bab i pendahuluan 1.1 latar belakang seiring dengan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman, keberadaan pasar tradisional
mulai tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern. Bisnis
eceran atau biasa disebut dengan pedagang eceran semakin terasa
keberadaannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Berbagai macam
pusat perbelanjaan eceran bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran
yang menyebabkan persaingan dalam dunia ritel semakin ketat. Beberapa
contoh bentuk pusat perbelanjaan eceran yang meramaikan dunia ritel
diantaranya adalah minimarket, convenience store, supermarket dan
hipermarket.
Persaingan yang ketat di bisnis ritel, juga disebabkan dengan semakin
banyaknya bisnis ritel luar negeri yang memasuki pasar domestik. Masuknya
bisnis ritel dari luar negeri yang dikelola secara profesional menuntut bisnis
ritel domestik untuk dikelola secara profesional pula agar mampu bersaing
dalam melayani konsumen. Realitas kompetitifnya adalah pusat-pusat
perbelanjaan harus bekerja sekeras mungkin untuk menarik konsumen dari
pusat perbelanjaan lain. Oleh karena itu diperlukan strategi jitu untuk merebut
hati konsumen dengan terus menerus memperhatikan kepuasan dan loyalitas
pelanggannya (Javalgi dalam Bloemer dan Schroder, 2002).
Meningkatnya persaingan dan tuntutan konsumen atas pelayanan yang
berkualitas, mengharuskan pelaku bisnis ritel untuk mengubah kebijakan dan
perspektif terhadap konsumennya (Julita, 2001). Pertanyaan yang harus
dijawab oleh manajemen adalah apakah berorientasi pada peningkatan
penjualan dengan menarik konsumen baru atau berorientasi pada upaya
mempertahankan pelanggan yang telah ada. Hal yang perlu dipahami adalah
dengan berorientasi pada peningkatan penjualan dengan menarik konsumen
baru, perusahaan memang dapat memperoleh omzet yang meningkat dalam
sesaat. Namun konsumen baru tersebut tidak bisa menjanjikan akan terus
menggunakan produk perusahaan. Sehingga hal yang lebih baik dilakukan
oleh pelaku bisnis ritel adalah mempertahankan pelanggan yang telah ada
karena mampu memberikan keuntungan jangka panjang yang lebih besar bagi
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat para pelanggan
puas dan loyal terhadap perusahaan.
Salah satu strategi agar suatu organisasi mampu bersaing adalah
dengan memberikan layanan yang terbaik serta membangun citra yang baik di
mata konsumen maupun publik, karena layanan dan citra dapat mempengaruhi
proses pembelian suatu produk atau jasa. Oleh karena itu, layanan dan citra
menjadi faktor penting bagi keberhasilan pemasaran suatu organisasi
(Hurriyati, 2005:21).
Layanan ritel merupakan salah satu pembentuk kepuasan pelanggan, di
mana peningkatan kinerja layanan ritel dilakukan dengan cara memperbaiki
kualitas layanan pada aspek fisik, reliabilitas, interaksi personal, pemecahan
masalah, dan kebijakan perusahaan (retail). Kinerja layanan ritel yang sesuai
dengan harapan pelanggan menyebabkan ritel tersebut akan memiliki
keunggulan bersaing di mata konsumen tidak hanya terhadap kepuasan tetapi
juga berdampak pada loyalitas pelanggan (Lu dan Seock, 2008).
Lingkungan dalam toko memiliki peran yang sangat penting untuk
menarik konsumen. Lingkungan toko dengan fasilitas fisiknya beserta dengan
suasana dalam toko, penetapan harga, promosi dan produk yang ditawarkan
suatu toko memberikan stimuli-stimuli yang diterima oleh konsumen tersebut
sehingga menimbulkan persepsi terhadap keseluruhan toko tersebut yang
disebut dengan citra toko (Bloomer, 2002). Dengan berbekal citra toko yang
positif, penyebaran informasi dari mulut ke mulut dapat menyebabkan orang
yang mendapat informasi tersebut akan tertarik dan dengan segera
mengunjungi toko tersebut. Semakin baik citra toko di mata konsumen maka
semakin besar pula impulsive buying yang dilakukan oleh konsumen dan
begitu juga sebaliknya (Bloemer dan Ruyter 2008). Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian lainnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara citra toko, kepuasan dan loyalitas pelanggan (Bloomer, 2002).
Pada umumnya para peritel sebenarnya kurang memiliki pengetahuan
yang cukup tentang penghubung antara kepuasan dan loyalitas pelanggan
terhadap toko (Cronin dalam Bloemer dan Schroder, 2002). Kepuasan
konsumen yang menciptakan loyalitas pelanggan merupakan faktor penting
dalam kesuksesan perdagangan ritel dan kemampuan toko untuk bertahan
(Omar dalam Semuel, 2006).
Fenomena munculnya berbagai perusahaan pengecer di Indonesia
dalam berbagai bentuk toko moderen berlaku juga di Bali. Banyak sekali
gerai-gerai ritel yang ikut meramaikan industri sektor ritel di Bali seperti:
Carrefour, Indomaret, Alfamart, Hypermart, Lotte Mart, Giant, Hero, dan
pedagang eceran lokal lainnya. Hal ini mendorong perusahaan pengecer besar
untuk tetap melakukan penelitian terhadap perilaku para pelanggannya. Hal ini
diperlukan untuk dapat memberi masukan kepada pihak manajemen dalam
menyusun strategi bersaingnya dalam kondisi pasar yang semakin kompetitif.
Pepito Supermarket adalah salah satu perusahaan pengecer di Bali
yang sangat memperhatikan layanan ritel dan citra toko. Citra toko dibangun
oleh Pepito Supermarket dengan menerapkan bauran pemasaran eceran seperti:
store location yang tepat dengan pemilihan lokasi yang strategis di daerah
Kuta, product characteristic dengan memfokuskan pada produk dominan
impor, bagian penitipan barang, staf yang tersebar di sekitar area perbelanjaan
yang siap melayani dan membantu pelanggan, retail communication dengan
adanya member card dan brosur-brosur, in store ambience seperti: alunan
musik, adanya kenyamanan ruangan (AC), retail price consideration dengan
mempertimbangkan harga eceran pesaing dalam menetapkan harga, dan harga
khusus pada hari-hari tertentu. Desain eksterior dibuat menarik dengan adanya
etalase yang didesain khusus, sedangkan desain interior mempunyai keunikan
dan kesan etnik, dengan barang-barang tertentu yang dijual dikelompokkan
pada tiap rak. Produk yang dijual dikelompokkan berdasarkan fungsi dan
manfaatnya, misalnya rak khusus minuman beralkohol, aneka bumbu masak,
toiletries, dan lain sebagainya. Visual merchandising seperti terdapat beberapa
produk baru yang ditempatkan di rak atau counter tersendiri dengan dilengkapi
media point of sale bahkan dapat juga ditambahi dengan sales promotion girl
(SPG). Sedangkan layanan ritel dilakukan oleh Pepito Supermarket dengan
memberikan layanan-layanan terbaik kepada para pelanggannya seperti:
lingkungan toko yang bersih, jam operasional toko yang sesuai dengan yang
telah diumumkan, fasilitas parkir yang luas, lay out toko yang memudahkan
konsumen mendapatkan barang yang dibutuhkan, dan layanan yang cepat
dalam proses pembayaran.
Pepito Supermarket merupakan supermarket yang memiliki target
pasar dan diferensiasi dari gerai ritel umumnya. Pepito Supermarket memiliki
target pasar yakni lima puluh persen penduduk lokal atau domestik dan lima
puluh persennya lagi adalah wisatawan mancanegara maupun ekspatriat yang
tinggal di Bali. Hal ini dilakukan mengingat lokasi dari Pepito Supermarket itu
sendiri, yang terletak di daerah pariwisata yakni Kuta. Selain itu yang yang
membuatnya berbeda dengan supermarket lainnya adalah produk yang dijual
ke para konsumennya yakni barang-barang yang fresh dengan kualitas tinggi
dan produk–produk impor yang memiliki brand image tinggi serta sulit
didapatkan di gerai lainnya. Sehingga tidak banyak supermarket yang dapat
dikatakan sebagai pesaing Pepito Supermarket. Gerai ritel di Bali yang dapat
digolongkan sejenis saat ini dengan Pepito Supermarket dan merupakan
pesaing dari Pepito Supermarket antara lain: Casa Gourmet, Papaya Fresh
Gallery, Dijon, Bali Deli, Lotus, dan Coco Gourmet. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Perkembangan Gerai Pesaing Pepito Supermarket 2008-2009
No. Nama GeraiJumlah Gerai
2008 20091 Casa Gourmet 1 12 Papaya Fresh Gallery 1 13 Dijon 1 14 Bali Deli 1 15 Lotus 1 16 Coco Gourmet - 1
Sumber : Pepito Supermarket, 2010
Walaupun tidak memiliki pesaing sejenis yang cukup banyak dan jumlah
gerai pesaing yang tetap selama tahun 2008-2009 kecuali untuk Coco Gourmet
yang baru dibuka pada tahun 2009, Pepito Supermarket sangat perlu untuk
memperhatikan pesaing lainnya untuk bisa mempertahankan eksistensinya di
pasar ritel terlebih lagi adanya fluktuasi jumlah kunjungan pelanggan Pepito
Supermarket selama tahun 2008 sampai dengan 2009. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.2.
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa selama kurun dua tahun
tersebut jumlah kunjungan konsumen Pepito Supermarket berfluktuasi. Hal ini
disebabkan karena target pasar yang ditetapkan oleh Pepito Supermarket tidak
hanya penduduk lokal ataupun domestik tetapi juga wisatawan mancanegara dan
ekspatriat yang mengenal adanya faktor musiman (seasonal) di Bali. Sebagai
daerah pariwisata musim-musim di Bali dapat kita bagi menjadi low season, high
season dan peak season yang mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara
ke Bali.
Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Konsumen Pepito Supermarket Beserta Tingkat Pertumbuhan Tahun 2008-2009
Sumber : Pepito Supermarket, 2010
Berdasarkan data kunjungan wisatawan mancanegara untuk
kedatangan ke Bali pada tahun 2008-2009 justru memperlihatkan bahwa
kunjungan wisatawan tiap bulannya bila dibandingkan dengan tahun yang
berbeda cendrung mengalami peningkatan, kecuali di bulan Februari 2009 yang
mengalami sedikit penurunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.3
. Bila dibandingkan dengan fluktuasi kunjungan wisatawan mancanegara
dengan kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Pepito Supermarket,
terlihat bahwa kenaikan jumlah wisatawan yang datang ke Bali, tidak
berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Pepito
Supermarket, justru sebaliknya jumlah kunjungan cenderung mengalami
penurunan. Seperti misalnya pada bulan Januari 2008-2009 jumlah kunjungan
BulanTahun Tingkat Pertumbuhan
(%)2008 2009Januari 14,598 13,729 (5.95)Februari 13,673 12,812 (6.30)Maret 13,212 12,563 (4.91)April 12,987 12,748 (1.84)Mei 13,491 12,517 (7.22)Juni 11,986 12,332 2.89Juli 18,219 14,829 (18.61)Agustus 17,283 14,971 (13.38)September 15,482 15,236 (1.59)Oktober 14,289 13,782 (3.55)November 13,421 12,983 (3.26)Desember 17,279 16,828 (2.61)Total 175,920 165,330 (66.33)Rata-rata 14,660 13,778 (5.53)
wisatawan ke Bali mengalami kenaikan sebesar 17,71% sedangkan kunjungan
konsumen ke Pepito Supermarket mengalami penurunan sebesar 5,95%.
Tabel 1.3 Jumlah Kedatangan Wisatawan ke Bali per Bulan 2008-2009
BulanTahun
Tingkat Pertumbuhan (%)2008 (orang) 2009 (orang)
Januari 139,872 164,643 17.
71
Februari 155,153 139,370 (10.1
7)
Maret 153,929 161,169 4.
70
April 147,515 179,879 21.
94
Mei 159,877 181,983 13.
83
Juni 170,994 190,617 11.
48
Juli 183,122 224,636 22.
67
Agustus 187,584 222,441 18.
58
September 181,033 208,185 15.
00
Oktober 180,944 210,935 16.
57
November 142,014 163,531 15.
15
Desember 166,855 182,556 9.
41
Total 1,968,892 2,229,945 13.
26
Rata-rata 164,074 185,829
13 Sumber : Diparda Bali, 2010
Hal ini mengindikasikan bahwa kedatangan wisatawan tidak menjamin
semakin banyaknya wisatawan untuk berkunjung ke Pepito Supermarket,
karena masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi penurunan
kunjungan wisatawan ke Pepito Supermarket seperti: length of stay wisatawan
yang berkunjung ke Bali, pilihan destinasi wisata yang berbeda, total
expenditure, serta kondisi ekonomi makro lainnya. Selain jumlah kedatangan
wisatawan mancanegara ke Bali, kedatangan wisatawan pun dapat dilihat
berdasarkan negara asal seperti pada Tabel 1.4 berikut ini.
Tabel 1.4 Persentase Kedatangan Wisatawan Berdasarkan Negara Asal Tahun 2008-2009
Negara Persentas
e Australia 17,84Japan 16,18China 7,75Malaysia 6,28Korea Selatan 6,14Taiwan 5,96Perancis 4,40Inggris 4,18Jerman 3,75Belanda 3,32Negara lainnya dengan persentase kurang dari 3% 24,20Total 100Sumber : Diparda Bali, 2010
Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa kunjungan wisatawan ke Bali
paling banyak dilakukan oleh wisatawan Australia dengan persentase 17,84%.
Selanjutnya diikuti oleh negara seperti Jepang dengan persentase 16,18, China
7,75%, Malaysia 6,68%, Korea Selatan 6,14%, Taiwan 5,96%, Perancis 4,40%,
Inggris 4,18%, Jerman 3,75%, Belanda 3,32% dan sisanya beberapa negara
dengan persentase kurang dari tiga persen.
Berdasarkan pantauan peneliti dan sumber dari manajemen Pepito
Supermarket di bagian layanan pelanggan, diperoleh informasi bahwa fluktuasi
kunjungan pelanggan dari tahun 2008 sampai dengan 2009 disebabkan karena
banyaknya keluhan pelanggan yang diterima oleh Pepito Supermarket, di mana
keluhan pelanggan datang dari berbagai jenis permasalahan mulai dari harga,
promosi, lokasi, produk, display barang, sampai layanan dan fasilitas-fasilitas
yang diberikan oleh Pepito Supermarket. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 1.5 berikut ini.
Tabel 1.5 Keluhan Pelanggan Pepito Supermarket Tahun 2008-2009
Klasifikasi Keluhan Jenis Keluhan Absolut Relatif (%)Layanan Ritel 1. Fasilitas parkir 32 16
2.Layanan pembayaran
24 12
3.Lingkungan fisik 19 9 Citra Toko 1. Harga 28 14
2.Variasi produk 22 113. 3. Jam operasional toko 19 104. 4. Display barang 17 85. 5. Promosi 16 8
6.Atmosfer toko 13 77. 7. Lokasi 11 5
Total 201 100
Sumber : Pepito Supermarket, 2010
Berdasarkan Tabel 1.5 dapat dilihat bahwa keluhan pelanggan dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni layanan ritel dan citra toko. Keluhan
pelanggan yang tergolong kategori layanan ritel antara lain : fasilitas parkir yang
disediakan oleh Pepito Supermarket, layanan pembayaran di kasir yang dinilai
oleh pelanggan kurang memuaskan, serta lingkungan fisik toko. Untuk kategori
layanan ritel keluhan atas fasilitas parkir paling sering disampaikan oleh
pengunjung. Sedangkan keluhan dari segi citra toko terdiri atas: harga, variasi
produk, jam operasional toko, display barang, promosi, atmosfer toko, dan
lokasi yang dianggap kurang memuaskan bagi konsumen. Untuk kategori citra
toko, hal yang paling sering dikeluhkan oleh pelanggan adalah harga yang
relatif mahal. Walaupun sebenarnya setiap perusahaan tidak mengharapkan
adanya keluhan konsumen dalam perusahaan, justru menginginkan
konsumennya puas namun tetap saja keluhan tersebut selalu datang. Keluhan
yang datang pun tidak dapat dianggap sebagai suatu masalah tetapi justru
sebagai kritik yang konstruktif bagi perusahaan. Dengan demikian, Pepito
Supermarket dituntut untuk menaruh perhatian lebih banyak lagi guna
mengurangi keluhan yang diterima terkait layanan ritel dan citra toko tersebut.
Berdasarkan gambaran diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan secara garis besar adalah bagaimana layanan ritel dan citra toko
mempengaruhi kepuasan dan loyalitas pelanggan dalam sebuah perusahaan
ritel yakni Pepito Supermarket.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut.
1) Apakah layanan ritel berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Pepito
Supermarket?
2) Apakah citra toko berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Pepito
Supermarket?
3) Apakah kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Pepito
Supermarket?
4) Apakah layanan ritel berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Pepito
Supermarket?
5) Apakah citra toko berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Pepito
Supermarket?
6) Apakah layanan ritel melalui kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan Pepito Supermarket?
7) Apakah citra toko melalui kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan Pepito Supermarket?
8) Apakah ada perbedaan perilaku kelompok domestik dan mancanegara
dalam menjelaskan hubungan layanan ritel dan citra toko terhadap
kepuasan dan loyalitas pelanggan Pepito Supermarket ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, pokok permasalahan, dan judul
penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui pengaruh layanan ritel terhadap kepuasan pelanggan
Pepito Supermarket.
2) Untuk mengetahui pengaruh citra toko terhadap kepuasan pelanggan Pepito
Supermarket.
3) Untuk mengetahui pengaruh kepuasan terhadap loyalitas pelanggan Pepito
Supermarket.
4) Untuk mengetahui pengaruh layanan ritel terhadap loyalitas pelanggan
Pepito Supermarket.
5) Untuk mengetahui pengaruh citra toko terhadap loyalitas pelanggan Pepito
Supermarket.
6) Untuk mengetahui pengaruh layanan ritel melalui kepuasan terhadap
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
7) Untuk mengetahui pengaruh citra toko melalui kepuasan terhadap loyalitas
pelanggan Pepito Supermarket.
8) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan perilaku kelompok domestik
dan mancanegara dalam menjelaskan hubungan layanan ritel dan citra toko
terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi perguruan tinggi, pengelola
ritel moderen, dan pengambil kebijakan publik, dengan kegunaan sebagai berikut.
1) Manfaat teoritis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
penyusunan strategi layanan ritel dan citra toko dalam menciptakan
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
b) Mendapat gambaran menyeluruh tentang keterkaitan antara
variabel-variabel tertentu, khususnya antara variabel layanan ritel dan
citra toko dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
c) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti-
peneliti lainnya yang melakukan penelitian dengan obyek yang sama.
2) Manfaat praktis
a) Dapat menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengidentifikasi
variabel dan indikator penentu layanan ritel dan citra toko serta kepuasan
dan loyalitas pelanggan dalam sebuah pengelolaan ritel moderen.
b) Dapat menjadi referensi bagi perusahaan untuk menentukan
kebijakan mengenai strategi bisnis apa yang harus dijalankan terkait
variabel layanan ritel dan citra toko terutama yang berkaitan dalam hal
mengurangi keluhan konsumen.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Layanan Ritel
Layanan ritel merupakan konsep gabungan yang berasal dari konsep ritel
dan kualitas layanan. Lovelock dan Wright (2007:265) menyatakan kualitas
layanan harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi
konsumen. Hal ini berarti bahwa kualitas layanan yang baik bukanlah berdasarkan
pada sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan
pada sudut pandang atau persepsi konsumen. Konsumen yang mengkonsumsi dan
menikmati jasa pelayanan perusahaan, seharusnya menentukan kualitas layanan
yang diberikan oleh pihak penyedia jasa. Memberikan kualitas layanan dengan
baik merupakan suatu hal yang jarang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan
yang sangat berorientasi pada pemberian kualitas layanan terbaik akan dapat
meningkatkan reputasi perusahaan di mata pelanggan.
Suatu cara perusahaan untuk tetap dapat unggul bersaing adalah
memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara
konsisten. Harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman masa lalunya,
pembicaraan dari mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh perusahaan
jasa, kemudian membandingkannya. Parasuraman dkk dalam Kotler (2007:439)
mengemukakan tentang model kualitas layanan yang menyoroti syarat-syarat
utama memberikan kualitas layanan diantaranya sebagai berikut.
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen. Pada
kenyataannya pihak manajemen perusahaan tidak selalu dapat merasakan
atau memahami apa yang diinginkan para konsumen secara tepat.
Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu pelayanan
didesain dan pelayanan-pelayanan pendukung atau sekunder yang
diinginkan konsumen.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen
dengan spesifikasi kualitas layanan. Kadangkala manajemen mampu
memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh konsumen, tetapi tidak
menyusun suatu standar kinerja tertentu yang jelas. Hal ini bisa
dikarenakan tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen
terhadap kualitas layanan, kekurangan sumber daya atau karena adanya
kelebihan permintaan.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas layanan dan penyampaian
pelayanan. Ada beberapa penyebab terjadinya kesenjangan ini, misalnya
karyawan kurang terlatih, beban kerja melampaui batas, tidak dapat
memenuhi standar yang telah ditetapkan, selain itu mungkin juga
karyawan dihadapkan pada standar-standar yang terkadang saling
bertentangan satu sama lain.
