bab ii diperlukan teori-teori yang mendukung untuk...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Diperlukan teori-teori yang mendukung untuk mempermudah dalam
menjawab rumusan masalah yang sudah ada pada bab sebelumnya. Terkait
dengan kurikulum 2013, pada proses pembelajarannya diharuskan untuk
menggunakan pendekatan saintifik. Tahapan pada pendekatan saintifik meliputi
proses mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pada
tahapan tersebut akan dianalisis kesulitannya ketika dilakukan pada pembelajaran
matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual 2.1, dapat dijelaskan bahwa
pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Terdapat
KURIKULUM 2013
PENDEKATAN
SAINTIFIK
Mengkomuni
kasikan
Menalar Mencoba Menanya Mengamati
Kesulitan siswa dalam tahapan saintifik
Faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan dalam tahapan saintifik
7
tahapan-tahapan dalam pendekatan saintifik, seperti: mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Kesulitan siswa dalam tahapan
saintifik pada pembelajaran matematika di SMPN 11 Malang menjadi
permasalahan yang ingin digali lebih dalam untuk dicari bagaimana kesulitan
siswa dalam tahapan saintifik dan faktor apa yang membuat siswa mengalami
kesulitan dalam tahapan saintifik.
2.1 Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang ada
didalam kurikulum 2013 dan disarankan oleh pemerintah (Kemendikbud 2013)
untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Hosnan (2014) menyatakan bahwa
pembelajaran saintifik memiliki karakteristik yaitu (1) berpusat pada siswa, (2)
melibatkan keterampilan proses ilmiah dalam mengkontruksi konsep, hukum atau
prinsip, (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
intelek khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi, (4) dapat mengembangkan
karakter siswa.
Menurut Piaget, setiap individu akan mengalami tingkat-tingkat
perkembangan kognitif selalu tetap, dan tidak melompat atau mundur, hal ini
dikarenakan adanya penyesuaian diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berpikir. Dijelaskan lebih lanjut lagi oleh Piaget bahwa
setiap individu semenjak tumbuh mulai dilahirkan hingga dewasa mengalami
empat tingkatan perkembangan kognitif yaitu sensori motor (0-2 tahun), pra-
operasional (2-7 tahun), operasi konkrit (7-11 tahun), dan operasi formal (11
tahun ke atas).
8
Berdasarkan teori tersebut siswa SMP dengan usia antara 12-14 tahun
berada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini siswa sudah dapat berpikir
abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu, menalar secara logis dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Hal ini tentu sesusai dengan
tujuan pemberian materi matemtika di tingkat SMP yang dinyatakan secara
khusus dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Peraturan dari Kemendikbud nomor 81A tahun 2013 menjelaskan bahwa
tahapan dalam pendekatan ilmiah terdiri dari mengamati, menanya, mencoba,
9
menalar dan mengkomunikasikan. Adapun deskripsi langkah-langkah proses
pembelajaran dalam pendekatan saintifik sebagai berikut.
Tabel 2.1 Deskripsi Langkah Pembelajaran Menurut Kemendikbud
Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Mengamati (observing)
Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
Menanya (questioning)
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Mencoba (experimenting)
Melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas, wawancara dengan nara sumber
Menalar (associating)
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan /eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi, Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
Mengkomunikasikan (communication)
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
(Sumber :Permendikbud, 2013)
Sedangkan menurut Deden (2015) berpendapat bahwa pendekatan saintifik
adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati
(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar
(associating) dan mengkomunikasikan (communication).
