bab 1 - 5 , daftar pustaka

44
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya menanggulangi masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan dengan obat-obatan modern dikenal masyarakat. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi populer saat ini sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan tanaman berkhasiat obat (herbal). Keunggulan pengobatan herbal selain ekonomis juga bersifat alami. Karena itu, penggunaan tanaman berkhasiat obat (herbal) sangat penting karena relatif lebih aman. 1 Masyarakat di kepulauan Ambon sejak dulu memanfaatkan hasil penyulingan daun kayu putih yaitu minyak kayu putih dengan cara mengoleskannya ke bagian tubuh untuk mengobati sakit perut, mual, pusing, gatal- 1

Upload: liestiono-salomo-nasi

Post on 11-Aug-2015

141 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan

tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya menanggulangi masalah kesehatan,

jauh sebelum pelayanan kesehatan dengan obat-obatan modern dikenal masyarakat.

Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi populer saat ini sehingga

masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan

dengan tanaman berkhasiat obat (herbal). Keunggulan pengobatan herbal selain

ekonomis juga bersifat alami. Karena itu, penggunaan tanaman berkhasiat obat

(herbal) sangat penting karena relatif lebih aman.1

Masyarakat di kepulauan Ambon sejak dulu memanfaatkan hasil penyulingan

daun kayu putih yaitu minyak kayu putih dengan cara mengoleskannya ke bagian

tubuh untuk mengobati sakit perut, mual, pusing, gatal-gatal, dan juga untuk

menghangatkan badan. Penduduk asli Australia (Aborigin) dari pantai utara New

South Wales, menggunakan daun kayu putih untuk merawat luka teriris/tergores,

gigitan serangga dan infeksi kulit.4 Di Indonesia, masyarakat Sulawesi Utara antara

lain Manado, Minahasa dan Sangihe juga menggunakan minyak kayu putih untuk

menghentikan perdarahan pada saat luka.

Pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra L) terutama tumbuh baik di Indonesia

bagian timur (Ambon) dan Australia bagian utara dan selatan.

1

Page 2: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Di Australia, pohon kayu putih dikenal dengan nama Tea tree oil. Daun kayu putih

dengan proses penyulingan akan menghasilkan minyak atsiri yang dikenal dengan

minyak kayu putih, yang warnanya kuning-kehijauan.3,5

Hemostasis atau penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang

rusak, melibatkan empat faktor utama : spasme pembuluh darah, pembentukan

sumbat trombosit, koagulasi darah dan pertumbuhan jaringan ikat pada daerah yang

rusak. Jika terjadi kerusakan dinding pembuluh darah , maka akan terjadi perdarahan

dari pembuluh darah. Ketika terjadi perdarahan dari pembuluh darah, tekanan di

dalam pembuluh darah lebih besar daripada tekanan di luar pembuluh darah, sehingga

darah terdorong keluar melalui kerusakan tersebut. Proses hemostasis dalam keadaan

normal mampu menambal kebocoran dan menghentikan pengeluaran darah melalui

kerusakan kecil di kapiler, arteriol, dan venula. Dalam keadaan normal, proses

hemostasis menjaga agar kehilangan darah melalui trauma menjadi minimum. 8

Berdasarkan pengalaman berbagai masyarakat antara lain masyarakat

Manado, Minahasa dan Sangihe, peneliti ingin mengetahui apakah ekstrak daun kayu

putih ini mempunyai efek dalam memperpendek masa pembekuan darah.

2

Page 3: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak daun kayu putih (Melaleuca leucadendra L)

mempunyai efek dalam memperpendek masa pembekuan darah?

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ekstrak daun kayu putih mempunyai efek

yang dapat memperpendek masa pembekuan darah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang adanya efek pembekuan darah yang

terdapat Pada ekstrak daun kayu putih.