4. Kesenjangan antara penyampaian pelayanan dan komunikasi eksternal.
Kesenjangan ini bisa terjadi apabila apa yang dikomunikasikan
(dipromosikan) perusahaan kepada pihak luar atau konsumen berbeda
dengan kondisi nyata yang dijumpai konsumen terhadap perusahaan.
5. Kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dan pelayanan yang
diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila konsumen mengukur kinerja
atau prestasi perusahan dengan cara yang berlainan atau bisa juga keliru
mempersepsikan kualitas layanan tersebut.
Stanton dalam Buchari (2005:243) mendefinisikan layanan sebagai
sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah, tidak berwujud, ditawarkan
untuk memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini kegiatan layanan tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan pokok perusahaan ritel yaitu penjualan barang dan
jasa. Layanan yang ditawarkan kepada konsumen ini biasanya tidak berwujud,
namun layanan dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud
maupun tidak.
Pengertian lain mengenai layanan diungkapkan oleh Zeithaml dan Bitner
yang dikutip oleh Buchari (2005:243) yang menyatakan bahwa layanan adalah
suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk yang dikonsumsi secara
bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti
kenikmatan, hiburan, santai atau sehat) yang bersifat tidak berwujud. Dalam
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa layanan dapat memberikan nilai tambah
yang positif bagi pelanggan sehingga keberadaannya sangat diperlukan untuk
menunjang kebutuhan pokok pelanggan.
Perbedaan karakteristik jasa dan manufaktur mempunyai implikasi yang
sangat besar dalam menetapkan pemahaman dan penentuan kualitas layanan.
Demikian halnya dalam ritel dibutuhkan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan
aspek-aspek yang dibutuhkan dalam operasional ritel tersebut untuk membangun
model kualitas layanan yang dapat diimplementasikan dalam bisnis ritel (Utami,
2006:254). Kategori layanan yang digunakan untuk mengembangkan
SERVQUAL sangat berbeda pada ritel barang dagangan. Demikian pula
konsumen menggunakan kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi peritel yang
baik yang merupakan campuran antara barang dan jasa yang disebut sebagai
perusahaan jasa eksklusif (exclusively service firm).
Pemahaman terhadap konsep kualitas dengan dimensi dan atribut yang
sesuai dalam bisnis ritel tentunya membutuhkan kajian mengenai berbagai hasil
penelitian yang telah dilakukan terkait dengan layanan ritel. Penelitian layanan
ritel umumnya dimodifikasi pada item atribut SERVQUAL agar menjadi relevan
dengan dunia ritel yang umunya berbeda dengan bisnis jasa dan manufaktur
lainnya.
Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, usaha ritel modern tidak dapat
melepaskan kaitan layanan dalam upaya memberikan yang terbaik bagi
pelanggannya. Ma’ruf (2005:217) mengungkapkan bahwa layanan ritel (layanan
eceran) bertujuan memfasilitasi para pembeli ketika berbelanja di gerai. Adapun
jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan dalam gerai meliputi:
1) Customer service
2) Terkait fasilitas gerai
(1) Jasa pengantaran (delivery)
(2) Gift wrapping
(3) Fasilitas tempat makan
(4) Fasilitas kredit
(5) Cara pembayaran dengan credit card atau debit card
3) Terkait jam operasional toko
4) Fasilitas-fasilitas lain
(1) Ruang mushola
(2) Gerai laundry
(3) Gerai cuci cetak film
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai konsep ritel dan layanan yang
telah diutarakan dapat dielaborasi menjadi layanan ritel sebagai bentuk pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan oleh peritel dengan tujuan agar mampu
memfasilitasi pelanggan ketika berbelanja dalam suatu gerai. Menurut Dabholkar,
dkk dalam Utami (2006:256), retail sevice dapat dilihat dari lima dimensi yang
dapat dilihat sebagai berikut.
1) Pysical aspect, adalah daya tarik suatu ritel dilihat dari aspek fisiknya dan
kemudahan pelanggan dalam menemukan barang. Seperti misalnya
gedung yang bersih dan bagus dan sarana penerangan (Mustikowati, dkk,
2002).
2) Reliability, adalah ketepatan pemenuhan janji kepada pelanggan serta
penyediaan barang yang sesuai keinginan pelanggan. Contohnya adalah
jam operasional toko yang sesuai dengan pengumuman dan kebebasan
memilih barang (Mustikowati, dkk, 2002).
3) Personal Interaction, adalah interaksi personal antara karyawan dan
pelanggan. Contohnya adalah yang berkaitan dengan personal interaction
adalah kasir yang cepat melayani pembayaran, dan karyawan yang
memiliki pengetahuan (Mustikowati, dkk, 2002).
4) Problem Solving, adalah pemberian solusi terhadap masalah yang dihadapi
pelanggan ketika sedang berbelanja atas layanan yang diterima. Contoh
hal yang berkaitan dengan problem solving adalah lay out toko yang
memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang dan kemudahan
penukaran barang (Mustikowati, dkk, 2002).
5) Policy, adalah kebijakan supermarket dalam merespon tuntutan atau
kebutuhan pelanggan. Contohnya hal yang berkaitan dengan policy adalah
pemberian potongan atau diskon, fasilitas parkir yang luas, fasilitas
bermain, fasilitas ATM dan fasilitas restoran atau food center.
2.2 Citra toko
Setiap badan usaha berusaha untuk menciptakan citra yang baik di mata
konsumen karena kesan konsumen terhadap suatu toko akan mempunyai
pengaruh yang penting bagi kesuksesan toko tersebut. Dengan adanya citra yang
baik maka toko tersebut akan mampu menarik lebih banyak konsumen. Menurut
Bellenger & Goldstrucker dalam Bloemer dan Schroder (2002): “A store image
can be defined as the customer’s perception of the store versus competitive
stores”. Jadi dapat diartikan citra toko adalah bagaimana persepsi konsumen
terhadap suatu toko dibandingkan dengan toko lainnya. Masing-masing konsumen
mempunyai persepsi yang berbeda antara toko yang satu dengan yang lainnya
tergantung dari citra setiap toko.
Kotler (2007:172) mendefinisikan citra toko sebagai “seperangkat
keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek”.
Selanjutnya Kotler (2007:173) menyatakan citra toko merupakan “sikap dan
tindakan seseorang terhadap suatu objek sangat dikondisikan citra dari objek
tersebut”.
Suatu perusahaan akan dilihat melalui citranya baik citra itu negatif
maupun positif. Citra yang positif akan memberikan arti yang baik terhadap
produk perusahaan tersebut dan seterusnya dapat meningkatkan jumlah penjualan.
Sebaliknya penjualan produk suatu perusahaan akan jatuh atau mengalami
kerugian jika citranya dipandang negatif oleh masyarakat (Yusoff dalam Mardalis,
2005). Sunter dalam Mardalis (2005) berkeyakinan bahwa pada masa yang akan
datang hanya dengan citra, maka pelanggan akan dapat membedakan sebuah
produk dengan produk lainnya. Oleh karena itu bagi perusahaan memiliki citra
yang baik adalah sangat penting. Dengan konsep yang baik sebuah perusahaan
dapat melengkapkan identitas yang baik pula dan pada akhirnya dapat
mengarahkan kepada kesadaran yang tinggi, loyalitas, dan reputasi yang baik.
Menurut Cox dan Britain dalam Bloemer (2002) : “Store image can be
defined as the customer’s perception of the store and its attributes”. Berdasarkan
pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa citra toko merupakan persepsi
pelanggan terhadap toko serta atribut-atributnya. Masing-masing atribut tersebut
akan membentuk citra yang berbeda di mata konsumen. Menurut Bellenger dkk
dalam Bloemer dan Schroder (2002): “An interesting example how a department
store can be use its retail mix to create store image that is attractive to its target
market”. Artinya, bauran eceran dapat menciptakan kesan terhadap toko yang
menarik bagi konsumennya sehingga bauran eceran harus didesain sedemikian
rupa untuk mampu tampil beda dan lebih menarik daripada pesaingnya agar dapat
diingat dalam dalam benak konsumen.
Perbedaan bauran eceran dapat menciptakan citra toko yang berbeda di
mata konsumen, karena citra toko merupakan persepsi konsumen atau perasaaan
konsumen terhadap suatu toko maka hal yang samapun dapat dipandang berbeda
oleh konsumen. Jadi melalui retail mix yang berbeda maka setiap toko dapat
menciptakan citra toko yang berbeda pula.
Pendapat tersebut didukung oleh Morgenstein dan Strogin dalam Cardozo
(2006) : “Store image are exterior and interior design of store, the importance of
moderenization, lay out and design factors, the impact of display, the movement
of merchandise and customer, and store services”. Dapat diartikan bahwa citra
toko untuk rancangan bagian luar dan dalam toko, pentingnya moderenisasi,
faktor perancangan dan tata letak, pengaruh display, pergerakan barang-barang
dan konsumen serta pelayanan yang diberikan. Citra toko adalah situasi anteseden
dari kepuasan.
Citra toko yang dibangun didasarkan atas apa yang disebut sebagai unique
selling proposition (USP) yang disesuaikan dengan retail value proposition
(RVP). Masing-masing proposition berkenaan dengan value drivers. Value
drivers adalah hal-hal yang menciptakan nilai dari suatu toko, atau perusahaan
peritel. Value drivers berasal dari unsur-unsur citra institusional, yaitu citra dari
perusahaan atau gerai yang berupa konservatif atau modern, trustworthy, etis, dan
lain-lain. Citra toko dilambangkan dalam rupa visual menyangkut icon, gambar,
atau lainnya (Ma’ruf, 2005:182). Value drivers juga tercipta dari adanya aspek-
aspek lain, yaitu target market yang dilayani, ragam merchandise yang tersedia,
berikut kualitas dan harganya, lokasi (nyaman dicapai dan aman) dan area parkir
yang tersedia, promosi yang dilakukan, dan atmosfer toko (Ma’ruf, 2005 :182).
Ghosh dalam Bloemer dan Schroder (2002), menyatakan citra toko
dibangun dari delapan elemen bauran pemasaran eceran yang terdiri atas: lokasi,
merchandise, store atmosphere, display barang, harga, periklanan, personal
selling, dan program insentif. Dalam pengambilan keputusan pembelian, para
konsumen dapat dipengaruhi oleh salah satu atau keseluruhan dari faktor-faktor
citra toko terdiri atas lima atribut untuk kegiatan operasi usaha eceran yang dapat
dikendalikan oleh pengecer, meliputi: product, price, promotion, location,dan
people (Ma’ruf, 2005:121).
(1) Produk (Product)
Produk (Product) menurut Kotler (2007:23) adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Tjiptono
(2002:98) mengemukakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, dicari, dibeli, digunakan
atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan
pasar yang bersangkutan. Produk di dalam bisnis ritel disebut
merchandise sehingga konsep-konsep dasarnya sama dengan
merchandising seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Lalu dikenal
juga istilah merchandising yakni kegiatan pengadaan barang-barang yang
sesuai dengan bisnis dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian,
barang kebutuhan rumah, produk umum, dan lain-lain, atau kombinasi)
untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, harga, yang sesuai
untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel (Ma’ruf : 135).
(2) Harga (Price)
Kotler dan Keller (2007:24) menyatakan bahwa harga adalah sejumlah
uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau sejumlah nilai
yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa tersebut. Tjiptono (2002:102)
mengemukakan bahwa harga adalah satuan moneter atau ukuran lainnya
(termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau hak penggunaan suatu barang dan jasa.
Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan harga
oleh sebuah perusahaan perdagangan ritel, yaitu konsumen, dirinya
sendiri, dan pesaing. Peritel perlu memperhatikan keinginan konsumen
yaitu membayar harga yang sepadan dengan nilai yang diperoleh (value
for money), lalu keinginannya untuk mendapatkan laba semaksimal
mungkin, dan faktor penetapan harga oleh pesaing.
Terdapat beberapa implementasi strategi harga (Ma’ruf, 2005:173) antara
lain:
a) Penetapan harga secara customary dan variable
Customary pricing adalah harga yang tetap, tidak akan diubah
untuk periode tertentu. Variable pricing adalah harga yang
ditetapkan secara variatif sesuai dengan fluktuasi tingkat
permintaan konsumen.
b) Penetapan harga ganjil (odd pricing), adalah harga yang
ganjil seperti Rp 99.000, Rp 199.000, Rp 749.000 atau angka
lainnya yang menunjukkan angka yang tidak bulat.
c) Leader pricing, penetapan harga di mana profit margin-nya
lebih rendah daripada tingkat yang biasanya diraih, ini bertujuan
menarik konsumen lebih banyak.
d) Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk
penjualan lebih dari satu unit per itemnya.
e) Price lining (harga bertingkat), adalah penetapan harga
secara bertingkat dengan batas bawah dan batas atas tertentu. Ini
biasanya untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga
sangat banyak.
(3) Promosi (Promotion)
Alma (2005:142) menyatakan bahwa promosi adalah sejenis komunikasi
yang memberikan penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang
barang dan jasa. Ma’ruf (2005:183) menyatakan bahwa bauran promosi
sebagai kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel
periklanan, personal selling dan alat-alat promosi yang lain untuk
mencapai tujuan program penjualan. Promosi dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa elemen promosi yang dikenal dengan
promotion mix. Promotion mix merupakan kombinasi dari beberapa unsur
promosi, yang lazimnya adalah iklan, sales promotion, personal selling,
dan publisitas.
a) Advertising (periklanan)
Iklan menempati urutan pertama dan berperan prima di antara
semua alat-alat promotion mix bagi peritel besar. Iklan dijalankan
melalui media cetak seperti koran dan majalah, media elektronik
seperti televisi, radio, bioskop dan internet (Ma’ruf, 2005:184).
b) Sales promotion (promosi penjualan)
Sales promotion adalah program promosi peritel dalam rangka
mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan
penjualan atau dalam rangka mempertahankan minat pelanggan
untuk tetap berbelanja padanya (Ma’ruf, 2005:187). Jenis-jenis
sales promotion yaitu:
(a) Point of purchase
Display di counter, lantai atau jendela display yang
memungkinkan para peritel mengingatkan para pelanggan dan
menstimulasi belanja impulsif. Kadangkala display disiapkan
oleh pemasok atau produsen.
(b) Kontes
Para pelanggan berkompetisi untuk memperebutkan hadiah
yang disediakan dengan memenangkan permainan.
(c) Kupon
Peritel mengiklankan diskon khusus bagi para pembeli yang
memanfaatkan kupon yang diiklankan (biasanya dalam koran,
tetapi juga bisa dari tempat yang disediakan dalam kontes
belanja). Para pembeli kemudian membawa kupon itu untuk
dipakai berbelanja di gerai yang bersangkutan dan
mendapatkan diskon.
(d) Frequent shopper program (program pelanggan setia)
Para pelanggan diberi poin atau diskon berdasarkan jumlah
pembelanjaan, yang nantinya poin tersebut dapat ditukarkan
dengan barang.
(e) Hadiah langsung
Hadiah diberikan langsung tanpa menunggu jumlah poin, hal
ini juga berdasarkan pada jumlah belanja.
(f) Sample
Sample adalah contoh produk yang diberikan secara cuma-
cuma yang tujuannya adalah memberikan gambaran baik dalam
manfaat, rupa ataupun bau dari produk yang dipromosikan.
(g) Demonstrasi
Tujuan dari demonstrasi adalah memberikan gambaran atau
contoh dari barang atau jasa yang dijual.
(h) Referal gifts (hadiah untuk rujukan)
Hadiah yang diberikan kepada pelanggan jika membawa calon
pelanggan baru.
(i) Souvenir
Barang-barang souvenir dapat menjadi alat sales promotion
yang menunjukan nama dan logo peritel.
(j) Special events (acara-acara khusus)
Adalah alat sales promotion yang berupa fashion show,
penandatanganan buku oleh pengarang, pameran seni dan
kegiatan dalam liburan.
c) Public Relations (hubungan masyarakat)
Public Relations adalah komunikasi yang membangun citra positif
bagi peritel di mata publiknya. Publik bagi peritel adalah pemilik
atau pemegang saham, pelanggan, pemerintah, masyarakat luas di
kota, penduduk sekitar, media massa, para opinion leader
khususnya tokoh masyarakat baik yang skala nasional maupun
skala lokal, para karyawan dan keluarganya, serikat pekerja dan
para pemasok. (Ma’ruf, 2005:190). Unsur-unsur dalam public
relations (public relations mix) terdiri atas:
(a) Corporate image, yaitu citra perusahaan, hal-hal yang
dilakukan berkenaan dengan komunikasi perusahaan,
membentuk dan mempertahakan citra perusahaan, serta
memecahkan persoalan citra perusahaan jika timbul.
(b) Etika dan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu yang
berkenaan dengan karyawan dan dengan masyarakat.
(c) Hal-hal yang terkait dengan produk dan pelayanan adalah
mutu, pujian pihak ketiga, penanganan keluhan dan hubungan
pelanggan (customer relations).
(d) Publisitas, berupa konferensi pers, ceramah, media relations,
press release.
(e) Sponsorship, menjadi sponsor dalam kegiatan atau event
tertentu.
d) Personal selling
Personal selling adalah upaya penjualan yang dilakukan oleh para
karyawan di gerai ritel kepada calon pembeli (Ma’ruf, 2005:192).
Definisi tersebut memperlihatkan bahwa peran karyawan sangat
penting di dalam personal selling. Peran customer-contact
personnel (pramuniaga dan lainnya), yaitu :
(a) Selling (penjualan), yaitu untuk produk yang perlu didorong
(push) tingkat penjualannya karena selama beberapa waktu
terakhir kurang banyak penjualannya.
(b) Cross-selling, yaitu menawarkan produk yang
berbeda, yang mendukung produk yang dibutuhkan oleh
pembeli.
(c) Advising, yaitu berperan sebagai penasihat bagi
pelanggannya. Tugas sebagai penasihat adalah memberikan
pandangan tentang produk yang cocok untuk dikonsumsi
oleh customer tersebut.
(4) Lokasi (Place)
Lokasi (place), dapat juga berarti saluran (saluran pemasaran). Kotler
(2007:48) mengemukakan bahwa saluran pemasaran adalah serangkaian
organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk
menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Namun
dalam hal bisnis ritel, place lebih mengarah pada lokasi pembangunan
usaha ritel.
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam retail mix (retail
marketing mix). Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses
dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun
keduanya menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang sama
banyak dan terampil, dan sama-sama punya setting atau ambience yang
bagus.
Untuk membuka gerai di suatu lokasi baru, daftar checklist berikut ini
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui potensi yang tersedia (Ma’ruf,
2005:124).
a) Populasi : besarnya populasi, tingkat pendapatan,
pekerjaan, industri setempat, tingkat pengangguran, kepadatan
rumah dan penduduk, usia perumahan, klasifikasi
lingkungan/tetangga, tingkat kepemilikan rumah, gaya hidup,
kelompok suku, pola belanja sekarang, dan lain-lain.
b) Kemudahan akses : arus pejalan kaki, rute masuk pejalan
kaki, transportasi umum (jenis, biaya, kemudahan, potensi), tingkat
kepemilikan mobil, jaringan jalan (kondisi, kepadatan,
pembatasan), parkir (kapasitas, kemudahan, biaya, potensi), dan
lain-lain.
c) Pesaing : kegiatan ritel sekarang (pesaing langsung, pesaing
tidak langsung, toko utama (achor store), daya tarik lingkungan,
kesesuaian), kondisi ritel (area penjualan, perkiraan perputaran,
analisis produk, area perdagangan, usia gerai, parkir), indeks
kejenuhan, potensi persaingan (ekspansi gerai, peremajaan atau
renovasi gerai, lokasi kosong, dan lain-lain).
d) Biaya : harga, syarat leasing, persiapan situs gerai, larangan
dalam membangun, kebutuhan renovasi atau peremajaan, biaya
perawatan, kebutuhan keamanan, ketersediaan dan penggajian staf,
biaya antaran, biaya media promosi, dan lain-lain.
(5) Sumber Daya Manusia (People)
Ritel adalah bisnis tenaga kerja intensif. Para pegawai memiliki peranan
penting dalam memberikan layanan pada konsumen dan membangun
loyalitas konsumen. Pegawai yang berpengetahuan dan ahli berusaha
mewujudkan tujuan-tujuan ritel yaitu berbagai aset penting yang
mendukung keberhasilan perusahaan (Utami, 2006:61).