10
Tabel 2.2 Deskripsi Langkah Pembelajaran Langkah Pembelajaran Deskripsi Langkah Pembelajaran
Mengamati (observing)
Siswa diajak untuk mengamati dengan indra seperti melihat, membaca, mendengar, menyimak, menonton dan sebagainya terkait dengan materi yang diajarkan dengan atau tanpa alat
Menanya (questioning)
Siswa diajak untuk membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi
Mencoba (experimenting)
Siswa diajak untuk mencoba mengerjakan persoalan dengan berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain sebagai buku teks,
Menalar (associating)
Siswa diajak untuk mengelola informasi yang sudah dikumpulkan, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola dan kemudian menyimpulkan
Mengkomunikasikan (communication)
Siswa diajak untuk menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik. Kemudian menyusun laporan tertulis dan menyajikan laporan melalui proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan
(Sumber: Deden, 2015)
Adapun penjelasan langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik sebagai berikut. Pada tahapan awal, siswa diajak untuk
mengamati permasalahan yang ada. Proses mengamati dapat dilakukan untuk
semua mata pelajaran termasuk matematika. Untuk siswa SMP, mengamati
bukanlah menjadi hal yang baru lagi. Hal tersebut dikarenakan proses mengamati
sudah dilakukan oleh siswa ketika masih disekolah dasar. Proses berlanjut dengan
siswa menggali informasi dari permasalahan tersebut dan akan diolah sekaligus
disimpannya menjadi sebuah pemahaman konsep.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pemahaman yang diperoleh, siswa
diharapkan dapat mengajukan pertanyaan pada tahapan kedua dan jawaban dari
pertanyaan tersebut akan disimpannya dan disusun kembali menjadi sebuah
pemahaman baru. Bagi siswa SMP, menanya bukan hal yang mudah untuk
dilakukan sehingga dalam hal ini guru harus lebih kreatif lagi untuk membuat
siswa berani bertanya. Pada tahapan ketiga siswa diajak untuk mencoba
11
mengerjakan latihan baik secara mandiri maupun kelompok. Pada pembelajaran
matematika proses mencoba ini menjadi hal yang penting dilakukan, sehingga
siswa mengerti dan memahami konsep matematika yang ada.
Selanjutnya pada tahapan keempat siswa diajak untuk menalar dari kasus
yang tidak jauh dari permasalahan yang diamati. Saat menalar siswa diharapkan
mampu menggunakan pemahaman yang sudah dipahaminya. Proses menalar ini
menjadi hal yang baru untuk anak SMP, sehingga guru harus selalu mendampingi
dan memberikan arahan kepada siswa. Tahapan kelima yaitu siswa diajak untuk
menyimpulkan dan menyampaikan dari apa yang sudah diamati, dipahami dan
dipelajari. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik
adalah pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan tahapan
terurut didalamnya yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan.
2.2 Kesulitan Siswa dalam Tahapan Saintifik
Menurut Mulyadi (2010) kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan,
sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya. Di setiap
sekolah dari berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang mengalami
kesulitan pada saat pembelajaran. Seperti kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa SMP yang secara perkembangan kognitif mengalami perubahan dari
operasional konkret menjadi operasional formal.
Abdurrahman (2009) mengemukakan secara garis besar bahwa kesulitan
belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Pada penelitian ini
kesulitan yang diambil adalah kesulitan belajar yang berhubungan dengan
12
perkembangan yang mencakup kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan
belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
Kumalasari (2013) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah hambatan
atau masalah yang dihadapi seseorang siswa atau sekelompok siswa dalam belajar
yang disebabkan oleh suatu hal yang datang dari dalam maupun luar siswa yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Hal yang sama pun diungkapkan oleh
Rahman (2014) bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang
ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam proses belajar sehingga tidak bisa
mencapai tujuan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan kondisi dimana seseorang mengalami hambatan baik dari dalam diri
maupun dari luar sehingga tidak bisa mencapai tujuan belajar.
Kesulitan belajar sering dialami siswa pada saat belajar matematika.
Karakteristik matematika yang abstrak dan sistematis menjadi salah satu alasan
sulitnya siswa mempelajari matematika serta menjadikan mereka kurang berminat
dalam mempelajarinya, dan melabeli matematika sebagai pelajaran yang sulit,
menakutkan dan membosankan (Harahap, 2015). Menurut Darjiani (2015)
kesulitan belajar matematika dapat dikatakan sebagai suatu kondisi dalam
pembelajaran yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam
mencapai hasil belajar matematika sesuai dengan potensi atau kemampaun yang
dimiliki oleh siswa.
Tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum 2013 (Kemendikbud,
2013) yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran
yaitu dengan menggunakan pendekatan saintifik (ilmiah), kegiatan yang harus
dilakukan agar pembelajaran bermakna yaitu mengamati, menanya, mencoba,
13
menalar dan mengkomunikasikan. Namun menurut Soedjadi (2000) kemampuan
yang diharapkan dengan menggunakan pendekatan saintifik itu tidak dapat
terwujud apabila hanya mengandalkan proses pembelajaran yang selama ini
terbiasa ada di sekolah kita, seperti mengajarkan dengan diajari
teori/definisi/teorema, kemudian diberikan contoh-contoh dan terakhir diberikan
latihan soal. Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan kesulitan belajar
pada tulisan ini yaitu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan baik dari
dalam diri maupun dari luar sehingga tidak bisa mencapai tujuan belajar
matematika dalam tahapan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan.
2.2.1 Mengamati
Pada pembelajaran matematika proses mengamati merupakan hal yang
penting dalam proses pembelajaran sehingga siswa bisa memahami konsep
matematika dengan benar. Kegiatan mengamati bisa seperti menyimak penjelasan
guru, membaca dan memahami permasalahan yang diberikan. Kusumabangsa
(2016) berpendapat bahwa siswa akan lebih mudah memahami materi dengan
melakukan kegiatan, praktek, dan mengerjakan sesuatu dari pada mendengarkan
penjelasan dari guru. Mereka juga merasa lebih tersiksa kalau harus duduk dan
memperhatikan guru dalam jangka waktu yang cukup lama. Sehingga mereka
akan mudah bosan dan mencari aktivitas lain untuk mengusir kejenuhannya.
2.2.2 Menanya
Kegiatan menanya secara mendasar adalah keingintahuan (curiosity)
dalam diri siswa harus dibangkitkan. Pada siswa SMP kegiatan bertanya masih
menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Tidak semua siswa SMP memiliki
14
keberanian untuk bertanya dan motivasi bertanya siswa untuk bertanya pun masih
tergolong rendah. (Cahyani, 2015) berpendapat bahwa terdapat banyak tekanan
yang memaksa siswa untuk tidak bertanya, biasanya rasa malu, takut, rendah diri,
dan ketidakpedulian merupakan faktor-faktor yang banyak dijumpai terkait
kepasifan siswa dalam bertanya di kelas.
Kegiatan menanya bisa dilakukan secara tertulis maupun lisan. dua
komunikasi tersebut memiliki perannya masing-masing dalam pembelajarna
matematika. Kegiatan menanya secara lisan pada matematika memang
mempunyai kesulitan tersendiri. Kesulitan tersebut seperti keterbatasan bahasa
lisan untuk mendeskripsikan gambar atau simbol.
2.2.3 Mencoba
Kesulitan yang dijumpai dalam tahapan mencoba adalah saat mengalami
kesulitan belajar, mereka jarang bertanya pada guru atau teman yang dianggap
lebih memahami, mereka lebih suka menyalin jawaban teman daripada bertanya
mengenai hal – hal yang belum mereka ketahui (Kusumabangsa, 2016). Mereka
cenderung tidak peduli memahami materi atau tidak. Selain itu kesulitan lain yang
dijumpai dalam tahapan mencoba adalah membutuhkan waktu yang lama dalam
menemukan jawaban. Pada kegiatan mencoba ini dibutuhkan sifat ketelitian dan
kehati-hatian dalam melakukan percobaan. Pada anak SMP tak jarang siswa yang
kurang teliti dan kurang berhati-hati dan cepat putus asa.
Selain itu kesulitan kegiatan mencoba pada pembelajaran matematika
disebabkan karena kurang pahamnya siswa terhadap konsep matematika dan juga
karena guru yang kurang mempersiapkan penjajian materi pelajaran dengan
mengaitkan pada setiap fenomena yang ada.
15
2.2.4 Menalar
Menalar merupakan kegiatan mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan untuk memperoleh simpulan. Pada kegiatan menalar ini dibutuhkan
keterampilan siswa untuk berpikir induktif dan deduktif sehingga memudahkan
untuk menarik kesimpulan. Bagi siswa SMP Kemampuan berpikir induktif dan
deduktif tersebut yang menjadi kesulitan dalam belajar sehingga siswa harus
sering dilatih untuk berpikir secara induktif dan deduktif.
