bab i pendahuluan 11. latar belakang masalah · 2017. 7. 21. · bab i pendahuluan 1. 1. latar...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban manusia dari masa ke masa, maka kebutuhan kepentingan manusia semakin bertambah. Hal ini tentu membawa dampak negatif sebab akan mengakibatkan bertambahnya kemungkinan terjadinya kejahatan 1 . Terdapat banyak cara yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan untuk mendapatkan korbannya dengan mudah. Dalam kasus curanmor, para pelaku biasanya menggunakan modus operandi menebarkan paku dijalan, menjatuhkan kardus dijalan sampai mencegat kendaraan korban. Pengertian modus operandi dalam lingkup kejahatan yaitu operasi cara atau teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat dalam melakukan perbuatan jahatnya. Lebih lanjut Wirjono 2 menjelaskan adanya penggolongan tindak pidana berdasarkan atas cara perumusan ketentuan hukum pidana oleh 1 Abidin, A. Zainal, 2007, Hukum PidanaI, Sinar Grafika, Jakarta, hal.18 2 Wirjono dalam http://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN- PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2journal%2Fitem

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan

    peradaban manusia dari masa ke masa, maka kebutuhan kepentingan

    manusia semakin bertambah. Hal ini tentu membawa dampak negatif

    sebab akan mengakibatkan bertambahnya kemungkinan terjadinya

    kejahatan1.

    Terdapat banyak cara yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan

    untuk mendapatkan korbannya dengan mudah. Dalam kasus curanmor,

    para pelaku biasanya menggunakan modus operandi menebarkan paku

    dijalan, menjatuhkan kardus dijalan sampai mencegat kendaraan korban.

    Pengertian modus operandi dalam lingkup kejahatan yaitu operasi cara

    atau teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat dalam melakukan

    perbuatan jahatnya.

    Lebih lanjut Wirjono2 menjelaskan adanya penggolongan tindak

    pidana berdasarkan atas cara perumusan ketentuan hukum pidana oleh

    1Abidin, A. Zainal, 2007, Hukum PidanaI, Sinar Grafika, Jakarta, hal.18

    2 Wirjono dalam http://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN-PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2journal%2Fitem

    http://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN-PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitemhttp://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN-PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

  • 2

    pembentuk Undang-Undang, yaitu “apabila tindak pidana yang

    dimaksudkan dalam suatu ketentuan hukum pidana (Strabepaling) disitu

    dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu

    tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu, maka tindak pidana ini

    dikalangan ilmu pengetahuan hukum dinamakan tindak pidana materiil

    (materiil delict). Apabila tindak pidana yang dimaksudkan, dirumuskan

    sebagai wujud perbutan tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan

    oleh perbuatan itu maka kini ada tindak pidana formal (formeel delict).

    Kedua rumusan delik tersebut penyidik harus dapat merumuskan

    wujud perbuatan yang bisa memenuhi unsur seperti wujud perbuatan

    apa yang dapat menghilangkan jiwa orang lain dilakukan oleh pelaku

    dalam delik materil, demikian pula halnya dalam delik materil,

    demikian pula halnya dalam delik formal penyidikan juga harus dapat

    membuktikan adanya suatu barang yang dapat mendukung unsur

    mengambil barang. Berdasarkan contoh yang diuraikan di atas tentu

    membuktikan suatu wujud dan membuktikan adanya suatu barang

    tidaklah sederhana yang dibayangkan, karena kemajuan iptek telah

    banyak mempengaruhi para pelaku tindak pidana dalam menentukan

    modus-modus operandinya, apalagi bila dihadapkan dengan tindak

    pidana penipuan atau delik-delik lain yang terbesar di luar KUHP.

  • 3

    Kasus yang terjadi di salatiga adalah modus operandi yang

    dilakukan di sebuah minimarket. sebuah minimarket Indomaret di Jalan

    Diponegoro, salatiga dibobol pencuri. Akibat kejadian tersebut kerugian

    ditaksir 16 juta. salah seorang karyawan toko, bapak sunardi yang

    pertama mengetahui kalau tempatnya bekerja dibobol oleh maling.