2. Menambah pengetahuan mengenai tanaman kayu putih.

3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

3

Page 4: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kayu Putih

II.1.1 Taksonomi3

Gambar 1. Tumbuhan Kayu Putih

II.1.2 Sinonim4

4

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae (Suku jambu-jambuan)

Genus: Melaleuca

Spesies : M. leucadendra

Page 5: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

M. cajuputi, Roxb., M. cumingiana et lancifolia Turcz., M. minor Sm.,

M. saligna B., M. viridifolia, Gaertn., Myrtus leucadendra, Linn., M. saligna

Gmel.

II.1.2.1 Nama Daerah :3

Ambon/Maluku : iren, sakelan, irano, ai kelane, irono, elan

Sunda, Jawa : Gelam

Madura : Ghelam

Batak : Inggolom

Melayu : Gelam, kayu gelang, kayu putih

Sulawesi : Balu garang, Waru gelang, kayu putih

Nusa Tenggara : Ngelak

Kalimantan : Gelam (Dayak)

II.1.2.2 Nama Asing :3

China : Bai qian ceng

Inggris : Tea tree oil, paper bark tree

II.1.3 Uraian Tanaman

Pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron)

merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae).

Daun kayu putih dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih

(cajuput oil). Pohon kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus dan tahan panas.

5

Page 6: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 meter dari

permukaan laut (dpl), dapat tumbuh di dekat pantai, di tanah berawa atau

membentuk hutan kecil di tanah kering dan basah. Batang pohonnya tidak

terlalu besar, berdaun tunggal, agak tebal, warna hijau kelabu sampai hijau

kecoklatan, bertangkai pendek, letaknya berseling. 1,3,5

II.1.4 Kandungan Kimia

Daun kayu putih ini mengandung senyawa kimia, antara lain:

melaleucin dan minyak atsiri yang terdiri dari terpineol, cineol dan lignin.1,3,4

II.1.5 Khasiat

Tanaman pohon kayu putih ini diketahui dapat mengobati berbagai

macam penyakit. Daun pohon kayu putih bisa digunakan untuk mengobati

rematik, batuk, demam, flu, sakit gigi, sakit kepala, dan radang kulit. Minyak

kayu putih digunakan untuk mengobati bronkitis, radang tenggorokan, jerawat,

memar, diare, sakit telinga, sakit kepala, eksim, peradangan, rematik, sakit gigi,

mules/sakit perut, luka bakar dan kram.3,4,5,12 Beberapa peneliti membuktikan

bahwa minyak kayu putih juga mempunyai efek anti jamur.19

II.2 Hemostasis

Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah

yang rusak. 10

6

Page 7: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Hemostasis terjadi melalui beberapa cara : 10,13,17

- Konstriksi/spasme vaskuler

- Pembentukan sumbatan trombosit

- Pembekuan darah

- Pertumbuhan jaringan ikat pada daerah yang rusak

II.3 Pembekuan Darah

Pembekuan darah atau koagulasi darah adalah transformasi darah dari

bentuk cairan menjadi gel padat. Pembentukan suatu bekuan di atas sumbat

trombosit memperkuat dan menunjang sumbat yang menutupi lubang di

pembuluh darah. Koagulasi adalah mekanisme hemostatik tubuh yang paling

kuat untuk menghentikan perdarahan dari semua defek.7,13

Faktor-faktor Pembekuan :,9,15,16,17

Faktor I : Fibrinogen, adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul 330.000

dalton. Disintesis di hepar.

Faktor II : Protrombin, dibentuk di hati dan memerlukan vitamin K dalam

proses sintesisnya.

7

Page 8: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Faktor III : Tromboplastin jaringan.

Faktor IV : Ion kalsium.

Faktor V : Proasselerin atau faktor labil, protein ini dibentuk oleh hati dan

kadarnya menurun pada penyakit hati. Faktor ini merupakan faktor plasma yang

mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin.

Faktor VII : Asselerator konversi protrombin serum, dibuat di hati dan

memerlukan vitamin K dalam pembentukannya. Faktor ini merupakan faktor

dalam serum yang mempercepat perubahan protrombin.

Faktor VIII : Faktor antihemofili.