2.3 Kepuasan Pelanggan
Produk berkualitas memiliki peranan penting dalam membentuk kepuasan
pelanggan. Kotler (2007:31) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai
perasaan suka atau tidak seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan
antara prestasi produk tersebut dengan harapan. Menurut Tse dan Wilton dalam
Tjiptono (2002:146), kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan
sebelumnya (norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan
setelah pemakaiannya. Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat adanya suatu
kesamaan makna bahwa kepuasan pelanggan merupakan suatu perasaan atau
penilaian emosional dari pelanggan atas penggunaan suatu produk barang atau
jasa ketika harapan dan kebutuhan terpenuhi. Dengan kata lain, jika konsumen
merasa apa yang diperoleh lebih rendah dari yang diharapkan (negatif
diskonfirmasi) maka konsumen tersebut akan tidak puas. Jika yang diperoleh
konsumen melebihi apa yang diharapkan (positif diskonfirmasi) maka konsumen
akan puas, sedangkan pada keadaan ketika apa yang diterima sama dengan yang
diharapkan, maka konsumen tersebut akan merasakan tidak puas dan puas
(netral).
Menurut Musanto dalam Wijayanti (2008), faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut.
a. Reliability (Keandalan)
Merupakan kemampuan dari suatu produk usaha perusahaan untuk
menghasilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh
perusahaan.
b. Response to and remedy of problem
Merupakan respon dan cara pemecahan masalah dalam
menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi pelanggan.
c. Sales experience
Merupakan semua hubungan antara pelanggan dengan karyawan,
khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan
pemberian informasi tentang produk.
d. Convenience of Acquisition
Merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan
oleh perusahaan kepada pelanggan.
Kepuasan dapat diukur dengan beberapa metode yang dapat digunakan.
Kotler (2007:179) menyatakan bahwa ada beberapa metode yang dapat dilakukan
untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Perusahaan meyediakan kotak saran dan keluhan, kartu komentar,
customer hot lines, mempekerjakan petugas pengumpulan pendapat atau
keluhan untuk pelanggan, sehingga pelanggan leluasa meyampaikan
keluhan maupun saran. Sarana informasi ini memungkinkan perusahaan
bertindak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah.
2. Survey kepuasan konsumen
Metode survey dilakukan perusahaan melalui kuisioner, telepon, e-mail,
fax atau dengan wawancara langsung, melalui metode ini maka
perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung
dari konsumen. Konsumen akan memberikan pandangan positif bahwa
perusahaan menaruh perhatian terhadap para konsumennya.
3. Ghost Shopping
Perusahaan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan sebagai
konsumen perusahaan dan pesaing, kemudian melaporkan hasil yang
didapat. Metode ini dapat mengamati kekuatan dan kelemahan produk
serta pelayanan baik perusahaan sendiri maupun perusahaan pesaing.
4. Lost Customer Analysis
Metode yang terakhir adalah metode lost customer analysis, cara kerja
metode ini adalah dengan menghubungi mantan konsumen untuk
menanyakan alasan berhenti membeli dan pindah ke produk pesaing
sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan perbaikan.
2.4 Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,
mempertahankan pelanggan yang telah ada berarti meningkatkan kinerja
keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi
alasan utama bagi perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggannya.
Menurut Griffin (2002:4):
“Loyalty is defined as non random purchase expressed over time by some decision making unit”.
Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih
mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk
melakukan pembelian secara terus menerus terhadap produk suatu perusahaan
yang dipilih. Menurut Mowen dan Minor dalam Mardalis (2005) mendefinisikan
loyalitas sebagai kondisi ketika pelanggan mempunyai sikap positif terhadap
suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud
meneruskan pembeliannya di masa mendatang.
Loyalitas adalah faktor terpenting dalam menentukan kesuksesan suatu
bisnis dan keberlangsungan suatu usaha, dan tanpa adanya loyalitas dalam bisnis,
maka keunggulan kompetitif yang dimiliki seperti tidak pernah ada dan
perusahaan tidak akan sukses (Omar dalam Semuel, 2006). Griffin (2002:31)
menyatakan bahwa pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi
perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya seperti:
melakukan pembelian secara teratur (makes regular repeat purchases), membeli
di luar lini produk atau jasa (purchases across product and service the line),
merekomendasikan produk lain (refers other), menunjukkan kekebalan dari daya
tarik produk sejenis dari pesaing (demonstrates an immunity to the full of the
competition), dan bersedia membayar lebih mahal (pay more for the product).
Peter dan Olson (2002:68) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan
merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-
berulang. Untuk membangun kesetiaan atau loyalitas pelanggan terhadap suatu
produk yang dihasilkan suatu badan usaha tersebut memerlukan waktu yang lama
melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang. Loyalitas pelanggan yang
dalam perkembangan awalnya lebih menitikberatkan pada aspek perilaku,
dikembangkan lebih luas lagi dengan melibatkan dimensi sikap dan perilaku.
Konsep ini dikembangkan oleh Dick dan Basu dalam Wijayanti (2002), loyalitas
dipandang sebagai hubungan erat antara sikap relatif dengan perilaku pembelian
ulang. Pandangan yang mendasarkan hubungan antara sikap dan perilaku ini amat
bermanfaat bagi pemasar. Pertama, dari segi validitas yang akan lebih baik,
terutama dapat digunakan untuk memprediksi apakah loyalitas yang terlihat dari
perilaku pembelian ulang terjadi karena memang sikapnya yang positif (senang)
terhadap produk tersebut ataukah hanya karena situasi tertentu yang memaksanya
(spurious loyalty). Kedua, memungkinkan pemasar melakukan identifikasi
terhadap faktor yang dapat menguatkan atau melemahkan konsistensi loyalitas.
Pelanggan berbeda dengan konsumen. Seseorang dapat dikatakan sebagai
pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk
yang ditawarkan oleh suatu badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun
melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam
jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seseorang pembeli atau
konsumen Peter dan Olson, 2002:39).
Dengan demikian pelanggan yang loyal adalah “pelanggan yang memiliki
ciri-ciri utama antara lain : melakukan pembelian secara berulang-ulang terhadap
badan usaha yang sama, memberitahukan kepada orang lain tentang kepuasan-
kepuasan yang didapat dari badan usaha tersebut, dan menunjukkan kekebalan
terhadap tawaran-tawaran dari badan usaha pesaing, dan bersedia membayar lebih
mahal (Griffin, 2002:84). Menurut Mardalis (2005) loyalitas dapat diukur
berdasarkan beberapa hal seperti berikut ini.
a. Urutan pilihan (choice sequence)
Metode urutan pilihan atau disebut juga pola pembelian ulang ini banyak
dipakai dalam penelitian dengan menggunakan panel-panel agenda harian
pelanggan lainnya, dan lebih terkini lagi, data scanner.
b. Proporsi pembelian (proportion of purchase)
Berbeda dengan runtutan pilihan, cara ini menguji proporsi pembelian
total dalam sebuah kelompok produk tertentu. Data yang dianalisis berasal
dari panel pelanggan.
c. Preferensi (preference)
Cara ini mengukur loyalitas dengan menggunakan komitmen psikologis
atau pernyataan preferensi. Dalam hal ini, loyalitas dianggap sebagai
“sikap yang positif” terhadap suatu produk tertentu, sering digambarkan
dalam istilah niat untuk membeli.
d. Komitmen (commitment)
Komitmen lebih terfokus pada komponen emosional atau perasaan.
Komitmen terjadi dari keterkaitan pembelian yang merupakan akibat dari
keterlibatan ego dengan kategori merek. Keterlibatan ego tersebut terjadi
ketika sebuah produk sangat berkaitan dengan nilai-nilai penting,
keperluan, dan konsep diri pelanggan.
2.5 Konsep Ritel Moderen
Arti moderen di sini adalah penataan barang menurut keperluan yang sama
dikelompokkan di bagian yang sama yang dapat dilihat dan diambil langsung oleh
pembeli, penggunaan alat pendingin udara, dan adanya pramuniaga profesional
(Ma’ruf, 2005:73). Keberadaan bisnis ritel moderen ditandai dengan salah satu
ciri, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap aplikasi teknologi sistem informasi.
Seperti misalnya penggunaan aplikasi sistem operasi toko dengan komputer
seperti: Point of Sales (POS), Electronic Data Interchange (EDI), dan EFT
(Electronic Fund Transfer), di mana aplikasi sistem tersebut diharapkan
menunjang peningkatan efisiensi.
Pada tahun 2004, macam-macam ritel moderen di Indonesia adalah sebagai
berikut (Ma’ruf, 2005:74).
1) Minimarket: terjadi pertumbuhan sebanyak 1.800 buah selama 10 tahun
sampai tahun 2002. Luas ruang minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200
m2.
2) Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual,
tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, luas ruang, dan lokasi.
Convenience store ada yang buka 24 jam dengan luas antara 200 m2 hingga
450 m2 dan berlokasi di tempat yang strategis. Sebagian produknya sedikit
lebih mahal daripada yang dijual minimarket.
3) Specialty store: Sebagian masyarakat lebih menyukai berbelanja di toko di
mana pilihan produk tersedia lengkap sehingga tidak harus mencari lagi toko
lain. Keragaman produk disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau
hingga yang premium membuat specialty store unggul. Contoh specialty
store adalah Electronic City dan Automall.
4) Factory outlet.
5) Distro atau distribution outlet.
6) Supermarket: sebanyak 700 buah berdiri dalam kurun waktu 10 tahun
sampai tahun 2002. Supermarket kecil mempunyai luas ruang antara 300 m2
sampai 1.100 m2, sedangkan supermarket besar mempunyai luas antara
1.100 m2 sampai 2.300 m2.
7) Departement store atau toserba (toko serba ada) : gerai jenis ini mempunyai
ukuran luas ruang yang beraneka, mulai dari beberapa ratus m2, hingga
2.000 m2 -3.000 m2.
8) Perkulakan atau gudang rabat (semacam warehouse club).
9) Superstore : mulai 2.300 m2 sampai 4.700m2.
10) Hypermarket : luas ruang diatas 5.000 m2.
11) Pusat belanja yang terdiri atas dua macam : mall dan trade centre. Mall
memuat banyak gerai mulai dari toko (store) biasa sampai supermarket,
departement store, amusement center, dan foodcourt. Trade center mirip
mall tetapi tidak memiliki ruang publik seluas mall dan biasanya tidak
tersedia departement store dan amusement center.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Didorong dengan semakin cepatnya perubahan dalam lingkungan bisnis
ritel, semakin banyaknya permintaan konsumen akan suatu produk dan layanan,
serta kompetisi yang semakin ketat di antara pebisnis-pebisnis ritel, menyebabkan
peritel berkewajiban untuk terus menerus memperhatikan kepuasan dan loyalitas
pelanggannya (Javalgi dalam Bloemer dan Schroder, 2002). Loyalitas adalah
faktor terpenting dalam menentukan kesuksesan suatu bisnis dan keberlangsungan
suatu usaha, dan tanpa adanya loyalitas dalam bisnis, maka keunggulan kompetitif
yang dimiliki seperti tidak pernah ada dan perusahaan tidak akan sukses (Omar
dalam Semuel, 2006). Griffin (2002:31) menyatakan bahwa pelanggan yang loyal
merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik
yang dimilikinya seperti: melakukan pembelian secara teratur (makes regular
repeat purchases), membeli di luar lini produk atau jasa (purchases across
product and service the line), merekomendasikan produk lain (refers other), dan
menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (demonstrates
an immunity to the full of the competition) dan bersedia membayar lebih mahal
(pay more for the product).
Loyalitas dapat tercipta jika perusahaan mampu memuaskan pelanggannya
(Kotler, 2007:176). Jika kepuasan pelanggan terwujud maka loyalitas pada toko
juga dapat terwujud (Omar dalam Semuel, 2006). Selain itu ditekankan bahwa
loyalitas pelanggan pada toko adalah faktor penting dalam kesusksesan
perdagangan eceran dan kemampuan toko untuk bertahan. Konsep kepuasan
memiliki hubungan yang erat dengan loyalitas pelanggan dapat dilihat dari
beberapa hasil studi seperti penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Quester
(2006) yang menghasilkan bahwa kepuasan memiliki efek yang positif terhadap
loyalitas toko, di mana kepuasan itu dihasilkan dengan pelayanan karyawan yang
baik, usaha untuk memberikan nilai lebih dan nilai ekonomis.
Kepuasan pelanggan menempati posisi penting dalam praktek di dunia
bisnis karena manfaat yang dapat ditimbulkannya bagi perusahaan. Pertama,
banyak peneliti setuju bahwa konsumen yang terpuaskan cendrung akan menjadi
loyal (Anderson dkk dalam Suhartanto, 2001). Konsumen yang puas terhadap
barang dan jasa yang dikonsumsinya akan mempunyai kecendrungan untuk
membeli ulang dari produsen yang sama. Kedua, kepuasan merupakan faktor yang
akan mendorong adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif
(Solomon dalam Suhartanto, 2001). Bentuk dari komunikasi dari mulut ke mulut
yang disampaikan oleh orang yang puas ini bisa berbentuk rekomendasi kepada
calon konsumen lain, dorongan kepada rekan untuk melakukan bisnis dengan
penyedia di mana konsumen puas dan mengatakan ha-hal yang baik tentang
penyedia jasa tersebut. Faktor terakhir dari efek kepuasan pelanggan terhadap
perilaku adalah pelangan yang puas cendrung untuk mempertimbangkan penyedia
jasa yang mampu memuaskan sebagai pertimbangan pertama jika ingin membeli
barang atau jasa yang sama. Faktor terakhir ini dikenal sebagai faktor kognitif
yang ditimbulkan oleh adanya kepuasan (Gremler dan Brown dalam Suhartanto,
2001).
Dalam beberapa penelitian tentang kepuasan konsumen, ditemukan bahwa
kepuasan secara menyeluruh adalah suatu evaluasi global yang terdiri atas
kepuasan atas komponen-komponen atribut dari suatu barang atau jasa
(Mittal,dkk, 2001). Kepuasan konsumen yang menciptakan loyalitas pelanggan
merupakan faktor penting dalam kesuksesan perdagangan ritel dan kemampuan
toko untuk bertahan. Pada era pasar modern saat ini, loyalitas dapat ditentukan
langsung oleh ekspektasi pelanggan terhadap produk dan jasa yang ditawarkan,
atau juga oleh aplikasi retail mix yang ditetapkan (Chang dan Tu, 2005)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Singh (2006), ditemukan
bahwa kepuasan sangat penting. Walaupun kepuasan pelanggan tidak menjamin
adanya pembelian ulang yang dilakukan oleh pelanggan, tetapi kepuasan masih
memainkan peranan penting untuk menumbuhkan loyalitas pelanggan dan retensi
pelanggan. Hal ini juga diperkuat oleh riset yang dilakukan oleh Gerpott dalam
Singh (2006) yang menyatakan kepuasan pelanggan adalah determinan langsung
dalam membentuk loyalitas pelanggan di mana selanjutnya akan menjadi pusat
determinan terhadap retensi pelanggan. Kepuasan pun terbentuk manakala
perusahaan mampu memberikan kualitas layanan dan membangun citra positif di
mata pelanggannya. Begitu juga pada bisnis ritel, terutama ritel moderen layanan
ritel dan citra toko tidak dapat dipungkiri sebagai pembentuk kepuasan (Omar
dalam Semuel, 2006).
Variasi kepuasan pelanggan atas sekelompok toko moderen akan
terbentuk manakala layanan eceran dan ragam karakteristik dari citra toko, benar-
benar dapat memenuhi ekspektasi maupun keinginan para pelanggan setianya
secara aktual, seperti: suasana nyaman di dalam berbelanja, kebersihan atas
sanitasi lingkungan toko, privasi pelanggan di dalam berbelanja benar-benar
terjaga, kemudahan atas sarana pembayaran produk ritel yang telah dibeli oleh
para pelanggan, kejelasan arah maupun nilai-nilai manfaat produk ritel bagi pihak
pengguna atau pemakainya dan display serta lay out barang di dalam toko. Ma’ruf
(2005:217) mengungkapkan bahwa layanan ritel bertujuan memfasilitasi para
pembeli ketika berbelanja di gerai, sedangkan citra toko merupakan persepsi
pelanggan terhadap toko melalui atribut-atribut yang ada di dalamnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Nadiri, dkk (2009) menemukan bahwa
layanan ritel yang terdiri atas lima dimensi yakni : physical aspect, reliability,
personal interaction, problem solving dan policy memiliki pengaruh langsung
secara positif terhadap niat berperilaku yang ditunjukkan dengan melakukan
pembelian ulang dan rekomendasi kepada orang lain. Penelitian lainnya mengenai
pengaruh kualitas layanan pada kepuasan dan loyalitas pelanggan grey
consumers’ juga menemukan bahwa kualitas layanan memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kepuasan di department store dan juga loyalitas
toko secara menyeluruh (Lu dan Seock, 2008). Selain itu juga ditemukan bahwa
kepuasan dapat menjadi intervening positif antara layanan ritel dan loyalitas
pelanggan (Warniati, 2007 dan Sari, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Putra
(2008), juga menunjukkan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh pihak
Hypermart Bandung, ditemukan dapat menciptakan kepuasan pelanggan dan
menimbulkan niat berperilaku pelanggan di masa yang akan datang. Caruana
(2002) pun juga menemukan bahwa loyalitas dipengaruhi oleh kualitas layanan
dengan kepuasan pelanggan terlebih dahulu.
Citra toko yang dibangun merupakan suatu langkah strategis yang
dilakukan oleh pengecer untuk mendekatkan produk atau jasa pada pelanggan
secara langsung (Bloemer, 2002). Sehingga usaha ini akan memberikan dampak
positif terhadap kepuasan pelanggan. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
sebelumnya yang meneliti mengenai hubungan antara citra toko, kepuasan dan
loyalitas pelanggan yang menghasilkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara citra toko dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan (Bloomer dan Ruyter,
2008). Studi ini juga diperkuat oleh studi lain yang dilakukan oleh Blomer (2002),
bahwa citra toko sebagai afeksi positif memiliki pengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Kuatnya pengaruh karakteristik citra toko yang terdiri atas:
assortment, atmosfer, lokasi untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan
menjadikannya sebagai pelanggan rutin perusahaan, serta memiliki pengalaman
yang positif untuk menambah kepuasan yang dipersepsikam oleh para pelanggan
(Bloomer dan Schroder, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Theodoridis, dkk
(2009) juga menemukan bahwa atribut dari citra toko memiliki pengaruh yang
positif terhadap kepuasan pelanggan dengan tingkat variasi yang berbeda
berdasarkan profil pelanggannya
Pengaruh citra toko terhadap loyalitas juga ditemukan dalam hasil
penelitian Andreassen, serta Andreassen dan Linestad dalam Mardalis (2005).
Hasil penelitian Andreassen dan Linestad dalam Mardalis (2005) menghasilkan
bahwa citra toko mempunyai dampak langsung yang signifikan terhadap loyalitas
pelanggan dan ada pula yang menyatakan dampaknya tidak langsung tetapi
melalui variabel lain. Penelitian mengenai hubungan interrelationship antara citra
toko, store satisfaction, dan store loyalty di Toko Korea yang menerapkan pola
diskon menemukan bahwa loyalitas toko ditentukan langsung dari attribute citra
toko yang diterapkan terkait dengan lokasi toko, pengadaan barang, dan penjualan
purna jual (Koo, 2003). Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Pungky (2007) yang menghasilkan bahwa citra toko memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ryu, dkk (2003) menemukan bahwa
terdapat hubungan antara citra toko, kepuasan pelanggan dan niat berperilaku.
Dalam penelitiannya semua hipotesis teruji, mulai dari citra toko yang
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, citra toko berpengaruh terhadap niat
berperilaku, serta kepuasan pelanggan yang berpengaruh terhadap niat
berperilaku. Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh Brunner, dkk (2008)
juga menemukan bahwa citra toko berpengaruh terhadap loyalitas melalui
kepuasan.
Gambar 3.1 Model Konseptual Hubungan Variabel Layanan Ritel, Citra Toko, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan
Loyalitas (Y2)Kepuasan (Y
1)
Citra toko (X2)
Layanan Ritel (X
1)
Kerangka konseptual penelitian ini dirumuskan berdasarkan penjabaran
dari konsep berpikir penelitian di mana mengacu pada penelitian sebelumnya serta
teori-teori pendukung yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga penelitian ini
lebih ditekankan pada pengaruh variabel layanan ritel dan citra toko terhadap
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Kerangka konseptual penelitian yang disusun menggambarkan bahwa
kepuasan pelanggan (Y1) dipengaruhi secara langsung oleh variabel layanan ritel
(X1) dan citra toko (X2), sedangkan variabel loyalitas pelanggan di pengaruhi oleh
kepuasan pelanggan (Y1), tetapi dapat juga dipengaruhi secara langsung oleh
masing-masing variabel yakni : layanan ritel (X1) dan citra toko (X2) maupun
tidak langsung dengan menggunakan variabel kepuasan sebagai intervening.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1 di atas.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penlitian yang mengacu pada penelitian
sebelumnya dan teori-teori, maka disusunlah hipotesis penelitian sebagai berikut.
1) Layanan ritel berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan pelanggan Pepito Supermarket.
2) Citra toko berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan pelanggan Pepito Supermarket.
3) Kepuasan pelanggan berpengaruh langsung secara positif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
4) Layanan ritel berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
5) Citra toko berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
6) Layanan ritel melalui kepuasan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
7) Citra toko melalui kepuasan berpengaruh langsung secara positif dan
signifikan terhadap loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
8) Terdapat perbedaan perilaku kelompok domestik dan mancanegara dalam
menjelaskan hubungan layanan ritel dan citra toko terhadap kepuasan dan
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket .
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasinya (level of explanation), penelitian ini
termasuk dalam kategori penelitian asosiatif yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Sugiyono (2006:11), tujuan
utama penelitian asosiatif adalah memperoleh penjelasan mengenai hubungan
sebab akibat antara layanan ritel dan citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas
pelanggan Pepito Supermarket, Kuta-Bali. Penelitian ini dilakukan dengan
pengumpulan data melalui survei pelanggan dan alat pengumpul data yang
digunakan adalah kuisioner (Solimun, 2005:63). Rancangan ini merupakan
rencana menyeluruh dari penelitian yang mencakup hal-hal yang akan dilakukan
peneliti, mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional
sampai kepada analisis data.
Penekanan khusus dalam penelitian ini ditujukan pada atribut atau
indikator dari variabel layanan ritel dan citra toko yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan dan pada akhirnya berdampak kepada tingkat loyalitas baik secara
langsung maupun tidak langsung. Data diolah dengan menggunakan Structural
Equation Model (SEM), kemudian akan dibahas dan dari interprestasi hasil
penelitian tersebut ditarik kesimpulan dan diberikan saran.
4.2 Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pepito Supermarket dengan pertimbangan
bahwa Pepito Supermarket dikategorikan sebagai ritel moderen yang memiliki
segmentasi yang luas dengan target pasar lima puluh persen penduduk lokal atau
domestik dan lima puluh persennya lagi adalah wisatawan mancanegara termasuk
para ekspatriat yang tinggal di Bali. Selain itu Pepito Supermarket dipilih karena
telah menerapkan layanan ritel dan citra toko dalam mencapai kepuasan dan
loyalitas pelanggannya.
Obyek penelitian adalah suatu hal atau apa saja yang menjadi perhatian
dan apa saja yang di teliti dalam penelitian. Obyek penelitian ini adalah pengaruh
layanan ritel dan citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan.
4.3 Identifikasi Variabel Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diajukan, variabel-
variabel dalam analisis ini dapat diidentifikasikan secara garis besar menjadi dua
yakni: variabel eksogen dan variabel endogen. Untuk variabel eksogen dan
endogen dalam penelitian pemasaran dan perilaku konsumen sering dikenal
dengan istilah variabel laten atau konstruk, sehingga untuk selanjutnya akan
digunakan istilah konstruk eksogen dan konstruk endogen.
1. Konstruk eksogen diwakili oleh dua konstruk yakni
layanan ritel (X1) dan citra toko (X2).
2. Konstruk endogen diwakili oleh dua konstruk yakni
konstruk kepuasan pelanggan (Y1) dan loyalitas pelanggan (Y2).
Tabel 4.1 Klasifikasi Konstruk dan Indikatornya
Klasifikasi Konstruk
Nama Konstruk
Indikator Sumber
Eksogen Layanan ritel (X1)
1. Lingkungan toko yang bersih (X1.1)
Dabholkar dalam Utami (2006:256)
2. Jam operasional toko yang sesuai dengan pengumuman yang terpasang (X1.2)
4. Kasir yang cepat dalam melayani pembayaran (X1.3)
6. Fasilitas parkir yang luas (X1.4)
8. Lay out toko yang memudahkan menemukan barang yang dibutuhkan (X1.5)
Citra toko ( X2)
1. Lokasi mudah dijangkau (X2.1) Ghosh dalam Bloemer dan Schroder (2002); Ma’ruf (2005:182)
2. Harga yang reasonable (X2.2)
4. Display barang yang menarik (X2.3)
6. Pilihan produk yang beranekaragam (X2.4)
8. Atmosfer toko yang baik (X2.5)10. Program loyalty yang menarik
(X2.6)12. Karyawan yang ramah (X2.7)14. Promosi yang menarik (X2.8)
Endogen Kepuasan pelanggan (Y1)
1. Kepuasan dengan barang yang ditawarkan (Y1.1)
Bloemer dan Ruyter (2008)
2. Kepuasan dengan layanan yang diberikan (Y1.2)
4. Kepuasan secara umum (Y1.3)Loyalitas pelanggan (Y2)
1. Bersedia membayar harga yang tercantum pada barang (Y2.2)
2. Menjadikan sebagai pilihan utama dalam berbelanja (Y2.1)
Griffin (2002:84), Bloemer dan Ruyter (2008)
3. Merekomendasikan kepada orang lain (Y2.4)
4. Menceritakan hal-hal positif (Y2.3)
4.4 Definisi Operasional Variabel
Setelah indikator masing-masing variabel ditentukan, selanjutnya masing-
masing indikator didefinsikan dengan jelas. Definisi operasional menurut
Sugiyono (2006:36) adalah definisi yang dibuat spesifik sesuai dengan kriteria
pengujian atau pengukuran. Tujuannya adalah agar pembaca lain juga memiliki
pengertian yang sama. Definisi operasional dibentuk dengan cara mencari
indikator empiris konsep. Konstruk yang diteliti dapat didefinisikan sebagai
berikut.
1) Layanan ritel (X1)
Penelitian-penelitian yang terkait dengan layanan ritel menetapkan
indikator – indikator yang dianggap sesuai dengan aspek operasional bisnis ritel,
yang meliputi : lingkungan toko yang bersih, jam operasional toko yang sesuai
dengan pengumuman yang terpasang, kasir yang cepat dalam melayani
pembayaran, fasilitas parkir yang luas, dan lay out toko yang memudahkan
menemukan barang yang dibutuhkan (Dabholkar dalam Utami, 2006:256). Dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya, usaha ritel modern tidak dapat melepaskan kaitan
layanan dalam upaya memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Ma’ruf
(2005:217) mengungkapkan bahwa layanan ritel bertujuan memfasilitasi para
pembeli ketika berbelanja di gerai.
Persepsi tentang layanan ritel tersebut diukur berdasarkan indikator-
indikator sebagai berikut.
(1) Lingkungan toko yang bersih (X1.1), adalah penilaian pelanggan
terhadap lingkungan Pepito Supermarket yang terkait dengan
kebersihan toko baik lingkungan di dalam maupun di luar toko.
(2) Jam operasional toko yang sesuai dengan pengumuman yang terpasang
(X1.2), adalah penilaian pelanggan tentang jam operasional (buka tutup)
toko yang sesuai dengan pengumuman yang telah terpasang di depan
toko.
(3) Kasir yang cepat dalam melayani pembayaran (X1.3), adalah penilaian
pelanggan tentang kecepatan kasir dalam melayani pembayaran dari
pelanggan, mulai dari antrian pembayaran dan fasilitas lain yang ada
hubungannya dengan kecepatan transaksi seperti menerima pembayaran
dengan kartu debet maupun kredit.
(4) Fasilitas parkir yang luas (X1.4), adalah penilaian pelanggan tentang
fasilitas parkir yang luas sehingga pelanggan dengan mudah dapat
memarkirkan kendaraannya baik berupa mobil, bus, dan sepeda motor.
(5) Lay out toko yang memudahkan menemukan barang yang dibutuhkan
(X1.5), adalah lay out toko yang teratur sehingga memudahkan
pelanggan untuk mencari dan menemukan barang yang diinginkan.
2) Citra toko (X2)
Citra toko pada ritel moderen berkaitan dengan persepsi konsumen
terhadap suatu toko dibandingkan dengan toko lainnya yang dapat dilihat dari
delapan item indikator yang menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert 5
poin yang terdiri atas lokasi mudah dijangkau, harga yang sesuai dengan barang
yang ditawarkan (reasonable,) display barang yang menarik, pilihan produk yang
beraneka ragam, atmosfer toko yang baik, program loyalty yang menarik,
karyawan yang ramah, dan promosi yang menarik di dalam toko (Ghosh dalam
Bloemer dan Schroder, 2002 dan Maruf, 2005:182).
Persepsi tentang citra toko tersebut diukur berdasarkan indikator-indikator
sebagai berikut.
(1) Lokasi Pepito Supermarket mudah dijangkau (X2.1), adalah penilaian
pelanggan tentang lokasi Pepito Supermarket, menyangkut kemudahan
akses dan pertimbangan lainnya yang berhubungan dengan lokasi fisik
Pepito Supermarket.
(2) Harga yang sesuai dengan barang yang ditawarkan (reasonable) (X2.2),
adalah persepsi pelanggan tentang kebijakan harga yang dilakukan oleh
Pepito Supermarket di mana harga yang ditawarkan oleh konsumen
sesuai dengan kualitas barang maupun atribut-atribut yang melekat
pada barang tersebut.
(3) Display barang yang menarik (X2.3), adalah penilaian pelanggan tentang
penempatan display barang yang dilakukan oleh Pepito Supermarket, di
mana display barang dibuat semenarik mungkin sehingga membuat
konsumen tertarik untuk mengambil dan membeli barang-barang yang
ditawarkan oleh Pepito Supermarket.
(4) Pilihan produk yang beranekaragam (X2.4), adalah penilaian pelanggan
tentang produk yang disediakan oleh Pepito Supermarket di mana
produk ditawarkan dengan beragam mulai dari kebutuhan pokok
sampai kebutuhan yang jarang dicari oleh konsumen di Supermarket
seperti: toys serta party supplies.
(5) Atmosfer yang baik (X2.5) adalah penilaian pelanggan tentang kondisi
dan kenyamanan berbelanja di toko termasuk suhu atau temperatur
ruangan dan suasana Pepito Supermarket.
(6) Program loyalty yang menarik (X2.6), adalah penilaian pelanggan
terhadap program loyalty customer yang diadakan oleh Pepito di mana
pada jam tertentu atau hari tertentu pemegang member card Pepito
Supermarket diberikan diskon tambahan.
(7) Karyawan yang ramah (X2.7), adalah penilaian pelanggan tentang
keramahan para karyawan Pepito Supermarket dalam memberikan
tegur sapa kepada pelanggan yang datang sampai pelanggan tersebut
pulang dari Pepito Supermarket.
(8) Promosi yang menarik dalam toko (X2.8) adalah penilaian pelanggan
terhadap promosi yang dilakukan oleh Pepito Supermarket di dalam
tokonya seperti: pemasangan wobbler dan media point of sale lainnya
dan program direct sampling di dalam toko.
3) Kepuasan Pelanggan (Y1)
Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma
kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya
atau mengalaminya. Variabel kepuasan pelanggan diukur dengan tiga item
indikator yang menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert lima poin yang
terdiri atas kepuasan menyeluruh terhadap barang yang ditawarkan, kepuasan
menyeluruh terhadap layanan yang diberikan dan kepuasan secara umum terhadap
suatu toko.
Persepsi tentang kepuasan pelanggan tersebut diukur berdasarkan
indikator-indikator sebagai berikut.
(1) Kepuasan menyeluruh terhadap barang yang ditawarkan (Y1.1), adalah
penilaian pelanggan terhadap kepuasan yang dirasakan tentang barang-
barang yang ditawarkan oleh perusahaan.
(2) Kepuasan terhadap layanan yang diberikan (Y1.2), adalah penilaian
pelanggan mengenai kepuasan atas keseluruhan layanan yang diberikan
terkait dengan layanan yang diberikan oleh staf dan manajemen Pepito
Supermarket mulai dari konsumen tersebut datang kemudian berbelanja
hingga pulang dari Pepito Supermarket.
(3) Kepuasan secara umum (Y1.3), adalah penilaian pelanggan secara
umum mengenai kesesuaian antara harapan dan kinerja yang dirasakan
dari Pepito Supermarket.
4) Loyalitas pelanggan
Loyalitas pelanggan menunjukkan kecenderungan pelanggan untuk
menggunakan suatu merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi. Ini
berarti loyalitas selalu berkaitan dengan preferensi pelanggan dan pembelian.
Variabel loyalitas pelanggan diukur dengan empat item indikator yang
menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert lima poin yang terdiri atas
bersedia membayar harga yang tercantum pada barang, menjadikan pilihan utama
dalam berbelanja, rekomendasi kepada orang lain, serta menceritakan hal-hal
positif yang diukur dari skala sangat tidak setuju sampai skala sangat setuju.
Persepsi tentang loyalitas pelanggan tersebut diukur berdasarkan
indikator-indikator sebagai berikut.
(1) Bersedia membayar harga yang tercantum pada barang (Y2.1), adalah
penilaian pelanggan terhadap kesediaannya untuk membayar harga
yang tercantum pada barang-barang yang ditawarkan oleh Pepito
Supermarket.
(2) Menjadikan sebagai pilihan utama dalam berbelanja (Y2.2), adalah
penilaian pelanggan terhadap tindakannya untuk menjadikan Pepito
Supermarket sebagai pilihan utamanya untuk berbelanja sebelum
memilih supermarket lainnya.
(3) Merekomendasikan kepada orang lain (Y2.3), adalah penilaian
pelanggan untuk melakukan tindakan mempengaruhi orang lain untuk
berbelanja di Pepito Supermarket.
(4) Menceritakan hal-hal positif (Y2.4), adalah penilaian pelanggan terhadap
tindakannya untuk menceritakan hal-hal positif tentang pengalaman
berbelanjanya di Pepito Supermarket kepada orang lain baik itu kolega,
teman dan kerabatnya.
4.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
4.5.1 Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari individu-individu dengan kualitas serta
ciri-ciri yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2006:72) populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh
pengunjung yang berkunjung ke Pepito Supermarket.
4.5.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel non probabilitas, di mana
jumlah populasi tidak diketahui yakni sebagian kecil pengunjung yang berbelanja
di Pepito Supermarket Kuta-Bali. Jumlah anggota sampel atau ukuran sampel
(sampel size) ditetapkan 140 dengan pertimbangan teori yang menyatakan bahwa
ukuran sampel untuk analisis SEM disarankan antara 100 hingga 200 dan
minimum absolutnya 50 (Hair dalam Wicaksana, 2007). Selain itu juga
didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Santoso (2007: 68) bahwa untuk
memperoleh hasil analisis jalur yang maksimal dengan menggunakan SPSS,
sebaiknya digunakan sampel di atas 100.
Ukuran sampel memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi
hasil. Sejauh ini belum ada rumusan untuk menghitung besar sampel pemodelan
SEM (Structural Equation Model). Secara struktural dinyatakan bahwa ukuran
sampel yang cukup adalah 100 sampai dengan 200 (Ghozali, 2007:26). Jika
terlalu besar akan menuai kesulitan dalam meraih Goodness of Fit. Untuk itu
saran terbaik bagi ukuran sampel adalah 5 sampai dengan 10 observasi untuk
setiap estimasi parameter. Disamping pendapat di atas, pertimbangan utama
dalam penggunaan sampel adalah 1). Kendala sumber daya (waktu, dana dan
sumber daya lain), 2). Ketepatan, di mana melalui pemilihan desain sampel yang
baik peneliti akan memperoleh data yang akurat, 3). Pengukuran destruktif,
artinya objek yang dikorbankan untuk maksud pengujian jangan sampai sangat
besar dan merugikan. Berdasarkan pandangan dan batasan tersebut di atas, maka
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 140 responden dengan
pertimbangan ukuran sampel 7 kali dari jumlah indikator yang ada (7 kali 20
indikator = 140 responden) yang masih berada dalam rentang ukuran sampel yang
sebaiknya dipergunakan yakni 100-200 responden. Untuk selanjutnya karena
target pasar dari Pepito Supermarket tidak hanya saja penduduk lokal ataupun
domestik tetapi juga mancanegara, maka sampel penelitian sejumlah 140
responden akan diambil dengan pembagian secara merata yakni, 70 responden
penduduk lokal ataupun domestik, sedangkan sisanya 70 responden diambil dari
responden mancanegara.
4.5.3 Teknik pengambilan sampel
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk
mendapat sampel yang dapat menggambarkan populasi. Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik judgemental sampling. Menurut Malhotra
(2005:373) judgement sampling adalah teknik penentuan sampel convenience
(kemudahan) yang disertai dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam
penelitian ini, tahap pertama pengambilan sampel adalah siapa saja yang
kebetulan bertemu dengan peneliti (diperoleh dengan mudah) dan tahap
berikutnya adalah bila responden tersebut cocok sebagai sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan dalam memilih responden
adalah berdasarkan ketentuan bahwa responden dalam penelitian ini adalah
pengunjung Pepito Supermarket yang sudah pernah melakukan kunjungan
minimal tiga kali (3x). Selain itu, pengunjung yang dipilih adalah pengunjung
yang berbelanja dengan kriteria minimal tamat SLTA, dengan pertimbangan
pelanggan yang telah tamat SLTA mampu memberikan pendapat yang rasional,
mengambil keputusan dan mampu untuk menjawab pertanyaan dalam kuisioner.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode angket dan observasi. Metode angket merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden
agar responden tersebut memberikan jawabannya (Suliyanto, 2006: 140). Dengan
metode angket ini, 140 responden diwawancarai melalui kuisioner. Setiap
jawaban diselaraskan dengan dasar teori yang melandasi parameter penelitian.
Data diperoleh dari wakil populasi yang diwakili oleh responden yang sudah
pernah berkunjung dan berbelanja minimal 3x di Pepito Supermarket. Selain
metode angket, metode lain yang digunakan oleh peneliti adalah metode observasi
di mana peneliti secara langsung melakukan pengamatan pada lokasi penelitian
yakni Pepito Supermarket.
4.7 Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran
4.7.1 Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.
Berdasarkan sifatnya instrumen penelitian, kuisioner yang digunakan adalah
kuisioner yang berisikan pertanyaan tertutup (close-ended question) di mana
responden digiring untuk memilih salah satu jawaban dari berbagai alternatif
jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti dan pertanyaan-pertanyaan
tersebut disusun secara terstruktur, untuk memudahkan responden
menjawabnya.
4.7.2 Skala pengukuran
Penilaian terhadap variabel yang diidentifikasi tentang pengaruh layanan
ritel dan citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan dilakukan dengan
pernyataan berskala. Dalam kuisioner ini digunakan skala Likert 1-5, di mana
responden diberikan kebebasan untuk menentukan pendapat atau opini sesuai
dengan yang dialaminya terhadap indikator-indikator pada kuisioner tersebut.
Skala Likert umumnya menggunakan poin skala dan derajat persetujuan
sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Dalam penelitian ini digunakan rentang
penilaian 1 sampai dengan 5 di mana nilai 1 dikategorikan ukuran penilaian
sangat tidak setuju (STS), nilai 2 menunjukkan ukuran penilaian tidak setuju (TS),
nilai 3 menunjukkan ukuran penilaian netral (N), nilai 4 menunjukkan ukuran
penilaian setuju (S), dan nilai 5 menunjukkan ukuran penilaian sangat setuju (SS).
Alasan pemilihan skala Likert dengan lima tingkatan ini antara lain:
kesesuaian dengan berbagai penelitian sebelumnya, memperbesar variasi jawaban
bila dibandingkan empat skala, dan agar memperlihatkan kecenderungan
pemilihan responden terhadap variabel. Begitu pula jika dibandingkan dengan
skala Likert tujuh tingkatan yang akan memberikan variasi jawaban yang terlalu
beragam bagi responden.
4.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) dengan program AMOS
(Analysis of Moment Structure) 16. Menurut Ghozali (2005:1), SEM merupakan
gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor dan model
persamaan simultan.
Menurut Santoso (2007:12), SEM adalah teknik analisis multivariate yang
merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi (korelasi), yang
bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah
model, baik itu antar indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antar
konstruk.
4.8.1 Tahapan pemodelan dengan analisis persamaan struktural (SEM)
Penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Model) yang
didasarkan pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan. Ferdinand
(2002:34) mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan struktural
menjadi tujuh langkah yaitu sebagai berikut:
1. Pengembangan model berdasar teori.
Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau
pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.
Untuk dapat bertahan pada persaingan di bisnis ritel yang semakin ketat,
perusahaan perlu memperhatikan kepuasan dan loyalitas pelanggannya.
Kepuasan pelanggan dapat terbentuk dari layanan ritel yang diberikan kepada
para konsumennya dan juga membangun citra toko yang positif. Penelitian
menunjukkan bahwa layanan ritel dan citra toko ternyata dapat mempengaruhi
kepuasan pelanggan (Omar dalam Semuel, 2006). Beberapa penelitian juga
menemukan bahwa layanan ritel memiliki pengaruh secara langsung terhadap
kepuasan dan loyalitas pelanggan, selanjutnya citra toko juga memiliki
pengaruh secara langsung baik ke kepuasan pelanggan maupun ke loyalitas
pelanggan yang masing-masing variabel diukur dengan indikator-indikator
tertentu (Bloomer, 2002). Konsep berikutnya adalah kepuasan yang memiliki
pengaruh secara langsung dan positif terhadap loyalitas pelanggan seperti
yang dikemukakan oleh Chen dan Quester (2006). Kepuasan juga menjadi
variabel intervening antara layanan ritel terhadap loyalitas dan citra toko
terhadap loyalitas (Warniati, 2007 dan Ryu, 2003). Sehingga berdasarkan teori
dan penelitian sebelumnya dibangunlah model hubungan antara layanan ritel,
citra toko, kepuasan dan loyalitas pelanggan.