Para siswa juga masih terdapat kesulitan dalam menyimpulkan suatu
informasi. Kompetensi dasar yang sebenarnya ringan namun terkadang menjadi
sulit bagi siswa adalah ketika menyimpulkan isi berita atau teks, menyimpulkan
gagasan, menemukan informasi dari tabel, dan menemukan gagasan pada teks.
(Wuryani, 2014). Martini (2014) juga menambahkan bahwa siswa tidak mampu
menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kenyataan yang ada.
2.2.5 Mengkomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
Pendekatan dan Strategi Pembelajaran disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.Kegiatan
mengkomunikasikan bagi siswa SMP merupakan hal baru.
Kesulitan yang dihadapi pada kegiatan ini adalah tidak semua siswa berani
menyampaikan ide gagasan atau hasil penemuannya dan tidak semua siswa juga
pandai dalam menyampaikan informasi. Martini (2014) berpendapat bahwa
kesulitan kegiatan mengkomunikasikan pada pembelajaran matematika bisa juga
disebabkan karena kurang pahamnya siswa SMP pada simbol-simbol matematika
16
dan terbatasnya bahasa yang dikuasai oleh siswa SMP dalam mendeskripsikan
gambar atau simbol-simbol.
Karakteristik siswa yang mengalami kesulitan menurut Slameto (2003)
antara lain (1) Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar, (2) menunjukkan
sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain,
(3) menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar dalam Tahapan
Saintifik
Menurut Caryono (2012) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa
dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Adapun pendapat mengenai
faktor internal dari Krisdiana (2013) mengenai penyebab kesulitan siswa dalam
tahapan saintifik adalah siswa jarang melakukan pengamatan dan percobaan,
perilaku siswa yang cenderung acuh tak acuh dengan pembelajaran yang sedang
berlangsung, siswa kurang menyukai pelajaran matematika Hal ini selain
dikarenakan matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami,
Pendapat lain juga dikemukaan oleh Kusumabangsa (2016) bahwa penyebab
kesulitan yang dialami oleh siswa karena motivasi belajar yang rendah, kebiasaan
belajar yang lebih suka berbicara dengan teman saat pembelajaran, minat belajar
yang kurang dan cepat putus asa.
Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan munculnya kesulitan siswa
dalam tahapan saintifik pada pembelajaran matematika diungkapkan oleh
Kusumabangsa (2016) antara lain adalah Suasana lingkungan di sekitar sekolah
menimbulkan ketidaknyamanan belajar siswa, Siswa mengalami kesulitan dalam
17
memahami isi, contoh-contoh dan bahasa dalam buku teks. Pendapat lain juga
diutarakan oleh Krisdiana (2013) yang mengatakan bahwa penyebab kesulitan
guru dalam tahapan saintifik antara lain Guru kurang mampu melakukan proses
pembelajaran yang membuat siswa ingin melakukan pengamatan dan eksperimen.
Sedangkan menurut Slameto (2003) mengatakan penyebab kesulitan
dikarenakan (1) buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan
perbedaan individu, (2) terlalu sering pindah sekolah atau tinggal kelas, (3) terlalu
berat beban belajar (siswa), (4) ketidaksesuaian sistem pengajaran, (5) terlalu
besar populasi siswa dalam kelas, (6) terlalu banyak menuntut kegiatan diluar, (7)
Pengaruh kelompok pergaulan yang tidak edukatif dan merusak moral siswa.
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk menunjang penelitian lebih lanjut mengenai kesulitan siswa dalam
tahapan saintifik, digunakan jurnal dan makalah sebagai dasar kajian penelitian
yang relevan.