Faktor IX : Faktor Christmas, dibentuk di hati dan memerlukan vitamin K

dalam proses sintesisnya..

Faktor X : Disebut dengan Faktor Stuart-Power, dibuat di hati dan memerlukan

vitamin K dalamproses sintesisnya.

Faktor XI : Antisenden tromboplastin plasma, dibentuk di hati tetapi tidak

memerlukan vitamin K dalam sintesisnya.

Faktor XII : Faktor Hageman.

Faktor XIII : Faktor untuk menstabilkan fibrin.

II.3.1 Lintasan Pembekuan Darah

8

Page 9: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Ada dua lintasan yang berperan dalam proses pembekuan darah , yaitu

lintasan intrinsik dan ekstrinsik. Lintasan intrinsik dan ekstrinsik menyatu

dalam sebuah lintasan terakhir yang sama yang melibatkan pengaktifan

protrombin menjadi trombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalisis

trombin untuk membentuk bekuan fibrin. Jalur Intrinsik mencetuskan

pembekuan intravaskuler serta pembekuan sampel darah dalam tabung reaksi.

6,8

Jalur Intrinsik dimulai pada saat faktor XII (faktor Hageman)

diaktifkan karena berkontak dengan kolagen yang terpajan di pembuluh yang

cedera atau permukaan benda asing, misalnya tabung reaksi kaca. Faktor XIIa

(faktor XII aktif) kemudian akan mengaktifkan faktor XI (antisenden

tromboplastin plasma) menjadi faktor XIa. Kemudian dengan bantuan faktor IV

(Ca2+), faktor XIa akan mengaktifkan faktor IX (faktor christmas) menjadi

faktor IXa. Faktor IXa akan bekerjasama dengan Ca2+, faktor VIII(faktor

antihemofili), dan PF3 (platelet faktor 3) untuk mengaktifkan faktor X (faktor

Stuart-Power) menjadi Xa. Bersamaan dengan itu, dimulai juga Jalur

ekstrinsik dengan pengaktifan faktor X menjadi Xa.

Tapi pada jalur ekstrinsik, pengaktifan faktor X menjadi Xa dipengaruhi oleh

tromboplastin jaringan yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera, dengan

bantuan Ca2+ dan faktor VII (asselerator konversi protrombin serum). Kemudian

dari pengaktifan faktor X seterusnya, langkah-langkah di kedua jalur identik.

Faktor Xa dengan bantuan Ca2+, faktor V (proasselerin atau faktor labil), dan 9

Page 10: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

PF3 akan mengubah protrombin (faktor II) menjadi trombin . Trombin inilah

yang kemudian akan mengubah Fibrinogen (faktor I) menjadi fibrin jaringan

longgar. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin juga

mengaktifkan faktor XIII (faktor untuk menstabilkan fibrin) yang kemudian

mengubah fibrin jaring longgar menjadi fibrin jaring stabil. Setelah fibrin jaring

stabil terbentuk, maka sel-sel darah akan terperangkap dan kemudian akan

terbentuk bekuan darah.15,16,17,18

10

Page 11: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

11

Page 12: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

II.4 Penentuan Masa Pembekuan Darah14

Melalui test masa pembekuan darah ini ditentukan lamanya waktu

yang diperlukan darah untuk membeku.

Penentuan masa pembekuan dikenal ada dua cara, yaitu :

1. Masa pembekuan dengan menggunakan tabung berdiameter 8 mm

(Cara Lee dan White)

2. Masa pembekuan dengan menggunakan tabung kapiler (Cara Duke)

Cara yang menggunakan tabung kapiler kurang dapat diandalkan karena

dengan cara ini relative banyak cairan jaringan berisikan tromboplastin

jaringan bercampur dengan darah yang keluar. Penentuan masa pembekuan

dengan menggunakan tabung berdiameter 8 mm (Cara Lee dan White) lebih

dapat diandalkan.

Pada karya tulis ini, penentuan masa pembekuan dilakukan dengan metode

modifikasi dari cara Lee-White dengan pencampuran ekstrak pada darah.