2. Menyusun diagram jalur.
Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama
akan digambarkan pada path diagram. Path diagram tersebut akan
mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas. Berdasarkan
dari kajian teori dan kerangka teoritis yang ada, kemudian dibuat gambar
diagram jalur hubungan kausalitas antar variabel (konstruk) beserta
indikatornya yang dapat dilihat di Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Model Jalur Hubungan Variabel Layanan Ritel, Citra Toko, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan
3. Menyusun persamaan struktural.
Selanjutnya adalah mengubah diagram jalur ke dalam persamaan struktural
dan model pengukuran. Pada langkah ketiga ini, model yang dinyatakan
dalam diagram jalur dinyatakan dalam dua kategori dasar yaitu sebagai
berikut.
Layanan Ritel (x1)
Kepuasan (Y1) Loyalitas (Y2)
Citra Toko (x2)
X11e11
1
X12e21
X13e31
X14e41
X15e51
X27e12
1
1
X26e111
X25e101
X24e91
X23e81
X22e71
X21e61
Y11e14
11
Y12e151
Y13e161
Y24 e20
1
1
Y23 e191
Y22 e181
Y21 e171
X28e131
z2
1
z1
1
a. Persamaan-persamaan struktural (structural equations).
Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar
berbagai konstruk. Persamaan struktural dari model diagram jalur
penelitian ini dinyatakan sebagai berikut.
Y1 = γ1X1 + γ2X2 + ε1 …………………………………………… (1)
Y2 = γ1X1 + γ2X2 + ε1 β1Y1 + ε2 …………………………………………….. (2)
di mana:γ (gamma) = hubungan langsung variabel eksogen terhadap variabel endogenβ (beta) = hubungan langsung variabel endogen terhadap variabel endogenε (epsilon) = measurement errorX1 = layanan ritel X2 = citra tokoY1 = kepuasan pelanggan
Y2 = loyalitas pelanggan
b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model).
Persamaan spesifikasi ini untuk menentukan variabel mana yang
mengukur konstruk serta menentukan serangkaian matriks yang
menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau variabel.
4. Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang diusulkan.
Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariat lainnya.
SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau
matrik korelasi (Ghozali, 2005:22). Sedangkan teknik estimasi model yang
digunakan adalah Maximum Likelihood Estimation (ML) dengan program
AMOS 16. Menurut Ferdinand (2002:165) estimasi dilakukan secara bertahap
yaitu sebagai berikut.
a. Teknik confirmatory factor analysis, yaitu teknik yang ditujukan
untuk mengestimasi measurement model dan menguji unidimensionalitas
dari konstruk eksogen maupun konstruk endogen. Pada tahap ini, model
akan mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati dapat mencerminkan
faktor yang dianalisis. Terdapat dua uji dasar dalam confirmatory factor
analysis yaitu uji kesesuaian model (Goodness of fit Test) dan uji
signifikansi bobot faktor. Pada tahap confirmatory factor analysis juga
dilakukan uji validitas dan reabilitas sebagai berikut.
a) Pengujian validitas suatu indikator konstruk dapat dilakukan
dengan pengujian convergent validity. Convergent validity dapat
dinilai dari measurement model yang dikembangkan dalam
penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang
diestimasi secara valid mengukur dimensi dari konsep yang
diujinya. Convergent validity akan menjelaskan hubungan antar
konstruk serta indikator yang membentuknya. Sebuah indikator
menunjukkan convergent validity yang signifikan apabila koefisien
variabel indikator itu lebih besar dari dua kali standar error-nya
(Anderson & Gerbing, 1980 dalam Ferdinand, 2002:187). Jika
sebuah indikator memang menjelaskan sebuah konstruk, maka
indikator tersebut akan mempunyai factor loading yang tinggi
dengan konstruk tersebut serta total indikator akan mempunyai
variance extracted yang cukup tinggi (Santoso, 2007:109).
Variance extracted dapat digunakan untuk menguji validitas
masing-masing konstruk. Menurut Santoso (2007:111) variance
extracted di atas 0,5 dapat dijadikan tanda adanya konvergensi
yang memadai. Variance extracted dapat dicari dengan rumus
(Ghozali, 2005:134) sebagai berikut.
Variance Extraced = jloadingdardizeds
loadingdardizeds
εΣ+ΣΣ
2
2
tan
tan..........................................
(1)
Keterangan :1) Standardized loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator.2) εj adalah measurement error = 1 – (standarized loading)2
b) Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-
indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai di mana
masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk atau faktor
laten yang umum. Cara yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas
adalah dengan menghitung composite (construct) reliability. Construct
reliability didapat dengan rumus (Ghozali, 2005:134).
Construct Reliability = jloadingdardizeds
loadingdardizeds
εΣ+ΣΣ
2
2
)tan(
)tan(..........................................
(2)Keterangan.1) Standardized loading diperoleh langsung dari standardized loading
untuk tiap-tiap indikator.2) εj adalah measurement error = 1 – (standardized loading)2
Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat yang reliabilitas
yang dapat diterima adalah 0,70. Dalam penelitian eksploratori, reliabilitas
yang sedang antara 0,5 sampai 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah
hasil penelitian (Nunally dan Bernstein, 1994 dalam Ferdinand, 2002:193).
b. Teknik full structural equation model, yaitu teknik yang digunakan
untuk menguji kausalitas yang telah dinyatakan sebelumnya. Melalui
analisis full model akan memperlihatkan ada tidaknya kesesuaian model
dan hubungan kausalitas dalam model yang diuji. Pengujian structural
equation model dilakukan dengan dua cara yaitu uji kesesuaian model
serta uji signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi.
5. Menilai identifikasi model struktural.
Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk
menghasilkan unique estimated. Cara melihat ada tidaknya problem
identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi sebagai
berikut.
a. Standar error untuk satu atau beberapa koefisien sangatlah besar.
b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang
seharusnya disajikan.
c. Nilai estimasi yang tidak mungkin misalnya error variance yang negatif.
d. Adanya nilai korelasi yang tinggi (> 0,90) antar koefisien estimasi.
6. Evaluasi kriteria goodness of fit
Langkah yang harus dilakukan sebelum menilai kelayakan dari model
struktural adalah menilai apakah data yang akan diolah memenuhi asumsi
model persamaan struktural. Menurut Ghozali (2005:23) ada tiga asumsi dasar
yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan model persamaan struktural
yaitu sebagai berikut.
a. Observasi data independen.
b. Responden diambil secara random (random sampling responden).
c. Memiliki hubungan linier
Menurut Ferdinand (2002:51) ada beberapa asumsi SEM yang harus dipenuhi
dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yaitu sebagai berikut.
1) Ukuran sampel
Ukuran yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM adalah minimum
berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan perbandingan lima observasi
untuk setiap estimasi parameter.
2) Normalitas dan linearitas
Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat
diuji dengan metode-metode statistik. Uji linearitas dapat dilakukan
dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan
data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya
linearitas. Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria
critical ratio skewness atau curtosis value sebesar ± 2,58 pada tingkat
signifikansi 0,01. Data dapat disimpulkan mempunyai distribusi normal
jika nilai critical ratio skewness atau curtosis berada di antara -2,58 dan
+2,58 (Ghozali, 2005:128).
3) Outliers
Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik
secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi
karakteristik yang unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda
dengan observasi-observasi lainnya. Outliers dapat diketahui dengan
membandingkan nilai pada output observations futhest from the centroid.
Data akan dianggap outliers jika nilai mahalanobis d-squared (χ2) hitung
lebih besar dari χ2 pada tabel (Gozhali, 2005:228).
Setelah asumsi SEM terpenuhi, langkah berikutnya adalah menguji kesesuaian
dan uji statistik. Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk
mengukur atau menguji hipotesis mengenai model (Hair, dkk dalam
Ferdinand, 2002:54). Ada beberapa jenis fit index yang mengukur derajat
kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan,
antara lain sebagai berikut.
a) χ2 - Chi-square Statistik
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood
ratio Chi-square statistik. Chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap
besarnya sampel yang digunakan. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
Chi-Square ini adalah sebagai berikut (Santoso, 2007:98).
(1) Dengan membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel
Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, maka matrik kovarian sampel tidak berbeda
dengan matrik kovarians estimasi.
Jika χ2 hitung > χ2 tabel, maka matrik kovarian sampel berbeda dengan
matrik kovarians estimasi.
(2) Dengan melihat angka probabilitas (ρ) pada output AMOS
Jika ρ ≥ 0,05 maka matrik kovarian sampel tidak berbeda dengan
matrik kovarians estimasi.
Jika ρ < 0,05 maka matrik kovarian sampel berbeda dengan matrik
kovarians estimasi.
b) GFI (Goodness of fit Index)
Secara teoritis, angka GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1,0 (perfect
fit) dengan pedoman bahwa semakin hasil GFI mendekati angka 1, akan
semakin baik model tersebut dalam menjelaskan data yang ada. Menurut
Ferdinand (2002:57) nilai GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90.
c) AGFI (Adjusted goodness of fit)
Adjusted goodness of fit merupakan pengembangan dari GFI yang
disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan
degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah
sama atau ≥ 0,90.
d) CMIN/DF
Adalah nilai Chi-square dibagi dengan degree of freedom. Menurut
Wheaton et. Al dalam Ghozali (2005:24) nilai rasio 5 (lima) atau kurang
dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya seperti
Byrne dalam Ghozali (2005:24) mengusulkan nilai rasio ini ≤ 2,
merupakan ukuran fit.
e) TLI (Tucker Lewis Index)
Tucker Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI),
pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor,
tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan
ukuran parsimony ke dalam indeks komparasi antara proposed model dan
null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0. Nilai TLI yang
direkomendasikan adalah ≥ 0,90 (Ghozali, 2005:25).
f) CFI (Comparative Fit Index)
Indeks ini pada dasarnya membandingkan angka NCP (Non Centrality
Parameter) pada berbagai model. CFI mempunyai range value antara 0
sampai 1. Pada umumnya, nilai di atas 0,90 menunjukkan model sudah fit
dengan data yang ada.
g) RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)
RSMEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk
mengompensasikan Chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai
RSMEA ≤ 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang
menunjukkan sebuah close fit dari model berdasarkan degrees of freedom
(Browne & Cudeck, 1993 dalam Ferdinand, 2002:56).
7. Interpretasi dan Modifikasi Model
Ketika model telah dinyatakan diterima, maka dapat dipertimbangkan
dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau
goodness of fit. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-
validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi
diterima.
4.8.3 Multiple group analysis
Program Amos memungkinkan analisis dilakukan secara simultan untuk
model yang sama terdapat beberapa basis data yang berbeda. Fasilitas analisis
multigroup atau data dari multiple samples digunakan untuk membuat analisis
dengan mengestimasi parameter dan hipotesis beberapa group atau kelompok
sampel data secara sekaligus (Ferdinand, 2002 :115). Analisis multiple group
membagi sampel berdasarkan karakteristik tertentu, yang ditentukan terlebih
dahulu dan ada dalam proses pengumpulan data (Santoso, 2002:165). Dalam
penelitian ini dilakukan analisis multiple group berdasarkan karakter geografis
sampel yakni penduduk lokal atau domestik dan wisatawan mancanegara yang
didalamnya termasuk para ekspatriat.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
9.1 Hasil Penelitian
9.1.1 Gambaran umum Pepito Supermarket
Pepito Supermarket didirikan oleh bapak John Sastrawan pada tahun
2002, dengan motto ”Fresh Everyday”. Dengan lokasi yang strategis, Pepito
Supermarket terletak di jantung Kuta, yakni Jalan Kediri 36 A Tuban
mempermudah akses bagi pengunjung untuk menemukan Pepito Supermarket
yang hanya lima menit dari Airport. Pepito Supermarket dibangun sebagai sebuah
supermarket modern dan premium yang menjual berbagai produk yang segar
dengan atmosfer toko serta suasana yang nyaman. Pepito Supermarket juga
berusaha untuk memberikan layanan yang berkualitas dari hati kepada para
konsumennya yang berkunjung dan berbelanja ke Pepito Supermarket. Pepito
Supermarket juga berkomitmen untuk menyediakan produk yang segar dan
produk yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Target pasar Pepito Supermarket ditujukan kepada wisatawan
mancanegara serta domestik yang berkunjung ke Bali juga ekspatriat-ekspatriat
yang tinggal di Bali. Kemudian semakin meluas meliputi penduduk di lingkungan
sekitar. Dengan motto ”Fresh Everyday” yang merefleksikan jaminan Pepito
Supermarket untuk menyediakan hanya produk segar yang berkualitas kepada
pelanggan tercintanya. Seluruh produk yang ditawarkan ke pelanggan didisplay
semenarik mungkin dan didasarkan pada proses seleksi yang ketat dari karyawan
yang telah dilatih secara profesional serta di simpan dalam rak tertentu untuk
menjaga kesegarannya. Adapun beberapa produk yang ditawarkan oleh Pepito
Supermarket terdiri atas beberapa golongan seperti buah dan sayuran segar baik
lokal maupun yang diimpor, berbagai macam daging dan ikan segar, ready to eat
food, wine dan liquor, dairy products, hair and beauty aids, beverages, party
supplies, toys, dan item groceries yang khusus diimpor untuk membedakan
produk yang ditawarkan oleh Pepito Supermarket kepada para pelanggannya.
Adapun produk impor yang ditawarkan oleh Pepito Supermarket adalah produk
impor yang berasal dari negara Australia, China, Korea, Jerman, Swiss, Belgia,
Perancis, dan Amerika Serikat. Selain produk-produk di atas untuk menjaring
pelanggannya lebih banyak lagi, Pepito Supermarket juga bekerjasama dengan
beberapa perusahaan ternama untuk membuka stand dan counter di Pepito
Supermarket seperti : Baskin & Robins Ice Creams, Crocs, Ming Florist, Umah
Bali Home Living yang menjual produk-produk kerajinan tangan dan oleh-oleh
dari Bali. Sehingga pelanggan dapat menjadikan Pepito Supermarket sebagai
salah satu one stop shopping centre.
Seiring perkembangan bisnis ritel di Bali di bisnis ritel, Pepito
Supermarket terus menambah fasilitas-fasilitas untuk membuat para pelanggannya
puas dan loyal serta melakukan diferensiasi terhadap barang-barang dan layanan
yang diberikan seperti: penambahan fasilitas kartu diskon bagi member card,
fasilitas pembayaran dengan kartu kredit, teknologi yang canggih, layanan
pelanggan, karyawan yang terlatih dan ramah, area parkir yang memadai,
dominasi produk yang dijual impor, penggunaan teknologi baru sehingga bisa
mengangkat citra Pepito Supermarket sebagai premium supermarket di Bali,
dengan diferensiasi produk yang dimiliki.
Selain itu dengan semakin kompetiifnya persaingan dalam dunia ritel,
Pepito Supermarket pun menambah gerai ritelnya satu lagi di lokasi yang strategis
yakni Puri Gading. Lokasi pun dipilih dengan pertimbangan bahwa area Puri
Gading merupakan area di mana hotel-hotel banyak didirikan, obyek wisata serta
tempat bermukimnya para ekspatriat-ekspatriat di Bali.
Dalam rangka mendukung operasional perusahaannya, Pepito
Supermarket menerapkan struktur organisasi yang menuntut adanya tanggung
jawab dan wewenang serta hubungan kerja yang jelas antar satu satuan kerja yang
ada dalam perusahaan. Tujuan struktur organisasi ini adalah untuk memberikan
gambaran secara sistematis tentang hubungan-hubungan kerjasama dari orang-
orang yang terdapat di dalam perusahaan guna mencapai tujuan.
Adapun bentuk struktur organisasi yang digunakan untuk mendukung
kegiatan usaha di Pepito Supermarket adalah struktur organisasi garis dan staf,
seperti pada Gambar 5.1.
Alasan dipilihnya struktur organisasi garis dan staf oleh Pepito
Supermarket adalah sebagai berikut.
1. Struktur organisasi ini sederhana dan mudah dimengerti oleh personal yang
terlibat. Di samping itu struktur organisasi ini dinilai efektif dan
memperhatikan efisiensi kerja serta dapat menciptakan adanya pemusatan
pengambilan keputusan sampai tingkat bawah.
2. Pembagian wewenang, tugas serta tanggung jawab yang tegas sehingga
mendukung pengembangan dan peningkatan keterampilan serta keahlian staf
perusahaan dalam bidang maupun jabatannya masing-masing yang
didasarkan pada kemampuan dan pengalaman kerja yang dimiliki.
9.1.2 Karakteristik responden
Karakteristik responden merupakan informasi yang sangat berharga dalam
suatu populasi yang bisa dijelaskan dengan alat uji statistik. Dalam penelitian ini
karakteristik responden digambarkan melalui jenis kelamin, Negara asal, dan
umur responden. Adapun hasil karakteristik responden yang terkumpul melalui
kuisioner adalah sebagai berikut.
Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelaminnya, responden dalam penelitian ini dapat
digolongkan menjadi dua yakni : responden laki-laki dan perempuan.
Tabel 5.1 Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah (orang) PersentaseLaki-laki 58 41,4Perempuan 82 58,6Total 125 100
Sumber : Lampiran 6
Negara asal
Berdasarkan pada pengambilan sampel di mana ukuran sampel bagi
menjadi dua yakni domestik sebesar 50 persen dari jumlah sampel yang ada
dan 50 persennya lagi diambil dari mancanegara. Untuk responden
mancanegara dapat dilihat lebih detail lagi Negara-negara yang menjadi asal
responden penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2
berikut ini.
Tabel 5.2 Responden Menurut Negara Asal
Negara Jumlah (orang) PersentaseAmerika Serikat 7 10Australia 24 34,3Belanda 9 12,9Jepang 7 10Korea 4 5,7Rusia 13 18,6Swiss 3 4,3Taiwan 3 4,3Total 70 100
Sumber : Lampiran 6
Umur
Menurut kelompok umur responden dibagi menjadi 6 kategori dengan rentang
umur 5 tahun untuk setiap kategorinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Responden Menurut Kelompok Umur
Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase
17 – 21 8 5,7
22 – 26 24 17,1
27 – 31 24 17,1
32 – 36 30 21,4
37 – 42 28 20
42 tahun ke atas 26 18,7Total 140 100
Sumber : Lampiran 6
9.1.3 Evaluasi terhadap asumsi SEM
Evaluasi terhadap asumsi SEM dapat dilakukan dengan melihat
ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian, asumsi normalitas dan
evaluasi atas outlier.
a. Ukuran Sampel
Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 140 responden
di mana telah memenuhi minimum sampel permodelan untuk SEM.
b. Evaluasi asumsi normalitas
Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical
ratio curtosis sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01. Data dapat
disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio
custosis berada di antara -2,58 sampai dengan + 2,58. Hasil output
normalitas data dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 5.4 Hasil Uji Assesment of Normality Full ModelVariable Min max skew c.r. kurtosis c.r.X28 2.000 5.000 -.336 -1.622 -.283 -.684Y21 2.000 5.000 -.645 -3.114 -.095 -.230Y22 2.000 5.000 -.739 -3.570 .610 1.474Y23 2.000 5.000 -.581 -2.808 .106 .257Y24 2.000 5.000 -.452 -2.182 -.042 -.102Y13 2.000 5.000 -.425 -2.052 .158 .382Y12 2.000 5.000 -.301 -1.452 -.416 -1.005Y11 2.000 5.000 -.328 -1.586 -.403 -.972X21 2.000 5.000 -.329 -1.587 -1.080 -2.609X22 1.000 5.000 -.219 -1.058 -.524 -1.264X23 2.000 5.000 -.410 -1.978 -.909 -2.195X24 1.000 5.000 -.286 -1.382 -.451 -1.089X25 2.000 5.000 -.580 -2.799 -.611 -1.475X26 1.000 5.000 -.322 -1.555 -.570 -1.377X27 1.000 5.000 -.596 -2.877 -.185 -.447X15 2.000 5.000 -.292 -1.412 -.670 -1.617X14 2.000 5.000 -.218 -1.052 -.449 -1.084X13 2.000 5.000 -.102 -.492 -.930 -2.245X12 2.000 5.000 -.445 -2.151 -.592 -1.430X11 2.000 5.000 -.316 -1.527 -.725 -1.751Multivariate
39.600 7.897
Sumber : Lampiran 10
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa secara univariat data
menyebar dengan normal. Hal itu dapat dilihat dari nilai critical ratio
kurtosis nya keseluruhan menunjukkan nilai dibawah ± 2,58. Untuk itu,
secara umum dapat dikatakan bahwa bahwa distribusi data yang
digunakan dalam model ini berdistribusi normal.
c. Evaluasi atas outliers
Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi
lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel
tunggal ataupun variabel-variabel kombinasi (Hair et al dalam Ghozali,
2005:227). Deteksi terhadap multivariate outliers dilakukan dengan
memperhatikan hasil uji Observations Farthest From The Centroid
(Mahalanobis Distance). Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai
Chi-square pada derajat kebebasan (degree of freedom) 20 yaitu jumlah
variabel indikator pada tingkat signifikansi p<0,001. Nilai mahalanobis
distance χ2 (20, 0.001) = 45.31475, apabila nilai mahalanobis d-squared lebih
besar dari nilai mahalanobis pada tabel, maka data tersebut adalah
multivariate outliers yang harus dikeluarkan (Gozhali, 2005:228).