a. Pramudya (2016)
Jurnal dengan judul “Analisis kesulitan belajar siswa kelas VIII Dalam
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Di SMPN
15 Yogyakarta” ini dilatarbelakangi dengan kesulitan siswa ketika proses
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian yang dilakukan oleh
penulis lebih terfokus kepada tahapan saintifik seperti proses mengamati,
menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Jenis penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan teknik
pengumpulan data, penulis melakukan observasi pada proses pembelajaran,
18
observasi aktivitas guru dan siswa, memberikan angket kepada guru dan siswa
dan melakukan wawancara kepada guru dan siswa.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Pramudya menunjukkan
bahwa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam Pembelajaran Matematika
dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Di SMPN 15 Yogyakarta seperti
kesulitan dalam memahami, kesulitan dalam menanyakan persoalan, kesulitan
dalam mencoba terkait materi persoalan, kesulitan dalam menyimpulkan dan
mengkomunikasikan materi telasi dan fungsi. Sedangkan faktor-faktor
penyebabnya dikarenakan guru kurang mengarahkan siswa untuk bertanya,
gangguan bahasa, kurangnya kesadaran siswa dalam belajar, takut bertanya dan
mengalami gangguan penalaran.
b. Wulandari (2015)
Adapun penelitian yang lain juga dikemukakan oleh wulandari dalam karya
tulisnya yang berjudul “Pengaruh pendekatan saintifik terhadap keaktifan siswa
dalam pembelajaran ipa kelas iv di sd muhammadiyah pendowoharjo, bantul,
yogyakarta” yang ingin mengatahui keaktifan siswa dengan menerapkan
pendekatan saintifik. Hasil penelitian dari yang dilakukan oleh Wulandari
tersebut, pada awal pertemuan guru memberikan beberapa pertanyaan dan
menyuruh siswa untuk menjawab dengan mengangkat tangan terlebih dahulu.
Pada kegiatan tersebut banyak siswa yang mengangkat tangan dan ingin
menjawab.
Siswa juga diajak untuk mengamati lingkungan sekitar maupun gambar-
gambar untuk merangsang rasa ingin tahu siswa lebih banyak terhadap peristiwa-
peristiwa yang dekat dengan mereka. Ketika guru memberi kesempatan pada siapa
19
yang ingin presentasi hasil diskusi masing-masing kelompok, siswa langsung
saling melempar tugas tersebut kepada siswa lain. Siswa kurang berani untuk
mengemukakan apa yang sudah mereka diskusikan. Akhirnya karena terlalu lama
menunggu, guru terpaksa menunjuk salah satu dari anggota setiap kelompok
untuk presentasi secara bergantian.
Hasil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Wulandari adalaha
bahwa penerapan pendekatan saintifik mempunyai pengaruh positif terhadap
keaktifan siswa dibandingkan pembelajaran metode ceramah, diskusi, dan
mengerjakan soal seperti yang biasa dilakukan oleh guru karena kegiatan-kegiatan
pembelajaran dalam penerapan pendekatan saintifik siswa terlibat secara langsung
dalam setiap kegiatan. Kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
eksperimen, menganalisis, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan semuanya
memberi kesempatan siswa untuk belajar menemukan sendiri pengetahuan baru.
c. Rahmawati (2014)
Tujuan peneliti melakukan penelitian “Analisis proses pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) matematika dengan pendekatan ilmiah
(scientific approach ) di SMA Negeri 1 Jogorogo Kelas x tahun pelajaran 2013 /
2014 kabupaten Ngawi” adalah untuk mengetahui proses pembelajaran berbasis
masalah dengan pendekatan saintifik dan dan juga kendala yang dihadapi.
Berdasarkan pembahasan pada hasil penelitian Rahmawati diketahui bahwa
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan ilmiah sesuai
Kurikulum 2013 di kelas X IPA1 masih belum bisa dilaksanakan dengan baik hal
ini terlihat pada tahapan atau indikator yang terdapat dalam kegiatan 5M yaitu
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan
20
mengkomunikasikan belum bisa dicapai. Pada tahap kedua yaitu menanya siswa
masih kesulitan melaksanakan indikator-indikator didalammnya. Hal tersebut
terjadi karena kendala dari siswa sendiri yang masih kesulitan merumuskan atau
membuat pertanyaan terkait dengan permasalahan yang diberikan. Kendala lain
yang dialami siswa yakni kurangnya motivasi dan minat dalam mengikuti
pembelajaran matematika, hal tersebut dilihat dari kurangnya respon aktif siswa
selama pembelajaran berlangsung karena matematika berada pada jam terakhir.