II.4.1. Masa Pembekuan menurut Modifikasi Lee dan White14

1. Sediakan dalam rak : tabung berdiameter 7-8 mm

2. Lakukan pungsi vena dengan semprit 5 atau 10 ml; pada saat darah

kelihatan masuk kedalam semprit jalankan stopwatch.Isaplah 5 ml darah.

3. Cabutlah jarum dari semprit dan alirkanlah perlahan-lahan 1 ml darah ke

dalam tiap tabung yang dimiringkan pada waktu diisi dengan darah.

12

Page 13: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk

melihat apakah telah terjadi pembekuan. Jagalah jangan sampai tabung

lainnya tergoyang.

5. Setelah darah dalam tabung pertama beku, periksalah tabung kedua tiap 30

detik juga terhadap adanya pembekuan. Catatlah waktunya.

6. Masa pembekuan darah itu ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung

kedua, ketiga, dan keempat. Masa pembekuan itu dilaporkan dengan

dibulatkan sampai 30 detik.

Bermacam-macam kesalahan teknik cenderung memperpendek masa

pembekuan darah seperti : pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan,

pungsi vena yang tidak berhasil dengan baik, terdapatnya busa dalam semprit

atau dalam tabung, menggoyang-goyang tabung yang tidak sedang diamati,

semprit dan tabung kotor. Diameter tabung yang digunakan juga berpengaruh

terhadap masa pembekuan darah. Semakin kecil diameter suatu tabung,

semakin pendek masa pembekuan darahnya. Sebaliknya, semakin lebar

diameter suatu tabung, semakin panjang masa pembekuannya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

13

Page 14: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

III.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental.

III.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2011.

III.3 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium ”Advance” Fakultas MIPA dan

Laboratorium Patologi Klinik, Universitas Sam Ratulangi Manado.

III.4 Alat dan Bahan

III.4.1 Alat :

- Blender

- Oven

- Batang pengaduk gelas

- Timbangan digital

- Ayakan tepung

- Kertas penyaring Whartman No. 42

- Pipet digital

- Rak & Tabung kaca berdiameter 7-8 mm.

- Semprit 10 cc.14

Page 15: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

- Kapas alkohol

- Stopwatch

III.4.2 Bahan :

- Darah

- Daun kayu putih

III.5 Prinsip Penelitian

Penambahan ekstrak daun kayu putih pada sampel darah adalah untuk

melihat efek ekstrak daun kayu putih dalam proses pembekuan darah. Darah

dinyatakan telah membeku, bila tabung reaksi dimiringkan 900 ke arah

horizontal dan darah tidak lagi mengalir pada dinding tabung reaksi..

Diharapkan dengan penambahan ekstrak daun kayu putih, waktu pembekuan

darah dapat terjadi lebih cepat.

III.6 Definisi Operasional

- Daun Kayu Putih : Daun kayu putih yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kayu putih yang masih muda dan berukuran kecil.

- Pembekuan Darah : Darah dinyatakan telah membeku, bila tabung reaksi

dimiringkan 900 ke arah horizontal dan darah tidak lagi mengalir pada dinding

tabung reaksi

III.7 Prosedur Penelitian

15

Page 16: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

III.7.1 Pengambilan Bahan

- Daun kayu putih diambil dari pekarangan rumah salah satu masyarakat di

Ambon.

- Sampel darah yang digunakan pada penelitian ini adalah darah yang dipungsi

dari vena kubiti. Darah diperoleh dari sukarelawan dengan kriteria :

Pria / wanita, berumur 20-25 tahun

Sehat : berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan tidak ada

riwayat perpanjangan perdarahan, diasumsikan tak ada

kelainan hemostasis.

Sampel darah vena kubiti diambil pada setiap sampel sebanyak 8 cc. Jumlah

sampel seluruhnya yaitu 10 orang. Sebelum dilakukan pengambilan darah,

sukarelawan diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan diadakan

penelitian dan resiko-resiko yang dapat muncul. Setelah mengerti dan setuju,

kemudian diberikan surat pernyataan setuju yang ditanda tangani sebagai bukti

“informed consent”.