Tabel 5.5 Hasil Uji Mahalanobis Farthest from The Centroid (Mahalanobis Distance) Full Model
Observation number
Mahalanobis d-squared p1 p2
5 44.534 .001 .09185 42.568 .002 .04358 40.054 .005 .03234 38.618 .007 .02177 37.148 .011 .02129 35.807 .016 .02775 35.676 .017 .01076 34.463 .023 .0173 34.255 .024 .00822 34.162 .025 .003121 31.538 .048 .07999 31.459 .049 .04594 30.968 .056 .04979 30.900 .057 .02827 30.197 .067 .04773 30.180 .067 .02661 30.080 .069 .01615 29.757 .074 .015
Sumber : Lampiran 10
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tidak ada nilai
mahalanobis distance yang lebih besar dari 45,31475, sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak ada data yang mengandung outlier.
9.1.4 Pengujian model
Pengujian model SEM dilakukan secara bertahap dengan confirmatory
factor analysis dan full structural equation model. Analisis faktor konfirmatori ini
merupakan tahap pengukuran terhadap indikator-indikator yang membentuk
variabel laten atau konstruk dalam model penelitian. Tujuan dari analisis faktor
konfirmatori adalah untuk menguji validitas dari dimensi-dimensi pembentuk
masing-masing variabel laten. Analisis faktor konfirmatori ini dilakukan dalam
tiga tahap. Tahap pertama (confirmatory factor analysis-1) mengukur indikator-
indikator yang membentuk masing-masing konstruk eksogen baik layanan ritel
maupun citra toko dengan 13 observed variable. Tahap kedua (confirmatory
factor analysis-2) mengukur dua konstruk endogen dengan tujuh observed
variable. Selain dengan analisis faktor konfirmatori, uji validitas dan reliabilitas
juga dilakukan dengan melihat convergent validity, variance extracted dan
construct reliability. Tahap selanjutnya adalah analisis Structural Equation Model
(SEM) model keseluruhan. Hasil pengolahan data untuk masing-masing tahap
analisis faktor konfirmatori, uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat sebagai
berikut ini.
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Eksogen
Hasil analisis faktor konfirmatori ini adalah pengukuran terhadap
indikator-indikator yang membentuk variabel laten dalam model penelitian
yang terdiri atas konstruk layanan ritel dan citra toko.
1) Analisis faktor konfirmatori konstruk layanan ritel
Hasil Analisis faktor konfirmatori konstruk layanan ritel dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
.46
Layanan Ritel (x1)
X11
.28
e11.00
1
X12
.23
e2 1.071
X13
.37
e31.041
X14
.35
e4
.741
X15
.22
e5
1.08
1
Chi Square=7.535Probability=.184
RMSEA=.060GFI=.978
AGFI=.933TLI=.986
Gambar 5.2. Confirmatory Factor Analysis Konstruk Layanan Ritel
Ringkasan uji kelayakan model confirmatory factor analysis
konstruk layanan ritel dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6 Hasil Uji Goodness of Fit Konstruk Layanan Ritel
Konstruk ModelHasil Model
Cut off Value
Keterangan
Layanan Ritel
Chi-square (CMIN)
7,535 Kecil, χ2 dengan df = 5 adalah 11,0705
Probability Level (ρ)
0,184 ≥ 0,05 Baik
CMIN/DF 1,507 ≤ 2,00 BaikGFI 0,978 ≥ 0,90 BaikAGFI 0,933 ≥ 0,90 BaikTLI 0,986 ≥ 0,90 BaikCFI 0,993 ≥ 0,90 BaikRMSEA 0,06 ≤ 0,08 Baik
Sumber : Lampiran 7
Hasil analisis data memperlihatkan bahwa semua indikator yang
digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses
analisis faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang
telah ditetapkan. Nilai probabilitas pada analisis ini menunjukkan nilai di
atas batas signifikansi yaitu sebesar 0,184, atau di atas 0,05, nilai ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi
yang diestimasi tidak dapat ditolak. Hal ini berarti, tidak terdapat
perbedaan antara matriks kovarians sampel dengan matriks kovarians
populasi yang diestimasi dan karena itu model ini dapat diterima. Indeks-
indeks kesesuaian model lainnya seperti GFI (0,978), AGFI (0,933), TLI
(0,986), CFI (0,993), dan RMSEA (0,06) memberikan konfirmasi yang
cukup untuk dapat diterimanya hipotesis unidimensionalitas bahwa
variabel layanan ritel dapat mencerminkan variabel laten yang dianalisis.
Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading factor)
dan standardized regression weight untuk masing-masing indikator dapat
dilihat sebagai berikut.
Tabel 5.7 Regression Weight (Loading Factor) Measurement Model Konstruk Layanan Ritel
Regression Estimate S.E. C.R. PLabelX11 <--- Layanan Ritel 1.000X12 <--- Layanan Ritel 1.074 .103 10.469 ***par_1X13 <--- Layanan Ritel 1.036 .111 9.347 ***par_2X14 <--- Layanan Ritel .737 .097 7.575 ***par_3X15 <--- Layanan Ritel 1.083 .104 10.402 ***par_4
Sumber : Lampiran 7
Tabel 5.8 Standardized Regression Weight Konstruk Layanan RitelEstimate
X11 <--- Layanan Ritel .786X12 <--- Layanan Ritel .834X13 <--- Layanan Ritel .757X14 <--- Layanan Ritel .643X15 <--- Layanan Ritel .845
Sumber : Lampiran 7
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setiap indikator
pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu nilai critical
ratio (C.R) di atas dua untuk seluruh indikator. Semua nilai probabilitas
untuk masing-masing indikator lebih kecil dari 0,05 (signifikan).
Kemudian dilihat dari standardized regression weight semua indikator
pembentuk konstruk menunjukkan loading factor > 0,5. Dengan hasil ini,
maka dapat dikatakan bahwa indikator-indikator pembentuk konstruk
layanan ritel telah menunjukkan sebagai indikator yang valid dalam
pengukuran variabel laten. Selanjutnya berdasarkan analisis faktor
konfirmatori ini, maka model penelitian ini dapat digunakan untuk analisis
berikutnya.
2) Konfirmatori konstruk citra toko
Hasil analisis faktor konfirmatori konstruk citra toko dapat dilihat
pada Gambar 5.3 berikut ini.
Gambar 5.3. Confirmatory Factor Analysis Konstruk Citra Toko
Ringkasan uji kelayakan model confirmatory factor analysis
konstruk citra toko dapat dilihat pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Hasil Uji Goodness of Fit Konstruk Citra Toko
Konstruk ModelHasil Model
Cut off Value
Keterangan
Citra Toko Chi-square (CMIN)
14,025 Kecil, χ2 dengan df = 20 adalah
Probability Level (ρ)
0,829 ≥ 0,05 Baik
CMIN/DF 0,701 ≤ 2,00 BaikGFI 0,975 ≥ 0,90 Baik
.49
Citra Toko (x2)
X27
.37
e12
1.00
1
X26
.35
e11
1.05
1
X25
.22
e101.151
X24
.35
e9 .951
X23
.29
e81.17
1
X22
.56
e7
.75
1
X21
.48
e6
.71
1
X28
.48
e13
.54
1
Chi Square=14.025Probability=.829
RMSEA=.000GFI=.975
AGFI=.956TLI=1.016
AGFI 0,956 ≥ 0,90 BaikTLI 1,016 ≥ 0,90 BaikCFI 1,000 ≥ 0,90 BaikRMSEA 0,000 ≤ 0,08 Baik
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan Tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa semua indikator
yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses
analisis faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang
telah ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai di
atas batas signifikansi yaitu sebesar 0,829, atau di atas 0,05, nilai ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi
yang diestimasi tidak dapat ditolak. Hal ini berarti, tidak terdapat
perbedaan antara matriks kovarians sampel dengan matriks kovarians
populasi yang diestimasi dan karena itu model ini dapat diterima. Indeks-
indeks kesesuaian model lainnya seperti GFI (0,975), AGFI (0,956), TLI
(1,016), CFI (1,000), dan RMSEA (0,000) memberikan konfirmasi yang
cukup untuk dapat diterimanya hipotesis unidimensionalitas bahwa
variabel citra toko dapat mencerminkan variabel laten yang dianalisis.
Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading factor)
untuk masing-masing indikator dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 5.10 Regression Weight (Loading Factor) Measurement Model Konstruk Citra Toko
Regression Estimate S.E. C.R. P LabelX27 <--- Citra Toko 1.000X26 <--- Citra Toko 1.049 .112 9.351 ***par_1X25 <--- Citra Toko 1.150 .108 10.603 ***par_2X24 <--- Citra Toko .949 .106 8.936 ***par_3
Regression Estimate S.E. C.R. P LabelX23 <--- Citra Toko 1.165 .115 10.159 ***par_4X22 <--- Citra Toko .751 .113 6.624 ***par_5X21 <--- Citra Toko .713 .104 6.837 ***par_6X28 <--- Citra Toko .544 .097 5.580 ***par_7
Sumber : Lampiran 8
Tabel 5.11 Standardized Regression Weight Konstruk Citra Toko
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setiap indikator
pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu nilai critical
ratio (C.R) di atas dua untuk seluruh indikator. Semua nilai probabilitas
untuk masing-masing indikator lebih kecil dari 0,05. Kemudian dilihat dari
standardized regression weight semua indikator pembentuk konstruk
menunjukkan loading factor > 0,5. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan
EstimateX27 <--- Citra Toko .756X26 <--- Citra Toko .779X25 <--- Citra Toko .863X24 <--- Citra Toko .747X23 <--- Citra Toko .835X22 <--- Citra Toko .574X21 <--- Citra Toko .584X28 <--- Citra Toko .513
bahwa indikator-indikator pembentuk konstruk citra toko telah
menunjukkan sebagai indikator yang valid dalam pengukuran konstruk.
Selanjutnya berdasarkan analisis faktor konfirmatori ini, maka model
penelitian ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Endogen
Tahap analisis faktor konfirmatori konstruk endogen ini
menggunakan tahap confirmatory factor analysis model dua konstruk. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa untuk masing-masing konstruk
yang baik nilainya adalah positif (overidentified model). Sedangkan untuk
variabel laten kepuasan sebelum dilakukan confirmatory factor analysis
model dua konstruk, menghasilkan degree of freedom (df) = 0 (just
identified model), yang artinya diperlukan lagi tambahan variabel laten dan
variabel manifes untuk memberikan (df) yang positif dan besar (Santoso,
2002:52). Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pengujian lebih lanjut
dapat dilakukan. Sehingga konstruk endogen yang digunakan terdiri atas
dua variabel laten yakni kepuasan dan loyalitas dengan tujuh observed
variable. Selain hal tersebut, kepuasan dan loyalitas dibuat dengan model
CFA dua konstruk karena konstruk kepuasan dan loyalitas secara teoritis
memiliki hubungan yang kuat, dimana kepuasan dapat menciptakan
loyalitas pelanggan (Kotler, 2007:176). Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Gerpot dalam Singh (2005) yang
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah determinan langsung
dalam membentuk loyalitas pelanggan. Sehingga dalam CFA ini, kedua
konsruk baik kepuasan maupun loyalitas dibuat saling berhubungan. Hasil
pengolahan data untuk analisis faktor konfirmatori konstruk endogen
dapat dilihat pada Gambar 5.4 dibawah ini.
Gambar 5.4. Confirmatory Factor Analysis Dua Konstruk Kepuasan dan Loyalitas
Ringkasan uji kelayakan model confirmatory factor analysis dua konstruk
kepuasan dan loyalitas dapat dilihat pada Tabel 5.12.
.63
Kepuasan (Y1)
.40
Loyalitas (Y2)
Y11
.07
e14
1.00
1
Y12
.11
e15.971
Y13
.33
e16 .581
Y24
.18
e20 1.001
Y23
.20
e19
1.011
Y22
.26
e18
.91
1
Y21
.42
e17
.91
1
Chi Square=21.089Probability=.071
RMSEA=.067GFI=.959
AGFI=.913TLI=.978
.40
Tabel 5.12 Hasil Uji Goodness of Fit Konstruk Kepuasan dan Loyalitas
Konstruk ModelHasil Model
Cut off Value
Keterangan
Kepuasan dan Loyalitas
Chi-square (CMIN)
21,089 Kecil, χ2dengan df = 13 adalah 22,36203
Probability Level (ρ)
0,071 ≥ 0,05 Baik
CMIN/DF 1,622 ≤ 2,00 BaikGFI 0,959 ≥ 0,90 BaikAGFI 0,913 ≥ 0,90 BaikTLI 0,978 ≥ 0,90 BaikCFI 0,986 ≥ 0,90 BaikRMSEA 0,067 ≤ 0,08 Baik
Sumber : Lampiran 9
Hasil analisis pengolahan data memperlihatkan bahwa semua konstruk
yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis
faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan.
Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai di atas batas signifikansi
yaitu sebesar 0,071, atau di atas 0,05, nilai ini menunjukkan bahwa hipotesis nol
yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians
sampel dan matriks kovarians populasi yang diestimasi tidak dapat ditolak. Hal ini
berarti, tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians sampel dengan matriks
kovarians populasi yang diestimasi dan karena itu model ini dapat diterima.
Indeks-indeks kesesuaian model lainnya seperti GFI (0,959), AGFI (0,913), TLI
(0,978), CFI (0,986), dan RMSEA (0,067) memberikan konfirmasi yang cukup
untuk dapat diterimanya hipotesis unidimensionalitas bahwa variabel kepuasan
dan loyalitas pelanggan dapat mencerminkan variabel laten yang dianalisis.
Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading factor) untuk
masing-masing indikator dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 5.13 Regression Weight (Loading Factor) Measurement Model Dua Konstruk Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan
Regression Estimate S.E. C.R. PLabelY11 <--- Kepuasan 1.000Y12 <--- Kepuasan .968 .053 18.375 ***par_1Y13 <--- Kepuasan .575 .067 8.603 ***par_2Y24 <--- Loyalitas 1.000Y23 <--- Loyalitas 1.009 .096 10.558 ***par_3Y22 <--- Loyalitas .910 .095 9.536 ***par_4Y21 <--- Loyalitas .912 .110 8.272 ***par_5Sumber : Lampiran 9
Tabel 5.14 Standardized Regression Weight Dua Konstruk Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan
EstimateX11 <--- Layanan Ritel .785X12 <--- Layanan Ritel .835X13 <--- Layanan Ritel .756X14 <--- Layanan Ritel .647X15 <--- Layanan Ritel .843X27 <--- Citra Toko .753X26 <--- Citra Toko .769X25 <--- Citra Toko .862X24 <--- Citra Toko .743X23 <--- Citra Toko .848X22 <--- Citra Toko .569X21 <--- Citra Toko .589Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setiap indikator pembentuk
variabel laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu nilai critical ratio (C.R) di atas
dua untuk seluruh indikator. Semua nilai probabilitas untuk masing-masing
indikator lebih kecil dari 0,05 (signifikan). Kemudian dilihat dari nilai
standardized regression weight semua indikator menunjukkan nilai > 0,5. Dengan
hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator-indikator pembentuk konstruk
kepuasan dan loyalitas pelanggan telah menunjukkan sebagai indikator yang valid
dalam pengukuran variabel laten. Selanjutnya berdasarkan analisis faktor
konfirmatori ini, maka model penelitian ini dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
Full Structural Equation Model
Sebelum full structural equation model dilakukan terlebih dahulu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. Setelah itu barulah dilakukan pengujian terhadap uji
kesesuaian model dan uji kausalitas. Uji reliabilitas dari model menunjukkan
bahwa dalam sebuah model satu dimensi, indikator-indikator yang digunakan
memiliki derajat kesesuaian yang baik. Validitas konstruk mengukur sampai
seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk teoritisnya yang
dapat diukur dengan menggunakan convergent validity dan variance extracted.
a. Convergent Validity dan Variance Extracted
Item-item atau indikator suatu konstruk harus converge atau share
(berbagi proporsi) varian yang tinggi dan ini sering disebut dengan convergent
validity. Sebuah indikator dimensi menunjukkan validitas konvergen yang
signifikan apabila koefisien variabel indikator itu lebih besar dari dua kali
standar error-nya (Anderson & Gerbing, 1980 dalam Ferdinand, 2002:187).
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa
semua indikator menghasilkan nilai estimasi dengan critical ratio yang lebih
besar dari dua kali standar error-nya, maka dapat disimpulkan bahwa indikator
variabel yang digunakan adalah valid.
Validitas konstruk juga dapat dihitung dengan mencari variance extracted
dari masing-masing konstruk. Menurut Santoso (2007:111) variance extraced
di atas 0,5 dapat dijadikan tanda adanya konvergensi yang memadai. Variance
extraced dari masing-masing konstruk dapat dilihat pada Tabel 5.15 sebagai
berikut.
Tabel 5.15 Hasil Variance ExtractedVariabel ∑ Std loading2 ∑ εj Variance extractedLayanan ritel 3,00835 1,9916 0,6017Citra toko 4,11888 3,8811 0,5149Kepuasan 2,07483 0,9252 0,6916Loyalitas 2,21258 1,7874 0,5531
Sumber: Lampiran 12
Tabel 5.15 di atas memperlihatkan bahwa semua indikator dari konstruk
yang ada mampu menjelaskan konstruk masing-masing baik layanan ritel, citra
toko, kepuasan maupun loyalitas karena semua nilai variance extraced >0,5.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai cut off value
(0,70) dengan nilai masing-masing indikator. Hasil uji reliabilitas disajikan
pada Tabel 5.16 berikut ini.
Tabel 5.16 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel∑Standarized loading
∑ εjConstruct Reliability
Layanan ritel 3,00835 1,9916 0,8821Citra toko 4,11888 3,8811 0,8919Kepuasan 2,07483 0,9252 0,8665Loyalitas 2,21258 1,7874 0,8308
Sumber : Lampiran 12
Berdasarkan Tabel 5.16, dapat dilihat bahwa masing-masing variabel
memiliki nilai construct reliability > cut off value (0,70) sehingga konstruk
layanan ritel, citra toko, kepuasan dan loyalitas dapat dikatakan reliabel. Setelah
uji validitas dan reliabilitas dilakukan dan dilihat bahwa masing-masing variabel
dapat digunakan untuk mendefinisikan sebuah konstruk, maka sebuah full model
SEM dapat dianalisis. Hasil pengolahan AMOS adalah sebagai berikut.
Gambar 5.5 Full Structural Equation Model Layanan Ritel, Citra Toko, Kepuasan dan Loyalitas
c. Uji kesesuaian model – Goodness of fit test
Setelah asumsi-asumsi model SEM terpenuhi, maka dilakukanlah
pemeriksaan terhadap indeks-indeks kesesuaian model (goodness of fit), di
mana goodness of fit yang digunakan adalah sama seperti yang dilakukan pada
confirmatory factor analysis. Pengujian model pada SEM ditujukan untuk
.45
Layanan Ritel (x1)
Kepuasan (Y1) Loyalitas (Y2)
.49
Citra Toko (x2)
.34 .15
.46
.33
X11
.29
e11.00
1
X12
.23
e2 1.091
X13
.37
e31.041
X14
.36
e4
.741
X15
.21
e5
1.10
1
X27
.37
e12
1.00
1
X26
.35
e11
1.05
1
X25
.23
e101.151
X24
.34
e9 .961
X23
.29
e81.17
1
X22
.56
e7
.76
1
X21
.48
e6
.72
1
Y11
.07
e14
1.001
Y12
.11
e15.971
Y13
.33
e16 .571
Y24
.17
e20
1.00
1
Y23
.22
e19.98 1
Y22
.26
e18.90 1
Y21
.41
e17.91
1
X28
.47
e13
.55
1
.58
Chi Square=192.007Probability=.074
RMSEA=.034GFI=.886
AGFI=.855TLI=.981
.08
z2
1.34
z1
1
melihat kesesuaian model. Adapun hipotesis kesesuaian yang diajukan adalah
sebagai berikut.
H0 : Matriks kovarians sampel tidak berbeda dengan matriks kovarians estimasi
H1 : Matriks kovarians sampel berbeda secara signifikan dengan matriks
kovarians estimasi
Dasar pengambilan keputusan:
a. Dengan membandingkan χ2 hitung dengan x2 tabel
Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, maka H0 diterima
Jika χ2 hitung > χ2 tabel, maka H0 ditolak
b. Dengan melihat angka probabilitas (ρ) pada output AMOS
Jika ρ ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika ρ < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil pengolahan data ditunjukkan pada Tabel 5.17 berikut ini.
