bab i-daftar pustaka

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASD (Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan tersering setelah VSD (ventrikular septal defect). Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup.Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Maka darah bersih dan darah kotor bercampur. Kelainan ini disebabkan adanya defek (lubang) pada dinding atrium jantung. Akibatnya darah dari atrium kiri yang seharusnya pergi ke ventrikel kiri, akan masuk ke dalam ke dalam ventrikel kanan, kemudian ke aorta. Jika lubangnya cukup besar, ASD akan mengakibatkan beban volume di jantung kanan, di samping itu juga menyebabkan beban volume di jantung kiri. ASD merupakan salah satu penyakit jantung bawaan non sianotik (kelainan kongenital). Insidensnya sekitar 6,7% dari seluruh penyakit jantung bawaan pada bayi yang lahir hidup. Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis 1

Upload: novia-safitri

Post on 06-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fenny larasati

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangASD (Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan tersering setelah VSD (ventrikular septal defect). Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup.Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Maka darah bersih dan darah kotor bercampur. Kelainan ini disebabkan adanya defek (lubang) pada dinding atrium jantung. Akibatnya darah dari atrium kiri yang seharusnya pergi ke ventrikel kiri, akan masuk ke dalam ke dalam ventrikel kanan, kemudian ke aorta. Jika lubangnya cukup besar, ASD akan mengakibatkan beban volume di jantung kanan, di samping itu juga menyebabkan beban volume di jantung kiri. ASD merupakan salah satu penyakit jantung bawaan non sianotik (kelainan kongenital). Insidensnya sekitar 6,7% dari seluruh penyakit jantung bawaan pada bayi yang lahir hidup. Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di indonesia, dengan populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita. Berdasar data diatas maka penulis menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan yakni ASD.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep medis Atrial Septal Defect (ASD) ?2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Atrial Septal Defect (ASD) ?

1.3 TujuanUntuk mengetahui bagaimana konsep medis Atrial Septal Defect (ASD) dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Atrial Septal Defect (ASD).

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis ASD 2.1.1 PengertianAtrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum, 1991).ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. (Sudigdo Sastroasmoro, 1994).Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatrial semasa janin. (id. Wikipedia.org).ASD adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri (bagian atas). (Karson. 2012)Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Atrial Septal Defect (ASD) penyakit jantung bawaan dimana terdapat lubang (defek) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa janin.2.1.2 Insidensi Insidensnya sekitar 6,7% dari seluruh penyakit jantung bawaan pada bayi yang lahir hidup. Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di indonesia, dengan populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita.

2.1.3 KlasifikasiBerdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu :1. Ostium Primum (ASD 1)Letak lubang di bagian bawah septum, mungkin disertai kelainan katup mitral. Defek septum atrium primum hanya 3% dari seluruh kelainan jantung bawaan.2. Ostium Secundum (ASD 2)Letak lubang di tengah septum. Defek septum atrium sekundum merupakan 7-10% dari seluruh kelainan jantung bawaan dan lebih sering dijumpai pada wanita.3. Sinus Venosus DefekLubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan. Defek sinus venosus hanya 15% dari defek intertrium.Macam-macam defek sekat ini harus ditutupi dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya syndrome Eisemenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraidikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambah defek dengan sepotong dakron.2.1.4 EtiologiPenyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.Faktor-faktor tersebut diantaranya :1. Faktor Prenatala. Ibu menderita penyakit infeksi rubella.b. Ibu alkoholisme.c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.d. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.2. Faktor Genetika. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB.b. Ayah atau ibu menderita PJB.c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down.d. Lahir dengan kelainan bawaan lain.