III.7.2 Teknik Ekstraksi11

- Daun kayu putih yang sudah dibersihkan, digunting halus kemudian

disebarkan di atas meja untuk dikeringanginkan selama ± 7 hari.

- Setelah kering, daun kayu putih dihaluskan dengan blender.

16

Page 17: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

- Daun kayu putih yang sudah diblender halus, ditimbang sebanyak 50 gram

kemudian dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 250 ml selama 24 jam.

- Setelah dimaserasi selama 24 jam, larutan disaring dengan kertas saring.

Didapatkan filtrat I.

- Sisa-sisa filtrat I (debris I) dimasukkan kembali ke dalam wadah dan

direndam dengan menggunakan etanol 70 % selama 24 jam.

- Setelah dimaserasi selama 24 jam, larutan disaring. Didapatkan filtrat II .

- Filtrat I dicampur dengan filtrat II, kemudian dievaporasi menggunakan

evaporator dengan suhu 80-900C selama 3-4 jam.

- Setelah dievaporasi, ekstrak daun kayu putih dikeringkan di oven dengan suhu

400C selama 2-3 hari untuk mendapatan ekstrak daun kayu putih kering.

III.7.3 Uji Pembekuan Darah

Sebelum dilakukan pemeriksaan Masa Pembekuan pada 10 sampel yang ada,

dilakukan terlebih dahulu pengujian awal terhadap dosis optimal dari ekstrak

daun kayu putih yang akan digunakan.

Volume larutan ekstrak daun kayu putih yang akan ditambahkan ke dalam 1

ml darah : 0,2 ml. Jumlah sampel 10 orang. Volume larutan ekstrak daun kau

putih keseluruhan yang dibutuhkan 8 ml.

Cara penentuan dosis optimal :

17

Page 18: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

1. Larutan NaCl 0,9 % sebanyak 10 ml ditambahkan ekstrak daun kayu putih

untuk

mengetahui berapa banyak ekstrak yang terlarut dalam larutan NaCl 0,9 %

tersebut.

2. Ambil 0,5 ml larutan ekstrak-NaCl kemudian taruh di gelas kaca yang

sudah

ditimbang terlebih dahulu lalu diuapkan dalam oven sampai kering.

Diasumsikan, setelah air menguap yang tersisa hanya ekstrak dan garam.

3. Timbang berat dari ekstrak-garam, didapatkan : 15,7593 gram. Diketahui,

berat gelas

kaca awal : 15,7494 gram. Selisihnya : 0,0099 gram merupakan berat

bersih ekstrak dan garam yang tersisa.

4. Hitung banyaknya garam yang terlarut dalam 0,5 ml larutan yang

diuapkan, caranya :

NaCl 0,9 % = 0,9 gram/100 ml = 0,009 gram/1 ml = 0,0045 gram/0,5 ml.

5. Hitung banyaknya ekstrak yang terlarut dalam 0,5 ml larutan yang

diuapkan,

caranya : berat ekstrak-garam yang tersisa : 0,0099 – 0,0045 (berat garam)

= 0,0054 gram. Dosis ekstrak yang terlarut : 0,0054 gram/0,5 ml = 0,108

gram/10 ml = 108 mg/10 ml.

6. Larutan ekstrak yang diperlukan untuk uji pembekuan darah pada 10

sampel adalah 10 ml. Untuk mencari dosis ekstrak daun kayu putih yang

optimal harus dilakukan pengujian awal. Pertama-tama dilakukan 18

Page 19: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

pengenceran terhadap dosis 108 mg/10 ml menjadi 10 mg/10 ml, 20

mg/10 ml, 30 mg/10 ml, 40 mg/10 ml, 50 mg/10.

Caranya :

Ket.