Tabel 5.17 Hasil Uji Goodness of Fit Full Model Model Hasil Cut off Value KeteranganChi-square (CMIN) 192,00
7Kecil χ2, dengan df = 165 adalah 195,9734
Degrees of Freedom
165
Probability (ρ) 0,074 ≥ 0,05 BaikCMIN/DF 1,164 ≤ 2,00 BaikGFI 0,886 ≥ 0,90 MarginalAGFI 0,855 ≥ 0,90 MarginalTLI 0,981 ≥ 0,90 BaikCFI 0,983 ≥ 0,90 BaikRMSEA 0,034 ≤ 0,08 Baik
Sumber : Lampiran 10
Tabel 5.17 menunjukkan bahwa nilai default model tujuh alat ukur (CMIN,
probability, CMIN/DF, TLI, CFI dan RMSEA) semua menunjukkan angka
yang cukup tinggi, yang mengindikasikan bahwa model sudah fit dengan data
yang ada, walaupun nilai GFI dan AGFI menunjukkan penerimaan yang
marginal. Begitu juga dilihat dari angka probabilitas yang sudah lebih besar
dari 0,05 yaitu sebesar 0,074 maka dapat diartikan model sudah fit dengan data
yang ada. Dengan demikian modifikasi model tidak diperlukan lagi.
d. Uji kausalitas
Uji kausalitas bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar
konstruk eksogen dengan konstruk endogen dalam suatu penelitian. Adapun
hasil uji regression weight dapat dilihat pada Tabel 5.18. Hasil dari uji
kausalitas menunjukkan bahwa nilai critical ratio (C.R) tidak sama dengan
nol (semua lebih besar dari dua), dan nilai p<0,05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa terdapat hubungan nyata antara variabel layanan ritel dan citra toko
terhadap kepuasan dan loyalitas. Selanjutnya perlu dilakukan uji statistik
terhadap hubungan antar variabel yang nantinya digunakan sebagai dasar
untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan. Uji statistik hasil
pengolahan dengan structural equation model (SEM) dilakukan melalui nilai
probability (p) dan critical ratio (CR) masing-masing hubungan antar
variabel.
Tabel 5.18 Estimasi Parameter Regression Weight Full ModelEstimate S.E. C.R. P Label
Kepuasan <--- Layanan Ritel .345 .096 3.596 ***par_1Kepuasan <--- Citra Toko .585 .100 5.857 ***par_21Loyalitas <--- Layanan Ritel .146 .064 2.280 .023par_2Loyalitas <--- Citra Toko .459 .079 5.788 ***par_3Loyalitas <--- Kepuasan .330 .066 4.959 ***par_4X11 <--- Layanan Ritel 1.000X12 <--- Layanan Ritel 1.086 .104 10.450 ***par_5X13 <--- Layanan Ritel 1.043 .112 9.296 ***par_6X14 <--- Layanan Ritel .737 .098 7.507 ***par_7X15 <--- Layanan Ritel 1.098 .106 10.401 ***par_8X27 <--- Citra Toko 1.000X26 <--- Citra Toko 1.051 .112 9.358 ***par_9X25 <--- Citra Toko 1.149 .109 10.573 ***par_10X24 <--- Citra Toko .964 .106 9.063 ***par_11X23 <--- Citra Toko 1.168 .115 10.157 ***par_12X22 <--- Citra Toko .758 .113 6.686 ***par_13X21 <--- Citra Toko .719 .104 6.885 ***par_14Y11 <--- Kepuasan 1.000Y12 <--- Kepuasan .968 .052 18.471 ***par_15Y13 <--- Kepuasan .574 .067 8.587 ***par_16Y24 <--- Loyalitas 1.000Y23 <--- Loyalitas .977 .089 10.950 ***par_17Y22 <--- Loyalitas .903 .091 9.981 ***par_18Y21 <--- Loyalitas .911 .106 8.627 ***par_19X28 <--- Citra Toko .553 .098 5.663 ***par_20
Sumber : Lampiran 10
5.1.5 Hasil pengujian hipotesis
Output struktural parameter estimates dapat digunakan untuk menguji
hubungan konstruk eksogen-endogen yang ada dalam struktural model. Hasil
pengujian struktural parameter estimasi dapat dilihat pada output estimates bagian
regression weight. Sedangkan keeratan hubungan antar variabel dapat dilihat pada
output estimates bagian.
Berdasarkan hasil output AMOS 16.0, maka didapat regression weight dan
standardized regression weight masing-masing hubungan konstruk sebagai
berikut.
Tabel 5.19 Standardized Regression Weight Full Model
Sumber : Lampiran 10 Berdasarkan nilai regression weight dan standardized regression weight
pada Tabel 5.18 dan 5.19 dapat diperoleh hasil pengujian hipotesis sebagai
berikut.
1. Hipotesis 1, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung secara positif dan signifikan
layanan ritel (X1) terhadap kepuasan pelanggan (Y1) adalah diterima dengan
koefisien sebesar 0,311 dan p value sebesar 0,000.
2. Hipotesis 2, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung secara positif dan signifikan
citra toko (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y1) adalah diterima dengan
koefisien sebesar 0,547 dan p value sebesar 0,000.
3. Hipotesis 3, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung secara positif dan signifikan
kepuasan (Y1) terhadap loyalitas pelanggan (Y2) adalah diterima dengan
koefisien sebesar 0,416 dan p value sebesar 0,000.
EstimateKepuasan <--- Layanan Ritel .311Kepuasan <--- Citra Toko .547Loyalitas <--- Layanan Ritel .166Loyalitas <--- Citra Toko .542Loyalitas <--- Kepuasan .416
4. Hipotesis 4, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung secara positif dan signifikan
layanan ritel (X1) terhadap loyalitas pelanggan (Y2) adalah diterima dengan
koefisien sebesar 0,166 dan p value sebesar 0,023.
5. Hipotesis 5, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung secara positif dan signifikan
citra toko (X2) terhadap loyalitas pelanggan (Y2) adalah diterima dengan
koefisien sebesar 0,542 dan p value sebesar 0,000.
6. Hipotesis 6, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan layanan ritel (X1)
melalui kepuasan terhadap loyalitas pelanggan (Y2) dapat dilihat dari adalah
diterima dengan koefisien indirect effect sebesar 0,129 (Lampiran 10).
7. Hipotesis 7, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan citra toko (X2)
melalui kepuasan terhadap loyalitas pelanggan (Y2) adalah diterima dengan
koefisien standardized indirect effect sebesar 0,228.
8. Secara umum berdasarkan
koefisien yang dihasilkan, variabel yang berpengaruh paling besar terhadap
kepuasan dan loyalitas pelanggan adalah variabel citra toko dengan koefisien
sebesar 0,547 dan 0,542, disusul kemudian variabel kepuasan dengan
koefisien sebesar 0,416. Sedangkan variabel yang paling lemah pengaruhnya
terhadap kepuasan (Y1) dan loyalitas (Y2) adalah layanan ritel (X1) dengan
koefisien berturut-turut sebesar 0,311 dan 0,166.
5.1.6 Hasil multiple group analysis
Untuk menjawab hipotesis 8 yang menguji apakah ada perbedaan perilaku
kelompok domestik dan mancanegara dalam menjelaskan hubungan layanan ritel
dan citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan Pepito Supermarket
maka dilakukan multigroup analysis. Berdasarkan pada multigroup analysis,
responden dikelompokkan menjadi dua yakni 70 responden domestik dan 70
responden mancanegara. Hasil pengujian ditunjukkan dalam Gambar 5.6 disertai
output notes for model.
Gambar 5.6 Structural Equation Model dengan Group Analysis
Hasil output notes for model
Computation of degrees of freedom (Unconstrained)
Number of distinct sample moments: 420Number of distinct parameters to be
estimated:90
Degrees of freedom (420 - 90): 330
Result (Unconstrained)
.46
Layanan Ritel (x1)
Kepuasan (Y1) Loyalitas (Y2)
.46
Citra Toko (x2)
.34 .15
.48
.31
X11
.29
e11.00
1
X12
.23
e2 1.081
X13
.37
e31.041
X14
.35
e4
.731
X15
.21
e5
1.09
1
X27
.37
e12
1.00
1
X26
.34
e11
1.09
1
X25
.23
e101.171
X24
.33
e9 .961
X23
.28
e81.17
1
X22
.56
e7
.77
1
X21
.47
e6
.74
1
Y11
.07
e14
1.001
Y12
.11
e15.971
Y13
.33
e16 .571
Y24
.17
e20
1.00
1
Y23
.19
e191.00 1
Y22
.26
e18.90 1
Y21
.41
e17.91
1
X28
.47
e13
.57
1
.62
.08
z2
1.32
z1
1
Minimum was achievedChi-square = 401.327Degrees of freedom = 330Probability level = .004
Berdasarkan hasil output pada notes for model dilihat dari probability
level, menunjukkan bahwa probability level hasil output lebih kecil dari pada 0,05
(0,004 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara perilaku
konsumen domestik dengan perilaku konsumen mancanegara dalam menjelaskan
hubungan layanan ritel dan citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan
Pepito Supermarket.
Perbedaan yang terjadi antara kelompok pelanggan domestik dengan
kelompok pelanggan mancanegara dapat diperhatikan dari hasil pengujian
masing-masing kelompok seperti disajikan pada Tabel 5.20 dan Tabel 5.21
berikut ini.
Kelompok Pelanggan Domestik
Berdasarkan pada Tabel 5.20 terlihat bahwa untuk kelompok pelanggan
domestik, memperlihatkan angka p lebih besar dari 0,05 untuk hubungan antar
konstruk layanan ritel-kepuasan dan layanan ritel-loyalitas. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara layanan ritel yang dirasakan
oleh kelompok konsumen domestik dengan kepuasan yang diterimanya serta
loyalitas mereka di masa yang akan datang.
Tabel 5.20 Hasil Uji Regression Weight Pelanggan DomestikEstimate S.E. C.R. PLabel
Kepuasan <--- Layanan Ritel .167 .132 1.265 .206b1_1Kepuasan <--- Citra Toko .563 .117 4.809 ***b5_1Loyalitas <--- Layanan Ritel .024 .099 .246 .806b2_1Loyalitas <--- Citra Toko .340 .102 3.329 ***b3_1Loyalitas <--- Kepuasan .395 .101 3.901 ***b4_1
Sumber : Lampiran 11
Kelompok Pelanggan Mancanegara
Berdasarkan pada tabel 5.21 untuk kelompok mancanegara dapat dilihat
bahwa untuk kelompok konsumen mancanegara, tidak memperlihatkan angka
p lebih besar dari 0,05 untuk semua hubungan antar konstruk. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara layanan ritel dan citra toko yang
dirasakan oleh kelompok konsumen mancanegara dengan kepuasan dan
loyalitas yang dirasakannya.
Tabel 5.21 Hasil Uji Regression Weight Pelanggan MancanegaraEstimate S.E. C.R. PLabel
Kepuasan <--- Layanan Ritel .520 .157 3.305 ***b1_2Kepuasan <--- Citra Toko .505 .168 3.013 .003b5_2Loyalitas <--- Layanan Ritel .231 .094 2.461 .014b2_2Loyalitas <--- Citra Toko .550 .107 5.117 ***b3_2Loyalitas <--- Kepuasan .206 .083 2.477 .013b4_2
Sumber : Lampiran 11
5.2 Pembahasan Hasil
5.2.1 Pembahasan karakteristik responden
1. Responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan Tabel 5.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
responden lebih banyak perempuan dari laki-laki yaitu 58,6 persen
responden perempuan dan 41,4 persen responden laki-laki. Hal ini tidak
mengherankan karena kebanyakan dari pengunjung yang berbelanja di
Pepito Supermarket adalah perempuan yang cenderung memiliki frekuensi
berbelanja lebih sering daripada pria dan lebih aktif serta lebih banyak
menggunakan waktunya untuk mengurus rumah tangga serta
memperhatikan kebutuhan rumah tangga yang harus dibeli.
2. Responden berdasarkan asal Negara
Berdasarkan Tabel 5.2, Negara Australia mendominasi sebesar 34,3
persen jumlah sampel yang ada, kemudian disusul oleh Rusia sebesar 18,6
persen, Belanda sebesar 12,9 persen, Jepang dan Amerika sebesar 10
persen, dan sisanya sebagian kecil negara di Benua Eropa dan Asia yang
memiliki persentase lebih kecil (kurang dari 6 persen). Negara Australia
mendominasi responden dalam penelitian ini diakibatkan karena seringnya
responden yang berbelanja di Pepito Supermarket adalah wisatawan dan
ekspatriat Australia yang cukup banyak tinggal di Bali. Hal ini tidak
mengherankan karena berdasarkan data kunjungan wisatawan
mancanegara yang datang ke Bali pada tahun 2008-2009 pada Tabel 1.4
dapat dilihat bahwa wisatawan Australia memang mendominasi untuk
melakukan kunjungan ke Bali. Selain itu wisatawan Australia terutama
ekspatriat umumnya memang lebih cenderung menghabiskan waktu
liburannya untuk berbelanja ke Supermarket dan produk yang dijual oleh
Pepito Supermarket pun lebih banyak barang impor yang berasal dari
Negara Australia, sehingga menyebabkan pelanggan yang datang adalah
warga Negara yang berasal dari Australia.
3. Responden berdasarkan umur
Berdasarkan Tabel 5.3, dapat dilihat bahwa distribusi responden
bervariasi. Sebagian besar dari responden terdistribusi dalam kelompok
umur 32-36 sebesar 21,4 persen. Selanjutnya, disusul kelompok umur 37-
42 sebesar 20 persen, kelompok umur 42 tahun ke atas sebesar 18,7
persen, kelompok umur 22-26 sebesar 17,1 persen, kelompok umur 27-31
juga sebesar 17,1 persen, dan kelompok umur 17-21 sebesar 5,7 persen.
Frekuensi responden berdasarkan umur tidak menunjukkan perbedaan
yang terlalu menonjol karena persentase yang diihasilkan hampir merata
antara 17-20 persen. Dengan kata lain dilihat dari distribusi umur, tidak
ada kelompok umur yang sangat mendominasi.
5.2.2 Pembahasan hipotesis penelitian
1. Pengaruh layanan ritel terhadap kepuasan pelanggan.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 5.16 nampak bahwa kualitas
layanan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Hal ini berarti bahwa semakin baik layanan ritel yang diberikan oleh
Pepito Supermarket maka akan dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan Pepito Supermarket dan begitu juga sebaliknya. Temuan
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Lu dan Seock (2008) yang menemukan bahwa kualitas layanan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan.
Penelitian ini juga sesuai dengan hasil studi Putra (2008) yang juga
menunjukkan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh pihak
Hypermarket Bandung dapat menciptakan kepuasan pelanggan.
Temuan penelitian ini juga sejalan dengan teori layanan menurut
Loudon dan Bitta (Martaleni, 2010) yang menjelaskan bahwa apabila
kualitas layanan yang dirasakan melampaui harapan konsumen, berarti
layanan tersebut memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga
akan menimbulkan kepuasan yang sangat tinggi (very satisfy).
Sebaliknya, apabila harapannya itu tidak tercapai, maka diartikan
kualitas layanan tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau
perusahaan tersebut gagal melayani konsumennya. Apabila harapannya
sama dengan apa yang diperoleh, berarti konsumen itu puas (satisfy).
2.Pengaruh citra toko terhadap kepuasan pelanggan
Berdasarkan hasil output pada Tabel 5.16 terlihat bahwa citra toko
memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Temuan
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Bloemer (2002) bahwa citra toko dapat menjadi sebagai afeksi
positif yang memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Theodoridis, dkk (2009) yang juga menemukan bahwa atribut dari citra
toko memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan pelanggan
dengan tingkat variasi yang berbeda. Citra toko untuk pelanggan di
Inggris yang dievaluasi dengan uji statistik menghasilkan tingkat
kepuasan tertentu, dan diperoleh bahwa atribut atmosfer dan display
barang (merchandising) tidak memiliki nilai yang valid dan signifikan
untuk menguji konstruk (Theodoridis, dkk, 2009). Hasil penelitian di
Pepito Supermarket ini, menunjukkan atmosfer dan display barang
justru mampu mewakili konstruk dengan nilai loading factor yang
paling tinggi diantara indikator lainnya dalam membentuk konstruk
citra toko.
3. Pengaruh kepuasan pelanggan dalam menciptakan loyalitas pelanggan.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 5.16 nampak bahwa kepuasan
pelanggan memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan
pelanggan Pepito Supermaket, maka loyalitas pelanggan makin
meningkat. Sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan pelanggan maka
akan menurunkan loyalitas pelanggan. Temuan dari penelitian ini
mendukung teori hubungan kepuasan dengan loyalitas dari Zeithaml dan
Bitner dalam Martaleni (2010) yang menjelaskan adanya suatu hubungan
penting antara kepuasan dan loyalitas pelanggan. Hubungan antara
kepuasan dan loyalitas akan lebih kuat apabila pelanggan sangat puas. Jadi
perusahaan-perusahaan yang bertujuan memuaskan pelanggan tidak cukup
hanya menilai loyalitas pelanggan, tetapi harus membuat pelanggan
bahagia. Hasil temuan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Chen dan Quester (2006) yang menghasilkan bahwa
kepuasan memiliki efek yang positif terhadap loyalitas toko, di mana
kepuasan dan loyalitas tersebut dapat dihasilkan dengan pelayanan
karyawan yang baik, usaha untuk memberikan nilai lebih dan nilai
ekonomis. Selain itu hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Singh (2006) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
adalah determinan langsung dalam membentuk loyalitas pelanggan di
mana selanjutnya akan menjadi pusat determinan terhadap retensi
pelanggan.
Pengaruh layanan ritel terhadap loyalitas pelanggan.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 5.16 nampak bahwa layanan ritel
memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Warniati (2007) bahwa
kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas secara langsung. Studi ini
juga memperkuat penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh langsung dan signifikan kualitas layanan terhadap loyalitas
pelanggan (Sari, 2009). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Lu dan Seock (2008) terhadap grey consumer’s
bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas secara keseluruhan
dan loyalitas tersebut diwujudkan paling banyak melalui word of mouth
yang positif. Dalam penelitian ini word of mouth positif diwakili oleh
indikator menceritakan hal-hal positif kepada orang lain sebagai indikator
dengan loading factor yang cukup tinggi untuk membentuk konstruk
loyalitas pelanggan.
Pengaruh citra toko dalam menciptakan loyalitas pelanggan.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 5.16 nampak bahwa citra toko
memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini berarti bahwa
semakin baik citra toko yang dibangun oleh Pepito Supermarket maka
akan dapat meningkatkan loyalitas pelanggannya, begitu juga sebaliknya.
Temuan penelitian ini sejalan dengan teori tentang hubungan citra dengan
loyalitas pelanggan. Kotler dan Keller dalam Martaleni (2010)
menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai impresi (citra) tinggi
terhadap suatu perusahaan atau produk, akan menjadi pelanggan yang
loyal. Demikian juga dengan kajian empiris Andreassen, Andreassen dan
Linestad dalam Mardalis (2005) yang menemukan bahwa citra toko
mempunyai dampak langsung yang signifikan terhadap loyalitas
pelanggan. Temuan penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Koo (2003), di mana citra toko memiliki pengaruh
langsung terhadap loyalitas dan ditemukan pula hasil pengaruh citra toko
yang berbeda menyebabkan tingkat loyalitas yang berbeda pula sesuai
dengan lingkungan dan jenis pelanggannya. Selain itu penelitian ini juga
mendukung penelitian Pungky (2007) yang menemukan bahwa citra toko
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
6. Pengaruh layanan ritel dalam menciptakan loyalitas pelanggan melalui
kepuasan dapat dilihat dari total effect yang timbul antara variabel layanan
ritel terhadap loyalitas pelanggan sebagai berikut:
X1Y1Y2 = direct effect + indirect effect
= 0,166 + 0,129
= 0,295
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dilihat bahwa kepuasan dapat
menjadi variabel intervening postitif antara layanan ritel terhadap loyalitas,
dengan koefisien total effect sebesar 0,295. Hal ini berarti bahwa layanan
ritel berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan
dengan koefisien regresi sebesar 0,295. Kepuasan pelanggan dapat menjadi
variabel intervening antara layanan ritel dan loyalitas, hal ini menunjukkan
bahwa kepuasan pelanggan perlu juga diperhatikan untuk meningkatkan
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket. Jika dibandingkan antara koefisien
jalur langsung dan tidak langsungnya (0,166 dan 0,129), maka tetap
pengaruh langsung dari layanan ritel terhadap loyalitas jauh lebih kuat
daripada pengaruh tidak langsungnya melalui variabel kepuasan pelanggan.
Hal ini berarti pihak Pepito Supermarket perlu untuk meningkatkan kualitas
layanan ritelnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Warniati (2007) yang menemukan bahwa kepuasan
pelanggan dapat menjadi variabel intervening antara kualitas layanan dan
loyalitas pelanggan. Penelitian ini juga memperkuat penelitian Sari (2009).
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizal (2001) yang
menyatakan kualitas layanan memiliki pengaruh terhadap loyalitas melalui
kepuasan pelanggan.
7. Pengaruh citra toko dalam menciptakan loyalitas pelanggan melalui
kepuasan dapat dilihat dari total effect yang timbul antara variabel citra
toko terhadap loyalitas pelanggan sebagai berikut:
X2Y1Y2 = direct effect + indirect effect
= 0,542 + 0,228
= 0,77
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dilihat bahwa kepuasan dapat
menjadi variabel intervening postitif antara citra toko terhadap loyalitas,
dengan koefisien total effect sebesar 0,77. Hal ini berarti bahwa citra toko
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan
dengan koefisien regresi sebesar 0,77. Kepuasan pelanggan dapat menjadi
variabel intervening antara citra toko dan loyalitas, hal ini menunjukkan
bahwa kepuasan pelanggan perlu juga diperhatikan untuk meningkatkan
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket. Jika dibandingkan antara koefisien
jalur langsung dan tidak langsungnya (0,542 dan 0,228), maka tetap
pengaruh langsung dari citra toko terhadap loyalitas jauh lebih kuat
daripada pengaruh tidak langsungnya melalui variabel kepuasan pelanggan.
