelitian

Kinerja Perusahaan (X1)

Kebijakan Dividen (Y)

Nilai Perusahaan (X2)