M1 = Dosis larutan awal

V1(x) = Volume ekstrak yang akan diencerkan

M2 = Dosis larutan yang diuji coba

V2 = Volume ekstrak yang dibutuhkan

- 10 mg : 108 . (x) = 10 . 10

(x) = 100/108 = 0,925 ml.

Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 %

sebanyak 9,075 ml

- 20 mg : 108 . (x) = 20 . 10

(x) = 200/108 = 1,851 ml.19

M1V1 = M2V2

Page 20: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 %

sebanyak 8,149 ml

- 30 mg : 108 . (x) = 30 . 10

(x) = 300/108 = 2,777 ml

Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 %

sebanyak 7,223 ml

- 40 mg : 108 . (x) = 40 . 100

(x) = 400/108 = 3,703 ml

Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 %

sebanyak 6,297 ml

- 50 mg : 108 . (x) = 50 . 100

(x) = 500/108 = 4,629

Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 %

sebanyak 5,371 ml

Setelah diencerkan, lakukan uji awal dengan menaikkan dosis ekstrak 10

mg, 20 mg, 30 mg, 40 mg, 50 mg dalam 10 ml larutan NaCl 0,9 % .

Setelah dilakukan uji coba, dosis 30 mg dalam 10 ml larutan NaCl 0,9 %

atau 3 mg dalam 1 ml larutan NaCl 0,9 % atau 0,6 mg dalam 0,2 ml

larutan NaCl 0,9 % sudah memperlihatkan efek terhadap masa

pembekuan darah pada sampel. Agar supaya efeknya lebih optimal maka

diputuskan menggunakan ekstrak dengan dosis 50 mg dalam 10 ml larutan

20

Page 21: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

NaCl 0,9 % atau 5 mg dalam 1 ml larutan NaCl 0,9 % atau 1 mg dalam

0,2 ml larutan NaCl 0,9 % per 1 ml darah.

Cara Kerja (Modifikasi Cara Lee dan White) menggunakan tabung :2

Kontrol :

- Sediakan dalam rak 4 buah tabung berdiameter 7-8 mm.

- Lakukan pungsi vena dengan semprit 5 ml pada lengan kiri, pada saat darah

kelihatan masuk ke dalam semprit jalankan stopwatch. Hisaplah 4 ml darah.

- Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam

setiap tabung yang dimiringkan sewaktu darah mengalir pada dinding tabung.

Tabung yang sudah berisi darah digoyang/dikocok selama 3 detik. Hal ini

dimaksudkan agar supaya perlakuan terhadap kontrol dan penambahan

ekstrak sama.

- Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk diamati

apakah terjadi pembekuan. Ketika mengamati tabung pertama tersebut, jaga

jangan sampai tabung lainnya tergoyang.

- Setelah darah dalam tabung pertamanya membeku, catat waktunya. Kemudian

periksa tabung kedua tiap 30 detik seperti diatas, dan seterusnya untuk tabung

ketiga, lalu keempat.

Penambahan Ekstrak :

- Sediakan dalam rak 4 buah tabung berdiameter 7-8 mm.

21

Page 22: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

- Lakukan pungsi vena dengan semprit 5 ml pada lengan kanan, pada saat darah

kelihatan masuk ke dalam semprit jalankan stopwatch. Hisaplah 4 ml darah.

- Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam

setiap tabung yang sudah berisi 0,2 ml larutan ekstrak daun kayu putih, tabung

yang sudah berisi darah digoyang selama 3 detik agar supaya darah dan

larutan ekstrak bisa tercampur.

- Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk diamati

apakah terjadi pembekuan. Ketika mengamati tabung pertama tersebut, jaga

jangan sampai tabung lainnya tergoyang.

- Setelah darah dalam tabung pertamanya membeku, catat waktunya. Kemudian

periksa tabung kedua tiap 30 detik seperti diatas, dan seterusnya untuk tabung

ketiga, lalu keempat.

Masa pembekuan darah/Clotting Time (CT) adalah waktu/masa pembekuan rata-rata

dari tabung kedua, ketiga, dan keempat. Dan dilaporkan dengan dibulatkan sampai 30

detik.