3. Faktor HemodinamikTekanan di atrium kiri lebih tinggi dari pada tekanan di natrium kanan sehingga memungkinkan aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan.2.1.5 PatofisiologiPenyebab dari penyakit jantung kongentinal ASD ini belum dapat dipastikan, banyak kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak diketahui dalam trisemester pertama kehamilan saat terjadi perkembangan jantung janin. Pertama, saat struktur kardiovaskuler terbentuk kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal untuk status yang harus menututp dalam beberapa hari pertama.Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg). Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alatalat tersebut naik., dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising sistolik (jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relatif katup pulmonal). Pada valvula trikuspidalis juga ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi stenosis relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik.Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.2.1.6 Pathway

Faktor genetik atau keturunan, Faktor selama hidup ibu, Infeksi tertentu (Rubella)

Perkembangan atrium yang abnormalMempengaruhi perkembangan bayi atau janin

Ukuran atrium kanan mengecil dan kiri membesar

Beban atrium kanan

ASD

Arah shunt berubah kiri-kanan

Darah ke tubuh berkuranghipoksiaPenurunan curah jantungSirkulasi sistemikPenurunan Suplai O2 ke perifer

Penurunan fungsi pulmonalSianosis membran mukosa, bibir, lidah

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Kesulitan menelan

Intoleransi aktifitasEkstremitas dingin, tampak kelelahan, tampak anak tidak aktifGangguan keb. nutrisi

Gangguan transportasi O2

Sel dan jaringan kekurangan zat makan khususnya O2

Gangguan pertukaran gas

Metabolisme Anaerob

Kelemahan imun

Resiko Infeksi

Pola koping tidak efektifKurang terpenuhinya informasi Mengenai penyakit anak

Stressor

Ansietas keluarga

2.1.7 Manifestasi Klinisa. Bayi Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah, kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi, dispnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis dan mengejan. Keletihan. Pertumbuhan dan perkembangan buruk. Kadang-kadang mengalami infeksi saluran pernafasan. Anoreksia (kesulitan makan) Diastolik meningkat. Sistolik Rendah. Bising jantung tak normal. Palpitasi. b. Anak anak Kerusakan pertumbuhan dan perkembangan. Tubuh lemah, keletihan. Nafas tersengal tersengal dan dipsnea saat aktivitas. Kardiomegali. Diastolik meningkat. Sistolik rendah. Bising jantung tak normal. Palpitasi.2.1.8 Komplikasi1. Gagal jantungPada ASD jantung kanan bekerja keras untuk mempompa darah lebih dari jumlah normal. Seiring dengan berjalannya waktu menjadi lelah dan tak mampu bekerja dengan baik.2. Aritmia Darah yang berlebihan pada atrium menyebabkan dinding atrium terengang dan berdilatsi, hal ini dapat menyebabkan aritmia.Gejala palpitasi dan peningkatan denyut jantung.3. Penyakit Pembuluh Darah Paru4. Endokarditis