    Dijelaskannya, ia pertama kali tiba di toko sekitar pukul 06.30 dan

    melihat bungkus rokok berantakan di kasir.

    “Saat itu pintu masuk juga tidak mengalami kerusakan. Melihat

    ini saya curiga dan saat melakukan pengecekan, ternyata pencuri

    berhasil membawa kabur sejumlah puluhan slop rokok berbagai merek

    dan uang tunai” sementara itu kapolsek Sidorejo AKP Jumaeri yang

    menangani kasus ini mengatakan, pihaknya tengah melakukan

    penyelidikan salah satunya dengan memeriksa CCTV di Indomaret

    tersebut dan mereka belum bisa memastikan berapa jumlah pencuri

    yang masuk dan bagaimana mereka bisa masuk di Indomaret dan

    menyikat barang – barang yang mudah dibaa kabur itu.

    Asas hukum mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi dalam hukum

    dan fungsi dalam ilmu hukum. Asas dalam hukum mendasarkan

    eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim

    serta mempunyai pengaruh normatif yang mengikat para pihak, oleh

  • 4

    karena itu hukum pidana dalam fungsi pengendalian masyarakat,

    penyelenggaraan ketertiban dan penganggulangan kejahatan harus

    berorientasi kepada asas-asas tersebut. Tindak pidana pencurian diatur

    dalam Pasal 362 KUHP, selain itu diatur pula dalam Pasal 363 KUHP

    (pencurian dengan pemberatan), Pasal 364 KUHP (pencurian ringan),

    Pasal 365 KUHP (pencurian yang disertai dengan kekerasan/ancaman

    kekerasan, Pasal 367 KUHP (pencurian di lingkungan keluarga).

    Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern terkait

    dengan teknologi yang semakin canggih, seseorang dituntut untuk

    berpendidikan tinggi dan mempunyai keterampilan yang merupakan

    modal utama untuk mendapatkan pekerjaan yang layak,2akan tetapi

    lapangan pekerjaan yang terbatas tidak sebanding dengan peningkatan

    jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak. Masyarakat yang

    kurang memiliki keterampilan, berpendidikan rendah dan pengangguran

    lebih memilih menggunakan langkah yang cepat dan praktis guna

    mendapatkan uang yakni dengan melakukan tindak pidana pencurian

    peraturan hukum tentang tindak pidana pencurian diatur dalam pasal

    362 KUHP pencurian biasa dan pasal 365 KUHP tentang tindak pidana

    pencurian dengan kekerasan..Perkembangan teknologi yang

    3Topo Santoso, Eva Achjhani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 1..

  • 5

    berkembang dan semakin canggih membuat pelaku semakin berani

    dalam menjalankan aksinya yakni dengan melakukan pencuriuan

    dengan dilakukan kekerasan maupun dengan ancaman kekerasan.3

    Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan

    lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku

    mempunyai peran dan tugas yang berbeda-beda, dampak yang

    ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau

    ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan

    maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami

    kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh

    karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat

    dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan, korban tersebut juga

    dilindungi oleh hukum yang mengatur HAM. Dituangkan dalam Pasal

    17 yang mengatakan “Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk

    memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan,

    dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi

    serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak,

    sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif

    oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil

    3W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1977, hlm. 88

  • 6

    dan benar.”dan Pasal 29 ayat (1): “Setiap orang berhak atas

    perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak

    miliknya”

    Modus operandi pelaku tindak pidana pencurian dengan

    kekerasan dilakukan dengan berbagai macam modus operandi dengan

    melihat pada tempat atau lokasi yang akan dijadikan sasaran serta

    perencanaan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

    dilakukan secara terencana dan terorganisir.4

    Sesuai dengan kodratnya manusia menginginkan adanya

    perubahan atas lingkungan dan segala aspek yang melingkupi dirinya

    untuk menuju kearah yang lebih baik dan menguntungkan. Perubahan

    yang diinginkan tersebut merupakan gambaran dari kedinamisan

    manusia sebagai makhluk sosial dimana dalam perjalanan hidup

    manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan yang berbeda dan

    semakin kompleks dari waktu ke waktu.