Hal ini berarti pihak Pepito Supermarket perlu untuk meningkatkan citra
tokonya dengan memposisikan dirinya selalu berbeda dengan apa yang
ditawarkan oleh pesaing.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ryu,
dkk (2003) yang menemukan bahwa kepuasan pelanggan dapat menjadi
variabel intervening antara citra dengan loyalitas pelanggan. Penelitian ini
juga mendukung penelitian Bloemer dan Ruyter (2008), yang menyatakan
bahwa citra toko memiliki pengaruh tidak langsung terhadap loyalitas,
tetapi melalui kepuasan pelanggan dengan pengaruh yang positif dan
signifikan.
5.2.3 Pembahasan Multiple Group Analysis
Berdasarkan pada analisis multiple group dengan melihat nilai output notes
for model, terlihat bahwa ada perbedaan antara perilaku responden domestik
dengan responden mancanegara mengenai layanan ritel dan citra toko yang
diterimanya terhadap kepuasan dan loyalitas yang mereka rasakan ketika
berbelanja di Pepito Supermarket. Tabel 5.17 memperlihatkan bahwa untuk
kelompok pelanggan domestik, terlihat angka p lebih besar dari 0,05 untuk
hubungan antar konstruk layanan ritel-kepuasan dan layanan ritel-loyalitas. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara layanan ritel yang dirasakan
oleh kelompok konsumen domestik dengan kepuasan yang diterimanya serta
loyalitas mereka di masa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kelompok konsumen domestik menganggap bahwa apapun layanan ritel yang
diberikan oleh Pepito Supermarket tidak dapat membuat pelanggan domestik
menjadi puas maupun loyal, karena pelanggan domestik memiliki persepsi bahwa
layanan ritel yang diberikan oleh setiap gerai ritel cendrung sama, seperti
misalnya fasilitas parkir, kemudahan pembayaran maupun lingkungan fisik toko.
Kelompok domestik cendrung menganggap layanan ritel yang diberikan oleh
Pepito Supermarket masih bersifat standar dengan kata lain layanan ritel yang
diberikan oleh Pepito Supermarket tidak berbeda jauh dengan layanan ritel yang
diberikan oleh supermarket-supermarket lainnya pada umumnya. Selain itu juga
dapat disebabkan karena Pepito Supermarket belum mampu menangani keluhan
yang disampaikan oleh pelanggan mengenai layanan ritel, padahal ada beberapa
jenis keluhan layanan ritel menempati posisi teratas yakni fasilitas parkir (Tabel
1.4) sebagai keluhan yang paling banyak disampaikan oleh pelanggan dan
seharusnya mendapat perhatian penting dari perusahaan, tetapi hingga kini belum
dicarikan solusi permasalahan sehingga dapat menyebabkan pelanggan domestik
beralih. Terlebih lagi pelanggan domestik memiliki pengetahuan yang cukup
untuk mencari alternatif belanja di tempat lain walaupun layanan ritel yang
diberikan kadang jauh lebih buruk daripada yang ditawarkan oleh Pepito
Supermarket ataupun sebaliknya. Dengan kata lain masuknya banyak gerai ritel
baru juga menyebabkan pelanggan domestik tidak menganggap penting layanan
ritel, karena layanan ritel dapat diberikan oleh seluruh gerai dengan standar
layanan ritel yang hampir sama dengan yang dimiliki oleh Pepito Supermarket.
Sehingga penerapan layanan ritel bagi pelanggan domestik tidak menjamin
pelanggan domestik menjadi puas dan loyal di masa mendatang. Pelanggan
domestik cendrung memiliki persepsi bahwa citra toko yang dibangun oleh Pepito
Supermarket jauh lebih penting dalam menciptakan kepuasan dan loyalitas
pelanggan domestik di masa akan datang (dengan nilai p yang jauh dibawah 0,05).
Hal ini disebabkan karena pelanggan domestik menilai bahwa citra toko erat
kaitannya dengan positioning yang ditanamkan perusahaan di dalam benak
pelanggannya dan membedakan sebuah supermarket dengan supermarket lainnya.
Citra toko yang baik akan sangat mempengaruhi pilihan pelanggan domestik
untuk masuk ke sebuah gerai ritel, sehingga indikator-indikator yang membentuk
citra toko perlu untuk dikembangkan dan diterapkan dengan strategi diferensiasi
serta inovasi-inovasi.
Selanjutnya berdasarkan pada tabel 5.18 untuk grup mancanegara dapat
dilihat bahwa untuk kelompok konsumen mancanegara, tidak memperlihatkan
angka p lebih besar dari 0,05 untuk semua hubungan antar konstruk. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara layanan ritel dan citra toko yang
dirasakan oleh kelompok konsumen mancanegara dengan kepuasan yang
diterimanya. Begitu juga dengan hubungan layanan ritel dan citra toko terhadap
loyalitas, kelompok konsumen mancanegara merasakan bahwa ada hubungan
antara layanan ritel dan citra toko dengan loyalitasnya di masa yang akan datang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kelompok mancanegara menganggap
bahwa layanan ritel maupun citra toko dapat mempengaruhi kepuasan dan
loyalitasnya terhadap Pepito Supermarket, hal ini dapat dilihat dari nilai p nya
yang jauh dibawah 0,05. Berdasarkan hasil di atas perilaku pelanggan
mancanegara menjadi berbeda dengan yang dilakukan domestik, seperti misalnya
kelompok mancanegara yang cendrung memiliki keluhan umumnya atau
merasakan ketidakpuasan langsung menyampaikannya kepada perusahaan dan
meminta untuk segera ditangani oleh perusahaan baik dari layanan ritel maupun
citra toko. Hal ini dilakukan karena kelompok mancanegara menganggap layanan
ritel dan citra toko sebagai hal penting yang dapat mempengaruhi pilihannya
untuk berbelanja atau tidak di Pepito Supermarket di masa yang akan datang.
Untuk itu penanganan keluhan perlu segera dilakukan agar Pepito Supermarket
tidak sampai kehilangan pelanggan. Terlebih lagi tipikal karakteristik
mancanegara seperti beberapa negara di Asia yakni Jepang dan Korea, yang
sangat kuat interaksi word of mouthnya akan sangat berpengaruh apabila Pepito
Supermarket tidak mampu menangani keluhannya dengan segera untuk
menciptakan word of mouth yang negatif kepada orang lain dan begitu juga
sebaliknya.
Sedangkan hubungan kepuasan dengan loyalitas untuk kedua kelompok
memperlihatkan nilai p jauh di bawah 0,05, yang memiliki arti bahwa kepuasan
dan loyalitas memiliki hubungan baik yang dirasakan oleh kedua kelompok, baik
domestik maupun mancanegara. Hal ini berarti bahwa untuk kedua kelompok,
hubungan kepuasan dan loyalitas dianggap penting, di mana kepuasan dapat
menciptakan loyalitas pelanggan di masa yang akan datang. Jadi untuk membuat
para pelanggan Pepito Supermarket loyal, perusahaan harus membuat para
pelanggannya puas terlebih dahulu baik itu kelompok domestik maupun
mancanegara.
5.3 Temuan Baru Dalam Penelitian (Novelty)
Penelitian dengan multiple group analysis tergolong sebagai penelitian
yang masih jarang dilakukan, termasuk pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Sehingga temuan ini memberikan kontribusi terhadap penelitian-penelitian
selanjutnya bahwa karakteristik responden dapat dianalisis dengan menggunakan
multiple group analysis pada program AMOS. Berdasarkan multiple group
analysis tersebut dapat diketahui dan dianalisis lebih dalam lagi perbedaan
perilaku pelanggan berdasarkan karakternya seperti pada penelitian ini dihasilkan
bahwa perilaku kelompok pelanggan domestik dan mancanegara berbeda dalam
menilai hubungan layanan ritel, citra toko, kepuasan dan loyalitas pelanggan
Pepito Supermarket.
5.4 Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis yang dapat diberikan dari temuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Nilai penelitian ini dapat melengkapi literatur pemasaran dan akan
menambah pengetahuan baru tentang evaluasi pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lainnya berdasarkan kekuatan nilai dari
model hubungan empat variabel (layanan ritel, citra toko, kepuasan
dan loyalitas pelanggan) dalam sebuah bisnis ritel.
b. Penelitian ini mampu melengkapi penelitian sebelumnya yang
tidak membahas mengenai permodelan grup (group analysis)
berdasarkan respondennya, di mana responden dibedakan lagi
berdasarkan karakteristik demografinya (domestik dan
mancanegara) guna mengetahui perbedaan perilaku pelanggan
dalam secara umum ataupun spesifik dilihat dari kepuasan dan
loyalitasnya.
c. Temuan penelitian ini telah memperkuat penelitian-penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti seperti
dukungan terhadap pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung masing-masing konstruk eksogen terhadap konstruk
endogen yang ada.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis yang dapat diberikan dari temuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Kajian ini dapat dijadikan sebagai model dasar untuk melakukan
evaluasi strategi Pepito Supermarket terhadap kepuasan dan
loyalitas pelanggannya. Dengan mengetahui adanya pengaruh
layanan ritel dan citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas
pelanggannya, manajemen Pepito Supermarket dapat mengubah
strateginya ke arah yang lebih baik, dengan memakai indikator-
indikator dalam penelitian ini sebagai acuannya.
b. Nilai pengaruh citra toko yang lebih besar daripada layanan ritel
terhadap kepuasan dan loyalitas menunjukkan bahwa citra toko
memegang dominasi yang lebih besar dibandingkan layanan ritel.
Sehingga Pepito Supermarket perlu memberikan perhatian lebih
terhadap variabel tersebut dan mencari indikator-indikator lain
yang dianggap penting oleh pelanggan guna meningkatkan citra
Pepito Supermarket di mata konsumennya. Manajemen perlu
memikirkan langkah-langkah yang sekiranya dapat diambil terkait
strategi untuk meningkatkan citra toko. Walaupun layanan ritel
memiliki pengaruh yang lebih kecil daripada citra toko terhadap
kepuasan dan loyalitas, namun variabel ini tidak boleh diabaikan
begitu saja oleh Pepito Supermarket. Justru layanan ritel ini perlu
ditingkatkan oleh manajemen Pepito Supermarket ke depannya
agar layanan yang diberikan berbeda dengan apa yang ditawarkan
oleh kompetitor lainnya, karena saat ini para pelanggan merasakan
bahwa layanan ritel yang diberikan oleh Pepito Supermarket belum
menunjukkan value added yang berarti atau layanan ritel masih
bersifat standar.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi penting
ataupun sebagai dasar untuk pengambilan keputusan manajemen
Pepito Supermarket ke depannya, seperti pembuatan manajemen
penanganan keluahan yang lebih baik, sehingga keluhan pelanggan
dapat ditekan dan bisa diatasi dengan segera.
d. Berdasarkan multiple group analyisis terhadap responden
domestik dan mancanegara, manajemen Pepito Supermarket dapat
mengetahui hal yang sebenarnya dianggap penting oleh pelanggan
baik dari layanan ritel maupun citra toko terhadap kepuasan dan
loyalitas para pelanggannya. Seperti misalnya pada kelompok
pelanggan domestik yang cendrung lebih menganggap citra toko
lebih penting dari layanan ritel dalam membentuk kepuasan dan
loyalitasnya. Maka manajemen Pepito Supermarket perlu
memperhatikan indikator-indikator mana saja yang paling
berpengaruh dominan kontribusinya terhadap citra toko yang
dibangun. Sehingga dengan demikian perusahaan dapat menaruh
perhatian lebih dari indikator tersebut. Sedangkan untuk kelompok
pelanggan mancanegara terdapat sedikit perbedaan di mana untuk
kepuasannya dan loyalitasnya, pelanggan mancanegara
menganggap layanan ritel dan citra sebagai hal yang penting dalam
menciptakan kepuasannya maupun loyalitasnya. Berdasarkan hal
tersebut, manajemen Pepito Supermarket dapat membuatkan
strategi treatment (perlakuan) yang berbeda antara kedua
kelompok pelanggan tersebut.
BAB VI
SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan judul penelitian, pokok permasalahan, tujuan penelitian,
rumusan hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan
simpulan sebagai berikut.
1. Layanan ritel berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan pelanggan Pepito Supermarket.
2. Citra toko berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan pelanggan Pepito Supermarket.
3. Kepuasan pelanggan berpengaruh langsung secara positif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
4. Layanan ritel berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
5. Citra toko berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap
loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
6. Layanan ritel melalui kepuasan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
7. Citra toko melalui kepuasan berpengaruh langsung secara positif dan
signifikan terhadap loyalitas pelanggan Pepito Supermarket.
8. Berdasarkan nilai koefisien regresi dapat dilihat bahwa variabel yang
paling besar pengaruhnya baik terhadap kepuasan maupun loyalitas
pelanggan adalah citra toko, sehingga perusahaan harus menaruh perhatian
lebih banyak lagi terhadap indikator-indikator citra toko.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain sebagai berikut.
1. Obyek penelitian yang hanya ditujukan pada satu obyek saja,
yakni hanya Pepito Supermarket Kuta-Bali, sehingga responden penelitian
pun terbatas pada pelanggan Pepito Supermarket Kuta-Bali.
2. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk kasus di luar
objek penelitian, karena setiap objek memiliki karakteristik yang berbeda.
Penelitian mendatang diharapkan dapat memperluas ruang lingkup
objeknya, tidak hanya terbatas pada satu cabang Pepito Supermarket Kuta
saja, tetapi mungkin ditambah lagi dengan cabang lainnya yang belum
lama ini dibuka yakni Pepito Express Puri Gading.
3. Berdasarkan hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa data
menyebar normal secara univariat, namun secara multivatiat nilai critical
ratio curtosis belum menunjukkan hasil yang baik (nilai multivariat masih
lebih besar dari ± 2,58).
4. Pemakaian indikator atau observed variables kiranya dapat
diperbanyak, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat.
Seperti hasil penelitian confirmatory factor analysis 2 konstruk endogen
yakni kepuasan dan loyalitas yang tidak dapat dilakukan per konstruk,
karena penggunaan indikator yang terbatas.
Diharapkan keterbatasan-keterbatasan penelitian ini dapat ditindaklanjuti
pada penelitian selanjutnya sehingga mampu memberikan manfaat yang
lebih baik.
6.3 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
layanan ritel, citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas yang
menghasilkan pengaruh positif dan signifikan, maka manajemen Pepito
Supermarket perlu melakukan perbaikan secara berkesinambungan dan
inovasi-inovasi tertentu untuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas
para pelanggannya. Kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan dengan cara
melibatkan emosional pelanggan ketika berbelanja sehingga akan dapat
menimbulkan impulsive buying lebih banyak lagi, meningkatkan kinerja
yang melekat pada atribut produk, seperti harga yang reasonable dan
packaging yang menarik. Selanjutnya peningkatan kepuasan pelanggan
juga dapat dilakukan dengan memelihara kejujuran, di mana selalu
memberikan kualitas produk dan layanan yang sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh para pelanggan.
2. Manajemen Pepito Supermarket perlu mengetahui lebih detail lagi tentang
kebutuhan dan keinginan pelanggannya melalui karakteristik responden
yang berbelanja di Pepito Supermarket, sehingga kepuasan dan loyalitas
pelanggan dapat ditingkatkan. Hal ini dilakukan agar pelanggan tidak
sampai beralih ke perusahaan kompetitor dan mengganggu eksistensi
Pepito Supermarket di mata publik. Seperti misalnya dengan membuatkan
kuisioner kecil terkait customer complain, form request barang yang
diminta oleh pelanggan untuk selalu ada di Pepito Supermarket, perbaikan
tampilan fisik toko serta perubahan-perubahan yang dapat meningkatkan
citra Pepito Supermarket di mata pelanggannya.
3. Pepito Supermarket perlu menyadari bahwa kepuasan dan loyalitas sangat
perlu dipertahankan oleh perusahaan karena dapat membantu mencapai
tujuan jangka panjang perusahaan (profitabilitas). Mempertahankan
pelanggan yang telah ada sangat membantu perusahaan untuk mencapai
profitabilitas perusahaan ke arah yang lebih baik, sehingga sangat perlu
dipikirkan cara-cara atau langkah strategis untuk meningkatkan loyalitas
dan mengikat para pelanggan agar tidak beralih. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara: membuat program loyalty yang lebih menarik lagi seperti
jalan santai dan lomba-lomba dalam rangka menyambut ulang tahun
Pepito Supermarket atau program diskon pada saat pelanggan berulang
tahun, corporate social responsibility yang melibatkan internal
perusahaan, pihak-pihak luar yang berkaitan serta para pelanggan Pepito
Supermarket itu sendiri. Dengan demikian Pepito Supermarket selain
dapat mempertahankan para pelanggannya (peningkatan profitabilitas)
juga secara tidak langsung dapat membangun citra positif di mata publik.
4. Berdasarkan hasil multiple group analysis terhadap responden domestik
dan mancanegara, manajemen perlu melakukan strategi perlakuan
(treatment) yang berbeda terhadap kedua kelompok. Untuk kelompok
domestik, Pepito Supermarket perlu meningkatkan citra tokonya melalui
indikator-indikator pembentuk citra toko. Berdasarkan standardized
regression weight indikator atmosfer toko memiliki nilai loading factor
terbesar dalam membentuk citra toko, sehingga inidkator ini sangat perlu
diperhatikan dan ditingkatkan, seperti misalnya dengan cara selalu
menjaga agar pelanggan merasa nyaman berada di dalam toko, membuat
temperatur udara di dalam toko stabil, serta menambahkan alunan musik
di dalam toko. Selain itu hal–hal yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan citra toko berdasarkan indikator-indikator pembentuknya
antara lain dengan cara seperti: mereview strategi harga yang telah
diterapkan, agar harga yang ditetapkan bisa bersaing, menyediakan pilihan
produk yang sering dicari oleh pelanggan dan mengusahakan persediannya
tidak sampai kosong. Kemudian dari indikator display barang, dapat
dilakukan dengan cara cara menempatkan produk best seller pada posisi
yang strategis (seperti meja kasir) sehingga mudah dilihat oleh para
pelanggan. Selanjutnya untuk indikator-indikator citra yang lain dapat
dilakukan beberapa hal seperti: mengadakan pelatihan untuk karyawan
agar mampu memuaskan para pelanggannya seperti pelatihan mengenai
greeting dan cara-cara menghandle keluhan pelanggan, serta mengadakan
promosi-promosi secara rutin yang berbeda dari apa yang ditawarkan
pesaing, seperti berbelanja dengan nominal tertentu mendapatkan voucher
belanja atau menginap di hotel ataupun sister company dari Pepito
Supermarket. Sedangkan untuk kelompok mancanegara yang menilai
bahwa layanan ritel dan citra toko berpengaruh terhadap kepuasan dan
loyalitasnya, Pepito Supermarket perlu memperhatikan indikator-indikator
kedua kontsruk tersebut. Hal ini berarti bahwa kelompok pelanggan
mancanegara memiliki tuntutan yang lebih besar terhadap Pepito
Supermarket atas layanan ritel dan citra toko yang diterapkan oleh Pepito
Supermarket dibandingkan kelompok pelanggan domestik. Seperti
misalnya untuk layanan ritel, Pepito Supermarket dapat menambahkan
layanannya kepada pelanggan yang tidak ditawarkan oleh pesaing seperti :
layanan akses internet (Free Wifi), gift wrapping, dan layanan delivery
order dengan pembelanjaan minimum. Dengan layanan-layanan tambahan
seperti itu, diharapkan pelanggan mancanegara akan merasa lebih
terpuaskan dan pada akhirnya dapat menjadi pelanggan yang loyal bagi
perusahaan.
5. Dengan semakin kompetitifnya persaingan, Pepito Supermarket perlu
melakukan benchmarking terhadap perusahaan-perusahaan lain yang
sejenis atau para pesaing guna meningkatkan layanan ritel dan citra toko
yang telah dimilikinya. Dengan demikian Pepito Supermarket dapat
mempertahankan eksistensinya di pasar ritel. Benchmarking dapat
dilakukan pada perusahaan ternama seperti Ranch Market dan Kemchicks
di Jakarta, yang telah memiliki layanan ritel dan citra toko yang baik tidak
hanya di Indonesia bahkan juga terkenal di dunia internasional. Untuk di
Bali sendiri, Pepito Supermarket dapat melakukan benchmarking
terhadap pesaing ketatnya di Bali yakni Bali Deli yang sangat terkenal
karena memiliki manajemen penanganan keluhan yang baik. Sehingga
keluhan pelanggan terkait layanan ritel dan citra toko yang selama ini
tidak dikelola dengan baik oleh Pepito Supermarket dapat diatasi dan
dikurangi.