bab 3 kel 1

7
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Ruang Hemodialisa Ruang Hemodialisa di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang mememilki satu unit ruangan yang terletak di bagian belakang rumah sakit. Ruang Hemodialisa memiliki 27 bed beserta mesin hemodialisa. Pelayanan hemodialisa dilakukan dari hari senin hingga sabtu dan dalam satu hari melayani lima kali kloter hemodialisa baik pasien rutin hemodialisa dari luar rumah sakit maupun pasien yang MRS. Pelayanan hemodialisa dilakukan mulai pukul 5 pagi hingga pukul 01.00. Satu bed pasien di dalam ruang hemodialisa akan didampingi dengan 1 unit mesin hemodialisa dan 1 tempat sampah serta 2 jirigen berisi larutan. Pada jam tertentu, pasien akan datang dan mendaftarkan diri pada petugas ruangan dan akan diberi nomor bed. Setelah pasien sebelumnya turun dan meninggalkan ruangan, maka pasien baru akan menggantikan posisi pasien sebelumnya. Pada hal ini, tidak dilakukan penggantian linen maupun sarung bantal kecuali jika diperlukan (sangat kotor atau terkena darah). Proses hemodialisa pada pasien di ruang hemodialisa adalah sebagai berikut : 1. Pasien datang dan menunggu di ruang tunggu 2. Pasien atau keluarga mendaftarkan diri dan mendapatkan nomor bed untuk tempat hemodialisa. 3. Setelahpergantian shift, pasien boleh masuk dan menempati bed yang telah ditentukan. 4. Pasien tidur pada bed pasien dan diukur tekanan darahnya oleh petugas.

Upload: zulva-vava

Post on 05-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yei

TRANSCRIPT

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ruang Hemodialisa

Ruang Hemodialisa di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang mememilki satu unit

ruangan yang terletak di bagian belakang rumah sakit. Ruang Hemodialisa memiliki 27 bed

beserta mesin hemodialisa. Pelayanan hemodialisa dilakukan dari hari senin hingga sabtu

dan dalam satu hari melayani lima kali kloter hemodialisa baik pasien rutin hemodialisa dari

luar rumah sakit maupun pasien yang MRS. Pelayanan hemodialisa dilakukan mulai pukul 5

pagi hingga pukul 01.00.

Satu bed pasien di dalam ruang hemodialisa akan didampingi dengan 1 unit mesin

hemodialisa dan 1 tempat sampah serta 2 jirigen berisi larutan. Pada jam tertentu, pasien

akan datang dan mendaftarkan diri pada petugas ruangan dan akan diberi nomor bed.

Setelah pasien sebelumnya turun dan meninggalkan ruangan, maka pasien baru akan

menggantikan posisi pasien sebelumnya. Pada hal ini, tidak dilakukan penggantian linen

maupun sarung bantal kecuali jika diperlukan (sangat kotor atau terkena darah).

Proses hemodialisa pada pasien di ruang hemodialisa adalah sebagai berikut :

1. Pasien datang dan menunggu di ruang tunggu

2. Pasien atau keluarga mendaftarkan diri dan mendapatkan nomor bed untuk tempat

hemodialisa.

3. Setelahpergantian shift, pasien boleh masuk dan menempati bed yang telah

ditentukan.

4. Pasien tidur pada bed pasien dan diukur tekanan darahnya oleh petugas.

5. Jika tekanan darah tidak masuk dalam kategori rendah, maka petugas akan

mendisinfeksi area yang akan diinsersi pada pasien yang tidak menggunakan double

lumen. Sebelumnya, tangan pasien akan diberi alas steril berwarna gelap. Setelah

didisinfeksi, kemudian diinsersikan dua needle pada pembuluh darah pasien.

6. Setelah dipastikan masuk pada pembuluh darah, needle akan disambungkan

dengan selang pada mesin hemodialisa dan alat akan dijalankan sesuai batas waktu

yang ditentukan.

7. Alas pada tangan yang diinsersi kemudian ditutup dengan kain gelap selama proses

hemodialisa hingga proses hemodialisa selesai.

8. Pasien selama proses hemodialisa sangat berpotensi untuk tidur.

9. Pasien dengan penurunan kesadaran memang jarang dijumpai, namun jika ada

pasien dari ruangan yag MRS dan melakukan hemodialisa maka terdapat risiko

untuk memiliki pasien hemodialisa dengan penurunan kesadaran.

3.2 Risiko VND selama proses hemodialisa

VND atau venous needle dislodgement dapat terjadi kapan saja dan menjadi

komplikasi yang mengancam nyawa dari proses hemodialisa (Hurst, 2011). Mesin

hemodialisa memiliki flow rates antara 400-500 ml/menit. Jika terjadi, maka pasien dapat

kehilangan 40% darahnya. Hal tersebut menyebabkan pemantauan akses vena ketika

hemodialisa merupakan suatu prioritas yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan

selama proses hemodialisa. VND dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya :

a. Pasien gelisah

b. Pasien dengan AMS atau penurunan kesadaran

c. Pasien yang memiliki riwayat hipotensi atau kram pada otot

d. Pasien yang menolak bagian AV shunt atau insersi ketika hemodialisa terlihat.

Hal ini dapat berpotensi VND ketika pasien tertidur sehingga dapat terjadi

perpindahan AV shunt tanpa disadari.

e. Teknik fiksasi dengan plester. Fiksasi yang dilakukan harus tepat dan tidak

mudah lepas. Pada beberapa pasien fiksasi dapat berisiko mudah lepas. Seperti

pada pasien yang memiliki banyak rambut pada kulit maupun pada pasien yang

mudah berkeringat banyak sehingga fiksasi dapat terlepas pelan-pelan tanpa

disadari (ANNA, 2012).

3.3 Pencegahan terjadinya VND

Berikut merupakan pencegahan terjadinya VND menurut ANNA tahun 2012

a. Edukasi kepada perawat dan pasien mengenai pentingnya pencegahan VND.

b. area disekitar akses yang akan ditusuk pastikan cukup lebar dan kuat serta

bersihkan sebelum di tusuk dan difiksasi.

c. Lakukan proses hemodialisa sesuai dengan prosedur operasional.

d. Fiksasi blood line dengan memberikan celah agar ketika pasien bergerak, selang

tidak mudah lepas.

e. Jika ada kebutuhan atau indikasi untuk memundahkan needle, maka semua

tape atau plester harus dilepas dan semua diganti dengan tape atau plester

baru.

f. Semua akses vena harus terlihat selama proses hemodialisa.

g. cek dan monitor secara rutin AV shunt selama proses hemodialisa.

h. Jika memungkinkan, edukasikan kepada pasien mengenai risiko dari VND dan

jika pasien mengerti dan setuju, maka pasang alarm untuk pemantau.

i. Jika alarm diaktifkan, maka akses vena, needle, dan posisi blood line harus

selalu dalam pengawasan alarm.

j. Batas bawah dari alarm tekanan vena harus diset sedeakt mungkin dengan

tekanan vena yang ada.

k. Perawat, pasien dan keluarga pasien yang mendampingi harus tanggap

terhadap monitor tekanan vena dalam mesin dialisa.

l. Memasang alat khusus yang dapat mendeteksi kehilangan darah dari needle ke

luar.