    Sepertinya perubahan-perubahan kondisi ekonomi,politik,situasi

    sosio historik ,nilai-nilai dan norma-norma, hubungan-hubungan

    kekuasaan dan hukum yang berlangsung seringkali berdampak ganda

    4Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012, hlm 120.

  • 7

    disatu pihak memperlihatkan hasil-hasil yang bermanfaat bagi

    terwujudnya kesejahteraan masyarakat dalam arti luas,termasuk

    terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman, sedangkan di pihak lain juga

    menghasilkan semakin kompleksnya interaksi faktor-faktor yang

    melatar belakangi timbulnya berbagai bentuk tindak kejahatan.

    Perubahan nilai,norma ,pandangan dan perilaku masyarakat

    berpengaruh terhadap tingginya tingkat pelanggaran hukum yang turut

    serta mempertinggi laju tindak kejahatan secara kuantitas maupun

    kualitasnya. perubahan sosial berarti kebanyakan orang terlibat dalam

    kegiatan-kegiatan kelompok dan hubungan-hubungan kelompok yang

    berbeda dengan apa yang telah mereka lakukan atau apa yang telah

    orangtuanya lakukan sebelumnya. Masyarakat adalah suatu jaringan

    kompleks dari pola-pola hubungan dimana semua orang berpartisipasi

    dengan derajat keterkaitannya masing-masing. Hubungan-hubungan ini

    berubah dan perilaku juga berubah pada saat yang sama. Individu-

    individu dihadapkan dengan situasi baru yang harus mereka respons.

    Situasi-situasi ini merefleksikan faktor-faktor tertentu seperti

    teknologi, cara baru untuk mencari penghasilan, perubahan tempat

    domisili, dan inovasi baru, ide baru, serta nilai-nilai baru. Sehingga,

    perubahan sosial adalah perubahan bagaimana orang bekerja,

  • 8

    membesarkan anak-anaknya, mendidik anak-anaknya, menata dirinya

    sendiri, dan mencari arti yang lebih dari kehidupannya.Perubahan sosial

    juga bisa berarti suatu restrukturisasi dalam cara-cara dasar dimana

    orang di dalam masyarakat terlibat satu dengan lainnya mengenai

    pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, kehidupan keluarga,

    rekreasi, bahasa, dan aktivitas-aktivitas lainnya.

    Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan

    lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku

    mempunyai peran dan tugas yang berbeda-beda, dampak yang

    ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau

    ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan

    maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami

    kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh

    karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat

    dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan. Modus operandi

    pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dilakukan dengan

    berbagai macam modus operandi dengan melihat pada tempat atau

    lokasi yang akan dijadikan sasaran serta perencanaan pencurian dengan

    kekerasan atau ancaman kekerasan dilakukan secara terencana dan

    terorganisir.

  • 9

    Kejahatan mengandung makna tertentu, yakni merupakan suatu

    pengertian dan penamaan yang relatif.Akan tetapi segala bentuk

    perbuatan dan tindakan tersebut dinilai oleh sebagian masyarakat

    sebagai perbuatan anti sosial. Dirasakan oleh masyarakat,terutama jika

    situasi suatu masyarakat tersebut sedang dalam keadaan berubah. Pada

    situasi ini biasanya rasa ketentraman dan kesejahteraan masyarakat

    sedikit banyak mendapat gangguan.