2.1.9 Penatalaksanaan1. Pembedahan Pembedahan dilakukan apabila: a. Jantung sangat membesar Pembesaran jantung pada foto thoraks, dilatasi ventrikel, kanan, kenaikan arteri pulmonal 50 % atau kurang dari tekanan aorta, tanpa mempertimbangkan keluhan.Prognosis penutupan DSA lebih baik dibandingkan dengan pengobatan medikamentosa. Pada kelompok umur 40 tahunan ke atas harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya aritmia atrial, terutama memang sebelumnya sudah pernah terjadi gangguan irama. Pada kelompok ini diperlukan ablasi perkutan atau ablasi operatif pada saaat penutupan DSA.b. Dyspnoe deffort yang berat atau sering ada serangan bronchitis. c. Kenaikan tekanan pada arteri pulmonalis. d. Adanya riwayat iskemik transcient atau stroke pada DSA atau foramen ovale persisten. Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke ahli bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Berdalih tentang pembedahan jantung yang didasarkan pada ukuran shunt menempatkan lebih pada kepercayaan terhadap data dari pada alasan yang diberikan. Dengan terbuktinya defek sekat atrium dengan shunt dari kiri ke kanan pada anak yang umurnya lebih dari 3 tahun, penutupan adalah beralasan. Agar terdeteksi, shunt dari kiri ke kanan harus memungkinkan rasio QP/QS sekurang-kurangnya 1,5 : 1, karenanya mencatat adanya shunt merupakan bukti cukup untuk melakukan pembedahan.Dalam tahun pertama atau kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak akan menutup secara spontan. Bila pada anak masih dapat dikelola dengan digitalis biasanya oprasi ditunggu sampai anak mencapai usia 3 tahun. Operasi pada ASD I tanpa masalah katup mitral atau trikuspidal mortalitasnya rendah, operasi dilakukan pada masa bayi. ASD I disertai celah katup mitral dan trikuspidal operasi paling baik dilakukan umur antara 3-4 tahun. Apabila ditemukan tanda tanda hipertensi pulmonal, operasi dapat dilakukan pada masa bayi untuk mencegah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Indikasi utama penutupan defek sekat atrium adalah mencegah penyakit vascular pulmonal abstruktif. Penyakit vaskular pulmonal obstruktif hampir selalu mematikan dalam beberapa tahun dan dengan sendirinya cukup alasan untuk mempertimbangkan perbaikan bedah semua defek sekat atrium.2. Penutupan Defek Sekat Atrium dengan kateterAlat payung ganda yang dimasukan dengan kateter jantung sekarang digunakan untuk menutup banyak defek sekat atrium. Defek yang lebih kecil dan terletak lebih sentral terutama cocok untuk pendekatan ini. Kesukaran yang nyata yaitu dekatnya katup atrioventrikular dan bagian lain, seperti orifisium vena kava, adalah nyata dan hingga sekarang, sistem untuk memasukkan alat cukup besar menutup defek yang besar tidak tersedia. Keinginan untuk menghindari pemotongan intratorak dan membuka jantung jelas. Langkah yang paling penting pada penutupan defek sekat atrium transkateter adalah penilaian yang tepat mengenai jumlah, ukuran dan lokasi defek. Defek yang lebih besar dari pada diameter 25 mm, defek multipel termasuk defek di luar fosa ovalis, defek sinus venosus yang meluas ke dalam vena kava, dan defek dengan tepi jaringan kurang dari 3-6 mm dari katup trikuspidal atau vena pulmonalis kanan dihindari. Untuk penderita dengan defek yang letaknya sesuai, ukuran ditentukan dengan menggembungkan balon dan mengukur diameter yang direntangkan. Payung dipilih yang 80% lebih besar daripada diameter terentang dari defek. Lengan distal payung dibuka pada atrium kiri dan ditarik perlahan-lahan tetapi dengan kuat melengkungkan sekat ke arah kanan. Kemudian, lengan sisi kanan dibuka dan payung didorong ke posisi netral. Lokasi yang tepat dikonfirmasikan dan payung dilepaskan. Penderita dimonitor semalam, besoknya pulang dan dirumat dengan profilaksi antibiotik selama 6-9 bulan. Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta penyulit lain. Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani dengan operasi bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik dengan jahitan langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun, pertama kali dilakukan tahun 1953 oleh dr. Gibbson di Amerika Serikat, menyusul ditemukannya mesin bantu pompa jantung-paru (cardio-pulmonary bypass) setahun sebelumnya. Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka kematian operasi 0-1%, angka kesakitan rendah). Murphy JG, et.al melaporkan survival (ketahanan hidup) paska opearsi mencapai 98% dalam follow up 27 tahun setelah tindakan bedah, pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun. Semakin tua usia saat dioperasi maka survival akan semakin menurun, berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru 3. Terapi intervensi non bedah Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat ini terdiri dari 2 buah cakram yang dihubungkan dengan pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat nitinol yang dapat teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan benang polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna. Beberapa alat yang digunakan pada intervensi non bedah: a. Amplatzer septal occluder. b. Atrial septal defect occlusion (ASDOS). c. Button device. d. Guardian angel/angel wings.e. Helex septal occluder. f. Starflex/bard clamshell/cardioseal. g. Transcatherther patch closure. 4. Antibiotik Profilaksis Anak dengan kerusakan jantung yang parah meningkatkan resiko terkena infective endocarditis. ASD tidak berhubungan dengan resiko infective endocarditis, kecuali 6 bulan setelah penutupan dengan kateter atau bedah. 2.1.10 Pemeriksaan Penunjang1. ElektrokardiografiMenunjukkan aksis ke kanan akibat defek ostium primum, blok bundle kanan, hipertrofi ventrikel kanan, interval PR memanjang, aksis gelombang P abnormal.2. Foto rontgen dadaa. Pada foto lateral terlihat daerah retrosternal terisi, akibat pembesaran ventrikel kanan.b. Dilatasi atrium kanan.c. Segmen pulmonal menonjol, corakan vascular varu prominen.3. Ekokardiografia. Dengan mengunakan ekokardiografi trastorakal (ETT) dan Doppler berwarna dapat ditentukan lokasi defek septum, arah pirau, ukuran atrium dan ventrikel kanan, keterlibatan katub mitral misalnya proplaps yang memang sering terjadi pada ASD.b. Ekokardiografi transesofageal (ETE) dapat dilakukan pengukuran besar defek secara presisi sehingga dapat membantu dalam tindakan penutupan ASD perkutan, juga kelaina yang menyertai.4. Katerisasi jantungPemeriksaan ini digunakan untuk :a. Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan.b. Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan sistemik.c. Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonal.d. Evaluasi anomaly aliran vena pulmonalis.5. Magnetic resonance imaginga. Sebagai tambahan dalam menentukan adanya dan lokasi ASD.b. Evaluasi anomali aliran vena, bila belum bisa dibuktikan dengan modalitasi lain.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ASD 2.2.1 PengkajianI. Data Subyektif1. IdentitasIdentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, diagnose medis, nomor rumah sakit, dan tanggal masuk rumah sakit. Biasanya lebih banyak menyeraang anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.2. Keluhan UtamaKeluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.3. Riwayat Keperawatan1) Riwayat Kesehatan SekarangAnak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.2) Riwayat Kesehatan Dahulua. Prenatal HistoryDiperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.b. Intra natalRiwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.c. Riwayat Neonatus1) Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea.2) Anak rewel dan kesakitan.3) Tumbuh kembang anak terhambat.4) Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali.5) Sosial ekonomi keluarga yang rendah.3) Riwayat Penyakit Keluarga1) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung.2) Penyakit keturunan atau diwariskan.3) Penyakit kongenital atau bawaan.4) Pola Fungsi Kesehatan1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatana. Riwayat hipertensi.b. Endokarditis.c. Penyakit katup jantung.2) Pola Aktivitas dan latihana. Keletihan/kelelahan.b. Dispnea.c. Perubahan tanda vital.d. Perubahan status mental.e. Takipnea.f. Kehilangan tonus otot.3) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stressa. Ansietas, khawatir, takut.b. Stress yang b/d penyakit.4) Pola nutrisi dan metabolika. Anoreksia.b. Pembengkakan ekstremitas bawah/edema..5) Pola Eliminasi Tidak terjadi gangguan.6) Pola Istirahat dan TidurPada bayi belum memiliki pola tidur. Namun pada anak biasanya istirahat tidur berkurang, karena sesak atau rasa tidak nyaman akibat gejala lain yang menyertai ASD.7) Pola persepsi dan konsep diriPada anak kurang bisa di kaji.8) Pola peran dan hubungan dengan sesamaa. Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga.9) Pola Kognitif PerseptualPada anak kurang bisa di kaji.10) Pola Reproduksi SeksualPada bayi dan anak belum terjadi pematangan reproduksi.

