bab i.doc

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya semakin banyak dan semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik. Bahkan setiap warga negara diharapkan agar terus belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor prioritas yang perlu dibangun dan ditingkatkan mutunya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta 1

Upload: christal-morris

Post on 16-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND

PAGE 8

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya semakin banyak dan semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik. Bahkan setiap warga negara diharapkan agar terus belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor prioritas yang perlu dibangun dan ditingkatkan mutunya.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Trianto, 2010 :1)

Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Untuk meningkatkan potensi anak didik secara aktif. Banyak cabang ilmu pengetahuan yang diperkenalkan, salah satunya adalah ilmu fisika. Ilmu dasar fisika sudah dipelajari di sekolah menengah pertama yang dikelompokkan pada mata pelajaran IPA terpadu, sedangkan di sekolah menengah atas, fisika adalah mata pelajaran itu sendiri.

Fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mengembangkan tekhnologi masa depan. Akan tetapi, ketidak tertarikan siswa pada mata pelajaran fisika menyebabkan mereka tidak berminat untuk belajar fisika padahal, fisika adalah pelajaran yang sangat menarik jika siswa memahami manfaat dari fisika. Suparno, Paul mengatakan bahwa: Siswa yang tidak tertarik atau benci pada fisika, biasanya kurang berminat untuk belajar fisika dan kurang memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang baru. Mereka bahkan tidak mau mendengarkan gurunya menjelaskan fisika. Mereka juga tidak mau mempelajari sendiri bahan-bahan fisika dari buku dengan sungguh-sungguh. Dengan melihat inilah maka peneliti ingin melihat bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan cara model pembelajaran kooperatif, apakah dengan ini kemampuan berpikir siswa dapat meningkat dalam belajar fisika.

Dari tingkat keberhasilan belajar dapat dilihat dari proses pembelajaran siswa, guru dituntut harus mampu menciptakan suasana belajar kondutif dan menyenangkan, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 22 Nopember 2010 dengan ibu Dra. Khairani Hendri Lubis salah satu guru fisika di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan dapat disimpulkan bahwa:

1. Cara mengajar yang sering diterapkan di kelas adalah menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dan siswa mendengarkannya, setelah selesai menjelaskan kemudian menyuruh siswa untuk bertanya bagaimana yang kurang dipahami dan mendiskusikannya.

2. Kemampuan berpikir siswa masih kurang disamping pengetahuan siswa yang terbatas juga kesadaran belajar yang masih rendah.

Selain wawancara penulis memberikan tes diagnostik (tes awal) pada siswa Kelas X-4 yang diuji cobakan pada materi gerak lurus. Adapun kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan berdasarkan MGMP mata pelajaran fisika di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan yaitu 65. Dimana siswa yang memperoleh kualifikasi nilai sangat baik dengan patokan nilai (dari mean) 75,23 ke atas hanya 3 orang siswa, kualifikasi nilai baik dengan patokan nilai (dari mean) 58,76 s/d 75,23 hanya 5 orang siswa, kualifikasi nilai cukup dengan patokan nilai (dari mean) 42,3 s/d 58,76 sebanyak 12 orang siswa, kualifikasi nilai kurang dengan patokan nilai (dari mean) 25,83 s/d 42,3 sebanyak 15 orang siswa, dan kualifikasi nilai sangat kurang dengan patokan nilai (dari mean) 25,83 kebawah tidak ada. Berdasarkan fakta ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang selama ini di pakai guru dalam proses belajar mengajar masih berpusat pada guru.

Oleh karena itu untuk memperjelas fakta di lapangan peneliti juga memperoleh lembar observasi kemampuan berpikir siswa selama proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 Oktober 2010 di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan dengan kriteria 32,5% (kurang), selain dari lembar observasi kemampuan berpikir siswa peneliti juga memperoleh kenyataan di lapangan bahwa mengenai interaksi sosial di sekolah khususnya di Kelas X masih sangat kurang.

Untuk menyikapi masalah di atas, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh guru untuk menggunakan model pembelajaran yang membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan sehingga mampu memotivasi siswa untuk belajar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dikemukakan bahwa: pembelajaran kooperatif dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas: kelas khusus anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, kelas dengan tingkat kecerdasan rata-rata, dan sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan, pembelajaran kooperatid sangat kondusif untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari belakang etnik dan agama yang berbeda, dan antara siswa yang terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.

Menurut Suhadi:Model pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan pembelajaran. Tujuan yang pertama yaitu meningkatkan hasil belajar akademik dimana siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Pata pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Tujuan kedua yaitu pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Ketetrampilan ini penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain.(Suhadi, 2010: 7)Sebagaimana tujuan utama pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah:

Untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan bermanfaat. Disaat semua lembaga pendidikan sedang bersaing untuk memacu prestasi anak didiknya dan ditengah senternya isu pluralisme seperti saat ini, pembelajaran kooperatif menjadi semakin tinggi.

(Robert E. Slavin, 2005 :1)

Umumnya beberapa penelitian yang pernah dilakukan hanya untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar dan bukan melihat kemampuan berpikir siswa dalam proses belajar itu sendiri. Karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa untuk belajar fisika 2. Model pembelajaran masih berpusat pada guru3. Kemampuan berpikir siswa masih kurang.

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan dana dan waktu dan pengetahuan yang penulis miliki serta agar terpusat pembahasan penelitian ini maka penulis membatasi permasalahan yang diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian ini di Kelas X-4 SMA Negeri 6 Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2010-2011.2. Materi yang diteliti berpokus kepada pokok bahasan gerak lurus.

3. Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composistion) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uaian pembahasan masalah yang penulis jabarkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa terutama pada materi gerak lurus fisika?

2. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian untuk melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa terutama pada materi gerak lurus fisika.

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat diantaranya:

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa terutama pada materi pokok gerak lurus fisika

b. Mengatasi kejenuhan yang biasaya dialami siswa ketika belajar.

c. Melatih keaktifan siswa saat proses belajar mengajar di kelas.

2. Bagi Guru

a. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada materi lain.

3. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas.

G. Defenisi Operasional

1. Kemampuan berpikir merupakan berhubungan erat dengan ranah kognitif yang termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaflikasikan, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/ciri-ciri-dan-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/ 06 Juni 20112. Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam turorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran.(Trianto, 2010:51)

3. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan program kompreshif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah.

(Robert, E Slavin, 2008: 16)

1

PAGE