Rumus yang digunakan untuk menghitung masa pembekuan darah / Clotting

Time (CT) :

22

CT = CT tabung II + CT tabung III + CT tabung IV

3

Page 23: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Bandingkan CT antara sample darah yang dicampur ekstrak daun kayu putih dan

sample darah yang tidak dicampur ekstrak daun kayu putih (kontrol).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

IV.1 Uraian Hasil Penelitian

Dosis ekstrak daun kayu putih yang digunakan pada penelitian

terhadap semua sampel adalah sama. Setelah melakukan uji awal, diputuskan

untuk menggunakan ekstrak dengan dosis 50 mg dalam 10 ml larutan NaCl

23

Page 24: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

0,9 % atau 5 mg dalam 1 ml larutan NaCl 0,9 % atau 1 mg dalam 0,2 ml

larutan NaCl 0,9 % per 1 ml darah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel darah yang ditambahkan

ekstrak daun kayu putih masa pembekuannya lebih pendek dibandingkan

sampel yang tidak ditambahkan ekstrak daun kayu putih (kontrol). Hasil

penelitian terhadap 10 sampel yang ada dapat dilihat dalam tabel.

Tabel 3. Hasil Masa Pembekuan antara Sampel yang Ditambahkan Ekstrak

Daun Kayu Putih dan Kontrol

No. L/P Umur

(tahun)

Kontrol

(menit)

Pemberian ekstrak

(menit)

24

Page 25: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

P

P

L

P

P

L

P

P

L

L

21

21

22

20

22

20

20

21

21

22

15

12,30

15

15

13,30

13

14,30

14

15

12

10

9

11,30

11

10

10,30

10

9,30

12

9,30

BAB V

PEMBAHASAN

25

Page 26: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

Pada penelitian ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah

untuk membeku. Dosis optimal ekstrak daun kayu putih yang digunakan

adalah 1 mg dalam 0,2 ml larutan NaCl per 1 ml darah.

Sampel pada penelitian berupa darah lengkap yang diperoleh dari

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jumlah sample

10 diperoleh dari sukarelawan 6 perempuan dan 4 laki-laki, dengan usia 20-22

tahun.

Pemeriksaan Masa Pembekuan yaitu dengan menggunakan metode

modifikasi dari cara Lee-White. Suhu yang digunakan pada saat penelitian

yaitu suhu ruangan (310 ). Cara pencampuran yang dilakukan pada sampel

dengan penambahan ekstrak daun kayu putih dilakukan juga pada kontrol.

Caranya dilakukan dengan menggoyang tabung sampel dan tabung kontrol

secara bersamaan selama 3 detik.

Hasil penelitian 10 sampel darah didapatkan selisih masa pembekuan

darah/clotting time (CT) pada sampel kontrol dan sampel yang ditambahkan

ekstrak daun kayu putih berkisar antara 2-5 menit, dimana sampel yang

ditambahkan ekstrak daun kayu putih masa pembekuannya lebih pendek.

Hasil penelitian ini juga didapatkan ada 1 sampel (sampel no 1) yang selisih

masa pembekuannya paling besar yaitu 5 menit. Perbedaan masa pembekuan

darah pada 10 sampel mungkin karena perbedaan faktor pembekuan pada

tiap-tiap sampel darah dari masing-masing individu. Dengan adanya

perbedaan yang bermakna antara sampel yang ditambahkan ekstrak daun kayu

putih dan kontrol maka diketahui ekstrak daun kayu putih mempunyai efek 26

Page 27: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

yang dapat memperpendek masa pembekuan darah. Pada penelitian ini

diketahui ada satu zat yang terkandung dalam daun kayu putih yang dapat

memperpendek masa pembekuan darah yaitu terpenoid/terpineol yang

termasuk golongan saponin.20 Saponin merupakan zat kimia yang berperan

dalam proses hemostasis khususnya memperpendek masa pembekuan darah.

Kemungkinan terpenoid/terpineol inilah yang memperpendek masa

pembekuan darah pada sampel yang ditambahkan ekstrak. Namun perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara kerja dari terpenoid/terpineol

ini dalam memperpendek masa pembekuan darah, apakah zat ini bekerja pada

jalur ekstrinsik atau intrinsik. Sebagian masyarakat Manado, Minahasa dan

Sangihe menggunakan minyak kayu putih untuk menghentikan perdarahan

pada saat luka, tapi belum diketahui secara jelas apakah minyak kayu putih

tersebut berperan secara langsung dalam memperpendek masa pembekuan

darah, menyebabkan spasme pembuluh darah atau agregasi trombosit. Oleh

sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat-zat apa

yang terkandung dalam daun kayu putih yang berperan secara jelas pada

proses hemostasis, baik dalam menyebabkan spasme pembuluh darah,

agregasi trombosit maupun yang berperan dalam memperpendek masa

pembekuan darah.

BAB VI

PENUTUP

27

Page 28: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu

putih mempunyai efek yang dapat memperpendek masa pembekuan darah.

VI.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa zat-zat

berkhasiat yang terdapat pada daun kayu putih yang mempunyai efek

dalam memperpendek masa pembekuan darah dan perannya di dalam

jalur pembekuan darah.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah zat-zat berkhasiat yang

terdapat pada daun kayu putih mencetuskan terjadinya spasme

pembuluh darah dan agregasi trombosit dalam proses hemostasis.

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

1. Redaksi Agromedia. Buku Pintar Tanaman Obat, Jakarta : PT. Agromedia

Pustaka, 2008: hal. 120-121.

2. Mongan AE. Buku Penuntun dan Laporan Praktikum Patologi Klinik.

Manado : 2008: hal. 58.

3. Tanaman Kayu Putih. http://kamissore.blogspot.com/2009/06/tanaman-kayu-

putih.html

4. Sekilas tentang Minyak Kayu Putih.

http://haxims.blogspot.com/2010/04/sekilas-tentang-minyak-kayu-putih.html

5. Kayu Putih, Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd

6. Hoffbrand, Pettit, Moss. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4, Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002: hal. 225-230

7. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2, Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC ; 1996: hal. 357-362.

8. Rhoades R, Bell D. Medical Physiology. 2nd Edition, 2009 : page.182-184.

9. Wintrobe. Clinical Hematology. 12th Edition, 2008 : page.528-531.

10. Murray, Granner, Mayes, Roswell. Biokimia Harper. Edisi 25, Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2001: hal. 716-717.

11. Harborne JB. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Tumbuhan. Edisi 2. Bandung

: ITB ; 1987 : hal.4-8.

12. Perry LM. Plants of East and Southeast Asia. England ; 2002 : page 21-25.

13. Marunduh SR. Kumpulan Bahan Kuliah : Fisiologi Darah. Bagian Fisiologi

FK UNSRAT. Manado : 2004

29

Page 30: Bab 1 - 5 , Daftar Pustaka

14. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke-13, Jakarta :

Dian Rakyat ; 2007 : hal. 56-57.

15. Millstone J H. Journal of the American Society of Hematology. The Chain

Reaction of the Blood Clotting Mechanism in Relation to the Theory of

Hemostasis and Thrombosis ; 2011.

16. Lichtmann M, Beutler E, Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps T. Williams

Hematology. 7th Edition. McGraw-Hill Medical ; 2006.

17. Guyton, Hall. Text Book of Medical Physiology. 10th edition. W B Saunders

Company ; 2004. Page : 419-425.

18. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerbit Buku

Kedokteran ; 2005. Hal : 521-522.

19.Hammer K A, Carson C F, Riley T V. Oxford Journals of Antimicrobial

Chemotherapy. Antifungal effects of Melaleuca alternifolia (tea tree) oil and

its components on Candida albicans, Candida glabrata and Saccharomyces

cerevisiae ; 2004

20. Oey Kam Nio. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada bahan makanan

nabati ; 1989

30