11) Pola Tata Nilai dan KeyakinanKeyakinan dalam agama.II. Data Obyektif1. Keadaan UmumAnak (pasien) dengan ASD biasanya terlihat lemas dan sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.2. TTVa. TDDiastolik meningkat, sistolik rendah. b. NadiNadi meningkat.c. SuhuSuhu tubuh anak meningkat (panas) >37,5 OC terutama jika mengalami infeksi.d. RRSesak nafas.3. BBGagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.4. Pemeriksaan Fisika. B1 (Breathing)Menunjukkan ronki kering kasar, mengi, sesak nafas.b. B2 (Blood)Pada anak kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik, terdapatsplit bunyi jantung 2 tanpa bisingc. B3 (Brain)Konjungtiva anemisd. B4 (Bladder)Pemeriksaan produksi urine, warna serta bau. e. B5 (Bowel)Nafsu makan menurun (anoreksia, kesulitan makan dan minum). Penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung. Sianosis membran mukosa, bibir dan lidah, kesulitan makan.f. B6 (Bone)Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.3) Nyeri berhubungan dengan cedera biologis berhubungan dengan penimbunan asam laktat, kardiomegali.4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.5) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.6) Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan asupan makanan yang tidakseimbang dengan kebutuhan.7) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan gangguan perfusi jaringan.8) Resiko infeksi berhubungan menurunnya status kesehatan.9) Ansietas berhubungan dengan status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya.2.2.3 Perencanaan 1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantungIntervensiRasional

Mandiri1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.

2) Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing).

3) Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali).Kolaborasi 1) Pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.2) Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload.3) Berikan diuretik sesuai indikasi.Mandiri1) Permulaan gangguan pada jantung akan ada perubahan tanda-tanda vital, semuanya harus cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.2) Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidak adekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemia.3) Deteksi dini untuk mengetahui adanya gagal jantung kongestif.

Kolaborasi1) Obat ini dapat mencegah semakin memburuknya keadaan klien.2) Obat anti afterload mencegah terjadinya vasokonstriksi.3) Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru. Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.IntervensiRasional

Mandiri1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.2) Atur posisi anak dengan posisi fowler.

3) Hindari anak dari orang yang terinfeksi.

4) Berikan istirahat yang cukup.

Kolaborasi1) Berikan oksigen jika ada indikasi. Mandiri1) Untuk memudahkan pasien dalam bernapas.

2) Agar anak tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan.3) Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh.4) Membantu klien untuk memenuhi oksigenasinya.Kolaborasi1) Untuk deteksi dini terjadinya gangguan pernapasan

3) Nyeri berhubungan dengan cedera biologis berhubungan dengan penimbunan asam laktat, kardiomegali. Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang Kriteria Hasil :a. Melaporkan nyeri berkurang, b. Skala nyeri 1-3 dari 10 skala nyeri.c. Tanda-tanda vital dalam batas normal (Anak).IntervensiRasional

Mandiri1) Kaji skala nyeri, kuantitas dan kualitas nyeri.

2) Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang.

3) Beri pengarahan pada pasien untuk gerak aktif dan pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati.

4) Ajarkan penggunaan teknik distraksi dan relaksasi ketika nyeri timbul (jika pasien kooperatif)Kolaborasi1) berikan analgetik sesuai indikasi.1. Mandiri1) Memantau dan memberikan gambaran umum mengenai karakteristik nyeri klien dan indikator dalam melakukn intervensi selanjutnya2) Menurunkan reaksi terhadap rangsangan eksternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan klien untuk beristirahat.3) Membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan nyeri/ rasa tidak nyaman.

4) Mengalihkan rasa nyeri yang dialami klien

Kolaborasi1) Untuk menurunkan rasa sakit. Catatan: narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis.

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuatIntervensiRasional

1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan.2) Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas.3) Dorong memajukan aktivitas.

4) Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi.5) Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode.1) Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

2) Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan aktivitas jika sudah mampu.

3) Agar klien termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh..4) Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi tidak memanjakan.

5) Klien termotivasi untuk sembuh.

5) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan. Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang. Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.

IntervensiRasional

Mandiri 1) Kaji tingkat tumbuh kembang anak.

2) Berikan stimulasi tumbuh kembang, aktivitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.Kolaborasi1) Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat.1. Mandiri1) Memantau masa tumbuh kebang anak.

2) Agar anak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.

Kolaborasi6) Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan dan juga perkembangan anak-anak

6) Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan asupan makanan yang tidakseimbang dengan kebutuhan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil :a. Status nutrisi terpenuhib. Nafsu makan klien timbul kembalic. Berat badan normalIntervensiRasional

Mandiri

1) Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.2) Mencatat intake dan output makanan klien.3) Manganjurkan makan sedikit- sedikit tapi sering.Kolaborasi1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.Mandiri

1) Mengetahui kekurangan nutrisi klien.2) Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.3) Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.

Kolaborasi1) Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu klien memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.

7) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan gangguan perfusi jaringan. Tujuan Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas dengan Kriteria Hasil : Klien bebas dari edema, memiliki kulit yang bersih dan utuh, integritas kulit terjamin.IntervensiRasional

Mandiri1) Kaji kulit, catat adanya penonjolan tulang, edema area sirkulasi terganggu/pigmentasi.2) Pijat area kemerahan atau yang memutiih.3) Ubah posisi sesering mungkin di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.4) Berikan perawatan kulit kering dan meminimalkan dengan keadaan lembab/ekskresi.Kolaborasi 1) Hindari pemberian obat intramuskuler.Mandiri1) Kulit sangat beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas fisik dan gangguan status nutrisi.2) Meningkatkan aliran darah, dan meminimalkan hipoksia jaringan.3) Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah.4) Kulit yang terlalu kering atau lembab dapat mempercepat proses kerusakan.