    Ganguan ini misalnya berasal dari isu-isu dari berita-berita, di

    samping dapat diketahu dapat diketahui dari kenyataan-kenyataan yang

    sedang terjadi pada waktu itu. Tentu saja keadaan mencekam dan tidak

    aman tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai reaksi dari

    masyarakat,apakah reaksi itu berupa upaya untuk menghindarkan dari

    kenyataan,berusaha memberantasnya,ataupun reaksi yang berupa

    tindakan-tindakan balasan terhadap berbagai penyimpangan atau

    kejahatan yang terjadi itu.5Salah satu bentuk tindak kejahatan yang

    semakin hari semakin meningkat kuantitasnya maupun kualitasnya

    adalah tindak pidana pencurian yang menggunakan kekerasan.

    Dalam masyarakat, banyak terjadi kasus-kasus yang

    dikategorikan ke dalam tindak pidana pencurian kendaran bermotor.

    5Kartini Kartono., Patologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. Vi.

  • 10

    Apalagi semakin majunya teknologi pada masa sekarang, maka cara

    orang berfikir semakin maju. Keadaan tersebut sangat berpengaruh

    terhadap cara orang melakukan kejahatan, sehingga perbuatan tersebut

    harus mendapat penanganan yang lebih serius.

    Dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan pelaku

    kejahatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman di dalam

    kejahatan ini adalah perbuatan mengambil, yaitu membawa sesuatu

    barang di bawah kekuasaanya secara mutlak dan nyata. Perbuatan

    mengambil itu telah selesai, apabila barang tersebut telah berada di

    tangan pelaku walaupun seandinya benar bahwa kemudian ia telah

    melepaskan kembali barang itu karena ketahuan oleh orang lain.

    Pelaku yang dikatakan telah melawan hukum yaitu pelaku

    tersebut memiliki suatu barang tanpa hak atau kekuasaan Ia tidak

    mempunyai hak untuk melakukan perbuatan memiliki. sebab Ia

    bukanlah orang yang punya. Hanya orang yang sebagai pemilik, yang

    memunyai hak untuk memilikinya.

    Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan

    lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku

    mempunyai peran dan tugasyang berbeda-beda, dampak yang

  • 11

    ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau

    ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan

    maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami

    kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh

    karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat

    dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan.

    Kondisi-kondisi seperti kemiskinan dan pengangguran, secara

    relatif dapat memicu rangsangan-rangsangan untuk elakukan suatu

    tindak pidanaseperti kejahatan pencurian, penipuan, penggelapan, dan

    penyelundupan.Namun dalam hal ini penulis hanya memfokuskan pada

    tindak pidana pencurian.

    Jenis kejahatan pencurian dengan kekerasan merupakan salah

    satu kejahatan yang paling sering terjadi di masyarakat, dimana hampir

    terjadi di setiap daerah-daerah yang ada di Indonesia seperti halnya di

    Kota Salatiga oleh karena itu, menjadi sangat logis apabila jenis

    kejahatan pencurian dengan kekerasan menempati urusan teratas

    diantara jeniskejahatan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

    tersangka dalam kejahatan pencurian yang diadukan ke Pengadilan.

    Sehingga perlu ditekan sedemikian rupa agar dapat menurungkan angka

    statistik yang senantiasa mengalami kenaikan setiap tahunnya.

  • 12

    Kejahatan pencurian dengan kekerasan pada hakikatnya dapat

    ditekan, salah satunya dengan cara meningkatkan sistem keamanan

    lingkungan, serta adanya kesadaran dari setiap individu dalam

    masyarakat untuk lebih waspada dalam menjaga harta benda miliknya,

    maupun dengan cara penerapan sanksi terhadap pelaku pencurian

    dengan kekerasan.