Kolaborasi1) Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan merupakan faktor predisposisi untuk kerusakan kulit.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan Tujuan : Mencegah resiko infeksi. Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda adanya infeksi.IntervensiRasional

Mandiri1) Pantau tanda-tanda vital.

2) Lakukan perawatan terhadap prosedur infasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.Kolaborasi1) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.2) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.Mandiri1) Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.2) Untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

Kolaborasi1) Penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.2) Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

3) Ansietas berhubungan dengan status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya. Tujuan: Kecemasan menurun. Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.IntervensiRasional

1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua.

2) Beri penjelasan tentang keadaan bayi/anaknya.

3) Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.

4) Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.

5) Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.1) Pengetahuan orang tua akan mempengaruhi persepsi dan tingkahlakunya pada anak.2) Dengan mengetahui kondisi anaknya, akan mengurangi kecemasan orang tua.

3) Akan membuat orang tua nyaman dan lebih tenang jika senantiasa dekat dengan anaknya.

4) Dukungan dan kasih sayang orang tua akan mempercepat kesembuhan anak.

5) Dengan menambah pengetahuan orang tua dalam perawatan anaknya akan mempermudah proses perawatan dan penyembuhan anak.

2.2.4 PelaksanaanMerupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :a. Tahap 1 : persiapanTahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.b. Tahap 2 : intervensiFocus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.c. Tahap 3 : dokumentasiPelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

2.2.5EvaluasiEvaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.Berikut adalah ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi yang meliputi:1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telahditetapkan.2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapan.3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.Adapun evaluasi yang perlu dilakukan dan dicapai terkait masalah-masalah yang muncul pada anak dengan ASD yakni :1) Curah jantung adekuat.2) Tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.3) Rasa nyeri berkurang4) Tingkat aktivitas adekuat.5) Anak tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.6) Nutrisi adekuat, status nutrisi terpenuhi.7) Integritas kulit baik tidak ada edema.8) Tidak menunjukkan tanda-tanda adanya infeksi.9) Kecemasan menurun.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanAtrial Septal Defect (ASD) penyakit jantung bawaan dimana terdapat lubang (defek) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa janin.Berdasarkan lokasinya ada Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu ostium primum (ASD I), Ostium secundum (ASD 2), dan Sinus venosus defek.Macam-macam defek sekat ini harus ditutupi dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya syndrome Eisemenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraidikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambah defek dengan sepotong dakron. Gejala yang muncul akibat ASD apabila terjadi pada bayi tanda atau gejala yang muncul adalah sianosis umum, keletihan, pertumbuhan dan perkembangan buruk, kadang-kadang mengalami infeksi saluran pernafasan, kesulitan makan, diastolik meningkat, sistolik rendah, bising jantung tak normal dan palpitasi. Apabila terjadi pada anak tanda atau gejala yang muncul adalah kerusakan pertumbuhan dan perkembangan, tubuh lemah, keletihan. nafas tersengal tersengal dan dipsnea saat aktivitas, kardiomegali, diastolik meningkat, sistolik rendah, bising jantung tak normal dan palpitasi.3.2 SaranDalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi atau anak dengan ASD diharapkan perawat selalu mengacu pada konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ASD sehingga dalam memberikan asuhan dengan baik dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Markum, A. H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Gaya Baru. Jakarta: EGC.Behrman et al. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. (Alih bahasa oleh Samik Wahab tahun 2000). Jakarta: EGC.Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.Nursalam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika.Kasron.2012.Buku Ajar GangguanSistem Kardo Vaskuler. Yogyakarta: Nuha MedikaWahab, Samik.Kardilogi Anak : 2009. Penykit Jantung Kongenital yang Tidak Sianotik. Jakarta: EGC.Snowden, Linda A dan Cecily L Bertz. 2002. Keperawatan Pediatrik Volume 3. Jakarta : EGC.Yuliani, Rita, dan Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : PT Percetakan Penebar Swadaya

7