    Kejahatan pencurian termuat dalam buku kedua Kitab Undang –

    Undang Hukum Pidana (KUHP), telah diklasifikasikan ke beberapa

    jeniskejahatan pencurian, mulai dari kejahatan pencurian biasa, Dimana

    pencurian dengan pemberatan adalah pencurian biasa yang disertai

    dengan cara-cara tertentu dan keadaan tertentu sehingga mempunyai

    sifat yang lebih berat. Dan oleh karenanya hukuman maksimum pun

    lebih berat dari pencurian biasa (Pasal 362 KUHP), kejahatn pencurian

    dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP), kejahatan pencurian ringan

    (Pasal 364 KUHP), kejahatan pencurian dengan kekerasan (Pasal 365),

    kejahatan pencurian di dalam kalangan keluarga(Pasal 367 KUHP).

    Modus operandi pelaku tindak pidana pencurian dengan

    kekerasan dilakukan dengan berbagai macam modus operandi dengan

    melihat pada tempat atau lokasi yang akan dijadikan sasaran serta

    perencanaan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

  • 13

    dilakukan secara terencanadan terorganisir.6

    Modus yang mereka

    gunakan beragam antara lain; Pelaku memasuki sasaran seolah-olah

    sebagai tamu, sedangkan pelaku yang lain menunggu diluar sesuai

    dengan perannya masing-masing. Korban diancam dengan senjata tajam

    atau senjata api dan dipaksa untuk memberikan sesuatu terhadap pelaku,

    apabila korban melawan pelaku akan melumpuhkan korban atau

    melukai ataupun membunuh, karena para pelaku tersebut tidak segan-

    segan untuk melukai atau bahkan membunuh para korbanya demi

    mendapatkan hasil curiannya. Oleh sebab itu tindak pidana, pencurian

    dengan kekerasan tersebut sering menimbulkan korban jiwa.7.

    Dalam kasus ini dapat dipahami bahwa dalam Pasal 368 ayat 1

    yang menyatakan8 “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan

    dirin sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang

    dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang

    sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau

    orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan,

    piutang diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama

    Sembilan tahun”. Soesilo menjelaskan pasal tersebut dalam bukunya

    6Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul 13.OO.wib 7Ibid

    8Pasal 368 ayat 1

  • 14

    Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya

    Lengkap Pasal Demi Pasal dan menamakan perbuatan dalam Pasal 368

    ayat (1) KUHP sebagai pemerasan dengan kekerasan yang mana

    pemerasnya:9

    1. memaksa orang lain;

    2. untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian

    termasuk kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain,

    atau membuat utang atau menghapuskan piutang;

    3. dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang

    lain dengan melawan hak

    4. memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman

    kekerasan.

    Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan dalam hal

    dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari

    serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

    tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

    Pengertian penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia

    9http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-

    pengancaman di kunjungi pada tanggal 5 Agustus 2015, pukul 22:47 WIB

    http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancamanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman

  • 15

    atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

    oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

    Kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di

    wilayah hukum Polres Salatiga selama kurun waktu lima tahun mulai

    tahun 2011 sampai dengan bulan Oktober 2013 sebagai berikut:

    Tabel 1.1

    Jumlah Kasus Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Polres

    Salatiga

    No Tahun Jumlah Kasus

    1 2011 39 kasus

    2 2012 54 kasus

    3 2013 42 kasus

    Dari penjelasan diatas maka saya tertarik untuk menulis

    penelitian dengan judul MODUS OPERANDI TINDAK PIDANA

    PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI WILAYAH HUKUM

    KOTA SALATIGA.

    1.2. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana modus operandi dari tindak pidana pencurian dengan

    kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga?

  • 16

    2. Bagaimana kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak

    pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum

    Polres Salatiga?

    1.3.Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui dan menganalisis apa saja modus operandi dari tindak

    pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum

    Polres Salatiga.

    2. Mengetahui saja kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak

    pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum

    Polres Salatiga.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dari

    segi teoritis, maupun praktis.

    a. Segi Teoritis

    Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memeberikan

    kesempatan kepada penulis untuk berlatih berargumentasi secara ilmiah

    dan untuk ilmu khususnya perkembangan Ilmu Hukum Pidana.

    b. Segi Praktis

    Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    positif sebagai bahan masukan dan para penegak hukum seharusnya

  • 17

    lebih cekatan dalam mengatasi tindak pidana yang terjadi di tengah

    masyarakat.

    1.5. Metode Penelitian

    1. Sifat Penelitian.

    Penilitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif, karena

    menganalisis tentang undang-undang kepolisian dan Kitab Undang-

    undang Hukum Pidana.

    2. Pendekatan masalah.

    Pendakatan tentang Undang-Undang kepolisian No 2 Tahun 2002,

    Pendekatan konsep tentang analisis modus operandi tindak pidana

    pencurian dan Pendekatan kasus pencurian dengan kekerasan.

    3. Bahan Hukum

    a. Bahan hukum primer yaitu berupa, Kitab Undang-undag

    Hukum Pidana ,Undang-undang kepolisian No 2 Tahun 2002

    b. Bahan hukum sekunder yaitu hasil penelitian di Polres Salatiga

    c. Jurnal,http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-

    untuk-menjerat-pelaku-pengancaman

    d. Bahan hukum tersier, Kamus dan Insiklopedi

    e. Pengumpulan Bahan Hukum

    f. Bahan hukum dikumpulkan secara study kepustakaan.

    http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancamanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman

  • 18

    g. Kasus modus operandi tindak pidana pencurian dengan

    kekerasan yang terjadi di Kota Salatiga

    Metode analisis

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum

    empiris dengan metode pendekatan yuridis kriminalistik yang lebih

    memfokuskan pada uapaya untuk mengungkap tindak pidana pencurian

    dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga dengan

    menggunakan ilmu bantu modern.

    1.6. Sistematika Penulisan

    Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam

    penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang secara terinci sebagai

    berikut:

    Bab I: PENDAHULUAN

    Bab ini memutar tentang latar belakang permasalahan

    yang menguraikan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan

    dibuatnya tulisan ini . Dalam bab ini juga dapat dibaca pokok

    permasalahan ,Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian ,Metode

    penelitian dan Sistematika penulisan.

  • 19

    Bab II : PEMBAHASAN

    Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai soal

    hakekat modus operandi pencurian dengan kekerasan, yang akan

    diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang modus operandi

    pencurian dengan kekerasan di hukum positif Indonesia.

    Bab III: PENUTUP DIKEMUKAKAN HASIL PEMBAHASAN,

    KESIMPULAN DAN SARAN.

    Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan

    dan kesimpulan dari diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang

    modus operandi pencurian dengan kekerasan di hukum positif

    Indonesia, khususnya di Salatiga.

  • 20

    Daftar Pustaka

    Topo Santoso, Eva Achjhani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Raja

    Grafindo Persada, 2003, hlm. 16

    W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1977,

    hlm. 88

    Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar

    Grafika, Jakarta,2012, hlm 120

    Kartini Kartono., Patologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007,

    hlm.Vi.

    Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media

    Group, Jakarta, 2005, hlm., 10-11.

    Bambang Poernomo1987, Asas-Asas Hukum Pidana Ghaila Indonesia,

    Jakarta

    Barda Nawawi Arief ,1991 ,Upaya Non penal dalam penanggulangan

    kejahatan

    Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro ,1982 Paradoks dalam

    kriminologi Rajawali, Jakarta

    R.Tresna 1995, Hukum Pidana ,Sinar Baru, Jakarta

    Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul

    13.OO.wib

    Prasetyo Teguh. 2012.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

    Pasal 368 ayat 1 ,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

  • 21

    Abidin A.Zainal 2007 ,Hukum Pidana I ,Sinar Grafika ,Jakarta,hal. 18

    http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-

    menjerat-pelaku-pengancaman di kunjungi pada tanggal 5

    Agustus 2015, pukul 22:47 WIB

    http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancamanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman